PERENCANAAN BENDUNGAN
URUGAN
ZAINUDDIN
• Nama : Zainuddin
• TTL : Boyolali, 19-3-1952
• Jabatan : - Widyaiswara LB
- Tenaga ahli Balai Bendungan
PENGERTIAN:
• BENDUNGAN ADALAH BANGUNAN YANG
BERUPA URUGAN TANAH, URUGAN BATU,
BETON DAN/ATAU PASANGAN BATU YANG
DIBANGUN UNTUK MENAMPUNG AIR,
LIMBAH TAMBANG ATAU LUMPUR
SEHINGGA TERBENTUK WADUK (PP 37/2010).
• YANG DIMAKSUD DENGAN “BENDUNGAN”
TIDAK HANYA TUBUH TIMBUNAN SAJA,
TETAPI JUGA BANGUNAN PELENGKAPNYA
SEPERTI BANGUNAN PELIMPAH,
BANGUNAN SADAP, BENDUNGAN
SADEL/TANGGUL BESERTA FONDAI DAN
TUMPUAN.
April 2016 ZAIN 6
• WADUK : WADAH BUATAN YANG TERBENTUK
SEABAGAI AKIBAT DIBANGUNNYA BENDUNGAN
• KEGAGALAN BENDUNGAN: KERUNTUHAN
SEBAGAIAN ATAU SELURUH BENDUNGAN ATAU
BANGUNAN PELENGKAPNYA DAN/ATAU KERUSAKAN
YANG MENGAKIBATKAN TIDAK BERFUNGSINYA
BENDUNGANENDUNGAN
• INSTANSI TEKNIS KEAMANAN BENDUNGAN :
INSTANSI YANG BERTUGAS MEMBANTU MENTERI
DALAM PENANGANAN KEAMANAN BENDUNGAN
KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN
• UNIT PELAKSANAN TEKNIS BIDANG KEAMANAN
BENDUNGAN : UNIT YANG DIBENTUK UNTUK
MEMBERI DUKUNGAN TEKNIS KEPADA INSTANSI
KEAMANAN BENDUNGAN BALAI BENDUNGAN
Skip 57
Pada jam 10:30 - 11 AM. Debit bocoran melarutkan material timbunan, tindakan
darurat untuk menutup bocoran dilakukan dengan bulldozer D-9 namun tidak
berhasil (Foto oleh Mrs. Eunice Olson, 5 Juni 1976).
April 2016 ZAIN 26
Bendungan Teton (Amerika Serikat) runtuh 5 Juni 1976
Skip 27
Ribuan Hektar
lahan pertanian
tergenang oleh
material tailing
yang beracun
V > 100.000 m3
H =2,5 ~10 m;
BANGUNAN S<500.000 m3 ?
PENAHAN AIR
RISIKO RENDAH
PEMBANG
KRETERIA DESAIN?
dan REHAB,
(Q=500~1000 th; W>1,0 m)
LAPORKAN
BENDUNGAN KE MENTERI
EMBUNG KECIL
LAIN DTA<1 km2 ,off stream PU /KKB
H= Tinggi bendunan diukur
dar idasar galian pondasi Tipe Urugan H <10 m OK
S= Storage Pasangan/beton H<6m
L= Panjang puncak bendungan
KRETERIA DESAIN:
Q=50~100 th;
BAGAN KONSEP PENERAPAN W>0,5 m + settlemen 0,25m
PERATURAN KEAMANAN
BENDUNGAN EMBUNG PERTANIAN
H =2,5 ~3m; S<500m3
April 2016 ZAIN 46
April 2016 ZAIN 47
April 2016 ZAIN 48
April 2016 ZAIN 49
EMBUNG KONSERVASI AIR - PERTANIAN
Skip 59
Perizinan: Studi:
- Inventarisasi potensi SDA - SIPA pengada
- Daya dukung SDA
- Prinsip an tanah,
- Rencana tata ruang -----------
-Inventarisasi kebutuhan air - Lokasi
+Amdal
-Kemampuan dana
- Kelestarian hayati air PERENC TEKNIS /
Persiapan pembangunan
DESAIN RINCI
Perencanaan pembngn
April 2016 ZAIN 66
Skip 55 : Bab III
2.4 PERSETUJUAN DAN PERIJINAN
PERSETUJUAN DAN PERIJINAN YANG DI SYARATKAN DALAM
PEMBANGUNAN BENDUNGAN antara lain:
1. IZIN PENGGUNAAN SDA ( ps 9 PP 37/2010),
3. SERTIFIKAT/PERSETUJUAN AMDAL
4. PERSETUJUAN DESAIN dan IZIN PELAKS KONSTRUKSI
5. IZIN PENGISIAN AWAL WADUK
(utk bendungan limbah tambang oleh KLH)
6. IZIN OPERASI (utk bendungan limbah tambang oleh KLH)
Kombinasi beban:
Beban “usual” +
Kombinasi beban: beban gempa OBE
a). Berat sendiri,
b). Hydrostatic PMF
c). silt,
d). uplift,
e). tail water
Kombinasi beban:
Beban “usual” +
beban gempa
MDE/MCE
d. Geologi
Umumnya bendungan urugan dapat dibangun pada semua jenis
pondasi, kecuali tipe sekat dengan material batu (CFRD) tidak cocok
dibangun pada batuan yang sudah berubah bentuk dan batuan lunak.
Pondasi tanah, paling sesuai untuk tipe urugan tanah homogeen.
Pondasi pasir kerikil yg lolos air, dapat menggunakan tipe urugan
homogeen atau zonal yang dikombinasi dengan blankit kedap air
atau dinding halang (cut-off wall).
Pondasi batuan yang kuat, dengan lembah sempit cocok untuk
bendungan beton gaya berat, bila lereng tumpuan batuannya cukup
keras pula cocok untuk bendungan beton pelengkung (arch dam).
PEMANTAUAN,
KEAMANAN KESIAPSIAGAAN
PEMELIHARAAN
STRUKTUR &OPERASI
TINDAK DARURAT
Dengan gempa tanpa kerusakan, digunakan Hanya pada timbunan tanpa data lab. & 1,30 1,20
50% koef. gempa desain dengan/tanpa pengawasan instrumen
(parameter desain diambil konservatif)
2. Total Tanpa pengawasan instrumen 1,30 1,20
Untuk itu perlu dilakukan survei dan investigasi agar diperoleh desain calon
bendungan yang baik.
SURVAI TOPOGRAFI:
LOKASI BENDUNGAN, DAERAH GENANGAN,
DAERAH GALIAN MATERIAL, FASILITAS
PENDUKUNG, PEMBEBASAN LAHAN,
PEMUKIMAN KEMBALI, PELAKS KONSTRUKSi, DAS, DLL.
INVESTIGASI GEOLOGI:
- PONDASI (bendungan, bangunan pelengkap, waduk )
- BAHAN TIMBUNAN (123)
- STUDI GEMPA
INVESTIGASI HIDROLOGI:
KEBUTUHAN AIR, KETERSEDIAAN AIR, DEBIT
BANJIR, SEDIMENTASI, TINGGI JAGAAN
SURVAI YANG LAIN : LINGKUNGAN, MORFOLOGI SUNGAI, BENTANG
ALAM, DLL.
TAHAPAN SURVAI INVESTIGASI (SURVIN):
- PEMILIHAN ALT + SURVIN AWAL/desain pendahuluan tahap studi
kelayakan
- SURVIN
April 2016 RINCI ZAIN
tahap desain rinci 181
- SURVIN TAMBAHAN tahap pelaks konstruksi
6.2. SURVAI TOPOGRAFI
Tujuan:
• Memperkirakan calon volume waduk
• Menentukan tipe dan kedudukan calon bdgn
dan bangunan pelengkap;
• Menentukan luas daerah yang akan
dibebaskan
• Memperkirakan volume cadangan bahan
timbunan.
• Memperkirakan luas DAS (dari peta 1:50.000
~1:25.000 Bakosurtanal).
Referensi koordinat dan ketinggian: gunakan
sistem koordinat nasional
5. Disamping itu juga informasi mengenai: air permukaan dan air tanah,
kemungkinan adanya goa-goa (cavities), depression, terowongan
tambang, dll.
• Material batu:
- sound (utuh tanpa cacat)
- bersih
- segar/bebas dari lapukan
• .
April 2016 ZAIN 195
April 2016 ZAIN 196
Investigasi dan Uji material timbunan bendungan urugan
Uji Sifat Berat spesifik (Gs) O O O O O O Ukuran butiran kurang dari 4,76 mm
Fisik 1)
Kandungan air (Wn) O O O O O O Untuk material lulus air, lunak,
batuan berbutir halus yang
Analisis butiran (m%) O O O O + O cenderung retak dan slaky, harus
diambil samplenya 1)
Batas cair (Wi) O O + O + + 1): sample termasuk tanah berbutir
halus yang diuji pada kondisi tidak
Batas plastis (Wp) O O + + + + kering
Kandungan organic + + +
Uji lapangan + + + +
Dipersion + +
Lain-lain + + + + + +
6.6.1 UMUM
Analisis dilakukan untuk mendapatkan besaran mengenai:
1). Kebutuhan air
2). Ketersediaan air/water availability: 80% (irigasi), 90% (PLTA), 98% (air
baku)
3). Banjir desain: PMF, Q1000 , Q100, Q50, Q20, Q10 , Q2 tergantung
keperluan dalam bentuk hidrograf banjir
4). Tinggi jagaan
5). Laju sedimentasi waduk, dll
HSS Nakayasu
5,0
HSS Snyder
DEBIT ( m3/dt/mm )
4,0
HSS SCS
3,0
HSS Gam a I
2,0
1,0
0,0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
WAKTU ( jam )
Keterangan :
• Hw = tinggi gelombang akibat angin (menurut Molitor Stevenson)
• Hs = peningkatan tinggi muka air akibat angin (wind set up),
• Hr = tinggi rayapan gelombang (wave run-up),
• He = tinggi gelombang akibat gempa,
• hu = tinggi cadangan ketidak pastian, diambil 0,5 – 1,0 m,
• hc = tinggi cadangan akibat konsolidasi.
yang aman
Weak layer
Dengan gempa tanpa kerusakan, digunakan Hanya pada timbunan tanpa data lab. & 1,30 1,20
50% koef. gempa desain dengan/tanpa pengawasan instrumen
-.
1 3 1
3 2
1 3 1
2
1 3 1
2
Sifat fisik, antara lain : berat spesifik (Gs), berat isi ( n), kadar air (Wn),
analisis butiran (m%), batas-batas Atterberg, hidrometer.
Sifat mekanik / teknik antara lain : uji geser langsung (c,D), konsolidasi (Cc,
Cv, Es), triaksial : consolidated undrained, unconsolidated, consolidated
drained. Uji permeabilitas, dan bila perlu uji Erodibility atau slake durability
test.
• Sifat mekanik :
• selalu : uji desak bebas (unconfined compressive strength), modulus
deformasi (elastis), nilai poison
• sering kali : triaksial-konstanta kekuatan batuan (c, ), modulus
deformasi, nilai poison; geser langsung; uji kuat tarik Brasilian
• bila perlu : uji kekerasan restitusi (Shore Hardness test atau Schmid
Hammer test).
• Material batu:
- sound (utuh tanpa cacat)
- bersih
- segar/bebas dari lapukan
• .
April 2016 ZAIN 295
April 2016 ZAIN 296
Investigasi dan Uji material timbunan bendungan urugan
Uji Sifat Berat spesifik (Gs) O O O O O O Ukuran butiran kurang dari 4,76 mm
Fisik 1)
Kandungan air (Wn) O O O O O O Untuk material lulus air, lunak,
batuan berbutir halus yang
Analisis butiran (m%) O O O O + O cenderung retak dan slaky, harus
diambil samplenya 1)
Batas cair (Wi) O O + O + + 1): sample termasuk tanah berbutir
halus yang diuji pada kondisi tidak
Batas plastis (Wp) O O + + + + kering
Kandungan organic + + +
Uji lapangan + + + +
Dipersion + +
Lain-lain + + + + + +
• .
BATAS CAIR (LL): KADAR AIR TANAH PD BATAS ANTARA KEADAAN CAIR
DAN KEADAAN PLASTIS/BTS ATAS DAERAH PLASTIS, DPT DIKETAHUI DG
UJI LAB.
BATAS PLASTIS (PL): KADAR AIR TANAH PADA BATAS BAWAH DAERAH
PLASTIS. DPT DIKETAHUI DG UJI INDEK PLASTIS PI = LL – PL
BATAS ATTERBERG MERUPAKAN FAKTOR PENTING UTK MENGETAHUI
SIFAT TEKNIS TANAH BERBUTIR HALUS. HASIL ANALISIS BATAS
ATTERBERG SEBAIKNYA DIPLOT PD GRAFIK PLASTISITAS USCS DAN
DIKAJI SIFAT TEKNISNYA
April 2016 ZAIN 300
April 2016 ZAIN 301
April 2016 ZAIN 302
Tanah lempungan untuk timbunan tubuh bendungan, disyaratkan memiliki
permeabilitas yang rendah, tapi juga kuat geser yang tinggi dan tahan terhadap
erosi. Diagram dibawah, memperlihatkan sifat ketahanan erosi tanah lempungan
berdasar hubungan antara batas cair (wL) dengan indeks plastis (Ip).
wL IP Kandungan
(%) (%) pasir (%)
Sifat permeabilitas tanah, tergantung kandungan fraksi halusnya ( lolos saringan no.200)
Bila kandungan fraksi halus < 7 %, tanah bersifat lolos air; bila ≥ 50%, plastisitas-nya
sangat tinggi dan mudah longsor tidak dapat digunakan.
Kuat geser S = c + (σ-u) tanØ dipengaruhi oleh gradasi, kadar air, kepadatan
Catatan : 1) Hasil FS JICA untuk borrow area D1 berupa tanah lanauan dengan plastisitas rendah (ML) dengan IP =12% tidak
disarankan tidak digunakan.
2) Hasil “ KOICA 2005” yang banyak mengandung gravel dan pasir (A2; D2 dan D3) tidak direkomendasikan.
y/H
7.2.1 Umum
Beban yang bekerja pada bendungan urugan, terdiri dari:
• Berat sendiri tubuh bendungan
• Tekanan hidrostatis
• Tekanan pori
• Beban gempa
G=WxV
p = w0 x h
dimana : p = tekanan hidrostatis
w0 = berat satuan
7.2.4 Tekanan Air Pori
Tekanan air pori diperhitungkan bekerja tegak lurus bidang gelincir. Pada analisis
stabilitas tubuh bendungan, tekanan pori setidak-tidaknya diperhitungkan pada tiga
kondisi, yaitu: akhir konstruksi, muka air normal dan surut cepat.
Pada akhir konstruksi, tekanan pori lazim diasumsi = 50% berat material diatas titik
yang ditinjau, pada m.a.n. sesuai rembesan yang berkembang dan pada surut
cepat diperhitungkan tekanan pori residual.
F=gxk
dimana : F = gaya gempa
g = berat tubuh bendungan
k = koefisien gempa
7.3.1. Umum
Perhitungan stabilitas timbunan tanah dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu :
• Cara keseimbangan batas (limit equilibrium method) circular
slip surface / sliding circle, wedge
• Cara elemen hingga (Finite Elemen Method)
Pada cara keseimbangan batas, perlu diperhatikan pola-pola
keruntuhan yang terjadi, yaitu :
• Daya dukung (bearing capacity) terlampaui
• Keruntuhan internal (internal stability)
• Keruntuhan fondasi (fondation stability)
• Keruntuhan keseluruhan (overall stability)
Untuk pondasi tanah lunak, ke empat pola keruntuhan tersebut
dapat terjadi, sedang untuk pondasi tanah keras atau batuan
biasanya hanya terjadi keruntuhan internal pada timbunan.
Lereng U/S dan D/S Idem hanya tanpa pengawasan 1,40 1,20
instrumen
Dengan gempa tanpa kerusakan, digunakan Hanya pada timbunan tanpa data lab. & 1,30 1,20
50% koef. gempa desain dengan/tanpa pengawasan instrumen
3. Pengoperasian waduk tergantung : 1. Efektif Surut cepat dan dari elevasi muka air 1,30 1,10
1. Elevasi muka air maks. di udik normal sampai muka air minimum.
2. Elevasi muka air min. di udik Lereng U/S dan D/S
(dead storage)
Lereng U/S harus dianalisis untuk kondisi surut Surut cepat dari muka air maks. sampai 1,30 -
cepat muka air min. Pengaruh gempa diambil
0% dari koef. Gempa desain
4. Luar biasa tergantung : 1. Efektif Surut cepat dari elevasi muka air 1,20 -
1. Pembuntuan pada sistim maksimum sampai muka air terendah
drainase bangunan pengeluaran.
2. Surut cepat karena penggunaan Pengaruh gempa diabaikan
air melebihi kebutuhan
April 2016
3. Surut cepat keperluan gawat ZAIN 315
darurat
Kondisi Selesai Pembangunan
Bidang Longsor
Hilir
Udik
1 3 1
3 2
1 3 1
2
1 3 1
2
1 3 1
2
Air Waduk
Diturunkan 1 3 1
2
Nilai SF pada ruas kanan harus ditentukan secara iteratif berdasarkan perhitungan SFj-1
dari perhitungan sebelumnya.
dengan keterangan :
I = berat isi penampang/irisan ke-i (kN/m3),
hi = tinggi irisan ke-i (m),
ui = gaya akibat tekanan air pori dari irisan ke-i.
Keterangan simbol lain sama dengan simbol pada metoda baji dibawah.
tan i C i bi tan i
Pwi Wi ( Sin i Cos i .
Ei Ei SF SF SF
1
tan i
Cos i Sin i
SF
dengan keterangan :
i = banyak penampang yang ditinjau
Ei = gaya horisontal pada penampang ke-i (kN)
Pwi = gaya tekanan air pori tegak lurus permukaan penampang ke-i (kN)
Øi = sudut geser dalam dari bidang longsor penampang ke i (…0)
SF = faktor keamaman
Ci = kohesi dari penampang ke-i (kPa)
bi = lebar penampang ke-i (m)
n n
……. (1) ………..(2)
Pi .Cos 0 Pi .Sin 0
i 1 i 1
n
Pi 0
i 1
n
Pi .Cos i 0
i 1
adalah sudut longsor irisan ke-i ; analisis dilakukan beberapa kali dengan memasukkan variasi
I
sudut . Faktor keamanan SF dapat diperoleh dengan menggambarkan hubungan antara SF
sebagai fungsi dari . SF yang dihitung dari rumus (9) adalah SFj dari rumus (10) menghasilkan
SFm. Dengan membuat grafik SFj terhadap ; perpotongan grafik tersebut menghasilkan SF yang
memenuhi keseimbangan. Metoda Spencer ini juga dapat digunakan untuk bidang kelongsoran
berbentuk non-sirkular.
1 4 4 M itte l p u n kte d e fi n ie r t.
3 4 9 8 sl ip c ir cl e s w e re in ve s tig a te d . 1.8 8
D IN 4 0 8 4 (o l d )
m i n = 1 .2 8 1.7 6
2 00
x m = 4 6 .6 7 m
y m = 1 4 2 .6 9 m 1.6 4
R = 5 4 .2 4 m
C o n so l id a tio n tim e = 5 0 .0 d a ys
1.5 2
1 80 C o n s o lid a t io n la y e r 1 : ve r tic a l d r a in / d e = 1 .3 1 / rw = 0 .0 7 / E s = 5 0 0 .0 / k = 8 .5 8 E - 7 / S e ttle m e n t d u ra ti o n = 1 .0
c pw 1.4 0
S o il D
Dee s ig n a ti o n
[°] [kN /m ² ] [kN /m ³ ] [- ]
2 1 .5 7 2 5 .7 2 1 8 .0 7 0 .0 0 T im b u n a n 1.2 8
1 60 9 .5 0 5 .5 0 1 5 .3 6 0 .0 0 CH
2 2 .0 0 0 .0 0 1 9 .0 0 0 .0 0 P a si r
1.1 6
1. 28
1.0 4
1 40
0.9 2
0.8 0
1 20
0.6 8
0.5 6
55. 0(1)
0.4 4
0.3 2
80
0.2 0
w w
0 20 40 60 80 10 0 12 0 14 0 16 0 18 0 2 00 2 20
Masalah lain, apabila tidak dilakukan perbaikan yang tepat dapat terjadi:
- defferential settlement yang besar
- settlement yang besar yang berakibat berkurangnya tinggi jagaan,
retakan, longsoran, kerusakan pada sistem instrumentasi, dll
- munculnya daerah basah pada daerah yang lunak dipondasi,
sehingga timbul piping atau bocoran yang membawa material pondasi
atau bendungan.
12
10
8
6
4
2
0
1 2 2 4 5 8 20 21 22 23 24 27 30 40 42 42 44 45 48 60 61 62 63 64 67 70 80
Waktu (Hari)
b). nilai banding antara kecepatan kritis (Vc) dan kecepatan keluaran Vx (exit
velocity), Fk = Vc/Vx > 4
Vc dpt dihitung dengan rumus Justin Vc= √ ( s.g/ w.A); Vx= k.Ie
April 2016 ZAIN 352
Debit rembesan :
dapat dihitung dengan rumus Darcy: q=k.i.A
q = debit;
k=permeabilitas;
i=gradien hidrolik i=h/l;
A=luas penampang
Nf
Qf *K *H*B
Np K= Kh * K v
dengan:
Qf = kapasitas aliran filtrasi (m3/det)
Nf = jumlah trayektori aliran filtrasi H = tinggi tekan air total
Np = jumlah garis ekipotensial B = panjang dasar tubuh bendung
K = koefisien filtrasi Kh = nilai permeabilitas (cm/det)
Keterangan :
k : koefisien permeabilitas [cm/s];
C : konstanta = 1, berlaku untuk pasir dan kerikil bergradasi
seragam, tanpa sementasi dan bersih (lanau dan lempung
< 5%);
D10 : ukuran butir yang lewat saringan 10 % pada kurva gradasi
material (mm).
q = kh2/2 L
dimana :
k = permeabilitas dari material drain,
L = panjang drain,
q = debit rembesan per meter lebar drain( diukur melintang sungai).
drainase
vertikal
permukaan air Zona hilir lebih
kedap dari drain
drainase
horisontal
Muka air
freatik
k 2 h2 w
q2 =
L2
Dimana :
k2 : permeabilitas vertikal drain pada tinggi h2 ,
L2 : panjang horisontal drain, seperti pada gambar 5.3,
w : lebar drainase
Muka freatik
Urugan batu
rembesan
drainse horisontal
'
Ic Gs 1
FK 4 Ic I= h/l
Ie w 1 e
dengan :
FK : faktor keamanan (tanpa dimensi);
Ic : gradien keluaran kritis (tanpa dimensi);
Ie : gradien keluaran dari hasil analisis rembesan atau pembacaan
instrumen pisometer (tanpa dimensi);
’ : berat isi efektif (terendam) (t/m3);
w : berat isi air (t/m3);
Gs : berat spesifik (tanpa dimensi);
e : angka pori (tanpa dimensi);
h2
v k *i k*
l
v = kecepatan aliran filtrasi (m/det)
k = koefisien filtrasi (m/det)
i = gradient debit
h2 = tinggi tekanan air rata-rata (m)
l = panjang rata-rata berkas elemen aliran filtrasi pada bidang
keluarnya filtrasi (m)
nt Gs t
FK >2
wh (1 e) h
dengan :
n : berat isi material lapisan penutup kedap air (t/m3);
t : tebal lapisan tanah penutup (m);
h : tinggi tekanan pisometrik (m).
e : angka pori ;
Gs : berat spesifik;
w : berat isi air (t/m3).
Penurunan/settlement total S:
• S = S immeddiatelly + S primary + S second
• Rumus empiris untuk estimasi settlement awal S total =0,001 H1,5
April 2016 ZAIN 374
11. INSTRUMENTASI
• Untuk mengetahui perilaku tubuh bendungan dan pondasi, didalam
tubuh bendungan dan pondasi dipasang sistem pemantau atau
instrumentasi.
• Tujuan pemasangan: ada tiga macam yaitu untuk:
- pengendalian pelaksanaan konstruksi (khususnya untuk
pondasi tanah lunak)
- pemantauan perilaku bendungan jangka panjang pada
masa O&P.
- penelitian
• Jenis instumen: Secara garis besar dikelompokka menjadi:
- pemantau tekanan pori (berbagai jenis pisometer)
- pemantau deformasi (inklinometer, multi layer settlement, patok geser,
strain meter, joint meter, dll)
- pemantau rembesan (V notch)
Selain itu di bendungan tinggi juga sering dipasang instrumen untuk
memanatau “ancaman dari luar” berupa pemantau gempa SMA dan
hidro-meteorologi
TIDAK TERSEDIA
AKSES MENUJU
TOWER INTAKE
Ic (2.1)
FK 4
Ie
'
Gs 1
Ic
w 1 e
(2.2)
dengan :
FK : faktor keamanan (tanpa dimensi);
Ic : gradien keluaran kritis (tanpa dimensi);
Ie : gradien keluaran dari hasil analisis rembesan atau pembacaan instrumen
pisometer (tanpa dimensi);
’ : berat isi efektif (terendam) (t/m3);
w : berat isi air (t/m3);
Gs : berat spesifik (tanpa dimensi);
e : angka pori (tanpa dimensi);
s g
A w
Dengan :
V = kecepatan kritis,
t
n Gs t
FK
wh (1 e) h
2 (2.3)
dengan :
n : berat isi material lapisan penutup kedap air (t/m3);
t : tebal lapisan tanah penutup (m);
h : tinggi tekanan pisometrik (m).
e : angka pori ;
Gs : berat spesifik;
w : berat isi air (t/m3).
t
n Gs t
FK
wh (1 e) h
dengan :
n : berat isi material lapisan penutup kedap air (t/m3);
t : tebal lapisan tanah penutup (m);
h : tinggi tekanan pisometrik (m).
e : angka pori ;
Gs : berat spesifik;
w : berat isi air (t/m3).
Tekanan air pori yang tinggi di hilir fondasi bendungan dapat menimbulkan
tekanan angkat yang tinggi, sehingga terjadi pengangkatan atau peletusan
(upheavel atau blowup). Kondisi ini terjadi, jika terdapat lapisan fondasi lulus
air dibawah lapisan kedap air dalam kondisi aliran terkekang di bawah tubuh
bendungan. Kegagalan mulai terjadi, jika tekanan angkat di bawah lapisan
kedap air melebihi berat lapisan kedap air di atasnya, sehingga menyebabkan
bobolnya lapisan kedap tersebut dan terjadi peningkatan gradien keluaran.
April 2016 ZAIN 421
FAKTOR KEAMANAN TERHADAP
ALIRAN BULUH (PIPING)
Ic '
Gs 1
FK 4 Ic
Ie w 1 e
dengan :
• FK : faktor keamanan (tanpa dimensi);
• Ic : gradien keluaran kritis (tanpa dimensi);
• Ie : gradien keluaran dari hasil analisis rembesan atau pembacaan
instrumen pisometer (tanpa dimensi);
• ’ : berat isi efektif (terendam) (t/m3);
• w : berat isi air (t/m3);
• Gs : berat spesifik (tanpa dimensi);
• e : angka pori (tanpa dimensi);
k = C x D10
Keterangan :
k : koefisien permeabilitas [cm/s];
C : konstanta = 1, berlaku untuk pasir dan kerikil bergradasi seragam, tanpa
sementasi dan bersih (lanau dan lempung < 5%);
D10 : ukuran butir yang lewat saringan 10 % pada kurva gradasi material (mm).
q = k.i.A
dengan :
q : debit rembesan (m3/s);
i : gradien hidraulik (tanpa dimensi);
A : luas potongan yang ditinjau (m2)
k : koefisien permeabilitas (m/s).
i = H/L
H =April
tinggi
2016
beda tekan ZAIN 423
L = panjang litasan rembesan
April 2016 ZAIN 424
STRATEGI DESAIN
AGAR KEAMANAN BENDUNGAN TERPENUHI, PERLU DIPERHATIKAN
STRATEGI PENJYIAPAN DESAIN SBB:
.
TEAM LEADER
DAM ENGINEER
GENERALIST
DAM STRUCTURE
HYDROLOGIST GEODETIC ENG GEOLOGIST ENGINEER ENGINEER