Di Susun Oleh :
Pinilih Faridatul Lazulfa ( A2R17025 )
1
A. Pengertian
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok
septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit.
Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen
dan kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
Tanda klinis septik syok sangat bervariasi diantara pasien. Pasien yang
diketahui infeksinya dan pasien yang sangat disupresi kekebalannya sehingga
berada pada risiko terhadap syok harus dipantau tanda vitalnya secara rutin dan
diawasi. Pada keadaan tertentu, perawat harus menyadari tanda-tanda :
1. Demam
2. Takikardia (>90 denyut/menit)
3. Takipnea (>20 kali/menit)
4. Adanya kekurangan perfusi organ atau disfungsi dalam bentuk
2
a. Perubahan status mental
b. Hipoksemia bila diukur dengan gas darah arteri
c. Peningkatan kadar laktat
d. Haluaran urine (<30ml/jam)
5. PaCO2 < 32 mmHg
6. WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3
C. Penyebab
Invasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai potensi untuk
menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan
ketidakadekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan yang disebut
syok septik. Beberapa organisme dapat mendatangkan respons yang lebih kuat
daripada yang lain. Pada pasien rawat inap, organisme gram negatif (mis.
Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, dan spesies Serratia,
Pseudomonas aeruginosa, spesies Proteus, Neisseria meningitidis,
Bacteroides fragilis) sering dikaitkan dengan syok septik dari pada organisme
3
gram positif (misa. S. Aureus, Streptococcus pneumoniae).
Organisme yang menyerang aliran darah selain endotoksin
(komponendinding sel dari organisme gram negatif) atau eksotoksin (toksin
yang dihasilkan oleh S. Aureus dan organisme lain). Reaksi sistem immun
terhadap toksin yang dikenali ini adalah kompleks dan bervariasi di antara
organisme yang berbeda (Brunner & Suddarth vol. 3 edisi 8, 2002).
Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi,
meliputi bakteri aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan
virus (Linda D.U, 2006)
D. Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab yang paling umum dari syok septik adalah
bakteri gram-negatif. Namun demikian, agen infeksius lain seperti bakteri
gram positif dan virus juga dapat menyebabkan syok septik. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan
respon imun. Respons imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator
kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok.
Peningkatan permeabilitas kapiler, yang mengarah pada perembesan
cairan dari kapiler, dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
Bakteri gram negatif menyebabkan infeksi sistemik yang
mengakibatkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini
menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas
arteriovena perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler.
Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan
terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan permeabilitas
kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang
terlihat sebagai udem. Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak
disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan melainkan karena
ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin kuman.
Syok septik terjadi dalam dua fase yang berbeda. Fase pertama,
disebut sebagai fase “hangat” atau hiperdinamik, ditandai oleh tingginya
4
curah jantung dan vasodilatasi. Pasien menjadi sangat panas atau
hipertermik dengan kulit hangat kemerahan. Frekuensi jantung dan
pernafasan meningkat. Haluaran urine dapat meningkat atau tetap dalam
kadar normal. Status gastrointestinal mungkin terganggu seperti yang
dibuktikan oleh mual, muntah, atau diare.
Fase lanjut, disebut sebagai fase “dingin”atau hipodinamik, yang
ditandai oleh curah jantung yang rendah dengan vasokonstriksi yang
mencerminkan upaya tubuh untuk mengkompensasi hipovolemia yang
disebabkan oleh kehilangan volume intravaskular melalui kapiler. Pada
fase ini tekanan darah pasien turun, dan kulit dingin serta pucat. Suhu
tubuh mungkin normal atau dibawah normal. Frekuensi jantung dan
pernapasan tetap cepat. Pasien tidak lagi membentuk urin dan dapat terjadi
kegagalan organ multipel (Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8, 2002).
E. Pemeriksaan penunjang
Pengumpulan spesimen urin, darah, sputum. Pantau kadar darah
(kadar antibiotik, BUN (Blood Urea Nitrogen), kreatinin, jumlah sel darah
putih, Rontgen.
Gambaran Hasil laboratorium :
WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
Hiperglikemia > 120 mg/dl
Peningkatan Plasma C-reaktif protein
Peningkatan plasma procalcitonin.
Serum laktat > 1 mMol/L
Creatinin > 0,5 mg/dl
INR > 1,5
APTT > 60
Trombosit < 100.000/mm3
Total bilirubin > 4 mg/dl
Biakan darah, urine, sputum hasil positif.
5
Port de’entri kuman
F. Pathway
Pertahanan primer/sekunder
Infeksi masif oleh mikroorganisme : bakteri gram negatif/ bakteri gram positif/ virus tidak adekuat
Risiko Infeksi
Pelepasan Endotoksin
Stoke volume
Oedema Ruang kapiler Sistem Gastrointestinal :
Alveoli mual, muntah, diare
Kehilangan volume Curah jantung
intravaskular melalui kapiler
Penurunan Difusi O2 Sesak napas
Suplai oksigen seluler
Risiko Hipovolemia
Gangguan Pertukaran Gas
Perfusi jaringan
Penurunan Saturasi O2
Kerusakan metabolisme sel
Modifikasi dari : Sole, et al (2006). Introduction to Critical Care Hipoksia jaringan Ketidakefektifan Perfusi
Nursing.4th Ed. St.Louis :Elsevier dan Brunner & Suddarth vol. 1 Jaringan Perifer 6
edisi 8, 2002
G. penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipotensi dan syok septik merupakan tindakan
resusitasi yang perlu dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan secara
intensif dalam 6 jam pertama, dimulai sejak pasien tiba di unit gawat darurat.
Tindakan mencakup airway: a) breathing; b) circulation; c) oksigenasi, terapi
cairan, vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan. Pemantauan dengan
kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk mencapai tekanan vena sentral
(CVP) 8-12 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65 mmHg dan produksi
urin >0,5 ml/kgBB/jam.
1. Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat
disfungsi atau kegagalan sistem respirasi karena gangguan ventilasi
maupun perfusi. Transpor oksigen ke jaringan juga dapat terganggu akibat
keadaan hipovolemik dan disfungsi miokard menyebabkan penurunan
curah jantung. Kadar hemoglobin yang rendah akibat perdarahan
menyebabkan daya angkut oleh eritrosit menurun. Transpor oksigen ke
jaringan dipengaruhi juga oleh gangguan perfusi akibat disfungsi vaskuler,
mikrotrombus dan gangguan penggunaan oksigen oleh jaringan yang
mengalami iskemia.
Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia dengan upaya
meningkatkan saturasi oksigen di darah, meningkatkan transpor oksigen
dan memperbaiki utilisasi oksigen di jaringan.
2. Terapi cairan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian
cairan baik kristaloid maupun koloid. Volume cairan yang diberikan perlu
dimonitor kecukupannya agar tidak kurang ataupun berlebih. Secara klinis
respon terhadap pemberian cairan dapat terlihat dari peningkatan tekanan
darah, penurunan ferkuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan
ekstremitas, produksi urin, dan membaiknya penurunan kesadaran. Perlu
diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa peningkatan tekanan vena
jugular, ronki, gallop S3, dan penurunan saturasi oksigen.
7
Pada keadaan serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai
tekanan hidrostatik melebihi tekanan onkotik plasma, koreksi albumin
perlu diberikan. Transfusi eritrosit (PRC) perlu diberikan pada keadaan
perdarahan aktif, atau bila kadar Hb rendah pada keadaan tertentu
misalnya iskemia miokardial dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan
dicapai pada sepsis dipertahankan pada 8-10 g/dl.
3. Vasopresor dan inotropik
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik
teratasi dengan pemberian cairan secara adekuat, tetapi pasien masih
mengalami hipotensi. Terapi vasopresor diberikan mulai dosis rendah
secara titrasi untuk mencapai MAP 60 mmHg, atau tekanan sistolik 90
mmHg. Untuk vasopresor dapat digunakan dopamin dengan dosis >8
mcg/kg/menit, norepinefrin 0,03-1,5 mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8
mcg/kg/menit atau epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit. Inotropik yang dapat
digunakan adalah dobutamin dosis 2-28 mcg/kg/menit, dopamin 3-8
mc/kg/menit, epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit atau inhibitor fosfodiesterase
(amrinon dan milrinon).
4. Bikarbonat
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila pH <7,2 atau
serum bikarbonat <9 meq/l, dengan disertai upaya untuk memperbaiki
keadaan hemodinamik.
5. Disfungsi renal
Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan
hemodialisis maupun hemofiltrasi kontinu (continuous hemofiltration).
Pada hemodialisis digunakan gradien tekanan osmotik dalam filtrasi
substansi plasma, sedangkan pada hemofiltrasi digunakan gradien tekanan
hidrostatik. Hemofiltrasi dilakukan kontinu selama perawatan, sedangkan
bila kondisi telah stabil dapat dilakukan hemodialisis.
8
6. Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak,
cairan, vitamin dan mineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan
pemberian secara enteral dan bila tidak memungkinkan beru diberikan
secara parenteral.
7. Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi
insufisiensi adrenal, dan diberikan secara empirik bila terdapat dugaan
keadaan tersebut. Hidrokortison dengan dosis 50mg bolus intravena 4 kali
selama 7 hari pada pasien renjatan septik menunjukkan penurunan
mortalitas dibanding kontrol.(Chen dan Pohan, 2007).
H. Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia
jaringan yang berkepanjangan
2. Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia
3. Acute Renal Failure (Chronic Kidney Disease)
4. Perdarahan usus
5. Gagal hati
6. Gagal jantung
7. Kematian
9
DAFTAR PUSTAKA
Chen K dan Pohan H.T. 2007. Penatalaksanaan Syok Septik dalam Sudoyo, Aru
W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati,
Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 187-9
Sole, et al (2006). Introduction to critical care nursing. 4th Ed. St. Louis:
Elsevier.Smeltzer, Suzanne C. 2002.
Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth Vol.1 dan 3. Ed.8.
Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Ed.9. Jakarta : EGC.
-
10
KASUS
Pada tanggal 4 April 2021 Pasien atas nama Tn.D usia 55 Tahun mengatakan demam dan menggigil sejak
pukul 02.00,lalu Tn.D untuk mengatasi demam dan menggigilnya minum teh hangat namun keluhan pasien
tidak berkurang ,pada pukul 06.30 pasien mengeluh bertambah batuk dan sesak nafas ,sehingga oleh keluarga
dan anaknya dibawa ke IGD RSUD Dr.ISKAK Tulungagung pada tanggal 5 April 2021 jam 10.00
TD: 90/70 Mmhg, Nadi : 105 x/Menit, Suhu: 38,50C, Respirsi : 26x/Menit
11
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
FORMAT PENGKAJIAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
NO. MR : xxxxxxxx
DATA IDENTITAS PASIEN
Kendaraan : ..........................................
Ambulan 118 √ Mobil pribadi Lainya .......
Lain-lain: ……………...................................................................
TRIAGE:
S.Ax : 38,5 °C N : 105 x/mnt
Dilakukan jam : 10.00 WIB S.Rec : …………… °C T : 90/70 mmHg
Oleh perawat : Pinilih Faridatul L P : 35 x/mnt
Keluhan Utama : BB (Pediatri): : 55 Kg
Pasien mengatakan sesak nafas,menggigil,batuk
dan badan lemas Riwayat Penyakit:
DM
PJK
Asma
Tidak ada
dll:
PRIMARY SURVEY
AIRWAY (A) BREATHING (B) CIRCULATION (C)
Jalan Nafas : Pola Nafas: Nadi:
√Paten Apneu √ Teraba
Tidak Paten √ Dispneu Tidak teraba
Obstruksi : Bradipneu Sianosis:
Lidah Tachipneu √ Ada
Cairan Lain ................ Tidak
Benda Asing Bunyi nafas: CRT:
Lain: ....... √ Vesukuler < 2 detik
Suara Nafas: Bronchovesikuler √ > 2 detik
Snoring Bronkhial Akral:
Gurgling Suara nafas tambahan: √ Hangat
Stridor √ Whezing Dingin
Lain ............ Ronchi Pendarahan:
Rales Ada
Keluhan Lain: Pleural friction rub √ Tidak
................................................ Gerakan dada : Jika ada ........cc
Simetris Lokasinya .................
√ Asimetris
Irama Nafas: Keluhan Lain:
Reguler ............................................
√ Ireguler
Penggunaan otot bantu nafas:
√ Retraksi otot dada:
√ Cuping hidung
Sesak Nafas :
√ Ya
Tidak
√ RR : 26 x/mnt
Keluhan Lain:
.............................................................
Keluhan Lain:
.............................................
THERAPI: ……………………………………………….
Jam Terapi / Tindakan / Konsul Jawaban / catatan
10.00 Terpasang infus Ns 20 tpm
nasal kanul o2 4Lpm
levoproxacin 750 mg Pasien menerima tindakan
nabre 1 ampul
ceftriaxone
14
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
IDENTITAS
1. Nama : Tn.D
2. Umur : 55 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
6. Bahasa : Jawa
7. Pendidikan : SMP
8. Pekerjaan : Petani
9. Alamat : campurdarat tulungagung
10. Alamat yg mudah dihubungi : campurdarat tulungagung
11. Ditanggung oleh : Askes/Astek/Jamsostek/JPS /Sendiri
Saat pengkajian:
Klien masuk ruang ICU dari IGD pada tanggal 5/4/2021 pukul 10.00 dengan keluhan
sesak napas
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit peneumnia sejak 2 bulan yang
lalu,pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat maupun makanan
Masalah Tidur Tidak ada masalah tidur Tidak ada masalah tidur
Hal-hal yang mempermudah Saat lelah, dan suasana Setelah diberi obat dan suasana
tidur tenang tenang
B. Pola Eliminasi
BAB
- Warna Kuning Kuning
- Bau Khas feses Khas feses
- Konsistensi Padat Padat
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekwensi 1x sehari 1x sehari
- Kesulitan BAB Tidak ada kesulitan BAB Tidak ada kesulitan BAB
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
BAK
- Spontan / Catheter Spontan Spontan
- Warna Kuning Kuning
- Bau Khas urin Khas urin
- Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Jumlah 3-4x/sehari 2-3x/sehari
- Frekwensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Kesulitan BAK Tidak ada kesulitan BAK Tidak ada kesulitan BAK
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
2. Minum
- Frekwensi Sering Sering
- Jenis Air putih Air putih
- Diit Tidak ada Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Semua suka Semua suka
- Yang Tdk disukai Tidak ada Tidak ada
- Alergi Tidak ada Tidak ada
- Masalah minum Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
- Cairan IV
F. Kebiasaan
- Merokok Merokok Tidak merokok
- Alkohol Tidak minum alkohol Tidak minum alkohol
- Jamu, dll Tidak minum jamu Tidak minum jamu
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Pasien Tidak melakukan ibadah
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Pasien yakin dapat melewati masa sakitnya
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Pasien yakin akan segera sembuh
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum
Pasien tampak lemah
B. Tanda – tanda vital
Suhu Tubuh : 38,5°C Nadi : 105x/mnt
Tekanan darah : 90/70 mmHg Respirasi : 26x/mnt
Tinggi Badan : 158 cm Berat Badan : 55 kg
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : Normal bulat,tidak ada nyeri tekan
Ubun-ubun : Tidak cekung, Tidak ada nyeri tekan
Kulit kepala : Tampak kotor, sedikit ada luka
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : rambut tampak tipis pada bagian depan rambut
sedikit kotor
Bau : Bau Khas keringat rambut
Warna : hitam dan sedikit beruban
c. Wajah
Warna Kulit : Tampak Sawo matang
Struktur Wajah :Wajah tampak Simetris,Tidak ada
benjolan di wajah
Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan :
Lengkap dan simetris, Tidak ada benjolan di mata
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) :
Tidak ada odema kelopak mata
c. Konjuctiva dan sklera :
Konjunctiva tampak Anemis, Sklera tampak putih
d. Pupil :
Pupil tampak isokor
e. Kornea dan iris
Kornea tampak bening, iris tampak coklat
f. Ketajaman penglihatan / visus :
ketajaman penglihatan sedikit buram faktor usia
g. Tekanan bola mata :
Tidak ada nyeri tekan bola mata
Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal, simetris, tidak ada benjolan
b. Lubang Hidung : Bersih, tidak ada secret
c. Cuping hidung : Ada pernafasan cuping hidung
Telinga
a. Bentuk telinga: Normal dan Simetris, Tidak ada benjolan pada telinga
Ukuran telinga : Sedang
Ketenggangan telinga : Normal, simetris
b. Lubang telinga : Bersih, Tidak ada secret
c. Ketajaman pendengaran : Normal, Tidak ada gangguan pendengaran
Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Bibir tampak lembab
b. Keadaan gusi dan gigi : Gusi tidak ada peradangan, gigi tampak kotor
c. Keadaan lidah : Lidah tampak Sedikit kotor
d. Orofarings : Tidak ada peradangan orofaring
Leher
a. Posisi trakhea : Simetris, Tidak ada benjolan di trakea
b. Tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
c. Suara : Tidak ada suara kelainan
d. Kelenjar Lymphe : Tidak ada pembekakan lymphe
e. Vena jugularis : Tidak ada bendungan vena jugularis
f. Denyut nadi coratis : Denyut nadi carotis teraba
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
- Bentuk abdomen : Tidak buncit, Tidak ada rasa nyeri tekan
- Benjolan / Massa : Tidak ada
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : Tidak terlihat
Auskultasi
- Peristaltik Usus : 8x/menit
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
- Benjolan / massa : Tidak ada
- Tanda-tanda ascites : Tidak ada
- Hepar : Tidak ada pembesaran
- Lien : Tidak ada pembesaran
- Titik Mc. Burne : …………………………………………………
d. Perkusi
- Suara Abdomen
Timpani
- Pemeriksaan Ascites : Tidak ada tanda ascites
5 5
5 5
Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :
Compos mentis GCS 4-5-6
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) :
Tidak ada kaku kuduk
3. Syaraf otak ( Nervus cranialis ) :
Tidak ada kelainan syaraf
4. Fungsi Motorik :
Px mampu berjalan, normal
5. Fungsi Sensorik :
Px mampu merasakan panas dan dingin
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis :
Reflek patella normal
b. Refleks Patologis :
Tidak ada
Pemeriksaan Status Mental
a. Kondisi Emosi / Perasaan
Tidak stabil emosi pasien, pasien merasa jenuh di RS
b. Orientasi
pasien tahu sekarang ada di rumah sakit dan tahu sekarang jam 11.00 WIB
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan )
Proses berfikir baik, pasien mampu menjawab soal contoh 2-3
d. Motivasi ( Kemauan )
Pasien yakin segera sembuh
e. Persepsi
Pasien merasa sakit adalah cobaan
f. Bahasa
Bahasa Jawa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Syok Sepsis
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
Laboratorium
1. Albumin : 2,89
2. HbSag : negatif
3. UL : protein +2
Glukosa +2
WBC : 14,76 (10,3/UL)
HBG : 16,7 (9/dL)
HCT : 49,4(%)
PCV : 49,4(%)
PCO2 : 87,5 mmHg
PO2 : 167,1 mmHg
PH : 7,468 mmHg
Rontgen
ECG
USG
Lain – lain
Mahasiswa
ANALISA DATA
Nama pasien : Tn.D
Umur : 55 tahun
No. Register : xxxxxxxx
Perpindahan eksudat
plasma ke intertisial
Penurunan Difusi O2
Gangguan Pertukaran
Gas
Hipertermi
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL
Gejala minor
Ds: -
Do: terdapat nafas cuping hidung
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
N
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Asam Basa
pertukaran B/d intervensi keperawatan Observasi
perubahan selama 1x24 jam masalah 1. Identifikasi penyebab
membran teratasidengan kriteria hasil : ketidakseimbangan asam
alveolus-kapiler Dispnea menurun basa
D/d : disnea,nadi Bunyi nafas tambahan 2. Monitor frekuensi dan
105 x/menit ,RR: menurun kedalaman nafas
26x/menit,suara Nafas cuping hidung 3. Monitor tingkat
nafas tambahan : menurun kesadaran
wheezing,pernafasa PCO2 membaik 4. Monitor irama dan
n cuping PaO2 membaik frekuensi jantung
hidung,PCO2 PH arteri membaik 5. Monitor perubahan
meningkat,PH PH,PaCo2 dan HCO3
Takikardi membaik
menurun,PaO2 Terapeutik
menurun. 6. Ambil specimen darah
arteri untuk pemeriksaan
AGD
7. Berikan oksigen sesuai
indikasi
Edukasi
8. Jelaskan penyebab dan
mekanisme terjadinya
gangguan asam basa
2. Hipertermi B/d Setelah dilakukan Manajemen Hipertermi
proses penyakit intervensi selama 1x24 Observasi
D/d : Suhu 380C, jam,masalah teratasi 1. Identifikasi penyebab
Nadi 105 x/menit, dengan kriteria hasil :
RR 26x/menit,kulit Hipertermia
Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
terasa hangat
Vasokonstriksi 3. Monitor komplikasi
perifer menurun akibat hipertermia
Takikardi menurun
Terapeutik
Takipnea menurun
4. Sediakan lingkungan
Suhu tubuh membaik
yang dingin
5. Berikan oksigen
6. Lakukan pendinginan
eksternal
Edukasi
7. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
9. Kolaborasi pemberian
antibiotik
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn.D Umur : 55tahun No. Register : xxxxxxxx Kasus : Syok Sepsis
Kolaborasi
8. Berkolaborasi
pemberian
cairan intravena
(NaCl 1.500
ml/24 jam 20
Tpm)
9. Berkolaborasi
pemberian
antibiotik
(ceftriaxone 500
Mg, levoflaxim
700 Mg)