Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KINERJA

SATUAN KERJA 149013 PROGRAM


KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
TAHUN 2019

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH


DINAS KESEH ATAN
Jalan Yos Sudarso No. 09 Palangka Raya 73112 Telp. (0536) 427039 Fax. 4270391
e-mail : infodinkes@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan karunia
karunia-Nya
Nya Laporan
Kinerja Satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat Kese
Kesehatan, Direktorat Jenderal
eral
Kefarmasian
efarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
201 dapat diselesaikan.

Laporan Kinerja
inerja Satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 201
2019 disusun sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

Laporan kinerja
a merupakan media pertanggungjawaban dan sebagai wujud transparansi
pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi dari Satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Selain itu laporan kinerja
merupakan salah satu kendali sekaligus alat untuk memacu peningkatan kinerja Satker 149013
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Kesehatan

Tahun 2019,, Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan memasuki tahun ke-empat dalam
pembangunan kesehatan periode 2015-2019.
2015 2019. Program ini didesain untuk mencapai sasaran
meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Pelaksanaan Program
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 201
2019 memiliki berbagai
inovasi dan terobosan, namun tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Untuk itu, atas nama
Satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan,
sehatan, kami berterima kasih atas saran dan masukan perbaikan bagi
penyempurnaan dokumen perencanaan serta pelaksanaan program dan kegiatan di periode
berikutnya.

Palangka Raya, 27 April 2020

Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi Kalimantan Tengah
Kuasa Pengguna Anggaran

dr.Suyuti Syamsul, MPPM


NIP.19680807 200003 1 006

Laporan Kinerja Satker 149013 i


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
201
IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan kinerja satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019 disusun sebagai wujud
pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan.
Laporan kinerja disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 504, Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan di bidang Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga, Tata Kelola Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kefarmasian;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga, Tata Kelola Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kefarmasian;
3. Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang Produksi dan
Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga,
Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Tata Kelola
Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan Kefarmasian;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang Produksi dan Distribusi Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Pengawasan Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Tata Kelola Perbekalan Kesehatan
dan Pelayanan Kefarmasian;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Pengawasan Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Tata Kelola Perbekalan Kesehatan dan Pelayanan
Kefarmasian;
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan; dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Kesehatan RI.

Laporan Kinerja Satker 149013 ii


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
Adapun tujuan yang akan dicapai untuk kinerja Satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun 2019 adalah :

1. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian


a. Persentase Puskesmas yang melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai standar.
b. Persentase Penggunaan Obat Rasional.
2. Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
a. Persentase Ketersediaan obat dan Vaksin di Puskesmas.
b. Persentase Instalasi Farmasi kab/kota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan
vaksin sesuai standar.
3. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
a. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif).
b. Jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam
negeri.
4. Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT).
a. Jumlah Alkes yang diproduksi didalam negeri (kumulatif)
b. Persentase penilaian pre market tepat waktu sesuai GOOD eview Pactise.
5. Peningkatan Pengawasann Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT).
a. Persentase produk Alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat.
b. Persentase sarana produksi Alkes dan PKRT yang memenuhi cara pembuatan yang baik
(GMP/SPAKB).

Tercapaianya indikator Satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan,


Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019 yang telah ditetapkan pada
tahun ke-empat Renstra 2015-2019 tersebut menjadi penting sebagai modal dalam pencapaian
target ditahun-tahun berikutnya. Untuk itu diperlukan kerja keras seluruh komponen,
pendayagunaan sumber daya yang optimal dan diperlukan penguatan terutama dalam
perencanaan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan alat
kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Satker 149013 Program Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019 didukung
oleh anggaran DIPA dengan pagu anggaran sebesar Rp. 1.601.735.000,- (Satu Miliar Enam
Ratus Satu Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah). Realisasi keuangan tahun 2019
sebesar Rp. 1.568.071.724,- (Satu Miliar Lima Ratus Enam Puluh Delapan Juta Tujuh
Puluh Satu Ribu Tujuh Ratus Dua Puluh Empat Rupiah) atau sebesar 97,90%.

I. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian


Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Laporan Kinerja Satker 149013 iii
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
pelayanan kesehatan dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis pasien. Hal
ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi
pelayanan obat dan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(patient oriented).
a) Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefamasian dan
melindungi pasien dan masyarakat dari pengguna obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety). Pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan oleh
apoteker di puskesmas saat ini juga dituntut untuk merealisasikan perubahan paradigma
pelayanan kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien.
Untuk dapat merealisasikan hal tersebut apoteker sebagai penanggungjawab
pelayanan kefarmasian di puskesmas dituntut untuk memiliki kemampuan untuk dapat
memberikan pelayanan kefarmasian yang simultan dan komprehensif baik yang bersifat
manajerial yang meliputi pengelolaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai maupun
pelayanan farmasi klinik untuk dapat memastikan bahwa obat yang diberikan kepada
pasien telah memenuhi prinsip penggunaan obat rasional.
Sesuai dengan Indikator Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019, persentase
Puskesmas Yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar mempunyai target
sebesar 60% di tahun 2019. Meskipun telah mencapai target yang telah ditetapkan, salah
satu kendala dalam penerapan pelayanan kefarmasian sesuai standar di puskesmas adalah
sumber daya manusia dimana masih sangat terbatas terutama jumlah Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) yang melaksanakan pelayanan kefarmasian di puskesmas. Selain
itu juga belum melakukan dokumentasi kegiatannya, pelayanan kefarmasian masih belum
dianggap bermakna fokusnya hanya dalam pengelolaan obat saja serta belum optimalnya
SDM kefarmasian dalam pelayanan Farmasi Klinik serta juga dikarenakan beban kerja
dalam pengelolaan obat dan pertanggungjawaban administrasinya cukup tinggi.
Persentase puskemas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian yang sesuai standar di
Kalimantan Tengah Tahun 2019 yaitu 35% atau dengan capaian 60%.
Persentase puskemas yang melaksanakan pelayanan kefarmasian yang sesuai standar :
= Puskesmas yang melaporkan X 100%
Jumlah Puskesmas

b) Persentase Penggunaan Obat Rasional (POR) di Sarana Pelayanan Kesehatan


Dasar Pemerintah
Kebijakan Penggunaan obat rasional merupakan salah satu upaya untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menjamin
keamanan, efektifitas serta harga yang terjangkau dari suatu obat yang diberikan kepada

Laporan Kinerja Satker 149013 iv


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
masyarakat pada fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pengobatan sendiri (Self-
medication).
Pelaku pelayanan kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan harus selalu
memegang prinsip rasional yaitu selalu bertindak berdasarkan bukti ilmiah terbaik (evidence
based medicine) dan prinsip tepat biaya (cost-effective) serta tepat manfaat (cost-benefit)
dalam pemanfaatan obat agar memberikan hasil optimal.
Penggunaan obat yang rasional sangat diperlukan dengan alasan sebagai berikut :
(1) Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi belanja obat.
(2) Mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau.
(3) Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat yang dapat membahayakan
pasien.
(4) Meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu pelayanan kesehatan.

Penggunaan Obat Rasional (POR) merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan terlaksananya penggunaan obat secara
rasional di seluruh institusi pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta termasuk
swamedikasi oleh masyarakat maka mutu pelayanan kesehatan yang optimal dapat
tercapai.Data yang diperlukan untuk mengukur keberhasilan program penggunaan obat di
seluruh Indonesia adalah dengan menggunakan indikator.
Penetapan persentase Penggunaan Obat Rasional di sarana pelayanan kesehatan dasar
Pemerintah dilakukan melalui pemantauan indikator peresepan untuk 3 (tiga) diagnosis
penyakit yaitu ISPA Non-Pneumonia, Diare Non-Spesifik dan Myalgia.

Persentase indicator kinerja POR = Jumlah persentase capaian masing-masing indicator peresepan
Jumlah komponen indicator peresepan

= (100-a)x100/80) + (100-b) x 100/92 + (100-c)100/99 + (100-d) 4/1.4


Keterangan :
a. Persentase Penggunaan antibiotika pada ISPA non pneumonia (angka riil)
b. Persentase Penggunaan antibiotika pada Diare Non Spesifik ( angka riil)
c. Persentase Penggunaan Injeksi pada Myalgia (angka riil).
d. Rerata Item Obat Per lembar resep X 100 % dibagi 4

Sesuai dengan Indikator Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019, Persentase Penggunaan


Obat Rasional di Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Pemerintah (Puskesmas) mempunyai
target sebesar 70 % pada tahun 2019. Berdasarkan perhitungan indikator tersebut maka
capaian Indikator Kinerja POR tahun 2019 Kalimantan Tengah adalah sebesar 41,43%,
masih dibawah target dikarenakan masih banyak ditemukan peresepan obat yang tidak
rasional di puskesmas.
Seharusnya keberhasilan pencapaian target pelaksanaan POR ditentukan oleh beberapa hal
terutama adanya komitmen antara kepala puskesmas, dokter sebagai penulis resep,
apoteker/TTK untuk memberikan obat secara rasional kepada pasien dan tentunya ketaatan
dalam proses pelaporan tetapi di lapangan masih dijumpai penggunaan antibiotik pada

Laporan Kinerja Satker 149013 v


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
ISPA Non Pneumonia, Diare Non spesifik dan pemakaian injeksi mialgia dan rerata item
obat yang belum sesuai dengan batas toleransi masing-masing indikator.

II. Peningkatan Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan


a) Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskemas
Obat dan vaksin adalah komoditi kesehatan yang menjadi salah satu kebutuhan
dasar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan merupakan barang publik
yang perlu dijamin ketersediaannya dalam upaya pemenuhan pelayanan kesehatan.
Tingkat ketersediaan obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota mencerminkan
tingkat ketersediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar dimana hasil pengadaan
buffer stock Kabupaten/Kota serta pengadaan obat dan perbekalan kesehatan melalui
DAK dikelola oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
dan dipergunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes
2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019 salah
satunya adalah Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin. Sasarannya adalah
tersedianya obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah.
Indikator kinerja kegiatan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun
2019 yaitu Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas adalah 90%,
sedangkan capaian Kalimantan Tengah telah melebihi dari target yang ditetapkan yaitu
sebesar 102 %.

b. Persentase Instalasi Farmasi Kab/Kota Yang Melakukan Manajemen


Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar.
Sesuai dengan rencana strategis kementrian Kesehatan Tahun 2015 – 2019
dimana salah satunya strateginya adalah meningkatnya akses, kemandirian dan mutu
sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan sasaran Puskesmas dengan ketersediaan
obat dan vaksin esensial dilakukan dengan peningkatan tata kelola obat publik dan
perbekalan kesehatan.
Keadaan Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kota pada dasarnya untuk menjamin
tata kelola obat dan vaksin di Puskesmas yang pada gilirannya akses masyarakat
terhadap obat atau pelayanan kesehatan semakin luas dan mudah.
Persentase Instalasi Farmasi Kab/Kota yang melakukan manajemen pengelolaan
obat dan vaksin sesuai standar di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 114 % target dari
Kemenkes RI adalah 75 %. Pencapaian Kalimantan Tengah sudah melebihi dari target
yang ditentukan oleh Kemenkes RI hal ini dikarenakan hampir semua Kabupaten/Kota
sudah terpenuhi sarana dan prasarana dalam pengelolaan obat walaupun masih
beberapa belum sesuai standar dan SDM pengelolaan obat di Kabupaten/Kota adalah
apoteker walaupun masih ada yang bukan apoteker penanggungjawabnya.

Laporan Kinerja Satker 149013 vi


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
III. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian dimana perkembangan sarana
produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan belum berkembang dengan maksimal.
Kalimantan Tengah sudah belum ada sarana industri farmasi, industri alat kesehatan dan
PKRT.
Sarana distribusi yang ada di Kalimantan Tengah Tahun 2019 terdiri dari PAK
Cabang berjumlah 3 (tiga) buah dan PBF Cabang berjumlah 5 (lima) buah. Ada beberapa
PBF Pusat/Cabang yang berada di Banjarmasin, Semarang dan Surabaya untuk
memenuhi kebutuhan obat dan alkes di Kalimantan Tengah sekitar 20 buah dan secara
rutin membuat pelaporan.

IV. Peningkatan Pengawasan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan


Rumah Tangga (PKRT).
Untuk pembinaan, pengawasan dan pengendalian Alkes dan PKRT dilaksanakan
secara berjenjang di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Salah satu upaya yang
dilakukan dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian Alkes dan PKRT adalah
dengan pelaksanaan sampling dan pengujian Alkes dan PKRT di tingkat Provinsi, dimana
untuk Kalimantan Tengah Sampling Alkes dan PKRT dilakukan pada 5 (Lima)
kabupaten/kota. Sampel diambil di sarana distribusi alkes yaitu rumah sakit, toko alkes,
Penyalur Alat Kesehatan, Apotek, dan swalayan.
Tahun 2019 dimana hasil pengujian terhadap 34 (dua puluh enam) jenis sampel
yang terdiri dari 12 (dua belas) jenis alat kesehatan dan 22 (dua puluh dua) jenis PKRT
dengan hasil 100%.

Laporan Kinerja Satker 149013 vii


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ............................................................................................................ i

Ikhtisar Eksekutif ....................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................... viii

Bab I Pendahuluan ..................................................................................................... 9

A. Latar Belakang ..........................................................................................................9

B. Maksud Dan Tujuan ...................................................................................................2

C. Aspek Strategis Satker 149013 Program Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019 ............................................................ 10

D. Sistematika ...............................................................................................................4

Bab II Perencanaan Kinerja ...................................................................................... 13

A. Rencana Strategis ................................................................................................... 13

B. Perjanjian Kinerja .................................................................................................... 15

Bab III Akuntabilitas Kinerja ...................................................................................... 8

A. Capaian Kinerja Organisasi ....................................................................................... 17

1. Pengukuran Kinerja ............................................................................................ 17

2. Analisis Akuntabilitas Kinerja ............................................................................... 19

B. Realisasi Anggaran .................................................................................................. 21

Dana Dekonsentrasi ................................................................................................. 21

C. Sumber Daya Manusia ............................................................................................. 22

Bab IV Penutup ......................................................................................................... 23

Laporan Kinerja Satker 149013 viii


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Kesehatan RI serta Susunan Organisasi, Tugas,
dan Fungsi Eselon I Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan mempunyai tugas pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
dituntut untuk melaksanakan pemerintahan berbasis kinerja dalam rangka mewujudkan
birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta memiliki pelayanan publik
yang berkualitas.

Sesuai amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, akuntabilitas kinerja merupakan
perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para
pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan
sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi
pemerintah yang disusun secara periodik. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam
melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran strategis dan
sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja serta sebagai salah satu alat
untuk mendapat masukan bagi stakeholder demi perbaikan kinerja Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Penyusunan laporan kinerja mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan


Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Laporan Satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019 merupakan bentuk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi. Pelaporan kinerja memberikan informasi kinerja yang terukur
atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai dan sebagai upaya perbaikan
berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja.

Laporan Kinerja Satker 149013 9


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
C. ASPEK STRATEGIS SATKER 149013 PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN, DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
TAHUN 2019
Pembinaan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan secara berkelanjutan terus dilakukan
kepada stakeholder terkait. Pada Renstra Tahun 2015-2019, program yang dilakukan
merupakan suatu kesinambungan terhadap program yang dilakukan pada periode
sebelumnya. Adapun kondisi pada awal tahun 2019 dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Penyediaan obat, perbekalan kesehatan dan vaksin merupakan indikator kinerja kegiatan
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yaitu Persentase Ketersediaan
Obat Dan Vaksin adalah 90% di tahun 2019, dan capaian di Kalimantan Tengah telah
melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 102,00%.
2) Pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan
Sesuai dengan Indikator Renstra Kemenkes RI Tahun 2015-2019, Persentase Rumah
Sakit Pemerintah yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar mempunyai
target sebesar 70 % di tahun 2019. Saat ini hanya sebagian rumah sakit pemerintah
yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sehingga kualitas dan
kesinambungan pelayanan harus terus dioptimalkan. Saat ini salah satu kendala dalam
penerapan pelayanan kefarmasian sesuai standar di rumah sakit adalah SDM dimana
masih sangat terbatas terutama Apoteker yang punya keahlian farmasi klinik.
Penggunaan obat yang rasional merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan terlaksananya penggunaan obat secara
rasional di seluruh institusi pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta termasuk
swamedikasi oleh masyarakat maka mutu pelayanan kesehatan yang optimal dapat
tercapai. Data yang diperlukan untuk mengukur keberhasilan program penggunaan obat
di seluruh Indonesia adalah dengan menggunakan indikator.
Penetapan Persentase Penggunaan Obat Rasional di sarana pelayanan kesehatan
dasar Pemerintah dilakukan melalui pemantauan indikator peresepan untuk 3 Diagnosis
penyakit yaitu ISPA Non-Pneumonia, Diare Non-Spesifik dan Myalgia.
Untuk indikator penggunaan persentase antibiotika untuk ISPA Non-Pneumonia
belum baik dimana angka penggunaan antibiotik masih tinggi di puskesmas sebesar
38,52%. Namun capaian ini masih belum sesuai batas toleransinya yang sebesar 20%.
Untuk persentase antibiotika untuk Diare-Non-Spesifik batas toleransinya sebesar 8%
dan untuk Kalimantan Tengah capaiannya melebihi dari batas toleransi tersebut yaitu
24,92%. Untuk persentase injeksi pada myalgia batas toleransinya sebesar 1% dan
capaian di Kalimantan Tengah dibawah batas toleransi sebesar 0,63%.
Keberhasilan pencapaian target pelaksanaan POR ditentukan oleh beberapa hal terutama
adanya komitmen antara kepala puskesmas, dokter sebagai penulis resep, petugas
kefarmasian untuk memberikan obat secara rasional kepada pasien dan tentunya
ketaatan dalam proses pelaporan.
3) Peningkatan Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan tahun 2019 untuk pembinaan,
pengawasan dan pengendalian Alkes dan PKRT tersebut dilaksanakan secara berjenjang
Laporan Kinerja Satker 149013 10
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Salah satu upaya yang dilakukan dalam
pembinaan, pengawasan dan pengendalian alkes dan PKRT tersebut adalah dengan
pelaksanaan sampling dan pengujian Alkes dan PKRT di tingkat provinsi, dimana
sampling dilakukan di Kabupaten/Kota. Sampel diambil di sarana distribusi alkes yaitu
toko alkes, Penyalur Alat Kesehatan,rumah sakit dan apotek. Sampel tahun 2019 terdiri
dari 34 jenis alkes dan PKRT.
Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian dimana perkembangan sarana
produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan belum berkembang dengan maksimal.
Provinsi Kalimantan Tengah belum ada sarana industri farmasi, produksi alat kesehatan
dan PKRT, yang ada hanya PAK Cabang berjumlah 3 (tiga) buah dan PBF Cabang
berjumlah 5 (lima) buah. Ada beberapa PBF Pusat/Cabang berasal dari Banjarmasin,
Semarang dan Surabaya untuk memenuhi kebutuhan obat dan alkes di Kalimantan
Tengah sekitar 20 (Dua Puluh) buah dan secara rutin membuat pelaporan e-report PBF
melalui system online.

D. SISTEMATIKA
Sistematika Laporan Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2017sebagai berikut :

Ikhtisar Eksekutif

Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan
kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama yang sedang
dihadapi organisasi.

Bab II Perencanaan Kinerja


Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang
bersangkutan.

Bab III Akuntabilitas Kinerja


A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran
strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang
telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan
dokumen Perjanjian Kinerja.

Laporan Kinerja Satker 149013 11


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.

Laporan Kinerja Satker 149013 12


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS
Visi dan Misi Satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah “Tenaga dan Sarana Kesehatan Tersertifikasi
menuju Pelayanan Kesehatan yang Bemutu”. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah
melalui 3 misi pembangunan yaitu :
1. Menyediakan Obat dan Vaksin yang cukup bekesinambungan dan terjangkau.
2. Meningkatkan Sarana Kesehatan yang berkualitas dan Terakreditasi.
3. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kesehatan melalui Sertifikasi.
Salah satu strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 adalah meningkatkan ketersediaan,
keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan alat kesehatan. Arah kebijakan dan
strategi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan didasarkan pada arah
kebijakan dan strategi nasional yaitu meningkatkan akses, kemandirian, dan mutu Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019, Satker 229003 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan salah satu dari 4 (empat) program teknis
Kementerian Kesehatan RI yaitu Progam Peningkatan Pelayanan Kefarmasian, Peningkatan
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Peningkatan Produksi dan Distribusi
Kefarmasian, Peningkatan Penilaian Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT), Program Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT).

Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat


Sasaran
kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan indikator kinerja beserta target Program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

Laporan Kinerja Satker 149013 13


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
Tabel 1
Indikator Kinerja dan Target Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2015-2019

Target
Indikator Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019

Persentase ketersediaan obat dan vaksin di 77% 80% 83% 90% 90%
Puskesmas

Persentase instalasi farmasi kab/kota yang 55% 60% 65% 70% 75%
melakukan manajemen pengelolaan obat
dan vaksin sesuai standar.

Persentase puskesmas yang melaksanakan 40% 45% 50% 55% 60%


pelayanan kefarmasian sesuai standar

Persentase Penggunaan Obat Rasional 62% 64% 66% 68% 70%


(POR) di Puskesmas

Persentase produk alat kesehatan dan 77% 80% 83% 86% 90%
PKRT di peredaran yang memenuhi syarat

Cara perhitungan indikator kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2
Cara Perhitungan Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Indikator Kinerja Cara Perhitungan

Persentase ketersediaan Jumlah puskesmas yang menyampaikan laporan x 100%


obat dan vaksin di
Jumlah total seluruh puskesmas
Puskesmas

Persentase instalasi
farmasi kab/kota yang
Jumlah instalasi yang melakukan manajemen pengelolaan obat x 100%
melakukan manajemen
pengelolaan obat dan Jumlah (intalasi farmasi yang ada di kabupaten/kota
vaksin sesuai standar.

Persentase puskesmas
yang melaksanakan
Jumlah yang melaksanakan pelayanan kefamasianx 100%
pelayanan kefarmasian
Jumlah total puskesmas
sesuai standar

Persentase Penggunaan
Obat Rasional (POR) di Persentase indikator kinerja POR
Sarana Pelayanan
= Jumlah persentase capaian masing-masing indicator peresepan
Kesehatan Dasar
Pemerintah Jumlah komponen indicator peresepan
= (100-a)x100/80)+(100-b)x100/92 + (100-c)100/99+(100-d)4/1.4

Persentase produk alat Jumlah sampel yang tidak memenuhi syarat x 100%
kesehatan dan PKRT di
Jumlah tota sampel yang di uji
peredaran yang

Laporan Kinerja Satker 149013 14


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
memenuhi syarat

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Sasaran Kegiatan pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kegiatan Sasaran

Peningkatan Pelayanan Kefarmasian Meningkatnya pelayanan kefarmasian dan


penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan

Peningkatan Ketersediaan Obat Tersedianya obat, vaksin dan perbekalan kesehatan


Publik dan Perbekalan Kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di pelayanan
kesehatan pemerintah

Peningkatan Pembinaan Produksi Meningkatnya pengendalian pra dan pasca


dan Distribusi Alat Kesehatan pemasaran alat kesehatan dan PKRT

Peningkatan Pembinaan Produksi Meningkatnya produksi bahan baku dan obat lokal
dan Distribusi Kefarmasian serta mutu sarana produksi dan distribusi
kefarmasian

Dukungan Manajemen dan Tugas Meningkatnya dukungan manajemen dan


Teknis Lainnya pada Program pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program
Kefarmasian dan Alat Kesehatan kefarmasian dan alat kesehatan

B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan


instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja,
terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi
amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta
sumber daya yang tersedia.

Satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal Kefarmasian
dan Alat Kesehatan menyusun perjanjian kinerja mengacu kepada Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Target ini menjadi komitmen bagi Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2019.

Perjanjian Satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.

Laporan Kinerja Satker 149013 15


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
Tabel 4
Perjanjian Kinerja Satker 149013 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Provinsi Kalimantan tengah

Target
Sasaran Indikator Kinerja
2019

Persentase ketersediaan obat dan vaksin di 90%


Puskesmas

Meningkatnya akses dan Persentase Instalasi Farmasi kab/kota yang 75 %


mutu sediaan farmasi, alat melakukan manajemen pengelolaan obat dan
kesehatan dan Perbekalan vaksin sesuai standar
Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) Persentase Puskesmas yang melaksanakan 60 %
pelayanan kefarmasian sesuai standar

Persentase Penggunaan obat rasional di 70 %


puskemas

Persentase produk alkes dan PKRT di 90 %


peredaran yang memenuhi syarat

Laporan Kinerja Satker 149013 16


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

1. PENGUKURAN KINERJA

Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah


pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik
dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang
akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang
akuntabel. Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program,
kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan
strategi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja menggunakan alat ukur berupa
indikator sebagaimana yang telah ditetapkan pada dokumen perencanaan kinerja.

Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara realisasi kinerja


dengan target kinerja dari masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam
perencanaan kinerja. Melalui pengukuran kinerja diperoleh gambaran pencapaian
masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di
masa yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil
guna dan berdaya guna.

Laporan Kinerja Satker 149013 17


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tahun 2019 sebagai berikut :

Tabel 5
Capaian Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2019

Target Realisasi Capaian


Sasaran Strategis Indikator Kinerja
2019 2019 2019

Persentase ketersediaan obat dan 90% 91,80% 102,00%


vaksin di Puskesmas

Persentase Instalasi Farmasi yang 90% 80% 89%


Meningkatnya akses menerapkan Aplikasi E-Logistik
dan mutu sediaan obat dan BMHP
farmasi, alat Persentase Instalasi Farmasi yang 75% 86% 114%
kesehatan dan melakukan Manajemen
Perbekalan Pengelolaan Obat dan Vaksin
Kesehatan Rumah sesuai standar
Tangga (PKRT)
Persentase puskesmas yang 60% 36% 60%
melaksanakan pelayanan
kefarmasian sesuai standar

Persentase Penggunaan Obat 70% 35% 50%


Rasional di Puskemas

Persentase produk alat kesehatan 90% 88,23% 98,03%


dan PKRT di peredaran yang
memenuhi syarat

Laporan Kinerja Satker 149013 18


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
Grafik 1
Target dan Realisasi Indikator Kinerja Program Kefarmasian dan Alat
KesehatanProvinsi Kalimantan Tengah Tahun 2019
100%

91,80%
90% 90% 90%
90% 88,23%
86%

80%
80%
75%

70%
70%

60%
60%

50%
Target
Realisasi

40%
36%
35%

30%

20%

10%

0%
Persentase ketersediaan Persentase Instalasi Farmasi Persentase Instalasi Farmasi Persentase puskesmas Persentase Penggunaan Persentase produk Alkes
obat dan vaksin di yang menerapkan Aplikasi melakukan Manajemen melaksanakan yanfar sesuai Obat Rasional di Puskemas dan PKRT di peredaran yang
Puskeemas E-Logistik obat dan BMHP Pengelolaan Obat dan standar memenuhi syarat
Vaksin sesuai standar

2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Instansi Pemerintah dalam
rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
Sasaran Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatnya akses dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).

Analisis capaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut :

Laporan Kinerja Satker 149013 19


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
I. Penyediaan Obat, Perbekalan Kesehatan dan Vaksin Indikator kinerja
kegiatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan
target indikator kinerja kegiatan tahun 2019 yaitu persentase ketersediaan obat dan
vaksin adalah 90 %, capaian yang diperoleh telah melebihi target target yang ditetapkan
yaitu sebesar 102%. Kegiatan yang mendukung pencapaian indicator meliputi beberapa
kegiatan seperti melakukan koordinasi penyusunan perencanaan kebutuhan obat,
monitoring dan evaluasi obat, vaksin dan BMHP, mengadakan dan mendistribusikan
obat, vaksin dan perbekalan kesehatan.
Beberapa kendala yang dialami dalam pencapaian target adalah sebagian puskesmas
terkendala dalam laporan (akses jaringan yang terbatas terutama daerah terpencil), SDM
pengelola data tidak ada dan ketidakpatuhan dalam pembuatan laporan (tugas yang
menumpuk di puskesmas).

II. Pelayanan Kefarmasian di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Sesuai dengan indikator Renstra Kemenkes RI Tahun 2015-2019, persentase Rumah
Sakit Pemerintah yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar memiliki
target sebesar 70% pada tahun 2019. Capaian saat ini masih dibawah target yang
ditetapkan yaitu sebesar 50% karena kurangnya apoteker farmasi klinik di semua rumah
sakit pemerintah sehingga pelayanan kefarmasian baik kualitas dan kesinambungan
pelayanan masih belum optimal. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi 11
rangkaian/tahapan, yang bisa dilaksanakan/dipenuhi hanya 6 tahapan karena
terbatasnya ketersediaan SDM dan lebih banyak yang fokus ke manajemen pengelolaan
obat.
Penggunaan obat yang rasional merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan terlaksananya penggunaan obat secara
rasional di seluruh institusi pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta termasuk
swamedikasi oleh masyarakat maka mutu pelayanan kesehatan yang optimal dapat
tercapai. Data yang diperlukan untuk mengukur keberhasilan program penggunaan obat
di seluruh Indonesia adalah dengan menggunakan indikator.
Indikator peresepan untuk 3 (tiga) diagnosis penyakit yaitu ISPA Non-Pneumonia, Diare
Non Spesifik dan Penggunaan Injeksi pada Myalgia. Untuk indikator persentase
penggunaan antibiotika untuk ISPA non-Pneumonia belum baik dimana angka
penggunaan antibiotik masih tinggi di puskesmas dimana pada tahun 20190 sebesar
38,52%. Namun capaian ini masih belum sesuai batas toleransinya yang sebesar 20%.
Untuk persentase antibiotika untuk diare non spesifik batas toleransinya sebesar 8% dan
untuk Provinsi Kalimantan Tengah capaiannya melebihi dari batas toleransi tersebut yaitu
24,92% pada tahun 2019. Untuk persentase injeksi pada myalgia batas toleransinya
sebesar 1% dan capaian di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu 0,63%.

Laporan Kinerja Satker 149013 20


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
Keberhasilan pencapaian target pelaksanaan POR ditentukan oleh beberapa hal terutama
adanya komitmen antara kepala Puskesmas, dokter sebagai penulis resep, peran tenaga
kefarmasian untuk memberikan obat secara rasional kepada pasien, kurangnya
pemahaman, kesadaran dan kepedulia masyarakat terhadap penggunanaan antibiotik,
belum adanya sanksi/aturan mengenai larangan memberikan antibiotika tanpa resep
dokter dan tentunya ketaatan dalam proses pelaporan.

Peningkatan Produksi Dan Distribusi Alat Kesehatan di tahun 2019


Untuk pembinaan, pengawasan dan pengendalian Alkes dan PKRT tersebut
dilaksanakan secara berjenjang di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Salah
satu upaya yang dilakukan dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian alkes dan
PKRT tersebut adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat dengan cara edukasi
gerakan masyarakat terhadap penggunaan Alat Kesehatan Dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga yang benar dengan bertujuan agar tenaga kesehatan dan masyarakat
dapat memahami cara penggunaan produk-produk alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga yang beredar luas di pasaran, sehingga tujuan dari
penggunaan produk tercapai dengan baik.
Disamping itu juga ada pelaksanaan sampling dan pengujian alkes dan PKRT di
tingkat Provinsi, dimana sampling dilakukan di 5 (lima) kabupaten/kota. Sampel diambil
di sarana distribusi alkes yaitu toko alkes, Penyalur Alat Kesehatan, rumah sakit dan
apotek. Sampel berjumlah 34 (tiga puluh empat) jenis alkes dan PKRT, yang diantaranya
12 (dua belas) jenis produk alat kesehatan dan 22 (dua puluh dua) jenis produk
perbekalan kesehatan rumah tangga. Berdasarkan hasil uji di laboratorium bahwa alat
kesehatan dan PKRT yang terdistribusi memenuhi syarat mutu.
Perkembangan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan belum
berkembang dengan maksimal. Provinsi Kalimantan Tengah belum ada sarana industri
farmasi, produksi alat kesehatan dan PKRT, yang ada hanya PAK Cabang 3 (tiga) buah,
PBF Cabang 5 (lima) buah serta PBF lintas provinsi berjumlah sekitas 20 (dua puluh)
buah.

B. REALISASI ANGGARAN
DANA DEKONSENTRASI

Untuk mendukung penyelenggaraan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan di Provinsi


Kalimantan Tengah tahun 2019 dianggarkan dana dekonsentrasi sebesar
Rp.1.601.735.000,- (Satu Miliar Enam Ratus Satu Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Lima Ribu
Rupiah). Realisasi anggaran tahun 2019 sebesar Rp. 1.568.071.724,- (Satu Miliar Lima
Ratus Enam Puluh Delapan JutaTujuh Puluh Satu Ribu Tujuh Ratus Dua Puluh Empat
Rupiah) atau sebesar 97.90%.

Laporan Kinerja Satker 149013 21


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
Tabel 6
Alokasi Dana dan Realisasi Anggaran DIPA Program
Kefarmasian dan Alat KesehatanProvinsi Kalimantan TengahTahun 2018

KODE REALISASI S/D DESEMBER 2019


SALDO KET
URAIAN PAGU
PROGRAM / FISIK KEUANGAN
KEGIATAN Rp % Rp %

024 07.09 Program Kefarmasian Dan Alat Kesehatan

2064 Peningkatan Pelayanan 325.592.000 318.645.764 100 318.645.764 97,87 6.946.236


Kefarmasian
2065 Peningkatan Tata Kelola 506.572.000 494.280.850 100 494.280.850 97,57 12.291.150
Oblik & Perbekalan
Kesehatan

2067 Peningkatan Pembinaan 198.758.000 195.818.000 100 195.818.000 97,52 2.940.000


Produksi & Distribusi
Kefarmasian

2068 Dukungan Manajemen & 416.963.000 411.487.400 100 411.487.400 98,69 5.475.600
Pelaksanaan Tugas Tehnis
Lainnya Pada Program
Kefarmasian dan Alkes

5838 Peningkatan Penilaian Alkes 67.570.000 65.726.060 100 65.726.060 97,27 1.843.940
& Perbekes Rumah Tangga
( PKRT )

5839 Peningkatan Pengawasaan 86.280.000 82.113.650 100 82.113.650 95,17 4.166.350


Alkes & Perbekes Rumah
Tangga ( PKRT )

JUMLAH 1.601.735.000 1.568.071.724 100 1.568.071.724 97,90 33.663.276 -

C. SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur penting dalam mendukung
tercapainya indikator kinerja. Secara teknis SDM dapat menunjang keberhasilan dalam
mencapai tujuan apabila mencukupi dari sisi jumlah dan kualitas serta profesional di
bidangnya.

Laporan Kinerja Satker 149013 22


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019
BAB IV
PENUTUP

Laporan Kinerja Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2019 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan
strategis yang telah ditetapkan. Laporan ini disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan
Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.

Laporan Kinerja menggambarkan pencapaian kinerja Laporan Kinerja Program


Kefarmasian dan Alat Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah dalam mencapai sasaran
sebagaimana yang telah ditetapkan didalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen
perencanaan. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah berhasil melaksanakan
Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta telah merealisasikan target yang telah
ditetapkan di dalam dokumen perencanaan. Hal ini tampak pada pencapaian indikator pada
tahun 2019 telah mencapai target yang telah ditetapkan.

Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan yang telah
dicanangkan pada periode berikutnya sehingga pelaksanaan kegiatan di masa mendatang dapat
dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Laporan Kinerja Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah diharapkan dapat dimanfaatkan untuk bahan evaluasi
kinerja bagi yang membutuhkan dalam penyempurnaan dokumen perencanaan maupun
pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang, dan penyempurnaan berbagai kebijakan
yang diperlukan.

Laporan Kinerja Satker 149013 23


Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai