Anda di halaman 1dari 6

Oleh: Yulianti

Pustakawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Two Way Flow of Information:


Paradigma Baru
Pengelolaan Informasi
dan Perpustakaan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2007 tentang Perpustakaan dalam Perspektif
Library 2.0

Pendahuluan yang secara eksplisit menyatakan terbaik kepada pemustaka, apapun


Keberadaan perpustakaan tidak dukungan dan antisipasi pemerintah dan bagaimanapun perkembangan
dapat dipisahkan dari peradaban dan terhadap perkembangan yang terjadi yang terjadi. Hal ini didorong juga oleh
budaya umat manusia. Perpustakaan di dunia perpustakaan, yakni yang bunyi Pasal 14 dalam Undang-Undang
adalah sebuah organisasi yang terkait dengan pelayanan teknis (Bab yang sama, yang menyebutkan bahwa
hidup. Sebagai sebuah organisasi V, pasal 14, ayat 3) yang berbunyi: layanan perpustakaan dilakukan
yang hidup, perpustakaan akan “Setiap perpustakaan mengembangkan secara prima dan berorientasi bagi
senantiasa berkembang mengikuti layanan perpustakaan sesuai dengan kepentingan pemustaka.
segala perubahan yang terjadi kemajuan teknologi informasi dan User oriented. Ya! Semua upaya
di masyarakat. Sekecil apa pun komunikasi”, serta yang terkait dengan yang dilakukan perpustakaan adalah
perubahan yang terjadi, pasti manajemen dan pengelolaan secara untuk kepentingan pemustaka.
akan membawa dampak pada keseluruhan (Bab VI, pasal 19, ayat Begitu pula ketika perkembangan
perpustakaan, baik dalam aspek 2), yang berbunyi : “Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi
layanan teknis maupun sisi perpustakaan dilakukan berdasarkan mengalami pergeseran paradigm
manajemen secara keseluruhan. karakteristik, fungsi dan tujuan, serta dan pergeseran titik pandang, maka
Perkembangan dunia dilakukan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan memiliki konsekuensi
perpustakaan juga didukung pemustaka dan masyarakat dengan untuk berusaha menyesuaikan diri
oleh perkembangan teknologi memanfaatkan teknologi informasi dan terhadap perubahan tersebut, dengan
informasi. Pemerintah Republik komunikasi.” tetap mengedepankan kepentingan
Indonesia melalui Undang-Undang Kedua pasal tersebut di atas pemustaka. Bahkan pemustaka
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun membawa konsekuensi yang cukup bisa menjadi dasar pijakan utama
2007 tentang Perpustakaan telah “menantang “ bagi dunia informasi bagi setiap jengkal perubahan dan
mengantisipasi dengan cermat dan perpustakaan. Konsekuensi perkembangan perpustakaan (user-
mengenai hal ini. Ada 2(dua) Pasal untuk tetap memberikan yang centered development)

Vol. 18 No. 1 & 2 Tahun 2011 57


Paradigma Lama vs Paradigma new media)- ini dikenal dengan perpustakaan dan pemustakanya.
Baru sebutan media convergence, yaitu “the Paradigma lama komunikasi mereka
Pengelolaan informasi dan integration of mass media, computers hanya berlangsung satu arah. Umpan
perpustakaan berkembang bertahap and telecommunications..” balik atau respon dari informasi yang
sesuai perkembangan yang terjadi Konvergensi media ini muncul disampaikan tidak dapat langsung
di masyarakat. Perkembangan melalui perpaduan beberapa diketahui oleh sang pengirim
perpustakaan dimulai dari produk secara bersama-sama dalam informasi (pengelola perpustakaan).
perpustakaan tradisional yang satu produk baru yang memiliki Paradigma baru tidak demikian. Di
hanya terdiri dari kumpulan buku kemampuan multifungsi. Mekanisme bawah ini adalah perbedaan proses
saja. Kemudian tahap selanjutnya baru dalam berkomunikasi, ditandai komunikasi menurut paradigma lama
digunakan katalog manual. Setelah dengan penggunaan mutimedia di dan paradigma baru antara pengelola
itu berkembang katalog elektronik. mana teks, suara, gambar atau grafis perpustakaan dengan penggunanya
Penelusuran informasi dilakukan dapat diakses sekaligus ke dalam (pemustaka).
secara elektronik, begitu pula dengan seperangkat media, telah mendorong Catatan :
pengelolaan koleksi perpustakaan.
Terakhir, berkembang digital
Paradigma Lama
library, yaitu pengelolaan informasi
dan perpustakaan secara digital. Komunikator Pesan Media Komunikan
Perpustakaan mengelola semua
sumberdaya yang dimlikinya secara Paradigma Baru
digital, walaupun masih satu arah.
Komunikator Pesan Media Komunikan
Pihak pengelola perpustakaan tidak
begitu memperhatikan bagaimana
Efek/Respon
efek atau respon dari pengguna
perpustakaan tersebut. Satu arah.
Itu adalah ungkapan yang paling perubahan di berbagai aktivitas Komunikator : Pengelola informasi dan
tepat ditujukan kepada paradigma industri komunikasi. Konvergensi perpustakaan
lama pengelolaan informasi dan menyebabkan perubahan radikal Pesan : Informasi atau layanan
perpustakaan ini. Sebenarnya, pihak dalam penanganan, penyediaan, yang diberikan
pengelola bisa saja memperhatikan distribusi dan pemrosesan seluruh Media : Alat komunikasi
segala efek dan respon yang muncul bentuk informasi baik visual, audio, yang digunakan oleh
(setidaknya efek atau respon yang data dan sebagainya. Kunci dari Pengelola informasi dan
terlihat langsung), namun dalam konvergensi adalah digitalisasi, perpustakaan
paradigm lama, hal ini belum menjadi kerena seluruh bentuk informasi Komunikan : Pengguna perpustakaan
pusat perhatian dari para pengelola maupun data diubah dari format (pemustaka)
informasi dan perpustakaan. analog ke format digital dan Efek : Respon dari
Sehingga antara pengelola sebagai dikirim ke dalam satuan bit (binary penyampaian informasi
penyedia layanan dan pemustaka digit). Karena informasi yang Maka, apabila dianalogikan
sebagai pengguna layanan, keduanya dikirim merupakan format digital, menjadi komunikasi antara pengelola
berjalan masing-masing. Satu arah konvergensi mengarah pada perpustakaan dan pemustaka,
saja. Tidak ada interaksi yang bersifat penciptaan produk-produk yang prosesnya menjadi :
mutualisme. aplikatif dan mampu melakukan Pada paradigma lama, pengelola
Tahap perkembangan selanjutnya fungsi audiovisual sekaligus informasi dan perpustakaan
adalah tahapan di mana teknologi komputasi. Maka tidak heran menyampaikan informasinya melalui
informasi mutakhir telah berhasil jika sekarang komputer dapat jasa layanan kepada pemustaka.
menggabungkan teknologi difungsikan sebagai pesawat Setelah itu selesai. Umumnya respon
telekomunikasi konvensional yang televisi, atau telepon genggam atau efek yang muncul kemudian
bersifat massif dengan teknologi dapat menerima suara, tulisan, data pada diri pemustaka tidak lagi menjadi
komputer yang bersifat interaktif. maupun gambar tiga dimensi. perhatian pengelola informasi dan
Perkembangan terkini dari teknologi Selanjutnya, ada perubahan yang perpustakaan. Meskipun mungkin
informasi dan komunikasi, atau cukup mendasar dalam metode mereka bertemu dan bertatap muka,
Rogers (1986) menyebutnya sebagai berkomunikasi antara pengelola namun semuanya berlangsung satu

58 Vol. 18 No. 1 & 2 Tahun 2011


Paradigma lama interaksi pengelola informasi dan pemustaka patokan semangat perubahan layanan
Pengelola Jasa perpustakaan, maka proses komunikasi
Informasi Pemustaka
Perpustakaan Layanan informasi dua arah ini bisa melalui
berbagai media, mulai dari kuesioner,
Paradigma baru interaksi pengelola informasi dan pemustaka survey, kotak saran sampai interaksi
langsung seperti internet.
Pengelola Informasi Jasa Pemustaka
Perpustakaan Layanan Konsep Library 2.0 merupakan
konsep baru yang terkait dengan
Respon/Tanggapan perubahan dalam pengelolaan
lembaga informasi dan perpustakaan
yang melibatkan pengguna. Perubahan
arah saja. Paradigma Baru Pengelolaan yang terjadi akan berlangsung secara
Sedangkan pada paradigma Informasi dan Perpustakaan dalam bertahap dan sedikit demi sedikit
baru, setelah pengelola informasi Perspektif Library 2.0 namun secara terus menerus sesuai
dan perpustakaan menyampaikan Participatory information perkembangan dan evaluasi pengguna
informasinya melalui jasa layanan services. Itu adalah kata yang terhadap jasa layanan yang diberikan.
kepada pemustaka, kemudian tepat untuk menggambarkan
pemustaka memberikan paradigma pengelolaan informasi Dampak Pergeseran Paradigma
responnya, sehingga pengelola dan perpustakaan dalam perspektif Paradigma baru pengelolaan
informasi dan perpustakaan Library 2.0. Dalam Library 2.0, informasi dan perpustakaan dalam
bisa melihat efek yang keterlibatan pemustaka sangat perspektif Library 2.0 yang bersifat two
ditimbulkan dari informasi yang signifikan. Layanan informasi way flow of information membawa
disampaikannya. Hal ini terlepas dan perpustakaan benar- dampak yang nyata. Dampak yang
dari kendala tempat dan waktu. benar dilakukan berdasarkan tidak hanya bagi setiap individu
Jadi, di mana pun dan kapan pun atas masukan, tanggapan dan (pustakawan dan pemustaka),
seorang pemustaka memberikan evaluasi yang disampaikan oleh tetapi juga dampak bagi institusi
responnya, maka pengelola pemustaka. Pemustaka terlibat perpustakaan secara keseluruhan.
informasi dan perpustakaan akan dan diperhitungkan dalam Dampak secara individu dari
segera mengetahuinya. Pengelola setiap perubahan dalam proses berkembangnya teknologi informasi
informasi dan perpustakaan bisa pengembangan layanan. Hal ini dan komunikasi ini dijelaskan juga oleh
segera memperbaiki kualitas didorong oleh kemajuan teknologi Rogers (1986:134) sebagai berikut :
layanan yang diberikannya informasi dan komunikasi yang 1. Umumnya individu akan menjadi
tersebut sesuai keinginan memungkinkan pengelola dan more cosmopolite, yakni
pemustaka. Dalam paradigma pemustaka untuk berinteraksi di kemampuan atau kecenderungan
baru ini, pengelola informasi dan mana saja dan kapan saja secara khalayak untuk berorientasi keluar
perpustakaan bahkan dipaksa langsung. sistem sosial mereka dan lebih aktif
untuk melihat efek atau respon Dalam Library 2.0, pemustaka mencermati sistem sosial di sekitar
yang terjadi. Hal ini dikarenakan diberdayakan secara maksimal. mereka.
respon yang datang tersebut Perubahan adalah sesuatu yang 2. Memiliki kemampuan untuk
itu mampu mempengaruhi pasti dan terjadi terus menerus. Satu lebih expose terhadap chanel-
keseluruhan pengelolaan hal pokok yang menjadi ciri khas chanel media massa. Komunikasi
perpustakaan tersebut. Bahkan Library 2.0, yang membedakannya antarpersona secara langsung
pada satu kasus, tanggapan atau sebagai patokan paradigm baru secara signifikan akan mengalami
respon pemustaka (pengguna dalam pengelolaan informasi dan penurunan, tapi bukan berarti hilang
jasa) yang tidak ditanggapi perpustakaan adalah sifatnya yang sama sekali (Tubb,2001). Setidaknya
akan menjadi bomerang bagi two way flow of information. Pada suatu segmen penduduk atau
institusi perpustakaan itu sendiri. awalnya, sifat ini terdorong oleh sejumlah transaksi tatap muka akan
Jadi, pengelola mau tidak mau karakteristik teknologi informasi dan diperantarai oleh komputer dan
harus memperhatikan efek komunikasi baru (new media) seperti televisi interaktif.
dari informasi (layanan) yang internet yang interaktif. Namun pada 3. Lebih aktif berkomunikasi
diberikannya. Semuanya terbuka perkembangan selanjutnya, bila two (antarpersona) melalui jaringan
dan mudah diukur. way flow of information ini menjadi komunikasi global (internet).

Vol. 18 No. 1 & 2 Tahun 2011 59


4. Memiliki kesempatan langsung Dalam gambar di atas terlihat kehidupan sosial secara
yang lebih luas untuk berinteraksi bahwa inovasi teknologi dalam keseluruhan sebagai berikut :
dengan segala sumber informasi komunikasi organisasional suatu 1. Perkembangan dan
di mana pun dan kapan pun institusi membawa dampak yang pertumbuhan informasi yang
secara interaktif. signifikan dan sangat berpengaruh luar biasa terhadap seluruh
5. Memiliki empati yang lebih baik terhadap keseluruhan kerja individu dalam masyarakat.
terhadap lingkungan sekitarnya. organisasi. Pada konteks lembaga 2. Perkembangan dan
6. Bersifat lebih terbuka terhadap informasi dan perpustakaan dalam pertumbuhan informasi bagi
kemajuan dan hal-hal baru (less perspektif Library 2.0, meskipun para information-rich jauh
dogmatism) perubahan yang terjadi bersifat dibandingkan perkembangan
7. Memiliki kemampuan untuk bertahap sesuai perkembangan dan pertumbuhan informasi
kerjasama yang tinggi dengan evaluasi dan tanggapan pemustaka, bagi para information-
lingkungan sekitarnya. namun dampak yang terjadi hampir poor. Hal ini memperluas
8. Lebih bersikap rasional dalam sama dan membawa konsekuensi pertumbuhan gap antara
melihat sesuatu fenomena. yang sama pula. yang “kaya” informasi dengan
Secara umum gambaran khalayak Namun selanjutnya, dampak yang “miskin” informasi.
pemustaka adalah akan bersikap pada masyarakat umum secara 3. Munculnya information
lebih inovatif serta menjadi active keseluruhan adalah terjadinya overload. Terutama di
info seeker. information gaps. Natan Katzman kalangan information rich.
Sedangkan dampak terhadap (dalam Rogers,1986:169) mengatakan 4. Memungkinkan terjadinya
kerja organisasi pengelola juga bahwa perkembangan teknologi fenomena terbentuknya
digambarkan Rogers (1986:164) informasi dan komunikasi ini akan information gap yang baru
sebagai berikut : memberikan dampak terhadap sebelum gap yang lama
hilang.

Indirect Impact(undesirable & unanticipated)


Adoption of Direct Impact
the innovation (desirable &
anticipated) First-Order impacts Second-Order impacts

Office New Decreased


automation industries empleymenat

Work role
changes for Higher status
male bosses for secretarial
and female workers
secretaries

Greater office Invasion of


productivity Information privacy
overload

Ability to Computer
communicate crime
via networks

Teleworjing Computer
addiction

Gb. Dampak sosial adopsi teknologi informasi dan komunikasi dalam kerja organisasi

60 Vol. 18 No. 1 & 2 Tahun 2011


ideal pelaku/praktisi dalam berkata: “You can’t not communicate.
Konsekuensi Pergeseran komunikasi mayantara ini adalah Everything you say or do or don’t
Paradigma bagi Pengelola Jasa menyediakan, menyebarkan, say and don’t do sends a message to
Informasi dan Perpustakaan dan mengumpulkan informasi. other.”, maka seorang pustakawan
Perkembangan teknologi Bukanlah sebuah peran yang harus menyadari bahwa segala
informasi dan komunikasi dalam baik apabila pelaku/praktisi gerak geriknya, bahkan ketika
perspektif Library 2.0 mengandung komunikasi hanya melakukan ia terdiam, itu adalah bentuk
sebuah konsekuensi yang berat bagi downloading data dan informasi komunikasi dan akan “terbaca” oleh
para pustakawan dan para pengelola tanpa pernah secara seimbang pemustaka.
jasa informasi dan perpustakaan. berbagi dengan apa yang ia
Setelah mempertimbangkan segala
dampak yang timbul dari adopsi 58% komunikasi
teknologi informasi dan komunikasi didominasi
ini, maka seorang pustakawan atau oleh fisik atau
pengelola jasa layanan informasi dan bahasa tubuh,
perpustakaan memiliki tanggung dimana hal ini
jawab untuk memberikan informasi akan memberi
yang akurat kepada pemustakanya dampak
dan sebagai seorang ahli informasi, ia baik bagi
dituntut untuk : pustakawan
1. Selalu siap dan open mind atau atau
bersikap terbuka terhadap segala pemustaka.
perubahan yang terjadi.
Selalu diingat, bahwa pada saat
(Percival,http//www.2-in-2-1.co.uk)
ini pemustaka adalah individu-
Gb. Dominasi bahasa tubuh dalam proses komunikasi
individu yang inovatif dan active
info seeker. Keberadaannya
signifikan dan harus miliki. Karena investasi untuk Selain itu, kemampuan
diperhitungkan dalam setiap terlibat dalam komunikasi mendengar juga tak kalah
kancah perubahan organisasi mayantara tidaklah sedikit, maka pentingnya. Bahkan mungkin 80%
informasi dan komunikasi pemanfaatan ruang transaksi pekerjaan pustakawan adalah
perpustakaan. ini harus mampu menghasilkan mendengarkan, yakni mendengarkan
2. Lebih selektif lagi dalam manfaat ilmu atau lebih jauh, dengan seksama apa yang menjadi
menyajikan informasi. keuntungan financial. Dan cara kebutuhan pemustakanya.
Pada era ini, informasi akan yang tepat adalah berperan Kemampuan mendengar yang harus
datang membludak seperti banjir aktif menjadi sumber atau dikembangkan adalah mendengar
informasi. Setiap orang harus penyalur data dan informasi, yang aktif dan tulus dari hati.
sangat selektif terhadap informasi berbisnis komunikasi seperti Komunikasi efektif yang dilakukan
yang datang. yang dilakukan oleh Hotmail dan pustakawan dan para pengelola
3. Bersikap inovatif dalam Yahoo. informasi dan perpustakaan ini
mengadopsi media. 5. Bersikap lebih peduli dan akan senantiasa ”terbaca” dan dapat
4. Berperan aktif dalam proses komunikatif terhadap pemustaka. dirasakan oleh pemustaka meskipun
komunikasi yang terjadi. Dalam konteks ini pustakawan jarak di antara keduanya terpaut jauh
Media baru atau Rusmana (2003) dan para pengelola jasa informasi sebagai konsekuensi dari teknologi
menyebutnya sebagai jasa dan perpustakaan juga berperan saat ini. Nada suara yang terdengar
layanan mayantara, merupakan untuk meminimalkan gap yang atau yang disampaaikan melalui
sebuah “ruang transaksi” di mana ada antara yang “kaya” informasi tulisan, akan tetap ”terbaca” oleh
setiap orang yang “berkumpul” dengan yang “miskin” informasi. pemustaka. Sehingga, dalam semua
di dalamnya memiliki peran Salah satu bekal yang wajib situasi, para pengelola jasa informasi
sebagai pemberi (sender), dan dimiliki adalah kemampuan dan perpustakaan harus selalui
pencari (retriever) atau pengambil berkomunikasi yang baik. tanggap dengan sepenuh hati dalam
(downloader), maka tugas Sebagaimana John Woods melayani pemustaka.

Vol. 18 No. 1 & 2 Tahun 2011 61


(Percival,http//www.2-in-2-1.co.uk)

daftarpustaka
Gb. Perbedaan good listening dengan
bad listening

Kesimpulan
Buckland, Michael K. 1998. Library Sercices in Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi
Perkembangan teknologi Theory and Context. New York: Pergamon Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.
informasi dan komunikasi dalam Press.
Rogers, Everett M.1986. Communication
bidang perpustakaan dan Draft Undang-Undang Republik Indonesia Technology:The new media in Society.
Informasi dilihat dari perspektif Nomor 43 Tahun 2007 tentang New York: The Free Press.
Library 2.0, membawa konsekuensi perpustakaan.
Rusmana, Agus. Cyber Communication:
yang tidak mudah bagi pustakawan Erwina, Wina. 2008. Jasa Layanan A New Concept to Communicate?.
dan para pengelola jasa informasi Perpustakaan. Modul perkuliahan Jurnal Komunikasi dan Informasi.
Jasa Layanan Perpustakaan. Program Volume 3 No.1 April 2001.
dan perpustakaan. Pustakawan Pascasarjana Ilmu Informasi dan
dituntut harus selalu aktif, Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Rusmana, Agus. Komunikasi dalam Dunia
Universitas Padjadjaran. Kita. Bandung: Jurnal Komunikasi
peduli dan professional dengan dan Informasi Fikom Unpad. 2003.
pekerjaannya. Aktif, dalam arti selalu Gerard, David. 1978. Library in Society.
London : Clive Bingley. Setiadi, Rahmad. Menyambut
berfikiran terbuka dan senantiasa Konvergensi Media: Tantangan Baru
mencari informasi terbaru terkait Godden, Iren P. 1984. Library Technical Media Massa. Diktat Kuliah program
perkembangan keilmuan bidang Services: Operation and management. Magister Manajemen Komunikasi
London: Academic Press. Universitas Indonesia. http://www.
informasi dan perpustakaan. Peduli, scrib.com
dalam arti pustakawan harus selalu http://sambungjaring.blogspot.
com/2008/03/library-20-konsep- Sutarno, NS. 2005. Tanggung Jawab
siap membantu pemustaka dengan pengembangan.html. “Konsep Library Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.
segala kebutuhan informasinya 2.0”. Diakses tanggal18 Mei 2009.
Sutarno, NS. 2006. Perpustakaan dan
kapan dan di mana pun mereka http://www. .sage-ereference.com/ Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto.
berada. Pustakawan dituntut communication/Article_n54.html.
“Traditional and New Media”. Diakses Sutarno, NS.2006. Manajemen
sabar dan mempelajari dengan tanggal 10 September 2009. Perpustakaan. Jakarta : Sagung Seto.
seksama segala evaluasi, saran dan
masukan yang disampaikan oleh http://www.isipii-librarian-indonesia. Trimo, Soejono. 1997. Pedoman
blogspot.com/2009/05/hasil-talkshow- Pelaksanaan Perpustakaan.
pemustakanya. Pustakawan juga library-20-sabtu-16-mei.html. “Hasil Bandung: Rosda karya.
harus professional, dalam arti semua Talkshow Library 2.0, Sabtu, 16 Mei
2009. Diakses 18 Mei 2009. Tubbs, Stewarr L dan Moss, Sylvia. 1986.
pekerjaannya dilakukan seoptimal Human Communication:Prinsip-
mungkin, sebagaimana layaknya http://www.meredith.wolfwater.com/ prinsip Dasar . Bandung:
wordpress/2008/01/24/the-essence-of- Rosdakarya.1996. Rogers, Everett M.
seorang professional yang handal. library-20/ Communication Technologu: The
Namun satu yang pasti, New media in Society. New York: The
http://www.unpad.ac.id. Kualitas sebagai Free Press.
paradigma Library 2.0 menuntut Kata Kunci Pelayanan. Artikel. Diakses
pustakawan untuk lebih mengenal tanggal 9 Oktober 2008. Tubbs, Stewart L. 2001. Human
pemustakanya, serta berinteraksi Communication:Konteks-Konteks
Liz Percival. How We Communicate. http// Komunikasi. Bandung: Remaja
aktif dengan mereka. Librarian serve www.2-in-2-1.co.uk. Diakses tanggal 12 Rosdakarya.
people,not books! Juni 2008.

62 Vol. 18 No. 1 & 2 Tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai