Anda di halaman 1dari 2

(SLIDE 1)

TOXIC POSITIVITY
“Jangan merasa menjadi penyemangat yang baik, ketika mengatakan ‘stay positive’ !!”

(SLIDE 2 dan seterusnya, disesuaikan saja)

“Loh kenapa memangnya? Kan aku berusaha menasihati dengan baik”. Bukan, bukan karena
niatmu yang salah. Memang ada kalanya, perkatan seperti “semuanya ada hikmah kok” dan
“kamu masih beruntung loh” menjadi perkataan yang melukai. Sebagian orang akan merasa
bahwa dirinya hanya selalu berpemikiran negatif, dan tidak pernah mencoba mengambil hikmah
dalam masalah yang dia hadapi.

Perkataan “Be Positive” pun dapat menjadi toxic, karena tidak semua orang butuh dinasehati
atau disemangati , terkadang mereka hanya butuh didengar untuk setiap pengalaman/perasaan
buruknya. Sering kali, lingkungan memaksa mereka untuk bersikap positif dalam problemanya,
justru bukan itu yang mereka butuhkan.

Perkataan empati jauh lebih baik bagi mereka yang dalam masalah. Seperti; “Aku paham rasanya
menjadi kamu, memang tidak mudah menjalani ini semua”, “wajar jika kamu sedih seperti ini”,
jauh lebih baik dibandingkan memaksa mereka mendorong pikiran positif, seolah-olah mereka
tidak sedang mencoba melakukan hal tersebut.

Saat mereka sedang tertekan dan memaksakan diri untuk pura-pura positif justru bisa memicu
stress dan sakit psikis, karena mereka memendam perasaan marah, sedih dan lainnya, oleh
karena itu, yuk biasakan memposisikan diri sebagai teman tersebut, dan berhati-hati memilih
perkataan agar tidak membuatnya menjadi semakin sedih.

Anda mungkin juga menyukai