Anda di halaman 1dari 427

PRINSIP

PERENCANAAN BENDUNGAN
URUGAN

ZAINUDDIN

JAKARTA 27 APRIL 2016

April 2016 ZAIN 1


TUJUAN PEMBELAJARAN
UMUM

SETELAH MENGIKUTI DIKLAT,


DIHARAPKAN PESERTA MAMPU
MEMAHAMI PRINSIP PERENCANAAN
BENDUNGAN URUGAN

April 2016 ZAIN 2


DATA PRIBADI

• Nama : Zainuddin
• TTL : Boyolali, 19-3-1952
• Jabatan : - Widyaiswara LB
- Tenaga ahli Balai Bendungan

April 2016 ZAIN 3


DAFTAR ISI:
1. PENDAHULUAN: desain harus aman, mematuhi NSPM
2. TAHAP PERENCANAAN BENDUNGAN: pola pengel SDA,
rencana pengel SDA, pra SK, SK (planning, desain pendahulu-
an), DD.
3. STUDI KELAYAKAN: tujuan SK, tinjauan teknik, ekonomi,
lingkungan; planning+basic design.
4. TUJUAN PEMBANGUNAN, PEMILIHAN LOKASI+TIPE: tujuan/
manfaat,tipe, pemilhn lokasi dan pemilihan tipe
5. KRETERIA POKOK dan STRATEGI DESAIN
6. SURVAI INVESTIGASI: Topografi (tujuan), Geoteknik (fondasi
bdgn, potensi longsoran&bocoran waduk, material), Hidrologi
7. FONDASI: Syarat fondasi, Jenis fondasi, kelebihan dan
kekurangan, perbaikan fondasi: batuan, pasir kerikil, tanah.
8. TUBUH BENDUNGAN: puncak (lebar, drains, camber),
pelindung lereng, filter dan transisi, zona kedap air.
9. ANALISIS DESAIN TUBUH BENDUNGAN: Beban; Analisis stab
lereng, Analisis dinamik, analisis deformasi, analisis rembesan.
10. INSTRUMENTASI : Jenis instrumen, jenis dan jumlah instrumen
yg diperlukan pada suatu bendungan.
11. Bangunan pelengkap
April 2016 ZAIN 4
Soal evaluasi
1. Jelaskan hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam
pemilihan tipe bendungan (19)
2. Jelaskan hal-hal yang jadi pertimbangan dalam
pemilihan lokasi bendungan
)

3. Jelaskan tujuan investigasi material (43)

4. Jelaskan macam-cam fondasi bendungan beserta


kelebihan dan kekurangannya.

2. Jelaskan langkah-langkah perumusan alternatif


pembangunan bendungan pada saat studi
kelayakan ( 14).
3. Jelaskan tiga kreteria pokok desain bendungan ( 29
Sebutkan jenis-jenis fondasi bendungan urugan
serta jelaskan kelebihan
April 2016
dan kekurangannya (58)
ZAIN 5
I. PENDAHULUAN (lanjutan)

PENGERTIAN:
• BENDUNGAN ADALAH BANGUNAN YANG
BERUPA URUGAN TANAH, URUGAN BATU,
BETON DAN/ATAU PASANGAN BATU YANG
DIBANGUN UNTUK MENAMPUNG AIR,
LIMBAH TAMBANG ATAU LUMPUR
SEHINGGA TERBENTUK WADUK (PP 37/2010).
• YANG DIMAKSUD DENGAN “BENDUNGAN”
TIDAK HANYA TUBUH TIMBUNAN SAJA,
TETAPI JUGA BANGUNAN PELENGKAPNYA
SEPERTI BANGUNAN PELIMPAH,
BANGUNAN SADAP, BENDUNGAN
SADEL/TANGGUL BESERTA FONDAI DAN
TUMPUAN.
April 2016 ZAIN 6
• WADUK : WADAH BUATAN YANG TERBENTUK
SEABAGAI AKIBAT DIBANGUNNYA BENDUNGAN
• KEGAGALAN BENDUNGAN: KERUNTUHAN
SEBAGAIAN ATAU SELURUH BENDUNGAN ATAU
BANGUNAN PELENGKAPNYA DAN/ATAU KERUSAKAN
YANG MENGAKIBATKAN TIDAK BERFUNGSINYA
BENDUNGANENDUNGAN
• INSTANSI TEKNIS KEAMANAN BENDUNGAN :
INSTANSI YANG BERTUGAS MEMBANTU MENTERI
DALAM PENANGANAN KEAMANAN BENDUNGAN
KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN
• UNIT PELAKSANAN TEKNIS BIDANG KEAMANAN
BENDUNGAN : UNIT YANG DIBENTUK UNTUK
MEMBERI DUKUNGAN TEKNIS KEPADA INSTANSI
KEAMANAN BENDUNGAN BALAI BENDUNGAN

Skip 57

April 2016 ZAIN 7


• BENDUNGAN DISAMPING MEMILIKI MANFAAT
YANG BESAR, JUGA MENYIMPAN POTENSI
BAHAYA YANG BESAR PULA. BENDUNGAN YANG
RUNTUH AKAN MENIMBULKAN BENCANA BANJIR
BANDANG YANG DAHSYAT YANG AKAN
MENIMBULKAN BANYAK KORBAN JIWA, HARTA
BENDA, FASILITAS UMUM DAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN YANG SANGAT PARAH DIDAERAH
HILIR.
• BENCANA YANG DITIMBULKAN OLEH
KERUNTUHAN BENDUNGAN TIDAK HANYA
TERJADI DILOKASI BANGUNAN SEPERTI
BANGUNAN GEDUNG, JEMBATAN DLL., TETAPI
MENYEBAR SAMPAI JAUH KEHILIR MENCAKUP
AREAL YANG LUAS.

April 2016 ZAIN 8


BENDUNGAN JATILUHUR
MEMILIKI MANFAAT UNTUK :
IRIGASI , AIR BAKU, PLTA, DLL

April 2016 ZAIN Skip 30 9


April 2016 ZAIN 10
April 2016 ZAIN 11
April 2016 ZAIN 12
April 2016 ZAIN 13
April 2016 ZAIN 14
BENDUNGAN CIRATA MEMILIKI MANFAAT UTAMA UNTUK PLTA

April 2016 ZAIN 15


April 2016 ZAIN 16
April 2016 ZAIN 17
April 2016 ZAIN 18
10Feb2016 ZAIN 19
April 2016 ZAIN 20
25/8/2015 ZN 21
6-Sep-15 ZAIN 22
April 2016 ZAIN 23
Skip BAB II hal 56

April 2016 ZAIN 24


Skip Bab IV hal 82
April 2016 ZAIN 25
Bendungan Teton (Amerika Serikat) runtuh 5 Juni 1976

Pada jam 10:30 - 11 AM. Debit bocoran melarutkan material timbunan, tindakan
darurat untuk menutup bocoran dilakukan dengan bulldozer D-9 namun tidak
berhasil (Foto oleh Mrs. Eunice Olson, 5 Juni 1976).
April 2016 ZAIN 26
Bendungan Teton (Amerika Serikat) runtuh 5 Juni 1976

Lubang akibat bocoran semakin besar (Foto oleh Mrs. Eunice


April 2016 Olson, 5 Juni 1976). ZAIN 27
Bendungan Teton (Amerika Serikat) runtuh 5 Juni 1976

Lubang akibat bocoran semakin membesar dan mulai memotong


tubuh bendungan, debit bocoran menggenangi bangunan di kaki hilir
April 2016 ZAIN
bendungan (Foto oleh Mrs. Eunice Olson, 5 Juni 1976). 28
Bendungan Teton (Amerika Serikat) runtuh 5 Juni 1976

Lembah hilir dan beberapa bangunan fasilitas di hilir bendungan tergenang


banjir akibat runtuhnya bendungan. (Foto oleh Mrs. Eunice Olson, 5 Juni
April 2016 ZAIN 29
1976).
Bendungan Teton (Amerika Serikat) 1976
Tipe Bendungan Urugan, H=93 m,

・14 orang meninggal


・ lebih dari 25.000 orang
kehilangan tempat
tinggal

Keruntuhan akibat rembesan Bendungan Teton, 5 Juni 1976


April 2016 ZAIN 30
Bendungan Teton (Amerika Serikat) 1976

Bendungan Teton setelah runtuh


April 2016 ZAIN 31
BENDUNGAN TETON AS -1976
・14 orang meninggal
・ > 25.000 orang kehilangan tempat
tinggal

Skip 27

April 2016 ZAIN 32


April 2016 ZAIN 33
April 2016 ZAIN Skip 35 34
Bendungan Los Frailes (Aznalcóllar, Spanyol) 25 April
1998
Tipe urugan batu, fungsi untuk menampung limbah tambang
H = 25 m, V = 5 juta m3

Ribuan Hektar
lahan pertanian
tergenang oleh
material tailing
yang beracun

Keruntuhan Bendungan Tailing Los Frailes akibat kegagalan fondasi


April 2016 ZAIN 35
Bendungan Los Frailes (Aznalcóllar, Spanyol) 25 April
1998

April 2016 ZAIN 36


Bendungan Taum Sauk (Amerika Serikat) runtuh pada
tanggal 14 Desember 2004
H= m, V= 5,37 juta m3, tidak ada korban jiwa Taum Sauk upper reservoir runtuh
karena overtopping, lebih1 juta galon
air
Fungsi PLTA, Kapasitas 2 X 225 MW Tumpah ke hilir. Sumber: FERC

April 2016 ZAIN 37


Bendungan Taum Sauk (Amerika Serikat) 14 Desember
2004
Jam 17:04, 2 Januari 2006, Foto Bendungan Taum Sauk setelah runtuh
diambil dari USGS Mid-Continent Geographic Science Centre

April 2016 ZAIN 38


Bendungan Campos Novos (Brazil) 10 Juli 2006

Aerial foto Bendungan Campos Novos, tampak retakan bagian


April 2016 bawah concrete face setelah waduk dikosongkan
ZAIN 39
• Untuk menghindari terjadinya bencana keruntuhan
bendungan, pembangunan (desain, konstruksi ) dan
pengelolaan bendungan harus : AMAN
apa yang dimaksud dengan BENDUNGAN
YANG AMAN?
• Dalam rangka melindungi masyarakat thd risiko
kegagalan bendungan, Pemerintah mengeluarkan
aturan -aturan mengenai keamanan bendungan yang
harus dipenuhi dalam proses pembangunan dan
pengelolaan bendungan .
• Salah satu aturan tersebut adalah:
PP RI NO 37 THN 2010 TENTANG BENDUNGAN ;
PERMEN PUPR NO 27/M/PRT/2015 TENTANG
BENDUNGAN
Skip 37

April 2016 ZAIN 40


LANDASAN HUKUM : PERATURAN PER-UNDANG2 AN YANG
MENGATUR KEGIATAN KONST SDA , KHUSUSNYA BENDUNGAN a.l:
1. UU NO.7 TH. 2004 TENTANG SDA:
Tahapan perencanaan, keharusan mematuhi NSPM, sanksi pelanggaran, dll
2. UU NO.18 TH 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI:
Keharusan Perenc dan Pengawas konstr memiliki sertifikat keahlian. Isi
minimal kontrak. Kegagalan bangunan. Sanksi.dll
3. PP NO. 28 TH 2000 TNTG USAHA DAN PERAN MASY JASA KONSTRK:
- Penanggung jawab teknik badan usaha jasa perenc, pelaks, pengawasan harus
memiliki sertifkt keahlian/ketrampilan
- Badan usaha nasional & asing harus teregristasi di Lembaga/LPJK
- Tenaga kerja konstruksi, harus mengikuti Sertifikasi ketrampilan dan Sertifikasi
keahlian, mengikuti registrasi yang dilakukan Lembaga + REVISI
4. PP NO.29 TH 2000 TNTG PENYELENGGARAAN JASA KONSTR:
Tahapan perencanaan, sanksi pelanggaran desain tanpa studi kelayakan,
kegagalan konstruksi dan bendungan, denda dan gantirugi, kewajiban uji coba
bendungan oleh instansi yg membidangi pengairan (ps 29)

5. PP RI 37 TH 2010 tentang BENDUNGAN.


Pembangunan, Pengelolaan, Keamanan Bendungan, Sanksi, dll
6. PERMEN PU NO.72/PRT/ 1997 JO KEPMEN.KIMPRASWIL NO
296/KPTS/M/2001 TENTANG KEAMANAN BENDUNGAN.
7. SNI NO.1731-1989-F TATA CARA KEAMANAN BENDUNGAN.
April 2016 ZAIN 41
MAKSUD DAN TUJUAN PENGATURAN BENDUNGAN
PP 37/2010
• Maksud : agar penyelenggaran pemb bendungan dan
pengell bendungan beserta waduknya
dilaksanaksecara tertib dg memperhatikan daya
dukung lingkungan hidup, kelayakan teknik, ekonomi
lingkungan dan keamanan bendungan.

• Tujuan Pengaturan Keamanan Bendungan :


Untuk melindungi bendungan dr kegagalan bendungan
dan melindungi jiwa, harta, serta prasarana umum
yang berada di wilayah yang terepengaruh oleh
potensi bahaya akibat kegagalan bendungan.
• BENDUNGAN HARUS AMAN !

April 2016 ZAIN 42


LINGKUP PENGATURAN KEAMANAN
BENDUNGAN
A. Pengaturan terhadap kegiatan:
• Pembangunan (desain,pelaks konstruksi)
• Pengelolaan (O&P)
• Rehabilitasi, Perluasan, Perubahan
• Penghapusan fungsi bendungan (abundant)

B. Pengaturan berlaku bagi bendungan


dengan batasan seperti penjelasan
dibawah:
April 2016 ZAIN 43
MENURUT PS 3 PP BENDUNGAN, PENGATURAN
BERLAKU BAGI BENDUNGAN SBB:
(1). BENDUNGAN DENGAN TINGGI >15 m DIUKUR DARI DASAR
PONDASI TERDALAM ;
(2). BENDUNGAN DENGAN TINGGI 10 ~ 15 m DIUKUR DARI DASAR
PONDASI TERDALAM DAN DENGAN:
- PANJANG PUNCAK BENDUNGAN > 500 m, ATAU
- DAYA TAMPUNG WADUK > 500.000 m3, ATAU
- DEBIT BANJIR MAKSIMAL YANG DIPERHITUNGKAN >1000 m3 /dt;
ATAU
(3). BENDUNGAN LAINNYA YANG MEMPUNYAI: BDGN YG MEMILIKI
KESULITAN KHUSUS PD FONDASI, ATAU BENDUNGAN YANG
DIDESAIN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI BARU ATAU MEMILIKI
KLAS BAHAYA TINGGI

BENDUNGAN LAIN (PS 71): BENDUNGAN LAIN DILUAR PS 3:


- PEMBANGUNANNYA HRS DILAPORKAN KE MENTERI ,
- TATA CARA PERIZINAN, PERSETUJUAN, DAN PELAPORAN DALAM
PEMBANGUNAN DIATUR DENGAN PERATURAN MENTERI.
Skip 43 :
April 2016 ZAIN Bendungan aman 44
ATURAN KEAMANAN BENDUNGAN LAMA
BERLAKU BAGI BENDUNGAN SBB:

V > 100.000 m3

April 2016 ZAIN 45


H < 10 m
BENDUNGAN
(BESAR) KESULITAN
KHUSUS
1. H>15m, S>100.000 m3
FONDASI;
2. H > 10~15m, dengan: IKUTI PENUH
- L >500m, atau KLAS BAHAYA ATURAN
TINGGI; KEAMAMAN
- S >500.000 m3, atau BENDUNGAN
TEKNOLOGI
- Q max >1000 m3/dt BARU

H =2,5 ~10 m;
BANGUNAN S<500.000 m3 ?
PENAHAN AIR
RISIKO RENDAH
PEMBANG
KRETERIA DESAIN?
dan REHAB,
(Q=500~1000 th; W>1,0 m)
LAPORKAN
BENDUNGAN KE MENTERI
EMBUNG KECIL
LAIN DTA<1 km2 ,off stream PU /KKB
H= Tinggi bendunan diukur
dar idasar galian pondasi Tipe Urugan H <10 m OK
S= Storage Pasangan/beton H<6m
L= Panjang puncak bendungan
KRETERIA DESAIN:
Q=50~100 th;
BAGAN KONSEP PENERAPAN W>0,5 m + settlemen 0,25m
PERATURAN KEAMANAN
BENDUNGAN EMBUNG PERTANIAN
H =2,5 ~3m; S<500m3
April 2016 ZAIN 46
April 2016 ZAIN 47
April 2016 ZAIN 48
April 2016 ZAIN 49
EMBUNG KONSERVASI AIR - PERTANIAN

April 2016 ZAIN 50


Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan
Embung – DEP PERTANIAN
Pembuatan Rancangan Embung Air
a. Persiapan
• Pemilihan calon lokasi
Lokasi calon embung sebagaimana tercantum dalam RTT Gerhan.
Untuk pemilihan lokasi tapak (site) dilakukan dengan cara inventarisasi
terhadap beberapa calon lokasi embung air dengan kriteria sebagai
berikut:
a) Daerah kritis dan kekurangan air (defisit)
b) Topografi bergelombang dengan kemiringan <30%
c) Air tanah sangat dalam
d) Tanah liat berlempung atau lempung berdebu
e) Pembangunan embung air diprioritaskan di dekat lokasi pemukiman
dan lahan pertanian/perkebunan dengan daya tampung air 500 M3
b. Pembuatan
• Penggalian tanah (kemiringan galian 100%, kedalaman 2,5 – 3 m).
• Pembuatan saluran pelimpah dan saluran pembagi air
• Pemadatan/pelapisan badan embung air dengan tanah liat, batu kapur,
plastik atau dengan pasangan batu
• Pemasangan gebalan rumput
Sumber: pla.deptan.go.id/pedum2007/
April 2016 ZAIN 51
-
-
BENDUNGAN DIANGGAP AMAN:
APABILA PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAANNYA
TELAH DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN :
KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN (dibahas pada
bab selanjutnya) dan
KAIDAH-KAIDAH KEAMANAN BENDUNGAN YANG
TERTUANG DALAM BERBAGAI NSPM
(NORMA/PERATURAN PER UU, STANDAR/SNI, PEDOMAN
dan MANUAL)
ps 63 UU 7/2004 ttg SDA: DESAIN, KONSTRUKSI DAN
PENGELOLAAN BENDUNGAN HARUS MEMATUHI NSPM.
PERENCANAAN BENDUNGAN HARUS DILAKUKAN
MELALUI TAHAPAN-TAHAPAN SEPERTI DIJELASKAN
PADA BAB BERIKUT (BAB II )
Bagaimana cara memastikan hal tsb dipenuhi?
April 2016 ZAIN 52
KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN , PERIZINAN DAN
PERSETUJUAN DARI MENTERI PU

- UNTK MEMASTIKAN BAHWA KAIDAH & KONSEPSI KB /NSPM TELAH


DIPENUHI DALAM PROSES PEMANGUNAN DAN PENGELOLAAN
BENDUNGAN, MAKA PROSES TERSEBUT HARUS MELALUI TAHAP
AUDIT/KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN PADA SETIAP TAHAP
PEMBANGUNAN BDGN , DAN SETIAP TAHAP PEMBANGUNAN
HARUS MEMPEROLEH IZIN DARI MENTERI PUPR.
- KAJIAN KB DILAKUKAN OLEH BALAI BENDUNGAN DAN KOMISI
KEAMANAN BENDUNGAN (KKB).
- PERIZINAN & PERSETUJUAN MENTERI PU DIKELUARKAN,
SETELAH MENTERI MENDAPAT REKOMENDASI DARI KKB
- KKB MENYAMPAIKAN REKOMENDASI KEPADA MENTERI, SETELAH
DESAIN, PELAKS KONSTRUKSI, PELAKSANAAN PENGISIAN AWAL,
MEMENUHI KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN DAN NSPM

April 2016 ZAIN 53


JENIS KAJIAN KEAM BDGN
PERSETUJUAN & PERIZINAN
NO JENIS KAJIAN PERSETUJUAN & PERIZINAN
1. KAJIAN DESAIN PERSETUJUAN DESAIN & IZIN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
2. KAJIAN PELAKSANAAN IZIN PENGISIAN AWAL WADUK
KONSTRUKSI & Kesiapan pengisian awal (utk bendungan limbah tambang oleh KLH)
3. KAJIAN PELAKSANAAN IZIN OPERASI
PENGISIAN AWAL (utk bendungan limbah tambang oleh KLH)

4. KAJIAN PENGHAPUSAN IZIN PENGHAPUSAN FUNGSI


FUNGSI BENDUNGAN BENDUNGAN

SELAIN IZIN DAN PERSETUJUAN DIATAS, UNTUK PEMBANGUNAN BENDUNGAN BARU


JUGA DIPERLUKAN:
1. IZIN PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR DR MENTERI/GUB/BUPATI/WALI KOTA
2. PERSETUJUAN PRINSIP DR MENTERI/GUB/BUPATI/WALI KOTA
UTK REHAB/PERUBAHN : PERSETUJUAN DESAIN REHAB/PERUB + IZIN REHAB/PERUB
April 2016 ZAIN 54
SKIP 47 BAB II
KEHARUSAN MEMATUHI NSPM
UU 7/2004 SDA: SETIAP KEGIATAN
PEMBANGUNAN KONSTRUKSI S.D.A. WAJIB
MEMATUHI NSPM
AYAT 2 PASAL 63 UU 7/2004 TENTANG SDA:
“SETIAP ORANG ATAU BADAN USAHA DILARANG
MELAKUKAN KEGIATAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI
PRASARANA SDA YANG TIDAK DIDASARKAN PADA
NSPM …..”
- SANKSI :
UU 7/2004, Ps 94 : PELAKS KONSTR SDA YG TDK
BERDASAR NSPM, PENJARA MAKS 3 TH, DAN DENDA
MAKS Rp.500 juta

April 2016 ZAIN 55


II. TAHAPAN PERENCANAAN
BENDUNGAN
2.1. Umum
Sampai dengan saat ini, masih banyak desain bendungan yang tidak
disiapkan melalui tahapan yang benar.
Banyak kalangan yang beranggapan bahwa studi kelayakan bukan
merupakan tahap yang wajib dilaksanakan dalam pembangunan
konstruksi SDA. Kewajiban melakukan studi kelayakan dianggap
hanya berlaku bagi proyek bantuan asing.
Untuk meluruskan pendapat tersebut perlu difahami peraturan
perundangan yang mengatur mengenai tahapan pembangunan
konstrusi, termasuk konstruksi SDA.
Ada beberapa peraturan yang mengatur mengenai tahapan
perencanaan konstruksi, diantaranya adalah:
1). Peraturan Pemerintah no.29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi.
2). Undang-undang no.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
3). Peraturan Pemerintah no.37 tahun 2010 tentang Bendungan
4). Permen PUPERA no. 27/PRT/M/2015
April 2016 ZAIN 56
2.2. Tahap perencanaan menurut Peraturan
Pemerintah RI no. 29 tahun 2000.
• Umumnya bendungan adalah merupakan suatu konstruksi yang
pelaksanaan pembangunan dan setelah bangunan jadi, memiliki
risiko sedang sampai tinggi.

• Pasal 26 ayat 1: ”Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi
dengan pekerjaan risiko tinggi harus dilakukan :
- Prastudi kelayakan,
- Studi Kelayakan,
- Perencanaan umum, dan
- perencanaan teknik”.
• Pasal 26 ayat 2: ”Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi
dengan pekerjaan risiko sedang harus dilakukan :
- Studi Kelayakan,
- Perencanaan umum, dan
- Perencanaan teknik”.
April 2016 ZAIN 57
• Yang dimaksud risiko sedang adalah:
berisiko membahayakan keselamatan
umum, harta benda dan jiwa
manusia.
• Yang dimaksud risiko tinggi adalah:
berisiko sangat membahayakan
keselamatan umum, harta benda, jiwa
manusia dan lingkungan hidup.

April 2016 ZAIN 58


• SANKSI : PELANGGARAN TERHADAP
ATURAN TSB OLEH PEMILIK,
KONSULTAN, ATAU KONTRAKTOR,
AKAN MENDAPAT SANKSI
SEBAGAIMANA DIATUR PADA PASAL
57, 58, 59 PP TSB, MULAI DARI :
- PERINGATAN TERTULIS,
- PENGHENTIAN KEGIATAN,
- PEMBEKUAN IJIN SAMPAI
PENCABUTAN USAHA ATAU
PROFESI.
April 2016 ZAIN 59
Pemb Bendungan: PERMEN PUPR NO 15/M/PRT/ 27

Renc pengel, SIPA, Izin Prinsip

Studi kelayakan, Desain, Pengadaan tanah

April 2016 ZAIN 60


TAHAP PERENC PEMB BDGN MENURUT KEPMEN
PUPR 27/PRT/M/2015
Pasal 19 :
(1) Perencanaan pembangunan bendungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b meliputi:
• a. studi kelayakan;
• b. penyusunan desain; dan
• c. studi pengadaan tanah.
(2) Perencanaan pembangunan bendungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), disusun dengan memperhatikan:
• a. kondisi sumber daya air;
• b. keberadaan masyarakat;
• c. benda bersejarah;
• d. daya dukung lingkungan hidup; dan
• e. rencana tata ruang wilayah.
(3) Dalam perencanaan pembangunan bendungan harus dilakukan
pertemuan konsultasi publik dengan mengikutsertakan instansi dan
masyarakat terkait.
April 2016 ZAIN 61
Pasal 21
(1)Studi kelayakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a,
mencakup pra-studi kelayakan.

(2) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), harus disertai dengan
studi analisis mengenai dampak
lingkungan.

Skip 59

April 2016 ZAIN 62


Pasal 26
(1) Studi pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf
c, dituangkan dalam dokumen studi pengadaan tanah yang paling sedikit
memuat:
• a. lokasi tanah yang diperlukan;
• b. peta dan luasan tanah;
• c. status dan kondisi tanah; dan
• d. rencana pembiayaan.

(2) Dalam hal pembangunan bendungan memerlukan lahan pada kawasan


permukiman, perencanaan pembangunan bendungan perlu dilengkapi dengan
studi pemukiman kembali penduduk.
Pasal 27 Studi pemukiman kembali penduduk sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (2), paling sedikit memuat:
• a. data jumlah penduduk yang akan dimukimkan kembali;
• b. kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penduduk yang akan dimukimkan
kembali;
• c. kondisi lokasi rencana pemukiman kembali penduduk;
• d. kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penduduk sekitar lokasi rencana
pemukiman kembali;
• e. rencana tindak;
• f. rencana pembiayaan; dan
• g. pemberian ganti rugi berupa uang dan/atau tanah pengganti.

April 2016 ZAIN 63


Lanjutan: 2.3. Tahap perenc bendungan menurut UU no.7 tahun 2004 .

• Pembangunan bendungan adalah merupakan salah satu


upaya dalam pengembangan dan pengusahaan SDA yang
pelaksanaannya harus:
- mengacu pada “pola pengelolaan SDA” (ayat 1 ps 26);
- tanpa merusak keseimbangan lingkungan hidup (ayat 2 ps
34); dan
- berdasar pada “rencana pengelolaan SDA” (ayat 3 ps 34).
• Pelaks pembangunan SDA sebagaimana dimaksud pada ayat
2 pasal 34 dilakukan melalui:
- konsultasi publik :PKM (Pertemuan Konsultasi
Masyarakat)
- tahapan survei,
- investigasi, dan
- perencanaan,
- serta berdasar pada kelayakan teknis, lingkungan
hidup, dan ekonomi.
April 2016 ZAIN 64
TAHAPAN PERENCANAAN BENDUNGAN MENURUT UU
7 TH 2004 TTG SDA DAN PP 37 TH 2010

UU no 7/2004 tentang SDA:


- mengacu pada “pola pengelolaan SDA” (ayat
1 ps 26);
- tanpa merusak keseimbangan lingkungan
hidup (ayat 2 ps 34); dan
- berdasar pada “rencana pengelolaan SDA”
(ayat 3 ps 34).
dilakukan melalui:
Menurut pasal 21 PP 37 tahun 2010
- konsultasi publik,
- tahapan survei, investigasi, dan perencanaan, tentang Bendungan, Studi Kelayakan
- serta berdasar pada: kelayakan teknis, untuk bendungan harus didahului
April 2016 hidup, dan ekonomi.
lingkungan ZAINdengan Studi Pra Kelayakan. 65
TAHAPAN PERENCANAAN
-Ps 26 PP 29/2000
BENDUNGAN
:bagi bendungan
berisiko tinggi
-Ps 21 PP 37/2010

Ps 8 Permen - Ps 21 Permen PUPR


27/2015
PUPR 27/2015
STUDI KELAYAKAN: Teknik,
RENCANA PENGE- PRA Studi Ekonomi, Lingkungan
POLA PENGE-
LOLAAN SDA Kelayakan - PERENCANAAN UMUM
LOLAAN SDA
- DESAIN PENDAHULUAN

Perlu bendungan/ tidak?

Perizinan: Studi:
- Inventarisasi potensi SDA - SIPA pengada
- Daya dukung SDA
- Prinsip an tanah,
- Rencana tata ruang -----------
-Inventarisasi kebutuhan air - Lokasi
+Amdal
-Kemampuan dana
- Kelestarian hayati air PERENC TEKNIS /
Persiapan pembangunan
DESAIN RINCI
Perencanaan pembngn
April 2016 ZAIN 66
Skip 55 : Bab III
2.4 PERSETUJUAN DAN PERIJINAN
PERSETUJUAN DAN PERIJINAN YANG DI SYARATKAN DALAM
PEMBANGUNAN BENDUNGAN antara lain:
1. IZIN PENGGUNAAN SDA ( ps 9 PP 37/2010),

2. PERSETUJUAN PRINSIP (ps 14, PP 37/2010).


(PADA UU 11/74 disebut IZIN LOKASI DAN ALOKASI AIR)

3. PERSETUJUAN AMDAL / IZIN LINGKUNGAN (berlaku bagi


semua bendungan).
4. PERSETUJUAN DESAIN ,
5. IZIN PELAKS KONSTRUKSI BDGN;
6. IZIN PENGISIAN AWAL WADUK(utk bendungan limbah tambang
oleh KLH).
7. IZIN OPERASI
Persetujuan dan izin no.: 4, 5, 6 dan 7 diterbitkan oleh menteri PUPR
setelah memperoleh rekomendasi dari Komisi Keamanan Bendungan
(KKB).Rekomendasi dikeluarkan melalui proses kajian Balai Bendungan
dan pembahasan dalam sidang KKB.
April 2016 ZAIN 67
III. STUDI KELAYAKAN
3.1. Tujuan studi kelayakan
3.2. Kondisi umum : lokasi, iklim, fisiografi,DAS, Ttguna lahan, pe-
manfaatan SDA, Tt aturan air, sosekbud,pertanian, pendukungnya
3.3. Perumusan alternatif : pelajari smua alt yg dpt dkembangkn
berdasar pertimb teknik pilih min 3 alt berdasar: kmudahn pelaks
(lahan,material,skill), biaya, dampak penting, manfaat, kmudahn OP
pilih 1 alt berdasar tinjauan aspek teknik, ekonomi, lingkungan.
3.4. Tinjauan teknik : lokasi, tipe, tinggi, manfaat, pola operasi
3.5. Tinjauan ekonomi : tujuan, kreteria investasi, tes sensitivitas
3.6. Tinjauan lingkungan : tujuan, daerah yg distudi, hasil studi
3.7. Perencanaan umum : cakupan gambaran umum, viability
konstr, dasar pmilhan tipe&dimensi, tata letak, dll.
3.8. Desain pendahuluan : cakupan, akurasi, siapkan kreteria
desain, patuhi NSPM

April 2016 ZAIN 68


Umum
Pasal 21 Permen PU PR NO. 27/PRT/M/2015
(3) Studi kelayakan untuk pembangunan
bendungan pengelolaan sumber daya air
dituangkan dalam dokumen studi kelayakan
yang paling sedikit memuat:
a. analisis kondisi topografi untuk tapak
rencana bendungan, jalan akses, quarry
dan borrow area, penyimpanan material,
tempat pembuangan galian, dan daerah
genangan;
b. analisis geologi yang berkaitan dengan
tapak bendungan, lokasi material

April 2016 ZAIN 69


c. analisis hidrologi daerah tangkapan air;
d. analisis kependudukan di daerah tapak
bendungan dan rencana genangan serta daerah
penerima manfaat bendungan;
e. analisis sosial, ekonomi, dan budaya pada
daerah tapak bendungan dan rencana genangan
serta daerah penerima manfaat bendungan;
f. analisis kelayakan teknis, ekonomis termasuk
umur layan bendungan, dan lingkungan untuk
setiap alternatif rencana bendungan;
g. rencana bendungan yang paling layak dipilih;
h. desain pendahuluan bendungan yang paling
layak dipilih; dan
i. rencana penggunaan sumber daya air.

April 2016 ZAIN 70


(4) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3), dilakukan
melalui kegiatan survai dan investigasi.
(5) Kegiatan survai dan investigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dilakukan untuk mengumpulkan data dan
informasi mengenai:
- topografi,
- kondisi geologi,
- hidrologi, hidroorologi, tutupan vegetasi,
erositivitas,
- kependudukan, sosial, ekonomi, dan
budaya.
Skip 22
April 2016 ZAIN 71
3.1 UMUM:
Tujuan: Untuk menentukan pilihan terbaik dr bbrp alternatif berdasar:
- Kelayakan teknik
- Ekonomi
- lingkungan.
Laporan utama Studi Kelayakan, biasanya isinya mencakup (halaman 7):
• Informasi kondisi umum daerah proyek, termasuk latar belakang proyek,
seperti data situasi ekonomi nasional, target sektoral yang didukung,
informasi lokasi dan daerah sekitarnya.
• Sasaran proyek
• Analisis urgensi proyek
• Perumusan alternative dan pemilihan akhir, termasuk perbandingan
secara rinci berbagai macam alternatif yang potensial.
• Desain teknis pendahuluan dan analisis kelayakan teknis
• Perkiraan biaya proyek
• Rencana implementasi
• Instansi pelaksana dan pengaturan kelembagaan
• Evaluasi kemantapan teknis, kehandalan ekonomi dan keuangan, serta
dampak sosial dan lingkungan.
• Risiko proyek yang mungkin timbul
• Identifikasi keterkaitan dengan pengembangan sumber daya air lainnya
• TOR DD, dan Kesimpulan dan saran. Skip 55
April 2016 ZAIN 72
3.2 KONDISI UMUM :
Dlm kegiatan SK, Konsultan harus mengumpulkan informasi
mengenai kondisi umum yang mencakup a.l.:
- lokasi proyek,
- iklim,
- fisiografi (geologi, topografi, tanah: klasifiks, penyebaran,
kesesuaian lahan,
dll)
- daerah aliran sungai (DAS),
- tataguna lahan,
- pemanfaatan SDA,
- tata pengaturan air,
- sosekbud,
- pertanian,
- program pendukung pertanian (bimas, inmas, insus, dll). Dll.

April 2016 ZAIN 73


3.3. LANGKAH PEMILIHAN ALTERNATIF:
1. PELAJARI SEMUA ALT YG DPT DIKEMBANGKAN, BERDASAR PERTIMB
/ TINJAUAN TEKNIK TERKAIT DG: LOKASI, TIPE, TINGGI, MANFAAT,
POLA OPERASI, DLL.
2. DARI BERBAGAI ALTERNATIF TERSEBUT, KEMUDIAN PILIH MINIMAL 3
ALTERNATIF TERBAIK BERDASAR PERTIMBANGAN :
a. KEMUDAHAN PELAKSANAAN, TERKAIT DG:
- PEMBEBASAN LAHAN : jmlh pemukiman, harga, keberatan masy dll.
- MATERIAL yg tersedia disekitar lokasi.
- KESESUAIAN DG SKILL DAN PENGALAMAN TENAGA.
b. BIAYA MURAH/SECARA EKONOMI MENGUNTUNGKAN
c. DAMPAK PENTING YG TIMBUL HINDARI DAMPAK NGTF YG PENTING
d. MANFAAT YANG DIPEROLEH
e. KEMUDAHAN O&P
f. KESESUAIAN DG ASPIRASI MASYARAKAT/PETANI
MASING-MASING ALTERNATIF, LENGKAPI DENGAN:
GAMBAR TATA LETAK, SKET BANGUNAN PENTING, SISTEM OPRS DLL.

April 2016 ZAIN 74


3.3. LANGKAH PEMILIHAN ALTERNATIF (lanjutan)

3. PILIH SATU ALTERNATIF TERBAIK DARI KE 3 ALTERNATIF DIATAS


dengan penyaringan yg lebih rinci bila mungkin dengan data dan
pertimbangan tambahan

4. PELAJARI BERBAGAI ALTERNATIF TATALETAK DAN KONFIGURASI


BENDUNGAN,
5. LAKUKAN PILIHAN AKHIR BERDASAR EVALUASI KOMPREHENSIFdari
ASPEK TEKNIK, EKONOMI, DAMPAK NGTF, MANFAAT, ASPIRASI
MASYRKT DAN SIAPKAN RENCANA UMUM DAN DESAIN
PENDAHULUAN/BASIC DESIGN BAGI ALT YG DIPILIH

April 2016 ZAIN 75


3.3. TINJAUAN TEKNIK:

1. LOKASI: TINJAU BERDASAR KONDISI TOPOGRAFI,


GEOLOGI PONDASI DAN VOL TAMPUNGAN.
2. TIPE : TINJAU BERDASAR KETERSEDIAAN MATERIAL ,
KEAHLIAN & PENGALAMAN TENAGA PELAKSANA, KEMUDAHAN
PELAKSANAAN,DLL.
3. TINGGI: TINJAU BERDASAR VOLUME TAMPUNGAN, GEOLOGI
PONDASI, TOPOGRAFI, HIDROLOGI, DLL
4. MANFAAT: YG DPT DIKEMBANGKAN: IRIGASI, PLTA,
PENGENDALI BANJIR, AIR BAKU, DLL.
5. POLA OPERASI WADUK: WADUK HARIAN, TAHUNAN,
PENGENDALI BANJIR, PEMENUHAN AIR IRGS, AIR BAKU,
PLTA BEBAN NORMAL / BEBANPUNCAK, DLL.

Skip 65 tinjauan lingkungan

April 2016 ZAIN 76


April 2016 ZAIN 77
Contoh PENYARINGAN AWAL PEMILIHAN TIPE
BERDASAR PERTIMBANGAN TINGGI BENDUNGAN DAN
KONDISI GEOLOGI FONDASI .
April 2016 ZAIN 78
April 2016 ZAIN 79
April 2016 ZAIN 80
April 2016 ZAIN 81
3.4. TINJAUAN EKONOMI:

TINJAUAN DILAKUKAN UTK MENILAI ALTERNATIF PROYEK THD


MANFAAT DAN BIAYA BERDASAR HARGA FINANSIAL DAN
EKONOMI (SHADOW PRICE).
• MANFAAT DAN BIAYA:
DIKELOMPOKKAN MENJADI MANFAAT DAN BIAYA LANGSUNG
DAN TIDAK LANGSUNG.
- MANFAAT LANGSUNG PENINGKTN PRODKS, PERBAIKN
KWALITS PROD, PERUB BIAYA, PERUB WAKTU PENJUALAN, DLL.
- BIAYA LANGSUNG BERUPA BIAYA INVESTSI: BIAYA KONSTRKSI,
LAHAN, RESETTLEMENT, ADMINISTRS, JASA KONSULTN; BIAYA
TAMBAHAN: BIAYA OP DAN PENGGANTIAN ALAT.
- MANFAAT DAN BIAYA TAK LANGSUNG : YG TERKAIT ASPEK
FISIK – TEKNIK DAN ASPEK SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI,
LINGUKNGAN. SULIT DIPERHITUNGKN DLM BENTUK UANG TAPI
PERLU MENJADI BAHAN PERTIMBANGAN.

April 2016 ZAIN 82


LANJUTAN TINJAUAN EKONOMI:
• KRITERIA INVESTASI:
PILIHAN DILAKUKAN BERDASAR ARUS BIAYA DAN MANFAAT Y.A.D
SELAMA UMUR EKONOMI BDGN BERDASAR 3 PENDEKATAN:
- NPV (utamanya untuk proy mutual exlusive) HARUS POSITIF,
- IRR (EIRR & FIRR) umumnya > 12%)
- BCR >1
CATATAN : DALAM ANALISIS, HARGA FINANSIAL PRODUK
PERTANIAN MENGGUNAKAN PREDIKSI HARGA YANG
DIKELUARKAN OLEH FAO ATAU BANK DUNIA
• TES SENSITIFITAS:
UTK PROYEK YG TERKAIT DG PERTANIAN, LAZIM DILAKUKAN TES
SENSITIFITAS DG PERUBAHAN PARAMETR SBB:
1). BERTAMBAHNYA BIAYA KONSTRUKSI
2). MUNDURNYA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
3). TURUNNYA HASIL/PRODUKSI.
4). TURUNNYA HARGA PRODUKSI

April 2016 ZAIN 83


3.5. TINJAUAN LINGKUNGAN:

• DILAKUKAN UNTUK : MENGKAJI DAMPK PENTING YG


AKAN TERJADI AKIBT INTERAKSI ANTARA
KOMPONEN KEGIATAN YG DIRENCANAKAN DENGAN
KOMPONEN LINGKUNGAN HIDUP, YG PERLU
DIKELOLA DAN DIPANTAU AGAR DAMPAK NEGATIF
DPT DITEKAN SEKECIL MUNGKN, DAN DAMPAK
POSITIF YG TERJADI DPT LEBIH DIKEMBANGKAN
• TINJAUAN DILAKUKAN MELALUI STUDI AMDAL
• HASIL STUDI HRS DPT MEMBERI MASUKAN THD
DESAIN DAN PELAKS KEGIATN PROYEK.
• (PP 37/2010 : pada kahir tahap pelaksanaan konstruksi, diminta
laporan pengelolaan lingkungan selama pelkas konstruksi)
• skip 67: desain dasar
April 2016 ZAIN 84
3.6 . PERENCANAAN UMUM (PLANNING)
biasanya laporannya menyatu dgn
basic gesign
• PERENCANAAN UMUM DAN DESAIN AWAL, ADALAH
MERUPAKAN KELENGKAPAN DARI STUDI KELAYAKAN.

LINGKUP PERENCANAAN UMUM,


MENCAKUP:
- GAMBARAN UMUM BENDUNGAN DAN WADUKNYA,
- VIABILITY KONSTRUKSI,
- PEMILIHAN LOKASI,
- UKURAN (TINGGI, PANJANG, VOLUME) DAN TIPE BDGN
BERDASAR DATA TOPOGRFI, GEOTEKNIK, HIDROLOGI
(KETERSEDIAAN AIR, KEBUTUHAN AIR, PENGENDALIAN BANJIR),
EKONOMI (LIHAT TINJAUAN TINGGI EKONOMIS) ;
- TATA LETAK: BANGUNAN, FASILITAS PENDUKUNG,
SUMBER MATERIAL ,
- DLL.
April 2016 ZAIN 85
3.8. DESAIN PENDAHULUAN :
a. DESAIN PENDAHULUAN, ADALAH DESAIN (DEFINITIF) YANG
MENCAKUP DESAIN BANGUNAN-BANGUNAN POKOK SEPERTI: TUBUH
BENDUNGAN, PELIMPAH, BANGUNAN PENGAMBILAN, PENGELAK, DLL.

b. SURVAI DAN INVESTIGASI


UTK PENYIAPAN DESAIN PENDAHULUAN PERLU DIDUKUNG :
- SURVAI TOPOGRAFI ;
Untuk mengetahui: volume tampungan waduk, kedudukan tubuh
bendungan, pelimpah dan bangn lain, kebutuhan luas pembebasan
lahan, cadangan material, luas DAS, dll.
- INVESTIGASI HIDROLOGI:
Ketersediaan air, kebutuhan air, banjir rencana, laju sedimentasi.
- GEOTEKNIK :
Fondasi: daya dukung, permeabilitas, batas galian,renc perbaikan,dll
Waduk : potensi longsoran dan bocoran
Material: cadangan material yang tersedia (kwalitas & kwantitas), dll.
PENJELASAN MENGENAI SURVIN DISAJIKAN PAD BAB VI
April 2016 ZAIN 86
c. KRETERIA DESAIN
SEBAGAI PATOKAN DALAM PEMBUATAN DESAIN
PENDAHULUAN, LEBIH DULU HARUS DISIAPKAN KRETERIA
DESAIN.
KRETERIA DESAIN, DISIAPKAN SECARA SPESIFIK SESUAI DG
TIPE BENDUNGAN, KONDISI SETEMPAT, MATERIAL DAN
BERDASAR PADA NSPM TERKAIT.

d. TINGKAT KETELITIAN DESAIN PENDAHULUAN


MENURUT:
1). PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN
BENDUNGAN,
2). KP-01, KRETERIA PERENC IRIGASI 1986 :
REKAYASA 70~75%
BIAYA 90%
Skip 70 Bab IV

April 2016 ZAIN 87


RANGKUMAN:
TAHAPAN PERENCANAN BENDUNGAN :
1. PRASTUDI KELAYAKAN
2. STUDI KELAYAKAN (termasuk perenc pendahuluan/basic design)
4. PERENCANAAN TEKNIK/Desain rinci
IZIN DAN PERSETUJUAN UNTUK PEMBANGUNAN
BENDUNGAN MENCAKUP :
1. IZIN PENGGUNAAN SDA ( ps 9 PP 37/2010),
2. PERSETUJUAN PRINSIP (ps 14, PP 37/2010).

3. SERTIFIKAT/PERSETUJUAN AMDAL
4. PERSETUJUAN DESAIN dan IZIN PELAKS KONSTRUKSI
5. IZIN PENGISIAN AWAL WADUK
(utk bendungan limbah tambang oleh KLH)
6. IZIN OPERASI (utk bendungan limbah tambang oleh KLH)

April 2016 ZAIN 88


IV. TUJUAN PEMBANGUNAN,
PEMILIHAN TIPE DAN LOKASI

April 2016 ZAIN Skip 86 89


4.1. TUJUAN PEMBANGUNAN
/MANFAAT WADUK
• Pengendalian banjir,
• Irigasi,
• Listrik tenaga air,
• Air baku (minum, industri, dll),
• Konservasi
• Wisata
• Serbaguna
• Penampung sedimen
• Penampung limbah tambang,
• Dll

April 2016 ZAIN 90


BENDUNGAN YANG MEMILIKI MANFAAT SERBAGUNA

April 2016 ZAIN 91


Bendungan Wadas lintang 125 m

BENDUNGAN-BENDUNGAN TERTINGGI DI INDONESIA

April 2016 ZAIN 92


April 2016 ZAIN 93
CONTOH BENDUNGAN MILIK PERUSAHAAN SWASTA (PT INC0)
BENDUNGAN BALAMBANO, BENDUNGAN BATU BESI, BENDUNGAN FIONA DAN
BENDUNGAN KAREBBE DI SOROWAKO SULSEL

BENDUNGAN BATU BESI /


BENDUNGAN BALAMBANO TIPE RCC (ROLLER LARONA TIPE URUGAN BATU
COMPACTED CONCRETE

BENDUNGAN PENAMPUNG SEDIMEN FIONA BENDUNGAN KAREBBE, TAHUN 2009


TIPE URUGAN BATU DALAM TAHAP PEMBANGUNAN TIPE RCC

April 2016 ZAIN 94


April 2016 ZAIN 95
April 2016 ZAIN 96
April 2016 ZAIN 97
April 2016 ZAIN 98
BENDUNGAN LIMBAH TAMBANG (TAILING DAM) NAMUK KELIAN KALTIM
MILIK PT. KEM (KELIAN EQUATORIAL MINING) KALTIM
USUSLAN BARU 2009:
MATERIAL TAILING,
CAMPURAN BUBUK 1. MARTABE SUMUT
BATU, AIR , SIANIDA 2. SULAWESI UTARA

April 2016 ZAIN 99


April 2016 ZAIN 100
April 2016 ZAIN 101
April 2016 ZAIN 102
April 2016 ZAIN 103
April 2016 ZAIN 104
April 2016 ZAIN 105
April 2016
Skip89: tipe ZAIN 106
bendungan
April 2016 ZAIN 107
April 2016 ZAIN 108
DAFTAR ISI:
1. PENDAHULUAN: bdgn memiliki manfaat yg besar tapi juga
menyimpan potensi bahaya yg besar desain harus aman,
mematuhi NSPM
2. TAHAP PERENCANAAN BENDUNGAN: pola pengel SDA,
rencana pengel SDA, pra SK, SK (planning, desain pendahulu-
an), DD.
3. STUDI KELAYAKAN: tujuan SK, tinjauan teknik, ekonomi,
lingkungan; planning+basic design.
4. TUJUAN PEMBANGUNAN, PEMILIHAN LOKASI+TIPE: tujuan/
manfaat,tipe, pemilhn lokasi dan pemilihan tipe
5. KONSEPSI KB, KRETERIA POKOK dan STRATEGI DESAIN
6. SURVAI INVESTIGASI: Topografi (tujuan), Geoteknik (fondasi
bdgn, potensi longsoran&bocoran waduk, material), Hidrologi
7. FONDASI: Syarat fondasi, Jenis fondasi, kelebihan dan
kekurangan, perbaikan fondasi: batuan, pasir kerikil, tanah.
8. TUBUH BENDUNGAN: puncak (lebar, drains, camber),
pelindung lereng, filter dan transisi, zona kedap air.
9. ANALISIS DESAIN TUBUH BENDUNGAN: Beban; Analisis stab
lereng, Analisis dinamik, analisis deformasi, analisis rembesan.
10. INSTRUMENTASI : Jenis instrumen, jenis dan jumlah instrumen
yg diperlukan pada suatu bendungan.
April 2016 ZAIN 109
4.2 TIPE BENDUNGAN: Urugan & Beton

April 2016 ZAIN 110


Skip: 109 Pemil lokasi & tipe
April 2016 ZAIN 111
GAYA-GAYA YANG BEKERJA

April 2016 ZAIN 112


BENDUNGAN GAYA BERAT (GRAVITY DAM)
YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN:
• Batuan harus bagus (sedikit kekar), baik
untuk fondasi maupun tumpuan
• Formasi berupa batuan deformasi dapat
diprediksi dgn. teori elastisitas
• Harus tercipta kontak yang baik antara beton
dengan fondasi dan kedua tumpuan
• Pengendalian uplift (lihat SNI)
• Tegangan internal akibat susut dan panas,
harus dikontrol
• Tegangan maks pada construction joint,
perlu dikontrol (dianalisis dengan FEM)
• Maximum earthquake acceleration (lihat SNI)
April 2016 ZAIN 113
Kombinasi beban:
a). Berat sendiri,
b). Hydrostatic m.a.n
c). silt,
d). uplift,
e). tail water

Kombinasi beban:
Beban “usual” +
Kombinasi beban: beban gempa OBE
a). Berat sendiri,
b). Hydrostatic PMF
c). silt,
d). uplift,
e). tail water

Kombinasi beban:
Beban “usual” +
beban gempa
MDE/MCE

April 2016 ZAIN 114


Kombinasi beban:
Beban “usual” atau
Faktor Keamanan
“unusual” pada kondisi drain buntu
1. Geser
- Usual : 3,0
- Unusual : 2,0
- Extreme : 1,1
2. Guling
- Usual : 1,2
- Unusual & Extrem : 1,1

April 2016 ZAIN 115


April 2016 ZAIN 116
BENDUNGAN PLTA TIPE BETON GAYA BERAT
SIPANSIHAPORAS SUMATRA UTARA
April 2016 ZAIN 117
April 2016 ZAIN 118
April 2016 ZAIN 119
SKIP 98
BENDUNGAN
SIGURA GURA

April 2016 ZAIN 120


April 2016 ZAIN 121
BENDUNGAN BUSUR (ARCH DAM)
o Semua beban horisontal dari air dipikul oleh
kedua tumpuan akibat “arch action”; berat
sendiri bendungan dan beban vertical air
(pada dinding hulu yang miring) dipikul oleh
fondasi oleh “cantilever action”.
o Beban-beban yang diperhitungkan dalam
desain :
Berat sendiri
Beban air
Uplift
Temperatur, terutama perbedaan anatara
musim panas dan dingin
April 2016 ZAIN 122
April 2016 ZAIN 123
April 2016 ZAIN 124
BENDUNGAN PENOPANG
(BUTTRESS DAM)

April 2016 ZAIN 125


POTONGAN TIPIKAL BUTTRESS DAM

April 2016 ZAIN 126


April 2016 ZAIN 127
April 2016 ZAIN 128
CONTOH BENDUNGAN URUGAN TANAH HOMOGEEN DENGAN BERBAGAI
KETINGGIAN DAN SISTEM DRAINASINYA
April 2016 ZAIN 129
April 2016 ZAIN 130
Bdgn Bt Tegi

April 2016 ZAIN 131


CONCRETE FACED ROCKFILL DAM (CFRD)

April 2016 ZAIN 132


April 2016 ZAIN 133
BENDUNGAN URUGAN BATU
MUKA BETON/ CFRD
April 2016 ZAIN 134
April 2016 ZAIN 135
4.4 PEMILIHAN LOKASI DAN TIPE BENDUNGAN
4.4.1 PERTIMBANGAN DALAM PEMILIHAN LOKASI:
1). KONDISI TOPOGRAFI
TOPOGRAFI AKAN BERPENGARUH PADA: TINGGI, PANJANG, TIPE BDGN, VOLUME
TAMPUNGAN, LAY OUT, DLL;
YANG PERLU MENJADI PERTIMBANGAN ANTARA LAIN:
- BENTUK DAN LEBAR PENAMPANG MELINTANG DAN MEMANJANG LEMBAH,
- BENTUK KOLAM WADUK,
- KEMIRINGAN TEBING SUNGAI, DLL.

KONDISI TOPOGRAFI AKAN BERPENGARUH PADA TINGGI DAN PANJANG TUBUH


BENDUNGAN, VOL TAMPUNGAN, TATA LETAK/PENEMPATAN BANGUNAN
PELENGKAP, KEMUDAHAN JALAN MASUK, STABILITAS LERENG, DLL.

RONA TOPOGRAFI MERUPAKAN HASIL KEGIATAN GEODINAMIC MASA LALU SPT:


PEREGERAKAN TANH, KEGIATAN VULKANIK, GEOMORFOLOGI (PELAPUKAN,
EROSI). HAL INI BERARTI RONA TOPOGRAFI JUGA MENCERMINKAN RONA
GEOLOGI SECARA TIDAK LANGSUNG SEPERTI: KEKERASAN BATUAN, STRUKTUR
GEOLOGI, PERGERAKAN TANAH, DLL.

LOKASI YANG BAIK:


- UNTUK TUBUH BENDUNGAN, PADA PALUNG SUNGAI TIDAK TERLALU LEBAR,
- UNTUK WADUK ADALAH PADA LEMBAH YANG LUAS DAN LANDAI.

April 2016 ZAIN 136


2). KONDISI GEOLOGI PONDASI:

- JENIS DAN SIFAT BATUAN FONDASI,


- DAYA DUKUNG FONDASI,
- LONGSORAN SKALA BESAR,
- STRUKTUR SESAR SEKALA BESAR,
- ADANYA MATERIAL YANG BERBAHAYA
SEPERTI ABU VULKANIK, LOGAM BERAT
DIALIRAN SUNGAI,
- BIDANG-BIDANG DISKONTINYUITAS,
- DLL.
LOKASI YANG BAIK:
MEMILIKI BATUAN DASAR YANG KUAT
DENGAN ENDAPAN SUNGAI YANG TIPIS,
TIDAK ADA KONDISI YANG MEMBAHAYAKN
BDGN
April 2016 ZAIN 137
3). KESESUAIAN DENGAN RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH:
LOKASI BENDUNGAN SEBAIKNYA DEKAT DAERAH LAYANAN DAN
MEMPUNYAI DAERAH TANGKAPAN/TADAH HUJAN YANG CUKUP
MEMADAI.

4). KAITANNYA DG MASYARAKAT DAN EKONOMI


PERTIMBANGKAN BESAR GANTI RUGI, PENGARUH THD LAHAN
PERTANIAN, PEMUKIMAN, FASILITAS UMUM, ASET BUDAYA,
MONUMEN ALAM DLL

5). RENCANA PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG


BENDUNGAN YG DIRENCANAKAN HENDAKNYA TERINTEGRASI
DENGAN PROYEK-PROYEK YANG SDH ADA DAN RENCANA
PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG

6). KELESTARIAN LINGKUNGAN


DALAM PEMILIHAN LOKASI DAN TIPE, PERTIMBANGKAN
FENOMENA PERUBAHAN DI DAERAH TANGKAPAN AIR DAN
PEMBUSUKAN TUMBUHAN AKIBAT PENGGENANGAN.

April 2016 ZAIN 138


4.4.2 PERTIMBANGAN DALAM PEMILIHAN TIPE
1). Tinggi bendungan
Untuk ketinggian < 30 m: biasa digunakan jenis yang sederhana
dan mudah pelaksanaanya yaitu tipe urugan homogeen;
Untuk tinggi >30 m: biasa digunakan tipe zonal karena lebih dapat
“meredam rembesan” dengan adanya zona inti dan chimney drain,
disamping itu tipe ini memiliki stabilitas/kuat geser yang lebih tinggi
dengan dipakainya material yang memiliki kuat geser yang tinggi
dibagian zona luar (shell).
2). Material yang tersedia.
Kuantitas dan kwalitas material yang secara ekonomis tersedia
disekitar lokasi bendungan merupakan faktor yang sangat penting
dalam pemilihan tipe bendungan.
Bendungan urugan memerlukan material urugan dalam jumlah yang
sangat besar. Material tanah, pasir, krikil dan batu bongkah dapat
digunakan untuk bendungan urugan. Perencana harus membuat
beberapa alternatif tipe dgn pertimbangan utama pada ketersedian
material.
Penggunaan material yang efektif dapat dimaksimalkan dengan
membuat zona-zona urugan atau menggunakan bendungan zonal.
April 2016 ZAIN 139
c. Topografi
Lembah sempit berbentuk V dengan pondasi batuan yang kuat
cocok untuk bendungan beton.
Lembah yang agak lebar cocok untuk bendungan urugan.
Daerah dengan kemiringan yang terjal, kurang cocok untuk
bendungan dg zona kedap air miring dan tipe sekat krn
dikhawatirkan akan terjadi penurunan yang tidak merata dibagian
tumpuan.

d. Geologi
Umumnya bendungan urugan dapat dibangun pada semua jenis
pondasi, kecuali tipe sekat dengan material batu (CFRD) tidak cocok
dibangun pada batuan yang sudah berubah bentuk dan batuan lunak.
Pondasi tanah, paling sesuai untuk tipe urugan tanah homogeen.
Pondasi pasir kerikil yg lolos air, dapat menggunakan tipe urugan
homogeen atau zonal yang dikombinasi dengan blankit kedap air
atau dinding halang (cut-off wall).
Pondasi batuan yang kuat, dengan lembah sempit cocok untuk
bendungan beton gaya berat, bila lereng tumpuan batuannya cukup
keras pula cocok untuk bendungan beton pelengkung (arch dam).

April 2016 ZAIN 140


e. Kondisi meteorologi
Material tanah sangat sensitif thd peningkatan kadar air
terutama pada musim hujan. Untuk daerah dg curah hujan
tinggi kurang cocok utk bendungan homogeen atau urugan
yang menggunakan banyak material tanah, karena saat
pelaksanaan akan banyak mengalami gangguan hujan.
f. Tujuan/Pemanfaatan waduk
Untuk muka air waduk yang sangat fluktuatif dengan
fluktuasi yang besar seperti waduk harian PLTA yang
beroperasi untuk beban puncak, kurang cocok bagi
bendungan urugan tanah homogeen.
Untuk bendungan pengendali banjir dengan fluktuasi yang
tidak terlalu besar seperti waduk harian dapat digunakan
bendungan urugan zonal atau sekat.
Dalam praktek, pertimbangan pemilihan tidak dilakukan
secara partial, tapi secara terpadu dari segala aspek.
April 2016 ZAIN 141
Skip BAB VI 167
V. KONSEPSI KB, KRITERIA
POKOK DAN STRATEGI DESAIN
5.1 KONSEPSI KEAMANAN
BENDUNGAN
Bendungan dianggap aman apabila
pembangunan dan pengelolaan
bendungan dilaksanakan sesuai
dengan konsepsi dan kaidah-
kaidah/NSPM keamanan bendungan.
Konsepsi Keamanan Bendungan
memiliki 3 pilar sebagai berikut:
April 2016 ZAIN 142
Pasal 2 Permen PUPERA no 27/M/PRT/2015 tentang Bendungan
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pemerintah
Pusat dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pembangunan
bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan agar pembangunan bendungan dan
pengelolaan bendungan beserta waduknya dilaksanakan secara tertib
dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup, kelayakan teknis,
kelayakan ekonomis, kelayakan lingkungan, dan keamanan bendungan.
(3) Pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), harus dilaksanakan
berdasarkan pada konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah
keamanan bendungan yang tertuang dalam berbagai norma, standar,
pedoman dan manual untuk meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber
daya air, pengawetan air, pengendalian daya rusak air, dan fungsi
pengamanan tampungan limbah tambang atau tampungan lumpur.
(4) Konsepsi keamanan bendungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
terdiri dari 3 (tiga) pilar yaitu:
a. keamanan struktur berupa aman terhadap kegagalan struktural,
aman terhadap kegagalan hidraulis, dan aman terhadap kegagalan
rembesan;
b. operasi, pemeliharaan dan pemantauan; dan
c. kesiapsiagaan tindak darurat.

April 2016 ZAIN 143


KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN
Bendungan dianggap aman apabila pembangunan dan pengelolaan
bendungan dilaksanakan sesuai dengan konsepsi dan kaidah-
kaidah/NSPM keamanan bendungan. Konsepsi Keamanan Bendungan
memiliki 3 pilar sebagai berikut:
1). Pilar I : Keamanan struktur
Bendungan harus didesain dan dikonstruksi sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga aman untuk segala kondisi
dan kombinasi beban kerja serta aman dioperasikan pada segala
kondisi operasi (normal , luar biasa, darurat) harus memenuhi
kreteria desain
2). Pilar II: Pemantauan pemeliharaan dan operasi
Bendungan harus selalu dipantau shg dpt diketahui sedini mungkin
setiap problem yg sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yg
nyata dan selalu dipelihara shg selalu siap dioperasikan pada segala
kondisi operasi. Pada keadaan darurat operasi diutamakan untuk
pengamanan bendungan.
3). Pilar III :Konsepsi dan kesiagaan tianggap darurat Pemilik/Pengelola
bendungan harus selalu siap menghadapi kondisi terburuk dari
bendungan yang dimiliki /dikelolanya. Penanganan pada kondisi
darurat tidak dibenarkan
dilakukan dengan cara ”improvisasi” / coba-coba tetapi harus
berdasar-kan RENCANA TANGGAP/TINDAK DARURAT yang telah
Aprildisiapkan
2016 secara matang. ZAIN 144
KONSEPSI KEAMANAN
BENDUNGAN

PEMANTAUAN,
KEAMANAN KESIAPSIAGAAN
PEMELIHARAAN
STRUKTUR &OPERASI
TINDAK DARURAT

DESAIN DAN SIAP MENGHADAPI


KONSTRUKSI LAYAK KONDISI TERBURUK
TEKNIS

April 2016 ZAIN 145


5.2. KRITERIA POKOK DESAIN BENDUNGAN :

1). Aman thd. kegagalan stuktural (structural failure)


bendungan harus aman pada segala kondisi
dan kombinasi beban kerja dalam segala kondisi
operasi

2). Aman thd. kegagalan hidrolis (hydraulic failure)


aman thd: peluapan, erosi eksternal, scouring, dll.

3). Aman thd. kegagalan rembesan (seepage failure)


aman terhadap: piping, boiling, uplift, erosi internal,
rekah hidrolik, arching, pelarutan soluble material,
dll.

April 2016 ZAIN 146


5.2.1 Aman thd kegagalan/keruntuhan
Struktural (dan operasional)
1). Bendungan harus selalu aman pada segala
kondisi dan kombinasi beban kerja dalam segala
kondisi operasi.
- Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh
bendungan, pondasi, abutmen (bukit tumpuan) dan lereng
sekeliling waduk, harus selalu stabil dalam kondisi
apapun termasuk kondisi gempa bumi dan segala
kondisi operasi (rembesan langgeng, surut cepat
dan luar biasa) selama umur bendungan
- Faktor keamanan minimal, memenuhi persyaratan SNI
- Didesain dengan berdasar perkembangan teknologi
terbaru.
2). Harus tersedia prasarana dan sarana operasi yang dapat
dioperasikan pada kondisi normal maupun darurat, dan
sarana untuk keperluan pemantauan, perbaikan dan
rehabilitasi.
April 2016 ZAIN 147
Persyaratan faktor keamanan minimum stabilitas bendungan tipe urugan

No Kondisi Kuat Tekanan Pori FK tnp FK dg


gempa Gempa
geser
1. Selesai pembangunan tergantung : 1. Efektif Peningkatan tek. pori pada timbunan 1,30 1,20
1. Jadual pembangunan dan pondasi dihitung menggunakan
2. Hubungan antara tek. pori data lab. & pengawasan instrumen
dengan waktu
Lereng U/S dan D/S Idem hanya tanpa pengawasan 1,40 1,20
instrumen

Dengan gempa tanpa kerusakan, digunakan Hanya pada timbunan tanpa data lab. & 1,30 1,20
50% koef. gempa desain dengan/tanpa pengawasan instrumen
(parameter desain diambil konservatif)
2. Total Tanpa pengawasan instrumen 1,30 1,20

2. Rembesan tetap tergantung : 1. Efektif Dari analisis rembesan 1,50 1,20


1. Elevasi muka air normal sebelah
udik
2. Elevasi muka air sebelah hilir
Lereng U/S dan D/S. Dengan gempa tanpa
kerusakan digunakan 100% koef. gempa
desain
3. Pengoperasian waduk tergantung : 1. Efektif Surut cepat dan dari elevasi muka air 1,30 1,10
1. Elevasi muka air maks. di udik normal sampai muka air minimum.
2. Elevasi muka air min. di udik Lereng U/S dan D/S
(dead storage)
Lereng U/S harus dianalisis untuk kondisi Surut cepat dari muka air maks. 1,30 -
surut cepat sampai muka air min. Pengaruh
gempa diambil 0% dari koef. Gempa
desain
4. Luar biasa tergantung : 1. Efektif Surut cepat dari elevasi muka air 1,20 -
1. Pembuntuan pada sistim maksimum sampai muka air terendah
drainase bangunan pengeluaran.
April Surut
2. 2016cepat karena penggunaan ZAIN Pengaruh gempa diabaikan 148
air melebihi kebutuhan
3. Surut cepat keperluan gawat
April 2016 ZAIN 149
April 2016 ZAIN 150
5.2.2 AMAN THD KEGAGALAN HIDROLIK
– Setiap bendungan urugan harus dilengkapi dengan pelimpah yang
mampu mengalirkan banjir desain dengan aman kapasitasnya
cukup, aliran di dan dari pelimpah tidak boleh mengancam (erosi,
scouring) stabilitas pelimpah dan bendungan.

– Tidak boleh terjadi peluapan Tinggi jagaan (stlh settlement) harus


cukup untuk mencegah terjadinya luapan.

– Tidak boleh terjadi erosi permukaan, yang membahyakan


bendungan Lereng dan permukaan puncak bendungan serta
tumpuan harus aman thd erosi permukaan, perlu diproteksi

– Bila ada :Bang pengeluaran darurat kapasitasnya cukup utk


mengeluarkan air dengan cepat saat terjadi kondisi darurat (belum
menjadi keharusan).
– Dll.

April 2016 ZAIN 151


April 2016 ZAIN 152
April 2016 ZAIN 153
April 2016 ZAIN 154
H1 = ¾ Hw + Hs + Hr + He + hu
H2 = ¾ Hw + Hs + Hr + hu
hc = tinggi cadangan konsolidasi Hw = tinggi gelombang karena angin,
He = tinggi gelonbang akibat gempa Hr = tinggi rayapan gelombang (wave run-up)
Hs = kenaikan mujka air karena angin (wind set up)
.hu =cadangan ketidak pastian, untuk muka air normal: hu > 1,0 m
April untuk
2016 Q1000 atau ½ BMB: hu>0,50m bagi pelimpah
ZAIN tak berpintu; hu> 1,0 bagi yang berpintu 155
5.2.3. AMAN THD KEGAGALAN REMBESAN
• Rembesan melalui tubuh bendungan, fondasi, tumpuan,
dan tepian/bukit sekeliling waduk harus terkendali,
tidak boleh terjadi: gaya angkat (uplift) yang
berlebihan, ketidak stabilan, longsoran, aliran buluh,
terhanyutnya material karena pelarutan, atau erosi
internal /material terbawa aliran rembesan melalui
rekahan, kekar dan rongga.
• Tebing/dinding sekeliling waduk harus stabil pada
segala kondisi operasi (severe operation), tidak boleh
terjadi ketidak stabilan pada dinding sekeliling waduk
yang tipis, atau saat waduk terisi kemungkinan
terjadinya longsoran besar yang masuk ke waduk
sehingga memicu timbulnya gelombang besar yang
dapat mengakibatkan luapan air waduk.
• Untuk memenuhi fungsi bendungan, total debit
rembesan tidak boleh mengganggu
April 2016 ZAIN
fungsi bendungan.
156
• Dll.
April 2016 ZAIN 157
April 2016 ZAIN 158
April 2016 ZAIN 159
April 2016 ZAIN 160
April 2016 ZAIN 161
April 2016 ZAIN 162
April 2016 ZAIN 163
April 2016 ZAIN 164
April 2016 ZAIN 165
April 2016 ZAIN 166
April 2016 ZAIN 167
April 2016 ZAIN 168
April 2016 ZAIN 169
April 2016 ZAIN 170
Persratan lingkungan
4) Aman bagi bangunan, lingkungan dan
masyarakat di sekitarnya,

April 2016 ZAIN 171


Persyaratan desain
• Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam
desain bendungan adalah:
• 1) topografi;
• 2) bahan konstruksi;
• 3) fondasi;
• 4) bangunan pelengkap;
• 5) luas/volume tampungan waduk;
• 6) gejala lain yang dapat menimbulkan
masalah.

April 2016 ZAIN 172


Ketentuan umum
Ketentuan umum yang diperlukan untuk desain adalah seperti
berikut ini:
1) Kondisi lokasi rencana bendungan
a) pengaruh lebar lembah terhadap cara pemindahan aliran air
sungai dan pemilihan tipe bendungan;
b) pengaruh bentuk bukit dan topografi terhadap tinggi
gelombang air dan pemilihan tipe pelindung lereng;
c) aktivitas gempa di sekitar bendungan;
2) Kondisi hidrologi yang berpengaruh terhadap persediaan air
waduk;
3) Kondisi operasional, yang berpengaruh terhadap kebutuhan
pengaturan masukan dan keluaran persediaan air;
4) Kondisi cuaca;
5) Konstruksi, yang berpengaruh pada cara konstruksi dan
lingkungan;
6) Ekologi dan lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan
bendungan.

April 2016 ZAIN 173


5.3 STRATEGI DESAIN
AGAR KEAMANAN BENDUNGAN TERPENUHI, PERLU DIPERHATIKAN
STRATEGI PENJYIAPAN DESAIN SBB:

1). TEAM DESAIN DAN SUPERVISI KONSTRUKSI: DIKETUAI OLEH


TEAM LEADER DENGAN KEAHLIAN SEBAGAI ” DAM ENGINEER
GENERALIST” YG MAMPU MENKOORDINASI SELURUH TENAGA
AHLI/ “SPECIALIST” YG TERLIBAT, DAN MENJEMBATANI
KEMUNGKINAN TIMBULNYA “GAP” DR BERBAGAI
SPESIALISASI/BIDANG KEAHLIAN TSB.(bersertifikat ahli bdgn besar)
2). HINDARI KONSEP STRUKTUR YANG RUMIT DAN TIDAK PERLU.
3). DESAIN HARUS SESUAI (COMPATIBLE) DENGAN KEAHLIAN
TENAGA PELAKSANAN KONSTRUKSI, TEHNOLOGI DAN
PERALATAN YG TERSEDIA.
4). HATI-HATI DG KONSEP DESAIN BARU YANG DIDASARKAN PADA
TEORI DAN “EXPERIMENTAL INVESTIGATION” BAIK YG TIDAK/
MENGGUNAKAN MATERIAL DAN METODE NON KONVENSIONAL.
April 2016 ZAIN 174
5). HARUS TERSEDIA “ACCES” YG BAIK MENUJU KE SETIAP
KOMPONEN -KOMPONEN BENDUNGAN GUNA KEPERLUAN OPERASI,
PEMANTAUAN, PERBAIKAN DAN REHABILITASI. AREA YG KRITIS
6). TATA LETAK (ARRANGEMENT) STRUKTUR HARUS DIATUR DG BAIK
YG MAMPU MEMFASILITASI KEBUTUHAN PERBAIKAN DAN/ATAU
PENGGANTIAN PERALATAN MEKANIKAL DAN LISTRIK DIMASA Y.A.D.
(bangunan power house di kaki bendungan sering menutup ases untuk
perbaikan bendungan, contoh Bdgn Wadaslintang)
7). HARUS TERSEDIA VENTILASI (DAN PENERANGAN) YANG CUKUP
PADA GALLERY, SHAFT, TEROWONG ATAU TEMPAT-TEMPAT
TERTUTUP LAIN YANG PERLU INSPEKSI ATAU PADA TEMPAT-TEMPAT
YANG MENGANDUNG GAS YG MUDAH TERBAKAR.
8). BENDUNGAN SEDAPAT MUNGKIN DIDESAIN DENGAN PERTIMBANGAN
DAPAT DIOPERASIKAN DAN DIPELIHARA DENGAN MUDAH / SIMPLE.
LANGKAH-LANGKAH DALAM PENYIPAN DESAIN SAMPAI DENGAN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI, HENDAKNYA MEMPERHATIKAN BAGAN
BERIKUT

April 2016 ZAIN 175


Kegiatan pokok aspek geoteknik dalam penyiapan desain dan
uji konstruksi bendungan urugan
Tahapan pembangunan
bendungan urugan

Survai dan Investigasi Konstruksi bendungan


1. Penetapan lokasi bendungan Untuk menjamin agar bendungan dapat berfungsi
2. Invest geoteknik dilokasi bedungan, dengan baik dan mempunyai keamanan yang cukup,
pelimpah, waduk (sesuai kebutuhan) maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat dan
3. Invest geoteknik di sumber material kontinu agar semua spesifikasi yang dipersyaratkan
l dalam desain memenuhi uji mutu :
1. Uji mutu perbaikan fondasi dan ebatmen
2. Uji mutu bahan di borrowarea dan kuari
Desain bendungan tipe urugan
3. Uji mutu pemadatan urugan tanah, filter dan batu.
1. Desain fondasi (kedalaman fondasi)
2. Lokasi pengambilan bahan
3. Desain tubuh bendungan, bangun- Organisasi Proyek
an pelengkap, pengelak+hydromknk 1. Pemimpin Proyek
4. Desain sistem instrumentasi 2. Staf akhli geoteknik, geologi dan struktur
bendungan
Spesifikasi Teknik 3. Inspektor dan pengawas lapangan
1. Persyaratan galian fondasi, jenis 4. Laboratorium uji mutu bahan (tanah dan beton)
batuan
2. Persyaratan bahan urugan, agregat,
tubuh bendungan
3. Alat pemadatan dan jumlah lintasan
2
4. Instrumentasi + (beton, hydel, dll)
April 2016 ZAIN 176
Desain Dan Konstruksi Bendungan Urugan
2
Uji mutu konstruksi bendungan
Uji mutu perbaikan fondasi dan
Uji mutu daerah urugan tanah/batu
ebatman 1. Urugan kedap air dan semi kedap
borrowarea dan kuari
1. Pengendalian rembesan lewat 1. Urugan tanah di borrow a) Spesifikasi menentukan jenis alat,
fondasi bendungan jumlah lintasan, tebal lapis ,
area
2. Persiapan bidang kontak yang batasan kadar air dan kepadatan
a) Penentuan peralatan;
baik dengan lapisan urugan yang akan kering ;
b) uji mutu kadar air agar
dipadatkan. b) Uji mutu secara sederhana.
mendekati kadar air
3. Memperkecil penurunan diferensial Pengawas harus memahami secara
pemadatan, gradasi dan
yang akan terjadi untuk mencegah visual apakah material terlalu
plastisitas berada dalam
retakan dalam urugan. kering atau basah;
batasan ditentukan
4. Pengawas pekerjaan harus menjamin c) Uji mutu kepadatan di lapangan
dalam spesifikasi.
bahwa: dan pengambilan contoh uji harus
2. Urugan batu di kuari
a) fondasi dan ebatmen telah dikupas dilakukan secara kontinu selama
a) Penentuan peralatan;
sampai kedalaman yang cukup untuk konstruksi kadar air dan kepadatan;
b) Gradasi harus sesuai
memindahkan tanah lunak, organik, harus masuk dalam batasan spesifika
spesifikasi, bila tidak
rekahan, pelapukan atau bahan lain bila tidak harus tambah lintasannya.
harus di proses
yang tidak diinginkan; 2. Urugan lulus air ( material kurang dari
c) Kuat tekan dan
b) lekukan/cekungan (depresi) dan sesar 5% butiran lolos no 200
absorbsi harus sesuai
batuan telah bersih dan terisi dengan a) Penentuan alat pemadat
batasan dalam
beton dental; b) Uji mutu tebal hamparan ,kadar air
spesifikasi
c) bidang batuan yang terbentuk relatif tidak dibutuhkan, gradasi kepadatan
halus dan merata karena pembentukan relatif dalam batasan spesifikasi;.
/reshping dan pengisian; 3. Urugan batu
d) rongga-rongga dasar telah diisi dan a) Penentuan alat pemadat
diinjeksi (digrout); dan dindinghalang b) Uji mutu tebal hamparan ,kadar air
telah mencapai lapisan kedap air. tidak dibutuhkan, gradasi kepadatan
relatif dalam batasan spesifikasi;.
April 2016 ZAIN 177
Inspeksi keamanan bendungan
Desain atau Pelaksanaan konstruksi yang buruk
• Data, parameter desain, kreteria yang tidak benar/lengkap
menghasilkan desain yg tidak mantap.
• Kondisi dan kombinasi pembebanan yang tidak lengkap
bangunan yang tdk aman
• Penyelidikan/uji material yg tdk lengkap dan penilaian sifat
teknik material yang salah, dpt menyebabkan penggunaan
material yg tdk memenuhi syarat pd bendungan + bangunan.
• Ketidak mampuan designer mengenali potensi-potensi masalah
selama desain akan menyebabkan masalah yang serius bahkan
failur
• Pemadatan material yang tidak baik dan kadar air yang tidak
tepat dpt mengakibatkan penurunan tidak merata dan
penurunan berlebihan
• Penyelidikan fondasi yang tdk memadai dan tdk lengkap dpt
menghasilkan asumsi desain yg tdk tepat, desain perbaikan
fondasi yg buruk.
• Pelaksanan yg tdk memahami atau mematuhi kreteria desain/
spektek, dan /atau tdk berkonsultasi dengan pendesain;
sasaran perbaikan fondasi yang dilaksanakan mungkin tdk
tercapai.

April 2016 ZAIN 178


VI. SURVAI DAN INVESTIGASI
Faktor-faktor yang berpengaruh pada desain bendungan dan perlu
dipertimbangkan;
- Kondisi topografi; geologi (tentang jenis batuan, perkiraan daerah
penyebaran, tebal, sifat fisik dan teknik, struktur geologi, pelapukan, potensi
longsoran dan bocoran, dll); ketersediaan material, dll..
• Hidrologi & cuaca: berpengaruh pada ketersediaan air, debit banjir ,
kapasitas tampung waduk, pelimpah dan juga pada pemilihan tipe
bendungan, jadwal pelaksanaan, pengambilan bahan dan penempatan jenis
bahan waktu konstruksi,, dll.
- Persyaratan operasional: saat m.a minimum, m.a max/banjir, surut cepat,
dll (berpengaruh dlm pemilihan tipe, kebutuhan pengaturan pemasukan dan
pengeluaran air, dimensi pintu plph, dll)
• Konstruksi: metode, alat dan periode konstruksi disesuaikan dengan musim
kemarau dan musim hujan, serta ketersediaan bahan bendungan.
- Ekologi dan lingkungan. Pemb bdgn akan berpengaruh pada lingkungan
hidup, baik manusia, hewan, tumbuhan, bangunan lain, dll.

Untuk itu perlu dilakukan survei dan investigasi agar diperoleh desain calon
bendungan yang baik.

April 2016 ZAIN 179


• Lingkungan hidup, menurut UU Pengelolaan Lingkungan
Hidup No. 23 tahun 1997; Lingkungan Hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
- Lingkungan fisik (anorganik), lingkungan yang terdiri dari
gaya kosmik dan fisigeografis :tanah, udara, air, radiasi,
gaya tarik, ombak, bangunan, dll.
- Lingkungan biologi (organik),segala sesuatu yang bersifat
biotis
- Lingkungan Sosial.
• Ekologi: interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi
antar makhluk hidup dengan lingkunganya.
• Dampak pembangunan bendungan akan mempengaruhi
kehidupan baik manusia, bangunan yang sudah ada maupun
tanaman dan hewan di daerah sekitarnya; yang perlu dijaga
keseimbangan ekologinya.

April 2016 ZAIN 180


VI. SURVAI DAN INVESTIGASI (lanjutan)

SECARA GARIS BESAR DIKELOMPOKKAN MENJADI:

SURVAI TOPOGRAFI:
LOKASI BENDUNGAN, DAERAH GENANGAN,
DAERAH GALIAN MATERIAL, FASILITAS
PENDUKUNG, PEMBEBASAN LAHAN,
PEMUKIMAN KEMBALI, PELAKS KONSTRUKSi, DAS, DLL.

INVESTIGASI GEOLOGI:
- PONDASI (bendungan, bangunan pelengkap, waduk )
- BAHAN TIMBUNAN (123)
- STUDI GEMPA

INVESTIGASI HIDROLOGI:
KEBUTUHAN AIR, KETERSEDIAAN AIR, DEBIT
BANJIR, SEDIMENTASI, TINGGI JAGAAN
SURVAI YANG LAIN : LINGKUNGAN, MORFOLOGI SUNGAI, BENTANG
ALAM, DLL.
TAHAPAN SURVAI INVESTIGASI (SURVIN):
- PEMILIHAN ALT + SURVIN AWAL/desain pendahuluan tahap studi
kelayakan
- SURVIN
April 2016 RINCI ZAIN
tahap desain rinci 181
- SURVIN TAMBAHAN tahap pelaks konstruksi
6.2. SURVAI TOPOGRAFI
Tujuan:
• Memperkirakan calon volume waduk
• Menentukan tipe dan kedudukan calon bdgn
dan bangunan pelengkap;
• Menentukan luas daerah yang akan
dibebaskan
• Memperkirakan volume cadangan bahan
timbunan.
• Memperkirakan luas DAS (dari peta 1:50.000
~1:25.000 Bakosurtanal).
Referensi koordinat dan ketinggian: gunakan
sistem koordinat nasional

April 2016 ZAIN 182


RSNI T-01-2002 Tata cara desain tubuh bendungan tipe urugan

Bendungan dan bangunan pelengkap


Pemetaan tempat kedudukan calon bendungan, diperlukan untuk
memperoleh gambar situasi, penampang melintang dan penampang
memanjang untuk mendukung desain bendungan dan bangunan
pelengkap. Peta-peta ini biasanya dibuat dalam skala 1/500 atau 1/1000
dengan interval tinggi 1 meter

April 2016 ZAIN 183


6.3. INVESTIGASI GEOTEKNIK
SECARA GARIS BESAR DIKELOMPOKKAN MENJADI 3:
- INVESTIGASI PONDASI
- INVESTIGASI MATERIAL
- INVESTIGASI DAERAH GENANGAN WADUK UNTUK MENGETAHUI
KEMUNGKINAN ADANYA POTENSI LONGSORAN DAN BOCORAN,
KEMUNGKINAN PERLUNYA BENDUNGAN SADEL, DLL.

6.3.1 INVESTIGASI GEOLOGI FONDASI


Pada tahap studi kelayakan, investigasi geologi fondasi
dilakukan untuk memperoleh informasi kondisi geologi guna:
- memilih lokasi bendungan,
- memilih tipe bendungan,
- menentukan rencana garis batas galian fondasi
- membuat rencana perbaikan fondasi bendungan, bang
pelimpah, bang intake, terowong, dll.
Informasi yang diperlukan antara lain:
Tebal endapan sungai, sifat fisik dan sifat teknik massa batuan
antara lain: kuat dukung, permeabilitas/angka Lugeon, tingkat
pelapukan, kerapatan kekar (joint), perlapisan batuan, tingkat
pelapukan batuan, kemungkinan keberadaan struktur geologi
(sesar, diskotinyuitas , perlipatan, dll), potensi longsoran dan
Aprilpermaslahan
2016 geologi lain yang
ZAINberpotensi membahayakan 184
bendungan, dll.
6.3. INVESTIGASI GEOTEKNIK (lanjutan)

Investigasi geologi dilakukan untuk mengetahui/memperoleh informasi


mengenai:
1. Nomenklatur batuan dan klasifikasi tanah fondasi ,
termasuk tebal endapan sungai/alluvial, koluvial, dll;
2. Stratigrafi dan struktur geologi seperti: sesar, diskontinyuitas,
perlipatan, dll. ;
3. Sifat fisik dan sifat teknik tanah dan batuan fondasi;
seperti: kuat dukung, angka Lu atau permeabilitas, tingkat pelapukan
batuan, kerapatan kekar/joit

3. Fenomena yang dapat membahayakan bendungan seperti:


Longsoran.

5. Disamping itu juga informasi mengenai: air permukaan dan air tanah,
kemungkinan adanya goa-goa (cavities), depression, terowongan
tambang, dll.

April 2016 ZAIN 185


6.3. INVESTIGASI GEOTEKNIK (lanjutan)

Kegiatan yang dilakukan, antara lain :


. Pengumpulan dan pengkajian data dan hasil studi yang telah ada
termasuk interpretasi foto udara.
• Investigasi geologi permukaan buat peta geologi teknik.
• Investigasi bawah permukaan : pemboran, uji seismik, terowong uji,
dll.
• Uji insitu geoteknik : uji pembebanan/deformasi, geser langsung,
cepat rambat gelombang elastis.
• Uji laboratorium : mekanika tanah, mekanika batuan
• Pengolahan dan penyajian hasil investigasi

April 2016 ZAIN 186


CONTOH : PENEMPATAN TITIK PEMBORAN

1). TAHAP PRA FS/FS: UNTUK PEMILIHAN CALON LOKASI BDGN:


SEKITAR 2~3 TTK , PADA MASING ALTERNATIF AS/POROS PADA
BAGIAN PALUNG SUNGAI DAN TUMPUAN

2). TAPAP FS: PADA LOKASI TERPILIH UNTUK MENUNJANG DESAIN


PENDAHULUAN:
DITAMBAH BEBERAPA TITIK dengan mempertimbangkan lay out
dan ukuran bendungan, serta peta geologi yang ada/regional.
Penempatan titik pemboran diatur sedemikian rupa sehingga
dapat dibuat gambar profil geologi memanajang sungai,
memanjang bendungan, memanjang saluran pengelak dan
memanjang bangunan pelimpah.

3). PADA TAHAP DESAIN RINCI : TERGANTUNG HASIL EVALUASI


DATA PEMBORAN TAHAP FS .

April 2016 ZAIN 187


- UNTUK MELENGKAPI DATA PEMBORAN, KADANG
PERLU DILAKUKAN:
- (1). UJI TEROWONG (ADIT) ATAU SUMURAN UJI
(SHAFT), UNTUK PENGAMBILAN SAMPEL
SERTA UJI INSITU (UJI GESER, DONGKRAK,
CEPAT RAMBAT GEL ELASTIS). JUMLAH
DAN LOKASI TGT HASIL SURVAI GEOLOGI
PERMUKAAN.

(2). PENDUGAAN GEOFISIK:


SURVAI SEISMIC, PENDUGAAN LISTRIK UTK
MENGKAJI KONDISI GEOLOGI DIANTARA TITIK-
TITIK BOR .
TERDIRI SEKITAR 7 JALUR: 3 JALUR
MEMANJANG DAN 3 JALUR MELINTG
SUNGAI, 1 JALUR MEMANJANG PONDASI
PELIMPAH.

April 2016 ZAIN 188


CONTOH, TITIK-TITIK
PEMBORAN PADA TAHAP
FS BENDUNGAN KARIAN
BANTEN, OLEH JICA 1985
TINGGI BENDUNGAN
60.5M, PANJANG 516M

April 2016 ZAIN 189


April 2016 ZAIN 190
Luas areal investigasi geologi permukaan = (L+2H) x 8H
L = perkiraan panjang puncak bendungan
H = perkiraan tinggi bendungan

April 2016 ZAIN 191


Contoh Areal investigasi rinci untuk
bendungan beton gaya berat
April 2016 ZAIN 192
6.4 INVESTIGASI MATERIAL
Dilakukan untuk mengetahui dan menentukan:
• Kualitas matrial timbunan dan agregat beton,
yang mencakup klasifikasi teknik, sifat fisik, sifat
teknik, termasuk kemungkinan keberdaan tanah
berproblema seperti: tanah ekspansif,
dispersif,dll.
• Ketersediaan cadangan matrial yang memenuhi
syarat.
• Kondisi yang berkaitan dengan: penggalian,
lokasi, jalan masuk, jarak, status, perlunya
konservasi, dll.
April 2016 ZAIN 193
.

• MATERIAL TIMBUNAN: ISTILAH UMUM UNTUK


MATERIAL TANAH (SOIL) DAN BATUAN (ROCK),
TERDIRI DARI:
• MATERIAL KEDAP AIR (IMPERVIOUS):
MATERIAL TIMBUNAN DENGAN KOEF PERMEABILITAS
SETELAH DIPADATKAN < 1X10-5 cm/dt.
• MATERIAL LOLOS AIR (PERVIOUS):
MATERIAL TIMBUNAN DENGAN KOEF PERMEABILITAS
SETELAH DIPADATKAN > 1X10-3 cm/dt.
• MATERIAL SEMI KEDAP AIR: MATERIAL TIMBUNAN
DENGAN KOEF PERMEABILITAS SETELAH DIPADATKAN
DIANTARA SEMI KEDAP AIR DAN KEDAP AIR

April 2016 ZAIN 194


Syarat material timbunan
• Material tanah:
- Kuat geser dan kepadatan memadai
- Permeabilitas sesuai persyaratan
(inti,filter, transisi)
- Angka konsolidasi kecil
- Mudah pengerjaannya

• Material batu:
- sound (utuh tanpa cacat)
- bersih
- segar/bebas dari lapukan
• .
April 2016 ZAIN 195
April 2016 ZAIN 196
Investigasi dan Uji material timbunan bendungan urugan

April 2016 ZAIN 197


JENIS UJI MATERIAL TIMBUNAN
Material dan Tahap Studi Material Kedap Air Material Semi Kedap Air Material Lulus Air Keterangan

Uji Desain Konstr Desain Konstr Desain Konstr

Uji Sifat Berat spesifik (Gs) O O O O O O Ukuran butiran kurang dari 4,76 mm
Fisik 1)
Kandungan air (Wn) O O O O O O Untuk material lulus air, lunak,
batuan berbutir halus yang
Analisis butiran (m%) O O O O + O cenderung retak dan slaky, harus
diambil samplenya 1)
Batas cair (Wi) O O + O + + 1): sample termasuk tanah berbutir
halus yang diuji pada kondisi tidak
Batas plastis (Wp) O O + + + + kering
Kandungan organic + + +

Uji lapangan + + + +

Dipersion + +

Lain-lain + + + + + +

Uji Sifat Pemadatan (qD,OMC) O O O O + O Bila mold / cetakan yang digunakan


Teknik tidak standar, ukuran maksimum
Indek konus + + butiran halus kurang dari 1/5 diamter
dalam mold. Untuk pemadatan
Permeabilitas O O O O + + diamter dalam mold, harus >10 cm.
Indek pemadatan harus ditetapkan,
Konsolidasi O O + + + + bila :
Md<10, d max<Md/10
Md>10, d max<Md/10-5
Geser/triaksial BP (cu,uu,Ø’) O O O O O O .Md=diameter mold
Butiran halus + + + + + O .d max=ukuran butiran maks yang
diijinkan.
Lain-lain + + + + + +

Uji Berat spesifik & daya serap + + + O O O


Batuan air grafel
Triaksial standar: utk
tanah.
Kuat tekan O O
Triaksial skala besar,
Stabilitas + +
geser langsung standar,
Ketahanan abrasi + O geser langsung skla
besar, utk pasir dan batu
Kadar kelarutan total + +
April 2016
Nilai PH
ZAIN + + O=harus 198

Lain-lain + + + + + + +=bila perlu


April 2016 ZAIN 199
April 2016 ZAIN 200
April 2016 ZAIN 201
April 2016 ZAIN 202
April 2016 ZAIN 203
6.5 STUDI GEMPA
• Bedasar Pedoman lama: Parameter gempa desain
bendungan, dapat ditentukan dengan menggunakan
Peta Zona Gempa atau dengan melakukan studi gempa
tersendiri.
• Peta Zona Gempa tidak dapat digunakan bagi
bendungan besar (tinggi diatas ~100 m) atau yang
terletak didaerah yang memiliki kondisi geologi khusus
seperti sesar besar yang aktif, atau bendungan yang
terletak pada zona E dan F pada Peta Zona Gempa.
Bagi bendungan yang memiliki kondisi seperti tersebut,
para meter gempa desainnya harus ditetapkan dengan
melakukan studi gempa sendiri.

April 2016 ZAIN 204


Jenis beban gempa yang harus diperhitungkan adalah:
• Gempa dasar operasi (operating basis earthquacke/OBE), atau
gempa dengan periode ulang sekitar 100~200 tahun.
• Gempa desain maksimum (maximum design earthquacke/MDE atau
maximum consider earthquacke/MCE), atau gempa dengan periode
ulang 1000 ~ 10.000 tahun.
• Gempa imbas waduk (Reservoir induce earthquacke/RIE), khusus
bagi bendungan dengan tinggi diatas 100 m atau tampungan diatas
500.000 m3.
Dalam menetapkan parameter gempa yang digunakan dalam analisis
keamanan bendungan, harus dipertimbangkan, hal-hal berikut :
• Tingkat bahaya gempa (seismic hazard rating) dilokasi bendungan
• Tingkat / kelas resiko setelah bendungan dan waduk selesai
dibangun
• Tipe bendungan
• Kebutuhan atau persyaratan yang terkait dengan fungsi bendungan
• Konsekuensi atas perkiraan resiko yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi

April 2016 ZAIN 205


PETA ZONA GEMPA INDONESIA MENURUT PEDOMAN ANALISIS STABILITAS
BENDUNGAN TIPE URUGAN AKIBAT BEBAN GEMPA Pd T-14-2004-A 10 MEI 2004
April 2016 ZAIN 206
April 2016 ZAIN 207
April 2016 ZAIN 208
April 2016 ZAIN 209
April 2016 ZAIN 210
April 2016 ZAIN 211
April 2016 ZAIN 212
April 2016 ZAIN 213
?
April 2016 ZAIN 214
6.6 Hidrologi
Parameter desain yang dicari: kebutuhan air,
ketersediaan air, banjir desain, tinggi jagaan, laju
sedimentasi, dll.

Lingkup analisis hidrologi:


• Pengumpulan data hidrologi dan meteorologi
• Kebutuhan air
• Ketersediaan air diwaduk
• Analisis banjir desain (dari data hujan/debit)
• Tinggi jagaan
• Laju sedimentasi waduk

April 2016 ZAIN 215


6.6. ANALISIS HIDROLOGI lanjutan

6.6.1 UMUM
Analisis dilakukan untuk mendapatkan besaran mengenai:
1). Kebutuhan air
2). Ketersediaan air/water availability: 80% (irigasi), 90% (PLTA), 98% (air
baku)
3). Banjir desain: PMF, Q1000 , Q100, Q50, Q20, Q10 , Q2 tergantung
keperluan dalam bentuk hidrograf banjir
4). Tinggi jagaan
5). Laju sedimentasi waduk, dll

Jenis data yang harus dikumpulkan antara lain :


• Aliran air / debit sungai, mencakup debit minimum, rata-rata, dan
maksimum.
• Kualitas air, terkait dengan syarat / baku mutu untuk masing-masing
pengguna, dll.
• Sedimentasi, terkait dengan umur layanan waduk.
• Curah hujan, periode jam-jaman, harian, bulanan dan tahunan.
• Kelembapan udara dan penguapan, terkait dengan perhitungan
ketersediaan air.
• Suhu / temperatur, terkait dengan perhitungan ketersediaan air.
• Kecepatan angin, terkait dengan perhitungan ketersediaan air dan
Apriltinggi
2016 jagaan. ZAIN 216
Skip 2 lbr SNI banjir desain
April 2016 ZAIN 217
April 2016 ZAIN 218
SNI 03-3432-1994

April 2016 ZAIN Skip 194 freeboard 219


6.3.2 ANALIS BANJIR DESAIN BERDASAR DATA HUJAN
a. Data yang diperlukan : data hujan dengan panjang data > 20 th
(untuk banjir PMF disarankan panjang data> 30 th).
b. Langkah analisis:
1). Pengolahan data (penyaringan dan pengisisan data yang hilang).
2). Perhitungan curah hujan desain:
untuk hujan kala ulang 2 ~ 1000, berdasar analisis frekwensi
untuk hujan PMP menggunkan metode Hersfield
3). Perataan hujan
4). Cari Koefisien reduksi (DAD atau ARF)
5). Hitung hujan DPS
6). Hitung distribusi hujan jam-jaman dan durasi hujan kritis
7). Tetapkan Hujan desain
8). Hitung hujan efektif
9). Buat hidrograf satuan sintetik berdasar kondisi DPS
10). Hitung debit banjir inflow
11). Lakukan resevoir routing
12). Cari debit terbesar debit banjir desain outflow

April 2016 ZAIN 220


April 2016 ZAIN 221
6,0

HSS Nakayasu
5,0

HSS Snyder
DEBIT ( m3/dt/mm )

4,0

HSS SCS
3,0
HSS Gam a I

2,0

1,0

0,0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
WAKTU ( jam )

HIDROGRAF SATUAN SINTETIS (HSS) DARI BERBAGAI


METODE UNTUK DURASI 24 JAM

April 2016 ZAIN 222


April 2016 ZAIN 223
April 2016 ZAIN 224
TINGGI JAGAAN
Ditinjau berdasar 3 kondisi, kemudian dipilih yang terbesar:
A. Untuk konsekuensi besar:
1). Kondisi muka air waduk normal,
H1 = (0,75 Hw + Hs + Hr + He + hu) + hc

2). Kondisi banjir 1000 tahunan atau 0,5 PMF,


H2 = (0,75 Hw + HS + Hr +hu) + hc

3). Kondisi banjir maksimum PMF,


H3 > 0,75 m, untuk pelimpah tanpa pintu,
>1,25 m, untuk pelimpah berpintu

Keterangan :
• Hw = tinggi gelombang akibat angin (menurut Molitor Stevenson)
• Hs = peningkatan tinggi muka air akibat angin (wind set up),
• Hr = tinggi rayapan gelombang (wave run-up),
• He = tinggi gelombang akibat gempa,
• hu = tinggi cadangan ketidak pastian, diambil 0,5 – 1,0 m,
• hc = tinggi cadangan akibat konsolidasi.

B. Untuk konsekuensi kecil: Cukup ditinjau H1 dan H2 seperti diatas


April 2016 ZAIN 225
H1 = ¾ Hw + Hs + Hr + He + hu
H2 = ¾ Hw + Hs + Hr + hu
hc = tinggi cadangan konsolidasi Hw = tinggi gelombang karena angin,
He = tinggi gelonbang akibat gempa Hr = tinggi rayapan gelombang (wave run-up)
Hs = kenaikan mujka air karena angin (wind set up)
.hu =cadangan ketidak pastian, untuk muka air normal: hu > 1,0 m
untuk Q1000 atau ½ BMB: hu>0,50m bagi pelimpah tak berpintu; hu> 1,0 bagi yang berpintu

April 2016 ZAIN 226


SYARAT TAMBAHAN

April 2016 ZAIN 227


VII. FONDASI BENDUNGAN
• 7.1 UMUM (JENIS FONDASI) :
- JENIS: FONDASI BATUAN, PASIR KERIKIL, TANAH;
- KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA SECARA UMUM;
• 7.2 FONDASI BATUAN:
- PERBAIKAN PERMUKAAN : PERAPIAN, PERBAIKAN retakn, fault

- BAWAH PERMUKAAN: GROUTING (TIRAI, BLANKIT,


KONSOLIDASI, CONTACT, BACKFILL)
• 7.3 FONDASI PASIR KERIKIL
MACAM-MACAM PENGENDALIAN REMBESAN:
- PARIT HALANG (CUT OFF TRENCH / WALL) water barier
- Sistm DRAINASI (HORISONTAL, TOE DRAIN) reduksi teknan

7.4 FONDASI TANAH


FONDASI TANAH PD UMUMNYA
FONDASI TANAH LUNAK : PENGELOMPOKANNYA, POLA
KERUNTUHAN, PERBAIKAN FONDASI
April 2016 ZAIN 228
Syarat fondasi yang baik antara lain:
• Stabil, daya dukungnya cukup untuk menahan bangunan
diatasnya, kedap air, dll.

Bila syarat tsb tidak terpenuhi, perlu dilakukan perbaikan fondasi


pada permukaan dan bawah permukaan fondasi.
• Perbaikan permukaan dilakukan untuk: menciptakan kontak
yang baik antara timbunan dan permukaan fondasi/tumpuan,
mencegah perbedaan penurunan yg besar, mencegah erosi
internal, dll.
• Perbaikan permukaan fondasi dilakukan dengan cara:
penggalian material lemah, material organik, material lapuk,
material lepas, reshaping, slush grouting, dental concrete, dll.
• Perbaikan bawah permukuaan antara lain untuk:
meningkatkan sifat kedap air/pengendalian rembesan,
meningkatkan kuat dukung, meningkatkan konsolidasi, dll.
Dilakukan dengan grouting, dinding halang, untuk tanah lunak
percepatan konsolidasi, dll.

April 2016 ZAIN 229


1 Zona penahan air (inti) 6 Selimut drainase
1A Parit halang 7 Drainase kaki (toe drain)
2 Zona drainase udik untuk pelindung stabilita 8 Parit drainase (terbuka atau tertutup)
2A Zona transisi 9 Sumur pelepas tekanan (relief wells)
3 Zona drainase hilir (chimney drain) 10 Selimut kedap air
3A Subzona saringan (filter) 11 Dindinghalang slari (Slurry wall cutoff)
4 Zona armor 12 Grouting tirai
5 Zona pelindung stabilitas hilir 13 Berm rembes air
April 2016 ZAIN 230
Contoh macam-macam pengendalian rembesan air pada bendungan tipe urugan
April 2016 ZAIN 231
CONTOH BERBAGAI BENTUK DIFFERENTIAL SETTLEMENT

April 2016 ZAIN 232


CONTOH BERBAGAI BENTUK DIFFERENTIAL SETTLEMENT

April 2016 ZAIN 233


Fondasi Metode Ilustrasi Uraian
Lunak Konstruksi

Dangkal Metoda peng- Semua atau seba-gian


.
gantian Replacement of dari pondadi digali
dan diganti dengan
one portion

yang aman

Weak layer

Menengah Percepatan Untuk mendukung


konsolidasi Filter
konsolidasi fondasi
Sand Drain perlu dipasang drain
Well Point Weak layer Sand Drain vertikal dan horisontal
Paper Drain

Dalam Berm pemberat Untuk mencegah


Counterweight fill longsoran melalui
fondasi perlu dipa-
Weak Layer
sang berm di kaki hilir

Gambar 35 : Metode perbaikan fondasi tanh lunak

April 2016 ZAIN 234


April 2016 ZAIN 235
PERBAIKAN PONDASI PADA
BENDUNGAN MERANCANG (ATAS)
DAN MANGGAR (BAWAH)

Timbunan baru, lempung lanauan, plastisitas PP = Pneumatic Piezometer


Sedang – tinggi coklat kemerahan (CH – MH)
SP = Stand Pipe Piezometer

Filter drain PS = Settlement Plate

Tanah fondasi N < 10, lempung campur organik TS = Toe Stakes


Plastisitas tinggi, abu-abu (OH)

April 2016 ZAIN


Tanah fondasi N > 10, pasir halus lanauan,
abu-abu muda (SP)
BENDUNGAN MANGGAR 236
VIII. TUBUH BENDUNGAN
8.1 UMUM
Bendungan urugan adalah bendungan yang dibangun dari
material galian yang diurugkan dengan tanpa menggunakan
material pengikat buatan.

8.2 PEMILIHAN TIPE BENDUNGAN URUGAN


- PERTIMBANGAN DLM PEMIL TIPE: geologi fondasi,
material, biaya.
- BENDUNGAN HOMOGEEN, dipilih bila tinggi bendungan
<40 m dan material urugan yang banyak tersedia berupa
material tanah.
- BENDUNGAN ZONAL, dipilih bila material urugan yang
tersedia lebih dari 2 macam. Biasanya zona urugan terdiri
dari: zona kedap air, zona filter dan transisi, zona
pendukung (shoulder)
- BENDUNGAN URUGAN BATU, dipilih bila material yang
tersedia berupa batu dan fondasi berupa batuan yang
kokoh.
April 2016 ZAIN 237
April 2016 ZAIN 238
CONTOH BENDUNGAN URUGAN TANAH HOMOGEEN DENGAN BERBAGAI
KETINGGIAN DAN SISTEM DRAINASINYA
April 2016 ZAIN 239
April 2016 ZAIN 240
LANJUTAN BAB VIII. TUBUH BENDUNGAN

8.3. ALIGNMENT TUBUH BENDUNGAN


- Sedapat mungkin pilih yg biaya konstruksinya
terendah (misal panjang bendungan yang terpendek)
- Sedapat mungkin hindari kondisi geologi yang
merugikan (longsoran, sesar, dll),
- Usahakn sesedikit mungkin menggunakan bentuk
lengkung (bentuk lurus lebih mudah pemadatannya).
- Usahakan zona inti diletakkan pada posisi yang
paling sedikit galiannya.

April 2016 ZAIN 241


LANJUTAN BAB VIII. TUBUH BENDUNGAN

8.3. BAGIAN-BAGIAN TUBUH BENDUNGAN


a.PUNCAK BENDUNGAN:
Lebar puncak, banyak rumpus impiris yg dpt dipakai, diantaranya
USBR=3,6 H1/3-1,5 lebar minimum lihat RSNI
Drainasi permukaan (lihat gambar), pagar pengaman, kabel dan
terminal baca instrumen, timbunan ekstra.
b. PELINDUNG LERENG BENDUNGAN (HULU + HILIR)

April 2016 ZAIN 242


April 2016 ZAIN 243
c. Zona kedap air
1) Koefisien permeabilitasnya harus < 10-5 cm/s;
2) Gradasi zona kedap air harus dipilih, agar tidak
terjadi penurunan yang berbeda dengan zona
disampingnya, yang dapat menimbulkan retakan
pengaruh pelengkungan (arching). Hal ini
biasanya terjadi bila modulus elastisitas filter dari
zona transisi berbeda dengan zona inti kedap air;
3) Tebal rata-rata zona kedap air ditentukan
berdasar kebutuhan lebar yang aman terhadap
rembesan, ada tidaknya filter disampingnya, dan
kemudahan pelaksanaan konstruksi.Pada
umumnya tebal rata-rata 30%-50% dari tinggi air
adalah sudah aman.
April 2016 ZAIN 244
d. Filter
1) Berfungsi untuk menyaraing material inti agar tidak terbawa aliran rembesan.
2). Filter biasanya ditempatkan pada kedua sisi dari zona kedap air yaitu di sisi udik untuk
mencegah erosibuluh pada kondisi surut cepat dan di sisi hilir untuk mencegah erosibuluh
pada kondisi aliran langgeng.
3) Rembesan air dari zona filter ditampung melalui zona drainase horizontal tanpa merembes
melalui zona transisi dan zona lulus air. Hal ini untuk menghindari agar tidak terjadi
pembasahan pada lereng hilir urugan.
4) Tebal filter biasanya disesuaikan dengan kemudahan dalam pelaksanaan (workability),
pengaruh pembuntuan (clogging) dan gempa bumi.
Tebal filter horizontal minimum 2,00 m sampai 3,00 m dan tebal minimum filter miring adalah
2,00 m dekat puncak bendungan.
Untuk material zona inti yang bersifat dispersif atau bendungan yang terletak didaerah gempa
aktif, tebal folter sebaiknya tidak kurang dari 3m.
Pada pertemuan dengan dinding pelimpah, sebaiknya filter lebih dipertebal.

e. Zona transisi atau semi lulus air


1) Zona transisi biasanya dipasang antara zona kedap air dan zona lulus air. Zona ini
berfungsi untuk mencegah terjadinya perubahan gradasi yang besar dan mencegah
pengaruh deformasi berlebih antara zona kedap air dan zona lulus air.
2) Bahan zona transisi dapat berupa pasir dicampur kerikil, batuan lapuk, atau batu
pecah di sebelah luar yang lebih kasar dari bahan kedap air antara lain bahan rombakan
(talus) atau batuan terlapuk berat.

April 2016 ZAIN 245


f. Zona lulus air
a) Zona lulus air berfungsi memikul beban air dan
menstabilkan lereng hilir dan udik terhadap
pengaruh gaya-gaya luar. Bahan urugan yang
digunakan sebaiknya mempunyai kekuatan geser
yang tinggi.
b) Bahan harus sangat lulus air agar dapat terjadi
aliran air bebas akibat air hujan dan air tersisa
waktu terjadi surut cepat di lereng udik.
c) Material terbaik untuk urugan zona lulus air
adalah batuan keras, ukuran bongkah, kerakal,
kerikil, dan kadar butiran halus harus sekecil
mungkin.
d) Hamparan batu pelindung atau riprap harus
dipasang pada lereng udik

April 2016 ZAIN 246


April 2016 ZAIN 247
April 2016 ZAIN 248
April 2016 ZAIN 249
IX. ANALISIS desain
9.1 BEBAN: berat sendiri, tekanan hidrostatis, tekanan
pori, beban gempa (OBE, MDE/MCE, RIE)
9.2 ANALISIS STATTIK:
9.2.1 UMUM : cara (keseimbangan batas dg bidang
gelincir lingkaran dan baji, cara FEM), pola dan
bentuk keruntuhan, penyebab keruntuhan.
9.2.2 KONDISI PEMEBEBANAN :Akhir konstruksi
(contoh: estimasi tek pori cara empiris dan cara Hilf’s), aliran
langgeng, surut cepat, darurat
9.2.3 FAKTOR KEAMANAN : sesuai SNI M-03-2002
9.2.4 KRETERIA STABILIAS SAAT GEMPA:
nodamage utk gempa OBE,
small damage utk gempa MDE/MCE
9.2.5 ANALISIS STABILITAS LERENG METODA
SWEDISH : bentuk kelongsoran, rumus perhitungan

April 2016 ZAIN 250


9.3 ANALISIS DINAMIK : macam dan tujuan (utk
mengetahui potensi likuifaksi dan
deformasi/alihan tetap akibat gempa) tdk
dibahas
9.4 ANALISIS DEFORMASI:
akibat konsolidasi contoh :metode
Terzagi
9.5 ANALISIS REMBESAN:
Exit gradien (sand boil, likuifaksi statis,
piping FK>4)
Tekanan pori berlebihan ( uplift FK>2) ,
Penjelasan mengenai : gradien internal
tinggi tanpa filter, debit rembesan
berlebihan, retak desikasi
April 2016 ZAIN 251
Persyaratan faktor keamanan minimum stabilitas bendungan tipe urugan

No Kondisi Kuat Tekanan Pori FK tnp FK dg


gempa Gempa
geser
1. Selesai pembangunan tergantung : 1. Efektif Peningkatan tek. pori pada timbunan 1,30 1,20
1. Jadual pembangunan dan pondasi dihitung menggunakan
2. Hubungan antara tek. pori data lab. & pengawasan instrumen
dengan waktu
Lereng U/S dan D/S Idem hanya tanpa pengawasan 1,40 1,20
instrumen

Dengan gempa tanpa kerusakan, digunakan Hanya pada timbunan tanpa data lab. & 1,30 1,20
50% koef. gempa desain dengan/tanpa pengawasan instrumen

2. Total 1,30 1,20

2. Rembesan tetap tergantung : 1. Efektif Dari analisis rembesan 1,50 1,20


1. Elevasi muka air normal sebelah
udik
2. Elevasi muka air sebelah hilir
Lereng U/S dan D/S. Dengan gempa tanpa
kerusakan digunakan 100% koef. gempa
desain
3. Pengoperasian waduk tergantung : 1. Efektif Surut cepat dan dari elevasi muka air 1,30 1,10
1. Elevasi muka air maks. di udik normal sampai muka air minimum.
2. Elevasi muka air min. di udik Lereng U/S dan D/S
(dead storage)
Lereng U/S harus dianalisis untuk kondisi Surut cepat dari muka air maks. 1,30 -
surut cepat sampai muka air min. Pengaruh
gempa diambil 0% dari koef. Gempa
desain
4. Luar biasa tergantung : 1. Efektif Surut cepat dari elevasi muka air 1,20 -
1. Pembuntuan pada sistim maksimum sampai muka air terendah
drainase bangunan pengeluaran.
2. Surut cepat karena penggunaan Pengaruh gempa diabaikan
April air
2016melebihi kebutuhan
ZAIN 252
3. Surut cepat keperluan gawat
darurat
Gambar 9-1 : Contoh
macam-macam pola
keruntuhan timbunan

-.

Gambar 9-2 : Macam-


macam bentuk
kelongsoran lereng

April 2016 ZAIN 253


kuat geser
• Kuat geser : sifat teknik yang membuat material tetap stabil ketika
permukaannya tidak dalam satu level, misal gunung, timbunan, galian dll.
• Tahap perkembangan friksi untuk menahan geseran (lihat gambar sket).
1. Balok dengan berat W terletak pada bidang horisontal. Pada
kondisi ini, hanya berat W yang bekerja, dan rekasi R = W. Tidak ada
tendensi balok bergerak/bergeser.
2. Apabila gaya horisontal H ditambah (tapi belum cukup besar
untuk menggerakkan blok) maka rekasi R akan berubah arah
menjadi miring dengan sudut α. Reaksi R dapat diuraikan menjadi:
- komponen R horisontal = H = R sin α
- komponen R vertikal = W = R cos α
• Bila gaya H ditambah terus hingga balok mulai bergeser, sudut α juga akan
membesar hingga pada suatu nilai batas Ø. Pada kondisi ini gaya horisontal
H = W tan Ø. tan Ø dikenal sebagai koefisian gesekan/friksi.

April 2016 ZAIN 254


• Pada saat balok tepat mulai bergeser, gaya dorong H = tahanan
geser atau kuat geser. Teori kuat geser ini, juga dapat diterapkan
pada material timbunan, namun bagi material yang memiliki
rekatan/kohesi, kekuatannya juga berasal dari kohesi diantara
butir-butir material.
• Coulomb menjabarkan kondisi tersebut dalam persamaan dibawah

• Rumus Coulumb sbb:


S = c + σn tan Ø σn = tegangan normal

Bila dalam material bekerja tekanan pori, persamaan menjadi


S = c + (σ-U) tan Ø atau S = c + σ’ tan Ø
Dimana :
S = tegangan geser saat
keruntuhan (kuat geser)
c = kohesi
Ø = sudut geser dalam
σ = tegangan total
σ’= tegangan efektif
U = tekanan pori
• . 2016
April ZAIN 255
Metode: Swedish Saat ini jarang digunakan di
Indonesia

FK = ∑ (C’l + (N-U-Ne) tanØ’


∑ (T + Te)
Dimana :
FK = faktor keamanan terhadap longsoran
l = panjang bidang irisan di atas bidang lonsoran = b/ cos α
b = lebar irisan(m)
h = tinggi irisan (m)
A = luas irisan = h. b (m)
C’ = kohesi efektif bahan timbunan (ton/m2)
Ø’ = sudut geser efektif
W = berat sendiri timbunan = .A (ton)
N = komponen normal dari berat sendiri timbunan = W cos α (ton)
U = tekanan pori yang bekerja pada permukaan bidang longsoran
Ne = komponen normal gaya gempa horisontal = k W sin α (ton) Gambar 9-3 : Kondisi
Gaya-gaya yang bekerja pada irisan
waduk kosong
T = komponen tangensial dari berat sendiri timbunan = W sin α (ton)
Te = komponen tangensi gaya gempa horisontal = k W cos α (ton)
K = koefisien gempa

April 2016 ZAIN 256


Kondisi Selesai Pembangunan
Bidang Longsor
Hilir
Udik

1 3 1
3 2

1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air


3 = Urugan transisi 4 = Fondasi (asumsi batuan)

April 2016 ZAIN 257


Kondisi Aliran Langgeng
Muka air
Muka air maksimum
Hilir
normal
Garis freatik

1 3 1
2

1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air


3 = Urugan transisi 4 = Fondasi

April 2016 ZAIN 258


Kondisi Pengoperasian Surut Cepat
Muka air
Muka maksimum
Hilir
air
normal

1 3 1
2

1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air


3 = Urugan transisi 4 = Fondasi

April 2016 ZAIN 259


X. INSTRUMENTASI
10.1 UMUM
Tujuan pemasangan:
Pemantauan tahap pelaks konstr, pemantauan pada masa OP,
Penelitian
10.2 JENIS INSTRUMEN (POKOK) :
- Pemantau tekanan pori: berbagai jenis pisometer
- Pemantau deformasi : patok geser, inklinometer, multi
layer settlmnt, joint meter, dll.
- Pemantau rembesan V-Notch
10.3 JENIS DAN JUMLAH INSTR YG DIPERLUKAN, tergantung pada
:
- Tingkat risiko, kelas bahaya, dan dimensi bendungan
- Kondisi geologi, topografi dan kegempaan
- Masalah yg dijumpai tahap desain, konstr dan OP
- tipe bendungan

April 2016 ZAIN 260


INSTRUMENTASI BENDUNGAN
Pada dasarnva instrumen bendungan sebagai alat
pemantau perilaku tubuh dan fondasi bendungan
adalah berupa :
1 ) Alat pengukur tekanan air pori yang jenisnya
adalah :
- Pisometer pipa tegak (standpipe piezometer)
- Pisometer hidraulik (hydraulic piezometer)
- Pisometer pneumatic (pneumatic piezometer)
- Pisometer elektrik (vibrating wire piezometer)

April 2016 ZAIN 261


Jenis Respons Pengope Perawat Umur Harga
Pisometer rasian an

Pipa Tegak Sangat Sangat Mudah Panjang Sangat


Lambat Lama Murah
Hidraulik Lambat Lama Sulit Panjang Mahal

Pneumatic Sedang Sedang Sedang Sedang Mahal

Elektrik Cepat Mudah Sedang/ Pendek Sangat


Sulit Mahal

April 2016 ZAIN 262


2) Alat pengukur muka air tanah atau sumur
pengamatan (observation well), berupa :
- Perforated pipe
- Slotted pipe
3) Alat pengukur deformasi atau pergerakan di dalam
tubuh bendungan, yaitu :
- Inklinometer, untuk mengetahui pergerakan
horisontal
- Alat pengukur pergerakan vertikal (penurunan) :
• Hydraulic settlement cell
• Multi laver settlement device
• Automatic double fluid settlement
• dll
April 2016 ZAIN 263
4) Alat pengukur pergerakan permukaan arah vertikal
dan horisontal, vaitu patok geser (surface marker)
5) Alat pengukur tekanan tanah total (earth pressure
cell)

Catatan : Penting dilakukan!


Semua alat ukur tekanan dan pergerakan harus
dikalibrasi di lapangan sebelum dipasang,
meskipun dari pabrik sudah ada sertifikatnya.

April 2016 ZAIN 264


SEKIAN
TERIMAKASIH
April 2016 ZAIN 265
V. BENDUNGAN URUGAN
Tipe :
Urugan tanah homogeen
Urugan tanah berzona (zonal tanah)
Urugan batu berzona (zonal batu)
Bendungan sekat
/urugan batu dengan lapis kedap air hulu

April 2016 ZAIN 266


Analisis yang dilakukan:
1. Stabilitas
2. Deformasi/settlement
3. Rembesan

CONTOH BENDUNGAN URUGAN TANAH HOMOGEEN DENGAN BERBAGAI


KETINGGIAN DAN SISTEM DRAINASINYA
April 2016 ZAIN 267
GARIS ALIRAN REMBESAN MELALUI TUBUH
BENDUNGAN URUGAN TANAH

April 2016 ZAIN 268


VI. SURVAI DAN INVESTIGASI
SECARA GARIS BESAR DIKELOMPOKKAN MENJADI:
• SURVAI TOPOGRAFI
MENCAKUP: LOKASI BENDUNGAN, KOLAM WADUK,
DAERAH GALIAN MATERIAL, FASILITAS PENDUKUNG,
PEMBEBASAN LAHAN, PEMUKIMAN KEMBALI, DAS,
PENGUKURAN PADA SAAT PELAKS KONSTRUKSI, DLL.
• INVESTIGASI GEOTEKNIK
MENCAKUP: PONDASI, BAHAN TIMBUNAN, KOLAM WADUK
• INVESTIGASI HIDROLOGI:
MENCAKUP: KEBUTUHAN AIR, KETERSEDIAAN AIR, DEBIT
BANJIR, SEDIMENTASI.
DILIHAT DARI TAHAP PELAKSANAANNYA, DIKELOMPOKKAN
MENJADI:
- INVESTIGASI AWAL,
- INVESTIGASI DETIL,
- INVESTIGASI SAAT PELAKSANAAN KONSTRUKSI
April 2016 ZAIN 269
6.1. SURVAI TOPOGRAFI
Tujuan:
• Memperkirakan calon volume waduk
• Menentukan tipe dan kedudukan calon
bdgn dan bangunan pelengkap
• Menentukan luas daerah yang akan
dibebaskan
• Memperkirakan volume cadangan bahan
timbunan.
• Memperkirakan luas DAS (dari peta
1:50.000 ~1:25.000 Bakosurtanal)
April 2016 ZAIN 270
April 2016 ZAIN 271
6.2. INVESTIGASI GEOTEKNIK
Untuk mengetahui sifat dan parameter teknik di daerah :
a) Daerah rencana bendungan, utk mengetahui kondisi fondasi
b) Daerah genangan waduk, untuk mengetahui potensi longsoran
dan bocoran
c) Daerah sumber galian, utk mengetahui ketersediaan material
timbunan. .
6.2.1 INVESTIGASI PONDASI
Dilakukan untuk: pondasi bendungan dan bangunan-
bangunan pelengkap seperti pelimpah, bangunan intake,
terowong, dll.
Kegiatan yang dilakukan, secara garis besar antara lain :
Pengumpulan dan pengkajian data dan hasil studi yang telah ada
• Investigasi geologi permukaan
• Investigasi bawah permukaan
• Uji insitu geoteknik
• Uji laboratorium
• Pengolahan dan penyajian hasil investigasi

April 2016 ZAIN 272


6.2.1.1 INVESTIGASI GEOLOGI PERMUKAAN:
Merupakan dasar untuk melakukan investigasi geologi rinci
1). Kegiatan: pengkajian data yang ada; pengenalan lapangan;
pengamatan singkapan dg bantuan peta 1:500 ~ 1000; pembuatan
petageolog dg cara analogi thd kondisi bawah permukaan. Bila
perlu dibantu dg pembuatan paritan uji.
2). Data yang diperoleh:
Dari observasi singkapan: jenis dan sifat lapisan dan batuan, pola
perlapisan (keselarasan/tidak, struktur geologi), hidrogeologi,
orientasi bidang diskontinyuitas (seperti struktur sesar, kekar, dll),
longsoran, lokasi sumber material, sumber mata air, alur,
ketebalan lapisan penutup, adanya fosil dll.
Dari obsevasi topografi : bentuk sungai dan lembah, jenis dataran
(dataran banjir, vulkanik, teras); bentuk spesifik (karst, longsoran,
gelinciran, gawir, sesar, lembah sesar, dll).
hasil invst geologi permukaan bersama invest geotek lain (bor,
paritan, adit, dll) kemudian dituangkan dalam peta geoteknik
berdasar klasifikasi geologi. Utk pondasi terutama: kekuatan,
pelapukan, permeabilitas. Utk material: gradasi dan hal-hal yang
terkait dengan penggalian.
(INGAT, BUKAN SEKEDAR PETA GEOLOGI UMUM, TAPI HRS DPT MEMBERI INFORMASI YANG DIBUTUHKAN
PERENCANA)

April 2016 ZAIN 273


Luas minimal areal investigasi geologi pada tapak bendungan
= (L+2H) x 8H L = perkiraan panjang puncak bendungan
H = perkiraan tinggi bendungan

April 2016 ZAIN 274


Areal investigasi untuk bendungan beton gaya berat
April 2016 ZAIN 275
April 2016 ZAIN 276
PETA GEOLOGI PERMUKAAN DAERAH GENANGAN
BENDUNGAN PONRE-PONRE
April 2016 ZAIN 277
6.2.1.2. Investigasi Geologi bawah permukaan
a. Metode:
- pendugaan geofisik; survai seismik, geolistrik, radio active.
- pemboran; efektif utk mengetahui kondisi geologi secara langsung
- sumuran uji (shaft/test pit), terowong uji (adit); utk sampling, insitu test,dll
1). Pendugaan geofisik: utk melengkapi data diantara titik-titik pemboran.
Survai Seismik merupakan metode yang sering digunakan, guna
mengetahui dengan cepat ketebalan dan kedalaman lapisan tanah dan
batuan, lokasi rekahan, struktur sesar, ketebalan pelapukan.
2). Pemboran: cara yang paling efektif untuk mengetahui secara langsung
kondisi geologi bawah permukaan calon lokasi bendungan. Pemboran
dilakukan sampai menembus batuan dasar > 5m, atau sekitar 2/3~1H.
Selama pemboran, dilakukan berbagai uji a.l:
- penetrasi standar (SPT), dilakukan setiap interval 2 m, atau pergantian
lapisan
- permeabilitas (k, atau Lu) setiap 1,5~3 m, metode disesuaikan kondisi
batuan.
- uji beban lobang bor (modulus deformasi); cepat rambat gelombang
elastis; kekerasan batuan; derajat konsolidasi dan porositas; dll

April 2016 ZAIN 278


Hasil Pemboran:
Core atau inti yang diperoleh dari pemboran harus disimpan dg baik dalam
peti kayu yang kuat (core box), disusun berurutan sesuai kedalaman
pemboran.
Diskripsi sample bor dicatat dlm format log bor, yang memuat:
nama pelaksana, tanggal, nomor dan lokasi titik bor, elevasi, jenis dan
diskripsi batuan, perolehan inti (core recovery), RQD (Rock Quality
Designation = % inti yang panjangnya >10cm), N-SPT, permeabilitas (k, Lu),
dll
b. Lokasi pemboran:
ditetapkan dengan mempertimbangkan titik-titik pemboran sebelumnya.
Jumlah dan lokasi tergantung pada kondisi geologi setempat. Tidak ada
ketentuan pasti, sebaiknya untuk bendungan dengan tinggi H=20~50 m: pada
poros bendungan jarak lobang bor 20~30 m; 1~2 terowong uji (untuk
bendungan urugan H<30 m biasanya tidak perlu)
• Pada tahap FS: pd lokasi terpilih biasanya diperlukan 2 lobang ditumpuan
kanan kiri, 2~3 dilembah sungai, 1~2 lobang dipelimpah. Bila lembah-nya
sempit dan diduga ada sesar perlu dibuat bor miring dari tebing menembus
formasi batuan dibawah sungai. Untk melengkapi data bor, kadang perlu
pendugaan geo fisik (survai seismik, geolistrik)
• Pada tahap DD: untuk melengkapi data studi sebelumnya yang dianggap
kurang, mengklasifikasi batuan berdasar sifat-sifat teknik, fisik dan sifat
hidrolik, yang diperlukan untuk pembuatan DD termasuk perbaikan pondasi,
dll . Lihat contoh: core box, bore log, lokasi titik bor, klasifksi batuan, peta & penampang geologi
April 2016 ZAIN 279
April 2016 ZAIN 280
April 2016 ZAIN 281
April 2016 ZAIN 282
CORE BOX DDS-5 (0~25M).
BENDUNGAN PONRE-PONRE

April 2016 ZAIN 283


CORE BOX BENDUNGAN KAREBBE
PT.INCO SULAWESI SELATAN

April 2016 ZAIN 284


April 2016 ZAIN 285
April 2016 ZAIN 286
c. Uji lapangan/insitu:
Uji lapangan yang sering dilakukan pada sumuran atau
terowong uji berupa : uji cepat rambat gelombang elastis (utk
mengklasifikasi formasi batuan), uji deformasi, uji geser, dll.
Untuk mengetahui stratigrafi dan karakteristik perlapisan tanah
dilapangan, selain uji SPT seperti yg dibahas diatas, ada
beberapa uji lain seperti:
- uji sondir (CPT): untuk mengetahui tekanan konus qc dan
friksi fc lempung sangat lunak~ lempung padat (sering
dilakukan)
- uji dilatometer (DMT): modulus elastisatas, kuat geser pasir,
lanau, lempung
- preesure meter (PMT): koefisien tekanan tanah kondisi diam K0
- uji geser baling (VST): kuat geser tak terdrainasi lempung
lunak, kaku dan lanau.
April 2016 ZAIN 287
April 2016 ZAIN 288
d. Uji laboratorium:
Untuk mengetahui sifat fisik dan sifat teknik, dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: lab mekanika tanah dan mekanika batuan

1). Uji laboratorium mekanika tanah


Sample tanah yang akan diuji untuk investigasi pondasi adalah tanah tak
terganggu/asli. Lingkup uji meliputi :

Sifat fisik, antara lain : berat spesifik (Gs), berat isi ( n), kadar air (Wn),
analisis butiran (m%), batas-batas Atterberg, hidrometer.

Sifat mekanik / teknik antara lain : uji geser langsung (c,D), konsolidasi (Cc,
Cv, Es), triaksial : consolidated undrained, unconsolidated, consolidated
drained. Uji permeabilitas, dan bila perlu uji Erodibility atau slake durability
test.

April 2016 ZAIN 289


2). Uji laboratorium mekanika batuan

• Sifat fisik dan kimiawi:


• selalu : berat spesifik Gs, berat isi γn, porositas, serap air, permeabilitas
k;
• sering kali : modulus elastisitas dinamis, nilai poison dinamis; uji serap
air (utk mengetahui ketahanan batuan thd air); besarnya pengembangan
(swelling), uji sifat kimiawi batuan (utk mengetahui kandungan mineral yg
merugikan seperti: opal, holohyline, apatite, illite dpt merusak beton dg
reaksi alkali; sulfida besi, pyrite mudah teroksidasi yang hasilnya
bersama asam belerang dpt merusak daya rekat beton dan mencemari
sungai.

• Sifat mekanik :
• selalu : uji desak bebas (unconfined compressive strength), modulus
deformasi (elastis), nilai poison
• sering kali : triaksial-konstanta kekuatan batuan (c, ), modulus
deformasi, nilai poison; geser langsung; uji kuat tarik Brasilian
• bila perlu : uji kekerasan restitusi (Shore Hardness test atau Schmid
Hammer test).

April 2016 ZAIN 290


Pengolahan hasil
1). Klasifikasi Teknis: berdasar karakteristik geologi, sifat mekanik jenis
dan massa batuan, faktor lain seperti core recovery, RQD lihat
klasifikasi Tanaka

2). Penyajian : dalam bentuk peta cekungan waduk, lokasi bdgn,


penampang lintang & memanjang bendungan, log bor, peta adit dan
test pit

April 2016 ZAIN 291


Klasifikasi batuan pondasi bendungan menurut Tanaka

April 2016 ZAIN 292


6.2.2 INVESTIGASI MATRIAL
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan
menentukan:
• Kualitas matrial timbunan dan agregat beton,
yang menckup klasifikasi teknik, sifat fisik, sifat
teknik.
• Ketersediaan cadangan matrial yang memenuhi
syarat.
• Kondisi yang berkaitan dengan: penggalian,
lokasi, jalan masuk, jarak, status, perlunya
konservasi, dll.

April 2016 ZAIN 293


.

• MATERIAL TIMBUNAN: ISTILAH UMUM UNTUK


MATERIAL TANAH (SOIL) DAN BATUAN (ROCK),
TERDIRI DARI:
• MATERIAL KEDAP AIR (IMPERVIOUS):
MATERIAL TIMBUNAN DENGAN KOEF PERMEABILITAS
SETELAH DIPADATKAN < 1X10-5 cm/dt.
• MATERIAL LOLOS AIR (PERVIOUS):
MATERIAL TIMBUNAN DENGAN KOEF PERMEABILITAS
SETELAH DIPADATKAN < 1X10-3 cm/dt.
• MATERIAL SEMI KEDAP AIR: MATERIAL TIMBUNAN
DENGAN KOEF PERMEABILITAS SETELAH DIPADATKAN
DIANTARA SEMI KEDAP AIR DAN KEDAP AIR

April 2016 ZAIN 294


Syarat material timbunan
• Material tanah:
- Kuat geser dan kepadatan memadai
- Permeabilitas sesuai persyaratan
(inti,filter, transisi)
- Angka konsolidasi kecil
- Mudah pengerjaannya

• Material batu:
- sound (utuh tanpa cacat)
- bersih
- segar/bebas dari lapukan
• .
April 2016 ZAIN 295
April 2016 ZAIN 296
Investigasi dan Uji material timbunan bendungan urugan

April 2016 ZAIN 297


JENIS UJI MATERIAL TIMBUNAN
Material dan Tahap Studi Material Kedap Air Material Semi Kedap Air Material Lulus Air Keterangan

Uji Desain Konstr Desain Konstr Desain Konstr

Uji Sifat Berat spesifik (Gs) O O O O O O Ukuran butiran kurang dari 4,76 mm
Fisik 1)
Kandungan air (Wn) O O O O O O Untuk material lulus air, lunak,
batuan berbutir halus yang
Analisis butiran (m%) O O O O + O cenderung retak dan slaky, harus
diambil samplenya 1)
Batas cair (Wi) O O + O + + 1): sample termasuk tanah berbutir
halus yang diuji pada kondisi tidak
Batas plastis (Wp) O O + + + + kering
Kandungan organic + + +

Uji lapangan + + + +

Dipersion + +

Lain-lain + + + + + +

Uji Sifat Pemadatan (qD,OMC) O O O O + O Bila mold / cetakan yang digunakan


Teknik tidak standar, ukuran maksimum
Indek konus + + butiran halus kurang dari 1/5 diamter
dalam mold. Untuk pemadatan
Permeabilitas O O O O + + diamter dalam mold, harus >10 cm.
Indek pemadatan harus ditetapkan,
Konsolidasi O O + + + + bila :
Md<10, d max<Md/10
Md>10, d max<Md/10-5
Geser/triaksial BP (cu,uu,Ø’) O O O O O O .Md=diameter mold
Butiran halus + + + + + O .d max=ukuran butiran maks yang
diijinkan.
Lain-lain + + + + + +

Uji Berat spesifik & daya serap + + + O O O


Batuan air grafel
Triaksial standar: utk
tanah.
Kuat tekan O O
Triaksial skala besar,
Stabilitas + +
geser langsung standar,
Ketahanan abrasi + O geser langsung skla
besar, utk pasir dan batu
Kadar kelarutan total + +
April 2016
Nilai PH
ZAIN + + O=harus 298

Lain-lain + + + + + + +=bila perlu


April 2016 ZAIN 299
BATAS CAIR & BATAS PLASTIS

• .
BATAS CAIR (LL): KADAR AIR TANAH PD BATAS ANTARA KEADAAN CAIR
DAN KEADAAN PLASTIS/BTS ATAS DAERAH PLASTIS, DPT DIKETAHUI DG
UJI LAB.
BATAS PLASTIS (PL): KADAR AIR TANAH PADA BATAS BAWAH DAERAH
PLASTIS. DPT DIKETAHUI DG UJI INDEK PLASTIS PI = LL – PL
BATAS ATTERBERG MERUPAKAN FAKTOR PENTING UTK MENGETAHUI
SIFAT TEKNIS TANAH BERBUTIR HALUS. HASIL ANALISIS BATAS
ATTERBERG SEBAIKNYA DIPLOT PD GRAFIK PLASTISITAS USCS DAN
DIKAJI SIFAT TEKNISNYA
April 2016 ZAIN 300
April 2016 ZAIN 301
April 2016 ZAIN 302
Tanah lempungan untuk timbunan tubuh bendungan, disyaratkan memiliki
permeabilitas yang rendah, tapi juga kuat geser yang tinggi dan tahan terhadap
erosi. Diagram dibawah, memperlihatkan sifat ketahanan erosi tanah lempungan
berdasar hubungan antara batas cair (wL) dengan indeks plastis (Ip).

Tabel sifat fisik tanah yang tahan terhadap erosi


Sedang No Klasifikasi Sifat fisik

wL IP Kandungan
(%) (%) pasir (%)

1. Baik > 45 > 18 < 40

2. Sedang < 45 > 18 > 40

3. Jelek Tidak memenuhi butir (1)


dan (2)

Sifat permeabilitas tanah, tergantung kandungan fraksi halusnya ( lolos saringan no.200)
Bila kandungan fraksi halus < 7 %, tanah bersifat lolos air; bila ≥ 50%, plastisitas-nya
sangat tinggi dan mudah longsor tidak dapat digunakan.
Kuat geser S = c + (σ-u) tanØ dipengaruhi oleh gradasi, kadar air, kepadatan

April 2016 ZAIN 303


April 2016 ZAIN 304
CONTOH : JENIS DAN HASIL UJI MATERIAL BENDUNGAN KARIAN BANTEN
No Pengujian Simbul Satuan FS JICA 1985 KICA 2005
1. Kadar air asli wn % 41,70 ~ 42,30 26,26 ~ 38,09
2. Berat spesifik Gs - 2,66 ~ 2,62 2,567 ~ 2,642
3. Batas cair wL % 55,60 ~ 58,70 49,20 ~ 82,33
4. Batas plastis wP % 32,00 ~ 34,50 27,26 ~ 43,48
5. Indeks plastisitas IP % 23,60 ~ 24,20 19,56 ~ 38,85
6. Kalsifikasi tanah - - MH MH ~ CH
7. Kandungan pasir S % - 15,34 ~ 51,93
8. Kandungan lanau M % - 18,71 ~ 38,16
9. Kandungan lempung C % - 31,00 ~ 46,50
10. Kadar air optimum OMC % 26,55 24,50 ~ 39,95
11. Kepadatan kering maks. MDD t/m3 1,48 1,197 ~ 1,509
12. Koefisien permeabilitas K Cm/s 2,4x10-7 6,86x10-8 ~ 1,06x10-7
13. Triaxial CU/CD C‘ t/m2 2,00 5,78 ~ 7,16
- kohesi eff ‘ …o 20,5 18 ~ 26
- sudut geser dalam eff
14. Konsolidasi : CC - - 0,232 ~ 0,300
- indeks kompresi CV Cm2/s - (1,65~2,25)10-2
- koefisien konsolidasi
15. Selisih wn dengan OMC w % +15,45 (+1,76)-(+4,04)

Catatan : 1) Hasil FS JICA untuk borrow area D1 berupa tanah lanauan dengan plastisitas rendah (ML) dengan IP =12% tidak
disarankan tidak digunakan.
2) Hasil “ KOICA 2005” yang banyak mengandung gravel dan pasir (A2; D2 dan D3) tidak direkomendasikan.

April 2016 ZAIN 305


6.2.3 BEBAN GEMPA
a. Beban gempa yang harus diperhitungkan dalam penyiapan desain
bendungan:
- Gempa Dasar Operasi (Operating Basis Earthquacke = OBE):
yaitu tingkat gempa yang menimbulkan goncangan tanah (ground motion)
pada lokasi bendungan dengan kemungkinan 50% tidak terlampaui
selama 100 tahun. Berdasar definisi tersebut, kemudian OBE ditetapkan
secara probabilistik (berdasar periode ulang 50~100 tahun tergantung
kelas risiko bendungan. Pada gempa OBE bendungan tidak boleh
mengalami kerusakan.
- Gempa desain maksimum (Maximum Design Earthquacke = MDE):
yaitu tingkat gempa yang menimbulkan goncangan terbesar dilokasi
bendungan yang akan dipakai untuk penyiapan desain. Periode ulang
gempa MDE berkisar 1000 ~10.000 tahun. Pada gempa MDE bendungan
hanya boleh mengalami sedikit kerusakan (small damage), untuk
bendungan urugan haya boleh mengalami penurunan kurang dari ½ tinggi
jagaan (dihitung dari m.a. normal).
- Gempa imbas waduk (Reservoir Induce Earthquacke = RIE);
yaitu gempa bumi yang terjadi akibat pengisian waduk yang
mengakibatkan tingkat goncangan permukaan maksimum di lokasi
bendungan. Gempa RIE hanya diperhitungkan bagi bendungan yang
memiliki tinggi>100 m atau tampungan>500.000m3.

April 2016 ZAIN 306


b. Penetapan parameter gempa desain
Dapat ditetapkan dari hasil studi gempa atau dari Peta Zona Gempa.

Studi gempa : dilakukan untuk penetapan parameter gempa desain bagi


bendungan yang tinggi, atau yang terletak di daerah yang memiliki kondisi
geologi khusus seperti sesar besar yang aktif, atau terletak pada zona E
dan F pada Peta Zona Gempa.
Bagi bendungan yang diluar kondisi diatas, parameter gempa desainnya
dapat ditetapkan dari peta zona gempa. Dari peta (lihat peta gempa
Indonesia pada lembar berikut) diperoleh:
- percepatan gempa ad = z x ac x v
- koefisien gempa dasar k = ad/g k tergantung periode ulang T.
Koefisien gempa dasar, kemudian harus dikoreksi dengan:
- α1 koreksi pengaruh daerh bebas (free field)
untuk bendungan urugan=0,7; bendungan beton=1
- α2 koreksi pengaruh jenis struktur untuk bendungan
urugan=0,5, bendungan beton=1

April 2016 ZAIN 307


- Setelah gempa dasar k dikoreksi dengan α1dan α2 akan diperoleh K0 yaitu
“koefisien gempa desain terkoreksi” pada permukaan tanah.

Untuk analisis stabilitas bendungan, nilai K0 harus dikoreksi terhadap efek


“cambuk” dimana semakin tinggi tempat yang ditinjau goncangan gempa
akan semakin besar. berdasar pada ketinggian titik yang ditinjau, sehingga
menjadi koefisien gempa K yang dihitung dengan rumus sbb:
- untuk y/H < 0,4 K= K0 x {2,5-1,85 (y/H)}
- untuk y/H > 0,4 K= K0 x {2,0-0,60 (y/H)};
dimana y tinggi titik yg ditinjau diukur dari atas puncak bendungan; H=tinggi
bendungan.

Beban gempa diperhitungkan sebagai gaya horisontal sebesar F=K.W


W=berat tubuh bdgn
F=KW

y/H

April 2016 ZAIN 308


7. STABILITAS LERENG
BENDUNGAN.

7.1 Persyaratan Faktor keamanan


minimum untuk stabilitas bendungan
tipe urugan tanah menurut SNI M-03-
2002 lihat tabel berikut

April 2016 ZAIN 309


7.2 BEBAN

7.2.1 Umum
Beban yang bekerja pada bendungan urugan, terdiri dari:
• Berat sendiri tubuh bendungan
• Tekanan hidrostatis
• Tekanan pori
• Beban gempa

7.2.2 Berat sendiri tubuh bendungan


Analisis stabilitas lereng tubuh bendungan, dihitung pada:
- kondisi akhir konstruksi berdasar density material basah,
- kondisi m.a.w max dan m.a.w rendah berdasar density material basah
dan jenuh untuk bagian atas dan bawah garis freatis.

G=WxV

dimana : G = Berat tubuh bendungan (bagian yang ditinjau)


W = Berat basah / jenuh air
V = Volume tubuh bendungan (bagian yang ditinjau)

April 2016 ZAIN 310


7.2.3.Tekanan hidrostatis
Diperhitungkan bekerja tegak lurus pada
permukaan tubuh bendungan.

p = w0 x h
dimana : p = tekanan hidrostatis
w0 = berat satuan
7.2.4 Tekanan Air Pori
Tekanan air pori diperhitungkan bekerja tegak lurus bidang gelincir. Pada analisis
stabilitas tubuh bendungan, tekanan pori setidak-tidaknya diperhitungkan pada tiga
kondisi, yaitu: akhir konstruksi, muka air normal dan surut cepat.
Pada akhir konstruksi, tekanan pori lazim diasumsi = 50% berat material diatas titik
yang ditinjau, pada m.a.n. sesuai rembesan yang berkembang dan pada surut
cepat diperhitungkan tekanan pori residual.

7.2.5 Beban gempa


Diperhitungkan sebagai gaya yang bekerja horizontal, sebesar berat tubuh
bendungan dikalikan koefisien gempa.

F=gxk
dimana : F = gaya gempa
g = berat tubuh bendungan
k = koefisien gempa

April 2016 ZAIN 311


7.3 Analisis stabilitas lereng
(metode analisis yang disajikan hanya prinsip dasar saja, pendalaman materi diharapkan
dapat dilakukan sendiri oleh peserta Diklat ditempat kerja, dengan prioritas pertama untuk
metode Bishop)

7.3.1. Umum
Perhitungan stabilitas timbunan tanah dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu :
• Cara keseimbangan batas (limit equilibrium method) circular
slip surface / sliding circle, wedge
• Cara elemen hingga (Finite Elemen Method)
Pada cara keseimbangan batas, perlu diperhatikan pola-pola
keruntuhan yang terjadi, yaitu :
• Daya dukung (bearing capacity) terlampaui
• Keruntuhan internal (internal stability)
• Keruntuhan fondasi (fondation stability)
• Keruntuhan keseluruhan (overall stability)
Untuk pondasi tanah lunak, ke empat pola keruntuhan tersebut
dapat terjadi, sedang untuk pondasi tanah keras atau batuan
biasanya hanya terjadi keruntuhan internal pada timbunan.

April 2016 ZAIN 312


CONTOH POLA KERUNTUHAN TIMBUNAN

April 2016 ZAIN 313


KONDISI PEMBEBANAN DAN
FAKTOR KEAMANAN

Tinjauan stabilitas lereng yang perlu dilakukan:


• Kondisi Selesai Pembangunan (udik dan hilir)
• Kondisi Aliran Langgeng (udik dan hilir)
• Kondisi Pengoperasian waduk (surut cepat)
• Kondisi darurat karena pembuntuan filter (hilir)
dan kondisi darurat karena kebutuhan darurat.

April 2016 ZAIN 314


Persyaratan faktor keamanan minimum untuk stabilitas bendungan tipe urugan tanah

No Kondisi Kuat Tekanan Pori FK tnp FK dg


gempa Gempa
geser
1. Selesai pembangunan tergantung : 1. Efektif Peningkatan tek. pori pada timbunan 1,30 1,20
1. Jadual pembangunan dan pondasi dihitung menggunakan data
2. Hubungan antara tek. pori lab. & pengawasan instrumen
dengan waktu

Lereng U/S dan D/S Idem hanya tanpa pengawasan 1,40 1,20
instrumen

Dengan gempa tanpa kerusakan, digunakan Hanya pada timbunan tanpa data lab. & 1,30 1,20
50% koef. gempa desain dengan/tanpa pengawasan instrumen

2. Total 1,30 1,20

2. Rembesan tetap tergantung : 1. Efektif Dari analisis rembesan 1,50 1,20


1. Elevasi muka air normal sebelah
udik
2. Elevasi muka air sebelah hilir
Lereng U/S dan D/S. Dengan gempa tanpa
kerusakan digunakan 100% koef. gempa desain

3. Pengoperasian waduk tergantung : 1. Efektif Surut cepat dan dari elevasi muka air 1,30 1,10
1. Elevasi muka air maks. di udik normal sampai muka air minimum.
2. Elevasi muka air min. di udik Lereng U/S dan D/S
(dead storage)
Lereng U/S harus dianalisis untuk kondisi surut Surut cepat dari muka air maks. sampai 1,30 -
cepat muka air min. Pengaruh gempa diambil
0% dari koef. Gempa desain
4. Luar biasa tergantung : 1. Efektif Surut cepat dari elevasi muka air 1,20 -
1. Pembuntuan pada sistim maksimum sampai muka air terendah
drainase bangunan pengeluaran.
2. Surut cepat karena penggunaan Pengaruh gempa diabaikan
air melebihi kebutuhan
April 2016
3. Surut cepat keperluan gawat ZAIN 315
darurat
Kondisi Selesai Pembangunan
Bidang Longsor
Hilir
Udik

1 3 1
3 2

1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air


3 = Urugan transisi 4 = Fondasi (asumsi batuan)

April 2016 ZAIN 316


FK minimum kondisi pembangunan
No. Kondisi Kuat geser Tekanan pori FK tanpa FK dengan
gempa gempa

1. Selesai pembangunan 1. Efektif Perhit. Tek. Pori dari 1.30 1.20


1.Jadwal pembangunan urugan dan pondasi
2. Hub. Tekanan pori dan dihitung
waktu menggunakan data
lab. Dan pengawasan
Lereng udik / hilir instrumen
Koef.gempa 50% kondis
tanpa kerusakan
Sama , tetapi tanpa 1.40 1.20
instrumen
Hanya pada urugan 1.30 1.20
tanpa data lab. Dan
dengan /tanpa
pengawasan
instrumen
April 2016 2. Total Tanpa
ZAIN instrumen 1.30 1.20
317
Kondisi Aliran Langgeng
Muka air
Muka air maksimum
Hilir
normal
Garis freatik

1 3 1
2

1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air


3 = Urugan transisi 4 = Fondasi

April 2016 ZAIN 318


FK minimum kondisi aliran langgeng
No. Kondisi Kuat geser Tekanan pori FK tanpa FK dengan
gempa gempa
2. Aliran langgeng. 1. Efektif Dari analisis 1.50 1.30
1. Elev. M.A normal rembesan.
sebelah udik
2. Elev M.A minimum di
hilir
Lereng udik dan hilir
Gempa K= 100% tanpa
erusakan
3. Pengoperasian waduk 1. Efektif Surut cepat dari 1.30 1.10
1. Elev. MA.maksimum di el. MA normal
udik sampai MA
2. Elev. MA. Minimum di minimum
hilir
Surut cepat dari 1.30 -
MA maksimum
sampai MA
April 2016 ZAIN 319
minimum
Kondisi Pengoperasian Surut Cepat
Muka air
Muka maksimum
Hilir
air
normal

1 3 1
2

1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air


3 = Urugan transisi 4 = Fondasi

April 2016 ZAIN 320


Kondisi Darurat Pembuntuan Filter
Muka air
Muka air maksimum
Hilir
normal
Garis freatik

1 3 1
2

1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air


3 = Urugan transisi 4 = Fondasi

April 2016 ZAIN 321


Kondisi Darurat Masalah Keamanan
Muka air
Muka air maksimum
Hilir
normal

Air Waduk
Diturunkan 1 3 1
2

1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air


3 = Urugan transisi 4 = Fondasi

April 2016 ZAIN 322


FK minimum kondisi darurat
No. Kondisi Kuat Tekanan pori FK tanpa FK dengan
geser gempa gempa
4. Kondisi darurat : 1. Efektif Surut cepat dar 1.20 -
1. Pembuntuan sistim E. MA maks
drainase sampai El.
2. Suru cepat karena Terendah
penggunaan air bangunan
berlebihan pengeluaran
3. Surut cepat keperluan
darurat

April 2016 ZAIN 323


7.2 Metoda Bidang Longsor Lingkaran
Metoda yang lazim digunakan untuk bidang longsor berbentuk sirkular (circular slip
surface) adalah metode Bishop yang dimodifikasi.

Gambar Bidang longsor sirkular dengan penampang-penampang irisannya


April 2016 ZAIN 324
Faktor keamanan (SF) dihitung berdasarkan rumus :

Nilai SF pada ruas kanan harus ditentukan secara iteratif berdasarkan perhitungan SFj-1
dari perhitungan sebelumnya.
dengan keterangan :
I = berat isi penampang/irisan ke-i (kN/m3),
hi = tinggi irisan ke-i (m),
ui = gaya akibat tekanan air pori dari irisan ke-i.

Keterangan simbol lain sama dengan simbol pada metoda baji dibawah.

Keterbatasan Metoda Bishop adalah :


-Hanya cocok untuk bidang kelongsoran berbentuk sirkular/lingkaran
-Tidak memperhitungkan gaya-gaya yang bekerja antar irisan dan yang diperhitungkan
hanya gaya-gaya horisontalnya saja.
April 2016 ZAIN 325
7.3 Metoda Bidang Longsor Baji
Metoda baji (wedge method) cocok untuk bidang longsor berbentuk non-sirkular
yang prinsipnya seperti gambar di bawah.

April 2016 ZAIN 326


Gaya-gaya aktif dan pasif bekerja pada setiap bidang longsor horisontal, menurut rumus :

tan i C i bi tan i
Pwi Wi ( Sin i Cos i .
Ei Ei SF SF SF
1
tan i
Cos i Sin i
SF

dengan keterangan :
i = banyak penampang yang ditinjau
Ei = gaya horisontal pada penampang ke-i (kN)
Pwi = gaya tekanan air pori tegak lurus permukaan penampang ke-i (kN)
Øi = sudut geser dalam dari bidang longsor penampang ke i (…0)
SF = faktor keamaman
Ci = kohesi dari penampang ke-i (kPa)
bi = lebar penampang ke-i (m)

Keterbatasan dari metoda ini adalah :


-Hanya sesuai untuk bidang longsoran berbentuk garis (straight slip surface)
-Kondisi keseimbangan belum tentu dapat tercapai
-Kondisi bidang longsor kritis harus dilakukan secara coba-coba (trial and error)

April 2016 ZAIN 327


7.4 Metode Bidang Longsor Bukan Lingkaran
7.4.1 Metoda Spencer
Pada metode ini diasumsikan resultan gaya antar irisan membentuk sudut dengan
bidang horizontal, seperti berikut.

April 2016 ZAIN 328


Perhitungan dilakukan pada setiap irisan berdasarkan persamaan keseimbangan gaya-gaya yang
bekerja arah sejajar dan arah tegak lurus dasar irisan.

n n
……. (1) ………..(2)
Pi .Cos 0 Pi .Sin 0
i 1 i 1

n
Pi 0
i 1

jadi persamaan (1) = persamaan (2).


Pada kondisi seimbang, momen dari semua gaya terhadap pusat bidang kelongsoran = nol.

n
Pi .Cos i 0
i 1

adalah sudut longsor irisan ke-i ; analisis dilakukan beberapa kali dengan memasukkan variasi
I
sudut . Faktor keamanan SF dapat diperoleh dengan menggambarkan hubungan antara SF
sebagai fungsi dari . SF yang dihitung dari rumus (9) adalah SFj dari rumus (10) menghasilkan
SFm. Dengan membuat grafik SFj terhadap ; perpotongan grafik tersebut menghasilkan SF yang
memenuhi keseimbangan. Metoda Spencer ini juga dapat digunakan untuk bidang kelongsoran
berbentuk non-sirkular.

April 2016 ZAIN 329


7.4.2 Metoda Janbu
• Pada setiap irisan harus tercapai keseimbangan antara gaya-gaya vertikal dan
horisontal serta keseimbangan momen dari setiap irisan yang ditinjau. Pada proses
iterasi, parameter C dan berkurang secara bertahap dengan membaginya terhadap
SF berdasarkan 3 persamaan keseimbangan.

April 2016 ZAIN 330


7.4.3. Metoda Morgenstern dan Price

• Metoda ini dapat digunakan baik untuk


bidang kelongsoran sirkular maupun
non-sirkular. Prinsipnya sama dengan
metoda Spencer yang menggunakan 3
keseimbangan gaya dan momen.
Asumsi yang digunakan metoda ini
bahwa gaya-gaya yang bekerja antar
irisan, membentuk sudut yang bervariasi.

April 2016 ZAIN 331


S u n g a i M a ra n g k a yu , D e s a S e b u n ta l
2 20 H kr iti s 2.0 0

1 4 4 M itte l p u n kte d e fi n ie r t.
3 4 9 8 sl ip c ir cl e s w e re in ve s tig a te d . 1.8 8

D IN 4 0 8 4 (o l d )
m i n = 1 .2 8 1.7 6
2 00
x m = 4 6 .6 7 m
y m = 1 4 2 .6 9 m 1.6 4
R = 5 4 .2 4 m
C o n so l id a tio n tim e = 5 0 .0 d a ys
1.5 2
1 80 C o n s o lid a t io n la y e r 1 : ve r tic a l d r a in / d e = 1 .3 1 / rw = 0 .0 7 / E s = 5 0 0 .0 / k = 8 .5 8 E - 7 / S e ttle m e n t d u ra ti o n = 1 .0

c pw 1.4 0
S o il D
Dee s ig n a ti o n
[°] [kN /m ² ] [kN /m ³ ] [- ]
2 1 .5 7 2 5 .7 2 1 8 .0 7 0 .0 0 T im b u n a n 1.2 8
1 60 9 .5 0 5 .5 0 1 5 .3 6 0 .0 0 CH
2 2 .0 0 0 .0 0 1 9 .0 0 0 .0 0 P a si r
1.1 6

1. 28
1.0 4
1 40

0.9 2

0.8 0
1 20

0.6 8

0.5 6

1 00 w Geos 2/ µ: 0.30/ mx t:T:30.


90.0
Geos 1/ µ:0. 30/m xt:
06/m xT :90. 0/T: 90.0
xT:5
34.20/
4.0 mx T: 54.0/ T: 54.0 w
55. 0(1)

55. 0(1)
0.4 4

0.3 2

80
0.2 0

w w

0 20 40 60 80 10 0 12 0 14 0 16 0 18 0 2 00 2 20

April 2016 ZAIN 332


POTONGAN MELINTANG BENDUNGAN KARIAN

April 2016 ZAIN 333


8. DESAIN PONDASI
8.1 Umum
Syarat yang harus dimiliki tanah/batuan pondasi bendungan
adalah:
- Harus memiliki daya dukung yang cukup sehingga mampu mendukung
bendungan dengan aman;
- Harus cukup kedap dan aman terhadap kegagalan akibat rembesan
(perlu pengendalian rembesan untuk mencegah terjadinya erosi internal,
piping, sand boil, uplift yang berlebih, debit rembesan yang berlebih,
likuifaksi, pelarutan, dll).
Pondasi bendungan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
- pondasi material berbutir halus / tanah
- pondasi pasir dan kerikil
- pondasi batuan.
- pondasi campuran
Masing-masing jenis pondasi tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan.
Perbaikan pondasi dilakukan agar persyaratan pondasi diatas terpenuhi.
Perbaikan pondasi dilakukan pada permukaan pondasi dan dibawah
permukaan pondasi.

April 2016 ZAIN 334


8.2 Pondasi berbutir halus / tanah
Lapisan fondasi ini biasanya berupa lempung dan lanau.
Kelebihannya: umumnya cukup kedap air.
Kekurangannya: daya dukung (kuat geser) rendah sehingga sering timbul
deformasi yang cukup besar dan tekanan pori yang berlebihan.
Masalah utama pada pondasi tanah adalah stabilitas, untuk mengatasi hal
tersebut lereng timbunan sering dibuat landai atau dibuat berem pada
lereng hulu dan hilir.

Masalah lain, apabila tidak dilakukan perbaikan yang tepat dapat terjadi:
- defferential settlement yang besar
- settlement yang besar yang berakibat berkurangnya tinggi jagaan,
retakan, longsoran, kerusakan pada sistem instrumentasi, dll
- munculnya daerah basah pada daerah yang lunak dipondasi,
sehingga timbul piping atau bocoran yang membawa material pondasi
atau bendungan.

Lapisan pondasi berupa lanau dengan kepadatan rendah dpt mengalami


likuifaksi saat terjadi gempa, disamping itu lanau juga mudah tererosi.
Untuk mengatasinya, pada kaki bendungan perlu dilengkapi dengan filter
dan drainasi yang baik.

April 2016 ZAIN 335


Berbagai retakan pada bendungan akibat
defferential settlement yang timbul karena
April 2016 fondasi yang compressive dan tidak
ZAIN 336
beraturan
Pada daerah rawa atau yang selalu terendam air, tanahnya sering berupa
tanah lunak (N-SPT 3~5) sampai sangat lunak (N-SPT < 3) yang kuat
gesernya sangat kecil. Untuk kondisi tersebut perlu penelitian yang
mendalam dan metode perbaikan yang khusus yaitu dengan cara:
displacement atau replacement, percepatan konsolidasi dengan drainasi
vertikal, pembebanan awal atau preloading

April 2016 ZAIN 337


PERBAIKAN PONDASI PADA
BENDUNGAN MERANCANG (ATAS)
DAN MANGGAR (BAWAH)

Timbunan baru, lempung lanauan, plastisitas PP = Pneumatic Piezometer


Sedang – tinggi coklat kemerahan (CH – MH)
SP = Stand Pipe Piezometer

Filter drain PS = Settlement Plate

Tanah fondasi N < 10, lempung campur organik TS = Toe Stakes


Plastisitas tinggi, abu-abu (OH)

April 2016 ZAIN


Tanah fondasi N > 10, pasir halus lanauan,
abu-abu muda (SP)
BENDUNGAN MANGGAR 338
April 2016 ZAIN 339
April 2016 ZAIN 340
18
16
14
Tinggi Timbunan (m)

12
10
8
6
4
2
0
1 2 2 4 5 8 20 21 22 23 24 27 30 40 42 42 44 45 48 60 61 62 63 64 67 70 80
Waktu (Hari)

April 2016 ZAIN 341


8.3. Pondasi pasir kerikil
Pondasi ini biasanya berupa endapan aluvial yang tersusun atas pasir
halus~kasar dan kerikil yang lulus air.
Permasalahan yang dihadapi adalah:
- Daya dukung cukup, namun harus di-verifikasi berdasar investigasi
dan pengujian.
- Rembesan berlebihan
- Erosi buluh dan sembulan (sand boil)
- Likuifaksi bagi pasir halus berbutir seragam dengan kepadatan
relatif < 50%.
- Lapisan pasir sangat urai dapat runtuh karena penurunan dengan
cepat saat pengisian waduk karena jenuh air

Perbaikan pondasi yang diperlukan sangat tergantung pada ketebalan


dan penyebaran lapisan lulus air. Pada pondasi ini, sangat diperlukan
pengendalian rembesan yang baik, jenisnya diantaranya sbb:
- Parit halang (key tranch) yang diisim kembali dengan lempung
- Dinding halang/difragma wall: lempung bentonite, semen bentonite,
beton plastis.
- Blankit kedap air hulu
- Toe drain
- Relief well dan campuran

April 2016 ZAIN 342


1 Zona penahan air (inti) 6 Selimut drainase
1A Parit halang 7 Drainase kaki (toe drain)
2 Zona drainase udik untuk pelindung stabilita 8 Parit drainase (terbuka atau tertutup)
2A Zona transisi 9 Sumur pelepas tekanan (relief wells)
3 Zona drainase hilir (chimney drain) 10 Selimut kedap air
3A Subzona saringan (filter) 11 Dindinghalang slari (Slurry wall cutoff)
4 Zona armor 12 Grouting tirai
5 Zona pelindung stabilitas hilir 13 Berm rembes air
April 2016 ZAIN 343
Contoh macam-macam pengendalian rembesan air pada bendungan tipe urugan
8.4 Pondasi batuan
Kelebihan : daya dukung kuat
Kekurangan: sangat jarang dijumpai batuan yang masif dan segar,
kenyataannya, batuan sering memiliki rekahan (fissures), sambungan
(joint), celah-celah, diskontinyuitas, patahan, sesar, zona remasan
lapisan lulus air disepanjang bidang, dll.
Lapisan batu lempung, batu lanauan dan serpih/shale biasanya
mempunyai sifat yang tidak menguntungkan ditinjau dari aspek
stabilitasnya. Batu lempung sering bersifat slakky (perlu diuji). Batu
serpih pada kondisi terbuka akan hancur; bila berada di kedalaman
pondasi dapat dperbaiki dengan grouting atau cutoff.
Adanya zona lemah, sisipan atau perlapisan harus diperhatikan
secara hati-hati dalam desain perbaikan pondasi.
Perbaikan pondasi: mencakup perbaikan permukaan pondasi dan
dibawah permukaan pondasi, yang mencakup:
Perbaikan permukaan berupa: reshaping, penutupan celah dan
retakan dengan slush grouting, penutupan cerukan dengan dental
concrete, dll.
Perbaikan dibawah permukaan pondasi a.l. : grouting tirai, grouting
konsolidasi, grouting selimut, parit halang (utk pondasi batu pasir
yang poreous), filter dan drainasi (toe/horizontal drain) untuk
mengendalikan rembesan di pondasi atau tubuh bendungan.

April 2016 ZAIN 344


CONTOH BERBAGAI BENTUK DIFFERENTIAL SETTLEMENT

April 2016 ZAIN 345


CONTOH BERBAGAI BENTUK DIFFERENTIAL SETTLEMENT

April 2016 ZAIN 346


9. TUBUH BENDUNGAN
9.1 Umum
Bendungan urugan tanah homogeen, biasanya digunakan untuk ketinggian
bendungan sampai 40 m. Untuk bendungan yang lebih tinggi biasa digunakan
bendungan urugan zonal yang bagian “shell” nya menggunakan material
kasar berupa batuan yang berfungsi untuk mendukung stabilitas bendungan.
9.2 Puncak bendungan
a. Lebar puncak:
Ditetapkan berdasar pertimbangan:
- Lebar minimal utuk keamanan terhadap rembesan air.
- Kebutuhan untuk lalulintas/peralatan diatas puncak bendungan
- Kemudahan konstruksi
- Pertimbangan stabilitas khususnya didaerah gempa
- Rencana kebutuhan jangka panjang
Secara praktis dapat, dapat diestimasi dengan rumus: B=5/3 (√H), atau
B = 3,6 * H1/3 – 3,0
b. Drainasi:
Agar air hujan tidak menggenang, permukaa puncak perlu diberi kemiringan
kearah hulu sekitar 2%, dan untuk keamanan dipasang pagar dikedua sisinya.
c. Kamber atau timbunan ekstra: diperlukan untuk antisipasi settlement.
April 2016 ZAIN 347
April 2016 ZAIN 348
April 2016 ZAIN 349
April 2016 ZAIN 350
9.3 Zona inti kedap air
•Zona urugan biasanya terdiri atas zona penahan air (inti kedap air)
yang dilindungi dengan drainase saring (filter dan transisi) dan zona
pendukung/pelindung untuk stabilitas.
•Penggunaan inti lempung akan lebih ekonomis bila material
tersedia didekat lokasi dan konisi iklim sesuai.
Syarat material inti kedap air:
- Permeabilitas kurang dari 1x10-5 cm/dt. Bila kandungan material
halus (<saringan no.200) <7% material bersifat lulus, bila>50%
plastisitas tinggi mudah longsor.
- Kuat geser cukup tinggi dan deformasi rendah.
Kuat geser dipengaruhi oleh kadar air, tkt kepadatan, gradasi.
Tingkat kepadatan untuk bendungan rendah sekitar 90~95%;
bendungan tinggi 95~98%, dengan Indek plastis 15~30%.
- Tahan terhadap erosi
- Mudah pelaksanaannya.
- Tidak mengandung zat organik dan material yang mudah terurai

April 2016 ZAIN 351


• Lebar zona inti:
zona inti dengan lebar 30~50% tekanan air cukup mampu berfungsi dengan
baik, namun tetap harus diperiksa keamanannya terhadap rembesan yang
mencakup erosi buluh dan tekanan pori berlebih.
• Faktor keamanan terhadap erosi buluh: Fk > 4
biasa dinyatakan sebagai:
a). nilai banding antara gradien kritis (Ic) dengan komponen vertikal dari
gradien keluaran (Ie). '
FK
Ic
4
Gs 1
Ie
I c
1 e
w

FK : faktor keamanan (tanpa dimensi);


Ic : gradien keluaran kritis (tanpa dimensi);
Ie : gradien keluaran dari hasil analisis rembesan/flow net atau pembacaan
instrumen pisometer (tanpa dimensi);
’ : berat isi efektif (terendam) (t/m3); I= h/l
w : berat isi air (t/m3);
Gs : berat spesifik (tanpa dimensi);
e : angka pori (tanpa dimensi);

b). nilai banding antara kecepatan kritis (Vc) dan kecepatan keluaran Vx (exit
velocity), Fk = Vc/Vx > 4
Vc dpt dihitung dengan rumus Justin Vc= √ ( s.g/ w.A); Vx= k.Ie
April 2016 ZAIN 352
Debit rembesan :
dapat dihitung dengan rumus Darcy: q=k.i.A
q = debit;
k=permeabilitas;
i=gradien hidrolik i=h/l;
A=luas penampang

Rumus debit rembesan lain,


setelah dibuat flownet dapat dihitung dengan rumus :

Nf
Qf *K *H*B
Np K= Kh * K v

dengan:
Qf = kapasitas aliran filtrasi (m3/det)
Nf = jumlah trayektori aliran filtrasi H = tinggi tekan air total
Np = jumlah garis ekipotensial B = panjang dasar tubuh bendung
K = koefisien filtrasi Kh = nilai permeabilitas (cm/det)

April 2016 ZAIN 353


9.3 Lereng hulu
Lereng hulu harus aman thd fluktuasi air waduk (termasuk surut
cepat) dan hempasan gelombang. Oleh karenanya lereng hulu perlu
diberi pelindung.
Jenis-jenis pelindung lereng yang lazim: hamparan batu/rip-rap,
pasangan batu kosong, blok beton. Jenis lain: soil cement, aspal, plat
baja.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam desain pelindung lereng
batu:
- Batu harus keras dan tahan lekang (durable)
- Ukuran dan berat cukup untuk menahan gelombang
- Lapisan pelindung cukup tebal, shg gelombang tidak merusak filter
dan timbunan dibawahnya
9.4 Lereng hilir
Lereng hilir harus aman terhadap erosi permukaan akibat aliran air
hujan, khususnya bagi lereng hilir yang berupa timbunan tanah, pasir
atau kerikil, perlu diberi pelindung lereng .
Cara yang digunakan untuk perlindungan lereng hilir:
- Memasang gebalan rumput pada lereng
- Membuat bahu/berm pada lereng untuk menahan aliran air dari atas
- Memasang sistim drainasi pada lereng dan drainasi pengumpul pada
berm dan kaki bendungan
April 2016 ZAIN 354
April 2016 ZAIN 355
April 2016 ZAIN 356
April 2016 ZAIN 357
9.5 Filter dan Transisi
Pengendalian rembesan pd tubuh bendungan/urugan dpt dilakukan dg sistem drainasi dan atu
filter.
Drainasi :berfungsi utk mengurangi tekanan air pori, merendahkan atau memotong garis preatik.
Filter, ditempatkan diantara dua jenis material yang berbeda dengan fungsi: untuk mencegah
erosi (melindungi material inti agar tidak tererosi terbawa masuk ke zona transisi/urugan batu).
Transisi, berfungsi untuk melindungi material filter agar tidak bergerak masuk ke zona timbunan
batu
Disamping itu filter dan transisi juga berfungsi sebagai drainasi dan juga merupakan zona
peralihan dari zona timbunan tanah yang lebih commpressible dengan zona timbunan batu yang
tidak commpressible.

Persyaratan desain filter:


- Harus bergradasi baik sesuai dengankreteria desain filter yang berlaku
- Memiliki kapasitas yang cukup untuk mengalirkan rembesan, permeabilitas filter dapat
diperkirakan berdasar rumus Hazen,
k = C x D102

Keterangan :
k : koefisien permeabilitas [cm/s];
C : konstanta = 1, berlaku untuk pasir dan kerikil bergradasi
seragam, tanpa sementasi dan bersih (lanau dan lempung
< 5%);
D10 : ukuran butir yang lewat saringan 10 % pada kurva gradasi
material (mm).

- Permeabilitas filter k = 20 ~ 100 k urugan tanah

April 2016 ZAIN 358


April 2016 ZAIN 359
Estimasi kapasitas drainasi horisontal tanpa adanya tekanan, dapat
menggunakan rumus Cedergren (1972) :

q = kh2/2 L
dimana :
k = permeabilitas dari material drain,
L = panjang drain,
q = debit rembesan per meter lebar drain( diukur melintang sungai).
drainase
vertikal
permukaan air Zona hilir lebih
kedap dari drain

drainase
horisontal
Muka air
freatik

Pondasi semi kedap

BENDUNGAN HOMOGEEN DENGAN KAPASITAS DRAINASI CUKUP


AIR FREATIK TURUN

April 2016 ZAIN 360


KAPASITAS DRAINASI VERTIKAL (q2):
Kapasitas drainase vertikal harus diperiksa dengan rumus dibawah.

k 2 h2 w
q2 =
L2
Dimana :
k2 : permeabilitas vertikal drain pada tinggi h2 ,
L2 : panjang horisontal drain, seperti pada gambar 5.3,
w : lebar drainase

April 2016 ZAIN 361


Urugan tanah
Permukaan air drainase vertikal

Muka freatik
Urugan batu
rembesan

drainse horisontal

BENDUNGAN HOMOGEEN DENGAN KAPASITAS DRAINASI KURANG ATAU SAAT


TERJADI PEMBUNTUAN (CLOGGING)
AIR FREATIK DIATAS DRAINASI HORISONTAL

April 2016 ZAIN 362


10. ANALISIS REMBESAN
10.1. Gradien Keluaran Berlebihan
Jika gradien keluaran (Ie) yang terukur
berlebihan, maka butiran tanah di bagian kaki
bendungan akan terapung dan terlepas dari
ikatannya. Hal ini terutama terjadi akibat
berkurangnya gaya gravitasi yang tergantung
dari jenis tanahnya, sehingga menimbulkan
gejala-gejala:
- erosi buluh
- erosi internal
- didih pasir (sand boil)
- likuifaksi statis

April 2016 ZAIN 363


April 2016 ZAIN 364
FLOWNET TUBUH GAN FONDASI BENDUNGAN
URUGAN TANAH

April 2016 ZAIN 365


ALIRAN REMBESAN MELALUI BENDUNGAN TIPE ZONAL

April 2016 ZAIN 366


FLOWNET PADA TUBUH BENDUNGAN URUGAN TANAH
KONDISI STEADY SEEPAGE

April 2016 ZAIN 367


FLOWNET KONDISI DRAW DOWN

April 2016 ZAIN 368


FLOWNET SEBELUM DAN SESUDAH CUTOFF

April 2016 ZAIN 369


Faktor keamanan terhadap erosi buluh, biasanya dinyatakan sebagai nilai
banding antara gradien kritis (Ic) dengan komponen vertikal dari gradien
keluaran. Gradien ini diperoleh dari perhitungan atau pembacaan langsung
pada instrumen pisometer di lapangan, dan dapat dihitung dengan
persamaan

'
Ic Gs 1
FK 4 Ic I= h/l
Ie w 1 e

dengan :
FK : faktor keamanan (tanpa dimensi);
Ic : gradien keluaran kritis (tanpa dimensi);
Ie : gradien keluaran dari hasil analisis rembesan atau pembacaan
instrumen pisometer (tanpa dimensi);
’ : berat isi efektif (terendam) (t/m3);
w : berat isi air (t/m3);
Gs : berat spesifik (tanpa dimensi);
e : angka pori (tanpa dimensi);

April 2016 ZAIN 370


Keamanan erosi buluh berdasar tinjauan kecepatan aliran filtrasi
Kecepatan aliran filtrasi dihitung berdasar rumus sebagai berikut :

h2
v k *i k*
l
v = kecepatan aliran filtrasi (m/det)
k = koefisien filtrasi (m/det)
i = gradient debit
h2 = tinggi tekanan air rata-rata (m)
l = panjang rata-rata berkas elemen aliran filtrasi pada bidang
keluarnya filtrasi (m)

Kecepatan aliran kritis dihitung berdasar rumus Justin, sebagai berikut :

w1 * g vc = kecepatan kritis (m/det)


vc W1 = berat butiran bahan dalam air (gram)
F* w
g = gravitasi (m/det2)
F = luas penamapng aliran filtrasi (cm2)
w = berat isi air (gr/cm3)

April 2016 ZAIN 371


10.2. Tekanan Air Pori Berlebihan
Apabila di dalam fondasi dan tubuh bendungan terjadi tekanan air pori
berlebihan (exccessive pore water pressure), dapat terjadi berbagai jenis
kegagalan, antara lain : ketidakstabilan, deformasi, dan tekanan angkat
yang berlebihan.
1).Ketidakstabilan lereng timbunan dan deformasi berlebihan
Tekanan air pori dan gaya perembesan air merupakan penyebab utama
ketidakstabilan pada bendungan tipe urugan. Petunjuk untuk analisis
stabilitas lereng bendungan urugan dapat dilihat pada Pedoman
Perencanaan Bendungan dan SNI. No.1731-1989-F.
2).Tekanan air pori di dalam fondasi
Tekanan air pori berlebihan di dalam fondasi bendungan dapat
menyebabkan terjadinya tekanan angkat yang tinggi pada bangunan
fasilitasnya.
3).Tekanan air pori yang tinggi di hilir bendungan
Tekanan air pori yang tinggi di hilir fondasi bendungan dapat menimbulkan
tekanan angkat yang tinggi, sehingga terjadi pengangkatan atau peletusan
(upheavel atau blowup). Kondisi ini terjadi, jika terdapat lapisan fondasi
lulus air dibawah lapisan kedap air dalam kondisi aliran terkekang di
bawah tubuh bendungan
April 2016 ZAIN 372
Faktor keamanan terhadap pengaruh tekanan angkat yang tinggi,
dihitung dengan menggunakan persamaan.

nt Gs t
FK >2
wh (1 e) h

dengan :
n : berat isi material lapisan penutup kedap air (t/m3);
t : tebal lapisan tanah penutup (m);
h : tinggi tekanan pisometrik (m).
e : angka pori ;
Gs : berat spesifik;
w : berat isi air (t/m3).

April 2016 ZAIN 373


11. Analisis settlement
Besaran nilai settlement sangat diperlukan untuk menentukan ketinggian
timbunan ekstra, dan pertimbangan dalam pemasangan peralatan yang
ditanam dalam tubuh bendungan dan fasilitas lain yang terpengaruh oleh
penurunan tersebut.

Penurunan tubuh bendungan sangat dipengaruhi oleh karakteristik bahan


timbunan dan pondasi bendungan. Untuk menentukan besar volume
timbunan ekstra, penurunanan tubuh bendungan dapat diestimasi dengan
rumus-rumus empiris yang ada seperti rumus dibawah. Untuk bendungan
tinggi atau bendungan diatas pondasi tanah lunak perlu dilakukan
analisis yang lebih teliti, sebaiknya menggunakan perangkat lunak
(program computer) seperti analisis tegangan –regangan yang akan
memperoleh nilai deformasi yang akan terjadi.

Secara umum, penurunan total adalah jumlah penurunan pada pondasi


(bagi pondasi tanah lunak) ditambah penurunan pada tubuh bendungan
yang terjadi saat pemadatan dan penurunan yang terjadi kemudian secara
perlahan-lahan sesuai umur bendungan dan fluktuasi muka air waduk .

Penurunan/settlement total S:
• S = S immeddiatelly + S primary + S second
• Rumus empiris untuk estimasi settlement awal S total =0,001 H1,5
April 2016 ZAIN 374
11. INSTRUMENTASI
• Untuk mengetahui perilaku tubuh bendungan dan pondasi, didalam
tubuh bendungan dan pondasi dipasang sistem pemantau atau
instrumentasi.
• Tujuan pemasangan: ada tiga macam yaitu untuk:
- pengendalian pelaksanaan konstruksi (khususnya untuk
pondasi tanah lunak)
- pemantauan perilaku bendungan jangka panjang pada
masa O&P.
- penelitian
• Jenis instumen: Secara garis besar dikelompokka menjadi:
- pemantau tekanan pori (berbagai jenis pisometer)
- pemantau deformasi (inklinometer, multi layer settlement, patok geser,
strain meter, joint meter, dll)
- pemantau rembesan (V notch)
Selain itu di bendungan tinggi juga sering dipasang instrumen untuk
memanatau “ancaman dari luar” berupa pemantau gempa SMA dan
hidro-meteorologi

April 2016 ZAIN 375


April 2016 ZAIN 376
• Jenis dan jumlah: disamping pertimbangan
diatas, jenis instrumen dipilih yang tahan lama,
mudah pengoperasiannya sesuai keahlian SDM.
Jumlah se-efisien mungkin karena jumlah yang
terlalu banyak akan menjadikan beban berat
bagi petugas pemantau, disamping itu harganya
cukup mahal.
• Penempatan: Paling tidak satu potongan
melintang untuk memantau fluktuasi tekanan
pori pada inti dan pondasi. Juga pada pondasi
yang memiliki kondisi khusus seperti patahan;
didekat pertemuan timbunan dengan pasangan,
April 2016 ZAIN 377
1 ). Alat pengukur tekanan air pori, jenisnya adalah :
- Pisometer pipa tegak (standpipe piezometer)
- Pisometer hidraulik (hydraulic piezometer)
- Pisometer pneumatic (pneumatic piezometer)
- Pisometer elektrik (vibrating wire piezometer)

Jenis Respons Pengope Perawa- Umur Harga


Pisometer rasian tan

Pipa Sangat Sangat Mudah Panjang Sangat


Tegak Lambat Lama Murah
Hidraulik Lambat Lama Sulit Panjang Mahal

Pneumatic Sedang Sedang Sedang Sedang Mahal

Elektrik Cepat Mudah Sedang/Sulit Pendek Sangat


Mahal

April 2016 ZAIN 378


2) Alat pengukur muka air tanah atau sumur pengamatan
(observation well), berupa :
- Perforated pipe
- Slotted pipe

3) Alat pengukur deformasi atau pergerakan di dalam tubuh


bendungan, yaitu :
- Inklinometer, untuk mengetahui pergerakan
horisontal
- Alat pengukur pergerakan vertikal (penurunan) :
• Hydraulic settlement cell
• Multi laver settlement device
• Automatic double fluid settlement
• dll

April 2016 ZAIN 379


4) Alat pengukur pergerakan permukaan arah vertikal
dan horisontal, vaitu patok geser (surface
marker)
5) Alat pengukur tekanan tanah total (earth pressure cell)

Catatan : Penting dilakukan!


Semua alat ukur tekanan dan pergerakan harus
dikalibrasi di lapangan sebelum dipasang,
meskipun dari pabrik sudah ada sertifikatnya.

April 2016 ZAIN 380


April 2016 ZAIN 381
April 2016 ZAIN 382
April 2016 ZAIN 383
Pisometer Pipa Tegak dan Mata Pisometer

April 2016 ZAIN 384


.

April 2016 ZAIN 385


PISOMETER ELEKTRIS (VIBRATING WIRE PIEZOMETER)

April 2016 ZAIN 386


April 2016 ZAIN 387
April 2016 ZAIN 388
April 2016 ZAIN 389
April 2016 ZAIN 390
April 2016 ZAIN 391
JOINT METER (3D dan 1D)

April 2016 ZAIN 392


V-NOTCH & WATER LEVEL
LOGGER

April 2016 ZAIN 393


SENSOR TEMPERATUR
Untuk mengukur: - suhu beton saat pengerasan; - suhu aor
waduk pada bendungan pelengkung

April 2016 ZAIN 394


12. Bangunan Pelengkap
- Bangunan Pelimpah
- Bangunan Penyadap (intake)

12.1 Bangunan Pelimpah


Bangunan pelimpah adalah bangunan hidrolik
yang dibangun untuk menyalurkan aliran banjir
lewat bendungan dengan tanpa
membahayakan keamanan bendungan.
Kapasitas pelimpah harus cukup untuk
mengalirkan banjir desain, dan aliran air yang
keluar keluar lewat pelimpah tidak boleh
membahayakan bangunan pelimpah sendiri
dan tubuh bendungan.
April 2016 ZAIN 395
Untuk bendungan urugan, terdapat beberapa tipe
yang biasa digunakan. Untuk menentukan tipe
yang paling sesuai diperlukan studi yang
mendalam hingga diperoleh alternatif yang paling
ekonomis. Tipe atau jenis pelimpah biasanya
diberi nama sesuai ciri yang menonjol dari
bangunan tersebut, diantaranya adalah:
• Ogee atau over flow (frontal, lengkung)
• ambang jatuh (free overfall, biasa dipakai pada
bendungan beton),
• sipon,
• corong (shaft atau morning glory),
• pelimpah samping (side channel)
• terowong.

April 2016 ZAIN 396


April 2016 ZAIN 397
April 2016 ZAIN 398
April 2016 ZAIN 399
April 2016 ZAIN 400
Kapasitas pelimpah dihitung berdasar pada hasil
penelusuran banjir waduk (reservoir flood routing).
Kapasitas maksimum pelimpah harus memenuhi SNI 03-
3432-1994 tentang Patokan banjir desain dan kapasitas
pelimpah seperti yang disajikan pada tabel 6.3 paragraf
6.6.4.
April 2016 ZAIN 401
Bagian-bagian bangunan pelimpah terdiri dari:
• Saluran pengarah, berfungsi sebagai pengarah aliran menuju ambang pelimpah
agar aliran dalam kondisi hidrolika yang baik.
• Ambang pelimpah atau ambang penyadap, berfungsi sebagai pengatur kapasitas
aliran/debit air yang melewati pelimpah.
• Bagian transisi, berfungsi sebagai tansisi aliran dari olakan ambang pelimpah
menuju saluran luncur dari aliran sub kritis berubah menjadi aliran super kritis.
• Saluran luncur, berfungsi mengalirkan debit banjir dengan kecepatan tinggi dari
transisi menuju kolam olak di hilir bendungan.
• Peredam enersi, berfungsi meredam enersi aliran air sehingga aliran dihilir
pelimpah cukup tenang tidak menimbulkan erosi di dasar dan tebing saluran atau
sungai

April 2016 ZAIN 402


April 2016 ZAIN 403
BANGUNAN PENYADAP/PENGAMBILAN/INTAKE.
• Bangunan pengambilan berfungsi untuk melepas air waduk
guna mencukupi kebutuhan di daerah hilir.
• Pemilihan lokasi, sama seperti pemilihan lokasi bangunan
pelimpah, dilakukan berdasar pertimbangan: topografi,
geologi fondasi, kapasitas dan ekonomi.
• Bagian-bagian bangunan pengambilan terdiri dari : penyadap,
pengatur dan penyalur. Bagian penyadap dan pengatur dapat
ditempatkan pada suatu menara, pada terowong miring atau
tenggelam di bawah muka iar waduk. Mulut pemasukan dapat
berupa tipe limpahan atau orifice yang dilengkapi dengan
kisi-kisi dan pintu atau katup. Bagian penyalur dapat berupa
terowong

• Jenis-jenis bangunan pengeluaran, antara lain:


- Tipe menara (tower intake)
- Tipe sandar atau miring (inclined intake)
- Tipe lain, seperti tipe tenggelam (drop inlet)

April 2016 ZAIN 404


April 2016 ZAIN 405
April 2016 ZAIN 406
April 2016 ZAIN 407
XII. PENUTUP
• Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar bagi
masyarakat, juga menyimpan potensi bahaya yang besar
pula. Membangun bendungan disamping akan memperoleh
manfaat juga berarti dengan sengaja akan mengundang
datangnya potensi bahaya yang dapat mengancam
kehidupan masyarakat luas. Bendungan yang runtuh akan
menimbulkan banjir besar yang akan mengakibatkan bencana
dahsyat di daerah hilir bendungan.
• Perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan pengelolaan
bendungan harus dilaksanakan tahap demi tahap sesuai
dengan konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan
yang tertuang dalam berbagai peraturan atau norma, standar,
pedoman dan manual (NSPM). Setiap desain bendungan
harus didahului dengan studi kelayakan untuk menilai
kelayakan pembangunan bendungan dari aspek teknis,
ekonomi dan lingkungan.

April 2016 ZAIN 408


• Untuk memastikan bahwa perencanaan, pelaksanaan konstruksi
dan pengelolaan bendungan telah memenuhi kaidah-kaidah
keamanan bendungan, Pemerintah mengeluarkan aturan bahwa
tahap-tahap kegiatan tersebut diatas harus mendapat persetujuan
dan izin dari Menteri PU yang biasa disebut “Sertifikat Persetujuan”.
Persetujuan Menteri PU dikeluarkan setelah desain, pelaksanaan
konstruksi dan pelaksanaan pengisian waduk dinilai telah
memenuhi konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan,
berdasarkan atas hasil kajian yang dilakukan oleh Balai Bendungan
dan evaluasi oleh Komisi Keamanan Bendungan.
• Sesuai konsepsi keamanan bendungan, bendungan harus kokoh
dan aman ditinjau dari fisik bangunannya, teradap bendungan yang
telah dibangun harus selalu di pantau dan dipelihara dan pemilik
bendungan harus selalu siap menghadapi kondisi darurat yang
terburuk.
• Agar bendungan kokoh dan aman, desain bendungan harus
memenuhi tiga kreteria pokok, berikut:
- aman terhadap kegagalan struktural dan operasional
- aman terhadap kegagalan hidrolik
- aman terhadap kegagalan rembesan.

April 2016 ZAIN 409


SEKIAN
TERIMAKASIH

April 2016 ZAIN 410


13. Bangunan pengelak
• Terdiri dari coferdam, saluran pengelak
yang dapat berupa saluran terbuka,
culvert, terowong, dll.
• Banjir desain tergantung risiko, keandalan
data, urgensi bangunan. Secara praktis
banjir desain pengelak diambil sekitar 10
tahun kala ulang banjir setiap satu tahun
pelaksanaan konstruksi

April 2016 ZAIN 411


AKSES MENUJU
PINTU PELIMPAH
KURANG AMAN
KHUSUSNYA PADA
KONDISI BEBAN
LUAR BIASA

TIDAK TERSEDIA
AKSES MENUJU
TOWER INTAKE

April 2016 ZAIN 412


1. Sebutkan urutan tahapan perencanaan
bagi suatu bendungan yang berisiko
tinggi menurut PP no. 29 th 2000.
2. Sebutkan hal-hal yang menjadi
pertimbangan dalam pemilihan tipe dan
lokasi bendungan.
3. Jelaskan lokasi bendungan yang baik
bagi bendungan urugan, ditinjau dari
aspek topografi dan geologi pondasi.
April 2016 ZAIN 413
2. AMAN THD KEGAGALAN HIDROLIK
(hydraulic failure):
– Pelimpah, harus mampu mengalirkan
banjir desain dengang aman.
– Tinggi jagaan (stlh settlement) harus
cukup untuk mencegah terjadinya luapan.
– Lereng bendungan dan tumpuan harus
aman thd erosi permukaan perlu
diproteksi
– Pengeluaran bawah kapasitasnya hrs
cukup utk mengeluarkan air pd kondisi
darurat.
– Dll.
April 2016 ZAIN 414
April 2016 ZAIN 415
H1 = ¾ Hw + Hs + Hr + He + hu
H2 = ¾ Hw + Hs + Hr + hu
hc = tinggi cadangan konsolidasi Hw = tinggi gelombang karena angin,
He = tinggi gelonbang akibat gempa Hr = tinggi rayapan gelombang (wave run-up)
Hs = kenaikan mujka air karena angin (wind set up)
.hu =cadangan ketidak pastian, untuk muka air normal: hu > 1,0 m
April untuk
2016 Q1000 atau ½ BMB: hu>0,50m bagi pelimpah
ZAIN tak berpintu; hu> 1,0 bagi yang berpintu 416
3. AMAN THD KEGAGALAN AKIBAT
REMBESAN (seepage failure).
• Rembesan melalui tubuh bendungan, fondasi,
tumpuan, dan tepian/bukit sekeliling waduk harus
terkendali, tidak boleh terjadi: gaya angkat (uplift)
yang berlebihan, ketidak stabilan, longsoran, aliran
buluh, terhanyutnya material karena pelarutan, atau
erosi internal /material terbawa aliran rembesan
melalui rekahan, kekar dan rongga.

• Tebing/dinding sekeliling waduk harus stabil pada


segala kondisi operasi (severe operation), tidak
boleh terjadi ketidak stabilan pada dinding
sekeliling waduk yang tipis, atau saat waduk terisi
kemungkinan terjadinya longsoran besar yang
masuk ke waduk sehingga
April 2016 ZAIN
memicu timbulnya 417
gelombang besar yang dapat mengakibatkan
Faktor keamanan terhadap erosi buluh, biasanya dinyatakan sebagai nilai banding antara gradien kritis (Ic) dengan komponen vertikal dari g
pembacaan langsung pada instrumen pisometer di lapangan, dan dapat dihitung dengan persamaan (2.1) dan (2.2).

Ic (2.1)
FK 4
Ie

'
Gs 1
Ic
w 1 e

(2.2)
dengan :
FK : faktor keamanan (tanpa dimensi);
Ic : gradien keluaran kritis (tanpa dimensi);
Ie : gradien keluaran dari hasil analisis rembesan atau pembacaan instrumen
pisometer (tanpa dimensi);
’ : berat isi efektif (terendam) (t/m3);
w : berat isi air (t/m3);
Gs : berat spesifik (tanpa dimensi);
e : angka pori (tanpa dimensi);

April 2016 ZAIN 418


Dalam hal bendungan yang dilengkapi dengan filter pelindung, angka keamanan paling tidak SF 2 dengan menggunakan Rumus Justin, sepe
dibawah :
V=

s g
A w

Dengan :
V = kecepatan kritis,

s = berat isi jenuh material,

w = berat isi air,


g = gravitasi,
A = Luas penampang yang dilalui air.

April 2016 ZAIN 419


Faktor keamanan terhadap pengaruh tekanan angkat yang tinggi, dihitung dengan menggunakan persamaan (2.3).

t
n Gs t
FK
wh (1 e) h

2 (2.3)
dengan :
n : berat isi material lapisan penutup kedap air (t/m3);
t : tebal lapisan tanah penutup (m);
h : tinggi tekanan pisometrik (m).
e : angka pori ;
Gs : berat spesifik;
w : berat isi air (t/m3).

April 2016 ZAIN 420


Faktor keamanan terhadap pengaruh tekanan angkat
yang tinggi, dihitung dengan menggunakan persamaan

t
n Gs t
FK
wh (1 e) h
dengan :
n : berat isi material lapisan penutup kedap air (t/m3);
t : tebal lapisan tanah penutup (m);
h : tinggi tekanan pisometrik (m).
e : angka pori ;
Gs : berat spesifik;
w : berat isi air (t/m3).

Tekanan air pori yang tinggi di hilir fondasi bendungan dapat menimbulkan
tekanan angkat yang tinggi, sehingga terjadi pengangkatan atau peletusan
(upheavel atau blowup). Kondisi ini terjadi, jika terdapat lapisan fondasi lulus
air dibawah lapisan kedap air dalam kondisi aliran terkekang di bawah tubuh
bendungan. Kegagalan mulai terjadi, jika tekanan angkat di bawah lapisan
kedap air melebihi berat lapisan kedap air di atasnya, sehingga menyebabkan
bobolnya lapisan kedap tersebut dan terjadi peningkatan gradien keluaran.
April 2016 ZAIN 421
FAKTOR KEAMANAN TERHADAP
ALIRAN BULUH (PIPING)
Ic '
Gs 1
FK 4 Ic
Ie w 1 e

dengan :
• FK : faktor keamanan (tanpa dimensi);
• Ic : gradien keluaran kritis (tanpa dimensi);
• Ie : gradien keluaran dari hasil analisis rembesan atau pembacaan
instrumen pisometer (tanpa dimensi);
• ’ : berat isi efektif (terendam) (t/m3);
• w : berat isi air (t/m3);
• Gs : berat spesifik (tanpa dimensi);
• e : angka pori (tanpa dimensi);

April 2016 ZAIN 422


PERKIRAAN KOEF REMBESAN, DENGAN RUMUS EMPIRIS Hazen,
untuk memperkirakan koefisien rembesan filter atau transisi.

k = C x D10

Keterangan :
k : koefisien permeabilitas [cm/s];
C : konstanta = 1, berlaku untuk pasir dan kerikil bergradasi seragam, tanpa
sementasi dan bersih (lanau dan lempung < 5%);
D10 : ukuran butir yang lewat saringan 10 % pada kurva gradasi material (mm).

PERHITUNGAN DEBIT REMBESAN dengan persamaan Darcy:

q = k.i.A

dengan :
q : debit rembesan (m3/s);
i : gradien hidraulik (tanpa dimensi);
A : luas potongan yang ditinjau (m2)
k : koefisien permeabilitas (m/s).
i = H/L
H =April
tinggi
2016
beda tekan ZAIN 423
L = panjang litasan rembesan
April 2016 ZAIN 424
STRATEGI DESAIN
AGAR KEAMANAN BENDUNGAN TERPENUHI, PERLU DIPERHATIKAN
STRATEGI PENJYIAPAN DESAIN SBB:

1). TEAM DESAIN DAN SUPERVISI KONSTRUKSI: DIKETUAI OLEH


TEAM LEADER DENGAN KEAHLIAN SEBAGAI ” DAM ENGINEER
GENERALIST” YG MAMPU MENKOORDINASI SELURUH TENAGA
AHLI/ “SPECIALIST” YG TERLIBAT, DAN MENJEMBATANI
KEMUNGKINAN TIMBULNYA “GAP” DR BERBAGAI
SPESIALISASI/BIDANG KEAHLIAN TSB.

2). HINDARI KONSEP STRUKTUR YANG RUMIT DAN TIDAK PERLU.

3). DESAIN HARUS SESUAI (COMPATIBLE) DENGAN KEAHLIAN


TENAGA PELAKSANAN KONSTRUKSI, TEHNOLOGI DAN
PERALATAN YG TERSEDIA.

4). HATI-HATI DG KONSEP DESAIN BARU YANG DIDASARKAN PADA


TEORI DAN “EXPERIMENTAL INVESTIGATION” BAIK YG TIDAK/
April 2016 ZAIN 425
MENGGUNAKAN MATERIAL DAN METODE NON KONVENSIONAL.
STRATEGI DESAIN
CONTOH TEAM DESAIN DAN SUPERVISI KONSTRUKSI

.
TEAM LEADER
DAM ENGINEER
GENERALIST

DAM STRUCTURE
HYDROLOGIST GEODETIC ENG GEOLOGIST ENGINEER ENGINEER

April 2016 ZAIN 426


DASAR-DASAR DESAIN
BENDUNGAN URUGAN

April 2016 Ir.Zainuddin,ME


ZAIN 427

Anda mungkin juga menyukai