Anda di halaman 1dari 6

TUGAS DASAR LOGIKA 3

Relasi Pikiran, Bahasa,


dan Realitas

Disusun oleh
Nama : Gladisti Geraldia
NPM : 210110170112

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia hidup dalam suatu realitas, setiap harinya berbagai peristiwa


terjadi didalam realitas tersebut. Setiap peristiwa yang terjadi pastilah akan
memberikan suatu masalah yang harus dipecahkan, hakikat seorang manusia ialah
berusaha memecahkan masalah-masalah tersebut dengan berfikir. Realitas
menjadi awal mula atau tonggak awal sumber dan asal muasal pemikiran.

Namun pada prosesnya manusia membutuhkan sesuatu untuk


mengkomunikasikan ide-ide yang mereka hasilkan dari proses berpikir
memecahkan masalah yang terjadi didalam realitas tersebut. Menurut Gadamer
“Ada yang dapat dipahami adalah bahasa”. Hanya sejauh “terbahasakan” sesuatu
dapat ditangkap. Dapat disimpulkan dari pendapat Gadamer ialah bahwa manusia
hanya dapat memahami realitas sepanjang realitas itu terbahasakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa hakikat bahasa?
2. Apa hakikat pikiran?
3. Apa hakikat realitas?
4. Bagaimana hubungan ketiganya?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari bahasa, pikiran, dan realitas
2. Untuk mengetahui korelasi antara bahasa, pikiran, dan realitas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Dasar


Prinsip adalah pernyataan yang mengandung kebenaran yang diakui
secara universal. Setiap ilmu pengetahuan didasari oleh prinsip-prinsip dasar
tertentu, asas atau prinsip dasar dalam ilmu adalah pernyataan-pernyataan atau
kebenaran-kebenaran yang sangat mendasar dan dijadikan sebagai landasan bagi
berbagai (teori atau hukum) yang akan dikembangkan didalam ilmu yang
bersangkutan. Karena sifatnya menjadi dasar, maka prinsip dasar haruslah
merupakan suatu kebenaran yang sudah jelas dan tidak perlu di buktikan
kebenarannya.

2.2 Prinsip Dasar Berfikir Aristoteles


Prinsip dasar berfikir atau biasa disebut juga dengan prinsip dasar logika
memiliki istilah yang bermacam-macam menurut filsuf yang mencetuskannya.
Uberweg menyebutnya sebagau “Axioms of Inference” sedangkan Mill
menamainya dengan “Universal Postulates of All Reasionings”. Begitupun
menurut Aristoteles, terdapat tiga prinsip dasar dalam berfikir yaitu:

1. Prinsip Identitas (The Principle of Identity)


Aksioma pertama tersebut bunyi hukumnya adalah “suatu itu adalah suatu
itu” atau ”sesuatu itu adalah dirinya sendiri” atau “A adalah A, tak mungkin B”.
Pengertian umumnya ialah suatu benda adalah benda itu sendiri, tak mungkin
yang lain. Selama benda itu dibicarakan atau dipikirkan, kita tak boleh merubah
atribut-atribut dari benda itu sendiri, karena jika kita merubah atribut-atribut itu
sendiri berarti konsep dari benda itu pun akan berubah pula. Sebagai contoh :
 Allah SWT sebagai tuhan bagi umat islam tidaklah sama dengan tuhan-
tuhan yang dipertuhankan umat agama lain.
 Aku adalah aku atau Aku adalah sama dengan Diriku Sendiri

2. Prinsip Kontradiksi (The Principle of Contradiction)


Aksioma kedua tersebut bunyi hukumnya adalah ”Tiap-tiap hal itu tidak
dapat positif dan negatif dalam waktu yang bersamaan” atau ”Pengakuan dan
pengingkaran suatu pernyataan tidak mungkin keduanya benar”. Pengertian
umumnya ialah dua sifat yang berlawanan tidak mungkin ada pada suatu benda
dengan keadaan di waktu dan tempat yang sama.
Prinsip kontradiksi merupakan lanjutan logis dari prinsip identitas (The
Principle of Identity). Sesuai dengan prinsip identitas, setiap hal itu sama dengan
dirinya sendiri, maka pernyataan kontradiktif tidak diizinkan karena justru akan
mengaburkan identitas hal tertentu. Prinsip nonkontradiksi berisfat langsung,
analitis, dan jelas dengan sendirinya sifatnya. Kita tidak membutuhkan trem
pembanding (terminus medius, term penengah) untuk membuktikannya. Berikut
ini contoh dari prinsip kontradiksi
 Topi itu berwarna hitam dan pasti berwarna hitam
Tidak mungkin berbunyi “Topi itu berwarna hitam dan tidak berwarna
hitam”
 Jembatan itu ialah jembatan terpanjang
Tidak mungkin berbunyi “Jembatan itu ialah jembatan terpanjang dan
terpendek”

3. Prinsip Penyisihan Jalan Tengah (The Principle Of Excluded Middle)


Aksioma ketiga ini berbunyi, “Sesuatu haruslah negatif atau positif”, atau
“A mestilah B atau bukan B”. Pengertian umumnya adalah suatu (benda) tidak
mungkin memiliki dua sifat yang berlawanan. Sesuatu (benda) hanya memiliki
sifat salah satu di antaranya. Jevons mengatakan bahwa dalam hukum ini tidak
mungkin ada alternatif yang ketiga atau jalan tengah. Maksudnya adalah jika
sesuatu itu benar, maka ia benar. Jika salah, maka ia salah. Hal ini dikarenakan
dua sifat yang berbeda tak mungkin bernilai salah pada suatu benda, salah satunya
harus ada yang bernilai benar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam memperoleh ilmu
pengetahuan Prinsip-prinsip berpikir merupakan pangkal atau dasar dari mana
sesuatu itu muncul dan dimengerti. Terdapat tiga prinsip berpikir yang
dikemukakan oleh filsuf Aristoteles yakni: Prinsip Identitas (The Principle of
Identity), Prinsip Kontradiksi (The Principle of Contradiction), Prinsip Penyisihan
Jalan Tengah (The Principle Of Excluded Middle).
Kesimpulan dari ketiga prinsip diatas ialah suatu benda adalah benda itu
sendiri, tak mungkin yang lainnya, tak mungkin sekaligus memiliki dua sifat yang
berlawanan, benda tersebut pasti hanya memiliki sifat salah satu diantaranya.

Ketiga prinsip ini saling berkaitan dan bersifat mutlak dalam proses berfikir. Salah
benarnya suatu pemikiran tergantung terlaksana tidaknya prinsip-prinsip ini.
DAFTAR PUSTAKA

Mehra, Partap Sing dan Jazir Burhan. 1968. Pengantar Logika Tradisional.


Bandung: Binacipta
Molan, Beyamin. Logika:Ilmu dan Seni Berfikir Kritis. Jakarta: indeks. hlm. 153
Rizki, Muhammad Septian. 2013. Prinsip-Prinsip Aristoteles.
http://place4write.blogspot.co.id/2013/10/prinsip-prinsip-aristoteles.html
diakses pada 26 September 2017

Anda mungkin juga menyukai