Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANAJEMEN KGD PADA

ASKEP DENGAN TRAUMA ABDOMEN

Disusun oleh :

Nama : Arnetta Mayasavira P.

NIM : 920173054

Kelas : 3B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

Jln. Ganesha 1 Purwosari Kudus

Tahun Ajaran 2019/2020


Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat tepat waktu.
membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk pembaca.

Kudus, 27 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut
pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal.
Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis
berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan
sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.

Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa
yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga membungkus
organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.

Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti


sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ
yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung (gaster),
usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap
dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran
kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti
limpa (lien).

Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik


akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang
sering berpa tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan,
infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah
peritonitis.

Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya
jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat
disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan
velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ.
Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ
multipel.

Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena


injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin
hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih
banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya
lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik
diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma
tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini
diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.

Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala


dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat
kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

B. Rumusan Masalah

a. Apa definisi trauma abdomen ?


b. Apa klasifikasi trauma abdomen ?
c. Apa etiologi trauma abdomen ?
d. Bagaimana patofisiologi trauma abdomen ?
e. Apa manifestasi kinis trauma abdomen ?
f. Apa saja komplikasi dari trauma abdomen ?
g. Apa Pemeriksaan medis pada trauma abdomen ?
h. Apa penatalaksanaan trauma abdomen ?
i. Bagaimana asuhan keperawatan trauma abdomen ?

C. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui definisi dari trauma abdomen.


b. Untuk mengetahui klasifikasi trauma abdomen.
c. Untuk mengetahui etiologi. trauma abdomen.
d. Untuk mengetahui patofisiologi trauma abdomen.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis trauma abdomen.
f. Untuk mengetahui komplikasi trauma abdomen.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan medis. trauma abdomen.
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan. trauma abdomen.
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan trauma abdomen.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen


yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama
organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus
besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen.
(Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2011).

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional


(Dorland, 2011).

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011).

Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 2012).

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,
kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 2011).

B. Klasifikasi

Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :


1. Kontusio dinding abdomen

Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat


cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah
dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.

2. Laserasi

Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,
kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2012)
terdiri dari:

a. Perforasi organ viseral intraperitoneum


Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera
pada dinding abdomen.

b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen

Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli


bedah.

c. Cedera thorak abdomen

Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri


diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

C. Etiologi

Menurut (Hudak & Gallo, 2011) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan
yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul
lainnya.

Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit
menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.

Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :

1. Paksaan /benda tumpul

Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum.


Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau
pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan,
ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas.

2. Trauma tembus

Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum.


Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka
tembak..

D. Patofisiologi

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat


kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor–faktor
fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi
berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh
yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan
yang menghentikan tubuh juga penting.

Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua
keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya
yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap
permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang
disebabkan beberapa mekanisme:

1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan
dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar
dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.

2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae
atau struktur tulang dinding thoraks.

3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya


robek pada organ dan pedikel vaskuler..
Pathway

Trauma paksa (jatuh, benda Trauma benda tajam (Pisau,


tumpul, kompresi dll) peluru, dll)

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & Viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Trauma Abdomen

Trauma Tajam Trauma Tumpul

Kerusakan Kerusakan organ Kerusakan Kompresi organ abdomen


Jaringan Kulit abdomen jaringan vaskuler

Perdarahan intra
Luka terbuka Perforasi lapisan Perdarahan abdomen
abdomen(Kontusio,
Laserasi, jejas,
hematoma) Resiko Peningkatan TIA
Resiko kekurangan
infeksi volume cairan Distensi Abdomen

Nyeri akut
Syok Mual/muntah
Hipovilemik
Kerusakan
integritas kulit Resiko ketidak
seimbangan nutrisi
E. Manifestasi klinis

Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut


Sjamsuhidayat (2011), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi
abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh,
nyeri spontan.

Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:

1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen


2. Terjadi perdarahan intra abdominal.
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus
tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual,
muntah, dan BAB hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding
abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
6. Terdapat luka robekan pada abdomen.
7. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
8. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan/memperparah
keadaan.
9. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.

Menurut (Hudak & Gallo, 2010) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :

1. Nyeri
2. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul
di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
3. Darah dan cairan
4. Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
5. Cairan atau udara dibawah diafragma
6. Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat
pasien dalam posisi rekumben.
7. Mual dan muntah
8. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)

9. Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.

F. Komplikasi

Menurut smaltzer ( 2011), komplikasi dari trauma abdomen adalah :


1. Hemoragi
2. Syok
3. Cedera
4. Infeksi

G. Pemeriksaan penunjang

1. Foto thoraks

Untuk melihat adanya trauma pada thorak.

2. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus


menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit
yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus
halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.

3. Plain abdomen foto tegak

Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro


perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.

4. Pemeriksaan urine rutin

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.


Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran
urogenital.

5. VP (Intravenous Pyelogram)

Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma
pada ginjal

6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila
ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).

a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:


- Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
- Trauma pada bagian bawah dari dada
- Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
- Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
alkohol, cedera otak)
- Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)

- Patah tulang pelvis


b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut:
- Hamil
- Pernah operasi abdominal
- Operator tidak berpengalaman

- Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan

7. Ultrasonografi dan CT Scan

Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan


disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.

Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis

Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk


menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga
peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5
menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.

b. Pemeriksaan Laparoskopi

Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung


sumber penyebabnya.

c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

H. Penatalaksanaan

Menurut Smeltzer, (2012) penatalaksanaan adalah :

1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga


peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen
3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma tumpul
bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat yang
meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya
memerlukan pembedahan
6. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan
kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah tertentu, tetapi
yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan itu sendiri
7. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan mengisolasikan
bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah
perdarahan teratasi.
Sedangkan menurut (Hudak & Gallo, 2011). penatalaksanaannya adalah :

1. Pre Hospital

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam


nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka
trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan
prosedur ABCDE jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka
dan bersihkan jalan napas.

1.) Airway
Membuka jalan nafas menggunakan teknik head tilt chin lift atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Mutahan, makanan, darah, atau
benda asing lainnya.
2.) Breathing
Memeriksa pernafasan dengan cara “ lihat, dengar, rasakan”, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien.
3.) Circulation
Mengecek denyut nadi dan tekanan darah
4.) Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara tepat. Yang dinilai
disini adalah tingkat kesadaan, ukuran dan reaksi pupil
5.) Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakainnya dengan cara menggunting
untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap dan visualisasi head
toe toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma abdomen penetrasi. Ini
termasuk bagian bokong, bagian posterior dari kaki, kulit kepala, bagian
belakang leher dan perineum . setelah pakaian dibuka penting penderita
diselimuti agar penderita tidak kedinginan.
a. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul):

-Stop makanan dan minuman

-Imobilisasi

-Kirim kerumah sakit

b. Penetrasi (trauma tajam)

- Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak
boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.

-Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain
kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak
memperparah luka.
-Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar
dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.

-Imobilisasi pasien.

-Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.

-Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.

-Kirim ke rumah sakit.

2. Hospital

a. Trauma penetrasi

Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
masuk dan luka keluar yang berdekatan.

b. Skrinning pemeriksaan rontgen

Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan


hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra
peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan
jalan peluru atau adanya udara retro peritoneum.

c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk


mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada

d. Uretrografi

Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.

e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada:

-Fraktur pelvis

-Trauma non – penetrasi

3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:

a. Pengambilan contoh darah dan urine

Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan


laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti
pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen

Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis


adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi
trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro
peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan
laparotomi segera.

c. Study kontras urologi dan gastrointestinal


Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendensatau decendens dan dubur.
I. ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN
A. Pengkajian

a. Pengkajian Primer
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi
kejadian. Paramedic mungkin harus melihat.apabila sudah ditemukan luka
tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian
awal dilakukan prosedur ABCD jika ada indikasi, jika korban tidak berespon
maka segera buka dan bersihkan nafas.
1.Airway
Membuka jalan nafas menggunakan teknik head tilt chin lift atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Mutahan, makanan, darah, atau
benda asing lainnya.
2.Breathing
Memeriksa pernafasan dengan cara “ lihat, dengar, rasakan”, selanjutnya
pemeriksaan status respirasi klien.
3.Circulation
Mengecek denyut nadi dan tekanan darah
4.Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara tepat. Yang dinilai
disini adalah tingkat kesadaan, ukuran dan reaksi pupil
5.Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakainnya dengan cara menggunting
untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan lengkap dan visualisasi
head toe toe pasien adalah wajib pada pasien dengan trauma abdomen
penetrasi. Ini termasuk bagian bokong, bagian posterior dari kaki, kulit
kepala, bagian belakang leher dan perineum . setelah pakaian dibuka penting
penderita diselimuti agar penderita tidak kedinginan.
b. Pengkajian Sekunder

Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2011), adalah :

1. Aktifitas/istirahat
- Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
- Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera
(trauma)
2. Sirkulasi

-Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), polanapas (hipoventilasi,


hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
-Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)

-Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.

4. Eliminasi

-Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami


gangguan fungsi.

5. Makanan dan cairan


-Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera makan.

-Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.

6. Neurosensori.
-Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo

-Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status


mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.

7. Nyeri dan kenyamanan


-Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.

-Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.

8. Pernafasan

-Data Subyektif : Perubahan pola nafas.

9. Keamanan
-Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.

-Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada klien dengan trauma abdomen adalah
(NANDA II 2015-2017)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.

4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.
C. Perencanaan keperawatan
No.Dx Tujuan Rencana Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — untuk mengidentifikasi
keperawatan — Kaji tanda-tanda vital. defisit volume cairan.
diharapkan volume — mengidentifikasi
cairan tidak — Pantau cairan keadaan perdarahan,
mengalami parenteral dengan serta Penurunan
kekurangan. elektrolit, antibiotik sirkulasi volume cairan
dan vitamin menyebabkan
Kriteria hasil:
kekeringan mukosa dan
 Intake dan output pemekatan urin. Deteksi
seimbang dini memungkinkan
 Turgor kulit baik terapi pergantian cairan
 Perdarahan (-) segera.
— awasi tetesan untuk
— Kaji tetesan infus. mengidentifikasi
kebutuhan cairan.
Kolaborasi : — cara parenteral
— Berikan cairan membantu memenuhi
parenteral sesuai kebutuhan nuitrisi
indikasi. tubuh.
— Mengganti cairan dan
— Cairan parenteral ( IV elektrolit secara adekuat
line ) sesuai dengan dan cepat.
umur. — menggantikan darah
— Pemberian tranfusi yang keluar.
darah.
2. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji karakteristik
keperawatan nyeri. — Mengetahui tingkat
diharapkan nyeri — Beri posisi semi nyeri klien.
dapat hilang atau fowler. — Mengurngi kontraksi
terkontrol. — Anjurkan tehnik abdomen
manajemen nyeri — Membantu mengurangi
Kriteria hasil: seperti distraksi rasa nyeri dengan
— Managemant mengalihkan perhatian
 Skala nyeri 0
lingkungan yang — lingkungan yang
 Ekspresi tenang
nyaman. nyaman dapat
memberikan rasa
— Kolaborasi pemberian nyaman klien
analgetik sesuai — analgetik membantu
indikasi. mengurangi rasa nyeri.
3. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tanda-tanda — Mengidentifikasi
keperawatan infeksi. adanya resiko infeksi
diharapkan infeksi lebih dini.
tidak terjadi. — Kaji keadaan luka. — Keadaan luka yang
diketahui lebih awal
Kriteria hasil: dapat mengurangi
resiko infeksi.
 Tanda-tanda
— Kaji tanda-tanda vital. — Suhu tubuh naik dapat
infeksi (-)
di indikasikan adanya
 Leukosit 5000-
proses infeksi.
10.000 mm3
— Lakukan cuci tangan — Menurunkan resiko
sebelum kntak dengan terjadinya kontaminasi
pasien. mikroorganisme.
— Lakukan pencukuran — Dengan pencukuran
pada area operasi klien terhindar dari
(perut kanan bawah infeksi post operasi
— Perawatan luka — Teknik aseptik dapat
dengan prinsip menurunkan resiko
BAB IV

PENUTUP
A. Keimpulan

Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga


abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen,
terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus
halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur
abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan,
kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat. 2011. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
3. Hudak & Gallo. 2011. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
4. Suddarth & Brunner. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Memberikan komentar dari beberapa video

1.Untuk stimulasi kegawatan pasien pada sitem pencernaan

Menurut saya dalam video tersebut penanyayangan pada bagian ppt yang ada
penjelasan terlalu cepat, membuat penonton yang melihat jadi tidak terfokus untuk
membaca karena waktunya terlalu cepat. Yang jadi peran ibu juga sangat
menjiwai,mungki dalam video ini seorang ibu kurang pengetahuan dan ibu jadi panic
mengetahui anaknya keracunan.

Pemeran perawat juga tidak menjelaskan berapa nilai dari tekanan darah pasien,
perawat hanya mengatakan tensinya rendah.

2.Penanganan TRIASE di IGD dari kelompok 1 RSUD RA Kartini

Menurut saya pembawaannya sudah sesuai,pengambilan gambarnya juga sudah jelas


namun suaranya kurang keras. Golongan triase juga dijelaskan secara detail dan mudah
dipahami, yang pertama nilai yang paling gawat berwarna merah, selanjutnya warna
kuning untuk pasien yang mengalami luka ringan, dan warna hijau.yang terakhir warna
hitam untuk pasien keadaan meninggal. Saat penangan perawat tidak menjelaskan terapi
apa yang diberikan kepasien.

Video ini sangat bagus dijelaskan juga beberapa contoh pasien yang perlu segera
ditangani pada warna triase tersebut.

3.Cara mengatasi kegawat daruratan luka bakar (system integument )

Menurut saya videonya dalam pengambilan gambar kurang jelas, suaranya pun
kurang jelas. Pada saat dokter memeriksa luka pasien kurang terlihat karena tidak
tersorot kamera. Dalam penyampaian TTV sudah jelas,dalam menangani pasien
perawat cukup bagus dan selanjutnya luka pun ditutup agar tidak terkontaminasi dengan
bakteri.

Sekian komentar saya, apabila ada salah kata mohon maaf. Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai