C2 - Laporan Tegangan Permukaan
C2 - Laporan Tegangan Permukaan
C2 - Laporan Tegangan Permukaan
FARMASI FISIKA
Semester III | Tahun Ajaran 2020/2021
Praktikan
Kelompok C-2
MODUL 3
TEGANGAN PERMUKAAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan.
2. Menggunakan alat-alat untuk penentuan tegangan permukaan.
3. Menentukan tegangan permukaan dan tegangan antar muka zat cair.
4. Menentukan harga Konsentrasi Misel Kritik (KMK).
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 2 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
cairan dan gas. Namun, tegangan yang mirip juga ada pada tegangan antar muka
cairan-cairan, atau padatan dan gas. Tegangan semacam ini secara umum disebut
tegangan anta muka (Giancoli, 2001).
Di dalam zat cair suatu molekul dikelilingi oleh molekul-molekul lainnya sejenis
dari segala arah sehingga gaya tarik menarik sesame molekul (kohesi) adalah sama.
Pada permukaan zat cair terjadi suatu gaya Tarik menarik antar molekul zat cair
dengan molekul udara (gaya adhesi). Gaya adhesi lebih bila dibandingkan dengan
gaya kohesi, sehibgga molekul dipermukaan zat cair cenderung untuk masuk ke
dalam. Tetapi hal ini tidak terjadi karena adanya gaya yang bekerja sejajar dengan
permukaan zat cair untyk mengimbangi. Sedangkan tegangan antar zat cair untuk
mengimbangi gaya kohesi. Sedangkan tegangan antar permukaan selalu lebih kecil
dari tegangan permukaan (Lachman, 1994).
Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang, sehingga permukaanya
seolah-olah ditutupi lapisan yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya Tarik
menarik antar partikel sejenis didalam zat cair sampai ke permukaan. Di dalam
cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis didekatnya dengan gaya
yang sama ke segala arah. Akibatnya tidak terdapat sisa (resulan) gaya yang bekerja
pada masing-masing molekukl. Adanya gaya atau tarikan kebawah menyebabkan
permukaan cairan berkontraksi dan berada dakam kedaan tegangan yang disebut
dengan tegangan permukaan (Herinaldi, 2004).
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk
menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv
berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada
zat yang non-adesiv berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering
digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair adalah pipa kapiler. Salah
satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut
yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak
ini timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya
tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adhesi) (Ansel, 1985).
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 3 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 4 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 5 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
Hal ini dapat dilukiskan dengan meletakkan sebuah kerangka kawat dengan batang
yang dapat bergerak dalam lartan energy per satuan luas jika kerja yang diperlukan
untuk memindahkan batang yang bergerak dengan suatu jarak kecil. Kebanyakan
antar yang tercakup dalakm sistem farmasetik berbentuk
lengkungan(Lachman,1994).
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yangterdapat pada antarmuka
dua fase cair yang tidak bercampur.&egangan antar muka selalu lebih kecil dari
pada teganganpermukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak
bercampurlebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara (Giancoli, 2001).
3.3 Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena
cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan
mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun
merupakan salah satu contoh dari surfaktan (Douglas.2001).
Zat pengaktif permukaan (surfaktan) bersifat sebagai zat terlarut normal dalam
Larutan encer,. Untuk larutan dengan konsentrasi tinggi/ larutan pekat, maka akan
terjadi perubahan mendadak pada beberapa sifat fisik seperti: tekanan osmosis,
turbiditas, daya hantar listrik dan tegangan muka. Surfaktan dan zat aktif
permukaan merupakan spesies yang aktif pada antarmuka antara dua fase, seperti
antarmuka antara fase hidrofil dan hidrofob.Surfaktan berakumulasi pada
antarmuka, dan mengubah tegangan permukaan (Atfins,1997).
Molekul-molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai gugus polar dan non
polar. Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada konsentrasi yang
rendah, maka molekul-molekul surfaktan akan terabsorbsi pada permukaan
membentuk suatu lapisan monomolekuler. Bagian gugus polar akan mengarah ke
udara. Hal ini mengakibatkan turunnya tegangan permukaan air. Pada konsentrasi
yang lebih tinggi nolekul-molekul surfaktan masuk ke dalam air membentuk
agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel ini mulai terbentuk
disebut konsentrasi misel kritik (KMK). Pada saat KMK ini dicapai maka tegangan
permukaan zat cair tidak banyak lagi dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi misel
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 6 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 7 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
(0,2|0,4|,5|0,6|,8|1,0|,0|4,0|,0|8,0|𝑔
tween 80
𝑎𝑑 50 𝑚𝐿 𝑎𝑖𝑟
Tentukan nilai dari titik KMK dari kurva yang sudah dibuat
Perhitungan :
• Faktor Koreksi
tegangan permukaan air
Faktor koreksi =
skala air
72,8𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
=
46 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
= 1.583
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 9 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
𝑑𝑦𝑛𝑒⁄
= 32 𝑐𝑚 × 1.583
𝑑𝑦𝑛𝑒⁄
= 50,656 𝑐𝑚
• Tegangan antar muka
𝛾 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 × 𝐹𝐾
𝑑𝑦𝑛𝑒⁄
= 31.5 𝑐𝑚 × 1.583
𝑑𝑦𝑛𝑒⁄
= 49.865 𝑐𝑚
• Tween 0,2%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 0,2
V1 = 1 mL
• Tween 0,4%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 0,4
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 10 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
V1 = 2 mL
• Tween 0,6%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 0,6
V1 = 3 mL
• Tween 0,8%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 0,8
V1 = 4 mL
• Tween 1,0%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 1,0
V1 = 50 mL
• Tween 2,0%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 2,0
V1 = 10 mL
• Tween 4,0%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 4,0
V1 = 20 mL
• Tween 6,0%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 6,0
V1 = 30 mL
• Tween 8,0%
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 10 = 50 mL . 8,0
V1 = 40 mL
Perhitungan Tegangan Permukaan Larutan Seri Tween 80
• 0,2 = 44𝑚𝑁⁄𝑚 × 1.583
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 11 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
= 69.652 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
• 0,4 = 43.4𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583
= 68.7022 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
• 0,6 = 43𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583
= 68.069 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
• 0,8 = 42.5𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583
= 57.2775 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
• 1,0 = 41,8𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583
= 66.17 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
• 2,0 = 41𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583
= 64.903 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
• 4,0 = 40,8𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583
= 64.586 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
• 6,0 = 40,3𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583
= 63.795 𝑑𝑦𝑛𝑒⁄𝑐𝑚
• 8,0 = 39𝑚𝑁⁄𝑚 × 1,583
𝑑𝑦𝑛𝑒⁄
= 61.737 𝑐𝑚
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 12 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 13 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
26,974−16,085 10,889
• 0,2= 26,982−16,085 = 10.9
= 0,999
26,971−16,085 10,886
• 0,4= 26,982−16,085 = 10.9
= 0,999
26,986−16,085 10.901
• 0,6= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,0001
26,994−16,085 10,909
• 0,8= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,001
26,993−16,085 10,908
• 1,0= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,001
27,014−16,085 10,929
• 2,0= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,002
27,017−16,085 10,932
• 4,0= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,003
27,021−16,085 10,936
• 6,0= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,003
27,046−16,085 10,961
• 8,0= 26,982−16,085 = 10.9
= 1,005
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa percobaan, yaitu penentuan
tegangan permukaan dan tegangan antarmuka menggunakan alat tensiometer Du
Nuoy. Penentuan tegangan permukaan dilakukan pada air, minyak dan larutan seri
tween 80. Sedangkan penentuan tegangan antarmuka dilakukan antara air dan
minyak.
Perlu diketahui bahwa tegangan permukaan dan tegangan antarmuka berbeda.
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar
permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Sedangkan
tegangan antarmuka adalah gaya yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang
tidak bercampur. (Giancoli, 2001)
Bila dua fase dicampurkan maka batas antara zat cair atau zat padat dengan
udara biasanya disebut permukaan. Sedangkan batas antara zat cair lainnya tidak
bercampur atau antara zat padat dengan zat cair disebut antarmuka. (martin, 2008)
Pada kurva antara konsentrasi surfaktan (sumbu x) dan nilai tegangan
permukaan (sumbu y), didapat hasil kurva menurun. Hal ini menunjukan bahwa
semakin tinggi konsentrasi surfaktan maka semakin rendah tegangan
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 14 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 15 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
Pada percobaan ini juga digunakan surfaktan untuk diukur besar tegangan
permukaannya, digunakan surfaktan pada percobaan ini karena surfaktan
merupakan bahan pembasah yang dapat menurunkan tegangan permukaan
(Gennaro, 1990). Pada percobaan ini digunakan larutan tween 80 dengan
konsentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0, cairan tween 80 yang digunakan
ini dapat menurunkan tegangan permukaan (Gennaro, 1990). Digunakannya larutan
tween dengan konsentrasi berbeda-beda pada percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui apakah semakin besar skala yang terbaca pada alat atau sebaliknya.
Dan untuk mengetahui apakah konsentrasi tween yang digunakan tegangan
permukaan akan semakin besar atau semakin kecil seiring dengan kenaikan
konsentrasi tersebut. Berdasarkan literatur, seiring dengan peningkatan konsentrasi
tween 80, maka skala yang terbaca pada alat akan semakin kecil. Skala yang terbaca
itu nilainya akan sebanding dengan gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin
yang tercelup kedalam zat cair (Giancoli, 2001).
Pada saat percobaan, skala yang terbaca pada alat seiring dengan peningkatan
konsentrasi tween 80 yang digunakan yaitu sebesar 44; 43,4; 43; 42,5; 41,8; 41;
40,8; 40,3 dan 39. Data yang ada sudah sesuai dengan literature, yaitu seiring
dengan peningkatan konsentrasi tween 80 maka skala yang terbaca pada alat akan
semakin kecil (Kosman, 2006). Dan dari skala yang diketahui tersebut kita dapat
mengetahui nilai dari tegangan permukaan dengan memasukkan datanya pada
rumus. Didapat data yang diperoleh yaitu 69,652; 68,702, 68,069; 67,278; 66,169;
64,903; 64,586; 63,795; 61,737 (dyne/cm). Dari data tersebut dapat kita amati
terjadinya penurunan tekanan seiring dengan kenaikan konsentrasinya. Hal ini
sudah sesuai dengan literatur yang ada. Setelah itu, kita menghitung BJ (Bobot
Jenis) dari setiap konsentrasi. Dan dapat kita amati bahwa bobot jenis berbanding
lurus dengan konsentrasi zatnya. Semakin tinggi konsentrasi maka nilai BJ semakin
besar. Pengaruh BJ terhadap tegangan permukaan bergantung pada jenis zat terlarut
yang ditambahkan. Ketika zat terlarut yang ditambahkan bukan surfaktan maka
semakin tinggi konsentrasi, BJ akan naik, dan tegangan permukaan akan naik.
Sedangkan ketika zat terlarut yang ditambahkan adalah surfaktan maka semakin
tinggi konsentrasi, BJ akan naik, namun tegangan permukaan akan turun. Hal ini
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 16 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
VII. KESIMPULAN
1. Zat terlarut (solute) menjadi faktor yang mempengaruhi tegangan
permukaan. Semakin tinggi konsentrasinya maka nilai BJ semakin besar.
Ketika zat terlarut yang ditambahkan adalah surfaktan maka semakin
tinggi konsentrasi, BJ akan naik, namun tegangan permukaan akan
turun. Hal ini dikarenakan surfaktan bekerja untuk menurunkan tegangan
permukaan. Sehingga konsentrasi berbanding lurus dengan BJ, namun
BJ tidak selalu berbanding lurus dengan tegangan permukaan,
tergantung jenis zat terlarut yang ditambahkan.
2. Penentuan tegangan permukaan dan tegangan antarmuka menggunakan alat
tensiometer Du Nuoy. Dengan prinsip gaya yang dibutuhkan untuk
melepaskan suatu cinsin yang di butuhkan sebanding dengan tegangan
permukaan atau tegangan permukaan antar muka dari cincin tersebut.
3. Tegangan permukaan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu 69,652;
68,702, 68,069;67,278; 66,169; 64,903; 64,586; 63,795; 61,737 (dyne/cm).
4. Pada percobaan ini tidak ditemukan harga titik Konsentrasi Misel Kritis
(KMK), karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti human
error, penambahan elektrolit ke dalam larutan, keberadaan senyawa
organik dalam larutan, keberadaan fase cair kedua, suhu larutan dan
struktur surfaktan secara umum, KMK dalam medium air menurun jika
karakter hidrofobik surfaktan meningkat.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 17 dari 18
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020M
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 18 dari 18