Anda di halaman 1dari 83

KMPAR – 01 Koko Martono, FMIPA - ITB Januari 2011

Karakteristik Matematika Dasar dan Analisis


Matematika memiliki bahasa dan aturan yang singkat, jelas, tepat, padat, dan terde-
finisi dengan baik (well defined). Pengetahuannya jelas, sistematik, dan mempunyai
struktur yang sangat kuat.
Matematika merupakan suatu instrumen handal untuk mencerdaskan, sehingga di-
pelajari paling banyak dalam sejarah pendidikan seseorang.
Suatu konteks yang dipelajari matematika dasar (kalkulus dan persamaan diferen-
sial) adalah gerakan – perubahan – kesetimbangan – kestabilan.
Dengan konteks ini suatu keampuhan matematika dasar adalah peranannya sebagai
sekolah berpikir, bahasa pengetahuan, dan instrumen kalkulasi.
Dalam ″analisis″ aspek utama yang ditinjau adalah rancang – bangun (desain –
konstruksi) dari sesuatu yang disertai eksistensi dan ketunggalan.
Dalam matematika dasar pengetahuan dan konsep banyak dibangun dengan pena-
laran induktif berdasarkan contoh sederhana → fenomena → inspirator (pemicu)
→ sasaran dan dengan penalaran deduktif yang minimal.
Dalam analisis real, selain peranan logika induktif, pengetahuan dan konsep diba-
ngun secara rigorious (saksama) dengan penalaran deduktif.
Penalaran induktif bekerja berdasarkan fakta dan fenomena yang muncul untuk
sampai pada suatu perkiraan tertentu sebagai suatu hasil pengamatan.
Penalaran deduktif bekerja berdasarkan asumsi dan kebenaran sebelumnya tetapi
tanpa pengamatan.
Perkiraan dari penalaran induktif kemudian diyakinkan kebenarannya secara de-
duktif dengan argumen yang tepat, konsisten, dan meyakinkan.
Proses dengan penalaran induktif – deduktif digunakan sebagai suatu cara atau ja-
lan masuk dalam mempelajari suatu konsep matematika, khususnya analisis real.
pengamatan, proses induktif
Contoh / fakta Sederhana Fenomena/gejala teramati
perbandingan pengamatan
logika renungan
Kebenaran hasil baru Hasil baru induktif abstraksi
generalisasi
logika deduktif
logika simbolik, penalaran matematika
Pengujian kebenaran hasil baru Perkiraan hasil baru
metode pembuktian (proses deduktif )
CPAR Bag1
KMPAR-002
Sasaran Perkuliahan Pengantar Analisis Real
Sasaran Perkuliahan
Merekonstruksi pola berpikir kalkulus (limit dan kekontinuan) fungsi satu peubah
real dari aspek rancang – bangun disertai dengan kesaksamaan dalam prosesnya.
Memperkenalkan kematangan berpikir matematika yang berguna untuk pendidikan
lanjutan.
Memantapkan pola berpikir induktif – deduktif atas konsep himpunan, logika, bi-
langan real, fungsi, barisan, limit, dan kekontinuan fungsi satu peubah real.
Membuat sinopsis, ringkasan, garis besar, rancang – bangun, dan sketsa bukti dari
sekumpulan informasi matematika.
Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dalam bidang analisis dan cara
mengomunikasikan hasilnya secara tertulis.
Pola Pikir dalam Pembelajaran

Berpikir Induktif Fenomena / Contoh


Sederhana
Konsep KALKULUS
Matematika
Pengetahuan Keterampilan
Rigorious

Soal Latihan dan Pemecahan Masalah

Penalaran,
Pemecahan Masalah yang
Lambang, Notasi
Berkaitan dengan Konsep
Matematika

PENGANTAR ANALISIS REAL

Pendalaman Struktur Informasi


Berpikir deduktif Kalkulus Diferensial – Integral
Fungsi Satu Peubah Real

Karakteristik dan Tujuan Matakuliah Pengantar Analisis Real


Visi Mempelajari pola pikir dan kekuatan matematika analisis
Misi Desain – Konstruksi – Keujudan – Ketunggalan dari Informasi
Konteks Bilangan Real – Fungsi – Barisan – Limit – Kekontinuan
Konten Mempelajari struktur bangunan informasi secara saksama
Proses Penalaran induktif – deduktif untuk rancang – bangun konsep
CPAR Bag1
KMPAR-003
Materi Perkuliahan Pengantar Analisis Real

Materi Perkuliahan
Pendahuluan: Sistem Aksioma dan Penalaran Matematika...................(2 minggu)
h Penalaran induktif dan deduktif beserta contohnya.
h Sistem aksioma, istilah tak terdefinisi dan terdefinisi, definisi, aksioma, lemma,
sifat, teorema, operasi hingga dan tak hingga.
h Logika matematika, pernyataan berkuantor, pernyataan majemuk, metode pem-
buktian secara matematika.
h Teori himpunan, fungsi, peta dan prapeta himpunan, sifat surjektif dan injektif,
fungsi komposisi, fungsi invers.
Bilangan Real............................................................................................(3 minggu)
h Sifat aljabar bilangan real, aksioma lapangan, operasi aljabar, sifat aljabar.
h Sifat urutan bilangan real, ketaksamaan dan sifatnya, nilai mutlak dan sifatnya.
h Sifat kelengkapan bilangan real, supremum, infimum, aksioma kelengkapan, ga-
ris bilangan, sifat Archimedes.
h Selang, desimal, himpunan hingga, himpunan tak hingga, ketakhinggaan bilang-
an real, metode diagonal pertama dan kedua, sifat kerapatan rasional di real.
Barisan Bilangan Real..............................................................................(3 minggu)
h Barisan, limit barisan, ketunggalan limit barisan, kekonvergenan, ekor barisan.
h Keterkaitan barisan terbatas, barisan konvergen, dan barisan monoton, prinsip
apit, kalkulasi akar kuadrat, bilangan Euler.
h Barisan bagian, kekonvergenan barisan bagian, eksistensi barisan bagian yang
monoton, teorema Bozano-Weierstrass.
h Barisan Cauchy, kriteria kekonvergenan Cauchy, barisan kontraktif.
Limit Fungsi Real......................................................................................(3 minggu)
h Konsep limit, titik limit, kondisi definisi limit, definisi limit dengan ε − δ, ketung-
galan limit, berbagai contoh pembuktian limit dengan definisi.
h Kriteria barisan untuk limit, kriteria divergensi, fungsi yang limitnya tidak ada.
h Teorema tentang limit, jumlah, selisih, hasilkali, dan hasilbagi dua fungsi, prin-
sip apit, kaitan nilai limit dengan nilai fungsi.
h Perluasan konsep limit, limit kiri, limit kanan, limit tak hingga, dan limit di tak
hingga, kriteria barisan untuk berbagai perluasan konsep limit.
Kekontinuan Fungsi Real.........................................................................(3 minggu)
h Konsep kekontinuan dengan limit dan ε − δ, kriteria barisan untuk kontinu, fung-
si diskontinu, fungsi Thomae, kontinu "x Œ\ -_ dan diskontinu "x Œ_, x ∈ Df.
h Kekontinuan jumlah, selisih, hasilkali, hasilbagi, dan komposisi dua fungsi, ke-
kontinuan fungsi elementer pada selang, kaitan fungsi kontinu dan terbatas.
h Teorema ekstrim fungsi kontinu, TNA (Bolzano), pengawetan selang.
h Kekontinuan seragam, krietria tak kontinu seragam, teorema perluasan fungsi
kontinu ke selang tutup, teorema hampiran, kekontinuan fungsi invers.
CPAR Bag1
KMPAR-004
Sumber Informasi Materi Perkuliahan Pengantar Analisis Real
Robert G. Bartle and Donald R. Sherbert, Introduction to Real Analysis, second,
John Wiley and Sons, 1994.
William R. Parzynski and Philip W. Zipse, Introduction to Mathematical Analysis,
McGraw Hill Book Company, 1987.
Tom. M. Apostol, Mathematical Analysis, second edition, Addison Wesley, 1978.
Walter Rudin, Principles of Mathematical Analysis, third edition, McGraw-Hill,
1976, 15th printing 1989.
A. J. White, Real Analysis: an Introduction, Addison Wesley, 1968.
Ricard R. Goldberg, Methods of Real Analysis, second edition, John Wiley and
Sons, 1976.
S.L. Gupta and Nisha Rani, Fundamental Real Analysis, second edition, Vikas
Publishing House, 1975, Reprint 1980.
Alton H. Smith and Walter A. Albrecht Jr, Fundamental Concepts of Analysis,
Prentice Hall of India, 1981.
David Alexander Brannon, A First Cource in Mathematical Analysis, Cambridge
University Press, The Open University, 2006.
Sistem Evaluasi Perkuliahan Pengantar Analisis Real
NR = 14 Â k =1U k
4
K (kompetensi) Kompetensi diukur dari nilai rata-rata 5 ujian
U1, U2, U3, U4: Ujian ke - 1, 2, 3, 4; UP: Ujian Perbaikan
Skala nilai: 0 – 100
U1 NRUP = 0,5NR + 0,5NUP
U2 A: 80 ≤ NR(UP) ≤ 100
AB: 73 ≤ NR(UP) < 80
B: 65 ≤ NR(UP) < 73
UP BC : 57 ≤ NR(UP) < 65
U4 C : 50 ≤ NR(UP) < 57
U3
D : 35 ≤ NR(UP) < 50
0 m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 m8 m9 m10 m11 m12 m13 m14 m15 m-ujian t E : 0 ≤ NR(UP) < 35

Jadwal Ujian MA 3231 – Pengantar Analisis Real

Ujian Tanggal Materi Bobot


Ujian Pertama 2 Maret 2011 Pedahuluan dan Bilangan Real 25%
Ujian Kedua 23 Maret 2011 Barisan Bilangan Real 25%
Ujian Ketiga 13 April 2011 Limit Fungsi Real 25%
Ujian Keempat 4 Mei 2011 Kekontinuan Fungsi Real 25%
Ujian Perbaikan Medio Mei 2011 Semua bahan MA3231 – PAR 50%
CPAR Bag1
KMPAR-005
Pemecahan Masalah

Masalah dimaknai sebagai secara sadar mencari rangkaian langkah tindakan yang
tepat agar diperoleh pemahaman yang jelas, tetapi solusi dari masalahnya tidak se-
cara otomatis dapat tercapai.
Pemecahan masalah dimaknai sebagai mencari jalan keluar dari kesulitan, yang
dikelilingi rintangan, tujuan tak mudah dapat tercapai. Solusi masalah merupakan
suatu prestasi berpikir manusia dan kemampuan berpikir adalah pemberian Sang
Pencipta yang paling berharga. Dari alternatif solusi masalah yang mungkin terpi-
kirkan (jika solusinya tidak tunggal), carilah solusi yang paling optimum.
Gagasan pemecahan dimaknai sebagai mencari sesuatu yang tersirat dari informa-
si relevan kemudian buatlah rangkaian langkah kerja berikut.
sistematika → jaringan → ketajaman → gagasan → langkah operasional
Kelengkapan dan ketajaman informasi disertai komponen pembentuknya (sumber
daya berlimpah) diharapkan dapat mempercepat munculnya gagasan pemecahan.
Tahapan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah
h Orientasi, merumuskan masalah dengan identifikasi berbagai aspeknya.
h Preparasi, mengumpulkan informasi relevan dan mencari yang tersirat.
h Inkubasi, ketika jalan buntu proses berlangsung terus dalam bawah sadar.
h Iluminasi, akhir inkubasi, diperoleh ilham sebagai gagasan pemecahan.
h Verifikasi, pengujian secara kritis dan penilaian setiap langkah gagasan.
Contoh Kasus: Kisah Archimedes (287 – 212 SM) dan Mahkota Raja
Masalah: Apakah mahkota raja Syracuse dibuat dari emas murni atau tidak?
h Orientasi, bagaimana menentukan logam pembuat mahkota tanpa merusak atau
meleburnya.
h Preparasi, semua cara untuk menganalisis logam diteliti tetapi cara tidak mung-
kin dilakukan karena dapat merusak mahkota raja.
h Inkubasi, masalah disingkirkan sementara karena jalan buntu, proses terus ber-
langsung dalam bawah sadar.
h Iluminasi, gagasan pemecahan masalah ditemukan dalam bak mandi, banyaknya
air yang dipindahkan sama dengan berat tubuhnya.

Eureka
h Verifikasi, pengujian hasil temuan: mahkota raja ditimbang, kemudian berbagai
jenis logam seberat mahkota raja dikumpulkan. Setelah itu satu persatu logam
tersebut dicelupkan ke dalam air untuk mengukur berat zat cair yang dipindah-
kan. Akhirnya, bandingkan berat zat cair yang dipindahkan dari setiap logam ini
dengan berat mahkota raja.
CPAR Bag1
KMPAR-006
Manajemen Pemecahan Masalah
Berbagai pendekatan dalam proses mencari solusi pemecahan masalah

INPUT OUTPUT
Proses
Masalah Transformasi Solusi
Masalah

Perumusan Masalah Penyajian Formal


Proses
Berpikir
Informasi Relevan
Kreatif Pemeriksaan Secara
Kritis Setiap Langkah

Perumusan Gagasan
Gagasan Pemecahan
dalam Langkah Operasional
PM & SA – 01 Koko Martono, FMIPA - ITB Januari 2011

Penalaran Induktif dan Deduktif

Keunggulan Matematika, Penalaran Induktif, dan Penalaran Deduktif


Matematika mempunyai bahasa yang terdefinisi dengan baik (well defined) disertai
perangkat aturan operasi, sehingga kekuatannya merupakan metode terbaik untuk
pemecahan masalah analitis yang rumit.
Matematika merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan setiap pakar dalam
bidang kerjanya dan merupakan suatu pengetahuan yang paling banyak dipelajari.
Meskipun matematika terkait dengan model umum yang abstrak disertai logika ru-
mit, tetapi penggunaannya tidak sesukar yang dibayangkan.
Selain untuk pengembangan matematika sendiri, gagasan yang berkembang dalam
metematika dapat terkait dengan penggunaan langsung ilmu pengetahuan.
Dengan matematika struktur suatu ilmu pengetahuan dapat dilihat dengan jelas, te-
pat, dan bentuknya kompak.
Unsur penting dalam struktur bangunan dan pekerjaan matematika adalah penalar-
an induktif dan penalaran deduktif.
Pencarian suatu kesimpulan matematika dengan penalaran induktif didasarkan atas
pengamatan, sedangkan dengan penalaran deduktif didasarkan asumsi dan bukan
pengamatan. Kedua penalaran ini digunakan sebagai jalan masuk ke konsepnya.

Contoh / Fakta pengamatan


Gejala
Sederhana ( proses induktif ) teramati
perbandingan
perbandingan
pengamatan renungan
Kebenaran Hasil abstraksi generalisasi
hasil baru baru ( proses induktif )

metode pembuktian
secara matematika

Pengujian
perkiraan
logika, penalaran, teknik matematika Perkiraan
hasil baru proses deduktif hasil baru
CKPAR B-2
PM & SA – 02
Suatu Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif
Ilustrasi Perhatikan fakta dan gejala masalah sederhana berikut.
2
Fakta: Akar persamaan kuadrat x − 3x + 2 = 0 adalah 1 dan 2.
Gejala: Jumlah akar = 3 = −(pengali)x dan hasilkali akar = 2 = bilangan tetap
2
Fakta: Akar persamaan kuadrat x − 3x − 4 = 0 adalah −1 dan 4.
Gejala: Jumlah akar = 3 = −(pengali)x dan hasilkali akar = −4 = bilangan tetap
2
Fakta: Akar persamaan kuadrat 2x − 3x − 2 = 0 adalah - 12 dan 2.
pengali x bilangan tetap
Gejala: Jumlah akar = -112 = - 2 dan hasilkali akar = -1 = 2 .
pengali x pengali x

Berdasarkan fakta dan gejala kasus ini, dugaan kita adalah jumlah akar persama-
2
an kuadrat ax + bx + c = 0, a ≠ 0 adalah - ba dan hasil kalinya adalah ac . Dugaan ini
sesuai dengan fakta dan gejala dari contoh yang diamati. Sekarang, cobalah yakinkan
kebenaran dugaan tersebut secara matematika.
2
Jika x1 dan x2 adalah akar persamaan kuadrat ax + bx + c = 0, a ≠ 0, maka x1 dan x2
memenuhi a(x − x1)(x − x2) = 0. Akibatnya diperoleh kesamaan
2 2 2
ax + bx + c = a(x − x1)(x − x2) atau ax + bx + c = ax − a(x1 + x2)x + ax1x2
Karena hubungan kesamaan ini berlaku untuk setiap nilai x, maka b = −a(x1 + x2)
dan c = ax1x2, yang menghasilkan x1 + x2 = - ba dan x1x2 = ac .
Hasil baru yang telah dibuktikan ini memberikan teorema berikut.
2
Teorema Jika x1 dan x2 adalah akar persamaan kuadrat ax + bx + c = 0, a ≠ 0, maka
x1 + x2 = - ba dan x1x2 = ac .
Pola pikir dan hasil ini dapat diperumum untuk persamaan kubik, kuartik, kuin-
3 2
tik, dan seterusnya. Jika x1, x2, dan x3 adalah akar dari ax + bx + cx + d = 0, a ≠ 0,
maka rancangan rumus jumlah dan hasilkali akarnya diperoleh dengan cara berikut.
3 2
ax + bx + cx + d = a(x − x1)(x − x2)(x − x3)
2
= (ax − a(x1 + x2)x + ax1x2)(x − x3)
3 2
= ax − a(x1 + x2 + x3)x + a(x1x2 + x2x3 + x3x1)x − ax1x2x3
Karena hubungan kesamaan ini berlaku untuk setiap nilai x, maka b = −a(x1 + x2 + x3),
c = a(x1x2 + x2x3 + x3x1), dan d = −ax1x2x3, yang menghasilkan
x1 + x2 + x3 = - ba , x1x2 + x2x3 + x3x1 = ac dan x1x2x3 = - da .
Hasil baru yang diperoleh dari sini dinyatakan dalam teorema berikut.
3 2
Teorema Jika x1, x2, dan x3 adalah akar dari persamaan kubik ax + bx + cx + d = 0,
a ≠ 0, maka
x1 + x2 + x3 = - ba , x1x2 + x2x3 + x3x1 = ac dan x1x2x3 = - da .
CKPAR B-2
PM & SA – 03
Suatu Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif
Ilustrasi Perhatikan fakta dan gejala masalah sederhana berikut.
Fakta: Fungsi f (x) = x 2 monoton naik untuk x ≥ 0. Turunan pertama fungsi f ada-
lah f ¢(x) = 2 x , dengan f ¢(x) = 2 x > 0 untuk x > 0.
Gejala: Jika f ¢(x) > 0 untuk x > 0, maka fungsi f monoton naik untuk x ≥ 0. Secara
umum, jika f ¢(x) > 0 pada selang (a,b), maka fungsi f monoton naik pada [a,b].
Teorema: Jika fungsi f kontinu pada [a,b] dan f ¢(x) > 0 pada (a,b), maka fungsi f
monoton naik pada [a,b].
Teorema ini didapat secara induktif dan buktikan kebenarannya secara deduktif.
Teorema 1 Jika fungsi f mencapai ekstrim lokal di c dan f ′(c) ada, maka f ′(c) = 0.
Bukti Hasil ini dibuktikan untuk kasus maksimum lokal dan untuk kasus minimum lokal serupa.
Karena f mencapai maksimum lokal di c, maka ∃ r > 0 ∋ f (x) ≤ f (c) ∀x ∈ (c − r,c + r).
f (x) - f (c)
f (x) - f (c) £ 0 dan x - c < 0 fi f ¢(c) = f -¢(c) = lim- x - c ≥ 0¸
xÆc Ô
f (x) - f (c) ˝ fi Karena f ′(c) ada, maka f ′(c) = 0.„
f (x) - f (c) £ 0 dan x - c > 0 fi f ¢(c) = f +¢(c) = lim+ x - c £ 0 Ô
xÆc ˛
y Teorema 2 (Rolle) Jika fungsi f kontinu pada [a,b], terdifierensialkan pada
f ¢(c) = 0 (a,b), dan f (a) = f (b), maka ∃ c ∈ (a,b) ∋ f ′(c) = 0.
f Bukti Otomatis terbukti jika f fungsi konstan. Jika f tidak konstan dan kon-
f (a) tinu pada [a,b], maka f mencapai maksimum dan minimum mutlaknya pada
f (b)
[a,b], yang salah satunya tidak mungkin tercapai di x = a atau x = b. Akibat-
nya ∃ c ∈ (a,b) ∋ f mencapai ekstrim di c. Karena f ′(c) ada, maka f ′(c) = 0.„
0 a c b x

Teorema 3 (TNR) Jika fungsi f kontinu pada [a,b] dan terdifierensialkan


y
f (b) - f (a)
f ¢(c) pada (a,b), maka ∃ c ∈ (a,b) ∋ f ¢(c) = b-a

( )
S (x) f f (b) - f (a)
f (b) Bukti Definisikan S(x) = f (x) - b-a
( x - a ) + f (a) , maka S kontinu
f (b) − f (a)
f (a) b−a pada [a,b], terdiferensialkan pada (a,b), dan S(a) = S(b) = 0, maka ∃ c ∈ (a,b)
0 a c b x f (b) - f (a) f (b) - f (a)
∋ S ¢(c) = f ¢(c) - b-a
= 0 (Teorema 2), akibatnya f ¢(c) = b - a .„

Teorema 4 (utama) Jika fungsi f kontinu pada [a,b] dan f ¢(x) > 0 pada (a,b), ma-
ka fungsi f monoton naik pada [a,b].
Bukti Akan dibuktikan f monoton naik dengan cara "u ,v Œ[a, b], u < v fi f (u) < f (v).
Pilihlah titik u dan v sebarang pada [a,b] dengan urutan u < v dan buatlah selang [u,v].
Karena f kontinu pada [u,v] dan terdiferensialkan pada (u,v), maka berdasarkan TNR
f (v) - f (u)
∃ c ∈ (u,v) ∋ f ¢(c) = v-u
. Karena v − u > 0 dan c ∈ (u,v) ∈ (a,b) ⇒ f ¢(c) > 0 , maka
f (v) − f (u) > 0, sehingga f (u) < f (u). Karena u dan v sebarang pada [a,b], maka fungsi
f monoton naik pada [a,b]. „
CKPAR B-2
PM & SA – 04
Sistem Aksioma
Sistem Aksioma
Matematika dibangun dari suatu sistem yang memuat beberapa istilah dasar dan
sifat yang kebenarannya diterima tanpa bukti. Suatu sistem matematika merupakan
penerapan berbagai metode secara aksiomatik dari logika atas sekelompok unsur, rela-
si, dan operasi. Pemilihan beberapa sifat dasar dibuat konsisten agar dapat menentukan
sistemnya secara utuh. Penalaran dibalik sistem logika dapat dipahami berdasarkan si-
fat sistem dan rancangan operasi di dalamnya.
Sistem aksioma terdiri dari empat bagian penting berikut ini.
Istilah tak terdefinisi Istilah dasar (primitif) yang digunakan untuk membangun
istilah lain, arti istilahnya sendiri tidak didefinisikan, tetapi deskripsinya ada. Pada
suatu sistem matematika tertentu dikenal istilah tak terdefinisi seperti himpunan,
titik, garis, bidang, dan sebagainya.
Istilah terdefinisi Istilah yang digunakan dalam sistem, bukan istilah dasar, dan
dirumuskan dari istilah dasar sehingga mempunyai arti tertentu dan perumusannya
menjadi suatu pernyataan yang benar. Dalam suatu definisi, istilah jika berarti jika
dan hanya jika. Suatu definisi yang baik mempunyai ciri berikut.
h jelas, tepat, dan mempunyai satu makna;
h hanya menggunakan istilah dasar atau yang telah muncul sebelumnya;
h konsisten, dalam setiap kasus mempunyai arti yang sama;
h jangkauannya cukup luas untuk memuat sebanyak mungkin objek dari sistem.
Aksioma atau Postulat Aksioma adalah suatu pernyataan yang diandaikan benar
pada suatu sistem dan diterima tanpa bukti. Aksioma hanya memuat istilah dasar
dan istilah terdefinisi, tidak berdiri sendiri, dan tidak diuji kebenarannya. Sekelom-
pok aksioma dalam suatu sistem harus konsisten, dapat membangun sistemnya, dan
tidak saling bertentangan.
Teorema Teorema adalah suatu pernyataan matematika yang dirumuskan secara
logika dan dibuktikan. Suatu teorema memuat beberapa hipotesis dan kesimpulan,
yang dibuktikan dengan memanfaatkan istilah tak terdefinisi, istilah terdefinisi, ak-
sioma, dan pernyataan benar lainnya.
Catatan
Istilah himpunan tidak dapat didefinisikan karena rancangan definisi apapun selalu
memuat sinonim himpunan. Dalam konteks ini himpunan dan unsurnya dianggap
ada dan kemudian dibuat deskripsi tentang himpunan. Deskripsinya adalah dapat
dibedakan antara unsur dan bukan unsur dari himpunan itu. Sebagai ilustrasi, seke-
lompok orang jujur bukan suatu himpunan karena ukurannya sangat tidak jelas.
Kita dapat mendefinisikan istilah himpunan hingga sebagai suatu himpunan yang
terdiri dari n unsur (n bilangan asli) atau himpunan kosong. Setiap unsur di suatu
himpunan hingga yang tak kosong berkorespondensi satu-satu dengan himpunan
{1, 2, … , n}, n bilangan asli.
CKPAR B-2
PM & SA – 05
Sistem Aksioma

Himpunan tak-hingga didefinisikan sebagai bukan himpunan hingga, artinya tidak


berkorespondensi satu-satu dengan {1, 2, … , n}, n bilangan asli. Kemungkinannya
dapat himpunan terbilang, yaitu berkorespondensi satu-satu dengan ` = {1,2,"} ,
atau dapat himpunan tak terbilang, yaitu bukan himpunan terbilang.
Suatu definisi seringkali dapat dijelaskan latar belakangnya, antara lain definisi ga-
bungan dua himpunan. Tujuan menggabungkan dua himpunan adalah agar anggo-
tanya bertambah banyak. Agar tujuan ini tercapai, syarat keanggotaannya harus
diperlemah. Untuk menggabungkan himpunan A dan B, cara memperlemah syarat
keanggotaannya adalah memilih salah satu, anggota dari A, atau anggota dari B.
Berdasarkan ini, didefinisikan gabungan dua himpunan sebagai
A ∪ B = {x | x ∈ A atau x ∈ B}.
Pada himpunan bilangan real \ didefinisikan operasi penjumlahan dan perkalian
yang memenuhi sifat tertentu sehingga membentuk sistem bilangan real. Kita me-
ngenal aksioma lapangan yang mendasari sifat aljabar elementer, aksioma urutan
yang menjelaskan arti istilah positif, dan aksioma kelengkapan yang menjelaskan
korespondensi satu-satu antara bilangan real dan titik pada garis.
Bilamana istilah lebih besar didefinisikan sebagai a > b jika a − b positif, sebelum-
nya harus dimunculkan arti istilah positif, yang tidak dapat diberi arti lebih besar
daripada nol karena informasinya menjadi sirkular. Untuk keperluan ini dirancang-
lah aksioma urutan berikut.
Aksioma Urutan Pada \ terdapat himpunan bagian P Ã \ yang memenuhi
(1) "a Œ\, a π 0 berlaku salah satu dari atau a ∈ P, atau −a ∈ P
(2) jika a, b ∈ P, maka a + b ∈ P dan ab ∈ P.
Di sini P dinamakan himpunan bilangan positif dan unsur di P bilangan positif.
Definisi Untuk a, b ∈ \ , a dikatakan lebih besar dari b, ditulis a > b, jika a − b
bilangan positif.
Teorema Untuk a ∈ \ berlaku a bilangan positif ⇔ a > 0.
Bukti (⇒) Karena a bilangan positif, maka a − 0 juga bilangan positif. Berdasar-
kan definisi lebih besar langsung diperoleh a > 0.
(⇐) Berdasarkan definisi lebih besar, a > 0 berarti a − 0 bilangan positif.
Karena a − 0 = a, maka ini berarti bahwa a bilangan positif.
Simbol ∞ (baca: tak-hingga/infinite) dimaknai sebagai sesuatu yang lebih besar
dari setiap bilangan real. Karena proses mencari yang lebih besar ini tidak pernah
berhenti, maka simbolnya adalah ″8″ yang dibuat horisontal/berbaring. Simbol −∞
dimaknai sebaliknya sebagai sesuatu yang lebih kecil dari setiap bilangan real.
CKPAR B-2
PM & SA – 06
Proses Hingga, Proses tak Hingga, dan Eksistensi
Proses Hingga dan Proses tak Hingga
Matematika mengenal adanya proses hingga seperti operasi aljabar dan berbagai
sifat operasinya. Tetapi matematika juga mengenal adanya proses takhingga seperti
pada limit dan deret. Sifat operasi aljabar berlaku dan dirancang hanya untuk sejum-
lah berhingga operasi. Contoh berikut ini memperlihatkan terjadinya kontradiksi jika
sifat aljabar digunakan untuk sejumlah tak hingga operasi.
Operasi Argumentasi
0+0=0 Sifat unsur nol pada aksioma lapangan
0 + 0 + ⋅⋅⋅ + 0 = 0 Ruas kiri ≡ n angka⋅0 dengan n⋅0 = 0
0 + 0 + ⋅⋅⋅ = 0 Ruas kiri ≡ deret dengan jumlah parsial = 0
(1 − 1) + (1 − 1) + ⋅⋅⋅ = 0 Setiap bilangan 0 diganti dengan (1 − 1)
1 − 1 + 1 − 1 + ⋅⋅⋅ = 0 Hukum asosiatif, penghilangan kurung
1 + 1 − 1 + 1 − 1 + ⋅⋅⋅ = 0 Hukum komutatif, pertukaran sn+2 dengan sn+3
1 + (1 − 1) + (1 − 1) + ⋅⋅⋅ = 0 Hukum asosiatif, penulisan kembali kurung
1 + 0 + 0 + ⋅⋅⋅ = 0 Penggantian setiap bilangan (1 − 1) dengan 0
1=0 Penggunaan sifat 0 + 0 + … = 0

Kontradiksi ini terjadi karena hukum asosiatif dan komutatif digunakan untuk sejum-
lah tak hingga objek. Perhatikan bahwa satu langkah saja salah dapat menghasilkan
suatu kontradiksi.

Proses yang Terkait dangan Eksistensi


Dalam sistem bilangan real berlaku sifat 1 = 1 (ketunggalan akar kuadrat) tetapi
dalam sistem bilangan kompleks berlaku sifat 1 = ±1 (fungsi akar bernilai banyak).
Pada operasi berikut ini dalam sistem bilangan real, langkah keberapakah yang salah?
1 = 1 = ( -1)( -1) = -1 ◊ -1 = ( -1)1/2◊ ( -1)1/2 = ( -1)1/2+1/2 = ( -1)1 = - 1
≠ ≠ ≠ ≠ ≠ ≠ ≠
1 2 3 4 5 6 7

Langkah yang salah adalah = karena dalam sistem bilangan real eksistensi dari -1

3
tidak dikenal, atau -1 bukan bilangan real. Langkah lain yang salah adalah = kare-

5
a +b
na hukum x ◊ x = x
a b
berlaku jika x, a, dan b semuanya bilangan real.
CKPAR B-2
PM & SA – 07
Logika Matematika

Pernyataan Berkuantor dan Pernyataan Majemuk


Suatu pernyataan adalah rangkaian kata dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai
kebenarannya, benar atau salah. Untuk suatu pernyataan, hanya berlaku salah satu,
atau benar, atau salah; tidak mungkin sekaligus benar dan salah, juga tidak benar dan
tidak salah. Ukuran benar atau salahnya suatu pernyataan tidak didasarkan opini atau
pendapat. Suatu pernyataan yang selalu benar dalam setiap kasus dinamakan tauto-
logi, dan yang selalu salah dinamakan kontradiksi. Suatu pernyataan diberi lambang
huruf kecil p atau huruf lainnya di sekitar p. Perhatikan ilustrasi berikut.
Kalimat ″setiap persegi panjang adalah jajargenjang ″ adalah suatu pernyataan ka-
rena bernilai benar. Argumentasinya, pada setiap persegi panjang berlaku setiap
dua sisi yang sejajar selalu sama panjang, sehingga sifat jajargenjang dipenuhi.
Kalimat ″setiap segitiga samakaki adalah samasisi ″ adalah suatu pernyataan kare-
na bernilai salah. Argumentasinya adalah terdapat segitiga samakaki yang bukan
segitiga samasisi.
Kalimat tanya seperti ″Anda hendak pergi ke mana? ″ dan kalimat perintah seperti
″kerjakan soal itu di papan tulis″ bukan merupakan suatu pernyataan karena nilai
kebenarannya tidak dapat ditentukan.

Kuantor dari suatu pernyataan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menya-
takan ″berapa banyak ″ objek di dalam suatu sistem, yang terdiri dari:
Kuantor universal, ditulis dengan lambang ∀, mempunyai arti untuk sebarang (for
any), untuk setiap (for every/each), atau untuk semua (for all). Pengertian dari ke-
tiga istilah itu bergantung pada konteks pembicaraannya.
Kuantor eksistensial, ditulis dengan lambang ∃, yang mempunyai arti terdapat (pa-
ling sedikit satu/ada/for some).
Dalam pernyataan berkuantor, kata sambung sehingga (such that) ditulis dengan '.
Perhatikan beberapa ilustrasi berikut tentang pernyataan berkuantor beserta sim-
bolisasinya secara logika matematika.
Untuk sebarang bilangan real x terdapat bilangan asli n sehingga n lebih besar dari-
pada x. Pernyataan ini dapat ditulis dengan lambang "x Π\ $ n Π` 'n > x .
Setiap bilangan real taknol selalu mempunyai kebalikan, yang bersifat perkalian
bilangan dan kebalikannya sama dengan satu. Pernyataan ini dapat ditulis dengan
lambang "x Œ \, x π 0, $ y Œ \ 'xy = 1 .
CKPAR B-2
PM & SA – 08
Logika Matematika
Pernyataan majemuk adalah suatu pernyataan yang dibentuk dengan merangkai-
kan beberapa pernyataan atau mengingkari suatu pernyataan. Dari pernyataan p dan q
dapat dibentuk pernyataan majemuk berikut.
h Ingkaran (negasi) dari p, lambangnya ∼p, dibaca tidak benar p.
h Konjungsi dari p dan q, lambangnya p ∧ q, dibaca p dan q.
h Disjungsi dari p dan q, lambangnya p ∨ q, dibaca p atau q.
h Implikasi dari p dan q, lambangnya p → q, dibaca jika p, maka q.
h Ekivalensi dari p dan q, lambangnya p ↔ q, dibaca p jika dan hanya jika q.
Suatu implikasi p → q yang bersifat tautologi (selalu benar dalam setiap kasus) di-
tulis dengan lambang p ⇒ q.
Suatu ekivalensi p ↔ q yang bersifat tautologi ditulis dengan lambang p ⇔ q.
Catatan
Istilah tidak bermakna ″tidak semua ″, yaitu sebagai contoh penyangkal. Salah satu
kasus yang mungkin terjadi dari ″tidak semua″ adalah ″semua tidak ″, yaitu sebagai
komplementasi. Sebagai ilustrasi, pernyataan ″tidak semua nol ″ berarti ″ada yang
tidak nol ″, salah satu kasusnya adalah ″semua tidak nol ″. Pernyataan ″x bilangan
tidak genap″ berarti ″x bilangan ganjil ″ karena himpunan bilangan genap dan gan-
jil saling berkomplemen. Pernyataan ″x bilangan tidak positif ″ belum berarti ″x bi-
langan negatif ″ karena bilangan positif dan negatif tidak saling berkomplemen.
Pernyataan p(x) ≤ q(x) termasuk dalam kelompok pertaksamaan, meskipun dalam
kasus ini masih terdapat kemungkinan terdapat x sehingga p(x) = q(x). Dalam kon-
teks ini ″tak sama″ berarti ″tidak semua sama″, yang berarti boleh ada yang sama.
Istilah atau mempunyai arti ganda, atau inklusif (…or…), salah satu atau keduanya;
dan atau ekslusif (either…or…), salah satu dan tidak mungkin keduanya. Sebagai
ilustrasi, kondisi untuk persamaan linear ax + by = c adalah ″a ≠ 0 atau b ≠ 0″, yang
berarti ″paling sedikit salah satu dari a dan b sama taknol ″. Dalam konteks ini,
mungkin terjadi a ≠ 0 dan b ≠ 0. Tetapi pernyataan: ″a < 0 atau a > 1″ berarti ″salah
satu″ dan tidak mungkin keduanya karena tidak mungkin suatu bilangan real yang
sekaligus negatif dan lebih besar daripada 1.
Ilustrasi
Ingkaran dari pernyataan p: x ≤ 3 adalah ∼p: tidak benar bahwa x ≤ 3, yang berarti
bahwa x > 3.
Pernyataan p: 2 ≤ 3 bernilai benar karena ingkarannya ∼p: 2 > 3 bernilai salah.
Konjungsi dari pernyataan p: x ≤ 4 dan q: x > 0 adalah p ∧ q: x ≤ 4 dan x > 0, yang
dapat ditulis dalam bentuk p ∧ q: 0 < x ≤ 4.
Disjungsi dari pernyataan p: x ≥ 4 dan q: x < 0 adalah p ∨ q: x ≥ 4 atau x < 0. Dis-
jungsi ini bersifat eksklusif karena tidak mungkin dipenuhi sekaligus, yang berlaku
hanya salah satu saja.
CKPAR B-2
PM & SA – 09
Logika Matematika
Disjungsi dari pernyataan p: x ≤ 4 dan q: x > 0 adalah p ∨ q: x ≤ 4 atau x > 0, yang
dipenuhi oleh setiap bilangan real x. Disjungsi ini bersifat inklusif karena terdapat
bilangan real x yang sekaligus memenuhi x ≤ 4 dan x > 0.
Implikasi: ″jika x ≤ 4, maka x2 ≥ 0″ bernilai benar karena kuadrat dari sebarang bi-
langan selalu bernilai positif atau nol, termasuk bilangan yang memenuhi x ≤ 4.
Ekivalensi: ″x2 ≤ 4 ⇔ −2 ≤ x ≤ 2″ bernilai benar berdasarkan sifat pertaksamaan.
Nilai kebenaran dari pernyataan majemuk dapat ditampilkan dalam suatu tabel
yang dinamakan tabel kebenaran. Perhatikan tabel kebenaran untuk pernyataan maje-
muk yang dibentuk dari pernyataan p dan q berikut.

p∨q p∨q
p q ∼p ∼q p∧q inklusif eksklusif
p→q q→p p↔q

B B S S B B S B B B

B S S B S B B S B S

S B B S S B B B S S

S S B B S S S B B B

Implikasi p → q dapat muncul dalam bentuk 6 cara berikut.


2
Implikasi p → q Ilustrasi x = 2 ⇒ x = 4 dapat dibaca
2
(1) jika p, maka q (1) jika x = 2, maka x = 4
2
(2) p mengakibatkan q (2) x = 2 mengakibatkan x = 4
2
(3) q, jika p (3) x = 4, jika x = 2
2
(4) p hanya jika q (4) x = 2 hanya jika x = 4
2
(5) p syarat cukup untuk q (5) x = 2 syarat cukup untuk x = 4
2
(6) q syarat perlu untuk p (6) x = 4 syarat perlu untuk x = 2
2
Perhatikan bahwa kesimpulan x = 4 dapat diambil hanya dengan argumentasi x = 2.
2
Ini berarti informasi x = 2 saja sudah cukup untuk menyimpulkan x = 4. Sebaliknya,
2
untuk menyimpulkan x = 2 salah satu syaratnya adalah x = 4. Syarat ini perlu namun
2
belum cukup karena mungkin terjadi x = −2 yang juga memenuhi x = 4. Untuk itu di-
perlukan syarat tambahan, misalnya x positif.
CKPAR B-2
PM & SA – 10
Logika Matematika

Dua pernyataan majemuk yang mempunyai tabel kebenaran sama dinamakan eki-
valen secara logika (setara). Pernyataan majemuk r dan s yang setara ditulis dengan
lambang r ≡ s, dan kebenarannya dibuktikan dengan menggunakan tabel kebenaran.
Selain itu tabel kebenaran juga digunakan untuk membuktikan bahwa dua pernyataan
majemuk yang berbentuk tautologi.
Sifat Untuk pernyataan p dan q berlaku:
h∼ (∼p) ≡ p, ingkaran dari ingkaran pernyataan adalah pernyataannya.
h(p → q) ≡ (∼q → ∼p); implikasi ∼q → ∼p dinamakan kontraposisi dari p → q
h(p → q) ≡ (∼p → ∼q) ≡ ∼p ∨ q dan ∼ (p → q) ≡ p ∧ ∼q
h(p ↔ q) ≡ (p → q) ∧ (q → p) ≡ (∼p ∨ q) ∧ (∼q ∨ p)
h(p ∧ q) → p, (p ∧ q) → q, p → (p ∨ q), dan q → (p ∨ q) semuanya tautologi.
Ilustrasi Slogan: ″merokok atau sehat ″ setara dengan
″jika tidak merokok, maka ia sehat ″
atau
″jika tidak sehat, maka ia merokok ″
Kesetaraan ini dapat diperlihatkan dengan cara berikut.
Misalkan p: ia merokok dan q: ia sehat, maka pernyataan ″merokok atau sehat ″
dapat dituliskan dalam bentuk p ∨ q.
Karena ∼(∼p) ≡ p, maka diperoleh kesetaraan p ∨ q ≡ ∼ (∼p) ∨ q ≡ ∼p → q, yang
berarti ″jika tidak merokok, maka ia sehat ″. Kontraposisi dari pernyataan ini ada-
lah ″jika tidak sehat, maka ia merokok ″.
2
Ilustrasi Tunjukkan ″jika x < 4, maka x < 2 ″ adalah suatu pernyataan yang benar.
2
Jawab Jika pertaksamaan x < 4 diselesaikan, maka solusinya adalah −2 < x < 2. Ini
berarti bahwa x > −2 dan x < 2. Misalkan p: x > −2 dan q: x < 2. Karena (p ∧ q) → q
adalah suatu tautologi, maka dari −2 < x < 2 dapat disimpulkan bahwa x < 2.
2
Ilustrasi Tunjukkan ″jika x = 4, maka x = 2 ″ adalah suatu pernyataan yang salah.
Jawab Pernyataan p → q bernilai salah dalam kasus p benar dan q salah. Misalkan
2
p: x = 4 dan q: x = 2. Karena x = −2 menghasilkan p benar dan q salah, maka pernya-
2
taan ″jika x = 4, maka x = 2 ″ salah.
2
Ilustrasi Tunjukkan ″jika x > 4, maka x > 2 ″ adalah suatu pernyataan yang salah.
Jawab Pernyataan p → q bernilai salah dalam kasus p benar dan q salah. Misalkan
2
p: x > 4 dan q: x > 2. Karena x = −3 menghasilkan p benar dan q salah, maka pernya-
taan ″jika x2 > 4, maka x > 2 ″ salah.
CKPAR B-2
PM & SA – 11
Metode Pembuktian secara Matematika

Pengantar
Pembuktian secara matematika merupakan suatu bagian dari penalaran deduktif
yang berbasiskan asumsi. Tujuannya adalah untuk meyakinkan kebenaran suatu per-
nyataan matematika dalam suatu sifat atau teorema yang berbentuk implikasi p ⇒ q
atau ekivalensi p ⇔ q. Untuk membuktikan ini terdapat beberapa cara, bukti langsung
atau bukti tak langsung yang berbentuk bukti dengan kontraposisi dan bukti dengan
kontradiksi. Selain itu dikenal juga bukti dengan induksi matematika.

Bukti Langsung Untuk membuktikan implikasi p ⇒ q, gunakan pernyataan p se-


bagai suatu informasi untuk sampai pada kebenaran q.
Ilustrasi Buktikan bahwa ″jika x bilangan genap, maka x2 juga bilangan genap″.
Bukti Karena x bilangan genap, maka terdapat suatu bilangan bulat n sehingga x =
2 2 2 2
2n. Akibatnya x = 4n = 2(2n ). Karena n bilangan bulat, maka (2n ) bilangan bulat,
2
sehingga x juga bilangan bulat. Jadi terbuktilah yang diinginkan. 
2
Ilustrasi Buktikan bahwa ″jika x bilangan ganjil, maka x juga bilangan ganjil″.
Bukti Karena x bilangan ganjil, maka terdapat suatu bilangan bulat n sehingga x =
2 2 2
2n + 1. Akibatnya x = (2n + 1) = 4n + 4n + 1 = 2(2n(n + 1)) + 1. Karena n bilangan
2
bulat, maka 2n(n + 1) bilangan bulat, sehingga x juga bilangan bulat. Jadi terbuktilah
yang diinginkan. 

Bukti dengan Kontraposisi Untuk membuktikan implikasi p ⇒ q, gunakan kon-


traposisinya, yaitu implikasi ∼q → ∼p. Karena (p → q) ≡ (∼q → ∼p), maka secara tak
langsung implikasi p → q dapat dibuktikan dengan ∼q → ∼p.
2
Ilustrasi Buktikan bahwa ″jika x bilangan ganjil, maka x juga bilangan ganjil″.
Bukti Kontraposisi pernyataan ini adalah
2
″jika x bilangan tidak ganjil, maka x juga bilangan tidak ganjil″.
Karena bilangan bulat yang tidak ganjil adalah bilangan genap, maka kontraposisi ini
setara dengan
2
″jika x bilangan genap, maka x juga bilangan genap″.
Karena implikasi terakhir telah dibuktikan pada ilustrasi sebelumnya, maka terbukti-
lah yang diinginkan. 
CKPAR B-2
PM & SA – 12
Metode Pembuktian secara Matematika

Bukti dengan Kontradiksi Dasarnya adalah sifat kesetaraan ∼(∼q) ≡ q. Dengan


mengandaikan ∼q benar, carilah pertentangan (kontradiksi) dengan p atau dengan se-
suatu yang dianggap benar. Karena pertentangan ini disebabkan oleh ∼q benar, maka
haruslah ∼q salah, sehingga q benar. Bukti dengan kontradiksi digunakan sebagai su-
atu alternatif terakhir bilamana bukti langsung tidak dapat diproses.
Ilustrasi Buktikan ″himpunan bilangan asli tak mempunyai unsur terbesar″.
Bukti Kebenaran dari suatu pernyataan berbentuk kalimat negatif tidak mungkin di-
buktikan langsung. Untuk ini digunakan bukti dengan kontradiksi. Andaikan himpun-
an bilangan asli mempunyai unsur terbesar, maka ini berarti terdapat bilangan asli M
sehingga n ≤ M untuk setiap bilangan asli n. Karena n = 2M juga bilangan asli, maka
2M ≤ M, atau 2 ≤ 1, suatu kontradiksi (pertentangan). Karena pertentangan ini disebab-
kan pengandaian himpunan bilangan asli mempunyai unsur terbesar, maka kesimpul-
annya haruslah himpunan bilangan asli tidak mempunyai unsur terbesar. 
Ilustrasi Buktikan 2 bukan suatu bilangan rasional.
Bukti Andaikan 2 adalah bilangan rasional

2=m n , m bilangan bulat, n bilangan asli, m,n relatif prim

m2 = 2 ⇒ m2 = 2n2 ⇒ m2 bilangan genap ⇒ m bilangan genap ⇒ n bilangan ganjil
n2
saling bertentangan
m = 2k, k bilangan bulat ⇒ m = 4k = 2n ⇒ n = 2k ⇒ n bilangan genap ⇒ n bilangan genap
2 2 2 2 2 2

Karena tidak mungkin ada bilangan bulat yang sekaligus ganjil dan genap, maka terjadilah per-
tengangan. Akibatnya pengandaian salah, sehingga diperoleh 2 bukan bilangan rasional. 
Penulisan bahasa bagan ke bahasa narasi
Andaikan 2 adalah bilangan rasional, maka bilangan ini dapat ditulis sebagai
m
2 = n , m bilangan bulat, n bilangan asli, dengan m,n relatif prim
m 2 2 2 2
Karena 2 = n , maka m2 = 2 , sehingga m = 2n . Dari sini diperoleh m adalah bi-
n
langan genap, sehingga m juga bilangan genap. Karena m dan n relatif prim, maka
n harus bilangan ganjil.
Dari m bilangan genap diperoleh m = 2k dengan k bilangan bulat. Akibatnya
2 2 2 2 2
m = 4k = 2n , atau n = 2k .
2
Dari sini diperoleh n adalah bilangan genap, sehingga n juga bilangan genap, yang
bertentangan dengan hasil sebelumnya yang menyatakan n harus bilangan ganjil.
Karena terjadi pertentangan, maka pengadaian salah, sehingga kesimpulan yang benar
adalah 2 bukan suatu bilangan rasional. 
CKPAR B-2
PM & SA – 13
Metode Pembuktian secara Matematika
Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan suatu cara penting dari pembuktian yang terkait
dengan pernyataan untuk bilangan asli. Pada himpunan bilangan asli ` = {1, 2,3,"}
diandaikan terdapat sifat urutan yang berikut.
Sifat urutan (ordering property), bilangan asli yang satu lebih kecil dari yang lain.
Sifat urutan rapi (well-ordering property), setiap himpunan bagian tak kosong dari
` mempunyai unsur terkecil. Jika S ⊆ ` dan S ≠ ∅, maka ∃ k ∈ S ∋ k ≤ n ∀n ∈ ` .
Teorema (Prinsip Induksi Matematika)
Jika S ⊆ ` memenuhi sifat (1) 1 ∈ S dan (2) k ∈ S ⇒ k + 1 ∈ S, maka S = ` .
Bukti Andaikan S ≠ `

` − S ≠ ∅ dan ( ` − S) ⊂ `

` − S mempunyai unsur terkecil m ∈ ` − S

m∉S
kontradiksi
m∈S
1 ΠS (1)
m œS } fi m >1Ô
¸ ⇑
˝ fi m - 1 œ ` - S fi m - 1 Œ S fi m = (m -1) + 1 Œ S
m terkecil di ` - S Ô˛ ( 2)

Karena penyebab kontradiksi ini pengandaian S ≠ ` , maka haruslah S = ` . 


Latihan: Tuliskan bahasa bagan ini ke bahasa narasi !
Metode Pembuktian dengan Induksi Matematika
Metode pembuktian dengan induksi matematika yang terkait dengan pernyataan
untuk bilangan asli n dituliskan dalam kerangka berikut. Jika P(n) adalah suatu per-
nyataan tentang bilangan asli n, maka kebenaran P(n) untuk semua bilangan asli n di-
buktikan dengan cara menunjukkan P(1) benar dan (P(n) benar ⇒ P(n + 1) benar).
P (1) benar
P (n) benar fi P(n +1) benar }
fi P(n) benar "n Œ`

Pernyataan P(n) ini berlaku untuk n = 1,2, ⋅⋅⋅ , atau dapat juga mulai dari n = n0, n0 su-
atu bilangan asli tertentu. Jika bilangan asli diandaikan kumpulan tonggak berjajar dan
berjarak 1 satuan, maka gagasan pembuktiannya adalah jatuhnya tonggak pertama dan
jatuhnya dua tonggak berdekatan mengakibatkan seluruh tonggak jatuh. Pernyataan
P(n) tentang bilangan asli n pada beberapa kasus dapat dikonstruksi, setelah sifatnya
diperoleh barulah dibuktikan dengan induksi matematika.
CKPAR B-2
PM & SA – 14
Metode Pembuktian secara Matematika

Ilustrasi Buatlah konstruksi untuk jumlah n buah bilangan ganjil positif berurutan
mulai dari 1 kemudian buktikan hasilnya dengan induksi matematika.
2 2 2 2
Jawab Dari pola keberaturan 1 = 1 , 1 + 3 = 2 , 1 + 3 + 5 = 3 , 1 + 3 + 5 + 7 = 4 di-
2
peroleh P(n): 1 + 3 + 5 + … + (2n − 1) = n . Kita buktikan pernyataan P(n) benar untuk
setiap bilangan asli n dengan induksi matematika.
2
hUntuk n = 1 diperoleh P(1): 1 = 1 (pernyataan benar). Jadi P(1) benar.
2
hAndaikan P(n): 1 + 3 + 5 + … + (2n − 1) = n benar, akan dibuktikan P(n + 1) juga
benar. Karena untuk P(n + 1) kita mempunyai pernyataan
2 2
1 + 3 + 5 + … + (2n − 1) + (2n + 1) = n + 2n + 1 = (n + 1) ,
maka P(n + 1) juga benar.
2
Jadi terbuktilah 1 + 3 + 5 + … + (2n − 1) = n benar untuk setiap bilangan asli n. 

n
Ilustrasi Buktikan P(n): n < 2 benar untuk setiap bilangan asli n.
Bukti
1
hUntuk n = 1 diperoleh P(1): 1 < 2 = 2 (pernyataan benar). Jadi P(1) benar.
n
hAndaikan P(n): n < 2 benar, akan dibuktikan P(n + 1) juga benar. Karena untuk
P(n + 1) kita mempunyai pernyataan
n n n n n+1
n + 1 < 2 + 1 < 2 + 2 = 2⋅2 = 2 ,
maka P(n + 1) juga benar.
n
Jadi terbuktilah P(n): n < 2 benar untuk setiap bilangan asli n. 

n+1 n
Ilustrasi Buktikan P(n): n > (n + 1) benar untuk setiap bilangan asli n > 2.
Bukti
4 3
hUntuk n = 3 diperoleh P(3): 81 = 3 > 4 = 64 (pernyataan benar). Jadi P(3) benar.
n+1 n
hAndaikan P(n): n > (n + 1) benar, akan dibuktikan P(n + 1) juga benar. Karena
untuk P(n + 1) kita mempunyai pernyataan
n n +1 ( n + 2)n +1 ( n +1) n + 2◊ ( n +1)n
(n + 1) n + 2 = (n + 1) n+ 2 ◊ ◊ > (n + 2) n+1
n n +1 ( n + 2)n +1 ( n + 2) n +1◊ n n +1
( n +1) 2 n + 2 n +1 (( n +1)2 )n +1
= ( n + 2) = (n + 2) n +1
( n ( n + 2)) n +1 (n( n + 2)) n +1

( )
n +1
n 2 + 2 n +1
= (n + 2) n+1 > 1◊ (n + 2) n+1 = (n + 2) n +1,
n2 + 2 n
maka P(n + 1) juga benar.
n+1 n
Jadi terbuktilah P(n): n > (n + 1) benar untuk setiap bilangan asli n > 2.
Him - Fs – 01 Koko Martono, FMIPA - ITB Januari 2011

Himpunan, Lambang Himpunan Bilangan, dan Relasi antar Himpunan

Himpunan
Himpunan merupakan suatu istilah dasar (tak terdefinisi/primitif) dalam matemati-
ka. Istilah himpunan tidak didefinisikan tetapi dideskripsikan agar dapat dibedakan
antara anggota dan bukan anggota himpunan.
Notasi Himpunan dituliskan dengan huruf besar dan unsurnya dengan huruf kecil.
Untuk himpunan A dan unsur x, lambang x Œ A berarti x anggota dari A dan x œ A
berarti x bukan anggota dari A.
Untuk himpunan A dan unsur x terdapat dua kemungkinan, atau x Œ A, atau x œ A.
Cara memperkenalkan himpunan tanpa serangkaian aksioma dikenal sebagai naive
set theory, dan dianggap cukup memadai untuk bekerja dengan himpunan dalam
konteks analisis real.
Himpunan kosong (hampa), ditulis ∆, didefinisikan sebagai himpunan yang tidak
mempunyai unsur.
Lambang Himpunan Bilangan
Himpunan bilangan asli: = {1,2, 3, }
Himpunan bilangan bulat: = { , -3, - 2, -1,0,1, 2, 3, }
Himpunan bilangan rasional: = {x : x = m
n , mΠ, nΠ}
Himpunan bilangan real: = {x : x bilangan rasional atau irasional}
Relasi antar Himpunan
Himpunan bagian A dikatakan himpunan bagian dari B, ditulis A ⊆ B, jika setiap
unsur di A termasuk di B.
¾ Dengan lambang matematika ditulis: A ⊆ B jika "x Œ A berlaku x Œ A fi x Œ B.
¾ Ingkaran definisi ini menyatakan: A { B jika $ x Œ A 'x œ B.
¾ Sifat: "B, ∆ ⊆ B karena x Œ∆ fi x Œ B merupakan suatu pernyataan benar.
S
B
Himpunan sama A dikatakan sama dengan B, ditulis A = B jika A ⊆ B dan B ⊆ A.
Dalam konteks ini A dan B mempunyai unsur yang sama.
CKPAR B-3
Him-Fs – 02
Operasi antar Himpunan

Operasi Gabungan, Irisan, dan Selisih


Operasi Gabungan Gabungan himpunan A dan B, ditulis A » B, didefinisikan se-
bagai A » B = {x : x Œ A atau x Œ B}.
Operasi Irisan Irisan himpunan A dan B, ditulis A « B, didefinisikan sebagai
A « B = {x : x Œ A dan x Œ B}.
Himpunan lepas: Himpunan A dan B saling lepas jika A « B = ∆.
Gabungan hingga: ∪ jn= 1 A j = A1 » A2 » » An , x Œ∪ jn= 1 A j ¤$ i Œ{1, 2, , n}'x Œ Ai
Gabungan tak hingga: ∪ j•= 1 A j = A1 » A2 » , x Œ∪ j•= 1 A j ¤$ i Œ{1, 2, } = 'x Œ Ai
∪ j ŒJ A j = Aa » Ab » , J himpunan indeks; x Œ ∪ jŒJ A j ¤ $ j ŒJ 'x ŒA j
Irisan hingga: ∩ jn=1 A j = A1 « A2 « « An , x Œ∩ jn=1 A j ¤ x ŒAi "i Œ{1, 2, , n}
Irisan tak hingga: ∩ j•=1 A j = A1 « A2 « , x Œ∩ j•=1 A j ¤ x ŒAi "i Œ{1,2, } =
∩ j ŒJ A j = Aa « Ab « , J himpunan indeks; x Œ ∩ j ŒJ A j ¤ x ŒA j "j ŒJ
Selisih dan komplemen relatif Selisih himpunan A dan B, ditulis A - B, didefini-
sikan sebagai A - B = {x : x Œ A dan x œ B}.
¾ Dalam kasus A himpunan semesta (S), himpunan S - B = {x : x œ B} dinamakan
komplemen dari B, ditulis BC. Jadi A - B = komplemen B relatif terhadap A.
¾ Himpunan kosong ∆ dan semesta S saling berkomplemen; ∆C = S dan SC = ∆.
Diagram Venn Operasi antar himpunan dapat digambarkan dalam diagram Venn
berikut.
Gabungan A » B Irisan A « B Selisih A - B A, B lepas, A - B = ∆

A B A B A B A B

A»B A«B A-B A«B=∆

Teorema Untuk himpunan A, B, dan C berlaku


Sifat identitas: A « A = A dan A » A = A;
Sifat komplemen: ∆C = S, SC = ∆, (AC)C = A, A » AC = S, dan A « AC = ∆
Sifat komutatif: A « B = B « A dan A » B = B » A
Sifat asosiatif: (A « B) « C = A « (B « C) dan (A » B) » C = A » (B » C)
Sifat de ¢Morgan: (A » B)C = AC « BC dan (A « B)C = AC » BC
Sifat distributif: A « (B » C) = (A « B) » (A « C) dan A » (B « C) = (A » B) « (A » C)
A - (B » C) = (A - B) « (A - C) dan A - (B « C) = (A - B) » (A - C)
CKPAR B-3
Him-Fs – 03
Contoh Soal yang Terkait dengan Himpunan
Buktikan A « (B - C) ⊆ A - (B « C) dan berikan contoh penyangkal bahwa kebalikan-
nya A - (B « C) ⊆ A « (B - C) tidak benar lagi.
Bukti Misalkan x Œ A « (B - C), akan dibuktikan x Œ A - (B « C).
¾ Dari x Œ A « (B - C) diperoleh x Œ A dan x Œ B - C.
¾ Karena (B - C) » (B « C) = B dan (B - C) « (B « C) = ∆, maka x œ B « C.
¾ Akibatnya x Œ A dan x œ B « C, sehingga x Œ A - (B « C).
Jadi terbuktilah A « (B - C) ⊆ A - (B « C). 
A B Contoh penyangkal A - (B « C) ⊆ A « (B - C) tidak benar:
4
1 2
A = {1,4,5,7}, B = {2,4,6,7}, dan C = {3,5,6,7}.
7 Untuk himpunan A, B dan C ini kita mempunyai
5 6 A « (B - C) = {1,4,5,7} « {2,4} = {4},
dan
3
C A - (B « C) = {1,4,5,7} - {6,7} = {1,4,5} { A « (B - C).
Dengan hukum de¢ Morgan (Q » R)C = QC « RC dan (Q « R)C = QC » RC, buktikan
(1) P - (Q » R) = (P - Q) « (P - R) dan (2) P - (Q « R) = (P - Q) » (P - R)
Bukti (1) P - (Q » R) = P « (Q » R)C = P « (QC « RC) = (P « P) « (QC « RC)
= P « P « QC « RC = (P « QC) « (P « RC) = (P - Q) « (P - R). 
Bukti (2) P - (Q « R) = P « (Q « R)C = P « (QC » RC) = (P « QC) » (P « RC)

= (P - Q) » (P - R).  hukum distributif

Buktikan hukum distributif A « (B » C) = (A « B) » (A » C).

Bukti ⊆: Akan dibuktikan A « (B » C) ⊆ (A « B) » (A » C).


¾ Misalkan x Œ A « (B » C), maka x Œ A dan x Œ B » C, sehingga
x ΠA dan (x ΠB atau x ΠC)
¾ Kemungkinan (1): Jika x Œ B, maka x Œ A dan x Œ B, sehingga x Œ A « B.
Kemungkinan (2): Jika x Œ C, maka x Œ A dan x Œ C, sehingga x Œ A « C.
¾ Jadi x Œ A « B atau x Œ A « C, akibatnya x Œ (A « B) » (A » C).
Karena itu terbuktilah A « (B » C) ⊆ (A « B) » (A » C). 
Bukti ⊇: Akan dibuktikan (A « B) » (A » C) ⊆ A « (B » C).
¾ Misalkan (A « B) » (A » C), maka x Œ A « B atau x Œ A » C.
¾ Kemungkinan (1): Jika x Œ A « B, maka x Œ A dan x Œ B.
Kemungkinan (2): Jika x Œ A « C, maka x Œ A dan x Œ C.
¾ Jadi x Œ A dan (x Œ B atau x « C), akibatnya A « (B » C).
Karena itu terbuktilah (A « B) » (A » C) ⊆ A « (B » C). 
CKPAR B-3
Him-Fs – 04
Contoh Soal yang Terkait dengan Himpunan

( )
C
Dengan hukum de¢ Morgan ∩in=1 Ai = ∪in=1 AiC buktikan B - ∪in=1 Ai = ∩in=1 (B - Ai ) .

Bukti
( ) = ( ∩ B ) « (∩ )=∩
C
B - ∪in=1 Ai = B « ∪in=1 Ai n
i =1
n C
i =1 Ai
n
i =1 (B « AiC ) = ∩in=1 (B - Ai ) . 
Buktikan A ⊆ B ¤ BC ⊆ AC ¤ A « B = A ¤ A » B = B ¤ A - B = ∆.
Bukti Untuk membuktikan semua ekivalensi ini cukup diperlihatkan
(1) A ⊆ B fi BC ⊆ AC (2) BC ⊆ AC fi A « B = A (3) A « B = A fi A » B = B
(4) A » B = B fi A - B = ∆, dan (5) A - B = ∆ fi A ⊆ B
Bukti (1) Dengan asumsi A ⊆ B akan dibuktikan BC ⊆ AC.
Andaikan BC { AC, maka $ x Œ BC ' x œ AC. Akibatnya $ x Œ BC' x Œ A ⊆ B. Dari sini,
$ x œ B dan x Œ B. (kontradiksi). Jadi haruslah BC ⊆ AC. 
Bukti (2) Dengan asumsi BC ⊆ AC akan dibuktikan A « B = A (A « B ⊆ A dan A ⊆ A « B)
¾ Misalkan x Œ A « B, maka x Œ A dan x Œ B. Akibatnya x Œ A, jadi A « B ⊆ A.
¾ Andaikan A { A « B, maka $ x Œ A ' x œ A « B. Akibatnya $ x Œ A ' x Œ AC » BC.
Dari sini, $ x Œ A dan x Œ AC » AC = AC (kontradiksi). Jadi haruslah A ⊆ A « B. 
Bukti (3) Dengan asumsi A « B = A akan dibuktikan A » B = B.
¾ Andaikan A»B { B, maka $ x ŒA»B ' x œ B. Akibatnya $ x ŒA-B ' x œA « B = A.
Dari sini, $ x ŒA dan x œ B tetapi x œA (kontradiksi). Jadi haruslah A » B ⊆ B.
¾ Misalkan x Œ B, maka x Œ A atau x Œ B. Akibatnya x Œ A » B, jadi B ⊆ A » B. 
Bukti (4) Dengan asumsi A » B = B akan dibuktikan A - B = ∆.
Karena B = A » B, maka
A - B = A - (A » B) = A « (A » B)C = A « (AC « BC) = (A « AC) « BC = ∆ « BC = ∆. 
Bukti (5) Dengan asumsi A - B = ∆ akan dibuktikan A ⊆ B.
Karena A - B = ∆, maka A = (A - B) » (A « B) = ∆ » (A « B) = A « B ⊆ B. 
Buktikan (1) ∆C = S dan (2) A « AC = ∆
Bukti (1) Akan dibuktikan ∆C ⊆ S (otomatis karena S semesta) dan S ⊆ ∆C. Andaikan
S { ∆C, maka $ x ŒS 'x œ ∆C, akibatnya $ x ŒS ' x Œ ∆ (kontradiksi). Jadi S ⊆ ∆C. 
Bukti (2) Akan dibuktikan ∆ ⊆ A « AC (otomatis karena ∆ ⊆ B "B) dan A « AC ⊆ ∆.
Andaikan A « AC { ∆, maka $ x Œ A « AC ' x œ ∆, akibatnya $ x Œ A, x œ A, dan x Œ S.
(kontradiksi). Jadi A « AC ⊆ ∆. 
CKPAR B-3
Him-Fs – 05
Himpunan Pasangan Terurut dan Relasi

Hasilkali Kartesis dan Sistem Koordinat


Hasilkali Kartesis dari himpunan A dan B, ditulis A ¥ B, didefinisikan sebagai him-
punan pasangan terurut (a,b), a Œ A dan b Œ B; A ¥ B = {(a,b) : a Œ A dan b Œ B}.
Ilustrasi Jika A = {a,b,c,d} dan B = {1,2,3}, maka himpunan A ¥ B terdiri dari 12
unsur, (a,1), (a,2), (a,3), (b,1), (b,2), (c,1), (c,2), (c,3), (d,1), (d,1), (d,2), dan (d,3).
Istilah terurut digunakan karena dalam kasus ini (a,1) Œ A ¥ B tetapi (1,a) œ A ¥ B.
Sistem Koordinat Bidang xoy dapat dipandang sebagai hasilkali kartesis ¥ ,
dan dikenal sebagai sistem koordinat berdimensi dua.
Himpunan semua pasangan terurut n-unsur (x1, x2,◊◊◊,xn), x1 Œ A1, x2 Œ A2,◊◊◊, xn Œ An
dinamakan n-pasangan terurut dan ditulis A1 ¥ A2 ¥ ◊◊◊ ¥ An. Dalam kasus Ai = un-
tuk i = 1, 2, ◊◊◊ , n, himpunan ini dikenal sebagai sistem koordinat berdimensi-n.
Relasi
Relasi Suatu relasi R dari himpunan A ke B adalah himpunan bagian tak kosong
dari hasilkali Kartesis A ¥ B. (R ⊆ A ¥ B, R π ∆) Unsur (x,y) dari relasi R dapat di-
tulis dalam bentuk x R y, yang berarti x berelasi dengan y. Suatu relasi R dari A ke A
adalah himpunan bagian dari A ¥ A, dan dinamakan relasi pada A.
Daerah asal (domain) relasi R ⊆ A ¥ B adalah himpunan DR = {x Œ A : x R y, y Œ B}
dan daerah nilai (range) relasi R ⊆ A ¥ B adalah RR = {y Œ B : x R y, y Œ B}.

Ilustrasi Relasi R dari A = {1,2,3} ke B = {1,2,3,4} dengan R = {(x,y) : x > y} mem-


punyai tiga unsur, R = {(2,1),(3,1),(3,2)}. Daerah asal dan daerah nilai relasi R adalah
DR = {2,3} dan RR = {1,2}. Relasi R dapat ditampilkan dalam diagram Kartesis pada
gambar kiri atau diagram pemetaan pada gambar tengah.
B y
A¥B A (2,1) B
(1,4) (2,4) (3,4) 3
4 1 (3,1) 4
(1,3) (2,3) (3,3)
3 2 (3,2) 3
(2,1) (2,2)
2 (3,2) 3 2 -2 0 2 x
(1,1) (2,1)
1 (3,1) R 1
Relasi R -3
1 2 3 A
2 2
Ilustrasi Relasi R pada dengan R = {(x,y) : 9x + 4y £ 36} adalah daerah cakram
2 2
elips 9x + 4y £ 36 pada gambar kanan. Untuk relasi ini, DR = [-2,2] dan RR = [-3,3].
CKPAR B-3
Him-Fs – 06
Fungsi Real

Relasi dan Fungsi


Definisi fungsi Suatu relasi R dari himpunan A ke B dinamakan fungsi jika
(1) DR = A dan (2) (u,v) ΠR dan (u,w) ΠR fi v = w.
Lambang pengganti R yang biasa digunakan adalah f, g, h, F, G, H, atau lainnya.
Definisi yang setara Kondisi (1) Df = A dan (2) (u,v) Πf dan (u,w) Πf fi v = w
setara dengan fungsi f dari A ke B adalah suatu relasi yang mengaitkan setiap un-
sur di A dengan tepat satu (satu dan hanya satu) unsur di B.
Notasi fungsi Lambang f : A Æ B, f (x) = y berarti (x,y) Œ f, dengan x Œ A dan y Œ B.
Lambang y = f (x), atau f (x) = y dinamakan aturan fungsi, yang dalam berbagai ka-
sus diberikan lebih dahulu kemudian A dicari.
Sebagai ilustrasi, jika diketahui f (x) = x , maka A = [0,•) dan B = .
Lambang lain untuk fungsi f adalah f : A Æ B, x f (x).
Daerah asal (domain) fungsi f : A Æ B, f (x) = y adalah himpunan A, ditulis Df = A;
sedangkan daerah nilai (range) fungsi ini adalah himpunan semua y ΠB yang ter-
kait dengan x ΠA, ditulis Rf = {y ΠB : y = f (x), x ΠA}.
Fungsi real Fungsi f : A Æ B, f (x) = y dengan A⊆ dan B ⊆ dinamakan fungsi
real. Jika aturan fungsi real y = f (x), atau f (x) = y diberikan lebih dahulu, maka dae-
rah asal dan daerah nilai fungsinya adalah
D f = {x Œ : y = f (x) Œ } dan R f = { y Œ : y = f (x), x ŒD f }.

Beberapa Contoh Fungsi dan Bukan Fungsi


A f A A
B B B
a1 a1 b1 a1 b1
b1
a2 a2 b2 a2 b2
a3 b2 a3 b3 a3 b3
a4 b3 a4 a4

Fungsi Bukan Fungsi Bukan Fungsi


2 2
Contoh Relasi R = {(x,y) : x + y = 1} dari ke bukan fungsi karena untuk
setiap | x | < 1 terkait dengan dua y dan untuk setiap | x | > 1 tidak terkait dengan y.
Contoh Aturan y = 1 - x 2 berbentuk suatu fungsi dengan daerah asal selang tu-
tup [-1,1] dan daerah nilai selang tutup [0,1]. Fungsi ini lengkapnya ditulis
f : [ -1,1] Æ , f (x) = 1 - x 2 .
CKPAR B-3
Him-Fs – 07
Grafik Fungsi, Peta dan Prapeta Fungsi
y Grafik fungsi Himpunan semua (x,y) Œ ¥ de-
y = f (x) ngan y = f (x), x ŒA ⊆ dan y ⊆ dinamakan grafik
fungsi (kurva) f : A Æ B, f (x) = y.
Rf
Ilustrasi Pada gambar kiri diperlihatkan grafik fung-
si (kurva) f : A =[a, b] ⊆ Æ , f (x) = y yang kontinu
0 a Df = A = [a,b] b x pada selang tutup [a,b]. Fungsi f ini mencapai maksi-
mum dan minimum pada A dan daerah nilai Rf juga
Grafik Fungsi
merupakan suatu selang tutup.
Peta dan Prapeta Fungsi
Peta fungsi Pada fungsi f : A Æ B, f (x) = y, peta dari himpunan G ⊆ A adalah him-
punan f (G) = { f (x) : x ŒG ⊆ A }. Peta dari himpunan A adalah f (A) = f (Df) = Rf .
Syarat keanggotaan: y Œ f (G) ¤ $ x Œ G ' f (x) = y. Perhatikan himpunan f (G) = pe-
ta dari G ⊆ A pada gambar tengah bawah dan f (A) = Rf pada gambar kirinya.
Prapeta fungsi Pada fungsi f : A Æ B, f (x) = y, prapeta dari himpunan H ⊆ B ada-
lah himpunan f -1(H ) ={x ŒA: f (x) ŒH ⊆ B} . Secara implisit, f (x) Œ f (A) = Rf . Syarat
-1
keanggotaan: x Œ f (H) ¤ f (x) Œ H. Prapeta dari Rf adalah f -1(R f ) = D f = A . Per-
hatikan himpunan f -1(H) = prapeta dari H ⊆ B pada gambar kanan bawah.
A = Df f B A = Df f B A = Df f B

f f (x) H
x
G
f (A) f (G) Rf
A =f -1(Rf)
-1
Rf Rf f (H)

-1
Df = f (A) = peta dari A f (G) = peta dari G ⊆ A f (H) = prapeta dari H ⊆ B
y Contoh Peta dan Prapeta Fungsi
2
5 y = f (x) = x
2 Peta dari himpunan A = (-1,2] oleh fungsi f (x) = x
2
4 adalah f (A) = [0,4] karena -1 < x £ 2 fi 0 £ x £ 4
3 adalah suatu pernyataan benar.
2
2 Prapeta dari himpunan B = [0,4] oleh fungsi f (x) = x
-1 2
1 adalah f (B) = [-2,2] karena 0 £ x £ 4 fi -2 < x £ 2
0 adalah suatu pernyataan benar.
-3 -2 -1 1 2 3 x Prapeta dari himpunan f (A) = [0,4] oleh fungsi
2
f (x) = x adalah
-1 -1
Peta dan prapeta f (x) = x
2
f ( f (A)) = f ([0,4] ) = [-2,2] ⊇ (-1,2] = A.
CKPAR B-3
Him-Fs – 08
Teorema Dasar Pemetaan Himpunan
Teorema Dasar Pemetaan Himpunan
Teorema 1 Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika P, Q ⊆ A, maka
(1) f (P » Q) = f (P) » f (Q) (2) f (P « Q) ⊆ f (P) « f (Q)
Bukti (1) Akan dibuktikan f (P » Q) ⊆ f (P) » f (Q) dan f (P) » f (Q) ⊆ f (P » Q).
¾ Misalkan y Œ f (P » Q), maka $ x Œ P » Q ' f (x) = y. Dari sini diperoleh
$ x ΠP atau x ΠQ ' f (x) = y
$ x ΠP ' f (x) = y atau $ x ΠQ ' f (x) = y
y Πf (P) atau y Πf (Q)
Jadi y Œ f (P) » f (Q), dan terbuktilah f (P » Q) ⊆ f (P) » f (Q). 
¾ Misalkan y Œ f (P) » f (Q), maka y Œ f (P) atau y Œ f (Q). Dari sini diperoleh
$ x1 Œ P ⊆ P » Q ' f (x1) = y atau $ x2 Œ Q ⊆ P » Q ' f (x2) = y
y Œ f (P » Q) atau y Œ f (P » Q)
Jadi y Œ f (P » Q), dan terbuktilah f (P) » f (Q) ⊆ f (P » Q). 
Bukti (2) Misalkan y Œ f (P « Q), maka $ x Œ P « Q ' f (x) = y. Dari sini diperoleh
$ x ΠP dan x ΠQ ' f (x) = y
$ x ΠP ' f (x) = y dan $ x ΠQ ' f (x) = y
tidak dapat dibalik
y Πf (P) dan y Πf (Q)
Jadi y Œ f (P) « f (Q), dan terbuktilah f (P « Q) ⊆ f (P) « f (Q). 
Catatan Kesimpulan f (P) « f (Q) ⊆ f (P « Q) tidak benar lagi, contoh penyangkalnya
2
adalah fungsi f (x) = x dengan P = [-1,0] dan Q = [0,2]. Di sini kita mempunyai
P « Q = {0} dengan f (P « Q) = {0};
f (P) = [0,1], f (Q) = [0,4] dengan f (P) « f (Q) = [0,1] { f (P « Q).
Teorema 2 Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika D, E ⊆ B, maka
-1 -1 -1 -1 -1 -1
(1) f (D » E) = f (D) » f(E) (2) f (D « E) = f (D) « f (E)
Bukti (1) Bukti (2)
-1
x Œ f (D » E) ¤ f (x) ŒD » E x Œ f -1(D « E) ¤ f (x) ŒD « E
¤ f (x) ŒD atau f (x) ŒE ¤ f (x) ŒD dan f (x) ŒE
¤ x Œ f -1(D)atau x Œ f -1(E) ¤ x Œ f -1(D)dan x Œ f -1(E)
¤ x Œ f -1(D) » f -1(E).   ¤ x Œ f -1(D) « f -1(E). 
-1
Teorema 3 Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika C ⊆ A, maka C ⊆ f ( f (C)).
Bukti Misalkan x Œ C ⊆ A, maka $ y Œ Rf ⊆ B ' y = f (x) Œ f (C). Berdasarkan syarat ke-
-1 -1
anggotaan prapeta H, x Œ f (H) ¤ f (x) Œ H langsung diperoleh x Œ f ( f (C)).
-1
Jadi terbuktilah C ⊆ f ( f (C)). 
CKPAR B-3
Him-Fs – 09
Fungsi Bijektif dan Fungsi Invers
Fungsi Surjektif, Injektif, dan Bijektif
Fungsi f : A Æ B, f (x) = y dikatakan surjektif jika Rf = f (A) = B. Fungsi surjektif ber-
3 2
sifat "y ΠB $ x ΠA ' f (x) = y. Ilustrasi: f (x) = x + ax + bx + c adalah fungsi surjek-
2
tif sedangkan f (x) = x + px + q bukan fungsi surjektif. (jelaskan mengapa!).
Fungsi f : A Æ B, f (x) = y dikatakan injektif jika "u, v Œ A, f (u) = f (v) fi u = v. Kon-
3
disi ini setara dengan "u, v Œ A, u π v fi f (u) π f (v). Ilustrasi: f (x) = x + x adalah
3
fungsi injektif sedangkan f (x) = x - x bukan fungsi injektif. (jelaskan mengapa!)
Fungsi f : A Æ B, f (x) = y dikatakan bijektif jika f fungsi surjektif dan injektif. Ilus-
3 2
trasi: f (x) = x + x adalah fungsi bijektif sedangkan f (x) = x bukan fungsi bijektif.

Contoh Jika f : A Æ B, f (x) = y fungsi injektif, buktikan f (P) « f (Q) ⊆ f (P « Q).

Jawab Misalkan y Œ f (P) « f (Q), maka y Œ f (P) dan y Œ f (Q). Dari sini diperoleh
$ u ΠP ' f (u) = y dan $ v ΠQ ' f (v) = y.
Karena f fungsi injektif, maka dari f (u) = y = f (v) diperoleh u = v. Sebutlah u = v = x, ma-
ka $ x ΠP ' f (x) = y dan $ x ΠQ ' f (x) = y. Jadi $ x ΠP dan x ΠQ ' f (x) = y, sehingga
$ x Œ P«Q'f (x) = y. Karena itu y Œ f (P « Q) dan terbuktilah f (P) « f (Q) ⊆ f (P«Q). 

Fungsi Invers
Fungsi f : A Æ B, f (x) = y dapat dipandang sebagai himpunan pasangan terurut
f = {(x,y) Œ A ¥ B : f (x) = y}
Jika x dan y dibuat saling bertukar peran, maka diperoleh {(y,x) Œ B ¥ A : f (y) = x},
atau {(y,x) Œ B ¥ A : (x,y) Œ f } Himpunan pasangan terurut ini berbentuk fungsi de-
ngan kondisi f bijektif, atau f injektif dalam kasus B = Rf.
Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y yang injektif, fungsi g = {(y,x) Œ B ¥ A : (x,y) Œ f }
-1
dinamakan invers dari f, dan ditulis dengan lambang g = f . Dari sini diperoleh
-1 -1
(y, x) Œ f ¤ (x,y) Œ f, atau x = f ( y) ¤ y = f (x).
-1
Karena titik (x,y) dan (y, x) simetri terhadap garis y = x, maka kurva f dan kurva f
simetri terhadap garis y = x.
-1
Contoh Jika f : Df Æ Rf fungsi injektif, buktikan f : Rf Æ Df juga fungsi injektif.
-1 -1
Jawab Akan dibuktikan "u, v ΠRf berlaku f (u) = f (v) fi u = v.
-1 -1
Misalkan s = f (u) dan t = f (v). Karena fungsi f injektif, maka u = f (s) dan v = f (t).
-1 -1
Karena diketahui f (u) = f (v), maka s = t dengan f suatu fungsi, sehingga f (s) = f (t).
-1
Jadi kita mempunyai u = f (s) = f (t) = v, sehingga u = v, dan terbuktilah f : Rf Æ Df ju-
ga fungsi injektif. 
CKPAR B-3
Him-Fs – 10
Fungsi Komposisi
Fungsi Komposisi A B g C
Untuk fungsi f
f : A Æ B dan g : B Æ C, g
fungsi komposisi g o f : A Æ C x
f (x)
g(f (x))
( f dilanjutkan g), gof (x)
didefinisikan sebagai gof
g o f (x) = g ( f (x)) " x ΠA. f g

Daerah asal dan daerah nilai fungsi g o f adalah


Dg f = {x ŒA = D f : f (x) Œ Dg ⊆ B} dan Rg f = { y ŒC : y = f (t), t ŒR f ⊆ B} .
Ilustrasi Jika f (x) = x dan g (x) = 1 - x 2 , maka
g f (x) = g ( f (x)) = g ( x ) = 1 - x, Dg f = D f = [0,•), Rg f = ( -•,1] ,
f g (x) = f ( g (x)) = f (1 - x 2) = 1 - x 2 , D f g = [ -1,1], R f g = [0,1] .
2
Untuk fungsi f o g, perhatikan bahwa kondisi agar g(x) Œ Df adalah 1 - x ≥ 0, yang
menghasilkan D f g = [ -1,1] .
Catatan Komposisi dua fungsi tidak bersifat komutatif. Sebagai contoh penyang-
2
kal, jika f : Æ , f (x) = 2x dan g : Æ , g(x) = 3x - 1, maka
f g (x) = f ( g (x)) = f (3 x 2 - 1) = 6 x 2 - 2 ,
g f (x) = g ( f (x)) = g (2 x) = 12 x 2 - 1 ,
sehingga f o g π g o f.
Teorema Jika f : A Æ B, g : B Æ C, dan H ⊆ C, maka ( g f ) -1 ( H ) = f -1 ( g -1 ( H )).
gof
f
g
-1
( gof ) (H)
g-1(H) H

f -1( g-1(H)) f -1 g-1

(g o f ) -1 = f -1o g-1

Bukti Karena
x Œ( g f ) -1 (H ) ¤ g f (x) ŒH ¤ g ( f (x)) ŒH ¤ f (x) Œg -1(H ) ¤ x Œ f -1( g -1(H )),
maka terbuktilah ( g f ) -1 ( H ) = f -1 ( g -1 ( H )).  
CKPAR B-3
Him-Fs – 11
Soal Latihan Himpunan dan Fungsi
Teorema Jika f : A Æ B dan g : B Æ C fungsi injektif, maka komposisi g o f : A Æ C
juga fungsi injektif.
Bukti Akan dibuktikan "u, v ΠA berlaku g o f (u) = g o f (v) fi u = v.
Berdasarkan definisi komposisi, dari g o f (u) = g o f (v) diperoleh g ( f (u)) = g ( f (v)).
Karena fungsi g injektif, maka ini mengakibatkan f (u) = f (v). Kemudian, karena fung-
si f juga injektif, maka dari sini diperoleh u = v. Jadi terbuktilah g o f fungsi injektif. 
Teorema Jika fungsi f dan g memenuhi
g o f (x) = x "x ΠDf dan f o g (y) = y "y ΠDg,
-1
maka g adalah invers dari fungsi f, yaitu g = f .
Bukti Akan dibuktikan (x,y) Œ f ¤ ( y, x) Œ g. Kondisi yang diberikan dapat ditulis
(1) g ( f (x)) = x "x ΠDf dan (2) f ( g (y)) = y "y ΠDg.
(fi) Dari (x,y) Πf diperoleh y = f (x) "x ΠDf. Gantikan ke (2), diperoleh
f ( g (y)) = y = f (x) "x ΠDf dan "y ΠDg.
Dengan menggunakan (1) diperoleh g ( y) = g ( f (x)) = x "x ΠDf dan "y ΠDg.
Jadi g ( y) = x "y ΠDg, sehingga terbuktilah (y, x) Πg.
(‹) Dari ( y, x) Œ g diperoleh x = g( y) "y Œ Dg. Gantikan ke (1), diperoleh
g ( f (x)) = x = g( y) "x ΠDf dan "y ΠDg.
Dengan menggunakan (2) diperoleh f (x) = f (g( y)) = y "x ΠDf dan "y ΠDg.
Jadi f (x) = y "x ΠDf, sehingga terbuktilah (x, y) Πf.
-1
Karena itu terbuktilah (x,y) Œ f ¤ ( y, x) Œ g, akibatnya g = f . 

Soal uji konsep dengan benar – salah, berikan argumentasi atas jawaban Anda.
No. Pernyataan Jawab
1. Untuk sebarang himpunan A dan B, jika x œ A - B, maka x œ A dan x Œ B. B−S
2. Untuk sebarang himpunan A, B, dan C, jika A ⊆ B dan A ⊆ C, maka A ⊆ B « C. B−S
3. Untuk sebarang himpunan A, himpunan kosong ∆ dan A tidak beririsan. B−S
4. Jika n(P) = banyaknya unsur di himpunan P, n Œ , maka n(A » B) = n(A) + n(B). B−S
5. Untuk sebarang himpunan A dan B berlaku A ¥ (A » B)) = (A ¥ B) » (A ¥ A). B−S
6. Pada relasi R ⊆ A ¥ B, jika u = v fi f (u) = f (v) " u, v Œ A, maka R adalah suatu fungsi. B−S
7. Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika P, Q ⊆ A, maka f (P - Q) = f (P) - f (Q). B−S
8. Peta dari P = {x : -1 < x £ 2} oleh fungsi f (x) = x | x | adalah f (P) = {x : 0 £ x £ 8}.
2
B−S
9. Jika fungsi f dan g memenuhi f g (x) = g f (x) "x Œ , maka f dan g saling invers. B−S
10. Terdapat fungsi f : Æ dan g : Æ yang memenuhi f g (x) = g f (x) "x Œ . B−S
CKPAR B-3
Him-Fs – 12
Soal Latihan Himpunan dan Fungsi
Soal yang terkait dengan himpunan

11. Buktikan bahwa banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan dengan n unsur adalah 2n.
12. Untuk sebarang himpunan A dan B, buktikan himpunan (A - B) dan (A « B) saling lepas dan ga-
bungannya adalah A.
13. Untuk sebarang himpunan A dan B, buktikan A « B = A - (A - B).
14. Untuk sebarang himpunan A, B, dan C, buktikan (A - B) « (A - C) ⊆ A - (B « C) kemudian cari-
lah contoh penyangkal yang menyatakan kebalikannya tidak benar lagi.
15. Untuk sebarang himpunan A, B, dan C, buktikan A « (B » C) ⊆ (A « B) » C) kemudian carilah
contoh penyangkal yang menyatakan kebalikannya tidak benar lagi.
16. Untuk sebarang himpunan A, B, C, dan D, buktikan (A - C) » (B - D) ⊆ (A » B) - (C « D). Ke-
mudian carilah contoh penyangkal yang menyatakan kebalikannya tidak benar lagi.
17. Untuk sebarang himpunan B dan koleksi {A1, A2, ◊◊◊, An}, buktikan B - ∩in=1 Ai ) = ∪in=1 (B - Ai ).
18. Untuk sebarang himpunan A dan B definisikan operasi ≈ dan ◊ sebagai berikut.
A ≈ B = ( A - B ) » ( B - A) dan A ◊ B = A « B.
Buktikan (a) A ≈ A = ∆ (b) A ≈ B = B ≈ A (c) ( A ≈ B) ≈ C = A ≈ ( B ≈ C )
(d) A ◊ ( B ≈ C ) = ( A ◊ B) ≈ ( A ◊ C ) (e) A - B = A ≈ ( A ◊ B) (f) A ≈ B = A ≈ C fi B = C
Sistem yang didefinisikan di atas merupakan suatu contoh dari Aljabar Boole.

Soal yang terkait dengan relasi dan fungsi real

19. Jika R relasi pada dengan R = {(x,y) : 4x2 + 9y2 £ 36}, buktikan rentang nilai x dan y meme-
nuhi -3 £ x £ 3 dan -2 £ y £ 2.
20. Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika P ⊆ Q ⊆ A, buktikan f (P) ⊆ f (Q).
21. Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika D ⊆ E ⊆ Rf, buktikan f -1(D) ⊆ f -1(E).
22. Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika C ⊆ A dan f fungsi injektif, buktikan C = f -1( f (C)). Ke-
mudian berikan contoh penyangkal bahwa jika kondisi injektif dibuang, maka f -1( f (C)) { C.
23. Untuk fungsi f : A Æ B, f (x) = y, jika P,Q ⊆ A, buktikan f (P) - f (Q) ⊆ f (P - Q). Kemudian beri-
kan contoh penyangkal bahwa f (P) - f (Q) π f (P - Q).
24. Tentukan suatu pemetaan bijektif f dari selang tutup [a,b] ke selang tutup [0,1].
25. Tentukan suatu pemetaan bijektif f dari (a) ke selang buka (0,1) (b) selang buka (0,1) ke .
26. Tentukan suatu pemetaan bijektif f dari selang buka (0,1) ke selang (0,1].

Kunci Jawaban
1. S 2. B 3. B 4. S 5. B 6. S 7. S 8. B 9. S 10. B. Untuk soal 10, ambillah f (x) = 3x dan g(x) = 4x.
11. Gunakan induksi pada n. 14. CP: A = {1,4,5,7}, B = {2,4,6,7}, C = {3,5,6,7}. 15. CP: sama seperti 14.
16. CP: A = {1,2,3}, B = {3,4,5}, C = {2,3,4}, D = {4,5,6}. 19. 4x - 36 £ -9x £ 0 dan 9y - 36 £ -4x £ 0
2 2 2 2

22. CP: f (x) = x dengan C yang tepat. 24. f (x) = (x - a)/(b - a) 25. (a) f (x) = 12 tanh x + 12 (b) f invers (a);
2

ÏÔ x , x Œ (0,1) - { 12 , 13 , 14 , }
(
atau f (x) = x - 1
) /(x - x ) 26. f : (0,1) Æ (0,1], f (x) = Ì 1
2

ÔÓ n - 1 , x = 2 , 3 , 4 , (n = 2,3, 4, )
2 1 1 1
Bil Real – 01 Koko Martono, FMIPA - ITB Januari 2011

Aksioma Sistem Bilangan Asli dan Bilangan Real


Aksioma Sistem Bilangan Asli
Bilangan dapat dipandang sebagai suatu instrumen penting untuk memahami alam
semesta. Pythagoras (560 – 500 SM) menyatakan: the Numbers rule the Universe,
dan Kronecker (1823 – 1891) menyatakan: God made the integers, all the rest is
the work of human.
Tinjauan teoritis dan pemahaman yang bebas dari intuisi geomerti tentang bilangan
mulai dikerjakan pada pertengahan abad ke-19 oleh matematikawan Jerman Karl
Weierstrass (1815 – 1897), Richard Dedekind (1831 – 1916), dan George Cantor
(1845 – 1918).
Aksioma untuk sistem bilangan asli = {1, 2,3, } yang dirumuskan oleh Giuseppe
Peano (1858 – 1932) adalah sebagai berikut.
¾ P1: 1Œ , yaitu π ∆ dan memuat unsur yang dikenali sebagai 1.
¾ P2: "n Œ $!n*Œ yang dikenal sebagai penerus (successor) dari n, n* = n + 1.
¾ P3: "n Œ berlaku n* π 1 , yaitu 1 bukan penerus dari sebarang unsur di .
¾ P4: "m, n Œ dengan m π n berlaku m* π n* , yaitu unsur berbeda di mempu-
nyai penerus yang berbeda juga.
¾ P5: Jika S ⊆ dan S π ∆, maka $ k Œ S ' k £ n "n Œ , yaitu setiap himpunan
bagian dari mempunyai unsur terkecil.

Teorema (Prinsip Induksi Matematika)
Jika S ⊆ memenuhi sifat (1) 1 Œ S dan (2) k Œ S fi k + 1 Œ S, maka S = .
Aksioma Peano secara lengkap mendefinisikan sifat bilangan asli . Kemudian,
unsur himpunan bilangan bulat didefinisikan sebagai solusi persamaan x + n = m,
dengan n, m Πdan unsur himpunan bilangan rasional didefinisikan sebagai
solusi persamaan xn = m, dengan n Πdan m Π.
Setelah himpunan bilangan rasional didefinisikan barulah konsep bilangan ira-
sional diperkenalkan. Gabungan himpunan bilangan rasional dan irasional dikenal
sebagai himpunan bilangan real . Bilangan irasional yang diperkenalkan tanpa
aspek konstruksi dikenal sebagai bilangan yang tak berbentuk m /n, m Π, n Π.
Jadi pada konteks bilangan kita mempunyai ⊂ ⊂ ⊂ .
CKPAR B - 4
Bil Real – 02
Aksioma Lapangan Sistem Bilangan Real dan Sifat Terkait

Aksioma Lapangan Sistem Bilangan Real


Operasi Biner Operasi biner * pada himpunan A adalah fungsi
* : A ¥ A Æ A, (a,a) a *a .
Lambang kesamaan Lambang a = b berarti bahwa (¤) lambang a dan b menya-
takan unsur yang sama dalam suatu himpunan.
Aksioma Lapangan Sistem Bilangan Real
Pada didefinisikan dua operasi biner :
¾ penjumlahan (+), jumlah dari bilangan real a dan b ditulis a + b,
¾ perkalian (◊), hasilkali dari bilangan real a dan b ditulis a◊b, atau ab.
yang memenuhi aksioma berikut.

Sifat Penjumlahan Perkalian


Tertutup a + b Œ\ "a, b Œ\ ab Œ\ "a, b Œ\
Komutatif a + b = b + a "a, b Œ\ ab Œ\ "a, b Œ\
(a + b) + c = a +(b + c)
Asosiatif (ab) c = a (bc) "a, b, c Œ\
"a, b, c Œ\
Unsur Kesatuan $ 0 Œ \ 'a + 0 = a "a Œ\ $ 1 Œ \ 'a ◊1 = a "a Œ\
Unsur Invers "a Œ\ $ (- a) Œ\ 'a + (- a) = 0 "a Œ\, a π 0, $ a -1Œ\ 'a◊a -1 =1
Distributif a (b + c) = ab + ac "a, b, c Œ\

Catatan Unsur invers a -1 dapat juga ditulis dengan lambang 1a .

Teorema 1 Hukum Pencoretan


(1) Jika a + c = b + c dengan a, b, c Π, maka a = b.
(2) Jika ac = bc, dengan a, b, c Œ dan c π 0, maka a = b.
Bukti (1) Gunakan sifat unsur invers, Bukti (2) Gunakan sifat unsur invers,
untuk c Œ $ (-c) Œ ' c + (-c) = 0. untuk c Œ , c π 0, $ c -1Œ 'cc -1 = 1 .
Prosesnya sebagai berikut. Prosesnya sebagai berikut.
(a + c) + (-c) = (b + c) + (-c) (ac) c -1 = (bc) c -1
a + (c + (-c)) = b + (c + (-c)) a (cc -1 ) = b (cc -1 )
a+0=b+0 a ◊1 = b ◊1
a=b a=b
Jadi terbuktilah a = b. „ Jadi terbuktilah a = b. „
CKPAR B - 4
Bil Real – 03
Teorema tentang Sifat Aljabar Bilangan Real

Teorema 2 Jika a Œ , maka (1) - (-a) = a, (2) (a -1) -1 = a, a π 0 .


Bukti
(1) Dari sifat unsur invers "a Œ\ $ (- a) Œ\ 'a + (- a) = 0 , karena (-a) Œ , gantilah a
dengan (-a), maka diperoleh $ (- (-a)) Π' (-a) + (- (-a)) = 0. Tambahkan ke-
dua ruas dengan a, maka dengan proses bukti teorema 1(1) diperoleh - (-a) = a.„
(2) Dari sifat unsur invers "a Œ\, a π 0, $ a -1Œ\ 'a◊a -1 = 1, karena (a -1) -1Œ , ganti-
lah a dengan a -1, maka diperoleh $ (a -1) -1Œ '(a -1)◊(a -1) -1 = 1. Kalikan kedua
ruas dengan a, maka dengan proses bukti teorema 1(2) diperoleh (a -1) -1 = a .„
Teorema 3 Jika a, b Π, maka
(1) a◊0 = 0, (2) 0◊b = 0, (3) ab = 0 ¤ a = 0 atau b = 0
Bukti Berikan alasan dari setiap langkah dalam proses berikut.
(1) 0 + 0 = 0 fi a(0 + 0) = a◊0 fi a◊0 + a◊0 = a◊0 fi a◊0 = 0.„
(2) 0 + 0 = 0 fi (0 + 0)b = 0◊b fi 0◊b + 0◊b = 0◊b fi 0◊b = 0.„
(3) (fi) b = 1 ◊ b = (a -1a )b = a -1(ab) = a -1◊ 0 = 0 .„
Karena p Æ (q ⁄ r) ∫ (p Ÿ~q) Æ r, maka cukup dibuktikan ab = 0 dan a π 0 fi b = 0.
(‹) ab = a ◊ b = a ◊ 0 = 0 atau ab = a ◊ b = 0 ◊ b = 0 .„
b=0 a=0

Teorema 4 Jika a, b Π, maka


(1) (-a) + (-b) = -(a + b) (2) (-a)b = -ab (3) a(-b) = -ab (4) (-a)(-b) = ab
Bukti Berikan alasan dari setiap langkah dalam proses berikut.
(1) Karena (a + b) + ((-a) + (-b)) = a + b + (-a) + (-b) = (a + (-a)) + (b + (-b)) = 0 + 0 = 0,
maka (-a) + (-b) = -(a + b).„
(2) Karena ab + (-a)b = (a + (-a)) b = 0◊b = 0, maka (-a)b = -ab.„
(3) Karena ab + a(-b) = a (b + (-b)) = a◊0 = 0, maka a(-b) = -ab.„
(4) Karena -ab + (-a)(-b) = (-a) (b + (-b)) = (-a)◊0 = 0, maka (-a)(-b) = ab.„
Teorema 5 (1) Jika a Œ , maka unsur 0 dan 1 tunggal, dan 0 π 1
-1 -1
(2) Jika a Œ dan a π 0, maka unsur -a dan a tunggal, dan -a π a .
Bukti Berikan alasan dari setiap langkah dalam proses berikut.
(1) Andaikan e Πunsur lain yang memenuhi a + e = a "a Π, akan dibuktikan e = 0.
Karena a + 0 = a "a Œ fi e + 0 = e dan a + e = a "a Œ fi 0 + e = 0, maka e = 0.„
Ketunggalan unsur 1 dibuktikan serupa. Untuk membuktikan 0 π 1, andaikan 0 = 1,
maka a = a◊1 = a◊0 = 0 "a Œ . Jadi adalah himpunan berunsur satu (kontradiksi).
Karena itu haruslah 0 π 1.„
(2) Ketunggalan unsur invers dibuktikan serupa dan diserahkan untuk latihan.
CKPAR B - 4
Bil Real – 04
Operasi Pengurangan dan Pembagian

Operasi Pengurangan dan Pembagian pada Bilangan Real


Operasi Pengurangan Selisih (beda) dari bilangan real a dan b, ditulis a - b, di-
definisikan sebagai a - b = a + (-b), dengan -b adalah unsur invers dari b terhadap
penjumlahan. Operasi untuk menentukan selisih dinamakan pengurangan.
Operasi Pembagian Hasilbagi (perbandingan) dari bilangan real a dan b dengan
-1
b π 0, ditulis ba , a /b, a ◊ b1 , atau a ∏ b, didefinisikan sebagai ab . Operasi untuk me-
nentukan hasilbagi dinamakan pembagian.
Teorema 6 Jika a, b Π, maka unsur a - b dan ba tunggal.
Bukti Teorema ini dibuktikan serupa dengan teorema 5 dan diserahkan untuk latihan.
Bilangan rasional Bilangan rasional dipandang sebagai hasilbagi dari bilangan
(
bulat dengan bilangan asli. x Œ ¤ x = m
n , mΠ, nΠ)
¾ Penulisan dalam bentuk ini tidak tunggal, sebagai ilustrasi, 12 = 24 = 63 = 84 =
¾ Penulisan bilangan rasional dalam bentuk desimal berulang dapat lebih dari satu
cara, sebagai ilustrasi, 12 = 0,5000 dan 12 = 0,4999
2 3
Pangkat bilangan asli Untuk bilangan real a, definisikan a = a◊a, a = a◊a◊a, ◊◊◊ ,
0 1
a n = a ◊ a ◊ … ◊ a . Konvensi: a = 1, a π 0 dan a = a; -a = (-1)◊a dan a = a◊1. Suatu
n kali
m n m+n
sifat pangkat bilangan asli adalah jika a Π, m, n Π, maka a a = a .
3
Contoh Buktikan 3 bukan suatu bilangan rasional.

3
Bukti Andaikan 3 bilangan rasional.
3
3=m n , m Π, n Π; m, n relatif prim
m3 fl 3 3 3
3 = 3 fi m = 3n fi m kelipatan 3 fi m kelipatan 3 fi n bukan kelipatan 3
n
saling bertentangan
3 3 3 3 3 3 3
m = 3k, k Πfi m = 27k = 3n fi n = 9k = 3(3k ) fi n kelipatan 3 fi n kelipatan 3
Jadi haruslah 3
3 bilangan irasional.„
a c ad + bc
Contoh Jika a, b, c, d Œ dengan b, d π 0, buktikan b + d = bd .

Bukti Berikan alasan dari setiap langkah dalam proses berikut.


a c a d c b ad cb ad bc 1 1 1 ad + bc
b + d = b ◊ d + d ◊ b = bd + db = bd + bd = bd ◊ ad + bd ◊ bc = bd ( ad + bc) = bd .„
CKPAR B - 4
Bil Real – 05
Aksioma Urutan Sistem Bilangan Real dan Sifat Terkait

Aksioma Urutan Sistem Bilangan Real


Bilangan real dapat diurutkan dari kecil sampai besar. Untuk mendefinisikan lebih
besar diperlukan istilah positif, yang tentu saja tidak dapat dijelaskan dengan lebih
besar daripada 0. Salah satu dari relasi lebih besar atau positif harus dirancang ak-
siomanya.
Aksioma Urutan Sistem Bilangan Real Terdapat himpunan bagian tak kosong
P ⊆ yang dinamakan himpunan bilangan positif, yang memenuhi sifat berikut.
(1) Jika a Π, maka atau a ΠP, atau a = 0, atau -a ΠP.
(2) Jika a, b ΠP, maka a + b ΠP dan ab ΠP.
Catatan Sifat (1) pada aksioma urutan sistem bilangan real dikenal sebagai sifat
trikhotomi karena membagi atas tiga jenis unsur berbeda, (i) himpunan unsur
di P, (ii) unsur nol, dan (iii) himpunan unsur yang lawannya di P. Sifat (2) pada
aksioma sistem bilangan real menyatakan bahwa himpunan P tertutup terhadap
operasi penjumlahan dan perkalian.
Bilangan positif, nol, negatif, tak-negatif, dan tak-positif
¾ Bilangan real a dikatakan positif jika a Œ P, dan ditulis a > 0.
¾ Bilangan real a dikatakan tak-negatif jika a Œ P » {0}, dan ditulis a ≥ 0.
¾ Bilangan real a dikatakan negatif jika -a bilangan positif, dan ditulis a < 0.
¾ Bilangan real a dikatakan tak-positif jika a bilangan positif atau 0, ditulis a £ 0.
Relasi lebih besar dan relasi lebih kecil Misalkan a, b Π,
¾ a dikatakan lebih besar dari b, ditulis a > b, jika a - b Œ P.
¾ a dikatakan lebih besar atau sama dengan b, ditulis a ≥ b, jika a - b Œ P » {0}.
¾ a dikatakan lebih kecil dari b, ditulis a < b, jika b > a. (atau - (a - b) Œ P)
¾ a dikatakan lebih kecil atau sama dengan b, ditulis a £ b, jika b ≥ a.
Teorema 1 Untuk a, b, c Πberlaku sifat berikut.
(1) Jika a > b dan b > c, maka a > c.
(2) Salah satu dari atau a > b, atau a = b, atau a < b dipenuhi.
(3) Jika a ≥ b dan b ≥ a, maka a = b.
Bukti Berikan alasan dari setiap langkah dalam proses berikut.
(1) a > b fi a - b ŒP
b > c fi b - c ŒP} fi (a - b) + (b - c) ŒP fi a - c ŒP fi a > c. „

(2) Dari sifat trikhotomi diperoleh atau a - b ΠP, atau a - b = 0, atau - (a - b) ΠP.


Akibatnya relasi salah satu dari atau a > b, atau a = b, atau a < b dipenuhi.„
(3) Andaikan a π b, maka menurut (2) berlaku salah satu dari atau a > b, atau a < b.
Dalam kasus a > b terjadi, bertentangan dengan diketahui b ≥ a; dan dalam kasus
a < b terjadi, bertentangan dengan diketahui a ≥ b. Jadi haruslah a = b.„
CKPAR B - 4
Bil Real – 06
Aksioma Urutan Sistem Bilangan Real dan Sifat Terkait
Teorema 2
2
(1) Jika a Œ dan a π 0, maka a > 0 (2) 1 > 0 (3) Jika n Œ , maka n > 0.
Bukti Berikan alasan dari setiap langkah dalam proses berikut.
(1) Karena a Œ dan a π 0, maka berdasarkan sifat trikhotomi, atau a Œ P atau -a Œ P.
Kasus a ŒP : a 2 = a ◊ a dengan a Œ P fi a 2 Œ P ¸
˝ fi a Œ P fi a > 0 .„
2 2
Kasus - a ŒP : a = (- a)(- a) dengan - a Œ P fi a Œ P ˛
2 2

2 2
(2) Karena 1 Œ dan 1 π 0, maka 1 > 0, sehingga 1 = 1 > 0. Jadi 1 > 0.„
(3) Gunakan induksi matematika, kerjakan sebagai latihan.
Teorema 3 Untuk a, b, c, d Πberlaku sifat berikut.
(1) Jika a > b, maka a + c > b + c.
(2) Jika a > b dan c > d, maka a + c > b + d.
(3) Jika a > b dan c > 0, maka ac > bc dan jika a > b dan c < 0, maka ac < bc.
(4) Jika a > b > 0, maka 0 < 1a < b1 dan jika a < b < 0, maka 0 > 1a > b1 .
Bukti Kerjakan sebagai latihan.
Teorema 4 (1) Jika a Œ memenuhi 0 £ a < e "e > 0, maka a = 0.
(2) Jika a, b Œ memenuhi a - e < b "e > 0, maka a £ b.
Bukti
(1) Andaikan a π 0, maka a > 0 karena diketahui 0 £ a. Karena 0 £ a < e "e > 0, maka
dengan mengambil e = 12 a > 0 diperoleh 0 £ a < 12 a . Karena a > 0, akibatnya 1< 12 .
(kontradiksi) Jadi haruslah a = 0.„
(2) Andaikan a > b, maka a - b > 0. Karena a - e < b "e > 0, maka dengan mengambil
e = 12 (a - b) > 0 diperoleh 2e = a - b, sehingga b = a - 2e. Gantikan nilai b ini pada
a - e < b, diperoleh a - e < a - 2e. Akibatnya -e < -2e, sehingga 1 > 2. (kontradiksi)
Jadi haruslah a £ b.„

Contoh Jika a ≥ 0 dan b ≥ 0, buktikan


(1) ab £ 12 (a + b) dan (2) ab = 12 (a + b) ¤ a = b

Bukti Berikan alasan dari setiap langkah dalam proses berikut.


(1) ( a - b)2 ≥ 0 fi a + b - 2 ab ≥ 0 fi 2 ab £ a + b fi ab £ 12 (a + b) .„
2
(2) ab = 12 (a + b) ¤ ab = 14 (a + b) 2 ¤ 4ab = a 2 + 2ab + b 2
¤ a 2 - 2ab + b 2 = 0 ¤ (a - b) 2 = 0 ¤ a = b .„
CKPAR B - 4
Bil Real – 07
Aksioma Urutan Sistem Bilangan Real dan Sifat Terkait

Contoh Jika a ≥ 0 dan b ≥ 0, buktikan a < b ¤ a 2 < b 2 ¤ a < b .

Bukti Kondisi soal ini adalah a dan b tidak semua 0. Kasus yang mungkin adalah
(1) a = 0 dan b > 0 atau (2) a > 0 dan b > 0
(1) Kasus a = 0 dan b > 0: Bukti otomatis karena 0 < b ¤ 0 < b 2 ¤ 0 < b .„
(2) Kasus a = 0 dan b > 0: Akan dibuktikan a < b ¤ a 2< b 2 dan a< b ¤a <b.
¾ Bukti a < b fi a 2< b 2 :
0<a <bfia-b<0
a+b>0 }
fi (a - b)(a + b) < 0 fi a 2 - b 2 < 0 fi a 2 < b 2. „

¾ Bukti a 2 < b 2 fi a < b :


a 2 < b 2 fi a 2 - b 2 < 0 fi (a + b)(a - b) < 0 dengan a + b > 0 fi a - b < 0 fi a < b .„
¾ Bukti a < b ¤ a < b : Buatlah duplikasi bukti a < b ¤ a 2< b 2, untuk itu ganti-
lah peran a dengan a dan b dengan b . „

Contoh Jika a1, a2 , , an Πdan b1, b2 , , bn Π, n Π, buktikan ketaksamaan


Cauchy (a1b1 + a2b2 + anbn) 2 £ (a12 + a22 + + an2 )(b12 + b22 + + bn2 ) .

Bukti Untuk bilangan real t definisikan fungsi F(t) dengan


F (t ) = (a1 - tb1 ) 2 + (a2 - tb2 ) 2 + + (an - tbn ) 2.
Bentuk ini merupakan fungsi kuadrat definit tak-negatif dalam t,
F (t ) = At 2 - 2 Bt + C ≥ 0 ,
A = b12 + b22 + + bn2 , B = a1b1 + a2b2 + + anbn , C = a12 + a22 + + an2 .
Kondisi agar F(t) ≥ 0 "t Œ adalah A > 0 dan diskriminan D £ 0.
¾ Dalam kasus ini otomatis A > 0 karena bi tidak mungkin semua nol. Andaikan bi
semua nol, maka ketaksamaannya menjadi 0 £ 0, suatu pernyataan yang benar.
Jadi ketaksamaannya benar untuk kasus bi semua nol atau ai semua nol.
¾ Kondisi D £ 0 mengakibatkan 4 B 2 - 4 AC £ 0 , sehingga B 2 £ AC. Akibatnya
(a1b1 + a2b2 + anbn) 2 £ (a12 + a22 + + an2 )(b12 + b22 + + bn2 ) .
Jadi terbuktilah yang diinginkan.„

( ) B 2 - AC
2
Catatan Karena F (t ) = At 2 - 2 Bt + C = A t - BA - A , maka kita mempunyai
F (t ) ≥ 0 ¤ A > 0 dan B 2 - AC £ 0 ¤ A > 0 dan B £ AC .
CKPAR B - 4
Bil Real – 08
Nilai Mutlak dan Sifat Terkait

Nilai Mutlak
Lambang Nilai mutlak dari bilangan real a ditulis dengan lambang | a |.
Rancangan Definisi Nilai mutlak dari bilangan real a dirancang sebagai ukuran
jarak dari a ke 0 pada garis bilangan, atau dirancang sebagai maks {a,-a}.
Definisi Nilai Mutlak Nilai mutlak dari bilangan real a didefinisikan sebagai
|a| =
a, a ≥ 0
- a, a < 0{
Sifat Nilai Mutlak
Dari definisi nilai mutlak untuk bilangan real dapat dibuktikan berbagai teorema
penting berikut ini.
Teorema 1 (1) | a | = maks {a,-a} dan -| a | = min {a,-a}.
(2) | a | ≥ 0 "a Œ dan | a | = 0 ¤ a = 0.
(3) | -a | = a "a Πdan | a - b | = | b - a | "a, b Π.
|a|
(4) | ab | = | a | | b | "a, b Œ dan ba = | b | "a, b Œ , b π 0.
Bukti Kerjakan sebagai latihan.
Teorema 2 (1) -| a | £ a £ | a | "a Œ .
2 2
(2) Untuk c ≥ 0 berlaku | a | £ c ¤ -c £ a £ c ¤ a £ c .
2 2
(3) Untuk c ≥ 0 berlaku | a | ≥ c ¤ a ≥ c atau a £ -c ¤ a ≥ c .
Bukti Kerjakan sebagai latihan.
Teorema 3 Ketaksamaan segitiga Untuk setiap "a, b Πberlaku
(1) | a + b | £ | a | + | b | (3) | a | - | b | £ | a - b |
(2) | a - b | £ | a | + | b | (4) || a | - | b || £ | a - b |
Bukti
(1)
a Œ fi -|a| £ a £ |a|
b Œ fi - |b| £ b £ |b| + }
fi - (| a | + | b |) £ a + b £ | a | + | b | fi | a + b | £ | a | + | b | .„
2 ( 2)

(2) Gantilah peranan b dengan -b pada 3(1), maka diperoleh


| a - b | = | a + (-b) | £ | a | + | -b | = | a | + | b |.„
(3) Dari a = (a - b) + b diperoleh | a | £ | a - b | + | b |, akibatnya | a | - | b | £ | a - b |.„
(4) Dari b = (b - a) + a diperoleh | b | £ | a - b | + | a |, akibatnya | a | - | b | ≥ - | a - b |.
Gabungkan hasil ini dengan 3(3), diperoleh - | a - b | £ | a | - | b | £ | a - b |.
Kemudian gunakan 2(2), maka hasilnya adalah || a | - | b || £ | a - b |.„
Catatan Ketaksamaan segitiga dapat diperluas menjadi
| a1 + a2 + + an | £ | a1 | + | a2 | + + | an |, a1, a2 , , an Œ .
CKPAR B - 4
Bil Real – 09
Lingkungan dan Penggunaan Nilai Mutlak

Lingkungan
Ne (a)
Lingkungan Lingkungan-e dari bilangan real a, ditulis
Ne (a) , didefinisi sebagai Ne (a) = {x Π:| x - a | < e } . a-e a a+e

Teorema Jika x ΠNe (a) "e > 0, maka x = a.


Bukti Andaikan x π a, maka | x - a | > 0. Karena e > 0 sebarang, ambillah e = 12 | x - a | .
Ini mengakibatkan x ΠN e (a) fi | x - a | < e fi | x - a | < 12 | x - a | fi 1 < 12 (kontradiksi).
Jadi haruslah x = a.„

Contoh Tentukan solusi pertaksamaan | x - 1 | £ 2| x |.


2 2
Jawab Cara Pertama: Gunakan sifat pertaksamaan 0 £ a < b ¤ a < b .
2 2 2
| x - 1 | £ 2| x | ¤ x - 2x + 1 £ 4x ¤ 3x + 2x - 1 ≥ 0 ¤ (x + 1) (3x - 1) ≥ 0
( )
¤ 3(x + 1) x - 13 ≥ 0 ¤ x £ 1 atau x ≥ 13 .
Jadi solusi pertaksamaannya adalah x £ 1 atau x ≥ 13 .

Cara Kedua: Gunakan definisi nilai mutlak | x | = { x, x ≥ 0


- x, x < 0
dan | x -1| = {
x -1, x ≥ 1
1 - x, x < 1
.

0 1
x<0 0£x<1 x≥1
| x - 1| = 1- x dan | x | = -x | x - 1| = 1- x dan | x | = x | x - 1| = x - 1 dan | x | = x
gantikan ke | x - 1 | £ 2| x | gantikan ke | x - 1 | £ 2| x | gantikan ke | x - 1 | £ 2| x |
1- x £ -2x 1- x £ 2x x- 1 £ 2x
x £ -1 3x ≥ 1, x ≥ 13 x ≥ -1
Solusi: x £ -1 Ÿ x < 0 ∫ x £ -1 x ≥ 13 Ÿ 0 £ x < 1 ∫ 13 £ x <1 x ≥ -1 Ÿ x ≥ 1 ∫ x ≥ 1

Gabungkan ketiga kasus, solusinya adalah x £ -1 ⁄ 13 £ x <1 ⁄ x ≥ 1 ∫ x £ 1 atau x ≥ 13 .

Contoh Jika I = { x Œ : 0 £ x £ 1} = [0,1] , buktikan "e > 0, Ne (0) { I dan Ne (1) { I.

Jawab Dalam soal ini kita mempunyai


Ne (0) = { x Π: -e < x < e } dan Ne (1) = { x Π: 1 - e < x < 1 + e}
¾ Karena - 12 e Œ Ne (0) dan - 12 e œ I = [0,1] , maka Ne (0) { I.„
¾ Karena 1 + 12 e Œ Ne (1) dan 1 + 12 e œ I = [0,1] , maka Ne (1) { I.„
CKPAR B - 4
Bil Real – 10
Lingkungan dan Penggunaan Nilai Mutlak
x2 - 4 x + 3
Contoh Jika | x | £ 2, buktikan £ 15 .
x2 - 2 x + 2

x2 - 4 x + 3 1
Jawab Karena penyebutnya definit positif, tulislah = 2 | x 2 - 4 x + 3| .
x2 - 2 x + 2 x - 2x + 2
2 2 2 2
Kemudian tulislah x - 4x + 3 = (x - 2) - 1 dan x - 2x + 2 = (x - 1) + 1.
2 2
¾ | x | £ 2 fi -2 £ x £ 2 fi -3 £ x - 1 £ 2 fi 0 £ (x - 1) £ 9 fi 1 £ (x - 1) + 1£ 10
2 1 £ 1
fi 1 £ x - 2x + 2 £ 10 fi 10 £ 1.
x2 - 2 x + 2
2 2
¾ | x | £ 2 fi -2 £ x £ 2 fi -4 £ x - 2 £ 0 fi 0 £ (x - 2) £ 16 fi -1 £ (x - 2) - 1 £ 15
2 2
fi -1 £ x - 4x + 3 £ 15 fi 0 £ | x - 4x + 3 | £ 15.
x2 - 4 x + 3 1
Jadi untuk | x | £ 2 berlaku = 2 | x 2 - 4 x + 3| £ 1◊15 = 15.„
x - 2x + 2
2 x - 2x + 2

Contoh Jika a, b Πdan "e > 0, x ΠNe (a) dan y ΠNe (b), buktikan x + y ΠN 2e (a + b).

Bukti Diberikan e > 0.


¾ Karena Ne (a) = {x Œ :| x - a | < e } dan Ne (b) = {x Œ :| x - b | < e } , maka
x Œ Ne (a) ¤ | x - a | < e dan y Œ Ne (b) ¤ | y - b | < e.
¾ Karena | (x + y) - (a + b) | = | (x - a) + (y - b) | £ | x - a | + | y - b | < e + e = 2e,
maka x + y Œ N 2e (a + b). „

Contoh Jika U = { x Œ : 0 < x < 1} = (0,1), buktikan "a Œ U $ d > 0 ' Nd (a) ⊆ U.

Bukti Misalkan a ΠU sebarang, maka 0 < a < 1. Bagilah a Nd (a)


atas tiga kasus, a = 12 , 0 < a < 12 , dan 12 < a < 1 . 0 a 1
h Jika a = 12 , ambillah d = 14 , maka a 1-a

() ( ) ( )
Nd (a)
Nd 12 = 12 -d , 12 +d = 14 , 34 ⊆ (0,1) = U.
0 a 1
h Jika 0 < a < 12 , ambillah d = a, maka dari a 1-a

x Œ Nd (a) = N a (a) fi | x - a | < a fi - a < x - a < a fi 0 < x < 2a < 1 fi x ŒU


diperoleh Nd (a) ⊆ U.
h Jika 12 < a < 1 , ambillah d = 1 - a, maka dari
x ŒNd (a) = N1- a (a) fi | x - a | <1 - a fi a -1< x - a <1 - a fi 0 < 2a -1< x <1 fi x ŒU
diperoleh Nd (a) ⊆ U.„
CKPAR B - 5
Bil Real – 11
Supremum dan Infimum

Supremum
n -1
Fenomena Himpunan A ⊆ , A = {0, 12 , 32 , 34 , } = { n : n Œ } tidak mempunyai
unsur terbesar karena himpunan bilangan asli tidak mempunyai unsur terbesar. Ka-
rena A dapat ditulis A = {1 - 1n : n Π} , maka untuk n yang semakin besar, unsur di A
semakin dekat ke 1. Unsur 1∈ ini dirancang sebagai batas atas terkecil dari A.
Batas atas Untuk himpunan tak kosong S ⊆ ,
bilangan real u dikatakan suatu batas atas dari S jika x ≤ u ∀x ∈ S.
Ingkaran definisi batas atas adalah
bilangan real u2 bukan suatu batas atas dari S jika ∃ t ∈ S ∋ t > u2.
Supremum Untuk himpunan tak kosong S ⊆ , bilangan real u adalah batas atas
terkecil (supremum) dari himpunan S, ditulis u = sup S jika u suatu batas atas dari S
dan batas atas lain dari S lebih besar atau sama dengan u. Di sini kita mempunyai

u = sup S ¤ { x £ u "x Œ S
u1 batas atas dari S fi u £ u1
¤ {
x £ u "x Œ S
u2 < u fi u2 bukan batas atas dari S

{ {
kontraposisi
x £ u "x Œ S x £ u "x Œ S
¤ ¤
"e > 0, u - e bukan batas atas dari S "e > 0, $ se ŒS 'se > u - e

Infimum
n +1
Fenomena Himpunan A ⊆ , A = {2, 32 , 43 , 54 , } = { n : n Œ } tidak mempunyai
unsur terkecil karena himpunan bilangan asli tidak mempunyai unsur terbesar. Ka-
rena A dapat ditulis A = {1 + 1n : n Π} , maka untuk n yang semakin besar, unsur di A
semakin dekat ke 1. Unsur 1∈ ini dirancang sebagai batas bawah terbesar dari A.
Batas bawah Untuk himpunan tak kosong S ⊆ ,
bilangan real v dikatakan suatu batas bawah dari S jika x ≥ v ∀x ∈ S.
Ingkaran definisi batas atas adalah
bilangan real v2 bukan suatu batas bawah dari S jika ∃ y ∈ S ∋ y < v2.
Infimum Untuk himpunan tak kosong S ⊆ , bilangan real v adalah batas bawah
terbesar (infimum) dari himpunan S, ditulis v = inf S jika v suatu batas bawah dari S
dan batas bawah lain dari S lebih kecil atau sama dengan v. Di sini kita mempunyai

v = inf S ¤ {
x ≥ v "x Œ S
v1 batas bawah dari S fi v ≥ v1
¤ {
x ≥ v "x Œ S
v2 > v fi v2 bukan batas bawah dari S

{ {
kontraposisi
x ≥ v "x Œ S x ≥ v "x Œ S
¤ ¤
"e > 0, v + e bukan batas bawah dari S "e > 0, $ se ŒS 'se < v + e
CKPAR B - 5
Bil Real – 12
Supremum dan Infimum beserta Sifat Terkait
¾ u1 batas atas dari S ¤ x ≤ u1 ∀x ∈ S.

{
batas atas dari S ⇒ u3 ≥ u
u3
x £ u "x Œ S
u1 batas atas dari S ⇒ u1 ≥ u ¾ u = sup S ¤
u1batas atas dari S fi u £ u1
u batas atas terkecil dari S, u = sup S
u2 = u − ε bukan batas atas dari S ¾ u2 = u − ε bukan batas atas dari S
s∈S ∃ t ∈ S, ∋ t > u2 ¤ ∃ t ∈ S ∋ t > u2 = u − ε.
S x ∈ S, S himpunan bagian dari
¾ v2 = v + ε bukan batas bawah dari S
s∈S ∃ y ∈ S, ∋ y < v2
v2 = v + ε
¤ ∃ y ∈ S ∋ y < v2 = v + ε.

{
bukan batas bawah dari S
batas bawah terbesar dari S, v = inf S x ≥ v "x Œ S
v
¾ v = inf S ¤
v1 batas bawah dari S ⇒ v1 ≤ v v1batas bwh dari S fi v ≥ v1
v3 batas bawah dari S ⇒ v3 ≤ v
¾ v1 batas bawah dari S ¤ x ≥ v1 ∀x ∈ S.

Catatan
¾ Untuk S ⊆ yang bukan himpunan kosong, supremum didefinisikan jika S terbatas
di atas dan infimum didefinisikan jika S terbatas di bawah. Dalam kasus S terbatas
di atas dan di bawah, S dikatakan terbatas.
¾ Jika S ⊆ adalah himpunan kosong, maka setiap bilangan real merupakan batas
atas (bawah) dari S, sehingga didefinisikan sup S = −∞ dan inf S = ∞.

Teorema 1 (Ketunggalan supremum dan infimum)


Jika himpunan tak kosong S ⊆ terbatas, maka sup S dan inf S tunggal.
Bukti
h Andaikan u = sup S dan u ′ = sup S, akan dibuktikan u = u ′.
u = sup S £ u ¢ = batas atas dari S fi u £ u ¢
u ¢ = sup S £ u = batas atas dari S fi u ¢ £ u
fi u = u ¢. „ }
h Andaikan v = inf S dan v ′ = inf S, akan dibuktikan v = v ′.
v = inf S ≥ v ¢ = batas bawah dari S fi v ≥ v ¢
v ¢ = inf S ≥ v = batas bawah dari S fi v ¢ ≥ v
fi v = v ¢. „ }
Teorema 2 Untuk himpunan tak kosong S ⊆ yang terbatas,
(1) Jika u = sup S, maka "n Œ berlaku u - 1n bukan batas atas dari S, u + 1n œ S ,
dan u + 1n suatu batas atas dari S.
(2) Jika v = inf S, maka "n Œ berlaku v + 1n bukan batas bawah dari S, v - 1n œ S ,
dan v - 1n suatu batas bawah dari S.
Bukti Kerjakan sebagai latihan.
CKPAR B - 5
Bil Real – 13
Aksioma Kelengkapan Sistem Bilangan Real dan Sifat Terkait
Contoh Misalkan S ⊆ , S ≠ ∅, S terbatas di atas, dan a ∈ .
Jika a + S = {a + x : x ∈ S}, buktikan sup {a + S} = a + sup S.

Bukti Misalkan u = sup S, akan dibuktikan sup {a + S} = a + u.


h Dari u = sup S diperoleh x ≤ u ∀x ∈ S, akibatnya a + x ≤ a + u ∀(a + x) ∈ a + S. Dari
sini diperoleh a + u adalah suatu batas atas dari a + S, sehingga sup {a + S} ≤ a + u.
h Tinggal menunjukkan: w batas atas lain dari {a + S} fi a + u ≤ w.
Karena w batas atas dari {a + S}, maka a + x ≤ w ∀x ∈ S, akibatnya x ≤ w − a ∀x ∈ S.
Dari sini diperoleh w − a adalah suatu batas atas dari S, sehingga u = sup S ≤ w − a.
Jadi a + u ≤ w.
Karena itu terbuktilah sup {a + S} = a + sup S.„

Teorema 3 Untuk himpunan A, B ⊆ definisikan A + B = {a + b : a ∈ A dan b ∈ B}


dan cA = {ca : a ∈ A}, c ∈ . Jika A dan B himpunan terbatas, maka
(1) sup (A + B) = sup A + sup B (2) inf (A + B) = inf A + inf B

(3) sup cA = {c sup A, jika c ≥ 0


c inf A, jika c < 0
(4) inf cA = {c inf A, jika c ≥ 0
c sup A, jika c < 0
Bukti Kerjakan sebagai latihan.

Aksioma Kelengkapan Sistem Bilangan Real


Sifat aljabar dan urutan belum cukup untuk membedakan himpunan bilangan rasio-
nal dan bilangan real . Sifat yang membedakan dan adalah supremum.
Setiap himpunan bagian tak kosong dari yang terbatas di atas selalu mempunyai
supremum, tetapi sifat ini tidak muncul di . Terdapat suatu himpunan bagian tak
kosong dari yang terbatas di atas tetapi tidak memiliki supremum.
Ilustrasi Himpunan A = {x Œ : x 2 < 2} ⊆ terbatas di atas dengan sup A = 2 œ .
Unsur di A adalah bilangan rasional 1,4; 1,41; 1,414; ⋅⋅⋅ , yang mendekati bilangan
irasional 2 . Dalam semesta himpunan bilangan rasional , sup A tidak ada.
Aksioma kelengkapan terkait dengan eksistensi dan ketunggalan supremum dan
infimum dari suatu himpunan yang terbatas di atas dan di bawah. Aksioma ini di-
gunakan untuk menjelaskan eksistensi bilangan irasional.
Aksioma Kelengkapan Setiap himpunan bagian tak kosong S ⊆ yang terbatas
di atas mempunyai supremum di .
(S ⊆ , S ≠ ∅, dan S terbatas di atas ⇒ ∃ u ∈ ∋ u = sup S)
CKPAR B - 5
Bil Real – 14
Aksioma Kelengkapan Sistem Bilangan Real dan Sifat Terkait

Sifat yang terkait dengan aksioma kelengkapan sistem bilangan real adalah eksis-
tensi infimum di dari suatu himpunan bagian tak kosong dari .
Teorema 4 Setiap himpunan bagian tak kosong T ⊆ yang terbatas di bawah
mempunyai infimum di .
(T ⊆ , T ≠ ∅, dan T terbatas di bawah ⇒ ∃ v ∈ ∋ v = inf T)
Bukti Definisikan himpunan S = −T = {x ∈ : x = −t, t ∈ T }; S ≠ ∅ karena T ≠ ∅.
h Perhatikan kaitan antara himpunan S dan T, yaitu t ∈ T ⇔ −t ∈ S.
h Karena T terbatas di bawah, maka ∃v ∈ ∋ t ≥ v ∀t ∈ T. Akibatnya −t ≤ −v ∀−t ∈ S,
yang berarti himpunan S terbatas di atas.
h Karena S adalah himpunan bagian tak kosong dari yang terbatas di atas, maka
berdasarkan aksioma kelengkapan S mempunyai supremum, ∃u ∈ ∋ u = sup S.
h Berdasarkan teorema 3(3) dengan c = −1, dari u = sup S diperoleh
−u = −sup S = −sup (−T ) = −(−inf T ) = inf T.
Jadi himpunan T ⊆ , T ≠ ∅, dan T terbatas di bawah mempunyai infimum di .„

Contoh Jika f, g : A → dengan R f dan Rg himpunan terbatas, buktikan


(1) sup{ f (x) + g (x)} £ sup f (x) + sup g (x) (2) inf { f (x) + g (x)} ≥ inf f (x) + inf g (x)
x ŒA x ŒA x ŒA x ŒA x ŒA x ŒA

Bukti (1)
h Karena R f dan Rg himpunan bagian tidak kosong dari yang terbatas di atas, ma-
ka menurut aksioma kelengkapan, ∃ u, v ∈ ∋ u = sup f (x) dan v = sup g (x) .
x ŒA x ŒA
h Akibatnya f (x) ≤ u ∀x ∈ A dan g (x) ≤ v ∀x ∈ A, sehingga f (x) + g (x) ≤ u + v ∀x ∈ A.
Ini berarti u + v adalah suatu batas atas untuk { f (x) + g (x) : x ∈ A}.
h Karena batas atas u + v lebih besar atau sama dengan supremum himpunannya, ma-
ka dari sini langsung diperoleh sup{ f (x) + g (x)} £ u + v = sup f (x) + sup g (x) .„
x ŒA x ŒA x ŒA
Bukti (2) Kerjakan sebagai latihan.

Catatan Pernyataan sup{ f (x) + g (x)} = sup f (x) + sup g (x) tidak benar. Sebagai con-
x ŒA x ŒA x ŒA
toh penyangkal, jika f (x) = cos x dan g (x) = sin x, x ∈ , maka kita mempunyai
sup f (x) = 1 dan sup g (x) = 1 dengan sup f (x) + sup g (x) = 1 + 1 = 2 .
xŒ xŒ xŒ xŒ

Karena - 2 £ cos x + sin x £ 2 , maka sup{ f (x) + g (x)} = 2 , tidak sama dengan 2.
x ŒA
CKPAR B - 5
Bil Real – 15
Penggunaan Aksioma Kelengkapan Sistem Bilangan Real
Sifat Archimedes
Sifat Archimedes menyatakan bahwa selalu terdapat bilangan asli yang lebih besar
dari sebarang bilangan real yang diketahui. Teoremanya sebagai berikut.
Teorema 5 Jika x ∈ , maka ∃ n ∈ ∋ x < n. (Sifat Archimedes)
Bukti Teorema ini dibuktikan dengan cara kontradiksi. Andaikan kesimpulan teore-
ma ini tidak benar, maka yang berlaku adalah ingkarannya, yaitu n ≤ x ∀n ∈ .
h Karena n ≤ x ∀n ∈ ⊆ , maka himpunan bilangan asli tak kosong dan terba-
tas di atas. Menurut aksioma kelengkapan, ∃ u ∈ ∋ u = sup .
h Berdasarkan sifat supremum, ∃ m ∈ ∋ m > u − 1, akibatnya m + 1 > u = sup .
Karena m + 1 ∈ dan u = sup , maka m + 1 ≤ u, dua situasi yang bertentangan.
Jadi haruslah ∃ n ∈ ∋ x < n.„
Teorema 6 (1) "y > 0 $ n Π'0 < 1n < y.
(2) "y > 0 dan z > 0 $ n Π'z < ny.
(3) "z > 0 $ n Œ 'n - 1 £ z < n . (Akibat Sifat Archimedes)
Bukti
(1) y > 0 fi 1y > 0 fi $ n Œ '1y < n fi $ n Œ '0 < 1n < y. „
Arch
(2) y > 0 dan z > 0 fi zy > 0 fi $ n Œ ' zy < n fi $ n Œ 'z < ny. „
Arch
(3) Definisikan himpunan S = {m Œ : m > z} ⊆ , maka S mempunyai unsur terkecil.
Sebutlah unsur terkecil di S adalah n, maka n > z dan n − 1 ∉ S, sehingga n − 1 ≤ z.
Jadi terbuktilah n − 1 ≤ z < z.„
2
Contoh Buktikan terdapat bilangan positif yang memenuhi x = 2.

Bukti Definisikan himpunan S = {s Œ : 0 £ s dan s 2 < 2} .


¾ Himpunan S tidak kosong karena 1 ∈ S; dan S terbatas di atas oleh 2 karena
2 2
kontraposisi dari (t > 2 ⇒ t ≥ 4 ≥ 2) adalah (t < 2 ⇒ t < 2)
Menurut aksioma kelengkapan, $ x Π'x = sup S . Karena S terbatas di atas oleh 2,
maka x = sup S ≤ 2. Akibatnya ∀ε > 0 berlaku x − ε ∈ S dan x + ε ∉ S, sehingga
( x - e ) 2 < 2 £ ( x + e ) 2 , atau - ( x + e ) 2 < -2 £ - ( x - e ) 2 ……(1)
¾ Andaikan ε > 0 memenuhi 0 < ε < x, maka 0 < x − ε < x < x + ε, yang memberikan
( x - e )2 < x 2 £ ( x + e ) 2 ……(2)
¾ Jumlahkan (1) dan (2), diperoleh -4 xe < x 2 - 2 £ 4 xe , sehingga | x 2 - 2| £ 4 xe £ 8e .
x£2

Karena relasi ini berlaku ∀ε > 0, maka | x 2 - 2| = 0 . Jadi x − 2 = 0, atau x = 2.„


2 2
CKPAR B - 5
Bil Real – 16
Penggunaan Sifat Archimedes

{
Contoh Jika A = 1n : n Œ }⊆ , buktikan sup A = 1 dan inf A = 0.

Bukti Gunakan sifat supremum dan infimum dengan bantuan sifat Archimedes.

u = sup A ¤ {
x £ u "x Œ A
"e > 0, $ ae ŒA 'se > u - e
dan v = inf A ¤
x ≥ v "x Œ A
{
"e > 0, $ ae ŒA 'ae < v + e
¾ Karena 0 < 1n £ 1 "n Œ , maka himpunan A terbatas di atas dan terbatas di bawah.
Berdasarkan sifat aksioma kelengkapan, A mempunyai supremum dan infimum.
Tinggal membuktikan sifat kedua dari supremum dan infimum dipenuhi.
¾ Karena ∀ε > 0 ∃ 1 = aε ∈ A ∋ 1 > 1 − ε, maka sup A = 1
¾ Diberikan ε > 0, maka menurut sifat Archimedes $ n Œ 'e1 < n . Akibatnya ∃ n ∈
∋ ae = 1n Œ A dan 1n < e . Jadi "e > 0 $ ae = 1n Œ A 'ae = 1n < e . Karena itu inf A = 0.

(-1)n
Contoh Tunjukkan A = { n : n Œ }⊆ terbatas kemudian tentukan sup A dan inf A.
(-1)n
Jawab Karena | n | = 1n £ 1 "n Œ , maka himpunan A terbatas di atas dan di bawah.
(-1)n
Untuk menentukan supremum dan infimum dari A, tulislah an = n , n Π.
¾ Jika n bilangan genap, maka barisan ini monoton turun dengan 0 < a2 n £ 12 .
¾ Jika n bilangan ganjil, maka barisan ini monoton naik dengan -1 £ a2 n -1 < 0 .
Jadi sup A = 12 dan inf A = −1. (Untuk latihan, jelaskan mengapa!)

Contoh Jika x, y ∈ dengan x < y, buktikan ∃ r ∈ ∋ x < r < y.

Bukti Andaikan 0 < x < y. Untuk kasus x < y < 0, karena x < y < 0 ⇔ 0 < −y < −x, ma-
ka diperoleh hasil yang sama dengan mengganti peran x oleh −y dan y oleh −x.
¾ x < y fi y - x > 0 fi y 1- x > 0 fi $ n Œ 'y 1- x < n fi 1 < ny - nx fi 1+ nx < ny .…(1)
Arch
¾ x > 0 fi nx > 0 fi $ m Œ 'm - 1 £ nx < m fi nx < m dan m £ 1 + nx .…(2)
T6(3)

¾ Dari (1) dan (2) diperoleh nx < m < 1 + nx < ny. Jadi nx < m < ny, atau x < m
n < y.
Ambillah r = m
n Œ , maka terbuktilah ∃ r ∈ ∋ x < r < y.„

Contoh Jika x, y ∈ dengan x < y, buktikan ∃ s ∈ - ∋ x < s < y.


y
Bukti Menurut soal sebelumnya, $ r Œ , r π 0 ' x < r < . Akibatnya x < r 2 < y.
2 2
Ambillah s = r 2 Œ - , maka terbuktilah ∃ s ∈ - ∋ x < s < y.„
CKPAR B - 5
Bil Real – 17
Penggunaan Sifat Archimedes untuk Selang Bersarang
Catatan Pesan dari dua contoh terakhir adalah: Di antara dua bilangan real terdapat
tak hingga banyaknya bilangan rasional dan bilangan irasional.

Selang Bersarang (Nested Intervals)


Definisi Barisan selang I n , nŒ disebut bersarang jika I1 ⊇ I 2 ⊇ ⋅⋅⋅ ⊇ I n ⊇ I n +1 ⊇ ⋅⋅⋅
Ilustrasi Jika I n = [0, 1n ], maka ∩•
n =1 I n = {0} . I1 I2 I3 I4

Bukti Akan dibuktikan ∩• •


n =1 I n ⊆ {0} dan {0} ⊆ ∩ n =1 I n .
¾ Untuk membuktikan ∩• •
n =1 I n ⊆ {0}, tunjukkan x ∈ ∩ n =1 I n ⇒ x = 0. Karena x Œ I n ⇒
x ≥ 0, maka kontraposisi dari yang akan ditunjukkan adalah x > 0 ⇒ x ∉ ∩•
n =1 I n .
Misalkan x > 0, maka 1x > 0 , sehingga menurut sifat Archimedes $ n Π'1x < n .
Akibatnya $ n Œ 'x > 1n , dari sini diperoleh x ∉ ∩•
n =1 I n .

¾ Untuk membuktikan {0} ⊆ ∩• •


n =1 I n , tunjukkan x = 0 ⇒ x ∈ ∩ n =1 I n . Karena x = 0,
maka x Œ I n"n Œ . Dari sini diperoleh x ∈ ∩•
n =1 I n .
Jadi terbuktilah ∩•
n =1 I n = {0} .„

Teorema 7 (1) Jika I n = [an , bn ] selang bersarang, maka $x Œ 'x ŒI n"n Œ .


(2) Jika I n = [an , bn ] dan inf {bn - an : n Œ } = 0 , maka ξ pada teorema ini tunggal.
Bukti (1) Akan dibuktikan $x Œ 'an £ x £ bn"n Œ .
¾ Karena I n selang bersarang, maka I n ⊆ I1 ∀ n Œ , akibatnya an £ b1"n Œ . Jika
A = {an : n Œ } , maka A ≠ ∅ dan terbatas di atas, akibatnya $x Œ 'x = sup A .
Karena an ŒA ∀ n Œ , maka an £ x "n Œ .
¾ Tinggal membuktikan x £ bn ∀ n Œ dengan cara menunjukkan bn suatu batas atas
dari A. Karena untuk n ≤ k berlaku ak £ bk £ bn dan untuk n > k berlaku ak £ an £ bn ,
maka bn suatu batas atas dari A = {an : n Œ } , akibatnya an £ x £ bn ∀ n Œ .
Jadi terbuktilah $x = sup A Œ 'x Œ I n = [an , bn ] "n Œ .„
Bukti (2) Akan dibuktikan jika B = {bn : n Œ } dan η = inf B, maka η = ξ .
¾ Karena an £ bn ∀ n Œ dan η = inf B, maka an £ h "n Œ . Akibatnya η adalah su-
atu batas atas dari himpunan A = {an : n Œ } , dari sini diperoleh sup A = ξ ≤ η .
¾ Jika x Œ[an , bn ] , maka an £ x £ x £ h £ bn"n Œ (mengapa?), sehingga ξ ≤ x ≤ η .
Karena inf {bn - an : n Œ } = 0 , maka "e > 0 $ m Œ '0 £ h - x £ bm - am < e . Dari
sini diperoleh 0 ≤ η − ξ ≤ ε yang berlaku ∀ε > 0, yang mengakibatkan η = ξ .
Jadi terbuktilah ξ pada teorema ini tunggal. „
CKPAR B - 5
Bil Real – 18
Representasi Desimal

Representasi Desimal
Langkah 1 Untuk bilangan real x yang memenuhi 0 ≤ x ≤ 1, bagilah selang [0,1]
b b 1
atas 10 bagian yang sama panjang, maka 101 £ x £ 101 + 10 , b1 = 0,1,2, ,9.

Langkah 2 Untuk x memenuhi 101 £ x £ 101 + 10 , bagilah selang ÈÍ 101 , 101 + 10 ˘˙ atas 10
b b 1 b b 1
Î ˚
b b b b 1
bagian yang sama panjang, maka 101 + 22 £ x £ 101 + 22 + 2 , b2 = 0,1, 2, ,9.
10 10 10
Langkah 3 Proses dilanjutkan sehingga diperoleh desimal ke-n, yaitu
b1 b 2 bn b b bn 1
10 + 102 + +
10 n £ x £ 101 + 22 +
10
+
10 n + n , b1, b2 ,
10
, bn = 0,1,2, ,9.

Perhatikan langkah untuk memperoleh bentuk desimal dari bilangan real x pada
gambar berikut.
b1 b1 1
10 1 10 + 10
10
1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 10 10 10 10 10 10 10 10
0 1
b1 b1 1
10 £ x £ 10 + 10
b1 b 2 b1 b 2 1
10 + 102 10 + 102 + 102
1
100
1 1 1 1 1 1 1 1 1
100 100 100 100 100 100 100 100 100
b1 b1 1
10 b1 b 2 b1 b 2 1 10 + 10
+
10 102 £ x £ 10 + 102 + 102

Proses dilanjutkan
b1 b 2 bn b b bn 1
10 + 102 + +
10n
£ x £ 101 + 22 +
10
+ +
10n 10n
x = 0, b1 b 2 bn

Bilangan x yang diperoleh dapat ditulis dalam bentuk desimal x = 0, b1b2 bn .


Berdasarkan teorema 7 sebelumnya, bentuk desimal dari bilangan x ini tunggal.
Dalam kasus x bilangan rasional, bentuk desimalnya berulang terus menerus. Pro-
ses ini dapat dilakukan untuk bilangan real sebarang yang tidak terletak pada [0,1].
Ilustrasi 12 = 0,50000 , 12 = 0, 49999 , 3 17 = 22
7 = 3,142857 142857 142857
2 = 1,4121356 , 3 = 1,73205080 , 6 = 2,44948974
CKPAR B - 5
Bil Real – 19
Himpunan tak Hingga dan Himpunan Terhitung

Himpunan tak Hingga


Himpunan hingga Himpunan S dikatakan hingga jika $ f : S Æ {1,2, , n } , f in-
jektif dan surjektif.
Himpunan tak hingga Himpunan S dikatakan tak hingga jika S bukan himpunan
hingga, tidak mungkin dibuat pemetaan injektif dan surjektif f : S → {1, 2, ⋅⋅⋅ , n}.
Sifat himpunan hingga dan himpunan tak hingga
(1) Himpunan S1 terdiri dari n unsur ¤ $ f : S1 Æ S2 = {s1, s2 , , sn } , f injektif
dan surjektif.
(2) Himpunan T1 hingga ¤ $ f : T1 Æ T2 , f injektif dan surjektif, dan T2 hingga.
(3) Jika m, n Œ , m £ n, maka $ f : N m Æ N n , f injektif , N k = {1,2, , k } ⊆ .
(4) Jika m, n Π, m > n, maka tidak mungkin ada pemetaan injektif dari N m ke N n .
(prinsip sarang merpati/pigeonhole principle)
(5) Jika m Œ , maka $ f : N m Æ , f injektif dan N m = {1, 2, , m }.
(6) Jika m Π, maka tidak mungkin ada pemetaan injektif dari ke N m .
(7) Himpunan bilangan asli adalah suatu himpunan tak hingga.
(8) Jika S himpunan hingga dan T ⊆ S, maka T juga himpunan hingga.
(9) Jika S himpunan tak hingga dan S ⊆ U, maka U juga himpunan tak hingga.
Himpunan tak Terhitung
Himpunan terhitung
¾ Himpunan hingga S dikatakan terhitung jika
$ f : N n Æ S , f injektif dan surjektif, dan N n = {1,2, n} .
¾ Himpunan tak hingga S dikatakan terhitung jika
$ f : Æ S , f injektif dan surjektif .
Ilustrasi Himpunan bilangan genap E = {2n : n Π} terhitung karena terdapat
pemetaan injektif dan surjektif f : Æ E , f ( n) = 2n .
Ilustrasi Himpunan bilangan bulat terhitung karena terdapat pemetaan injektif
dan surjektif f : Æ , dengan aturan
f (n) = 0, n = 1 ; f (n) = 12 n, n = 2,4,6, ; f (n) = 12 (1 - n), n = 3,5,7,
2 4 6 8 2n 0 1 −1 2 −2 3 −3
⋅⋅⋅ ⋅⋅⋅ ⋅⋅⋅

⋅⋅⋅ ⋅⋅⋅ ⋅⋅⋅


1 2 3 4 n 1 2 3 4 5 6 7
Untuk latihan, tunjukkan kedua pemetaan pada ilustrasi ini injektif dan surjektif.
CKPAR B - 5
Bil Real – 20
Sifat Himpunan Terhitung dan Metode Diagonal
Sifat himpunan terhitung
(1) Himpunan S1 hingga dan terhitung ¤ $ f : S1 Æ S 2 , f injektif dan surjektif, S2
hingga dan terhitung.
(2) Himpunan T1 terhitung ¤ $ f : T1 Æ T2 , f injektif dan surjektif, T2 terhitung.
(3) Jika S himpunan terhitung dan T ⊆ S, maka T juga himpunan terhitung.
(4) Himpunan S terhitung ¤ $ f : S Æ dan f injektif
¤ $ f : Æ S dan f surjektif
Keterhitungan Himpunan Bilangan Rasional (Metode Diagonal Pertama)
Teorema Himpunan bilangan rasional adalah himpunan terhitung.
+ - +
Bukti Karena = » {0} » , maka cukup dibuktikan terhitung.
Daftarkan semua bilangan rasional positif
⋅⋅⋅
n , m Πdan n Π. Daftar ini
1 2 3 4 berbentuk m
1 1
1
2
1
3
1
4
1 ⋅⋅⋅ adalah semua unsur diagonal pada gambar
kiri yang terhitung, sebutlah himpunannya
2 1
2
2
2
3
2
4
2 ⋅⋅⋅
F = {11 , 12 , 12 , 13 , 22 , 13 , }.
3 1
3
2
3
3
3
4
3 ⋅⋅⋅ Karena +
⊆ F dengan F terhitung (metode
+
4 1
4
2
4
3
4
4
4 ⋅⋅⋅ diagonal pertama), maka juga himpunan
+ -
terhitung. Jadi = » {0} » himpunan
terhitung.„

Ketakterhitungan Himpunan Bilangan Real (Metode Diagonal Kedua)


Teorema Himpunan I = { x Œ : 0 £ x £ 1} tak terhitung.
Bukti Andaikan I himpunan terhitung, maka dapat dibuat daftar unsur himpunan I
dalam bentuk desimal yang diperlihatkan pada gambar kiri.
Daftar unsur di himpunan I Carilah x ∈ I yang belum ada pada daftar.
x1 = 0, a11 a12 a1n ; a11,a12 , = 0 -9 Suatu unsur yang belum terdaftar adalah
y = 0, y1 y2 yn
x 2 = 0, a21 a22 a2 n ; a21,a22 , = 0 -9
Ï2, a 11 = 5,6,7,8,9
x3 = 0, a31 a32 a3n ; a31,a32 , = 0 -9 y1 = Ì
Ó7, a 11 = 0,1, 2,3, 4
xn = 0, an1 an 2 = 0 -9 Ï2, a = 5,6,7,8,9
ann ; an1,an 2 , yn = Ì nn
metode diagonal kedua
Ó7, ann = 0,1, 2,3,4
Karena y π x1, y π x2 , , y π xn , , maka
Paling sedikit terdapat satu unsur yang
tidak terdaftar pada I. y π xn"n Œ . Jadi I tak terhitung.„
CKPAR B - 5
Bil Real – 21
Soal Latihan Aksioma Sistem Bilangan Real

Soal uji konsep dengan benar – salah, berikan argumentasi atas jawaban Anda.
No. Pernyataan Jawab
1. Bilangan nol adalah suatu bilangan bulat yang tidak ganjil dan juga tidak genap. B−S
2. Terdapat suatu bilangan real yang tidak positif dan juga tidak negatif. B−S
3
3. Jika m adalah suatu bilangan bulat kelipatan 3, maka m juga bilangan kelipatan 3. B−S
4. Jika p dan q adalah bilangan irasional, maka p + q dan pq juga bilangan irasional. B−S
5. Jika x dan y bilangan real, maka | x + y | = | x | + | y | ⇔ (x,y) ∈ kuadran 1 atau kuadran 4. B−S
6. Dalam koordinat xoy, relasi | x | + | y | ≤ 4 adalah daerah tertutup yang luasnya 16. B−S
7. Jika himpunan A tak kosong, A ⊆ B ⊆ , dan B terbatas inf B ≤ inf A ≤ sup A ≤ sup B. B−S
8. Untuk himpunan A ⊆ yang terbatas, jika A tidak kosong, maka inf A < sup A. B−S
9. Jika b batas atas dari himpunan A ⊆ dan b ∈ A, maka b = sup A = maks A. B−S
10. Jika himpunan S terdiri dari n unsur, maka ∃ f : → S dan f pemetaan injektif. B−S
Soal yang terkait dengan aksioma lapangan bilangan real

11. Jika a = b, buktikan untuk sebarang bilangan real c berlaku a + c = b + c dan ac = bc.
12. Jika bilangan real a dan b memenuhi a + b = a, buktikan b = 0.
13. Jika bilangan real a dan b memenuhi ab = a dan a ≠ 0, buktikan b = 1.
14. Untuk sebarang bilangan real a, buktikan a ◊ a = 0 ¤ a = 0 atau a = 1 .
15. Jika bilangan real a dan b taknol, buktikan (ab) -1 = a -1b -1 .
16. Buktikan tidak mungkin terdapat bilangan rasional yang kuadranya sama dengan 3.
17. Buktikan jumlah dan hasilkali dua bilangan rasional juga bilangan rasional.
18. Berikan definisi bilangan pecahan kemudian selidiki apakah jumlah dan hasilkali dua bilangan
pecahan juga bilangan pecahan.
19. Jika x bilangan irasional dan y bilangan rasional taknol, buktikan x + y dan xy bilangan irasional.
20. Jika a bilangan real dan m, n bilangan asli, buktikan a m◊ a n = a m + n.

Soal yang terkait dengan aksioma urutan bilangan real

21. Jika bilangan real a dan b tak negatif, buktikan ab £ 12 (a + b) dan kapan tanda = berlaku.
22. Jika bilangan real a, b, c, dan d memenuhi a < b dan c < d, buktikan ad + bc < ac + bd.
23. Jika bilangan real a, b, c, dan d memenuhi 0 < a < b dan 0 < c < d, buktikan ac < bd.
24. Untuk sebarang bilangan real c,
(a) Jika 0 < c < 1, buktikan 0 < c2 < c < 1 (b) Jika c > 1, buktikan c2 > c > 1.
25. Untuk sebarang bilangan real a, buktikan | a | = maks {a,−a} dan −| a | = maks {a,−a}.
26. Jika bilangan real x, y, dan z memenuhi x ≤ z, buktikan x ≤ y ≤ z ⇔ | x − y | + | y − z | = | x − z |.
CKPAR B - 5
Bil Real – 22
Soal Latihan Aksioma Sistem Bilangan Real
27. Jika c ≥ 0, buktikan | x | £ c ¤ -c £ x £ c ¤ x 2 £ c 2.
28. Jika a dan b bilangan real dengan a ≠ b, buktikan $ e > 0 'Ne (a) « Ne (b) π ∆ .
29. Jika I adalah selang tutup [0,1], buktikan "e > 0 berlaku Ne (0) { I dan Ne (1) { I.
30. Jika I adalah selang buka (a,b), buktikan "x Œ (a, b) $ e > 0 'Ne ( x) ⊆ (a,b).

Soal yang terkait dengan aksioma kelengkapan bilangan real

( -1)n
31. Jika S = {1 - n : n Œ } ⊆ , tunjukkan S terbatas kemudian tentukan sup S dan inf S.
32. Untuk himpunan A = {an : n Œ } ⊆ , dalam kasus apakah berlaku sup A = lim an .
nƕ

33. Jika S adalah daerah nilai fungsi y = (1 + x 2 ) -1 , tentukan sup S dan inf S.
34. Jika S adalah daerah nilai fungsi y = a cos x + b sin x, a, b konstanta real, tentukan sup S dan inf S.
35. Jika u suatu batas atas dari himpunan S ⊆ dan u ∈ S, buktikan u = sup S.
36. Untuk himpunan S ⊆ yang tidak kosong dan terbatas di atas, jika u = sup S, buktikan "n Œ
berlaku u - 1n bukan batas atas dari S dan u + 1n suatu batas atas dari S.
37. Jika x bilangan real, buktikan terdapat tepat satu bilangan bulat n sehingga n − 1 ≤ x < n.
38. Jika y bilangan positif, buktikan $ n Π'2- n < y .
39. Buktikan terdapat bilangan positif x yang memenuhi x2 = 3.
40. Buktikan suatu tampilan desimal dari bilangan rasional 34 adalah 0,7499999⋅⋅⋅
41. Jika a bilangan real, buktikan ∩ • ( )
n =1 a - n , a + n = {a} .
1 1

42. Jika n bilangan asli, buktikan ∩ •


n =1 ( n, • ) = ∆
43. Buktikan himpunan A = {3n + 2 : n Π} adalah suatu himpunan terhitung.
44. Jika S himpunan hingga dan T ⊆ S, buktikan T juga himpunan hingga.

Kunci Jawaban

1. S 2. B 3. B 4. S 5. B 6. S 7. B 8. S 9. B 10. S 11. gunakan sifat ketunggalan operasi + dan ⋅


12. 13. gunakan sifat pada aksioma lapangan. 15. kalikan ruas kiri dan kanan dengan ab 16. tirukan pola
bukti bab sebelumnya dengan tinjauan kelipatan 3 18. bilangan rasional dengan pembilang bukan kelipatan
penyebut, cari contoh penyangkalnya 19. gunakan bukti dengan kontradiksi 20. gunakan induksi matematika
21. mulai dari fakta ( a - b )2 ≥ 0 22. buktikan ad + bc − (ac + bd) < 0 23. kalikan a < b dengan c dan
c < d dengan b 24. kalikan dengan c 25. tinjau a positif, nol, dan negatif 26. gunakan definisi nilai mutlak
28. ambil ε lebih dari separuh jarak a dan b 29. cari unsur di N diluar [0,1] 30. modifikasi contoh terkait
31. sup S = 2 dan inf S = ½ 32. barisannya terbatas di atas dan monoton naik 33. sup S = 1 dan inf S = 0
34. sup S = nilai maksimum dan inf S = nilai maksimum fungsinya 35. gunakan sifat supremum dengan ε
36. gunakan sifat supremum 37. modifikasi bukti akibat sifat Archimedes 38. gunakan sifat Archimedes
39. modifikasi contoh yang sesuai 40. perhatikan gagasan representasi desimal 41. gunakan sifat himpunan
dan bukti perkalian bersarang 43. buat pemetaan bijektif dari ke A 44. gunakan induksi pada n(S) = n.
Barisan – 01 Koko Martono, FMIPA - ITB Pebruari 2011

Barisan bilangan real dan barisan terbatas

Barisan Bilangan Real dan Barisan Terbatas


Pengantar Matematikawan Jerman George Cantor (1845 – 1918) dikenal sebagai
tokoh yang mengembangkan teori barisan bilangan real. Suatu temuannya adalah
konsep dasar analisis real tentang barisan bilangan rasional. George Cantor sangat
terkenal sebagai pencipta teori himpunan yang merupakan dasar matematika mo-
dern. Penyumbang lain dalam konsep dan teori barisan bilangan real yang terkenal
dalam matematika adalah Agustin-Louis Cauchy (1789 – 1857) dengan barisan
Cauchy, Bernard Bolzano (1781 – 1848), dan Karl Weierstrass (1815 – 1897).
Barisan bilangan real Suatu fungsi dengan daerah asal ` dan daerah nilai him-
punan bagian dari \ dinamakan barisan bilangan real, disingkat barisan. Untuk
pemetaan u : ` Æ \ , barisannya ditulis dengan lambang 〈 un 〉 atau { un }, dan u(n)
= un dinamakan suku ke-n dari barisan. Suku barisan { un } adalah u 1, u2 ,", un ,".
Barisan konstan Suatu barisan dengan un = c "n Œ` dinamakan barisan konstan.
Barisan terbatas
¾ Barisan { un } dikatakan terbatas di atas jika $ K Œ \ 'un £ K "n Œ ` .
¾ Barisan { un } dikatakan terbatas di bawah jika $ L Œ \ 'un ≥ L "n Œ ` .
¾ Barisan { un } dikatakan terbatas (terbatas di atas dan di bawah jika $ M Œ \ '
| un | £ M "n Œ` , atau jika $ m Œ \ dan M Œ \ 'm £ un £ M "n Œ ` .
Ilustrasi Barisan { un }, un = 1n yang unsurnya 1, 12 , 13 ," terbatas di atas oleh 1
dan terbatas di bawah oleh 0 karena 0 £ un = 1n £ 1 "n Œ` .
Ilustrasi Barisan { un }, un = 1 + ( -1) n yang unsurnya 0, 2, 0, 2," terbatas karena
0 £ un = 1 + ( -1) n £ 2 "n Œ` .
Ilustrasi Barisan { un }, un = 2n yang unsurnya 2, 4, 6, ⋅⋅⋅ tak terbatas di atas.
Bukti Akan dibuktikan " K > 0, K Π\ $ n0 Π` 'an0 = 2n0 > K. Diberikan K > 0,
maka K2 > 0 . Menurut sifat Archimedes, $ n0 Π` 'K2 < n0 , yang mengakibatkan
$ n0 Œ ` 'un0 = 2n0 > K . Jadi terbuktilah barisan un = 2n tidak terbatas di atas.„
CKPAR B - 6
Barisan – 02
Barisan konvergen (barisan yang mempunyai limit )

Kekonvergenan Barisan
Definisi Barisan { un } dikatakan konvergen ke u, ditulis un Æ u jika lim un = u ;
nƕ
¤ "e > 0 $ n0 = n0(e ) Œ ` 'n > n0 fi | un - u | < e .


un ΠNe (u)

\
u3
u4
x+ε
Ne (x) x
x−ε u2 u5 ⋅⋅⋅
u6 un0 un0 +1 ⋅ ⋅ ⋅
u1

1 2 3 4 5 n0 n0+1 n0+2 ⋅ ⋅ ⋅

n ≤ n0 n > n0
indeks ″kecil″ indeks ″besar″

Teorema Limit barisan tunggal; jika un Æ u ¢ dan un Æ u ¢¢, maka u ¢ = u ¢¢.


Bukti Akan dibuktikan u ¢ = u ¢¢ dengan cara menunjukkan | u ¢ - u ¢¢ | < e "e > 0 .
Diberikan ε > 0.
¾ Karena un Æ u ¢, maka $ n1 Œ ` 'n > n1 fi | un - u ¢ | < 12 e .
¾ Karena un Æ u ¢¢, maka $ n2 Œ ` 'n > n2 fi | un - u ¢¢ | < 12 e .
¾ Ambil n0 = maks {n1, n2 } , maka untuk n ≥ n0 ( fi n ≥ n1 dan n ≥ n2 ) berlaku
| u ¢ - u ¢¢ | = | u ¢ - un + un - u ¢¢ | £ | u ¢ - un | + | un - u ¢¢ | < 12 e + 12 e = e .
Karena hubungan ini berlaku ∀ε > 0, maka terbuktilah u ¢ = u ¢¢. „
Pemeriksaan kekonvergenan barisan dengan definisi
Ilustrasi Buktikan barisan { un } dengan (1) un = 1n ; (2) un = 12 konvergen ke 0.
n
Bukti (1) Akan dibuktikan "e > 0 $ n0 Π` 'n > n0 fi 1n < e .
Karena e > 0 , maka e1 > 0. Menurut sifat Archimedes, $ n0 Π` 'e1 < n0 , akibatnya
n > n0 fi 1n < n1 < e . Jadi terbuktilah 1n Æ 0 .„
0

Bukti (2) Akan dibuktikan "e > 0 $ n0 Π` 'n > n0 fi 12 < e .


n
Karena e > 0 , maka 1 > 0. Menurut sifat Archimedes, $ n0 Π` ' 1e < n0 , sehingga
e
n0 < e . Akibatnya n > n0 fi n < n0 fi n2 < n02 < e . Jadi terbuktilah n2 Æ 0 .„
1 1 1 1 1 1
CKPAR B - 6
Barisan – 03
Pemeriksaan kekonvergenan barisan

Barisan divergen Barisan yang tidak konvergen dinamakan divergen, dengan de-
finisi kekonvergenan: { un } konvergen ¤ $ u Œ \ 'un Æ u. Dari sini diperoleh
(un Æ u ) ¤ ( "e > 0 $ n0 = n0(e ) Œ ` 'n > n0 fi | un - u | < 12 e ) .
Ambillah m, n > n0 , maka berlaku
| um - un | = | um - u + u - un | £ | um - u | + | un - u | < 12 e + 12 e = e .
Kesimpulan yang diperoleh dari sini adalah:
Jika { un } konvergen, maka "e > 0 $ n0 = n0(e ) Π` 'm, n > n0 fi | um - un | < e .
Kontraposisi dari pernyataan ini adalah:
Jika $ e 0 > 0 '"k Œ`, $ m, n Œ` dengan m, n > k dan | um - un | ≥ e 0 , maka{un } divergen.
Ilustrasi Buktikan barisan {un }, un = 1 + ( -1) n = {0,2,0,2,"} divergen.
Bukti Pilihlah e 0 = 1 dan misalkan k Œ ` sebarang. Kemudian pilihlah m, n Œ` ,
m = 2k + 1 > k , um = 1 + ( -1) 2 k +1 = 0 dan n = 2k > k , un = 1 + ( -1)2 k = 2 ,
yang mengakibatkan | um - un | = |0 - 2| = 2 > 1 = e 0 . Jadi terbuktilah {un } divergen.„
Teorema 1 Untuk barisan {un } dan { an } , jika $ c > 0 '| un - u | < c | an | "n Π` dan
{ an } konvergen ke 0, maka {un } konvergen ke u.
Bukti an Æ 0 dan diketahui c > 0.

"e > 0 $ n0 Π` 'n > n0 fi | an | < ec

| un - u | < c | an | < c ◊ ec = e fi un Æ u .„

Ilustrasi Barisan {un }, un = 1n konvergen ke 0 karena


2
"n Œ `, 0 < n < 2n fi 1n < 1n dengan 1n Æ 0 .
2

Ilustrasi Buktikan barisan {un }, un = 1 +1na , a > 0 konvergen ke 0.


Bukti Untuk a > 0 berlaku 1 + na > na fi 1 +1na < na 1 fi 1 < 1 ◊ 1 "n Œ` .
1 + na a n
Karena 1a > 0 dan 1n Æ 0 , maka 1 +1na Æ 0 . Jadi terbuktilah yang diinginkan.„

Ilustrasi Buktikan jika 0 < b < 1, maka barisan {un }, un = b n konvergen ke 0.


Bukti Karena
0 < b < 1 fi b1 > 1 fi $ a > 0 'b1 = 1 + a fi 1n = (1 + a ) n ≥ 1 + na
b
fi b £ 1 + na < na < a ◊ n dengan 1n Æ 0,
n 1 1 1 1

maka barisan {un }, un = b n konvergen ke 0.„


CKPAR B - 6
Barisan – 04
Sifat barisan konvergen
3n + 2
Ilustrasi Buktikan barisan {un }, un = n + 1 konvergen ke 3.
3n + 2 3n + 2 - 3n - 3
Bukti Karena n +1 - 3 = n +1 = n 1+ 1 < 1n = 1 ◊ 1n dengan 1n Æ 0 , maka
3n + 2
barisan {un }, un = n + 1 konvergen ke 3.

Sifat Barisan Konvergen


Operasi Aljabar pada Barisan Untuk barisan {un } dan { vn }, barisan {un + vn },
{un - vn }, {unvn } (khususnya {cun }, c konstanta) dan { uv }, v π 0 "n Œ` dinama-
n
n n

kan jumlah, selisih, hasilkali, dan hasilbagi dari {un } dan { vn } .


Sifat Aljabar Limit Barisan Untuk barisan {un } dan { vn }, jika un Æ u dan vn Æ v,
u
maka un + vn Æ u + v, un - vn Æ u - v, unvn Æ uv, cun Æ cu , dan vn Æ uv , v π 0.
n

Teorema 2 Jika barisan {un } konvergen, maka {un } terbatas.


Bukti
¾ Karena { un } konvergen, maka $ u Œ \ 'un Æ u . Dari sini diperoleh $ n0 Œ ` '
n > n0 fi | un - u | < 1 . Karena | un | - | u | £ | un - u | < 1 , maka | un | < | u | + 1 "n > n0 .
¾ Untuk sejumlah berhingga n suku pertama dengan n £ n0 kita mempunyai
| un | £ K = maks { | u1| , | u2 | , " , | un | } , n £ n0 .
¾ Ambillah M = maks {K ,| u | +1} , maka | un | < M "n Œ ` . Jadi {un } terbatas.„
Teorema 3 Jika barisan {un } konvergen ke u dan un > 0 "n Œ ` , maka u ≥ 0.
Bukti Buktikan dengan kontradiksi. Andaikan u < 0 dan ambillah ε = −u > 0 pada
definisi barisan konvergen, maka diperoleh $ n0 Π` 'n > n0 fi | un - u | < -u . Aki-
batnya u < un - u < -u "n > n0 , atau 2u < un < 0 "n > n0 , kontradiksi dengan yang
diketahui un > 0 "n Œ ` . Jadi haruslah u ≥ 0 dan terbuktilah yang diinginkan.„
Teorema 4
(1) Jika barisan {un } konvergen ke u dan un < 0 "n Œ ` , maka u ≤ 0.
(2) Jika barisan {un } konvergen ke u, { vn } konvergen ke v dan un < vn "n Π` ,
maka u ≤ v.
(3) Jika barisan {un } konvergen ke u, { vn } konvergen ke v dan un > vn "n Π` ,
maka u ≥ v.
(4) Jika barisan {un } konvergen ke u dan a < un < b "n Œ ` , maka a ≤ u ≤ b.
Bukti Kerjakan sebagai latihan, gantilah un pada teorema 2 dengan yang sesuai.
CKPAR B - 6
Barisan – 05
Sifat barisan konvergen
Teorema 5 Prinsip Apit Untuk barisan {un } , { vn } , dan { wn } ,
jika un £ vn £ wn"n Œ `, un Æ x, dan wn Æ x , maka vn Æ x .
Bukti Diberikan ε > 0, akan dibuktikan $ n0 Œ ` 'n > n0 fi | vn - x | < e .
¾ Karena un Æ x , maka $ n1 Œ ` 'n > n1 fi | un - x | < e . ( x - e < un < x + e ).
Karena wn Æ x , maka $ n2 Œ ` 'n > n2 fi | wn - x | < e . ( x - e < wn < x + e ).
¾ Dari un £ vn £ wn"n Œ ` diperoleh x - e < un £ vn £ wn < x + e untuk n yang
memenuhi n > n1 dan n > n2 .
¾ Gabungkan dua informasi ini, ambillah n0 = maks {n1, n2 } , maka untuk n > n0
diperoleh x - e < vn < x + e , atau | vn - x | < e . Jadi terbuktilah vn Æ x .„
Teorema 6 Barisan Nilai Mutlak Untuk barisan {un } ,
(1) jika un Æ u , maka | un | Æ | u | dan (2) un Æ 0 ¤ | un | Æ 0
Bukti Langsung diperoleh dari definisi limit barisan, diserahkan untuk latihan.
Teorema 7 Barisan Akar Kuadrat Untuk barisan {un } dengan un ≥ 0 "n Œ ` ,
jika un Æ u , maka un Æ u .
Bukti Karena un ≥ 0 "n Œ ` dan un Æ u , maka Teorema 3 memberikan u ≥ 0.
¾ Kasus u = 0: Akan dibuktikan jika un Æ 0 , maka un Æ 0 . Karena un Æ 0 ,
maka "e > 0 $ n 0 Œ ` 'n > n0 fi 0 £ un < e 2 fi 0 £ un < e . Jadi un Æ 0 .„
¾ Kasus u > 0: Akan dibuktikan jika un Æ u , maka un Æ u . Karena u > 0,
maka un + u ≥ u , sehingga u 1+ u £ 1u . Kemudian, karena
n
( un - u )( un + u )
| un - u | =
un + u
= 1 | u - u | £ 1 | un - u |
un + u n u
dengan un Æ u , maka menurut Teorema 1 langsung diperoleh un Æ u .„
Teorema 8
u
Untuk barisan {un } dengan un > 0 "n Œ ` , jika un +1 Æ L dan L < 1 , maka un Æ 0 .
n
Bukti Akan dibuktikan un Æ 0 dengan prinsip apit.
¾ Karena un > 0 "n Œ ` dan L < 1, maka 0 ≤ L < 1, akibatnya $ r > 0 '0 £ L < r < 1 .
u u
¾ Karena un +1 Æ L , maka untuk e = r - L > 0 $ n0 Œ` 'n > n0 fi | un +1 - L| < r - L .
n n
u
Akibatnya 2 L - r < un +1 < r , sehingga un +1 < run"n Œ` dengan 0 < r < 1. Dari sini
n

diperoleh 0 < u2 < ru1, 0 < u3 < ru2 < r 2u1, " , 0 < un + 1 < u1r n dengan u1r n Æ 0 .
Berdasarkan prinsip apit, maka terbuktilah un Æ 0 .„
CKPAR B - 6
Barisan – 06
Kalkulasi limit dengan prinsip apit dan teorema
sin n ( -1)n ( n + 1)
Contoh Hitunglah (1) lim n dan (2) lim (1 + ) dengan prinsip apit.
nƕ nƕ 2 n2

sin n 1
Jawab (1) Karena 0 £ n £ n dengan nlim 0 = 0 = lim 1n (limit pengapitnya 0),
ƕ nƕ
sin n sin n
maka lim n = 0 . Akibatnya lim n = 0 .
nƕ nƕ
( -1)n ( n + 1) ( -1)n ( n + 1)
Jawab (2) Misalkan un = 1 + , maka u n - 1 = . Karena
2 n2 2 n2
( -1)n ( n + 1)
0 £ | un - 1| = | | | |
= 21n + 1 2 £ 21n + 1 2 dengan lim 0 = 0 = lim 21n + 1 2 ( )
2 n2 2n 2n nƕ nƕ 2n
(limit pengapitnya 0), maka lim | un - 1| = 0 . Akibatnya lim (un - 1) = 0 . Dari sini di-
nƕ nƕ
( -1)n ( n + 1)
peroleh lim un = 1 , jadi lim (1 + )= 1.
nƕ nƕ 2 n2

Contoh Hitunglah lim ( n + 1 - n ) dengan prinsip apit.


nƕ

( n+1 - n )( n+1 + n )
Jawab Karena 0 < n + 1 - n = = 1 < 1 = 1
n +1 + n n+1 + n n+ n 2 n
dengan lim 0 = 0 = lim 1 (limit pengapitnya 0), maka lim ( n + 1 - n ) = 0 .
nƕ 2 nnƕ nƕ

Contoh Hitunglah (1) lim (n - n 2 - 2n ) dan (2) lim (n + n 2 - 2n ) .


nƕ nƕ

( n - n2 -2n )( n + n2 -2n ) 2n 2
Jawab (1) Karena n - n 2 - 2n = = =
n + n2 - 2 n n + n2 - 2 n 1 + 1 - n2
2
dengan lim n2 = 0 , maka lim (n - n 2 - 2n ) = lim = 2.
nÆ• nÆ• n Æ • 1 + 1 - n2

n2 - 2 n
Jawab (2) Karena n + n 2 - 2n = n (1 + n ) dengan nlim n = • dan
Æ•

n2 - 2 n
lim (1 + n ) = 1 + nlim 1 - n2 = 2 , maka lim (n + n 2 - 2n ) = • .
nƕ ƕ nƕ

Contoh Hitunglah (1) lim (n3 - 2100n 2 ) dan (2) lim (an3 + bn 2 + cn + d ), a π 0 .
nƕ nƕ

100 100
Jawab (1) Karena n3 - 2100n 2 = n3(1 - 2 n ) dengan nlim n3 = • dan lim (1- 2 n ) = 1 ,
ƕ nƕ

maka lim (n3 - 2100 n 2 ) = • .


nƕ
CKPAR B - 6
Barisan – 07
Barisan monoton dan sifatnya

Jawab (2) Karena an3 + bn 2 + cn + d = an3(1 + ba ◊ 1n + ac ◊ 12 + da ◊ 13) dengan lim n3 = • ,


n n nƕ

lim 1n = 0, lim 12 = 0, dan lim 13 = 0 , maka lim (an3 + bn 2 + cn + d ) = • untuk a > 0


nƕ nƕ n nƕ n nƕ

dan lim (an3 + bn 2 + cn + d ) = - • untuk a < 0.


nƕ

Barisan Monoton dan Sifatnya


Barisan monoton
¾ Barisan {un } monoton naik ( lambang:{un}/ ) jika un + 1 > un "n Œ ` .
¾ Barisan {un } monoton turun ( lambang:{un}2 ) jika un + 1 < un "n Œ ` .
¾ Barisan {un } monoton tak-turun jika un + 1 ≥ un "n Œ ` dan {un } monoton tak-
naik jika un + 1 £ un "n Œ ` . Semua kasus ini dikatakan barisan monoton.
Ilustrasi barisan monoton
n -1
¾ Barisan {un } , un = n = 1 - 1n monoton naik karena "n Œ ` berlaku

( ) n +1 - n
un + 1 - un = 1 - n 1+1 - 1 - 1n = 1n - n 1+1 = n ( n +1) = n ( n1+1) > 0 .
Karena 0 £ un =1 - 1n < 1 "n Œ ` , maka barisan ini terbatas di atas dan terbatas di

nƕ nƕ
( )
bawah, dengan lim un = lim 1 - 1n = 1 = sup{un } .
n Œ`
n +1
¾ Barisan {un } , un = n = 1 + 1n monoton turun karena "n Œ ` berlaku
( ) n - n -1
un + 1 - un = 1 + n 1+1 - 1 + 1n = n1+1 - 1n = n ( n +1) = n ( n-1+1) < 0 .
Karena 1 < un =1 + 1n £ 2 "n Œ ` , maka barisan ini terbatas di atas dan terbatas di

nƕ nƕ
(n Œ`
)
bawah, dengan lim un = lim 1 + 1n = 1 = inf {un } .
( -1)n
¾ Barisan {un } = {-1, 12 , - 13 , 14 ,"} , un = n tidak monoton karena u1 < u2 dan
( -1)n 1
u2 > u3 . Karena -1 < un = n £ 2 "n Œ ` , maka barisan ini terbatas di atas dan
terbatas di bawah. Untuk barisan ini, lim un = 0, sup{un } = 12 , dan inf {un } = -1.
nÆ• n Œ` n Œ`

¾ Barisan {un } , un = 2n + 1 monoton naik karena un + 1 = 2n + 3 > 2n +1 = un"n Œ`.


Barisan ini terbatas di bawah tetapi barisan ini tidak terbatas di atas. (mengapa?)
¾ Barisan {un } , un = -2n monoton turun karena un + 1 = - 2n - 2 < -2n = un "n Œ`.
Barisan ini terbatas di atas tetapi barisan ini tidak terbatas di bawah. (mengapa?)
CKPAR B - 6
Barisan – 08
Kaitan barisan monoton dengan supremum dan infimum
Teorema 9 Untuk barisan monoton {un } berlaku {un } konvergen ¤ {un } terbatas.
¾ Jika {un } monoton naik dan terbatas di atas, maka lim un = sup{un } .
nÆ• n Œ`
¾ Jika {un } monoton turun dan terbatas di bawah, maka lim un = inf {un } .
nÆ• n Œ`
Bukti (fi) Sifat {un } konvergen fi {un } terbatas telah dibuktikan pada Teorema 2.
(‹) Kasus barisannya monoton naik dan terbatas di atas
{un } terbatas di atas fi $ u * Π\ 'u * = sup{un } fi "e > 0 $ n0 Π` 'un0 > u * - e .
fl n Œ`
n ≥ n0 fi u * - e < un0 < un £ u * < u * + e fi | un - u *| < e fi lim un = u * = sup{un }
un / sup nÆ• n Œ`
Jadi terbuktilah lim un = sup{un } .„
nÆ• n Œ`
(‹) Kasus barisannya monoton turun dan terbatas di bawah
{un }2 fi {-un }/ ¸
fi lim (-u ) = sup{- x } = - inf {xn }fi lim un = inf {xn }
{-un }terbatas di atas ˝˛ n Æ • n n Œ` n n Œ` nÆ• n Œ`
Jadi terbuktilah lim un = inf {un } .„
nÆ• n Œ`

Contoh Buktikan barisan {un } , u1 = 6, u2 = 6 + u 1 , " , un + 1 = 6 + un terbatas di

atas, monoton naik, dan konvergen ke u = 3. (Buktikan 6 + 6 + 6 + " Æ 3)

Bukti Buktikan barisan ini terbatas di atas dan monoton naik, sehingga konvergen.
h Buktikan {un } terbatas di atas, un < 3 "n Π` dengan induksi matematika.
Untuk n = 1: u1 = 6 < 3 (pernyataan benar untuk n = 1). Andaikan un < 3 benar,
akan dibuktikan un + 1 < 3 juga pernyataan benar. Dari aturan untuk barisan {un } di-
peroleh un2 + 1 = 6 + un < 6 + 3 = 9 . Karena un > 0 "n Œ ` , maka un + 1 < 3 .„
h Buktikan {un } monoton naik, un + 1 > un "n Π` .
Dari aturan untuk barisan {un } diperoleh un2 + 1 = 6 + un > 2un + un = 3un > un2 . Karena
un > 0 "n Œ ` , maka un + 1 > un "n Œ ` . Jadi terbuktilah {un } monoton naik.„
h Karena {un } monoton naik dan terbatas di atas, maka $ u Π\ 'lim un = u = sup{un }
nÆ• n Œ`
Karena un2 + 1 = 6 + un fi lim un2 + 1 = 6 + lim un fi u 2 = 6 + u fi u 2 - u - 6 = 0 dan u > 0,
nƕ nƕ
maka solusi persamaan kuadrat ini adalah 3. Jadi terbuktilah un Æ u = 3 .„
CKPAR B - 6
Barisan – 09
Contoh kekonvergenan barisan monoton

Contoh Buktikan barisan {un } , un = 1 + 12 + 13 + " + 1n monoton naik kemudian seli-


diki apakah barisan ini terbatas di atas.

Jawab Karena un + 1 = 1 + 12 + 13 + " + 1n + n1+1 = un + n 1+1 > un"n Π` , maka {un } mo-
noton naik. Perhatikan fenomena yang muncul pada barisan ini. Karena
u1 = 1
u2 = 1 + 12 = 1 + 1◊ 12
( ) ( )
u4 = 1 + 12 + 13 + 14 > 1 + 12 + 14 + 14 = 1 + 2 ◊ 12
""""""""""""""""
( ) (
u2n = 1 + 12 + 13 + 14 + " + n1-1 + " + 1n
2 2 )
( ) (2
> 1 + 12 + 14 + 14 + " + 1n + " + 1n
2 )
= 1 + 12 + 12 + " + 12 = 1 + n ◊ 12
( )
maka u2n ≥ 1 + 12 n dengan lim 1 + 12 n = •. Jadi barisan {un } tidak terbatas di atas.
nƕ

a
Contoh Buktikan barisan {un } , un + 1 = 12 (un + u ), a > 0, u1 > 0 konvergen ke a.
n

Catatan Proses menghitung akar kuadrat ini telah dikenal di Mesopotamia sekitar tahun 1500 SM.

Bukti Buktikan barisan ini terbatas di bawah dan monoton turun, sehingga konvergen.
h Buktikan {un } terbatas di bawah dengan un2 > a, n ≥ 2 . (karena dapat terjadi u1 < u2)
a
Dari un + 1 = 12 (un + u ) diperoleh persamaan kuadrat un2 - 2un + 1 un + a = 0 . Kondisi
n

agar mempunyai akar real adalah D = 4un2+1 - 4a > 0 , akibatnya un2+1 > a "n Œ` .
Jadi barisan {un } terbatas di bawah oleh a.
h Buktikan {un } monoton turun, un + 1 < un "n Œ `, n ≥ 2 . Karena untuk n ≥ 2 berlaku
un + 1 - un = 12 (un + u ) - un = 12 ( u - un) = 21u (a - un2) < 0 (dari un2+1 > a "n Œ` )
a a
n n n
maka barisan {un } monoton turun.
h Karena {un } monoton turun dan terbatas di bawah, maka {un } konvergen,
$ u Œ\ 'lim un = u = inf {un}.
nÆ• n Œ`
a a a
Karena un + 1 = 12 (un + u ) fi lim un + 1 = 12 lim (un + u ) fi u = 12 (u + u ) fi u 2 = a ,
n nƕ nƕ n
a
maka u = a . Jadi barisan {un}, un + 1 = 12 (un + u ), a > 0, u1 > 0 konvergen ke a . „
n
CKPAR B - 6
Barisan – 10
Contoh kekonvergenan barisan monoton dan barisan bagian

( )
n
Contoh Buktikan barisan { en } , en = 1 + 1n monoton naik dan terbatas di atas.

Catatan Barisan ini konvergen ke bilangan Euler e yang terkenal, e ≈ 2,718 281 828 459 045 ⋅⋅⋅

Bukti Akan dibuktikan { en } monoton naik. Teorema binomum memberikan

( ) n ( n - 1) 1 n ( n - 1)( n - 2) 1 n ( n - 1)( n - 2) " 2 ◊1 1


n
en = 1 + 1n = 1 + 1!
n◊1 +
n 2! ◊ n2 + 3! ◊ 3 +" + n! ◊ n
n n

( ) ( )( )
3! n n ( )( ) (
1 1 - 1 + 1 1 - 1 1 - 2 + " + 1 1 - 1 1 - 2 " 1 - n -1 .
= 1 + 1 + 2! n n! n n )n

en + 1 = 1 + 1 + 2! ( n +1) 3! ( n +1)(1 - n2+1) + " + n1! (1 - n1+1)(1 - n2+1) " (1 - nn +-11)


1 1- 1 + 1 1- 1

+ ( n +11)! (1 - n +1 )(1 - n +1 ) " (1 - n +1 ) .


1 2 n

h Bentuk en terdiri dari n + 1 suku dan en + 1 terdiri dari n + 2 suku.


h Bentuk en + 1 satu suku lebih banyak dari bentuk en dan setiap suku pada bentuk en
lebih kecil atau sama dengan suku terkait pada bentuk en + 1 .
Berdasarkan ini, 2 £ e1 < e2 < " < en < en + 1 < ", jadi barisan { en } monoton naik.„
Akan dibuktikan { en } terbatas di atas. Karena 1 - n < 1 "p = 1,2," n dan 2 p -1 £ p !
p

(buktikan dengan induksi), maka p1! £ p1-1 . Akibatnya untuk n > 1 diperoleh
2
2 £ en < 1 + 1 + 12 + 12 + " + n1-1 < 1 + 1 + 1 = 3 .


2 2
<1
Jadi barisan { en } terbatas di atas oleh 3.„

Barisan Bagian
Barisan bagian Untuk barisan {un } ⊆ \ dan { rn } ⊆ ` yang monoton naik, ba-
risan bagian dari {un } didefinisikan sebagai barisan {urn } = {ur1, ur2 , " , urn , "},
ditulis dengan lambang {urn } ⊆ {un } .
Ilustrasi Perhatikan barisan {un } = {1, 12 , 13 , 14 , "} , un = 1n "n Œ` .
¾ Barisan {unr } = {1, 13 , 15 , 17 , "} adalah suatu barisan bagian dari {un } karena ba-
risan indeks { rn } = {1,3,5, "} adalah barisan yang monoton naik.
¾ Barisan {unr} = {12 ,1, 14 , 13 , "} bukan barisan bagian dari {un } karena barisan in-
deks { rn } = {2,1, 4, 3, "} bukan barisan yang monoton naik.
CKPAR B - 6
Barisan – 11
Barisan bagian dan kriteria divergensi
Teorema 10 Jika barisan {un } konvergen ke u Œ\ , maka barisan bagian sebarang
{urn } ⊆ {un } juga konvergen ke u.
Bukti Karena {un } konvergen ke u, maka "e > 0 $ n0 Π` 'n > n0 fi | un - u | < e .
Karena { rn } ⊆ ` barisan monoton naik, maka r1 < r2 < " < rn < " , akibatnya de-
ngan induksi matematika dapat dibuktikan rn ≥ n "n Œ` . Dari sini diperoleh
"e > 0 $ n0 Œ ` 'rn ≥ n > n0 fi | urn - u | < e .
Jadi terbuktilah {urn } ⊆ {un } juga konvergen ke u.„
Contoh Penggunaan Teorema 10 Pada halaman 3 di bagian bawah bab ini telah di-
buktikan barisan {un }, un = b n, 0 < b < 1 konvergen ke u = 0. Kita akan membuktikan
hasil ini dengan Teorema 10 tentang barisan bagian.
h Karena 0 < b < 1, maka un +1 = b n +1 = b ◊ b n < b n = un "n Œ` , akibatnya barisan {un }
monoton turun. Dari 0 < b < 1 juga diperoleh 0 < un = b n < 1 , sehingga barisan {un }
terbatas di bawah. Jadi $ u Π\ 'u = lim un .
nƕ
h Karena {u2 n } adalah barisan bagian dari {un } yang juga konvergen ke u (Teorema
10), maka dari u2 n = b 2 n = (b n)2 = un2 diperoleh u = lim u2 n = lim un2 = u 2, akibat-
nƕ nƕ

nya u = 0 atau u = 1. Karena 0 < un = b n < 1 dan {un } monoton turun, maka u = 0.
Jadi terbuktilah barisan {un }, un = b n, 0 < b < 1 konvergen ke u = 0.„

Kriteria Divergensi
Teorema berikut ini menyatakan kondisi barisan divergen yang dijelaskan dengan
barisan bagian dan ingkaran definisi kekonvergenan.
Teorema 11 (Teorema Divergensi) Untuk barisan bilangan real {un } berlaku
(1) barisan {un } tidak konvergen ke u Π\
¤ (2) $e 0 > 0 '"n Œ ` berlaku $ rn Œ ` 'rn ≥ n dan | urn - u | ≥ e 0
¤ (3) $ e 0 > 0 dan {urn } ⊆ {un } '| urn - u | ≥ e 0"n Œ ` .
Bukti bagian pertama: (1) fi (2)
Jika barisan {un } tidak konvergen ke u Π\ , maka
$ e 0 > 0 yang mengakibatkan pernyataan $ n0 Π` 'n > n0 fi | un - u | < e tidak benar.
Ini berarti ( "n Π` tidak benar | un - u | < e "n > n0 ). Dari pernyataan ini diperoleh
"n Œ ` berlaku $ n £ rn '| urn - u | ≥ e 0 .
Jadi $e 0 > 0 '"n Œ ` berlaku $ rn Œ ` 'rn ≥ n dan | urn - u | ≥ e 0 .„
CKPAR B - 6
Barisan – 12
Kriteria barisan divergen

Bukti bagian kedua: (2) fi (3)


Diketahui $e 0 > 0 '"n Œ ` berlaku $ rn Œ ` 'rn ≥ n dan | urn - u | ≥ e 0 . Bangunlah {urn },
barisan bagian dari {un } dengan cara memilih r1, r2 , r3 , " sebagai berikut.
r1 Œ ` 'r1 ≥ 1 dan | ur1 - u | ≥ e 0 ;
r2 Œ ` 'r2 ≥ r1 dan | ur2 - u | ≥ e 0 ;
r3 Œ ` 'r3 ≥ r2 dan | ur3 - u | ≥ e 0 ;
⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅
Lanjutkan proses ini, jadi $ e 0 > 0 dan {urn } ⊆ {un } '| urn - u | ≥ e 0"n Œ` .„
Bukti bagian ketiga: (3) fi (1)
Andaikan {un } konvergen ke u Œ\ , maka barisan bagian {urn } ⊆ {un } juga konvergen
ke u. Akibatnya "e > 0 $ n0 Π` '| unr - u | < e , yang bertentangan dengan kondisi (3)
$ e 0 > 0 '| urn - u | ≥ e 0"n Œ` . Jadi barisan {un } tidak konvergen ke u Œ\ .„
Catatan Untuk barisan bilangan real {un } , pesan dari Teorema 10 dan 11 adalah:
¾ un g u ¤ $ e 0 > 0 dan $ {urn } ⊆ {un } 'unr œ Ne 0 (u) .
¾ un Æ u dan $ {urn } ⊆ {un } 'urn Æ u* π u pernyataan yang saling bertentangan.
¾ Jika {un } mempunyai dua barisan bagian yang konvergen ke dua nilai berbeda,
maka barisan {un } divergen (tidak mungkin konvergen).
( $ {ur } dan {us } ⊆ {un} 'ur Æ u, us Æ u*, u π u* fi
n n n n
{un } divergen)
Contoh Penggunaan
¾ Barisan {un }, un = ( -1) n mempunyai dua barisan bagian, {u2 n }, u2 n = ( -1) 2 n = 1
dan {u2 n -1}, u2 n -1 = ( -1) 2 n -1 = -1 dengan u2 n -1 Æ -1 dan u2 n Æ 1 tetapi -1 π 1 .
Jadi barisan {un } divergen.
¾ Barisan {un } = {1, 12 ,3, 14 ,5, 16 , "} mempunyai dua barisan bagian, {u2 n }, u2 n =
2 n -1}, u2 n -1 = 1,3,5, " dengan u2 n Æ 0 dan { u2 n -1} tak terbatas,
1 , 1 , 1 , " dan { u
2 4 6
sehingga u2 n -1 œ N1 (0) . Jadi barisan {un } divergen.
¾ Barisan {un }, un = sin n mempunyai dua barisan bagian, {sin rn },1 ≥ sin rn ≥ 12
dan {sin sn }, -1 £ sin sn £ - 12 yang berbeda nilainya. Jadi barisan {un } divergen.
y
ur1 ur 2 ur 3 ur n
1 y = sin x
½
−½ 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 x
−1 us 1
us 2
us 3 us n
CKPAR B - 6
Barisan – 13
Teorema Bolzano -Weierstrass

Teorema Bolzano -Weierstrass


( -1)n ( -1)n
Fenomena Perhatikan barisan {un }, un = n - n dan { vn }, vn = 1 - n .
¾ Suku barisan {un } adalah 0,112 , 313 , 3 34 ,", sehingga {un } tidak terbatas di atas.
Akibatnya tidak mungkin ada barisan bagian dari {un } yang konvergen.
¾ Suku barisan { vn } adalah 0, 12 , 34 , 34 , 65 , 56 ," dan memenuhi 0 £ vn £ 34 "n Œ` ,
sehingga { vn } terbatas di atas. Barisan ini konvergen ke 1 dan mempunyai baris-
an bagian yang konvergen, salah satunya adalah { v2 n } = {12 , 34 , 56 , "}, v2 n Æ 1.
Teorema Bolzano-Weierstrass menyatakan bahwa kondisi agar suatu barisan mem-
punyai barisan bagian yang konvergen adalah barisannya terbatas.
Teorema 12 (Bolzano-Weierstrass) Jika barisan {un } terbatas, maka terdapat ba-
risan bagian {unk } ⊆ {un } sehingga {unk } konvergen.
Bukti Perhatikan cara konstruksi suku barisan bagian dan bukti kekonvergenannya.
h Karena barisan {un } terbatas, maka {un : n Œ` } ⊆ I1 = [a, b] . Tetapkan n1 = 1.
h Bagilah selang I1 atas dua selang bagian sama panjang, I1¢ dan I1¢¢ yang membagi
himpunan indeks { n Π` : n > 1} atas dua bagian, yaitu
A1 = {n Œ ` : n > n 1, un Œ I1¢} dan B 1 = {n Œ ` : n > n 1, un Œ I1¢¢} .
Jika A1 tak-hingga, ambillah I 2 = I1¢ dan tetapkan n2 = bilangan asli terkecil di A1.
Jika A1 hingga, maka B 1 tak-hingga. Ambillah I 2 = I1¢¢ dan tetapkan n2 = bilangan
asli terkecil di B 1.
h Bagilah selang I 2 atas dua selang bagian sama panjang, I 2¢ dan I 2¢¢ yang membagi
himpunan indeks { n Π` : n > 2} atas dua bagian, yaitu
A 2 = {n Œ ` : n > n 2 , un Œ I 2¢ } dan B 2 = {n Œ ` : n > n 2 , un Œ I 2¢¢} .
Jika A 2 tak-hingga, ambillah I 3 = I 2¢ dan tetapkan n3 = bilangan asli terkecil di A 2 .
Jika A 2 hingga, maka B2 tak-hingga. Ambillah I 3 = I 2¢¢ dan tetapkan n3 = bilangan
asli terkecil di B2 .
h Lanjutkan cara ini sampai pada barisan selang bersarang I1 ⊇ I 2 ⊇ ⋅⋅⋅ ⊇ I k ⊇ ⋅⋅⋅ dan
b -a
barisan bagian {unk } ⊆ {un } dengan unk Œ I k "k Œ` . Karena I k = , maka ter-
2k -1
dapat tepat satu titik x ΠI k "k Π` . (sifat selang bersarang)
b-a
h Karena unk Œ I k dan x Œ I k , maka |unk - x | £ . Dari sini diperoleh barisan bagian
2k -1
{unk } ⊆ {un } konvergen ke ξ. Jadi terbuktilah yang diinginkan.„
CKPAR B - 6
Barisan – 14
Kekonvergenan barisan bagian dan barisan Cauchy
Teorema 12 Jika barisan {un } terbatas dan setiap barisan bagian dari {un } konver-
gen ke u Π\ , maka barisan {un } konvergen ke u.
Bukti Perhatikan cara mencari pertentangan dalam bukti dengan kontradiksi berikut.
h Andaikan barisan {un } tidak konvergen ke u, maka Teorema 11 memberikan
$ e 0 > 0 dan {urn } ⊆ {un } '| urn - u | ≥ e 0"n Œ ` .
h Karena barisan {un } terbatas, maka $ M > 0 '| un | £ M "n Œ` . Karena {urn } ⊆ {un },
maka barisan bagian ini juga terbatas oleh M. Karena barisan {urn } terbatas, maka
menurut Teorema Bolzano-Weierstrass barisan ini mempunyai barisan bagian {usn}
yang konvergen.
h Karena {usn } ⊆ {un } , maka berdasarkan hipotesis teorema, usn Æ u. Hasil ini ber-
tentangan dengan $ e 0 > 0 dan {urn } ⊆ {un } '| urn - u | ≥ e 0"n Œ ` .
Jadi haruslah barisan {un } konvergen ke u. „

Barisan Cauchy
Pengantar Barisan yang setelah batas tertentu (indeks besar) jarak setiap dua su-
kunya dapat dibuat sebarang dekat akan dirancang sebagai barisan Cauchy.
Definisi barisan Cauchy Barisan bilangan real {un } dinamakan barisan Cauchy
jika "e > 0 $ n 0 Π` 'm, n > n 0fi | um - un | < e . Tuliskan ingkaran definisi ini !

Contoh Buktikan {un }, un = 1n adalah barisan Cauchy langsung dari definisinya.

Bukti Akan dibuktikan "e > 0 $ n0 Π` 'm, n > n0 fi | m


1 - 1 | < e.
n
Diberikan e > 0, maka e2 > 0. Berdasarkan sifat Archimedes, $ n0 Π` 'e2 < n0 .
1 - 1|£ 1 + 1 < 1 + 1 = 2 < e .
Akibatnya, m > n 0 dan n > n 0 fi | m n m n n n n 0 0 0

Jadi terbuktilah {un }, un = 1n adalah barisan Cauchy.„

Teorema 13 Jika {un } barisan Cauchy, maka {un } terbatas.


Bukti Akan ditentukan M > 0 '| un | £ M "n Œ ` .
h Karena {un } barisan Cauchy, maka $ n0 Π` 'n > n0 fi | un - un0 | < 1. Akibatnya un-
tuk indeks n > n0 berlaku | un | - | un0 | £ | un - un0 | < 1, atau | un | < 1 + | un0 | .
h Untuk sejumlah berhingga suku n £ n0 berlaku | un | < K = sup {| u1|, | u2 |, ", | un0 |} .
h Gabungkan indeksnya dan ambillah M = sup {K ,1 + | un0|} , maka | un | £ M "n Œ ` .
Jadi terbuktilah barisan {un } terbatas.„
CKPAR B - 6
Barisan – 15
Kriteria Cauchy
Teorema 14 (Kriteria Cauchy) Barisan {un}konvergen ¤ {un}barisan Cauchy.
Bukti
(fi) Karena {un } konvergen, maka $ u Œ \ 'un Æ u. Dari sini diperoleh
"e > 0 $ n 0 Π` 'n > n 0 fi | un - u | < 12 e .
Akibatnya untuk m, n > n 0 berlaku | um - u | < 12 e dan | u - u n | < 12 e , sehingga
| um - un | = |(um - u) + (u - un)| £ | um - u | + | u - un | < 12 e + 12 e = e .
Jadi terbuktilah {un } barisan Cauchy.„
(‹) Karena {un } barisan Cauchy, maka "e > 0 $ n 0 Œ ` 'm, n > n 0 fi | um - un | < 12 e .
Karena {un } barisan Cauchy, maka {un } terbatas, sehingga terdapat barisan ba-
gian konvergen {unk } ⊆ {un } dengan unk Æ u . Akibatnya
$ k Œ`, k Œ{n1, n2 ,"} 'k ≥ n 0 fi | uk - u | < 12 e dan | uk - un | < 12 e .
Dari sini diperoleh untuk n > n0 berlaku
| un - u | = |(un - uk ) + (uk - u)| £ | un - uk | + | uk - u | < 12 e + 12 e = e .
Jadi terbuktilah un Æ u , sehingga barisan {un } konvergen.„

Contoh Buktikan barisan {un }, u1 = 1, u2 = 2, dan un = 12 (un - 2 + un -1 ), n > 2 konvergen


ke 132 . (Petunjuk Buktikan {un } barisan Cauchy dan gunakan sifat barisan bagian)

Bukti
h Karena {un } ={1, 2,112 ,134 ,185 ,"}, maka {un } tidak monoton dan 1 £ un £ 2 .(induksi)
h Dari | u1 - u2 | = 1, | u 2 - u3| = 12 , | u 3 - u4 | = 14 = 12 , " , | un - un+1| = n1-1 diperoleh un-
2 2
tuk m > n berlaku
| un - um | £ | un - un +1| + | un+1 - un+ 2 | + " + | um-1 - um | = n1-1 + 1n + " + m1- 2
2 2 2
= n -1 (1 + 2 + " + m- n -1 ) < n -1 = n .
1 1 1 2 4
2 2 2 2
h Diberikan ε > 0, pilihlah n cukup besar sehingga 1n < 14 e , maka untuk m > n berlaku
2
| un - um | < 4n = 4◊ 1n < 4◊ 14 e = e . Akibatnya {un } barisan Cauchy, sehingga {un } kon-
2 2
vergen dengan un Æ u. Dari sini diperoleh barisan bagian {u2 n+1}, u2 n+1 Æ u. Karena
1- ( )
1 n
u3 = 1 + 12 , u5 = 1 + 12 + 18 , " , u2 n+1 = 1 + 12 + 81 +" + 21n -1 = 1 + 12 ◊ 41 = 1 + 32 (1 - 1n ) ,
2 1- 4 4

nƕ nƕ
(
maka u = lim u2 n+1 = lim 1 + 23 (1 - 1n ) = 132 .
4 )
Jadi barisan {un } konvergen ke 123 . „
CKPAR B - 6
Barisan – 16
Barisan Kontraktif
Barisan Kontraktif
Pengantar Barisan yang jarak dua suku berturutannya selalu lebih kecil daripada
jarak dua suku berturutan sebelumnya akan dirancang sebagai barisan kontraktif.
Barisan kontraktif Barisan {un } dikatakan kontraktif jika
$ konstanta c Œ\, 0 < c < 1 '| un +2 - un +1| £ c | un +1 - un | "n Œ ` .
Teorema 15 Jika barisan {un } kontraktif, maka {un } adalah barisan Cauchy.
Teorema ini mengakibatkan setiap barisan kontraktif adalah barisan konvergen.
Bukti Karena barisan {un } kontraktif, maka untuk konstanta real c, 0 < c < 1 diperoleh
| un+ 2 - un+1| £ c | un+1 - un | £ c 2 | un - un-1| £ c3| un -1 - un- 2 | £ " £ c n | u2 - u1|
Dengan menggunakan hasil ini perkiraan nilai | xm - xn | untuk m > n dari barisan kon-
traktif {un } adalah
| um - un | £ | um - um -1| + | um -1 - um - 2 | + " + | un +1 - un | £ (c m - 2 + c m-3+ " + c n -1 ) | u2 - u1|
1 - cm - n
= c n-1(c m- n -1+ c m -n - 2 + " + 1) | u2 - u1| = c n-1◊ 1 - c | u2 - u1| £ c n-1◊ 1 - c | u2 - u1|
1

Karena 0 < c < 1, maka c n-1Æ 0 untuk n Æ •, sehingga | um - un | Æ 0 untuk n Æ •.


Jadi {un } adalah barisan Cauchy dan juga merupakan barisan konvergen.„
Contoh barisan kontraktif Persamaan kubik p3 (x) = x3 - 7 x + 2 = 0 mempunyai
solusi di antara 0 dan 1 karena p3 (0) = 2 > 0 dan p3 (1) = -4 < 0. Untuk menentukan
solusinya dengan prosedur iterasi, tulislah persamaannya dalam bentuk x = 17 (x3+ 2)
dan definisikan barisan xn +1 = 17 ( xn3 + 2) "n Π` dan 0 < x < 1 . Dengan induksi dari
sini diperoleh 0 < xn < 1 "n Π` . Barisan { xn } dengan aturan ini kontraktif karena
| xn+ 2 - xn+1| = | 17 ( xn3+1 + 2) - 17 ( xn3 + 2)| = 17 | xn3+1 - xn3 |
= 17 | xn2+1 + xn +1xn + xn2 || xn +1 - xn |
( )
£ 17 | xn +1| 2 + | xn+1|| xn | + | xn | 2 | xn +1 - xn |
£ 17 (1 + 1 + 1) | xn +1 - xn | = 73 | xn+1 - xn | "n Œ`
¾ Karena { xn } barisan kontraktif, maka { xn } konvergen, $ r Œ\ ' lim xn = r. Dari
n Æ•
sini diperoleh r = 17 (r 3 + 2), atau r 3 - 7r + 2 = 0 . Jadi r adalah solusi persamaan.
¾ Dari xn +1 = 17 (xn3 + 2) , jika x1 = 0,5 , maka x2 = 0,303 571 429 ; x3 = 0,289 710 830 ;
x4 = 0,289199 016 ; x5 = 0,289169 244 ; x6 = 0,289168 571 . Dengan c = 73 dan
| x2 - x1| < 0,2 diperoleh m > 6 fi | xm - x6 | £ c 6-1◊ 1 -1 c | x2 - x1| < 0,0051 . Ambillah
limit kedua ruasnya, diperoleh | r - x6 | < 0,0051. Jadi ketelitiannya 3 desimal.
CKPAR B - 6
Barisan – 17
Barisan Divergen Sejati

Barisan Divergen Sejati


Definisi barisan divergen sejati
¾ Barisan {un } dikatakan mendekati • , ditulis un Æ • , atau lim un = • jika
nƕ
"a > 0 $ n 0 Π` 'n > n0 fi un > a .
¾ Barisan {un } dikatakan mendekati - • , ditulis un Æ - • , atau lim un = - • jika
nƕ
"b < 0 $ n 0 Π` 'n > n0 fi un < b .

Contoh Buktikan barisan {un }, un = n 2 - n mendekati • , yaitu lim (n 2 - n) = • .


nƕ

Bukti Diberikan α > 0, akan dicari n 0 Œ ` sehingga n > n 0 fi n 2 - n > a .

( ) ( )
2 2
Analisis: n 2 - n > a ¤ n - 12 - 14 > a ¤ n - 12 > a + 14 ¤ n > 12 + a + 14 .
Proses bukti: Karena α > 0, maka 12 + a + 14 > 0 . Berdasarkan sifat Archimedes,
$ n 0 Π` 'n 0 > 12 + a + 14 . Akibatnya untuk n > n 0 > 12 + a + 14 diperoleh

( ) ( )
2 2
n - 12 > a + 14 fi n - 12 > a + 14 fi n - 12 - 14 > a fi n 2 - n > a .
Jadi terbuktilah yang diinginkan, barisan {un }, un = n 2 - n mendekati • .„

Contoh Buktikan barisan {un }, un = - n 2 mendekati - • , yaitu lim (- n 2) = - • .


nƕ

Bukti Diberikan β < 0, akan dicari n 0 Œ ` sehingga n > n 0 fi - n 2 < b .


Analisis: - n 2 < b ¤ n 2 > - b ¤ n > - b , b < 0 .
Proses bukti: Karena β < 0, maka -b > 0. Berdasarkan sifat Archimedes, $ n 0 Œ` '
n 0 > -b . Akibatnya untuk n > n 0 > - b diperoleh n 2 > - b , atau - n 2 < b .
Jadi terbuktilah yang diinginkan, barisan {un }, un = - n 2 mendekati - • .„

Contoh Buktikan barisan {un }, un = c n, c > 1 mendekati • , yaitu lim c n = • .


nƕ

Bukti Diberikan α > 0, akan dicari n 0 Œ ` sehingga n > n 0 fi c n > a .


Karena c > 1, maka $ b > 0 'c = 1 + b , akibatnya c n = (1 + b) n ≥ 1 + nb ≥ bn .
Karena α > 0, maka ab > 0 . Berdasarkan sifat Archimedes, $ n 0 Œ ` 'n 0 > ab .
Akibatnya untuk n > n 0 > ab diperoleh c n ≥ bn > b ◊ ab = a .
Jadi terbuktilah yang diinginkan, barisan{un }, un = c n, c > 1 mendekati • .„
CKPAR B - 6
Barisan – 18
Barisan Divergen Sejati

Teorema 16
(1) Jika barisan {un } tak terbatas di atas dan monoton naik, maka un Æ •.
(2) Jika barisan {un } tak terbatas di bawah dan monoton turun maka un Æ - •.
Pesan kedua teorema ini adalah barisan {un } divergen sejati ¤ {un } tak terbatas.
Bukti
(1) Barisan {un } terbatas di atas jika $ M Œ\ 'un £ M "n Œ ` . Ingkarannya adalah
barisan {un } tak terbatas di atas jika " M > 0 berlaku $ n 0 Π` 'un0 > M .
Karena {un } monoton naik, maka untuk n > n 0 berlaku un > un0 > M . Jadi un Æ •. „

(2) Barisan {un } terbatas di bawah jika $ N Œ \ 'un ≥ N "n Œ ` . Ingkarannya adalah
barisan {un } tak terbatas di atas jika " N < 0 berlaku $ n 0 Π` 'un0 < N .
Karena {un } monoton turun, maka untuk n > n 0 berlaku un < un0 < N. Jadi un Æ -•. „

Teorema 17 Untuk barisan {un } dan { vn } yang memenuhi un £ vn "n Œ ` berlaku:


(1) jika un Æ •, maka vn Æ •. dan (2) jika vn Æ - •, maka un Æ - •.
Bukti
(1) Karena un Æ •, maka "a > 0 $ n 0 Œ ` 'n > n0 fi un > a , akibatnya vn ≥ un > a .
Jadi terbuktilah vn Æ •. „
(2) Karena vn Æ - •, maka "b < 0 $ n 0 Œ ` 'n > n0 fi vn < b , akibatnya un £ vn < b .
Jadi terbuktilah un Æ - •. „
Teorema 18 Untuk barisan {un } dan { vn } yang memenuhi un > 0, vn > 0, dan
u
$ L > 0 ' vn Æ L berlaku un Æ • ¤ vn Æ •.
n
u
Bukti Karena L > 0 dan vn Æ L , maka dengan mengambil e = 12 L diperoleh
n
u
$ n0 Π` 'n > n0 fi vn - L < 12 L .
n
u u
Akibatnya, untuk n > n 0 berlaku - 12 L < vn - L < 12 L, sehingga 12 L < vn < 32 L . Dari
n n
sini diperoleh
vn > 32L un "n > n 0 dan un > 12 Lvn "n > n 0 .

(fi) Dari vn > 32L un "n > n 0 dan un Æ • diperoleh vn Æ •.

(‹) Dari un > 12 Lvn "n > n 0 dan vn Æ • diperoleh un Æ •.


Jadi terbuktilah un Æ • ¤ vn Æ •. „
CKPAR B - 6
Barisan – 19
Soal Latihan Barisan Bilangan Real

Soal uji konsep dengan benar – salah, berikan argumentasi atas jawaban Anda.
No. Pernyataan Jawab
1. Himpunan unsur A = {1,2,3,⋅⋅⋅,m} adalah suatu barisan bilangan real. B−S
2. Jika $ M Œ \ '| un | £ M "n Œ ` , maka {un } adalah barisan yang terbatas di bawah. B−S
3. Jika "n Œ ` $ K Œ \ 'un £ K , maka {un } adalah barisan terbatas di atas. B−S
n -n
4. Barisan {un } dengan un = ( -1) 2 adalah suatu barisan yang konvergen. B−S
5. Jika barisan {| un |} konvergen ke 0, maka barisan {un } juga konvergen ke 0. B−S
6. Jika barisan {| un |} konvergen, maka barisan {un } juga konvergen. B−S
7. Barisan {un } yang monoton bersifat {un } tidak terbatas ¤ {un } divergen. B−S
8. Barisan yang tidak terbatas tidak mungkin mempunyai barisan bagian konvergen. B−S
9. Jika barisan {un } tidak terbatas, maka {un } bukan suatu barisan Cauchy. B−S
10. Jika barisan {un } tidak kontraktif, maka {un } bukan suatu barisan yang konvergen. B−S
Soal yang terkait dengan barisan konvergen dan barisan monoton
3n + 7
11. Buktikan barisan {un } , un = 2n + 5 konvergen ke u = 32 dengan menggunakan definisi barisan.
n2 + 1
12. Buktikan barisan {un } , un = konvergen ke u = 12 dengan menggunakan definisi barisan.
2 n2 + 3

13. Buktikan barisan {un } , un = 1 konvergen ke u = 0 dengan menggunakan definisi barisan.


n+2
( -1)n n
14. Buktikan barisan {un } , un = konvergen ke u = 0 dengan menggunakan definisi barisan.
n2 + 1
15. Jika barisan {un } konvergen ke u dan u > 0, buktikan $ n0 Π` 'xn > 0 "n Π` .
16. Untuk barisan {un } dan {vn } , jika {un } dan {un + vn } konvergen, buktikan {vn } konvergen.
17. Jika 0 < a < b, buktikan barisan {un } , un = (a n + b n )1/n konvergen ke b.
u
18. Untuk barisan {un } dengan un > 0 "n Œ` , jika un +1 Æ L dan L > 1 , buktikan {un } tak terbatas
n
dan divergen.
19. Buktikan barisan {un } , u1 = a , u2 = a + u 1 , " , un +1 = a + un "n Π` terbatas di atas, mo-
noton naik, dan konvergen. Kemudian tentukan limit barisannya.
20. Jika {un } barisan terbatas, sn = sup{uk : k ≥ n} dan tn = inf{uk : k ≥ n} , buktikan {sn } dan {tn }
konvergen. Kemudian buktikan jika lim sn = lim tn , maka {un } konvergen. (lim sup dan lim inf)
nƕ nƕ

21. Jika A ⊆ \ himpunan tak hingga dan terbatas, buktikan ${un }, un Œ A 'un Æ sup A .
CKPAR B - 6
Barisan – 20
Soal Latihan Barisan Bilangan Real
Soal yang terkait dengan barisan bagian, teorema B-W, dan barisan Cauchy

22. Jika {un } barisan dengan un ≥ 0 "n Œ ` dan lim ( -1) n un ada, buktikan {un } konvergen.
nƕ

23. Jika {un } barisan tak terbatas, buktikan terdapat barisan bagian {unk } ⊆ {un } sehingga x1 Æ 0.
n k

24. Jika {un } barisan terbatas, s = sup{un : n Œ `}, dan s œ{un : n Œ `}, buktikan $ unk ⊆ {un } 'unk Æ s.
25. Jika {un } barisan monoton naik dan terbatas, buktikan {un } adalah barisan Cauchy secara lang-
sung, tanpa melalui kekonvergenan barisannya.
26. Jika barisan {un } memenuhi | un +1 - un | < r n "n Π` dan 0 < r < 1 , buktikan {un } adalah barisan
Cauchy.
1
27. Jika barisan {un } memenuhi u1 > 0 dan un +1 = 2 + u "n ≥ 1 , buktikan {un } adalah barisan kon-
n
traktif kemudian tentukan limit barisannya.
u
28. Jika untuk barisan {un } dan {vn } yang semua sukunya positif berlaku vn Æ 0 dan un Æ •, buk-
tikan vn Æ •.
n

u
29. Jika untuk barisan {un } dan {vn } yang semua sukunya positif berlaku vn Æ 0 dan {vn } terbatas,
n
buktikan un Æ 0.
u
30. Jika barisan {un } memenuhi nn Æ L dan L > 0, buktikan un Æ •.

Kunci Jawaban

1. S 2. B 3. S 4. B 5. B 6. S 7. B 8. S 9. B 10. S 11. gunakan | un - u | < 1n dan sifat Archimedes


12. gagasan soal 11 13. gunakan | un - u | < 1 dan sifat Archimedes $ n0 Œ` 'n > 12 14. gagasan soal 11
n e
15. ambillah e = 12 x > 0 pada definisi barisan konvergen 16. gunakan un = (un + vn ) - vn dan kekonvergenan
17. gunakan b £ (a n + b n )1/n £ 21/n dan prinsip apit 18. gagasan bukti teorema 8, $ r > 0 'L > r > 1
19. tunjukkan barisannya terbatas di atas oleh 12 (1 + 1 + 4a ) dan monoton naik, sehingga konvergen
20. tunjukkan (sn) monoton turun dan terbatas; (tn) monoton naik dan terbatas; dengan tn < un < sn "n Π`
21. gunakan sifat jika u = sup A, maka "e > 0 $ un Œ A 'un > u - 1n 22. {u2 n} dan {u2 n -1} Æ lim ( -1) n un ( = 0)
nƕ
23. jika tak terbatas di atas (bawah), cari {unk }, unk Æ • (atau - •) dan buktikan sasaran yang diinginkan
24. pilihlah n1 ≥ 1 'un1 ≥ s -1, n2 ≥ n1 'un2 > 12 (s -1), " , nk ≥ nk -1 'unk > k1 (s -1) dan tunjukkan unk Æ s
25. {un}/ dan terbatas di atas fi $ u Œ \ 'u = sup{un : n Œ `} fi "e > 0 $ n0 Œ ` 'u - e < un0 £ u. Akibatnya
m ≥ n ≥ n0 fi u - e < un < um £ u < u + e , jadi | um - un | < e 26. buktikan untuk m > n > n0 berlaku | um - un | Æ 0
|u -u |
27. | un + 2 - un +1| = 2 + u - 2 + u = (2 + un +1 )(2 n+ u ) £ 14 | un +1 - un | karena penyebut ≥ 4; u = 2 + u fi u = 2 - 1
1 1 1
n +1 n n +1 n
u u
28. Karena vn Æ 0, maka $ n0 Œ` 'n > n0 fi vn <1. Akibatnya 0 < un < vn "n > n0 dan un Æ • fi vnÆ •
n n
u e . Jadi
29. {vn} terbatas fi $ M > 0 '0 < vn < M "n Œ` . Karena vn Æ 0, maka "e > 0 $ n0 Œ` 'n > n0 fi vn < M
u
n n
e £ M◊ e = e
un < vn◊ M
u u u
30. Karena nn Æ L > 0, maka $ n0 Œ` 'n > n0 fi | nn - L | < L2 , sehingga L2 < nn < 32L
M
MA3231 Pengantar Analisis Real
Matematika ITB
3 Maret 2013

1 Bagian 1
1. Jika 0 a < b tunjukkan bahwa: a2 ab < b2 .
Solusi 1. Perhatikan bahwa a < b berakibat b a > 0 sehingga jika a 0 maka
2 2
a (b a) 0 atau ab a 0 atau ab a . Berikutnya karena b > 0 maka b (b a) > 0
atau b2 ab > 0 atau b2 > ab. Menggabungkan kedua hasil didapat b2 ab a2 .

2. Jika
1 1
S= j m; n 2 N ;
n m
hitung sup(S) dan tunjukkan.
Solusi. Perhatikan bahwa untuk sebarang n; m 2 N; n 1 dan m 1. Tinjau bahwa 1
adalah batas atas sebab
1 1 1 1
< 1:
n m 1 m
Di sisi lain bahwa 1 adalah batas atas terkecil, sebab untuk sebarang " > 0 kita bisa pilih
m > 1" sehingga
1 1 1
1 "<1 = 2 S:
m 1 m
Dengan demikian, sup(S) adalah 1.

3. Tunjukkan melalui de…nisi bahwa

sin n
! 0; n ! 1:
n

Solusi. Ambil sebarang " > 0, pilih N sehingga N > 1" . Akibatnya untuk sebarang
n > N berlaku
sin n jsin nj 1 1
0 = < <"
n n n N
sin n
Dengan demikian n
! 0; n ! 1.

4. Periksa apakah deret


X
1
n
n=1
2n + 1
konvergen dan berikan penjelasan atas jawaban Anda.
Solusi 1. " N (?) (coba buktikan sendiri, :D

1
Solusi 2. Tinjau bahwa
X
1
n X
1
n X n 1X1 1
= =
n=1
2n + 1 n=1
2n + n n=1 3n n=1 3
P1 1
P1 n
dan karena n=1 3 divergen, maka haruslah n=1 2n+1 divergen.
n
Solusi
P1 3. Perhatikan bahwa limn!1 2n+1 = 12 6= 0 maka menurut uji suku ke-n, deret
n
n=1 2n+1 divergen. (kalkulus, ga boleh dilakukan saat ini #kayaknya)

5. Jika fan g dan fbn g adalah dua barisan Cauchy, buktikan bahwa untuk setiap ; kon-
stanta real,
f an + b n g
adalah barisan Cauchy.
Solusi.

Akan ditunjukkan bahwa f an g dan f bn g masing-masing barisan Cauchy.


Bukti. Ambil sebarang " > 0, maka terdapat N sehingga untuk setiap n; m > N
berlaku
"
jan am j < :
j j
Akibatnya,
"
j an am j = j j jan am j < j j ="
j j
yang artinya f an g barisan Cauchy. Dengan cara yang sama kita bisa peroleh f bn g
adalah barisan Cauchy.
Berikutnya, akan ditunjukkan bahwa f an + bn g adalah barisan Cauchy.
Bukti. Ambil sebarang " > 0; maka terdapat N sehingga untuk setiap n; m > N
berlaku
" "
j an am j < dan j bm bn j <
2 2
Akibatnya

j( an + bn ) ( am + bm )j = j( an am ) ( b m bn )j
j an am j + j b m bn j
" "
+
2 2
= "

dan dengan demikian f an + bn g adalah barisan Cauchy.

2 Bagian 2

1. Dengan menggunakan induksi matematika, buktikan:


1 1 1 p
1+ p + p + +p n
2 3 n

jika n 2.

2
p p
Bukti. Perhatikan bahwa 1 1. Perhatikan pula bahwa jika 1 + p1 + + p1 k
2 k
maka
1 1 1 p 1
1+ p + +p +p k+p
2 k k+1 k+1
p
k (k + 1) + 1
= p
k+1
p
2
k +1
> p
k+1
k+1
= p
k+1
p
= k + 1:

Dengan demikian, menurut prinsip induksi matematika


1 1 1 p
1+ p + p + +p n
2 3 n
benar untuk setiap bilangan asli n.

2. Periksa apakah barisan


2 an
an+1 = + ; a1 = 2;
n 2
konvergen.
Solusi 1. Akan ditunjukkan bahwa (an ) terbatas di bawah dan monoton turun, sehingga
dengan teorema Boltzano-Weistrass, (an ) konvergen.
2
Pertama, akan ditunjukkan (an ) terbatas. Perhatikan bahwa a1 1 dan jika ak k
untuk suatu k maka
2 ak 2 2 3 3 2
ak+1 = + + =
k 2 k 2k k k+1 k+1
Dengan demikian menurut prinsip induksi matematika, an > n2 untuk setiap bilangan
asli n. Akibatnya an > 0 untuk setiap n, maka (an ) terbatas di bawah oleh 0. Akibatnya
(an ) terbatas.
Berikutnya, akan ditunjukkan (an ) monoton turun. Hal ini bisa kita lihat dari sifat ( )
2 an 2 an 2 1 2 1
an+1 an = + an = < = <0
n 2 n 2 n 2 n n
Dengan demikian an+1 an < 0 untuk sebarang bilangan asli n, maka an+1 > an untuk
setiap bilangan asli n. Jadi (an ) adalah barisan monoton naik.
Karena (an ) monoton naik dan terbatas di atas, jadi dapat kita simpulkan bahwa (an )
konvergen.
Solusi 2.

3 Bagian 3.
1. Konstruksi satu barisan tak konstan yang konvergen ke akar positif yang lebih kecil dari
satu dari persamaan
x3 5x + 1 = 0

3
Solusi. Tinjau barisan fxn g dengan 0 < x1 < 1 dan
1 3
xn+1 = x + 1 ; 8n 2:
5 n

Pertama akan dibuktikan bahwa 0 < xn < 1 untuk setiap bilangan asli n, lalu akan
ditunjukkan bahwa xn kontraktif, sehingga xn konvergen. Terakhir, akan dibuktikan pula
bahwa nilai kekonvergenannya adalah akar dari persamaan yang diminta yang nilainya
kurang dari 1.

Akan dibuktikan bahwa 0 < xn < 1 untuk setiap bilangan asli n.


Bukti. Perhatikan bahwa 0 < x1 < 1. Perhatikan pula bahwa jika 0 < xk < 1 maka
1 3 1 3
xk+1 = xk + 1 < 1 +1 <1
5 5
dan
1 3 1 3
xk+1 = xk + 1 > 0 +1 >0
5 5
sehingga 0 < xk+1 < 1. Dengan demikian, menurut prinsip Induksi Matematika,
0 < xn < 1 untuk setiap bilangan asli n.
Akan dibuktikan bahwa xn kontraktif.
Bukti. Tinjau
1 3 1 3
xn+1 xn = xn + 1 x +1
5 5 n 1
1 3
= x x3n 1
5 n
1
= (xn xn 1 ) x2n + xn xn 1 + x2n 1
5
1
< (xn xn 1 ) 12 + 1:1 + 12
5
3
= (xn xn 1 )
5
sehingga fxn g kontraktif.
Akan dibuktikan bahwa fxn g konvergen ke salah satu akar dari persamaan yang
kurang dari 1.
Bukti. Karena fxn g kontraktif, maka barisan tersebut Cauchy, yang akibatnya
barisan tersebut konvergen. Misalkan fxn g konvergen ke r. Untuk n 2 berlaku
1 3
xn+1 = x +1
5 n
Jika kita ambil limit ruas kiri dan ruas kanan diperoleh

1 3
lim xn+1 = lim x +1
n!1 n!1 5 n
1 3
r = r +1
5
atau setara dengan
r3 5r + 1 = 0:

4
Akibatnya r adalah akar dari persamaan

x3 5x + 1 = 0:

Terakhir, karena 0 < xn < 1 dan lim xn = r maka


n!1

0 lim xn 1
n!1

sehingga 0 < r < 1.


(pernyataan "0 < xn < 1 maka 0 lim xn 1 " harus dibuktikan nggak sih?)
n!1

Anda mungkin juga menyukai