Disusun oleh :
NIM : 920173054
Kelas : 3B
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat tepat waktu.
membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut
pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal.
Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis
berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan
sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa
yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga membungkus
organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya
jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat
disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan
velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ.
Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ
multipel.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 2012).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,
kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 2011).
B. Klasifikasi
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,
kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2012)
terdiri dari:
C. Etiologi
Menurut (Hudak & Gallo, 2011) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan
yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul
lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit
menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
2. Trauma tembus
D. Patofisiologi
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua
keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya
yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap
permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang
disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan
dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar
dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae
atau struktur tulang dinding thoraks.
Trauma Abdomen
Perdarahan intra
Luka terbuka Perforasi lapisan Perdarahan abdomen
abdomen(Kontusio,
Laserasi, jejas,
hematoma) Resiko Peningkatan TIA
Resiko kekurangan
infeksi volume cairan Distensi Abdomen
Nyeri akut
Syok Mual/muntah
Hipovilemik
Kerusakan
integritas kulit Resiko ketidak
seimbangan nutrisi
E. Manifestasi klinis
Menurut (Hudak & Gallo, 2010) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
2. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul
di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
3. Darah dan cairan
4. Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
5. Cairan atau udara dibawah diafragma
6. Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat
pasien dalam posisi rekumben.
7. Mual dan muntah
8. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
9. Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan penunjang
1. Foto thoraks
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma
pada ginjal
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila
ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis
b. Pemeriksaan Laparoskopi
H. Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
1.) Airway
Membuka jalan nafas menggunakan teknik head tilt chin lift atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Mutahan, makanan, darah, atau
benda asing lainnya.
2.) Breathing
Memeriksa pernafasan dengan cara “ lihat, dengar, rasakan”, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien.
3.) Circulation
Mengecek denyut nadi dan tekanan darah
4.) Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara tepat. Yang dinilai
disini adalah tingkat kesadaan, ukuran dan reaksi pupil
5.) Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakainnya dengan cara menggunting
untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap dan visualisasi head
toe toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma abdomen penetrasi. Ini
termasuk bagian bokong, bagian posterior dari kaki, kulit kepala, bagian
belakang leher dan perineum . setelah pakaian dibuka penting penderita
diselimuti agar penderita tidak kedinginan.
a. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul):
-Imobilisasi
- Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak
boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
-Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain
kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak
memperparah luka.
-Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar
dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
-Imobilisasi pasien.
-Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
masuk dan luka keluar yang berdekatan.
d. Uretrografi
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada:
-Fraktur pelvis
a. Pengkajian Primer
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi
kejadian. Paramedic mungkin harus melihat.apabila sudah ditemukan luka
tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian
awal dilakukan prosedur ABCD jika ada indikasi, jika korban tidak berespon
maka segera buka dan bersihkan nafas.
1.Airway
Membuka jalan nafas menggunakan teknik head tilt chin lift atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Mutahan, makanan, darah, atau
benda asing lainnya.
2.Breathing
Memeriksa pernafasan dengan cara “ lihat, dengar, rasakan”, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien.
3.Circulation
Mengecek denyut nadi dan tekanan darah
4.Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara tepat. Yang dinilai
disini adalah tingkat kesadaan, ukuran dan reaksi pupil
5.Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakainnya dengan cara menggunting
untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap dan visualisasi
head toe toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma abdomen
penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian posterior dari kaki, kulit
kepala, bagian belakang leher dan perineum . setelah pakaian dibuka penting
penderita diselimuti agar penderita tidak kedinginan.
b. Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas/istirahat
- Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
- Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera
(trauma)
2. Sirkulasi
4. Eliminasi
6. Neurosensori.
-Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
8. Pernafasan
9. Keamanan
-Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada klien dengan trauma abdomen adalah
(NANDA II 2015-2017)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.
C. Perencanaan keperawatan
No.Dx Tujuan Rencana Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — untuk mengidentifikasi
keperawatan — Kaji tanda-tanda vital. defisit volume cairan.
diharapkan volume — mengidentifikasi
cairan tidak — Pantau cairan keadaan perdarahan,
mengalami parenteral dengan serta Penurunan
kekurangan. elektrolit, antibiotik sirkulasi volume cairan
dan vitamin menyebabkan
Kriteria hasil:
kekeringan mukosa dan
Intake dan output pemekatan urin. Deteksi
seimbang dini memungkinkan
Turgor kulit baik terapi pergantian cairan
Perdarahan (-) segera.
— awasi tetesan untuk
— Kaji tetesan infus. mengidentifikasi
kebutuhan cairan.
Kolaborasi : — cara parenteral
— Berikan cairan membantu memenuhi
parenteral sesuai kebutuhan nuitrisi
indikasi. tubuh.
— Mengganti cairan dan
— Cairan parenteral ( IV elektrolit secara adekuat
line ) sesuai dengan dan cepat.
umur. — menggantikan darah
— Pemberian tranfusi yang keluar.
darah.
2. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji karakteristik
keperawatan nyeri. — Mengetahui tingkat
diharapkan nyeri — Beri posisi semi nyeri klien.
dapat hilang atau fowler. — Mengurngi kontraksi
terkontrol. — Anjurkan tehnik abdomen
manajemen nyeri — Membantu mengurangi
Kriteria hasil: seperti distraksi rasa nyeri dengan
— Managemant mengalihkan perhatian
Skala nyeri 0
lingkungan yang — lingkungan yang
Ekspresi tenang
nyaman. nyaman dapat
memberikan rasa
— Kolaborasi pemberian nyaman klien
analgetik sesuai — analgetik membantu
indikasi. mengurangi rasa nyeri.
3. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tanda-tanda — Mengidentifikasi
keperawatan infeksi. adanya resiko infeksi
diharapkan infeksi lebih dini.
tidak terjadi. — Kaji keadaan luka. — Keadaan luka yang
diketahui lebih awal
Kriteria hasil: dapat mengurangi
resiko infeksi.
Tanda-tanda
— Kaji tanda-tanda vital. — Suhu tubuh naik dapat
infeksi (-)
di indikasikan adanya
Leukosit 5000-
proses infeksi.
10.000 mm3
— Lakukan cuci tangan — Menurunkan resiko
sebelum kntak dengan terjadinya kontaminasi
pasien. mikroorganisme.
— Lakukan pencukuran — Dengan pencukuran
pada area operasi klien terhindar dari
(perut kanan bawah infeksi post operasi
— Perawatan luka — Teknik aseptik dapat
dengan prinsip menurunkan resiko
BAB IV
PENUTUP
A. Keimpulan
Menurut saya dalam video tersebut penanyayangan pada bagian ppt yang ada
penjelasan terlalu cepat, membuat penonton yang melihat jadi tidak terfokus untuk
membaca karena waktunya terlalu cepat. Yang jadi peran ibu juga sangat
menjiwai,mungki dalam video ini seorang ibu kurang pengetahuan dan ibu jadi panic
mengetahui anaknya keracunan.
Pemeran perawat juga tidak menjelaskan berapa nilai dari tekanan darah pasien,
perawat hanya mengatakan tensinya rendah.
Video ini sangat bagus dijelaskan juga beberapa contoh pasien yang perlu segera
ditangani pada warna triase tersebut.
Menurut saya videonya dalam pengambilan gambar kurang jelas, suaranya pun
kurang jelas. Pada saat dokter memeriksa luka pasien kurang terlihat karena tidak
tersorot kamera. Dalam penyampaian TTV sudah jelas,dalam menangani pasien
perawat cukup bagus dan selanjutnya luka pun ditutup agar tidak terkontaminasi dengan
bakteri.
Sekian komentar saya, apabila ada salah kata mohon maaf. Terimakasih