Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

EFEK KOROSI PADA PAKU

DISUSUN OLEH:
SALWA ISNA BARLIAN
XII MIPA 2/33

MAN 1 KOTA MALANG


JALAN TLOGOMAS NO 21
I. Tujuan

1. Mengetahui proses perkaratan paku dengan berbagai perlakuan


2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan paku mengalami korosi
3. Mengetahui cara pencegahan korosi pada paku
II. Dasar Teori

Korosi merupakan proses perubahan logam menjadi senyawa, terutama terjadi


dalam dalam lingkungan yang mengandung air atau peristiwa teroksidasinya suatu
logam oleh gas oksigen di udara. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam
akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari,
korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-
merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi. Dengan reaksi:
Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi. Dengan reaksi:
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
Atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi.
Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana
yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat
pengotor atau perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena
logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain
yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari
bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam
bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama
pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi
(kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak
faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat
menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila
masih bersih dari oksida.
Ada bebrapa faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi, antara lain:
1. Air dan kelembapan udara
Air dan kelembapan udara memegang peranan penting pada proses terjadinya korosi. Semakin
tinggi kadar uap air di sekitar logam,  semakin mudah logam mengalami korosi. Jika logam berada di
daerah yang memiliki kadar air rendah, seperti di gurun, proses terjadinya korosi akan berjalan lebih
lambat
2. Elektrolit
Elektrolit merupakan tempat atau media yang menjadi tempat berlangsungnya transfer muatan.
Hal itu mengakibatkan oksigen di udara lebih mudah mengikat elektron. Contohnya air hujan yang bersifat
asam dan air laut yang bersifat asin mampu menjadi media pemercepat korosi. Tak heran jika besi-besi
yang ada di lingkungan pabrik lebih cepat mengalami korosi karena terkena paparan senyawa asam.
3. Permukaan logam yang tidak rata
Logam yang permukaannya tidak rata akan mudah mengalami korosi. Hal itu diakibatkan oleh
terbentuknya kutub-kutub muatan di permukaan logamnya. Kutub muatan tersebut ada yang berperan
sebagai anoda dan katoda
4. Terbentuknya sel elektrokimia
Terbentuknya sel elektrokimia ini dilatarbelakangi oleh adanya dua permukaan logam yang saling
bersinggungan. Jika permukaan logam yang bersinggungan memiliki perbedaan potensial elektroda, maka
akan terbentuk sel elektrokimia. Saat terbentuk sel elektrokimia, logam dengan potensial elektron lebih
rendah akan melepaskan elektron, sehingga terjadi oksidasi.

III. Alat dan bahan

 6 buah paku
 6 gelas plastik
 Air biasa
 Larutan asam cuka
 Larutan garam (NaCl)
 Plastic penutup
 Minyak goreng
 Minyak tanah
IV. Langkah Kerja

1. Beri nama masing-masing gelas plastik dengan nama sesuai larutan yang
2. Masukkan masing-masing larutan kedalam gelas sesuai dengan nama larutannya
3. Masukkan paku pada masing-masing gelas, dengan setiap gelas berisi 1 paku
4. Tutup masing-masing gelas dengan penutup plastik
5. Amati dan catat perubahan selama 4 hari
V. Hasil Pengamatan
A. Tingkat korosi paku
Nomor Jenis Pengamatan hari ke-
larutan Larutan 1 2 3 4 5
1 Air biasa -  +  ++  +++ +++
Larutan ++++
-  ++  +++  +++
2 cuka
Larutan ++
-  +  ++  ++
3 Garam
Minyak -
-  -  -  -
4 tanah
Minyak -
-  -  -  -
5 goreng
Tidak diberi -
- - - -
6 larutan

Keterangan:
- Tidak berkarat
+ Sedikit Berkarat
++ Berkarat
+++ Sangat Berkarat
+++ Seluruh Permukaan berkarat

B. Warna Larutan
Nomo Pengamatan hari ke-
Jenis
r 5
Larutan
larutan 1 2 3 4
Kuning
keruh dan
adanya
Air  Kuning endapan di
1 biasa Bening Kekuningan Kuning keruh keruh dasar
Larutan Bening sedikit Merah
2 cuka Bening Bening kuning  Jingga
Kuning
keruh dan
adanya
Larutan  Kuning endapan di
3 Garam Sedikit keruh Semakin keruh Kuning keruh keruh dasar
Minyak  Kuning
4 tanah Kuning Kuning Kuning  Kuning
Minyak Kuning Kuning Kuning
5 goreng Bening Kuning Bening Kuning bening bening  bening
Tidak -
diberi
6 larutan  - -  -  - 

VI. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan korosi pada paku. Diberikan enam
perlakuan yang berbeda pada masing-masing gelas plastik yang berisi paku, yaitu gelas yang
dibiarkan kosong tertutup, gelas yang diberi air biasa, gelas yang diberi minyak goreng, gelas
yang berisi minyak tanah, gelas yang diberi larutan garam, dan gelas yang diberi larutan
cuka.

Dari hasil pengamatan selama 5 hari, didapatkan pada pada medium gelas plastik yang
diberi air biasa pada hari pertama tidak terjadi korosi. Namun pada hari kedua mulai terlihat
sedikit korosi pada paku dan air sedikit kekuningan akibat hasil korosi paku, dan pada hari
ketiga korosi sudah meliputi setengah badan paku dan membuat air menjadi kuning keruh.
Pada hari keempat korosi bertambah parah dan air menjadi kuning keruh. Pada hari terakhir
terlihat endapan hasil perkaratan didasar gelas. Hal ini bisa terjadi karena besi bereaksi
dengan air dan udara mengakibatkan perkaratan.

Pada gelas plastik kedua diberi air cuka, tidak terjadi korosi pada hari pertama. Namun
pada hari kedua mulai terbentuk korosi yang lumayan hebat karena hampir seluruh
permukaaan kayu terliputi serbuk perkaratan, namun larutan cuka masih dengan warna yang
sama yaitu bening, dan pada hari ketiga korosi bertambah banyak dan meliputi paku serta air
cuka yang pada awalnya bening berubah menjadi sedikit kekuningan. Pada hari keempat
paku yang sudah terkorosi sempurna membuat air cuka berubah warna yaitu menjadi jingga
itu akibat raksi perkaratan pada paku. Pada hari terakhir korosi telah meliputi semua bagian
paku dan warna larutan cuka menjadi merah, hal ini diakibatkan zat hasil perkaratan terlarut
dalam larutan cuka. Hal ini disebabkan karena cuka adalah salah satu larutan asam. Asam
sendiri bersifat korosif, sehingga lebih cepat membuat paku korosi.

Pada gelas plastik ketiga dimasukkan larutan garam. Tidak terjadi korosi pada hari
pertama serta warna larutan garam yang keruh. Pada hari kedua, paku mulai mengeluakan
tanda-tanda perkaratan dan warna air garam menjadi putih keruh. Lalu pada hari ketiga
terjadi perkaratan pada setengah bagian paku yang tercelup air dan air garam berubah
menjadi kuning keruh. Pada hari keempat berkarat dihampir seluruh permukaanya yan
terkena air. Pada hari terakhir terlihat endapan hasil perkaratan didasar gelas. Hal ini
disebabkan garam adalah larutan elektrolit yang membuat paku semakin cepat mengalami
reaksi korosi.

Pada gelas plastik keempat dimasukkan minyak goreng, tidak terjadi perubahan apapun
hingga hari kelima pada paku dan warna larutan minyak goreng. Hal ini disebabkan minyak
goreng bersifat menahan air dan udara untuk bereaksi dengan paku. Sehingga dapat
digunakan untuk mencegah perkaratan

Pada kelas plastik kelima dimasukkan paku dengan minyak tanah, seperti minyak goreng,
minyak tanah bersifat menahan air dan udara untuk bereaksi dengan paku. Sehingga paku
tidak mengalami korosi hingga hari kelima pada paku dan warna larutan tetap sama .

Begitupun pada gelas keenam, gelas yang tidak diberi larutan apapun. Paku di dalam
gelas ini tidak mengalami perkaratan. Karena tidak terjadi reaksi antara besi dengan udara
dan air.

Dari perlakuan berbeda yang diberikan pada paku, dapat dibandingkan pada gelas plastik
kelima dan keenam yang dibiarkan kosong namun yang membedakan adalah gelas keenam
diberi tutup pada kedua perlakuaan ini tidak terjadi korosi.

Pada perlakuan 6 gelas diatas menghasilkan akibat yang berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan terjadi peristiwa korosi. Proses terjadinya korosi merupakan proses elektrokimia.
Elektrokimia adalah proses terjadinya reaksi redoks (reduksi oksidasi) secara spontan.
Contohnya, korosi pada besi akan membentuk oksida besi (Fe2O3.xH2O). Besi akan
teroksidasi oleh oksigen dari udara dan akan membentuk korosi. Persamaan reaksi yang
berlangsung adalah sebagai berikut.
VII. Kesimpulan

Korosi adalah proses suatu logam mengalami reaksi oksidasi di udara bebas. Korosi
juga merupakan reaksi redoks antara logam dengan zat yang ada di sekitarnya dan
menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Senyawa tersebut biasanya berupa oksida
logam atau logam karbonat.
 Faktor yang menyebabkan terjadinya korosi :
1.  Oksigen
2.  Air
3.  Keektrolitan larutan
4.  Permukaan logam
5.  Sel elektrokimia

VIII. Saran
Berdasarkan percobaan diatas, untuk menghinndari perkaratan pada paku harus
dilakukan beberapa hal diantaranya.

1. Mengontrol atmosfer agar tidak lembab dan banyak oksigen, misalnya dengan membuat
lingkungan udara bebas dari oksigen dengan mengalirkan gas CO2.

2. Mencegah logam bersinggungan dengan oksigen di udara dan juga air. Pencegahan ini
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengecatnya

Lapisan cat mencegah kontak langsung besi dengan oksigen dan air. Hanya jika cat tergores
atau terkelupas, maka korosi mulai terjadi dan dapat menyebar di bawah cat yang masih utuh.
Contoh yang menggunakan teknik ini adalah pada kapal, jembatan dan mobil.
b. Memberi oli atau minyak

Lapisan oli bisa mencegah kontak langsung besi dengan oksigen dan air dan harus dioleskan
secara berkala. Contoh yang menggunakan teknik ini adalah pada bagian bergerak dari mesin,
seperti mesin mobil.

c. Memberi lapisan plastik

Lapisan plastik mencegah kontak langsung besi dengan oksigen dan air. Hanya jika plastik
terkelupas, korosi mulai terjadi. Contoh yang menggunakan teknik ini adalah pada barang-
barang dapur, seperti rak pengering.

d. Galvanisasi

Anda mungkin juga menyukai