Penalaran,
Pemecahan Masalah yang
Lambang, Notasi
Berkaitan dengan Konsep
Matematika
Materi Perkuliahan
Pendahuluan: Sistem Aksioma dan Penalaran Matematika...................(2 minggu)
h Penalaran induktif dan deduktif beserta contohnya.
h Sistem aksioma, istilah tak terdefinisi dan terdefinisi, definisi, aksioma, lemma,
sifat, teorema, operasi hingga dan tak hingga.
h Logika matematika, pernyataan berkuantor, pernyataan majemuk, metode pem-
buktian secara matematika.
h Teori himpunan, fungsi, peta dan prapeta himpunan, sifat surjektif dan injektif,
fungsi komposisi, fungsi invers.
Bilangan Real............................................................................................(3 minggu)
h Sifat aljabar bilangan real, aksioma lapangan, operasi aljabar, sifat aljabar.
h Sifat urutan bilangan real, ketaksamaan dan sifatnya, nilai mutlak dan sifatnya.
h Sifat kelengkapan bilangan real, supremum, infimum, aksioma kelengkapan, ga-
ris bilangan, sifat Archimedes.
h Selang, desimal, himpunan hingga, himpunan tak hingga, ketakhinggaan bilang-
an real, metode diagonal pertama dan kedua, sifat kerapatan rasional di real.
Barisan Bilangan Real..............................................................................(3 minggu)
h Barisan, limit barisan, ketunggalan limit barisan, kekonvergenan, ekor barisan.
h Keterkaitan barisan terbatas, barisan konvergen, dan barisan monoton, prinsip
apit, kalkulasi akar kuadrat, bilangan Euler.
h Barisan bagian, kekonvergenan barisan bagian, eksistensi barisan bagian yang
monoton, teorema Bozano-Weierstrass.
h Barisan Cauchy, kriteria kekonvergenan Cauchy, barisan kontraktif.
Limit Fungsi Real......................................................................................(3 minggu)
h Konsep limit, titik limit, kondisi definisi limit, definisi limit dengan ε − δ, ketung-
galan limit, berbagai contoh pembuktian limit dengan definisi.
h Kriteria barisan untuk limit, kriteria divergensi, fungsi yang limitnya tidak ada.
h Teorema tentang limit, jumlah, selisih, hasilkali, dan hasilbagi dua fungsi, prin-
sip apit, kaitan nilai limit dengan nilai fungsi.
h Perluasan konsep limit, limit kiri, limit kanan, limit tak hingga, dan limit di tak
hingga, kriteria barisan untuk berbagai perluasan konsep limit.
Kekontinuan Fungsi Real.........................................................................(3 minggu)
h Konsep kekontinuan dengan limit dan ε − δ, kriteria barisan untuk kontinu, fung-
si diskontinu, fungsi Thomae, kontinu "x Œ\ -_ dan diskontinu "x Œ_, x ∈ Df.
h Kekontinuan jumlah, selisih, hasilkali, hasilbagi, dan komposisi dua fungsi, ke-
kontinuan fungsi elementer pada selang, kaitan fungsi kontinu dan terbatas.
h Teorema ekstrim fungsi kontinu, TNA (Bolzano), pengawetan selang.
h Kekontinuan seragam, krietria tak kontinu seragam, teorema perluasan fungsi
kontinu ke selang tutup, teorema hampiran, kekontinuan fungsi invers.
CPAR Bag1
KMPAR-004
Sumber Informasi Materi Perkuliahan Pengantar Analisis Real
Robert G. Bartle and Donald R. Sherbert, Introduction to Real Analysis, second,
John Wiley and Sons, 1994.
William R. Parzynski and Philip W. Zipse, Introduction to Mathematical Analysis,
McGraw Hill Book Company, 1987.
Tom. M. Apostol, Mathematical Analysis, second edition, Addison Wesley, 1978.
Walter Rudin, Principles of Mathematical Analysis, third edition, McGraw-Hill,
1976, 15th printing 1989.
A. J. White, Real Analysis: an Introduction, Addison Wesley, 1968.
Ricard R. Goldberg, Methods of Real Analysis, second edition, John Wiley and
Sons, 1976.
S.L. Gupta and Nisha Rani, Fundamental Real Analysis, second edition, Vikas
Publishing House, 1975, Reprint 1980.
Alton H. Smith and Walter A. Albrecht Jr, Fundamental Concepts of Analysis,
Prentice Hall of India, 1981.
David Alexander Brannon, A First Cource in Mathematical Analysis, Cambridge
University Press, The Open University, 2006.
Sistem Evaluasi Perkuliahan Pengantar Analisis Real
NR = 14 Â k =1U k
4
K (kompetensi) Kompetensi diukur dari nilai rata-rata 5 ujian
U1, U2, U3, U4: Ujian ke - 1, 2, 3, 4; UP: Ujian Perbaikan
Skala nilai: 0 – 100
U1 NRUP = 0,5NR + 0,5NUP
U2 A: 80 ≤ NR(UP) ≤ 100
AB: 73 ≤ NR(UP) < 80
B: 65 ≤ NR(UP) < 73
UP BC : 57 ≤ NR(UP) < 65
U4 C : 50 ≤ NR(UP) < 57
U3
D : 35 ≤ NR(UP) < 50
0 m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 m8 m9 m10 m11 m12 m13 m14 m15 m-ujian t E : 0 ≤ NR(UP) < 35
Masalah dimaknai sebagai secara sadar mencari rangkaian langkah tindakan yang
tepat agar diperoleh pemahaman yang jelas, tetapi solusi dari masalahnya tidak se-
cara otomatis dapat tercapai.
Pemecahan masalah dimaknai sebagai mencari jalan keluar dari kesulitan, yang
dikelilingi rintangan, tujuan tak mudah dapat tercapai. Solusi masalah merupakan
suatu prestasi berpikir manusia dan kemampuan berpikir adalah pemberian Sang
Pencipta yang paling berharga. Dari alternatif solusi masalah yang mungkin terpi-
kirkan (jika solusinya tidak tunggal), carilah solusi yang paling optimum.
Gagasan pemecahan dimaknai sebagai mencari sesuatu yang tersirat dari informa-
si relevan kemudian buatlah rangkaian langkah kerja berikut.
sistematika → jaringan → ketajaman → gagasan → langkah operasional
Kelengkapan dan ketajaman informasi disertai komponen pembentuknya (sumber
daya berlimpah) diharapkan dapat mempercepat munculnya gagasan pemecahan.
Tahapan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah
h Orientasi, merumuskan masalah dengan identifikasi berbagai aspeknya.
h Preparasi, mengumpulkan informasi relevan dan mencari yang tersirat.
h Inkubasi, ketika jalan buntu proses berlangsung terus dalam bawah sadar.
h Iluminasi, akhir inkubasi, diperoleh ilham sebagai gagasan pemecahan.
h Verifikasi, pengujian secara kritis dan penilaian setiap langkah gagasan.
Contoh Kasus: Kisah Archimedes (287 – 212 SM) dan Mahkota Raja
Masalah: Apakah mahkota raja Syracuse dibuat dari emas murni atau tidak?
h Orientasi, bagaimana menentukan logam pembuat mahkota tanpa merusak atau
meleburnya.
h Preparasi, semua cara untuk menganalisis logam diteliti tetapi cara tidak mung-
kin dilakukan karena dapat merusak mahkota raja.
h Inkubasi, masalah disingkirkan sementara karena jalan buntu, proses terus ber-
langsung dalam bawah sadar.
h Iluminasi, gagasan pemecahan masalah ditemukan dalam bak mandi, banyaknya
air yang dipindahkan sama dengan berat tubuhnya.
Eureka
h Verifikasi, pengujian hasil temuan: mahkota raja ditimbang, kemudian berbagai
jenis logam seberat mahkota raja dikumpulkan. Setelah itu satu persatu logam
tersebut dicelupkan ke dalam air untuk mengukur berat zat cair yang dipindah-
kan. Akhirnya, bandingkan berat zat cair yang dipindahkan dari setiap logam ini
dengan berat mahkota raja.
CPAR Bag1
KMPAR-006
Manajemen Pemecahan Masalah
Berbagai pendekatan dalam proses mencari solusi pemecahan masalah
INPUT OUTPUT
Proses
Masalah Transformasi Solusi
Masalah
Perumusan Gagasan
Gagasan Pemecahan
dalam Langkah Operasional
PM & SA – 01 Koko Martono, FMIPA - ITB Januari 2011
metode pembuktian
secara matematika
Pengujian
perkiraan
logika, penalaran, teknik matematika Perkiraan
hasil baru proses deduktif hasil baru
CKPAR B-2
PM & SA – 02
Suatu Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif
Ilustrasi Perhatikan fakta dan gejala masalah sederhana berikut.
2
Fakta: Akar persamaan kuadrat x − 3x + 2 = 0 adalah 1 dan 2.
Gejala: Jumlah akar = 3 = −(pengali)x dan hasilkali akar = 2 = bilangan tetap
2
Fakta: Akar persamaan kuadrat x − 3x − 4 = 0 adalah −1 dan 4.
Gejala: Jumlah akar = 3 = −(pengali)x dan hasilkali akar = −4 = bilangan tetap
2
Fakta: Akar persamaan kuadrat 2x − 3x − 2 = 0 adalah - 12 dan 2.
pengali x bilangan tetap
Gejala: Jumlah akar = -112 = - 2 dan hasilkali akar = -1 = 2 .
pengali x pengali x
Berdasarkan fakta dan gejala kasus ini, dugaan kita adalah jumlah akar persama-
2
an kuadrat ax + bx + c = 0, a ≠ 0 adalah - ba dan hasil kalinya adalah ac . Dugaan ini
sesuai dengan fakta dan gejala dari contoh yang diamati. Sekarang, cobalah yakinkan
kebenaran dugaan tersebut secara matematika.
2
Jika x1 dan x2 adalah akar persamaan kuadrat ax + bx + c = 0, a ≠ 0, maka x1 dan x2
memenuhi a(x − x1)(x − x2) = 0. Akibatnya diperoleh kesamaan
2 2 2
ax + bx + c = a(x − x1)(x − x2) atau ax + bx + c = ax − a(x1 + x2)x + ax1x2
Karena hubungan kesamaan ini berlaku untuk setiap nilai x, maka b = −a(x1 + x2)
dan c = ax1x2, yang menghasilkan x1 + x2 = - ba dan x1x2 = ac .
Hasil baru yang telah dibuktikan ini memberikan teorema berikut.
2
Teorema Jika x1 dan x2 adalah akar persamaan kuadrat ax + bx + c = 0, a ≠ 0, maka
x1 + x2 = - ba dan x1x2 = ac .
Pola pikir dan hasil ini dapat diperumum untuk persamaan kubik, kuartik, kuin-
3 2
tik, dan seterusnya. Jika x1, x2, dan x3 adalah akar dari ax + bx + cx + d = 0, a ≠ 0,
maka rancangan rumus jumlah dan hasilkali akarnya diperoleh dengan cara berikut.
3 2
ax + bx + cx + d = a(x − x1)(x − x2)(x − x3)
2
= (ax − a(x1 + x2)x + ax1x2)(x − x3)
3 2
= ax − a(x1 + x2 + x3)x + a(x1x2 + x2x3 + x3x1)x − ax1x2x3
Karena hubungan kesamaan ini berlaku untuk setiap nilai x, maka b = −a(x1 + x2 + x3),
c = a(x1x2 + x2x3 + x3x1), dan d = −ax1x2x3, yang menghasilkan
x1 + x2 + x3 = - ba , x1x2 + x2x3 + x3x1 = ac dan x1x2x3 = - da .
Hasil baru yang diperoleh dari sini dinyatakan dalam teorema berikut.
3 2
Teorema Jika x1, x2, dan x3 adalah akar dari persamaan kubik ax + bx + cx + d = 0,
a ≠ 0, maka
x1 + x2 + x3 = - ba , x1x2 + x2x3 + x3x1 = ac dan x1x2x3 = - da .
CKPAR B-2
PM & SA – 03
Suatu Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif
Ilustrasi Perhatikan fakta dan gejala masalah sederhana berikut.
Fakta: Fungsi f (x) = x 2 monoton naik untuk x ≥ 0. Turunan pertama fungsi f ada-
lah f ¢(x) = 2 x , dengan f ¢(x) = 2 x > 0 untuk x > 0.
Gejala: Jika f ¢(x) > 0 untuk x > 0, maka fungsi f monoton naik untuk x ≥ 0. Secara
umum, jika f ¢(x) > 0 pada selang (a,b), maka fungsi f monoton naik pada [a,b].
Teorema: Jika fungsi f kontinu pada [a,b] dan f ¢(x) > 0 pada (a,b), maka fungsi f
monoton naik pada [a,b].
Teorema ini didapat secara induktif dan buktikan kebenarannya secara deduktif.
Teorema 1 Jika fungsi f mencapai ekstrim lokal di c dan f ′(c) ada, maka f ′(c) = 0.
Bukti Hasil ini dibuktikan untuk kasus maksimum lokal dan untuk kasus minimum lokal serupa.
Karena f mencapai maksimum lokal di c, maka ∃ r > 0 ∋ f (x) ≤ f (c) ∀x ∈ (c − r,c + r).
f (x) - f (c)
f (x) - f (c) £ 0 dan x - c < 0 fi f ¢(c) = f -¢(c) = lim- x - c ≥ 0¸
xÆc Ô
f (x) - f (c) ˝ fi Karena f ′(c) ada, maka f ′(c) = 0.
f (x) - f (c) £ 0 dan x - c > 0 fi f ¢(c) = f +¢(c) = lim+ x - c £ 0 Ô
xÆc ˛
y Teorema 2 (Rolle) Jika fungsi f kontinu pada [a,b], terdifierensialkan pada
f ¢(c) = 0 (a,b), dan f (a) = f (b), maka ∃ c ∈ (a,b) ∋ f ′(c) = 0.
f Bukti Otomatis terbukti jika f fungsi konstan. Jika f tidak konstan dan kon-
f (a) tinu pada [a,b], maka f mencapai maksimum dan minimum mutlaknya pada
f (b)
[a,b], yang salah satunya tidak mungkin tercapai di x = a atau x = b. Akibat-
nya ∃ c ∈ (a,b) ∋ f mencapai ekstrim di c. Karena f ′(c) ada, maka f ′(c) = 0.
0 a c b x
( )
S (x) f f (b) - f (a)
f (b) Bukti Definisikan S(x) = f (x) - b-a
( x - a ) + f (a) , maka S kontinu
f (b) − f (a)
f (a) b−a pada [a,b], terdiferensialkan pada (a,b), dan S(a) = S(b) = 0, maka ∃ c ∈ (a,b)
0 a c b x f (b) - f (a) f (b) - f (a)
∋ S ¢(c) = f ¢(c) - b-a
= 0 (Teorema 2), akibatnya f ¢(c) = b - a .
Teorema 4 (utama) Jika fungsi f kontinu pada [a,b] dan f ¢(x) > 0 pada (a,b), ma-
ka fungsi f monoton naik pada [a,b].
Bukti Akan dibuktikan f monoton naik dengan cara "u ,v Œ[a, b], u < v fi f (u) < f (v).
Pilihlah titik u dan v sebarang pada [a,b] dengan urutan u < v dan buatlah selang [u,v].
Karena f kontinu pada [u,v] dan terdiferensialkan pada (u,v), maka berdasarkan TNR
f (v) - f (u)
∃ c ∈ (u,v) ∋ f ¢(c) = v-u
. Karena v − u > 0 dan c ∈ (u,v) ∈ (a,b) ⇒ f ¢(c) > 0 , maka
f (v) − f (u) > 0, sehingga f (u) < f (u). Karena u dan v sebarang pada [a,b], maka fungsi
f monoton naik pada [a,b].
CKPAR B-2
PM & SA – 04
Sistem Aksioma
Sistem Aksioma
Matematika dibangun dari suatu sistem yang memuat beberapa istilah dasar dan
sifat yang kebenarannya diterima tanpa bukti. Suatu sistem matematika merupakan
penerapan berbagai metode secara aksiomatik dari logika atas sekelompok unsur, rela-
si, dan operasi. Pemilihan beberapa sifat dasar dibuat konsisten agar dapat menentukan
sistemnya secara utuh. Penalaran dibalik sistem logika dapat dipahami berdasarkan si-
fat sistem dan rancangan operasi di dalamnya.
Sistem aksioma terdiri dari empat bagian penting berikut ini.
Istilah tak terdefinisi Istilah dasar (primitif) yang digunakan untuk membangun
istilah lain, arti istilahnya sendiri tidak didefinisikan, tetapi deskripsinya ada. Pada
suatu sistem matematika tertentu dikenal istilah tak terdefinisi seperti himpunan,
titik, garis, bidang, dan sebagainya.
Istilah terdefinisi Istilah yang digunakan dalam sistem, bukan istilah dasar, dan
dirumuskan dari istilah dasar sehingga mempunyai arti tertentu dan perumusannya
menjadi suatu pernyataan yang benar. Dalam suatu definisi, istilah jika berarti jika
dan hanya jika. Suatu definisi yang baik mempunyai ciri berikut.
h jelas, tepat, dan mempunyai satu makna;
h hanya menggunakan istilah dasar atau yang telah muncul sebelumnya;
h konsisten, dalam setiap kasus mempunyai arti yang sama;
h jangkauannya cukup luas untuk memuat sebanyak mungkin objek dari sistem.
Aksioma atau Postulat Aksioma adalah suatu pernyataan yang diandaikan benar
pada suatu sistem dan diterima tanpa bukti. Aksioma hanya memuat istilah dasar
dan istilah terdefinisi, tidak berdiri sendiri, dan tidak diuji kebenarannya. Sekelom-
pok aksioma dalam suatu sistem harus konsisten, dapat membangun sistemnya, dan
tidak saling bertentangan.
Teorema Teorema adalah suatu pernyataan matematika yang dirumuskan secara
logika dan dibuktikan. Suatu teorema memuat beberapa hipotesis dan kesimpulan,
yang dibuktikan dengan memanfaatkan istilah tak terdefinisi, istilah terdefinisi, ak-
sioma, dan pernyataan benar lainnya.
Catatan
Istilah himpunan tidak dapat didefinisikan karena rancangan definisi apapun selalu
memuat sinonim himpunan. Dalam konteks ini himpunan dan unsurnya dianggap
ada dan kemudian dibuat deskripsi tentang himpunan. Deskripsinya adalah dapat
dibedakan antara unsur dan bukan unsur dari himpunan itu. Sebagai ilustrasi, seke-
lompok orang jujur bukan suatu himpunan karena ukurannya sangat tidak jelas.
Kita dapat mendefinisikan istilah himpunan hingga sebagai suatu himpunan yang
terdiri dari n unsur (n bilangan asli) atau himpunan kosong. Setiap unsur di suatu
himpunan hingga yang tak kosong berkorespondensi satu-satu dengan himpunan
{1, 2, … , n}, n bilangan asli.
CKPAR B-2
PM & SA – 05
Sistem Aksioma
Kontradiksi ini terjadi karena hukum asosiatif dan komutatif digunakan untuk sejum-
lah tak hingga objek. Perhatikan bahwa satu langkah saja salah dapat menghasilkan
suatu kontradiksi.
Langkah yang salah adalah = karena dalam sistem bilangan real eksistensi dari -1
≠
3
tidak dikenal, atau -1 bukan bilangan real. Langkah lain yang salah adalah = kare-
≠
5
a +b
na hukum x ◊ x = x
a b
berlaku jika x, a, dan b semuanya bilangan real.
CKPAR B-2
PM & SA – 07
Logika Matematika
Kuantor dari suatu pernyataan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menya-
takan ″berapa banyak ″ objek di dalam suatu sistem, yang terdiri dari:
Kuantor universal, ditulis dengan lambang ∀, mempunyai arti untuk sebarang (for
any), untuk setiap (for every/each), atau untuk semua (for all). Pengertian dari ke-
tiga istilah itu bergantung pada konteks pembicaraannya.
Kuantor eksistensial, ditulis dengan lambang ∃, yang mempunyai arti terdapat (pa-
ling sedikit satu/ada/for some).
Dalam pernyataan berkuantor, kata sambung sehingga (such that) ditulis dengan '.
Perhatikan beberapa ilustrasi berikut tentang pernyataan berkuantor beserta sim-
bolisasinya secara logika matematika.
Untuk sebarang bilangan real x terdapat bilangan asli n sehingga n lebih besar dari-
pada x. Pernyataan ini dapat ditulis dengan lambang "x Œ \ $ n Œ ` 'n > x .
Setiap bilangan real taknol selalu mempunyai kebalikan, yang bersifat perkalian
bilangan dan kebalikannya sama dengan satu. Pernyataan ini dapat ditulis dengan
lambang "x Œ \, x π 0, $ y Œ \ 'xy = 1 .
CKPAR B-2
PM & SA – 08
Logika Matematika
Pernyataan majemuk adalah suatu pernyataan yang dibentuk dengan merangkai-
kan beberapa pernyataan atau mengingkari suatu pernyataan. Dari pernyataan p dan q
dapat dibentuk pernyataan majemuk berikut.
h Ingkaran (negasi) dari p, lambangnya ∼p, dibaca tidak benar p.
h Konjungsi dari p dan q, lambangnya p ∧ q, dibaca p dan q.
h Disjungsi dari p dan q, lambangnya p ∨ q, dibaca p atau q.
h Implikasi dari p dan q, lambangnya p → q, dibaca jika p, maka q.
h Ekivalensi dari p dan q, lambangnya p ↔ q, dibaca p jika dan hanya jika q.
Suatu implikasi p → q yang bersifat tautologi (selalu benar dalam setiap kasus) di-
tulis dengan lambang p ⇒ q.
Suatu ekivalensi p ↔ q yang bersifat tautologi ditulis dengan lambang p ⇔ q.
Catatan
Istilah tidak bermakna ″tidak semua ″, yaitu sebagai contoh penyangkal. Salah satu
kasus yang mungkin terjadi dari ″tidak semua″ adalah ″semua tidak ″, yaitu sebagai
komplementasi. Sebagai ilustrasi, pernyataan ″tidak semua nol ″ berarti ″ada yang
tidak nol ″, salah satu kasusnya adalah ″semua tidak nol ″. Pernyataan ″x bilangan
tidak genap″ berarti ″x bilangan ganjil ″ karena himpunan bilangan genap dan gan-
jil saling berkomplemen. Pernyataan ″x bilangan tidak positif ″ belum berarti ″x bi-
langan negatif ″ karena bilangan positif dan negatif tidak saling berkomplemen.
Pernyataan p(x) ≤ q(x) termasuk dalam kelompok pertaksamaan, meskipun dalam
kasus ini masih terdapat kemungkinan terdapat x sehingga p(x) = q(x). Dalam kon-
teks ini ″tak sama″ berarti ″tidak semua sama″, yang berarti boleh ada yang sama.
Istilah atau mempunyai arti ganda, atau inklusif (…or…), salah satu atau keduanya;
dan atau ekslusif (either…or…), salah satu dan tidak mungkin keduanya. Sebagai
ilustrasi, kondisi untuk persamaan linear ax + by = c adalah ″a ≠ 0 atau b ≠ 0″, yang
berarti ″paling sedikit salah satu dari a dan b sama taknol ″. Dalam konteks ini,
mungkin terjadi a ≠ 0 dan b ≠ 0. Tetapi pernyataan: ″a < 0 atau a > 1″ berarti ″salah
satu″ dan tidak mungkin keduanya karena tidak mungkin suatu bilangan real yang
sekaligus negatif dan lebih besar daripada 1.
Ilustrasi
Ingkaran dari pernyataan p: x ≤ 3 adalah ∼p: tidak benar bahwa x ≤ 3, yang berarti
bahwa x > 3.
Pernyataan p: 2 ≤ 3 bernilai benar karena ingkarannya ∼p: 2 > 3 bernilai salah.
Konjungsi dari pernyataan p: x ≤ 4 dan q: x > 0 adalah p ∧ q: x ≤ 4 dan x > 0, yang
dapat ditulis dalam bentuk p ∧ q: 0 < x ≤ 4.
Disjungsi dari pernyataan p: x ≥ 4 dan q: x < 0 adalah p ∨ q: x ≥ 4 atau x < 0. Dis-
jungsi ini bersifat eksklusif karena tidak mungkin dipenuhi sekaligus, yang berlaku
hanya salah satu saja.
CKPAR B-2
PM & SA – 09
Logika Matematika
Disjungsi dari pernyataan p: x ≤ 4 dan q: x > 0 adalah p ∨ q: x ≤ 4 atau x > 0, yang
dipenuhi oleh setiap bilangan real x. Disjungsi ini bersifat inklusif karena terdapat
bilangan real x yang sekaligus memenuhi x ≤ 4 dan x > 0.
Implikasi: ″jika x ≤ 4, maka x2 ≥ 0″ bernilai benar karena kuadrat dari sebarang bi-
langan selalu bernilai positif atau nol, termasuk bilangan yang memenuhi x ≤ 4.
Ekivalensi: ″x2 ≤ 4 ⇔ −2 ≤ x ≤ 2″ bernilai benar berdasarkan sifat pertaksamaan.
Nilai kebenaran dari pernyataan majemuk dapat ditampilkan dalam suatu tabel
yang dinamakan tabel kebenaran. Perhatikan tabel kebenaran untuk pernyataan maje-
muk yang dibentuk dari pernyataan p dan q berikut.
p∨q p∨q
p q ∼p ∼q p∧q inklusif eksklusif
p→q q→p p↔q
B B S S B B S B B B
B S S B S B B S B S
S B B S S B B B S S
S S B B S S S B B B
Dua pernyataan majemuk yang mempunyai tabel kebenaran sama dinamakan eki-
valen secara logika (setara). Pernyataan majemuk r dan s yang setara ditulis dengan
lambang r ≡ s, dan kebenarannya dibuktikan dengan menggunakan tabel kebenaran.
Selain itu tabel kebenaran juga digunakan untuk membuktikan bahwa dua pernyataan
majemuk yang berbentuk tautologi.
Sifat Untuk pernyataan p dan q berlaku:
h∼ (∼p) ≡ p, ingkaran dari ingkaran pernyataan adalah pernyataannya.
h(p → q) ≡ (∼q → ∼p); implikasi ∼q → ∼p dinamakan kontraposisi dari p → q
h(p → q) ≡ (∼p → ∼q) ≡ ∼p ∨ q dan ∼ (p → q) ≡ p ∧ ∼q
h(p ↔ q) ≡ (p → q) ∧ (q → p) ≡ (∼p ∨ q) ∧ (∼q ∨ p)
h(p ∧ q) → p, (p ∧ q) → q, p → (p ∨ q), dan q → (p ∨ q) semuanya tautologi.
Ilustrasi Slogan: ″merokok atau sehat ″ setara dengan
″jika tidak merokok, maka ia sehat ″
atau
″jika tidak sehat, maka ia merokok ″
Kesetaraan ini dapat diperlihatkan dengan cara berikut.
Misalkan p: ia merokok dan q: ia sehat, maka pernyataan ″merokok atau sehat ″
dapat dituliskan dalam bentuk p ∨ q.
Karena ∼(∼p) ≡ p, maka diperoleh kesetaraan p ∨ q ≡ ∼ (∼p) ∨ q ≡ ∼p → q, yang
berarti ″jika tidak merokok, maka ia sehat ″. Kontraposisi dari pernyataan ini ada-
lah ″jika tidak sehat, maka ia merokok ″.
2
Ilustrasi Tunjukkan ″jika x < 4, maka x < 2 ″ adalah suatu pernyataan yang benar.
2
Jawab Jika pertaksamaan x < 4 diselesaikan, maka solusinya adalah −2 < x < 2. Ini
berarti bahwa x > −2 dan x < 2. Misalkan p: x > −2 dan q: x < 2. Karena (p ∧ q) → q
adalah suatu tautologi, maka dari −2 < x < 2 dapat disimpulkan bahwa x < 2.
2
Ilustrasi Tunjukkan ″jika x = 4, maka x = 2 ″ adalah suatu pernyataan yang salah.
Jawab Pernyataan p → q bernilai salah dalam kasus p benar dan q salah. Misalkan
2
p: x = 4 dan q: x = 2. Karena x = −2 menghasilkan p benar dan q salah, maka pernya-
2
taan ″jika x = 4, maka x = 2 ″ salah.
2
Ilustrasi Tunjukkan ″jika x > 4, maka x > 2 ″ adalah suatu pernyataan yang salah.
Jawab Pernyataan p → q bernilai salah dalam kasus p benar dan q salah. Misalkan
2
p: x > 4 dan q: x > 2. Karena x = −3 menghasilkan p benar dan q salah, maka pernya-
taan ″jika x2 > 4, maka x > 2 ″ salah.
CKPAR B-2
PM & SA – 11
Metode Pembuktian secara Matematika
Pengantar
Pembuktian secara matematika merupakan suatu bagian dari penalaran deduktif
yang berbasiskan asumsi. Tujuannya adalah untuk meyakinkan kebenaran suatu per-
nyataan matematika dalam suatu sifat atau teorema yang berbentuk implikasi p ⇒ q
atau ekivalensi p ⇔ q. Untuk membuktikan ini terdapat beberapa cara, bukti langsung
atau bukti tak langsung yang berbentuk bukti dengan kontraposisi dan bukti dengan
kontradiksi. Selain itu dikenal juga bukti dengan induksi matematika.
Karena tidak mungkin ada bilangan bulat yang sekaligus ganjil dan genap, maka terjadilah per-
tengangan. Akibatnya pengandaian salah, sehingga diperoleh 2 bukan bilangan rasional.
Penulisan bahasa bagan ke bahasa narasi
Andaikan 2 adalah bilangan rasional, maka bilangan ini dapat ditulis sebagai
m
2 = n , m bilangan bulat, n bilangan asli, dengan m,n relatif prim
m 2 2 2 2
Karena 2 = n , maka m2 = 2 , sehingga m = 2n . Dari sini diperoleh m adalah bi-
n
langan genap, sehingga m juga bilangan genap. Karena m dan n relatif prim, maka
n harus bilangan ganjil.
Dari m bilangan genap diperoleh m = 2k dengan k bilangan bulat. Akibatnya
2 2 2 2 2
m = 4k = 2n , atau n = 2k .
2
Dari sini diperoleh n adalah bilangan genap, sehingga n juga bilangan genap, yang
bertentangan dengan hasil sebelumnya yang menyatakan n harus bilangan ganjil.
Karena terjadi pertentangan, maka pengadaian salah, sehingga kesimpulan yang benar
adalah 2 bukan suatu bilangan rasional.
CKPAR B-2
PM & SA – 13
Metode Pembuktian secara Matematika
Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan suatu cara penting dari pembuktian yang terkait
dengan pernyataan untuk bilangan asli. Pada himpunan bilangan asli ` = {1, 2,3,"}
diandaikan terdapat sifat urutan yang berikut.
Sifat urutan (ordering property), bilangan asli yang satu lebih kecil dari yang lain.
Sifat urutan rapi (well-ordering property), setiap himpunan bagian tak kosong dari
` mempunyai unsur terkecil. Jika S ⊆ ` dan S ≠ ∅, maka ∃ k ∈ S ∋ k ≤ n ∀n ∈ ` .
Teorema (Prinsip Induksi Matematika)
Jika S ⊆ ` memenuhi sifat (1) 1 ∈ S dan (2) k ∈ S ⇒ k + 1 ∈ S, maka S = ` .
Bukti Andaikan S ≠ `
⇓
` − S ≠ ∅ dan ( ` − S) ⊂ `
⇓
` − S mempunyai unsur terkecil m ∈ ` − S
⇓
m∉S
kontradiksi
m∈S
1 Œ S (1)
m œS } fi m >1Ô
¸ ⇑
˝ fi m - 1 œ ` - S fi m - 1 Œ S fi m = (m -1) + 1 Œ S
m terkecil di ` - S Ô˛ ( 2)
Pernyataan P(n) ini berlaku untuk n = 1,2, ⋅⋅⋅ , atau dapat juga mulai dari n = n0, n0 su-
atu bilangan asli tertentu. Jika bilangan asli diandaikan kumpulan tonggak berjajar dan
berjarak 1 satuan, maka gagasan pembuktiannya adalah jatuhnya tonggak pertama dan
jatuhnya dua tonggak berdekatan mengakibatkan seluruh tonggak jatuh. Pernyataan
P(n) tentang bilangan asli n pada beberapa kasus dapat dikonstruksi, setelah sifatnya
diperoleh barulah dibuktikan dengan induksi matematika.
CKPAR B-2
PM & SA – 14
Metode Pembuktian secara Matematika
Ilustrasi Buatlah konstruksi untuk jumlah n buah bilangan ganjil positif berurutan
mulai dari 1 kemudian buktikan hasilnya dengan induksi matematika.
2 2 2 2
Jawab Dari pola keberaturan 1 = 1 , 1 + 3 = 2 , 1 + 3 + 5 = 3 , 1 + 3 + 5 + 7 = 4 di-
2
peroleh P(n): 1 + 3 + 5 + … + (2n − 1) = n . Kita buktikan pernyataan P(n) benar untuk
setiap bilangan asli n dengan induksi matematika.
2
hUntuk n = 1 diperoleh P(1): 1 = 1 (pernyataan benar). Jadi P(1) benar.
2
hAndaikan P(n): 1 + 3 + 5 + … + (2n − 1) = n benar, akan dibuktikan P(n + 1) juga
benar. Karena untuk P(n + 1) kita mempunyai pernyataan
2 2
1 + 3 + 5 + … + (2n − 1) + (2n + 1) = n + 2n + 1 = (n + 1) ,
maka P(n + 1) juga benar.
2
Jadi terbuktilah 1 + 3 + 5 + … + (2n − 1) = n benar untuk setiap bilangan asli n.
n
Ilustrasi Buktikan P(n): n < 2 benar untuk setiap bilangan asli n.
Bukti
1
hUntuk n = 1 diperoleh P(1): 1 < 2 = 2 (pernyataan benar). Jadi P(1) benar.
n
hAndaikan P(n): n < 2 benar, akan dibuktikan P(n + 1) juga benar. Karena untuk
P(n + 1) kita mempunyai pernyataan
n n n n n+1
n + 1 < 2 + 1 < 2 + 2 = 2⋅2 = 2 ,
maka P(n + 1) juga benar.
n
Jadi terbuktilah P(n): n < 2 benar untuk setiap bilangan asli n.
n+1 n
Ilustrasi Buktikan P(n): n > (n + 1) benar untuk setiap bilangan asli n > 2.
Bukti
4 3
hUntuk n = 3 diperoleh P(3): 81 = 3 > 4 = 64 (pernyataan benar). Jadi P(3) benar.
n+1 n
hAndaikan P(n): n > (n + 1) benar, akan dibuktikan P(n + 1) juga benar. Karena
untuk P(n + 1) kita mempunyai pernyataan
n n +1 ( n + 2)n +1 ( n +1) n + 2◊ ( n +1)n
(n + 1) n + 2 = (n + 1) n+ 2 ◊ ◊ > (n + 2) n+1
n n +1 ( n + 2)n +1 ( n + 2) n +1◊ n n +1
( n +1) 2 n + 2 n +1 (( n +1)2 )n +1
= ( n + 2) = (n + 2) n +1
( n ( n + 2)) n +1 (n( n + 2)) n +1
( )
n +1
n 2 + 2 n +1
= (n + 2) n+1 > 1◊ (n + 2) n+1 = (n + 2) n +1,
n2 + 2 n
maka P(n + 1) juga benar.
n+1 n
Jadi terbuktilah P(n): n > (n + 1) benar untuk setiap bilangan asli n > 2.
Him - Fs – 01 Koko Martono, FMIPA - ITB Januari 2011
Himpunan
Himpunan merupakan suatu istilah dasar (tak terdefinisi/primitif) dalam matemati-
ka. Istilah himpunan tidak didefinisikan tetapi dideskripsikan agar dapat dibedakan
antara anggota dan bukan anggota himpunan.
Notasi Himpunan dituliskan dengan huruf besar dan unsurnya dengan huruf kecil.
Untuk himpunan A dan unsur x, lambang x Œ A berarti x anggota dari A dan x œ A
berarti x bukan anggota dari A.
Untuk himpunan A dan unsur x terdapat dua kemungkinan, atau x Œ A, atau x œ A.
Cara memperkenalkan himpunan tanpa serangkaian aksioma dikenal sebagai naive
set theory, dan dianggap cukup memadai untuk bekerja dengan himpunan dalam
konteks analisis real.
Himpunan kosong (hampa), ditulis ∆, didefinisikan sebagai himpunan yang tidak
mempunyai unsur.
Lambang Himpunan Bilangan
Himpunan bilangan asli: = {1,2, 3, }
Himpunan bilangan bulat: = { , -3, - 2, -1,0,1, 2, 3, }
Himpunan bilangan rasional: = {x : x = m
n , mŒ , nŒ }
Himpunan bilangan real: = {x : x bilangan rasional atau irasional}
Relasi antar Himpunan
Himpunan bagian A dikatakan himpunan bagian dari B, ditulis A ⊆ B, jika setiap
unsur di A termasuk di B.
¾ Dengan lambang matematika ditulis: A ⊆ B jika "x Œ A berlaku x Œ A fi x Œ B.
¾ Ingkaran definisi ini menyatakan: A { B jika $ x Œ A 'x œ B.
¾ Sifat: "B, ∆ ⊆ B karena x Œ∆ fi x Œ B merupakan suatu pernyataan benar.
S
B
Himpunan sama A dikatakan sama dengan B, ditulis A = B jika A ⊆ B dan B ⊆ A.
Dalam konteks ini A dan B mempunyai unsur yang sama.
CKPAR B-3
Him-Fs – 02
Operasi antar Himpunan
A B A B A B A B
( )
C
Dengan hukum de¢ Morgan ∩in=1 Ai = ∪in=1 AiC buktikan B - ∪in=1 Ai = ∩in=1 (B - Ai ) .
Bukti
( ) = ( ∩ B ) « (∩ )=∩
C
B - ∪in=1 Ai = B « ∪in=1 Ai n
i =1
n C
i =1 Ai
n
i =1 (B « AiC ) = ∩in=1 (B - Ai ) .
Buktikan A ⊆ B ¤ BC ⊆ AC ¤ A « B = A ¤ A » B = B ¤ A - B = ∆.
Bukti Untuk membuktikan semua ekivalensi ini cukup diperlihatkan
(1) A ⊆ B fi BC ⊆ AC (2) BC ⊆ AC fi A « B = A (3) A « B = A fi A » B = B
(4) A » B = B fi A - B = ∆, dan (5) A - B = ∆ fi A ⊆ B
Bukti (1) Dengan asumsi A ⊆ B akan dibuktikan BC ⊆ AC.
Andaikan BC { AC, maka $ x Œ BC ' x œ AC. Akibatnya $ x Œ BC' x Œ A ⊆ B. Dari sini,
$ x œ B dan x Œ B. (kontradiksi). Jadi haruslah BC ⊆ AC.
Bukti (2) Dengan asumsi BC ⊆ AC akan dibuktikan A « B = A (A « B ⊆ A dan A ⊆ A « B)
¾ Misalkan x Œ A « B, maka x Œ A dan x Œ B. Akibatnya x Œ A, jadi A « B ⊆ A.
¾ Andaikan A { A « B, maka $ x Œ A ' x œ A « B. Akibatnya $ x Œ A ' x Œ AC » BC.
Dari sini, $ x Œ A dan x Œ AC » AC = AC (kontradiksi). Jadi haruslah A ⊆ A « B.
Bukti (3) Dengan asumsi A « B = A akan dibuktikan A » B = B.
¾ Andaikan A»B { B, maka $ x ŒA»B ' x œ B. Akibatnya $ x ŒA-B ' x œA « B = A.
Dari sini, $ x ŒA dan x œ B tetapi x œA (kontradiksi). Jadi haruslah A » B ⊆ B.
¾ Misalkan x Œ B, maka x Œ A atau x Œ B. Akibatnya x Œ A » B, jadi B ⊆ A » B.
Bukti (4) Dengan asumsi A » B = B akan dibuktikan A - B = ∆.
Karena B = A » B, maka
A - B = A - (A » B) = A « (A » B)C = A « (AC « BC) = (A « AC) « BC = ∆ « BC = ∆.
Bukti (5) Dengan asumsi A - B = ∆ akan dibuktikan A ⊆ B.
Karena A - B = ∆, maka A = (A - B) » (A « B) = ∆ » (A « B) = A « B ⊆ B.
Buktikan (1) ∆C = S dan (2) A « AC = ∆
Bukti (1) Akan dibuktikan ∆C ⊆ S (otomatis karena S semesta) dan S ⊆ ∆C. Andaikan
S { ∆C, maka $ x ŒS 'x œ ∆C, akibatnya $ x ŒS ' x Œ ∆ (kontradiksi). Jadi S ⊆ ∆C.
Bukti (2) Akan dibuktikan ∆ ⊆ A « AC (otomatis karena ∆ ⊆ B "B) dan A « AC ⊆ ∆.
Andaikan A « AC { ∆, maka $ x Œ A « AC ' x œ ∆, akibatnya $ x Œ A, x œ A, dan x Œ S.
(kontradiksi). Jadi A « AC ⊆ ∆.
CKPAR B-3
Him-Fs – 05
Himpunan Pasangan Terurut dan Relasi
f f (x) H
x
G
f (A) f (G) Rf
A =f -1(Rf)
-1
Rf Rf f (H)
-1
Df = f (A) = peta dari A f (G) = peta dari G ⊆ A f (H) = prapeta dari H ⊆ B
y Contoh Peta dan Prapeta Fungsi
2
5 y = f (x) = x
2 Peta dari himpunan A = (-1,2] oleh fungsi f (x) = x
2
4 adalah f (A) = [0,4] karena -1 < x £ 2 fi 0 £ x £ 4
3 adalah suatu pernyataan benar.
2
2 Prapeta dari himpunan B = [0,4] oleh fungsi f (x) = x
-1 2
1 adalah f (B) = [-2,2] karena 0 £ x £ 4 fi -2 < x £ 2
0 adalah suatu pernyataan benar.
-3 -2 -1 1 2 3 x Prapeta dari himpunan f (A) = [0,4] oleh fungsi
2
f (x) = x adalah
-1 -1
Peta dan prapeta f (x) = x
2
f ( f (A)) = f ([0,4] ) = [-2,2] ⊇ (-1,2] = A.
CKPAR B-3
Him-Fs – 08
Teorema Dasar Pemetaan Himpunan
Teorema Dasar Pemetaan Himpunan
Teorema 1 Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika P, Q ⊆ A, maka
(1) f (P » Q) = f (P) » f (Q) (2) f (P « Q) ⊆ f (P) « f (Q)
Bukti (1) Akan dibuktikan f (P » Q) ⊆ f (P) » f (Q) dan f (P) » f (Q) ⊆ f (P » Q).
¾ Misalkan y Œ f (P » Q), maka $ x Œ P » Q ' f (x) = y. Dari sini diperoleh
$ x Œ P atau x Œ Q ' f (x) = y
$ x Œ P ' f (x) = y atau $ x Œ Q ' f (x) = y
y Œ f (P) atau y Œ f (Q)
Jadi y Œ f (P) » f (Q), dan terbuktilah f (P » Q) ⊆ f (P) » f (Q).
¾ Misalkan y Œ f (P) » f (Q), maka y Œ f (P) atau y Œ f (Q). Dari sini diperoleh
$ x1 Œ P ⊆ P » Q ' f (x1) = y atau $ x2 Œ Q ⊆ P » Q ' f (x2) = y
y Œ f (P » Q) atau y Œ f (P » Q)
Jadi y Œ f (P » Q), dan terbuktilah f (P) » f (Q) ⊆ f (P » Q).
Bukti (2) Misalkan y Œ f (P « Q), maka $ x Œ P « Q ' f (x) = y. Dari sini diperoleh
$ x Œ P dan x Œ Q ' f (x) = y
$ x Œ P ' f (x) = y dan $ x Œ Q ' f (x) = y
tidak dapat dibalik
y Œ f (P) dan y Œ f (Q)
Jadi y Œ f (P) « f (Q), dan terbuktilah f (P « Q) ⊆ f (P) « f (Q).
Catatan Kesimpulan f (P) « f (Q) ⊆ f (P « Q) tidak benar lagi, contoh penyangkalnya
2
adalah fungsi f (x) = x dengan P = [-1,0] dan Q = [0,2]. Di sini kita mempunyai
P « Q = {0} dengan f (P « Q) = {0};
f (P) = [0,1], f (Q) = [0,4] dengan f (P) « f (Q) = [0,1] { f (P « Q).
Teorema 2 Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika D, E ⊆ B, maka
-1 -1 -1 -1 -1 -1
(1) f (D » E) = f (D) » f(E) (2) f (D « E) = f (D) « f (E)
Bukti (1) Bukti (2)
-1
x Œ f (D » E) ¤ f (x) ŒD » E x Œ f -1(D « E) ¤ f (x) ŒD « E
¤ f (x) ŒD atau f (x) ŒE ¤ f (x) ŒD dan f (x) ŒE
¤ x Œ f -1(D)atau x Œ f -1(E) ¤ x Œ f -1(D)dan x Œ f -1(E)
¤ x Œ f -1(D) » f -1(E). ¤ x Œ f -1(D) « f -1(E).
-1
Teorema 3 Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika C ⊆ A, maka C ⊆ f ( f (C)).
Bukti Misalkan x Œ C ⊆ A, maka $ y Œ Rf ⊆ B ' y = f (x) Œ f (C). Berdasarkan syarat ke-
-1 -1
anggotaan prapeta H, x Œ f (H) ¤ f (x) Œ H langsung diperoleh x Œ f ( f (C)).
-1
Jadi terbuktilah C ⊆ f ( f (C)).
CKPAR B-3
Him-Fs – 09
Fungsi Bijektif dan Fungsi Invers
Fungsi Surjektif, Injektif, dan Bijektif
Fungsi f : A Æ B, f (x) = y dikatakan surjektif jika Rf = f (A) = B. Fungsi surjektif ber-
3 2
sifat "y Œ B $ x Œ A ' f (x) = y. Ilustrasi: f (x) = x + ax + bx + c adalah fungsi surjek-
2
tif sedangkan f (x) = x + px + q bukan fungsi surjektif. (jelaskan mengapa!).
Fungsi f : A Æ B, f (x) = y dikatakan injektif jika "u, v Œ A, f (u) = f (v) fi u = v. Kon-
3
disi ini setara dengan "u, v Œ A, u π v fi f (u) π f (v). Ilustrasi: f (x) = x + x adalah
3
fungsi injektif sedangkan f (x) = x - x bukan fungsi injektif. (jelaskan mengapa!)
Fungsi f : A Æ B, f (x) = y dikatakan bijektif jika f fungsi surjektif dan injektif. Ilus-
3 2
trasi: f (x) = x + x adalah fungsi bijektif sedangkan f (x) = x bukan fungsi bijektif.
Jawab Misalkan y Œ f (P) « f (Q), maka y Œ f (P) dan y Œ f (Q). Dari sini diperoleh
$ u Œ P ' f (u) = y dan $ v Œ Q ' f (v) = y.
Karena f fungsi injektif, maka dari f (u) = y = f (v) diperoleh u = v. Sebutlah u = v = x, ma-
ka $ x Œ P ' f (x) = y dan $ x Œ Q ' f (x) = y. Jadi $ x Œ P dan x Œ Q ' f (x) = y, sehingga
$ x Œ P«Q'f (x) = y. Karena itu y Œ f (P « Q) dan terbuktilah f (P) « f (Q) ⊆ f (P«Q).
Fungsi Invers
Fungsi f : A Æ B, f (x) = y dapat dipandang sebagai himpunan pasangan terurut
f = {(x,y) Œ A ¥ B : f (x) = y}
Jika x dan y dibuat saling bertukar peran, maka diperoleh {(y,x) Œ B ¥ A : f (y) = x},
atau {(y,x) Œ B ¥ A : (x,y) Œ f } Himpunan pasangan terurut ini berbentuk fungsi de-
ngan kondisi f bijektif, atau f injektif dalam kasus B = Rf.
Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y yang injektif, fungsi g = {(y,x) Œ B ¥ A : (x,y) Œ f }
-1
dinamakan invers dari f, dan ditulis dengan lambang g = f . Dari sini diperoleh
-1 -1
(y, x) Œ f ¤ (x,y) Œ f, atau x = f ( y) ¤ y = f (x).
-1
Karena titik (x,y) dan (y, x) simetri terhadap garis y = x, maka kurva f dan kurva f
simetri terhadap garis y = x.
-1
Contoh Jika f : Df Æ Rf fungsi injektif, buktikan f : Rf Æ Df juga fungsi injektif.
-1 -1
Jawab Akan dibuktikan "u, v Œ Rf berlaku f (u) = f (v) fi u = v.
-1 -1
Misalkan s = f (u) dan t = f (v). Karena fungsi f injektif, maka u = f (s) dan v = f (t).
-1 -1
Karena diketahui f (u) = f (v), maka s = t dengan f suatu fungsi, sehingga f (s) = f (t).
-1
Jadi kita mempunyai u = f (s) = f (t) = v, sehingga u = v, dan terbuktilah f : Rf Æ Df ju-
ga fungsi injektif.
CKPAR B-3
Him-Fs – 10
Fungsi Komposisi
Fungsi Komposisi A B g C
Untuk fungsi f
f : A Æ B dan g : B Æ C, g
fungsi komposisi g o f : A Æ C x
f (x)
g(f (x))
( f dilanjutkan g), gof (x)
didefinisikan sebagai gof
g o f (x) = g ( f (x)) " x Œ A. f g
(g o f ) -1 = f -1o g-1
Bukti Karena
x Œ( g f ) -1 (H ) ¤ g f (x) ŒH ¤ g ( f (x)) ŒH ¤ f (x) Œg -1(H ) ¤ x Œ f -1( g -1(H )),
maka terbuktilah ( g f ) -1 ( H ) = f -1 ( g -1 ( H )).
CKPAR B-3
Him-Fs – 11
Soal Latihan Himpunan dan Fungsi
Teorema Jika f : A Æ B dan g : B Æ C fungsi injektif, maka komposisi g o f : A Æ C
juga fungsi injektif.
Bukti Akan dibuktikan "u, v Œ A berlaku g o f (u) = g o f (v) fi u = v.
Berdasarkan definisi komposisi, dari g o f (u) = g o f (v) diperoleh g ( f (u)) = g ( f (v)).
Karena fungsi g injektif, maka ini mengakibatkan f (u) = f (v). Kemudian, karena fung-
si f juga injektif, maka dari sini diperoleh u = v. Jadi terbuktilah g o f fungsi injektif.
Teorema Jika fungsi f dan g memenuhi
g o f (x) = x "x Œ Df dan f o g (y) = y "y Œ Dg,
-1
maka g adalah invers dari fungsi f, yaitu g = f .
Bukti Akan dibuktikan (x,y) Œ f ¤ ( y, x) Œ g. Kondisi yang diberikan dapat ditulis
(1) g ( f (x)) = x "x Œ Df dan (2) f ( g (y)) = y "y Œ Dg.
(fi) Dari (x,y) Œ f diperoleh y = f (x) "x Œ Df. Gantikan ke (2), diperoleh
f ( g (y)) = y = f (x) "x Œ Df dan "y Œ Dg.
Dengan menggunakan (1) diperoleh g ( y) = g ( f (x)) = x "x Œ Df dan "y Œ Dg.
Jadi g ( y) = x "y Œ Dg, sehingga terbuktilah (y, x) Œ g.
(‹) Dari ( y, x) Œ g diperoleh x = g( y) "y Œ Dg. Gantikan ke (1), diperoleh
g ( f (x)) = x = g( y) "x Œ Df dan "y Œ Dg.
Dengan menggunakan (2) diperoleh f (x) = f (g( y)) = y "x Œ Df dan "y Œ Dg.
Jadi f (x) = y "x Œ Df, sehingga terbuktilah (x, y) Œ f.
-1
Karena itu terbuktilah (x,y) Œ f ¤ ( y, x) Œ g, akibatnya g = f .
Soal uji konsep dengan benar – salah, berikan argumentasi atas jawaban Anda.
No. Pernyataan Jawab
1. Untuk sebarang himpunan A dan B, jika x œ A - B, maka x œ A dan x Œ B. B−S
2. Untuk sebarang himpunan A, B, dan C, jika A ⊆ B dan A ⊆ C, maka A ⊆ B « C. B−S
3. Untuk sebarang himpunan A, himpunan kosong ∆ dan A tidak beririsan. B−S
4. Jika n(P) = banyaknya unsur di himpunan P, n Œ , maka n(A » B) = n(A) + n(B). B−S
5. Untuk sebarang himpunan A dan B berlaku A ¥ (A » B)) = (A ¥ B) » (A ¥ A). B−S
6. Pada relasi R ⊆ A ¥ B, jika u = v fi f (u) = f (v) " u, v Œ A, maka R adalah suatu fungsi. B−S
7. Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika P, Q ⊆ A, maka f (P - Q) = f (P) - f (Q). B−S
8. Peta dari P = {x : -1 < x £ 2} oleh fungsi f (x) = x | x | adalah f (P) = {x : 0 £ x £ 8}.
2
B−S
9. Jika fungsi f dan g memenuhi f g (x) = g f (x) "x Œ , maka f dan g saling invers. B−S
10. Terdapat fungsi f : Æ dan g : Æ yang memenuhi f g (x) = g f (x) "x Œ . B−S
CKPAR B-3
Him-Fs – 12
Soal Latihan Himpunan dan Fungsi
Soal yang terkait dengan himpunan
11. Buktikan bahwa banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan dengan n unsur adalah 2n.
12. Untuk sebarang himpunan A dan B, buktikan himpunan (A - B) dan (A « B) saling lepas dan ga-
bungannya adalah A.
13. Untuk sebarang himpunan A dan B, buktikan A « B = A - (A - B).
14. Untuk sebarang himpunan A, B, dan C, buktikan (A - B) « (A - C) ⊆ A - (B « C) kemudian cari-
lah contoh penyangkal yang menyatakan kebalikannya tidak benar lagi.
15. Untuk sebarang himpunan A, B, dan C, buktikan A « (B » C) ⊆ (A « B) » C) kemudian carilah
contoh penyangkal yang menyatakan kebalikannya tidak benar lagi.
16. Untuk sebarang himpunan A, B, C, dan D, buktikan (A - C) » (B - D) ⊆ (A » B) - (C « D). Ke-
mudian carilah contoh penyangkal yang menyatakan kebalikannya tidak benar lagi.
17. Untuk sebarang himpunan B dan koleksi {A1, A2, ◊◊◊, An}, buktikan B - ∩in=1 Ai ) = ∪in=1 (B - Ai ).
18. Untuk sebarang himpunan A dan B definisikan operasi ≈ dan ◊ sebagai berikut.
A ≈ B = ( A - B ) » ( B - A) dan A ◊ B = A « B.
Buktikan (a) A ≈ A = ∆ (b) A ≈ B = B ≈ A (c) ( A ≈ B) ≈ C = A ≈ ( B ≈ C )
(d) A ◊ ( B ≈ C ) = ( A ◊ B) ≈ ( A ◊ C ) (e) A - B = A ≈ ( A ◊ B) (f) A ≈ B = A ≈ C fi B = C
Sistem yang didefinisikan di atas merupakan suatu contoh dari Aljabar Boole.
19. Jika R relasi pada dengan R = {(x,y) : 4x2 + 9y2 £ 36}, buktikan rentang nilai x dan y meme-
nuhi -3 £ x £ 3 dan -2 £ y £ 2.
20. Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika P ⊆ Q ⊆ A, buktikan f (P) ⊆ f (Q).
21. Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika D ⊆ E ⊆ Rf, buktikan f -1(D) ⊆ f -1(E).
22. Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika C ⊆ A dan f fungsi injektif, buktikan C = f -1( f (C)). Ke-
mudian berikan contoh penyangkal bahwa jika kondisi injektif dibuang, maka f -1( f (C)) { C.
23. Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika P,Q ⊆ A, buktikan f (P) - f (Q) ⊆ f (P - Q). Kemudian beri-
kan contoh penyangkal bahwa f (P) - f (Q) π f (P - Q).
24. Tentukan suatu pemetaan bijektif f dari selang tutup [a,b] ke selang tutup [0,1].
25. Tentukan suatu pemetaan bijektif f dari (a) ke selang buka (0,1) (b) selang buka (0,1) ke .
26. Tentukan suatu pemetaan bijektif f dari selang buka (0,1) ke selang (0,1].
Kunci Jawaban
1. S 2. B 3. B 4. S 5. B 6. S 7. S 8. B 9. S 10. B. Untuk soal 10, ambillah f (x) = 3x dan g(x) = 4x.
11. Gunakan induksi pada n. 14. CP: A = {1,4,5,7}, B = {2,4,6,7}, C = {3,5,6,7}. 15. CP: sama seperti 14.
16. CP: A = {1,2,3}, B = {3,4,5}, C = {2,3,4}, D = {4,5,6}. 19. 4x - 36 £ -9x £ 0 dan 9y - 36 £ -4x £ 0
2 2 2 2
22. CP: f (x) = x dengan C yang tepat. 24. f (x) = (x - a)/(b - a) 25. (a) f (x) = 12 tanh x + 12 (b) f invers (a);
2
ÏÔ x , x Œ (0,1) - { 12 , 13 , 14 , }
(
atau f (x) = x - 1
) /(x - x ) 26. f : (0,1) Æ (0,1], f (x) = Ì 1
2
ÔÓ n - 1 , x = 2 , 3 , 4 , (n = 2,3, 4, )
2 1 1 1
Bil Real – 01 Koko Martono, FMIPA - ITB Januari 2011
3
Bukti Andaikan 3 bilangan rasional.
3
3=m n , m Œ , n Œ ; m, n relatif prim
m3 fl 3 3 3
3 = 3 fi m = 3n fi m kelipatan 3 fi m kelipatan 3 fi n bukan kelipatan 3
n
saling bertentangan
3 3 3 3 3 3 3
m = 3k, k Œ fi m = 27k = 3n fi n = 9k = 3(3k ) fi n kelipatan 3 fi n kelipatan 3
Jadi haruslah 3
3 bilangan irasional.
a c ad + bc
Contoh Jika a, b, c, d Œ dengan b, d π 0, buktikan b + d = bd .
2 2
(2) Karena 1 Œ dan 1 π 0, maka 1 > 0, sehingga 1 = 1 > 0. Jadi 1 > 0.
(3) Gunakan induksi matematika, kerjakan sebagai latihan.
Teorema 3 Untuk a, b, c, d Œ berlaku sifat berikut.
(1) Jika a > b, maka a + c > b + c.
(2) Jika a > b dan c > d, maka a + c > b + d.
(3) Jika a > b dan c > 0, maka ac > bc dan jika a > b dan c < 0, maka ac < bc.
(4) Jika a > b > 0, maka 0 < 1a < b1 dan jika a < b < 0, maka 0 > 1a > b1 .
Bukti Kerjakan sebagai latihan.
Teorema 4 (1) Jika a Œ memenuhi 0 £ a < e "e > 0, maka a = 0.
(2) Jika a, b Œ memenuhi a - e < b "e > 0, maka a £ b.
Bukti
(1) Andaikan a π 0, maka a > 0 karena diketahui 0 £ a. Karena 0 £ a < e "e > 0, maka
dengan mengambil e = 12 a > 0 diperoleh 0 £ a < 12 a . Karena a > 0, akibatnya 1< 12 .
(kontradiksi) Jadi haruslah a = 0.
(2) Andaikan a > b, maka a - b > 0. Karena a - e < b "e > 0, maka dengan mengambil
e = 12 (a - b) > 0 diperoleh 2e = a - b, sehingga b = a - 2e. Gantikan nilai b ini pada
a - e < b, diperoleh a - e < a - 2e. Akibatnya -e < -2e, sehingga 1 > 2. (kontradiksi)
Jadi haruslah a £ b.
Bukti Kondisi soal ini adalah a dan b tidak semua 0. Kasus yang mungkin adalah
(1) a = 0 dan b > 0 atau (2) a > 0 dan b > 0
(1) Kasus a = 0 dan b > 0: Bukti otomatis karena 0 < b ¤ 0 < b 2 ¤ 0 < b .
(2) Kasus a = 0 dan b > 0: Akan dibuktikan a < b ¤ a 2< b 2 dan a< b ¤a <b.
¾ Bukti a < b fi a 2< b 2 :
0<a <bfia-b<0
a+b>0 }
fi (a - b)(a + b) < 0 fi a 2 - b 2 < 0 fi a 2 < b 2.
( ) B 2 - AC
2
Catatan Karena F (t ) = At 2 - 2 Bt + C = A t - BA - A , maka kita mempunyai
F (t ) ≥ 0 ¤ A > 0 dan B 2 - AC £ 0 ¤ A > 0 dan B £ AC .
CKPAR B - 4
Bil Real – 08
Nilai Mutlak dan Sifat Terkait
Nilai Mutlak
Lambang Nilai mutlak dari bilangan real a ditulis dengan lambang | a |.
Rancangan Definisi Nilai mutlak dari bilangan real a dirancang sebagai ukuran
jarak dari a ke 0 pada garis bilangan, atau dirancang sebagai maks {a,-a}.
Definisi Nilai Mutlak Nilai mutlak dari bilangan real a didefinisikan sebagai
|a| =
a, a ≥ 0
- a, a < 0{
Sifat Nilai Mutlak
Dari definisi nilai mutlak untuk bilangan real dapat dibuktikan berbagai teorema
penting berikut ini.
Teorema 1 (1) | a | = maks {a,-a} dan -| a | = min {a,-a}.
(2) | a | ≥ 0 "a Œ dan | a | = 0 ¤ a = 0.
(3) | -a | = a "a Œ dan | a - b | = | b - a | "a, b Œ .
|a|
(4) | ab | = | a | | b | "a, b Œ dan ba = | b | "a, b Œ , b π 0.
Bukti Kerjakan sebagai latihan.
Teorema 2 (1) -| a | £ a £ | a | "a Œ .
2 2
(2) Untuk c ≥ 0 berlaku | a | £ c ¤ -c £ a £ c ¤ a £ c .
2 2
(3) Untuk c ≥ 0 berlaku | a | ≥ c ¤ a ≥ c atau a £ -c ¤ a ≥ c .
Bukti Kerjakan sebagai latihan.
Teorema 3 Ketaksamaan segitiga Untuk setiap "a, b Œ berlaku
(1) | a + b | £ | a | + | b | (3) | a | - | b | £ | a - b |
(2) | a - b | £ | a | + | b | (4) || a | - | b || £ | a - b |
Bukti
(1)
a Œ fi -|a| £ a £ |a|
b Œ fi - |b| £ b £ |b| + }
fi - (| a | + | b |) £ a + b £ | a | + | b | fi | a + b | £ | a | + | b | .
2 ( 2)
Lingkungan
Ne (a)
Lingkungan Lingkungan-e dari bilangan real a, ditulis
Ne (a) , didefinisi sebagai Ne (a) = {x Œ :| x - a | < e } . a-e a a+e
0 1
x<0 0£x<1 x≥1
| x - 1| = 1- x dan | x | = -x | x - 1| = 1- x dan | x | = x | x - 1| = x - 1 dan | x | = x
gantikan ke | x - 1 | £ 2| x | gantikan ke | x - 1 | £ 2| x | gantikan ke | x - 1 | £ 2| x |
1- x £ -2x 1- x £ 2x x- 1 £ 2x
x £ -1 3x ≥ 1, x ≥ 13 x ≥ -1
Solusi: x £ -1 Ÿ x < 0 ∫ x £ -1 x ≥ 13 Ÿ 0 £ x < 1 ∫ 13 £ x <1 x ≥ -1 Ÿ x ≥ 1 ∫ x ≥ 1
x2 - 4 x + 3 1
Jawab Karena penyebutnya definit positif, tulislah = 2 | x 2 - 4 x + 3| .
x2 - 2 x + 2 x - 2x + 2
2 2 2 2
Kemudian tulislah x - 4x + 3 = (x - 2) - 1 dan x - 2x + 2 = (x - 1) + 1.
2 2
¾ | x | £ 2 fi -2 £ x £ 2 fi -3 £ x - 1 £ 2 fi 0 £ (x - 1) £ 9 fi 1 £ (x - 1) + 1£ 10
2 1 £ 1
fi 1 £ x - 2x + 2 £ 10 fi 10 £ 1.
x2 - 2 x + 2
2 2
¾ | x | £ 2 fi -2 £ x £ 2 fi -4 £ x - 2 £ 0 fi 0 £ (x - 2) £ 16 fi -1 £ (x - 2) - 1 £ 15
2 2
fi -1 £ x - 4x + 3 £ 15 fi 0 £ | x - 4x + 3 | £ 15.
x2 - 4 x + 3 1
Jadi untuk | x | £ 2 berlaku = 2 | x 2 - 4 x + 3| £ 1◊15 = 15.
x - 2x + 2
2 x - 2x + 2
Contoh Jika a, b Œ dan "e > 0, x Œ Ne (a) dan y Œ Ne (b), buktikan x + y Œ N 2e (a + b).
Contoh Jika U = { x Œ : 0 < x < 1} = (0,1), buktikan "a Œ U $ d > 0 ' Nd (a) ⊆ U.
() ( ) ( )
Nd (a)
Nd 12 = 12 -d , 12 +d = 14 , 34 ⊆ (0,1) = U.
0 a 1
h Jika 0 < a < 12 , ambillah d = a, maka dari a 1-a
Supremum
n -1
Fenomena Himpunan A ⊆ , A = {0, 12 , 32 , 34 , } = { n : n Œ } tidak mempunyai
unsur terbesar karena himpunan bilangan asli tidak mempunyai unsur terbesar. Ka-
rena A dapat ditulis A = {1 - 1n : n Œ } , maka untuk n yang semakin besar, unsur di A
semakin dekat ke 1. Unsur 1∈ ini dirancang sebagai batas atas terkecil dari A.
Batas atas Untuk himpunan tak kosong S ⊆ ,
bilangan real u dikatakan suatu batas atas dari S jika x ≤ u ∀x ∈ S.
Ingkaran definisi batas atas adalah
bilangan real u2 bukan suatu batas atas dari S jika ∃ t ∈ S ∋ t > u2.
Supremum Untuk himpunan tak kosong S ⊆ , bilangan real u adalah batas atas
terkecil (supremum) dari himpunan S, ditulis u = sup S jika u suatu batas atas dari S
dan batas atas lain dari S lebih besar atau sama dengan u. Di sini kita mempunyai
u = sup S ¤ { x £ u "x Œ S
u1 batas atas dari S fi u £ u1
¤ {
x £ u "x Œ S
u2 < u fi u2 bukan batas atas dari S
{ {
kontraposisi
x £ u "x Œ S x £ u "x Œ S
¤ ¤
"e > 0, u - e bukan batas atas dari S "e > 0, $ se ŒS 'se > u - e
Infimum
n +1
Fenomena Himpunan A ⊆ , A = {2, 32 , 43 , 54 , } = { n : n Œ } tidak mempunyai
unsur terkecil karena himpunan bilangan asli tidak mempunyai unsur terbesar. Ka-
rena A dapat ditulis A = {1 + 1n : n Œ } , maka untuk n yang semakin besar, unsur di A
semakin dekat ke 1. Unsur 1∈ ini dirancang sebagai batas bawah terbesar dari A.
Batas bawah Untuk himpunan tak kosong S ⊆ ,
bilangan real v dikatakan suatu batas bawah dari S jika x ≥ v ∀x ∈ S.
Ingkaran definisi batas atas adalah
bilangan real v2 bukan suatu batas bawah dari S jika ∃ y ∈ S ∋ y < v2.
Infimum Untuk himpunan tak kosong S ⊆ , bilangan real v adalah batas bawah
terbesar (infimum) dari himpunan S, ditulis v = inf S jika v suatu batas bawah dari S
dan batas bawah lain dari S lebih kecil atau sama dengan v. Di sini kita mempunyai
v = inf S ¤ {
x ≥ v "x Œ S
v1 batas bawah dari S fi v ≥ v1
¤ {
x ≥ v "x Œ S
v2 > v fi v2 bukan batas bawah dari S
{ {
kontraposisi
x ≥ v "x Œ S x ≥ v "x Œ S
¤ ¤
"e > 0, v + e bukan batas bawah dari S "e > 0, $ se ŒS 'se < v + e
CKPAR B - 5
Bil Real – 12
Supremum dan Infimum beserta Sifat Terkait
¾ u1 batas atas dari S ¤ x ≤ u1 ∀x ∈ S.
{
batas atas dari S ⇒ u3 ≥ u
u3
x £ u "x Œ S
u1 batas atas dari S ⇒ u1 ≥ u ¾ u = sup S ¤
u1batas atas dari S fi u £ u1
u batas atas terkecil dari S, u = sup S
u2 = u − ε bukan batas atas dari S ¾ u2 = u − ε bukan batas atas dari S
s∈S ∃ t ∈ S, ∋ t > u2 ¤ ∃ t ∈ S ∋ t > u2 = u − ε.
S x ∈ S, S himpunan bagian dari
¾ v2 = v + ε bukan batas bawah dari S
s∈S ∃ y ∈ S, ∋ y < v2
v2 = v + ε
¤ ∃ y ∈ S ∋ y < v2 = v + ε.
{
bukan batas bawah dari S
batas bawah terbesar dari S, v = inf S x ≥ v "x Œ S
v
¾ v = inf S ¤
v1 batas bawah dari S ⇒ v1 ≤ v v1batas bwh dari S fi v ≥ v1
v3 batas bawah dari S ⇒ v3 ≤ v
¾ v1 batas bawah dari S ¤ x ≥ v1 ∀x ∈ S.
Catatan
¾ Untuk S ⊆ yang bukan himpunan kosong, supremum didefinisikan jika S terbatas
di atas dan infimum didefinisikan jika S terbatas di bawah. Dalam kasus S terbatas
di atas dan di bawah, S dikatakan terbatas.
¾ Jika S ⊆ adalah himpunan kosong, maka setiap bilangan real merupakan batas
atas (bawah) dari S, sehingga didefinisikan sup S = −∞ dan inf S = ∞.
Sifat yang terkait dengan aksioma kelengkapan sistem bilangan real adalah eksis-
tensi infimum di dari suatu himpunan bagian tak kosong dari .
Teorema 4 Setiap himpunan bagian tak kosong T ⊆ yang terbatas di bawah
mempunyai infimum di .
(T ⊆ , T ≠ ∅, dan T terbatas di bawah ⇒ ∃ v ∈ ∋ v = inf T)
Bukti Definisikan himpunan S = −T = {x ∈ : x = −t, t ∈ T }; S ≠ ∅ karena T ≠ ∅.
h Perhatikan kaitan antara himpunan S dan T, yaitu t ∈ T ⇔ −t ∈ S.
h Karena T terbatas di bawah, maka ∃v ∈ ∋ t ≥ v ∀t ∈ T. Akibatnya −t ≤ −v ∀−t ∈ S,
yang berarti himpunan S terbatas di atas.
h Karena S adalah himpunan bagian tak kosong dari yang terbatas di atas, maka
berdasarkan aksioma kelengkapan S mempunyai supremum, ∃u ∈ ∋ u = sup S.
h Berdasarkan teorema 3(3) dengan c = −1, dari u = sup S diperoleh
−u = −sup S = −sup (−T ) = −(−inf T ) = inf T.
Jadi himpunan T ⊆ , T ≠ ∅, dan T terbatas di bawah mempunyai infimum di .
Bukti (1)
h Karena R f dan Rg himpunan bagian tidak kosong dari yang terbatas di atas, ma-
ka menurut aksioma kelengkapan, ∃ u, v ∈ ∋ u = sup f (x) dan v = sup g (x) .
x ŒA x ŒA
h Akibatnya f (x) ≤ u ∀x ∈ A dan g (x) ≤ v ∀x ∈ A, sehingga f (x) + g (x) ≤ u + v ∀x ∈ A.
Ini berarti u + v adalah suatu batas atas untuk { f (x) + g (x) : x ∈ A}.
h Karena batas atas u + v lebih besar atau sama dengan supremum himpunannya, ma-
ka dari sini langsung diperoleh sup{ f (x) + g (x)} £ u + v = sup f (x) + sup g (x) .
x ŒA x ŒA x ŒA
Bukti (2) Kerjakan sebagai latihan.
Catatan Pernyataan sup{ f (x) + g (x)} = sup f (x) + sup g (x) tidak benar. Sebagai con-
x ŒA x ŒA x ŒA
toh penyangkal, jika f (x) = cos x dan g (x) = sin x, x ∈ , maka kita mempunyai
sup f (x) = 1 dan sup g (x) = 1 dengan sup f (x) + sup g (x) = 1 + 1 = 2 .
xŒ xŒ xŒ xŒ
Karena - 2 £ cos x + sin x £ 2 , maka sup{ f (x) + g (x)} = 2 , tidak sama dengan 2.
x ŒA
CKPAR B - 5
Bil Real – 15
Penggunaan Aksioma Kelengkapan Sistem Bilangan Real
Sifat Archimedes
Sifat Archimedes menyatakan bahwa selalu terdapat bilangan asli yang lebih besar
dari sebarang bilangan real yang diketahui. Teoremanya sebagai berikut.
Teorema 5 Jika x ∈ , maka ∃ n ∈ ∋ x < n. (Sifat Archimedes)
Bukti Teorema ini dibuktikan dengan cara kontradiksi. Andaikan kesimpulan teore-
ma ini tidak benar, maka yang berlaku adalah ingkarannya, yaitu n ≤ x ∀n ∈ .
h Karena n ≤ x ∀n ∈ ⊆ , maka himpunan bilangan asli tak kosong dan terba-
tas di atas. Menurut aksioma kelengkapan, ∃ u ∈ ∋ u = sup .
h Berdasarkan sifat supremum, ∃ m ∈ ∋ m > u − 1, akibatnya m + 1 > u = sup .
Karena m + 1 ∈ dan u = sup , maka m + 1 ≤ u, dua situasi yang bertentangan.
Jadi haruslah ∃ n ∈ ∋ x < n.
Teorema 6 (1) "y > 0 $ n Œ '0 < 1n < y.
(2) "y > 0 dan z > 0 $ n Œ 'z < ny.
(3) "z > 0 $ n Œ 'n - 1 £ z < n . (Akibat Sifat Archimedes)
Bukti
(1) y > 0 fi 1y > 0 fi $ n Œ '1y < n fi $ n Œ '0 < 1n < y.
Arch
(2) y > 0 dan z > 0 fi zy > 0 fi $ n Œ ' zy < n fi $ n Œ 'z < ny.
Arch
(3) Definisikan himpunan S = {m Œ : m > z} ⊆ , maka S mempunyai unsur terkecil.
Sebutlah unsur terkecil di S adalah n, maka n > z dan n − 1 ∉ S, sehingga n − 1 ≤ z.
Jadi terbuktilah n − 1 ≤ z < z.
2
Contoh Buktikan terdapat bilangan positif yang memenuhi x = 2.
{
Contoh Jika A = 1n : n Œ }⊆ , buktikan sup A = 1 dan inf A = 0.
Bukti Gunakan sifat supremum dan infimum dengan bantuan sifat Archimedes.
u = sup A ¤ {
x £ u "x Œ A
"e > 0, $ ae ŒA 'se > u - e
dan v = inf A ¤
x ≥ v "x Œ A
{
"e > 0, $ ae ŒA 'ae < v + e
¾ Karena 0 < 1n £ 1 "n Œ , maka himpunan A terbatas di atas dan terbatas di bawah.
Berdasarkan sifat aksioma kelengkapan, A mempunyai supremum dan infimum.
Tinggal membuktikan sifat kedua dari supremum dan infimum dipenuhi.
¾ Karena ∀ε > 0 ∃ 1 = aε ∈ A ∋ 1 > 1 − ε, maka sup A = 1
¾ Diberikan ε > 0, maka menurut sifat Archimedes $ n Œ 'e1 < n . Akibatnya ∃ n ∈
∋ ae = 1n Œ A dan 1n < e . Jadi "e > 0 $ ae = 1n Œ A 'ae = 1n < e . Karena itu inf A = 0.
(-1)n
Contoh Tunjukkan A = { n : n Œ }⊆ terbatas kemudian tentukan sup A dan inf A.
(-1)n
Jawab Karena | n | = 1n £ 1 "n Œ , maka himpunan A terbatas di atas dan di bawah.
(-1)n
Untuk menentukan supremum dan infimum dari A, tulislah an = n , n Œ .
¾ Jika n bilangan genap, maka barisan ini monoton turun dengan 0 < a2 n £ 12 .
¾ Jika n bilangan ganjil, maka barisan ini monoton naik dengan -1 £ a2 n -1 < 0 .
Jadi sup A = 12 dan inf A = −1. (Untuk latihan, jelaskan mengapa!)
Bukti Andaikan 0 < x < y. Untuk kasus x < y < 0, karena x < y < 0 ⇔ 0 < −y < −x, ma-
ka diperoleh hasil yang sama dengan mengganti peran x oleh −y dan y oleh −x.
¾ x < y fi y - x > 0 fi y 1- x > 0 fi $ n Œ 'y 1- x < n fi 1 < ny - nx fi 1+ nx < ny .…(1)
Arch
¾ x > 0 fi nx > 0 fi $ m Œ 'm - 1 £ nx < m fi nx < m dan m £ 1 + nx .…(2)
T6(3)
¾ Dari (1) dan (2) diperoleh nx < m < 1 + nx < ny. Jadi nx < m < ny, atau x < m
n < y.
Ambillah r = m
n Œ , maka terbuktilah ∃ r ∈ ∋ x < r < y.
Representasi Desimal
Langkah 1 Untuk bilangan real x yang memenuhi 0 ≤ x ≤ 1, bagilah selang [0,1]
b b 1
atas 10 bagian yang sama panjang, maka 101 £ x £ 101 + 10 , b1 = 0,1,2, ,9.
Langkah 2 Untuk x memenuhi 101 £ x £ 101 + 10 , bagilah selang ÈÍ 101 , 101 + 10 ˘˙ atas 10
b b 1 b b 1
Î ˚
b b b b 1
bagian yang sama panjang, maka 101 + 22 £ x £ 101 + 22 + 2 , b2 = 0,1, 2, ,9.
10 10 10
Langkah 3 Proses dilanjutkan sehingga diperoleh desimal ke-n, yaitu
b1 b 2 bn b b bn 1
10 + 102 + +
10 n £ x £ 101 + 22 +
10
+
10 n + n , b1, b2 ,
10
, bn = 0,1,2, ,9.
Perhatikan langkah untuk memperoleh bentuk desimal dari bilangan real x pada
gambar berikut.
b1 b1 1
10 1 10 + 10
10
1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 10 10 10 10 10 10 10 10
0 1
b1 b1 1
10 £ x £ 10 + 10
b1 b 2 b1 b 2 1
10 + 102 10 + 102 + 102
1
100
1 1 1 1 1 1 1 1 1
100 100 100 100 100 100 100 100 100
b1 b1 1
10 b1 b 2 b1 b 2 1 10 + 10
+
10 102 £ x £ 10 + 102 + 102
Proses dilanjutkan
b1 b 2 bn b b bn 1
10 + 102 + +
10n
£ x £ 101 + 22 +
10
+ +
10n 10n
x = 0, b1 b 2 bn
Soal uji konsep dengan benar – salah, berikan argumentasi atas jawaban Anda.
No. Pernyataan Jawab
1. Bilangan nol adalah suatu bilangan bulat yang tidak ganjil dan juga tidak genap. B−S
2. Terdapat suatu bilangan real yang tidak positif dan juga tidak negatif. B−S
3
3. Jika m adalah suatu bilangan bulat kelipatan 3, maka m juga bilangan kelipatan 3. B−S
4. Jika p dan q adalah bilangan irasional, maka p + q dan pq juga bilangan irasional. B−S
5. Jika x dan y bilangan real, maka | x + y | = | x | + | y | ⇔ (x,y) ∈ kuadran 1 atau kuadran 4. B−S
6. Dalam koordinat xoy, relasi | x | + | y | ≤ 4 adalah daerah tertutup yang luasnya 16. B−S
7. Jika himpunan A tak kosong, A ⊆ B ⊆ , dan B terbatas inf B ≤ inf A ≤ sup A ≤ sup B. B−S
8. Untuk himpunan A ⊆ yang terbatas, jika A tidak kosong, maka inf A < sup A. B−S
9. Jika b batas atas dari himpunan A ⊆ dan b ∈ A, maka b = sup A = maks A. B−S
10. Jika himpunan S terdiri dari n unsur, maka ∃ f : → S dan f pemetaan injektif. B−S
Soal yang terkait dengan aksioma lapangan bilangan real
11. Jika a = b, buktikan untuk sebarang bilangan real c berlaku a + c = b + c dan ac = bc.
12. Jika bilangan real a dan b memenuhi a + b = a, buktikan b = 0.
13. Jika bilangan real a dan b memenuhi ab = a dan a ≠ 0, buktikan b = 1.
14. Untuk sebarang bilangan real a, buktikan a ◊ a = 0 ¤ a = 0 atau a = 1 .
15. Jika bilangan real a dan b taknol, buktikan (ab) -1 = a -1b -1 .
16. Buktikan tidak mungkin terdapat bilangan rasional yang kuadranya sama dengan 3.
17. Buktikan jumlah dan hasilkali dua bilangan rasional juga bilangan rasional.
18. Berikan definisi bilangan pecahan kemudian selidiki apakah jumlah dan hasilkali dua bilangan
pecahan juga bilangan pecahan.
19. Jika x bilangan irasional dan y bilangan rasional taknol, buktikan x + y dan xy bilangan irasional.
20. Jika a bilangan real dan m, n bilangan asli, buktikan a m◊ a n = a m + n.
21. Jika bilangan real a dan b tak negatif, buktikan ab £ 12 (a + b) dan kapan tanda = berlaku.
22. Jika bilangan real a, b, c, dan d memenuhi a < b dan c < d, buktikan ad + bc < ac + bd.
23. Jika bilangan real a, b, c, dan d memenuhi 0 < a < b dan 0 < c < d, buktikan ac < bd.
24. Untuk sebarang bilangan real c,
(a) Jika 0 < c < 1, buktikan 0 < c2 < c < 1 (b) Jika c > 1, buktikan c2 > c > 1.
25. Untuk sebarang bilangan real a, buktikan | a | = maks {a,−a} dan −| a | = maks {a,−a}.
26. Jika bilangan real x, y, dan z memenuhi x ≤ z, buktikan x ≤ y ≤ z ⇔ | x − y | + | y − z | = | x − z |.
CKPAR B - 5
Bil Real – 22
Soal Latihan Aksioma Sistem Bilangan Real
27. Jika c ≥ 0, buktikan | x | £ c ¤ -c £ x £ c ¤ x 2 £ c 2.
28. Jika a dan b bilangan real dengan a ≠ b, buktikan $ e > 0 'Ne (a) « Ne (b) π ∆ .
29. Jika I adalah selang tutup [0,1], buktikan "e > 0 berlaku Ne (0) { I dan Ne (1) { I.
30. Jika I adalah selang buka (a,b), buktikan "x Œ (a, b) $ e > 0 'Ne ( x) ⊆ (a,b).
( -1)n
31. Jika S = {1 - n : n Œ } ⊆ , tunjukkan S terbatas kemudian tentukan sup S dan inf S.
32. Untuk himpunan A = {an : n Œ } ⊆ , dalam kasus apakah berlaku sup A = lim an .
nƕ
33. Jika S adalah daerah nilai fungsi y = (1 + x 2 ) -1 , tentukan sup S dan inf S.
34. Jika S adalah daerah nilai fungsi y = a cos x + b sin x, a, b konstanta real, tentukan sup S dan inf S.
35. Jika u suatu batas atas dari himpunan S ⊆ dan u ∈ S, buktikan u = sup S.
36. Untuk himpunan S ⊆ yang tidak kosong dan terbatas di atas, jika u = sup S, buktikan "n Œ
berlaku u - 1n bukan batas atas dari S dan u + 1n suatu batas atas dari S.
37. Jika x bilangan real, buktikan terdapat tepat satu bilangan bulat n sehingga n − 1 ≤ x < n.
38. Jika y bilangan positif, buktikan $ n Œ '2- n < y .
39. Buktikan terdapat bilangan positif x yang memenuhi x2 = 3.
40. Buktikan suatu tampilan desimal dari bilangan rasional 34 adalah 0,7499999⋅⋅⋅
41. Jika a bilangan real, buktikan ∩ • ( )
n =1 a - n , a + n = {a} .
1 1
Kunci Jawaban
Kekonvergenan Barisan
Definisi Barisan { un } dikatakan konvergen ke u, ditulis un Æ u jika lim un = u ;
nƕ
¤ "e > 0 $ n0 = n0(e ) Œ ` 'n > n0 fi | un - u | < e .
un Œ Ne (u)
\
u3
u4
x+ε
Ne (x) x
x−ε u2 u5 ⋅⋅⋅
u6 un0 un0 +1 ⋅ ⋅ ⋅
u1
1 2 3 4 5 n0 n0+1 n0+2 ⋅ ⋅ ⋅
n ≤ n0 n > n0
indeks ″kecil″ indeks ″besar″
Barisan divergen Barisan yang tidak konvergen dinamakan divergen, dengan de-
finisi kekonvergenan: { un } konvergen ¤ $ u Œ \ 'un Æ u. Dari sini diperoleh
(un Æ u ) ¤ ( "e > 0 $ n0 = n0(e ) Œ ` 'n > n0 fi | un - u | < 12 e ) .
Ambillah m, n > n0 , maka berlaku
| um - un | = | um - u + u - un | £ | um - u | + | un - u | < 12 e + 12 e = e .
Kesimpulan yang diperoleh dari sini adalah:
Jika { un } konvergen, maka "e > 0 $ n0 = n0(e ) Œ ` 'm, n > n0 fi | um - un | < e .
Kontraposisi dari pernyataan ini adalah:
Jika $ e 0 > 0 '"k Œ`, $ m, n Œ` dengan m, n > k dan | um - un | ≥ e 0 , maka{un } divergen.
Ilustrasi Buktikan barisan {un }, un = 1 + ( -1) n = {0,2,0,2,"} divergen.
Bukti Pilihlah e 0 = 1 dan misalkan k Œ ` sebarang. Kemudian pilihlah m, n Œ` ,
m = 2k + 1 > k , um = 1 + ( -1) 2 k +1 = 0 dan n = 2k > k , un = 1 + ( -1)2 k = 2 ,
yang mengakibatkan | um - un | = |0 - 2| = 2 > 1 = e 0 . Jadi terbuktilah {un } divergen.
Teorema 1 Untuk barisan {un } dan { an } , jika $ c > 0 '| un - u | < c | an | "n Œ ` dan
{ an } konvergen ke 0, maka {un } konvergen ke u.
Bukti an Æ 0 dan diketahui c > 0.
fl
"e > 0 $ n0 Œ ` 'n > n0 fi | an | < ec
fl
| un - u | < c | an | < c ◊ ec = e fi un Æ u .
diperoleh 0 < u2 < ru1, 0 < u3 < ru2 < r 2u1, " , 0 < un + 1 < u1r n dengan u1r n Æ 0 .
Berdasarkan prinsip apit, maka terbuktilah un Æ 0 .
CKPAR B - 6
Barisan – 06
Kalkulasi limit dengan prinsip apit dan teorema
sin n ( -1)n ( n + 1)
Contoh Hitunglah (1) lim n dan (2) lim (1 + ) dengan prinsip apit.
nƕ nƕ 2 n2
sin n 1
Jawab (1) Karena 0 £ n £ n dengan nlim 0 = 0 = lim 1n (limit pengapitnya 0),
ƕ nƕ
sin n sin n
maka lim n = 0 . Akibatnya lim n = 0 .
nƕ nƕ
( -1)n ( n + 1) ( -1)n ( n + 1)
Jawab (2) Misalkan un = 1 + , maka u n - 1 = . Karena
2 n2 2 n2
( -1)n ( n + 1)
0 £ | un - 1| = | | | |
= 21n + 1 2 £ 21n + 1 2 dengan lim 0 = 0 = lim 21n + 1 2 ( )
2 n2 2n 2n nƕ nƕ 2n
(limit pengapitnya 0), maka lim | un - 1| = 0 . Akibatnya lim (un - 1) = 0 . Dari sini di-
nƕ nƕ
( -1)n ( n + 1)
peroleh lim un = 1 , jadi lim (1 + )= 1.
nƕ nƕ 2 n2
( n+1 - n )( n+1 + n )
Jawab Karena 0 < n + 1 - n = = 1 < 1 = 1
n +1 + n n+1 + n n+ n 2 n
dengan lim 0 = 0 = lim 1 (limit pengapitnya 0), maka lim ( n + 1 - n ) = 0 .
nƕ 2 nnƕ nƕ
( n - n2 -2n )( n + n2 -2n ) 2n 2
Jawab (1) Karena n - n 2 - 2n = = =
n + n2 - 2 n n + n2 - 2 n 1 + 1 - n2
2
dengan lim n2 = 0 , maka lim (n - n 2 - 2n ) = lim = 2.
nÆ• nÆ• n Æ • 1 + 1 - n2
n2 - 2 n
Jawab (2) Karena n + n 2 - 2n = n (1 + n ) dengan nlim n = • dan
Æ•
n2 - 2 n
lim (1 + n ) = 1 + nlim 1 - n2 = 2 , maka lim (n + n 2 - 2n ) = • .
nƕ ƕ nƕ
Contoh Hitunglah (1) lim (n3 - 2100n 2 ) dan (2) lim (an3 + bn 2 + cn + d ), a π 0 .
nƕ nƕ
100 100
Jawab (1) Karena n3 - 2100n 2 = n3(1 - 2 n ) dengan nlim n3 = • dan lim (1- 2 n ) = 1 ,
ƕ nƕ
( ) n +1 - n
un + 1 - un = 1 - n 1+1 - 1 - 1n = 1n - n 1+1 = n ( n +1) = n ( n1+1) > 0 .
Karena 0 £ un =1 - 1n < 1 "n Œ ` , maka barisan ini terbatas di atas dan terbatas di
nƕ nƕ
( )
bawah, dengan lim un = lim 1 - 1n = 1 = sup{un } .
n Œ`
n +1
¾ Barisan {un } , un = n = 1 + 1n monoton turun karena "n Œ ` berlaku
( ) n - n -1
un + 1 - un = 1 + n 1+1 - 1 + 1n = n1+1 - 1n = n ( n +1) = n ( n-1+1) < 0 .
Karena 1 < un =1 + 1n £ 2 "n Œ ` , maka barisan ini terbatas di atas dan terbatas di
nƕ nƕ
(n Œ`
)
bawah, dengan lim un = lim 1 + 1n = 1 = inf {un } .
( -1)n
¾ Barisan {un } = {-1, 12 , - 13 , 14 ,"} , un = n tidak monoton karena u1 < u2 dan
( -1)n 1
u2 > u3 . Karena -1 < un = n £ 2 "n Œ ` , maka barisan ini terbatas di atas dan
terbatas di bawah. Untuk barisan ini, lim un = 0, sup{un } = 12 , dan inf {un } = -1.
nÆ• n Œ` n Œ`
Bukti Buktikan barisan ini terbatas di atas dan monoton naik, sehingga konvergen.
h Buktikan {un } terbatas di atas, un < 3 "n Œ ` dengan induksi matematika.
Untuk n = 1: u1 = 6 < 3 (pernyataan benar untuk n = 1). Andaikan un < 3 benar,
akan dibuktikan un + 1 < 3 juga pernyataan benar. Dari aturan untuk barisan {un } di-
peroleh un2 + 1 = 6 + un < 6 + 3 = 9 . Karena un > 0 "n Œ ` , maka un + 1 < 3 .
h Buktikan {un } monoton naik, un + 1 > un "n Œ ` .
Dari aturan untuk barisan {un } diperoleh un2 + 1 = 6 + un > 2un + un = 3un > un2 . Karena
un > 0 "n Œ ` , maka un + 1 > un "n Œ ` . Jadi terbuktilah {un } monoton naik.
h Karena {un } monoton naik dan terbatas di atas, maka $ u Œ \ 'lim un = u = sup{un }
nÆ• n Œ`
Karena un2 + 1 = 6 + un fi lim un2 + 1 = 6 + lim un fi u 2 = 6 + u fi u 2 - u - 6 = 0 dan u > 0,
nƕ nƕ
maka solusi persamaan kuadrat ini adalah 3. Jadi terbuktilah un Æ u = 3 .
CKPAR B - 6
Barisan – 09
Contoh kekonvergenan barisan monoton
Jawab Karena un + 1 = 1 + 12 + 13 + " + 1n + n1+1 = un + n 1+1 > un"n Œ ` , maka {un } mo-
noton naik. Perhatikan fenomena yang muncul pada barisan ini. Karena
u1 = 1
u2 = 1 + 12 = 1 + 1◊ 12
( ) ( )
u4 = 1 + 12 + 13 + 14 > 1 + 12 + 14 + 14 = 1 + 2 ◊ 12
""""""""""""""""
( ) (
u2n = 1 + 12 + 13 + 14 + " + n1-1 + " + 1n
2 2 )
( ) (2
> 1 + 12 + 14 + 14 + " + 1n + " + 1n
2 )
= 1 + 12 + 12 + " + 12 = 1 + n ◊ 12
( )
maka u2n ≥ 1 + 12 n dengan lim 1 + 12 n = •. Jadi barisan {un } tidak terbatas di atas.
nƕ
a
Contoh Buktikan barisan {un } , un + 1 = 12 (un + u ), a > 0, u1 > 0 konvergen ke a.
n
Catatan Proses menghitung akar kuadrat ini telah dikenal di Mesopotamia sekitar tahun 1500 SM.
Bukti Buktikan barisan ini terbatas di bawah dan monoton turun, sehingga konvergen.
h Buktikan {un } terbatas di bawah dengan un2 > a, n ≥ 2 . (karena dapat terjadi u1 < u2)
a
Dari un + 1 = 12 (un + u ) diperoleh persamaan kuadrat un2 - 2un + 1 un + a = 0 . Kondisi
n
agar mempunyai akar real adalah D = 4un2+1 - 4a > 0 , akibatnya un2+1 > a "n Œ` .
Jadi barisan {un } terbatas di bawah oleh a.
h Buktikan {un } monoton turun, un + 1 < un "n Œ `, n ≥ 2 . Karena untuk n ≥ 2 berlaku
un + 1 - un = 12 (un + u ) - un = 12 ( u - un) = 21u (a - un2) < 0 (dari un2+1 > a "n Œ` )
a a
n n n
maka barisan {un } monoton turun.
h Karena {un } monoton turun dan terbatas di bawah, maka {un } konvergen,
$ u Œ\ 'lim un = u = inf {un}.
nÆ• n Œ`
a a a
Karena un + 1 = 12 (un + u ) fi lim un + 1 = 12 lim (un + u ) fi u = 12 (u + u ) fi u 2 = a ,
n nƕ nƕ n
a
maka u = a . Jadi barisan {un}, un + 1 = 12 (un + u ), a > 0, u1 > 0 konvergen ke a .
n
CKPAR B - 6
Barisan – 10
Contoh kekonvergenan barisan monoton dan barisan bagian
( )
n
Contoh Buktikan barisan { en } , en = 1 + 1n monoton naik dan terbatas di atas.
Catatan Barisan ini konvergen ke bilangan Euler e yang terkenal, e ≈ 2,718 281 828 459 045 ⋅⋅⋅
( ) ( )( )
3! n n ( )( ) (
1 1 - 1 + 1 1 - 1 1 - 2 + " + 1 1 - 1 1 - 2 " 1 - n -1 .
= 1 + 1 + 2! n n! n n )n
(buktikan dengan induksi), maka p1! £ p1-1 . Akibatnya untuk n > 1 diperoleh
2
2 £ en < 1 + 1 + 12 + 12 + " + n1-1 < 1 + 1 + 1 = 3 .
2 2
<1
Jadi barisan { en } terbatas di atas oleh 3.
Barisan Bagian
Barisan bagian Untuk barisan {un } ⊆ \ dan { rn } ⊆ ` yang monoton naik, ba-
risan bagian dari {un } didefinisikan sebagai barisan {urn } = {ur1, ur2 , " , urn , "},
ditulis dengan lambang {urn } ⊆ {un } .
Ilustrasi Perhatikan barisan {un } = {1, 12 , 13 , 14 , "} , un = 1n "n Œ` .
¾ Barisan {unr } = {1, 13 , 15 , 17 , "} adalah suatu barisan bagian dari {un } karena ba-
risan indeks { rn } = {1,3,5, "} adalah barisan yang monoton naik.
¾ Barisan {unr} = {12 ,1, 14 , 13 , "} bukan barisan bagian dari {un } karena barisan in-
deks { rn } = {2,1, 4, 3, "} bukan barisan yang monoton naik.
CKPAR B - 6
Barisan – 11
Barisan bagian dan kriteria divergensi
Teorema 10 Jika barisan {un } konvergen ke u Œ\ , maka barisan bagian sebarang
{urn } ⊆ {un } juga konvergen ke u.
Bukti Karena {un } konvergen ke u, maka "e > 0 $ n0 Œ ` 'n > n0 fi | un - u | < e .
Karena { rn } ⊆ ` barisan monoton naik, maka r1 < r2 < " < rn < " , akibatnya de-
ngan induksi matematika dapat dibuktikan rn ≥ n "n Œ` . Dari sini diperoleh
"e > 0 $ n0 Œ ` 'rn ≥ n > n0 fi | urn - u | < e .
Jadi terbuktilah {urn } ⊆ {un } juga konvergen ke u.
Contoh Penggunaan Teorema 10 Pada halaman 3 di bagian bawah bab ini telah di-
buktikan barisan {un }, un = b n, 0 < b < 1 konvergen ke u = 0. Kita akan membuktikan
hasil ini dengan Teorema 10 tentang barisan bagian.
h Karena 0 < b < 1, maka un +1 = b n +1 = b ◊ b n < b n = un "n Œ` , akibatnya barisan {un }
monoton turun. Dari 0 < b < 1 juga diperoleh 0 < un = b n < 1 , sehingga barisan {un }
terbatas di bawah. Jadi $ u Œ \ 'u = lim un .
nƕ
h Karena {u2 n } adalah barisan bagian dari {un } yang juga konvergen ke u (Teorema
10), maka dari u2 n = b 2 n = (b n)2 = un2 diperoleh u = lim u2 n = lim un2 = u 2, akibat-
nƕ nƕ
nya u = 0 atau u = 1. Karena 0 < un = b n < 1 dan {un } monoton turun, maka u = 0.
Jadi terbuktilah barisan {un }, un = b n, 0 < b < 1 konvergen ke u = 0.
Kriteria Divergensi
Teorema berikut ini menyatakan kondisi barisan divergen yang dijelaskan dengan
barisan bagian dan ingkaran definisi kekonvergenan.
Teorema 11 (Teorema Divergensi) Untuk barisan bilangan real {un } berlaku
(1) barisan {un } tidak konvergen ke u Œ \
¤ (2) $e 0 > 0 '"n Œ ` berlaku $ rn Œ ` 'rn ≥ n dan | urn - u | ≥ e 0
¤ (3) $ e 0 > 0 dan {urn } ⊆ {un } '| urn - u | ≥ e 0"n Œ ` .
Bukti bagian pertama: (1) fi (2)
Jika barisan {un } tidak konvergen ke u Œ \ , maka
$ e 0 > 0 yang mengakibatkan pernyataan $ n0 Œ ` 'n > n0 fi | un - u | < e tidak benar.
Ini berarti ( "n Œ ` tidak benar | un - u | < e "n > n0 ). Dari pernyataan ini diperoleh
"n Œ ` berlaku $ n £ rn '| urn - u | ≥ e 0 .
Jadi $e 0 > 0 '"n Œ ` berlaku $ rn Œ ` 'rn ≥ n dan | urn - u | ≥ e 0 .
CKPAR B - 6
Barisan – 12
Kriteria barisan divergen
Barisan Cauchy
Pengantar Barisan yang setelah batas tertentu (indeks besar) jarak setiap dua su-
kunya dapat dibuat sebarang dekat akan dirancang sebagai barisan Cauchy.
Definisi barisan Cauchy Barisan bilangan real {un } dinamakan barisan Cauchy
jika "e > 0 $ n 0 Œ ` 'm, n > n 0fi | um - un | < e . Tuliskan ingkaran definisi ini !
Bukti
h Karena {un } ={1, 2,112 ,134 ,185 ,"}, maka {un } tidak monoton dan 1 £ un £ 2 .(induksi)
h Dari | u1 - u2 | = 1, | u 2 - u3| = 12 , | u 3 - u4 | = 14 = 12 , " , | un - un+1| = n1-1 diperoleh un-
2 2
tuk m > n berlaku
| un - um | £ | un - un +1| + | un+1 - un+ 2 | + " + | um-1 - um | = n1-1 + 1n + " + m1- 2
2 2 2
= n -1 (1 + 2 + " + m- n -1 ) < n -1 = n .
1 1 1 2 4
2 2 2 2
h Diberikan ε > 0, pilihlah n cukup besar sehingga 1n < 14 e , maka untuk m > n berlaku
2
| un - um | < 4n = 4◊ 1n < 4◊ 14 e = e . Akibatnya {un } barisan Cauchy, sehingga {un } kon-
2 2
vergen dengan un Æ u. Dari sini diperoleh barisan bagian {u2 n+1}, u2 n+1 Æ u. Karena
1- ( )
1 n
u3 = 1 + 12 , u5 = 1 + 12 + 18 , " , u2 n+1 = 1 + 12 + 81 +" + 21n -1 = 1 + 12 ◊ 41 = 1 + 32 (1 - 1n ) ,
2 1- 4 4
nƕ nƕ
(
maka u = lim u2 n+1 = lim 1 + 23 (1 - 1n ) = 132 .
4 )
Jadi barisan {un } konvergen ke 123 .
CKPAR B - 6
Barisan – 16
Barisan Kontraktif
Barisan Kontraktif
Pengantar Barisan yang jarak dua suku berturutannya selalu lebih kecil daripada
jarak dua suku berturutan sebelumnya akan dirancang sebagai barisan kontraktif.
Barisan kontraktif Barisan {un } dikatakan kontraktif jika
$ konstanta c Œ\, 0 < c < 1 '| un +2 - un +1| £ c | un +1 - un | "n Œ ` .
Teorema 15 Jika barisan {un } kontraktif, maka {un } adalah barisan Cauchy.
Teorema ini mengakibatkan setiap barisan kontraktif adalah barisan konvergen.
Bukti Karena barisan {un } kontraktif, maka untuk konstanta real c, 0 < c < 1 diperoleh
| un+ 2 - un+1| £ c | un+1 - un | £ c 2 | un - un-1| £ c3| un -1 - un- 2 | £ " £ c n | u2 - u1|
Dengan menggunakan hasil ini perkiraan nilai | xm - xn | untuk m > n dari barisan kon-
traktif {un } adalah
| um - un | £ | um - um -1| + | um -1 - um - 2 | + " + | un +1 - un | £ (c m - 2 + c m-3+ " + c n -1 ) | u2 - u1|
1 - cm - n
= c n-1(c m- n -1+ c m -n - 2 + " + 1) | u2 - u1| = c n-1◊ 1 - c | u2 - u1| £ c n-1◊ 1 - c | u2 - u1|
1
( ) ( )
2 2
Analisis: n 2 - n > a ¤ n - 12 - 14 > a ¤ n - 12 > a + 14 ¤ n > 12 + a + 14 .
Proses bukti: Karena α > 0, maka 12 + a + 14 > 0 . Berdasarkan sifat Archimedes,
$ n 0 Œ ` 'n 0 > 12 + a + 14 . Akibatnya untuk n > n 0 > 12 + a + 14 diperoleh
( ) ( )
2 2
n - 12 > a + 14 fi n - 12 > a + 14 fi n - 12 - 14 > a fi n 2 - n > a .
Jadi terbuktilah yang diinginkan, barisan {un }, un = n 2 - n mendekati • .
Teorema 16
(1) Jika barisan {un } tak terbatas di atas dan monoton naik, maka un Æ •.
(2) Jika barisan {un } tak terbatas di bawah dan monoton turun maka un Æ - •.
Pesan kedua teorema ini adalah barisan {un } divergen sejati ¤ {un } tak terbatas.
Bukti
(1) Barisan {un } terbatas di atas jika $ M Œ\ 'un £ M "n Œ ` . Ingkarannya adalah
barisan {un } tak terbatas di atas jika " M > 0 berlaku $ n 0 Œ ` 'un0 > M .
Karena {un } monoton naik, maka untuk n > n 0 berlaku un > un0 > M . Jadi un Æ •.
(2) Barisan {un } terbatas di bawah jika $ N Œ \ 'un ≥ N "n Œ ` . Ingkarannya adalah
barisan {un } tak terbatas di atas jika " N < 0 berlaku $ n 0 Œ ` 'un0 < N .
Karena {un } monoton turun, maka untuk n > n 0 berlaku un < un0 < N. Jadi un Æ -•.
Soal uji konsep dengan benar – salah, berikan argumentasi atas jawaban Anda.
No. Pernyataan Jawab
1. Himpunan unsur A = {1,2,3,⋅⋅⋅,m} adalah suatu barisan bilangan real. B−S
2. Jika $ M Œ \ '| un | £ M "n Œ ` , maka {un } adalah barisan yang terbatas di bawah. B−S
3. Jika "n Œ ` $ K Œ \ 'un £ K , maka {un } adalah barisan terbatas di atas. B−S
n -n
4. Barisan {un } dengan un = ( -1) 2 adalah suatu barisan yang konvergen. B−S
5. Jika barisan {| un |} konvergen ke 0, maka barisan {un } juga konvergen ke 0. B−S
6. Jika barisan {| un |} konvergen, maka barisan {un } juga konvergen. B−S
7. Barisan {un } yang monoton bersifat {un } tidak terbatas ¤ {un } divergen. B−S
8. Barisan yang tidak terbatas tidak mungkin mempunyai barisan bagian konvergen. B−S
9. Jika barisan {un } tidak terbatas, maka {un } bukan suatu barisan Cauchy. B−S
10. Jika barisan {un } tidak kontraktif, maka {un } bukan suatu barisan yang konvergen. B−S
Soal yang terkait dengan barisan konvergen dan barisan monoton
3n + 7
11. Buktikan barisan {un } , un = 2n + 5 konvergen ke u = 32 dengan menggunakan definisi barisan.
n2 + 1
12. Buktikan barisan {un } , un = konvergen ke u = 12 dengan menggunakan definisi barisan.
2 n2 + 3
21. Jika A ⊆ \ himpunan tak hingga dan terbatas, buktikan ${un }, un Œ A 'un Æ sup A .
CKPAR B - 6
Barisan – 20
Soal Latihan Barisan Bilangan Real
Soal yang terkait dengan barisan bagian, teorema B-W, dan barisan Cauchy
22. Jika {un } barisan dengan un ≥ 0 "n Œ ` dan lim ( -1) n un ada, buktikan {un } konvergen.
nƕ
23. Jika {un } barisan tak terbatas, buktikan terdapat barisan bagian {unk } ⊆ {un } sehingga x1 Æ 0.
n k
24. Jika {un } barisan terbatas, s = sup{un : n Œ `}, dan s œ{un : n Œ `}, buktikan $ unk ⊆ {un } 'unk Æ s.
25. Jika {un } barisan monoton naik dan terbatas, buktikan {un } adalah barisan Cauchy secara lang-
sung, tanpa melalui kekonvergenan barisannya.
26. Jika barisan {un } memenuhi | un +1 - un | < r n "n Œ ` dan 0 < r < 1 , buktikan {un } adalah barisan
Cauchy.
1
27. Jika barisan {un } memenuhi u1 > 0 dan un +1 = 2 + u "n ≥ 1 , buktikan {un } adalah barisan kon-
n
traktif kemudian tentukan limit barisannya.
u
28. Jika untuk barisan {un } dan {vn } yang semua sukunya positif berlaku vn Æ 0 dan un Æ •, buk-
tikan vn Æ •.
n
u
29. Jika untuk barisan {un } dan {vn } yang semua sukunya positif berlaku vn Æ 0 dan {vn } terbatas,
n
buktikan un Æ 0.
u
30. Jika barisan {un } memenuhi nn Æ L dan L > 0, buktikan un Æ •.
Kunci Jawaban
1 Bagian 1
1. Jika 0 a < b tunjukkan bahwa: a2 ab < b2 .
Solusi 1. Perhatikan bahwa a < b berakibat b a > 0 sehingga jika a 0 maka
2 2
a (b a) 0 atau ab a 0 atau ab a . Berikutnya karena b > 0 maka b (b a) > 0
atau b2 ab > 0 atau b2 > ab. Menggabungkan kedua hasil didapat b2 ab a2 .
2. Jika
1 1
S= j m; n 2 N ;
n m
hitung sup(S) dan tunjukkan.
Solusi. Perhatikan bahwa untuk sebarang n; m 2 N; n 1 dan m 1. Tinjau bahwa 1
adalah batas atas sebab
1 1 1 1
< 1:
n m 1 m
Di sisi lain bahwa 1 adalah batas atas terkecil, sebab untuk sebarang " > 0 kita bisa pilih
m > 1" sehingga
1 1 1
1 "<1 = 2 S:
m 1 m
Dengan demikian, sup(S) adalah 1.
sin n
! 0; n ! 1:
n
Solusi. Ambil sebarang " > 0, pilih N sehingga N > 1" . Akibatnya untuk sebarang
n > N berlaku
sin n jsin nj 1 1
0 = < <"
n n n N
sin n
Dengan demikian n
! 0; n ! 1.
1
Solusi 2. Tinjau bahwa
X
1
n X
1
n X n 1X1 1
= =
n=1
2n + 1 n=1
2n + n n=1 3n n=1 3
P1 1
P1 n
dan karena n=1 3 divergen, maka haruslah n=1 2n+1 divergen.
n
Solusi
P1 3. Perhatikan bahwa limn!1 2n+1 = 12 6= 0 maka menurut uji suku ke-n, deret
n
n=1 2n+1 divergen. (kalkulus, ga boleh dilakukan saat ini #kayaknya)
5. Jika fan g dan fbn g adalah dua barisan Cauchy, buktikan bahwa untuk setiap ; kon-
stanta real,
f an + b n g
adalah barisan Cauchy.
Solusi.
j( an + bn ) ( am + bm )j = j( an am ) ( b m bn )j
j an am j + j b m bn j
" "
+
2 2
= "
2 Bagian 2
jika n 2.
2
p p
Bukti. Perhatikan bahwa 1 1. Perhatikan pula bahwa jika 1 + p1 + + p1 k
2 k
maka
1 1 1 p 1
1+ p + +p +p k+p
2 k k+1 k+1
p
k (k + 1) + 1
= p
k+1
p
2
k +1
> p
k+1
k+1
= p
k+1
p
= k + 1:
3 Bagian 3.
1. Konstruksi satu barisan tak konstan yang konvergen ke akar positif yang lebih kecil dari
satu dari persamaan
x3 5x + 1 = 0
3
Solusi. Tinjau barisan fxn g dengan 0 < x1 < 1 dan
1 3
xn+1 = x + 1 ; 8n 2:
5 n
Pertama akan dibuktikan bahwa 0 < xn < 1 untuk setiap bilangan asli n, lalu akan
ditunjukkan bahwa xn kontraktif, sehingga xn konvergen. Terakhir, akan dibuktikan pula
bahwa nilai kekonvergenannya adalah akar dari persamaan yang diminta yang nilainya
kurang dari 1.
1 3
lim xn+1 = lim x +1
n!1 n!1 5 n
1 3
r = r +1
5
atau setara dengan
r3 5r + 1 = 0:
4
Akibatnya r adalah akar dari persamaan
x3 5x + 1 = 0:
0 lim xn 1
n!1