NIM : 7111420168
Pembangunan jalan tol adalah salah satu bentuk usaha pemerintah dalam
memudahkan masyarakat di Indonesia untuk bisa melakukan mobilitas mereka baik
dalam hal ekonomi maupun sosial dengan baik dan cepat. Jalan tol merupakan jalan
alternatif untuk mempercepat sarana transportasi, perkembangan industry
pariwisata dan menunjang pertumbuhan ekonomi yang kerap terhambat karena
kendala transportasi. Dengan adanya pembangunan ini maka akan terjadi
perubahan kondisi ekonomi dan social masyarakat. Pembangunan berkelanjutan ini
juga tentunya membawa baik eksternalitas positif maupun eksternalitas negative.
Salah satu contoh pembangunan berkelanjutan yang saat ini masih gencar-
gencarnya untuk segera diselesaikan ialah proyek pembangunan Jalan Tol Trans
Jawa. Proyek pembangunan Jalan Tol Trans Jawa bertujuan untuk menghubungkan
dua kota terbesar di Indonesia, yaitu Jakarta dan Surabaya sebagai alternatif
pemecah kepadatan kepadatan lalu lintas di titik-titik rawan kemacetan serta untuk
mengurangi waktu tempuh perjalanan. Dengan adanya jalan tol tersebut diharapkan
bisa melancarkan dan mengurangi kepadatan lalu lintas dari Jakarta menuju
Surabaya atau sebaliknya.
Seperti Namanya, Tol Trans Jawa. Dengan kata ‘Jawa’ disitu kita tentu sudah tahu
bahwa pembangunan jalan tol ini akan membentang disepanjang pulau Jawa guna
saling menghubungkan antar daerahnya, salah satu daerah yang dibangun Jalan Tol
Trans Jawa ialah Pekalongan. Kabar pembangunan jalan tol tersebut disambut
antusiasme masyarakat Pekalongan, terutama bagi para pengemudi yang akan
melakukan perjalanan baik ke luar kota maupun luar provinsi. Namun seiring
berjalannya waktu, keberlangsungan pembangunan Jalan Tol Trans Jawa ini
nyatanya membawa eksternalitas negative yang cukup besar bagi aktivitas
masyarakat Pekalongan. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah terdapatnya
beberapa jalan arteri yang rusak parah dan berdebu di Kabupaten Pekalongan.
Kondisi itu diperparah ketika hujan turun, genangan air akan menutupi jalan yang
berlubang dan permukaan jalan menjadi becek serta licin karena debu yang
menutupi jalan tersiram air hujan.
Masyarakat sudah lama gerah dengan kondisi jalan provinsi sepanjang Bojong-
Wiradesa yang rusak parah dan tak kunjung diperbaiki dengan baik oleh pelaksana
proyek jalan tol. Akibatnya, pengguna jalan merasa tidak aman dan nyaman. Puncak
emosi warga terpatik saat seorang mahasiswi IAIN Pekalongan bernama Merlin Anggita
(18), tewas saat mengalami laka lantas di Jalan Raya Wiradesa, Rabu (23/5), sekitar
pukul 07.30 WIB. Saat menuju ke kampus di Kota Kajen, sepeda motor Vario nopol G
2018 XB yang dikendarai mahasiswi semester dua jurusan Akuntansi Syariah ini
terjatuh akibat kondisi jalan rusak. Saat itulah, korban mengenai roda belakang dump
truk nopol D 8593 FC, dengan sopir Suprayitno (35), warga Banjarnegara.
Sejak dulu kala Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki kekayaan tradisi
yang luar biasa banyak dan beragam. Keragaman tradisi tersebut didasarkan pada
keragaman etnik dan budayanya yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Koentjaraningrat mengulas secara komprehensif tentang berbagai kebudayaan
tersebut, seperti kebudayaan Batak, Ambon, Flores, Timor, Aceh, Minangkabau,
Bugis-Makassar, Bali, Sunda, Jawa dan sebagainya. Salah satu kekayaan tersebut
adalah tradisi Syawalan atau sedekah laut.
Syawalan atau sedekah laut merupakan salah satu tradisi yang populer bagi
masyarakat pesisir atau nelayan di berbagai wilayah. Di Jawa Tengah tradisi
Syawalan atau sejenis dilaksanakan oleh komunitas nelayan di Kabupaten Tegal,
Pekalongan, Cilacap, Jepara, Kaliwungu dan sebagainya. Salah satu tradisi Syawalan
yang sampai saat ini masih dilestarikan ialah penerbangan balon udara di
Pekalongan. Satu minggu setelah hari Raya Idul Fitri warga Pekalongan khususnya
para remaja serempak menerbangkan balon udara, penerbangan tersebut biasanya
dilakukan mulai dari pukul 06.30 sampai 10.00 pagi. Balon udara yang digunakan
berbahan dasar plastic, yang kemudian diperlukan asap agar bisa terbang keatas.
Tidak lupa juga dipasangkan petasan dalam jumlah yang lumayan serta memadukan
warna plastic untuk mempercantik tampilan balon.
Namun, dua tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2019 tradisi Syawalan yang
setiap tahunnya meramaikan itu harus ditiadakan. Entah bersifat sementara atau
selamanya. Hal tersebut berawal laporan Ikatan Pilot Indonesia (IPI) yang meminta
pemerintah daerah yang di wilayah yang memiliki tradisi menerbangkan balon
udara tanpa awak untuk menerbitkan pemberitahuan area terbatas bagi pelaku
penerbangan serta menyediakan rute alternatif. Ketua Ikatan Pilot Indonesia (IPI)
Iwan Setyawan Diyatputra menilai kegiatan menerbangkan balon udara tanpa awak
berpotensi mengancam keselamatan penerbangan, pesawat, aircrew dan
penumpang serta harta benda.
Balon udara tanpa awak tersebut dianggap berpotensi tersangkut di sayap, ekor
atau flight control (elevator, rudder, alat kendali utama pesawat) yang berakibat
pesawat sulit bahkan tidak dapat dikendalikan. Benda terbang tersebut mungkin
pula masuk kedalam mesin pesawat yang berakibat mesin mati atau terbakar dan
meledak. Balon udara yang terbang tanpa dikontrol juga dapat menutup pilot static
tube sensor atau sensor utama pengukur ketinggian dan kecepatan pesawat yang
berakibat terganggunya bahkan tidak berfungsinya informasi ketinggian dan
kecepatan pesawat.
Apabila pesawat mengalami kerusakan akibat dari penerbangan balon udara,
pihak maskapai setidaknya harus mengeluarkan biaya hingga US$ 500.000 bahkan
untuk perawatan total atau over haul mencapai US$ 2 juta hingga US$ 3 juta. Guna
mengantisipasi kecelakaan akibat gangguan balon udara yang diterbangkan tanpa
kontrol, IPI meminta agar pemerintah daerah di wilayah yang memiliki tradisi balon
udara untuk bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan jaminan
keselamatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan PM
No.40/2018 tentang Penggunaan Balon Udara pada Kegiatan Budaya Masyarakat.
IPI meminta agar regulator menerbitkan Notam Restricted Area bahkan Prohibited
Area disertai rute alternatifnya pada saat kegiatan berlangsung guna menghindari
risiko bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Adapun terhadap
pelaku, IPI minta agar pelaku kegiatan ilegal menerbangkan balon udara tanpa awak
ditindak tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangau yang telah
diterbitkan.
3. Eksternalitas Negatif Pengoperasian Jalan Tol Trans Jawa Terhadap
Perekonomian Masyarakat Pekalongan.
Rencana semula pembangunan jalan tol trans Jawa tidak melewati wilayah Kota
Pekalongan dan exit tol yang dibangun adalah wilayah Kabupaten Batang.
Pemerintah Kota Pekalongan berupaya agar operasionalisasi jalan tol trans Jawa
tidak menutup akses wilayah Kota Pekalongan, bahkan diharapkan dapat memberi
dampak berupa peningkatan aksesibilitas wilayah Kota Pekalongan dan hal tersebut
menjadi urgensi pembangunan exit tol di wilayah Kota Pekalongan
Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa memang direncanakan sebagai salah satu
cara untuk mengatasi kemacetan yang ada. Selain itu juga adanya jalan tol
diharapkan dapat memperlancar arus orang dan arus barang dari satu tempat ke
tempat lain. Namun, hal ini belum tentu bisa mengatasi masalah secara keseluruhan,
baik aspek geografis, demografis, politis, ekologi, maupun sosial ekonomi warga
yang wilayahnya terkena proyek ini.
Menurunnya omset pedagang batik di Pasar Grosir Batik Setono menjadi salah
satu eksternalitas negative yang paling menonjol semenjak dibukanya Tol Trans
Jawa. Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan terletak di jalur pantura yang
menghubungkan jalur Pekalongan dan Batang. Pasar ini adalah salah satu pusat
oleh-oleh khas Batik khas Pekalongan, karena penulis melihat dampak
pembangunan jalan tol membuat aktivitas ekonomi Pasar Grosir Batik Setono
Pekalongan lumpuh total, dan membuat pendapatan menurun drastis.
Kota Pekalongan kini memiliki akses pintu keluar (exit) tol di wilayah perbatasan
antara Kota Pekalongan dengan Kabupaten Batang, dimana exit tol tersebut
langsung terakses ke pasar grosir Batik Setono. Para pengguna tol yang keluar pintu
Kota Pekalongan akan langsung bisa melihat lokasi pasar grosir tersebut, yang
merupakan pasar grosir batik terbesar yang ada di Kota Pekalongan.