h2
h1
P1 P0 g h1 .....(1)
P P1 P2 g h2 .....(2)
F 0 ..... (4)
Ketika kita menancapkan sedotan maka otomatis kita membuat
sedotan akan bergerak dengan kecepatan konstan. Sesuai dengan
Hukum I Newton yang menjelaskan tentang kelembaman atau inersia,
maka sedotan akan berusaha untuk mempertahankan kedudukannya
untuk bergerak dengan kecepatan konstan. Akibatnya plastik penutup
gelas akan robek. Dengan robeknya plastik penutup gelas ini, kita
dapat meminum air mineral dalam gelas dengan menggunakan
sedotan.
5. Perpindahan Kalor Konduksi
Pernahkah kalian menyentuh sebuah panci yang berisi air
panas? Bagaimana rasanya? Tangan kalian akan merasakan panas
bukan? Hal yang sama juga terjadi ketika kita minum menggunakan
sedotan jenis stainless steel. Ketika kita memasukkan sedotan
stainless steel ke minuman panas, maka lama-kelamaan sedotan
tersebut juga ikut terasa panas ketika disentuh. Lain halnya ketika kita
memasukkan sedotan stainless steel ke minuman dingin, maka lama-
kelamaan sedotan tersebut akan ikut terasa dingin. Tahukah kalian
mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Ternyata sedotan dapat berubah menjadi panas atau dingin
karena ada sebuah konsep fisika yang bekerja pada peristiwa tersebut.
Seperti yang kita ketahui, benda yang terbuat dari logam dapat
menghantarkan panas dengan baik. Benda tersebut sering disebut
dengan istilah konduktor. Sedotan jenis stainless steel merupakan
benda yang tergolong sebagai konduktor karena terbuat dari logam.
Oleh karena sedotan stainless dapat menghantarkan panas dengan
baik, maka dapat terjadi suatu proses perpindahan kalor secara
konduksi.
Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan panas
melalui perantara zat padat tanpa disertai pergerakan permanen
medium yang menjadi penghantar panas. Dengan kata lain
perpindahan panas tersebut tanpa diikuti dengan perpindahan partikel-
partikelnya. Secara molekuler perpindahan panas konduksi terjadi
akibat tumbukan antara molekul berkecepatan tinggi dengan molekul
yang berkecepatan rendah. Akibatnya terjadi peningkatan energi kinetik
dari molekul tersebut yang kemudian menyebabkan terjadinya kenaikan
suhu. Cepat lambatnya perpindahan kalor secara konduksi bergantung
pada panjang, luas penampang, konduktivitas termal, dan perbedaan
suhu. Banyaknya kalor yang berpindah tiap satuan waktu dapat
ditunjukkan dengan persamaan berikut:
Q k A T
H H
t atau L ..... (5)
Keterangan:
k = konduktivitas termal bahan (W/mK atau W/m°C)
H = laju perpindahan kalor (J/s)
A = luas penampang (m2)
T = perbedaan suhu sistem (K atau C)
L = panjang batang/ sistem (m)
Q = kalor yang berpindah/ merambat (J)
t = waktu (s)
6. Listrik Statis
Apa yang akan terjadi ketika kita menggosok-gosokan sedotan
pada rambut kita yang kering berulang kali kemudian kita dekatkan
dengan potongan-potongan kertas yang amat kecil? Bagaimana
keadaan potongan-potongan kertas tersebut? Ternyata potongan
kertas tersebut akan menempel pada sedotan. Mengapa demikian?
Apakah rambut harus dalam keadaan kering saat menggosok sedotan?
Apakah peristiwa ini bisa dijelaskan melalui konsep fisika?
Ketika kita melakukan kegiatan di atas, sebenarnya kita tengah
belajar konsep fisika, yaitu listrik statis. Sedotan plastik yang
digosokkan pada rambut secra berulang menjadi bermuatan listrik. Nah
muatan listrik ini yang dapat menarik potongan kertas. Lalu, bagaimana
muatan listrik dapat berada pada sedotan? Yuk kita belajar bersama
mengenai konsep listrik statis pada peristiwa ini.
Seluruh benda di dunia ini tersusun dari atom yang ukurannya
amat kecil. Di dalam atom tersebut terdiri atas partikel-partikel yang
bersifat negatif, positif, dan netral. Muatan negatif sering kita sebut
dengan elektron. Muatan positif sering disebut dengan proton.
Sedangkan muatan yang bersifat netral disebut dengan neutron. Di
dalam atom terdapat inti atom yang terdiri atas proton dan neutron yang
dikelilingi oleh elektron yang bergerak terus-menerus. Elektron di dalam
atom mudah bergerak, bahkan mudah untuk keluar masuk dari
susunan atom. Ketika elektron lepas dari susunan atom, maka jumlah
proton di dalam atom akan lebih banyak dibanding dengan jumlah
elektron. Sehingga atom menjadi bermuatan positif. Ketika elektron
masuk ke dalam susunan atom, maka jumlah elektron di dalam atom
akan lebih banyak dibanding dengan jumlah proton. Sehingga atom
menjadi bermuatan negatif.
Sedotan yang digosokkan pada rambut menjadi bermuatan
listrik karena elektron pada rambut berpindah ke sedotan. Akibatnya
sedotan mengalami kelebihan elektron. Sehingga sedotan menjadi
bermuatan negatif. Muatan negatif inilah yang bersifat dapat menarik
benda-benda yang kecil dan ringan. Namun, sesaat kemudian
potongan kertas akan terlepas dari sedotan karena muatan negatif
pada sedotan dinetralkan kembali oleh molekul air yang terkandung di
dalam udara yang bersifat polar.
Apakah rambut harus dalam keadaan kering ketika digosokkan
dengan sedotan? Mengapa demikian? Jawabannya adalah ya, rambut
harus dalam keadaan kering. Karena air bersifat isolator. Isolator
merupakan benda yang tidak dapat menghantarkan listrik dengan baik,
sedangkan benda yang dapat menghantarkan listrik dengan baik
disebut konduktor. Sifat isolator pada air ini yang menyebabkan energi
yang timbul dari gosokan antara sedotan dengan rambut akan diserap
oleh air. Sehingga tidak akan muncul gejala kelistrikannya.
7. Bunyi
Sedotan dapat dibuat menjadi alat musik sederhana, yaitu
seruling. Untuk membuat seruling, maka alat yang diperlukan adalah
sedotan plastik dan gunting. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
untuk membuat seruling sedotan adalah sebagai berikut:
Pipihkan salah satu ujung sedotan.
Potong ujung sedotan yang telah dipipihkan menjadi bentuk
segitiga.
Buatlah 6 lubang yang berurutan pada sedotan.
Tutup 6 lubang yang telah dibuat menggunakan jari-jari tangan.
Tiup ujung sedotan yang sudah dipipihkan.
Setelah kalian coba, tahukah kalian mengapa sedotan tersebut
dapat menghasilkan bunyi? Apakah ada perbedaan bunyi jika 6 lubang
tersebut dibuka satu persatu? Wah ternyata dengan memodifikasi
sedotan menjadi seruling sederhana, kita dapat memahami sebuah
konsep fisika yang bekerja pada sedotan itu.
Sedotan dapat menghasilkan bunyi karena adanya peristiwa
resonansi. Peristiwa resonansi merupakan ikut bergetarnya suatu
benda karena ada benda lain yang bergetar. Ketika kita meniup
sedotan, maka mulut yang menempel pada sedotan akan bergetar. Hal
ini mengakibatkan udara yang ada di dalam sedotan juga ikut bergetar,
sehingga menghasilkan bunyi. Bunyi tersebut kemudian merambat
melalui udara sehingga dapat terdengar oleh telinga kita.
Ketika kita memainkan sedotan dengan membuka satu persatu
lubang dari bawah, maka akan menimbulkan suara yang berbeda.
Lubang-lubang pada sedotan ini memungkinkan terjadinya perbedaan
nada. Semakin banyak lubang yang ditutup, maka semakin jauh jarak
yang ditempuh oleh getaran untuk merambat. Artinya kolom udara yang
dihasilkan semakin panjang. Akibatnya, bunyi yang dihasilkan semakin
rendah (nada rendah). Sedangkan ketika hanya sedikit lubang yang
ditutup, maka jarak yang ditempuh getaran untuk merambat semakin
kecil. Artinya kolom udara yang dihasilkan semakin pendek. Sehingga
bunyi yang dihasilkan semakin tinggi (nada tinggi). Hal ini sesuai
dengan konsep bunyi pada pipa organa terbuka.
Ketika jari tangan kita menutup lubang, maka jari kita memaksa
daerah di bawahnya menjadi simpul. Hal ini menyebabkan munculnya
gelombang bunyi yang berbeda panjang gelombangnya. Sehingga
frekuensi bunyi yang terdengar juga berbeda-beda. Kita ketahui bahwa
tinggi rendahnya nada dipengaruhi oleh frekuensi. Sedangkan frekuensi
berbanding terbalik dengan panjang gelombang, dan panjang
gelombang berbanding lurus dengan panjang kolom udara. Hal ini
dapat dilihat dari persamaan pipa organa terbuka berikut:
n 1
Ln
2
fn
n 1 v
2L
Keterangan :
Mentari. 2019. “Bisnis Sedotan Bambu, Dapat Omzet Rp100 juta per
Bulan dan Kurangi Sampah Plastik” (online).
(https://intisari.grid.id/read/031717616/bisnis-sedotan-bambu-
dapat-omzet-rp100-juta-per-bulan-dan-kurangi-sampah-plastik).
Diakses 4 November 2019.