ABSTRACT
One of the water treatment efforts is disinfection. Disinfection aims to kill pathogenic microorganisms
that can cause health problems for humans. One of the disinfectants that is commonly used is chlorine
because chlorine is easily available and affordable. The use of chlorine as a disinfectant must meet the
appropriate dosage requirements and techniques. Pelindo Semarang reservoir is disinfected with 250
grams of chlorine and is repeated once a month. This study aimed to identify Total Coliform and E. coli
on the day immediately after affixing, 7th, 14th, 21st and 28th days at the Pelindo Reservoir, Nusantara
Pier Hydrant, Passenger Terminal Reservoir, Samudera Pier Hydrant, TPKS Pier Hydrant and TPKS
Reservoir. Result found that the condition of the Pelindo Reservoir as the main reservoir in an open
state, there is garbage around the reservoir and no drainage is carried out. Total Coliform meets the
quality standard of 16.7%. Meanwhile, E. coli meets the quality standard of 13.3%. Addition of chlorine
at one time is considered less effective in reducing coliforms or eliminating E coli.
Keywords: water, disinfection, reservoir, hidrant
517
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 4, Juli 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
dilakukan sebanyak 5 (lima) kali secara berkala Tabel. Hasil Pengukuran Suhu
setiap 7 (tujuh) hari sekali setelah pembubuhan Titik Hari ke- (°C)
kaporit pada reservoir pelindo yaitu pada Sampling 0 7 14 21 28
tanggal 5, 12, 19, 26 Desember 2019 dan 2 Reservoir 31, 31, 31, 31, 31,
Januari 2020. Pengambilan sampel air Pelindo 3 7 0 4 2
dilakukan secara aseptik menggunakan botol Hidrant
sampel steril kemudian dikirim ke Balai 34, 34, 34, 34, 34,
Dermaga
Laboratorium Kesehatan dan Pengujian Alat 3 4 2 3 2
Nusantara
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah untuk Reservoir
pemeriksaan. Adapun pemeriksaan Coliform Terminal 29, 29, 28, 29, 29,
dan E. coli terhadap sampel air bersih Penumpan 1 5 8 2 3
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dilakukan g
dengan metode Membrane Filter yaitu Coliform Hidrant
dan E. coli disaring menggunakan membrane 34, 34, 34, 34, 34,
Dermaga
filter dengan pori 0,45 mikron kemudian 6 5 3 4 6
Samudera
diinokulasi ke media selektif (Coliform Agar). Hidrant
Coliform dan E. coli akan membentuk warna 34, 34, 34, 34, 34,
Dermaga
pada media, Coliform berwarna ungu 7 8 6 5 9
TPKS
kemerahan sedangkan E. coli berwarna biru Reservoir 31, 31, 31, 31, 30,
gelap. TPKS 3 4 5 2 8
518
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 4, Juli 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Hidrant
Dermaga 1 0 22 42 36
TPKS
Reservoir
45 3 2 3 9
TPKS
519
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 4, Juli 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
pipa hidrant yang berkarat serta kandungan maka kotoran dari atap akan mengalir dan
partikel di dalamnya yang menjadi sumber masuk ke reservoir. Hal ini tentunya akan
kontaminan. mempengaruhi kualitas air yang ada di
Reservoir terminal penumpang terletak reservoir.
di atap terminal. Reservoir tersebut berupa 6 Pihak PT. Pelabuhan Indonesia III
(enam) buah tangki air dengan volume masing- Regional Jawa Tengah melakukan upaya
masing 2000 Liter. Hasil observasi reservoir desinfeksi pada air Reservoir Pelindo dengan
tersebut yaitu 2 (dua) dari 6 (enam) tangki air klorinasi. Penggunaan klorinasi tersebut karena
dalam keadaan terbuka. Hal tersebut beberapa pertimbangan, antara lain klorin
memungkinkan kontaminan dari udara maupun mudah mendesinfeksi bakteri Coliform Total
yang terbawa oleh air hujan masuk ke tangki air dan Escherichia coli, waktu kontak yang
tersebut sehingga mempengaruhi kualitas air dibutuhkan relatif singkat serta klorin mudah
pada Reservoir Terminal Penumpang. didapatkan di pasaran. Selain itu, senyawa
Kondisi hidrant Dermaga Samudera yang mengandung klor bersifat stabil dan
saat observasi yaitu banyak debu, berlumut ekonomis.7 Klorinasi dilakukan setiap 1 (satu)
dan terdapat genangan di sekitar hidrant serta bulan sekali sebelum pengambilan sampel oleh
badan hidrant berkarat. Aktivitas di Dermaga Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Samudera berupa bongkar muat barang curah. Semarang. Sebanyak 250 gram kaporit
Barang curah terdiri atas barang lepas dan dimasukan langsung ke Reservoir Pelindo
tidak dikemas yang dituangkan dari kapal. dengan sekali waktu pada jam 7 (tujuh) pagi.
Barang curah tersebut seperti tepung, gula, Prosedur ini kurang sesuai karena aliran
beras dan sejenisnya. Selain itu, pada saat bersifat kontinyu, berbeda dengan kolam
observasi berlangsung pada Dermaga renang. Penelitian Herawati (2017) pada kolam
Samudera sedang ada peninggian dermaga renang dilakukan penambahan kaporit bentuk
sehingga banyak debu dari material kristal langsung ditaburkan ke air kolam renang
pembangunan tersebut. Pertama kali hidrant dengan berat tertentu, sementara bentuk
dibuka, air yang keluar berwarna coklat, larutan dengan proses pelarutan terlebih
beberapa saat kemudian menjadi jernih. Hal dahulu.8
tersebut dimungkinkan karena kondisi hidrant Efisiensi desinfeksi dipengaruhi oleh
yang berkarat serta kandungan partikel di beberapa faktor, diantaranya yaitu lamanya
dalam saluran pipa hidrant tersebut menjadi waktu kontak antara klor dengan air,
sumber kontaminan. konsentrasi desinfektan yang digunakan,
Kondisi hidrant Dermaga TPKS saat jumlah mikroorganisme yang ada di dalam air
observasi yaitu banyak debu, berlumut dan yang akan didesinfeksi, suhu air, tingkat
terdapat genangan di sekitar hidrant serta keasaman air dan keberadaan senyawa lain di
badan hidrant berkarat. Saat pertama kali dalam air.5
hidrant dibuka, air yang keluar mulanya Hasil pengukuran suhu berkisar antara
berwarna coklat, beberapa saat kemudian 28,8-34,9°C. Semakin tinggi suhu maka
menjadi jernih. Hal tersebut dimungkinkan peluruhan klor semakin cepat sehingga sisa
karena kondisi hidrant yang berkarat serta klor semakin cepat habis. E coli tumbuh pada
kandungan partikel di dalam saluran pipa suhu antara 10-40°C dengan suhu optimum
hidrant yang menjadi sumber kontaminan. 37°C. Bakteri sangat sensitif terhadap panas.
Dermaga TPKS khusus untuk bongkar muat Penelitian Triatmadja (2006) menunjukkan
petikemas. Truk container secara bergantian terjadi peningkatan peluruhan klor pada saat
lalu lalang di Dermaga Petikemas. Letak suhu semakin tinggi.9 Sedangkan Asryadin, dkk
hidrant tepat di tepi dermaga dan sejajar (2012) peningkatan suhu pada perpipaan
dengan crane. Debu dari truk kontainer sebagai menurunkan kandungan sisa klor pada jaringan
salah satu kontaminan. distribusi namun tidak signifikan.10
Reservoir TPKS sebagai titik terjauh pH optimum untuk pertumbuhannya
dari Reservoir Pelindo yaitu berjarak 2 Km. adalah 7,0-7,5, pH minimum 4,0 dan
Kapasitas Reservoir TPKS sebesar 500 m3. maksimum 9,0. Jumlah HOCl dan OCl-
Kondisi reservoir TPKS saat observasi yaitu dikontrol oleh pH pada proses desinfeksi yang
bagian atas reservoir kotor, banyak debu dan menggunakan senyawa klor. HOCl 80 kali lebih
berlumut, lubang pengisi air selalu dalam efektif dari OCl- untuk E. coli.11 Hasil residu
kondisi terbuka, juga adanya endapan di klorin akan seimbang pada pH 7,5, sedangkan
reservoir karena tidak dilakukan pengurasan. pada pH rendah akan dihasilkan asam
Posisi lubang reservoir TPKS tepat di bawah hipoklorit yang lebih banyak dari anion
tepi atap bangunan sehingga ketika hujan hipoklorit.12
520
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 4, Juli 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
521
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 4, Juli 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
total DPC dan angka keamanan atau sisa klor D. KESIMPULAN DAN SARAN
yang diharapkan. 1. Kesimpulan
Aliran air bersifat kontinyu sehingga a. Kondisi Reservoir Pelindo sebagai
diperlukan cara pembubuhan kaporit yang penampungan utama dalam keadaan
dilakukan secara bertahap dengan terbuka, terdapat sampah di sekitar
menggunakan alat chlorine diffuser. Kelebihan reservoir dan tidak dilakukan pengurasan.
pembubuhan kaporit dengan menggunakan b. Total Coliform memenuhi baku mutu
chlorine diffuser yaitu kadar kaporit yang sebesar 16,7 %. Sedangkan, E. coli
tercampur dalam air terurai secara perlahan, memenuhi baku mutu sebesar 13,3 %.
tidak menimbulkan bau serta dapat mudah 2. Saran
diterapkan.21 Prinsip kerja Chlorine diffuser a. Bagi PT. Pelindo III Regional Jateng
yaitu22 : agar melakukan desinfeksi pada
1. Pembubuhan kaporit pada sarana air Reservoir Pelindo menggunakan
bersih terjadi secara perlahan. chlorine diffuser dengan dosis kaporit
2. Difusi kaporit dalam tabung dengan air 0,59 mg/L sehingga efektif dalam
terjadi perlahan. membunuh bakteri.
3. Pengaturan kadar chlor sesuai kebutuhan. b. Bagi KKP Kelas II Semarang agar
4. Air masuk melalui lubang yang ada di pipa melakukan pengawasan yang tepat
PVC, kemudian masuk ke celah pasir, guna menjamin kualitas air bersih.
masuk ke lubang kecil, masuk melalui c. Bagi peneliti selanjutnya agar
celah pasir dan bercampur dengan kaporit Melakukan percobaan desinfeksi
yang larut dengan air, kemudian larutan menggunakan clorin diffuser sesuai
kaporit keluar melalui lubang pipa dan dosis pada air di Reservoir Pelindo
celah pasir, ke badan air, lalu bercampur Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
dengan air dan mendesinfeksi air.
Adapun perhitungan kebutuhan kaporit E. DAFTAR PUSTAKA
pada Reservoir Pelindo adalah sebagai 1. Slamet, J. S. (2014). Kesehatan
berikut : Lingkungan (Revisi). Yogyakarta : Gadjah
Klor segera = 0,1 mg/l Mada University Press
Sisa klor konstan = 0,01 mg/l 2. Kementerian Kesehatan. (2011).
Volume air/ bulan = 11.000 m3 Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kadar kemurnian kaporit = 60% Kesehatan Pelabuhan. Jakarta
Berdasarkan data tersebut maka dapat 3. Sutrisno, C.T. dkk. (2004). Teknologi
dihitung : Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka
1. Daya Sergap Klor (DSK) = Klor Cipta
Segera – Sisa Klor Konstan 4. Kementerian Kesehatan. (2015). Sertifikat
= 0,1 mg/L – 0,01 mg/L Sanitasi Kapal. Jakarta
= 0,09 mg/L 5. Joko, T. (2010). Unit Produksi dalam
2. Kebutuhan per 1 Liter air (KL) = Sistem Penyediaan Air Minum.
DSK + angka keamanan Yogyakarta : Graha Ilmu
= 0,09 mg/L + 0,5 mg/L 6. Afrianita, R. Komala, P.S, Andriani, Y.
= 0,59 mg/L Kajian Kadar Sisa Klor di Jaringan
3. Kebutuhan Kaporit = Distribusi Penyediaan Air Minum Rayon 8
1
𝐾𝐿 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑥 PDAM Kota Padang. Seminar Nasional
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑝𝑜𝑟𝑖𝑡
Sains dan Teknologi Lingkungan II.
= 0,59 mg/L x 11.000.000 L x (100/60) Padang, 19 Oktober 2016
= 10.816.666,66 mg 7. Supriadi, et al. 2016. Pengaruh Dosis
= 10, 82 Kg Klorin pada Pertumbuhan Bakteri Coliform
Berdasarkan perhitungan tersebut Total dan Escherichia coli pada Sungai
maka kebutuhan Kaporit dalam 1 (satu) Kreo, Sungai Garang dan Sungai Tugu
bulan pada Reservoir Pelindo adalah Suharto. Momentum. 12 (1). 30-35
10,82 Kg. Sifat aliran air yang bersifat 8. Herawati, D. dan Yuntarso, A. 2017.
kontinyu memerlukan desinfeksi yang Penentuan Dosis Kaporit sebagai
kontinyu pula, sehingga penggunakan Desinfektan dalam Menyisihkan
klorin diffuser lebih tepat daripada Konsentrasi Ammonium pada Air Kolam
penuangan larutan langsung pada Renang. Jurnal SainHealth. 1 (2). 13-22
reservoir dengan sekali waktu.
522
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 4, Juli 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
9. Triatmadja, R. 2006. Pra Analisa pada Bebas dan MPN Coliform di PDAM
Jaringan Pipa untuk Meningkatkan Reservoir Medini Kudus. Jurnal
Kecepatan Komputasi. Yogyakarta : UGM Kesehatan Masyarakat. 6 (6). 289-296
10. Asryadin, Christyaningsih, J. dan 21. Patmaawati dan Sukmawati. 2019.
Soedarjo. 2012. Pengaruh Jarak Tempuh Chlorinediffuser sebagai metode
Air dari Unit Pengolahan Air terhadap pH, menurunkan total coliform Wai Sauq
Suhu, Kadar Sisa Klor dan Angka bantaran Sungai Mandar. Jurnal
Lempeng Total Bakteri (ALTB) pada Kesehatan Masyarakat. 5 (2). 124-137
PDAM Kota Bima Nusa Tenggara Barat. 22. Sholikhah, I. dan Yulianto. 2018. Studi
Jurnal Analis Kesehatan Sains. Vol. 01. Kualitas Mikrobiologi Air Sumur Gali
ISSN 2302-3635. Poltekkes Surabaya Sebelum dan Sesudah Menggunakan
11. Said, N.I. 2017. Disinfeksi untuk Proses Chlorine Diffuser di Desa Selabaya
Pengolahan Air Minum. JAI. 3 (1). 15-28 Kecamatan Kalimanah Kabupaten
12. Azzahrah, F. dan Susilawaty, A. 2014. Purbalingga Tahun 2018. Jurnal
Efektivitas Pembubuhan Kaporit dalam Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Menurukan Besi (Fe) pada Air Sumur Gali Kemenkes Semarang. 38 (2) : 218-225
Tahun 2013. Jurnal Kesehatan. VII (1).
322-331
13. Busyairi, M. Dewi, Y.P dan Widodo, D.I.
2016. Efektivitas Kaporit pada Proses
Klorinasi terhadap Penurunan Bakteri
Coliform dari Limbah Cair Rumah Sakit X
Samarinda. J. Manusia dan Lingkungan.
23 (2). 156-162
14. Sofia, E. Riduan, R. dan Abdi, C. 2015.
Evaluasi Keberadaan Sisa Klor Bebas di
Jaringan Distribusi IPA Sungai Lulut
PDAM Bandarmasih. Jurnal Teknik
Lingkungan. 1 (1). 33-52
15. Rohim, M. 2006. Analisis Penerapan
Metode Kaporitisasi Sederhana terhadap
Kualitas Bakteriologis Air PMA. Magister
Kesehatan Lingkungan. Universitas
Diponegoro
16. Heim, T.H. dan Dietrich, A.M. 2006.
Sensory Aspects and Water Quality
Impacts of Chlorinated and Chloraminated
Drinking Water in Contact with HDPE and
PVC Pipe. Water Res. 41. 757-764
17. Lethola, M.S. Miettiren, I. T. Lampola, T.
Hiruonen, A., Vartiainen, T. Martikainen,
P.J. 2004. Pipeline Materials Modify The
Effectiveness of Disinfectants in Drinking
Water Distribution Systems. Water Res.
39. 1962-1971
18. Srinivasan, S. Harrington, G.W., Xagoraki,
I. Goel, R. 2018. Factors Affecting Bulk to
Total Bacteria Ratio in Drinking Water
Distribution Systems. Water Res. 42.
3393-3404
19. D. Duta A.J, dkk. 2013. Kadar Sisa Chlor
dan Kandungan Bakteri E. coli
Perusahaan Air Minum Tirta Moedal
Semarang Sebelum dan Sesudah
Pengolahan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2 (2)
20. M. Noor, Zahrotul, dkk. 2018. Hubungan
Jarak Tempuh dengan Kadar Sisa Chlor
523