Anda di halaman 1dari 3

Tema : Kesederhanaan

1. Pokok Materi
- Sederhana artinya bersikap tidak berlebihan dalam bertindak. Atau juga ada keselarasan
antara pikiran, perkataan, dan perilaku.
- Sebagai guru, kesederhanaan harus menjadi sikap hidup. Sebab, hal itu akan menjadi
contoh bagi para murid.
- Manfaat mengamalkan nilai kesederhanaan : melahirkan sikap hemat dan cermat,
melahirkan individu yang selalu menjaga harga diri, mengawal emosi dan mewujudkan
hidup baik dengan orang lain.
Berikut ini adalah beberapa contoh sikap hidup sederhana :
- Makanan : Makan sekucupnya. Ada petuah bijak, “Makan ketika lapar, berhenti makan
sebelum kenyang”.
- Perbelanjaan : Belanja sesuai keperluan, bukan ikut perasaan.
- Pakaian : Berpakaian yang pantas dan sopan.
- Tingkah laku : Menyeimbangkan kepentingan diri dengan kepentingan orang lain.
- Perkataan : Bertutur dengan lemah lembut dan sopan.
Berikut ini adalah ciri-ciri sikap hidup sederhana dalam ajaran agama-agama :
- Islam : Jangan boros dalam kehidupan, menjauhi ucapan dan kata-kata yang buruk, kata-
kata yang baik adalah sedekah.
- Budha : Mengambil makanan yang secukupnya, mengawal rasa benci dan marah.
- Hindu : Menjaga tutur kata agar hidup bahagia, amalkan hidup hemat, amalkan perlakuan
lemah-lembut.
- Kristen : Hati-hati dalam berbicara untuk mengelakkan kebinasaan diri, belajar berpuas
hati, sederhana dalam berpakaian

2. Tugas : Artikel tentang Kesederhanaan

Kesederhanaan adalah sebuah sikap hidup. Sikap hidup sederhana tidak bisa dituntut,
melainkan dipilih secara sadar. Aturan bisa saja memaksa seseorang untuk berlaku hidup
sederhana. Tetapi bila aturan itu lenyap, atau sekurang-kurangnya si pemegang aturan tidak
lagi punya wibawa, maka bisa jadi sikap hidup sederhana hanya tinggal nama.
Kesederhanaan menjadi sesuatu yang bernilai bila seseorang secara sadar memilihnya
sebagai pilihan sikap hidup. Orang yang demikian tidak butuh paksaan atau aturan untuk
bersikap sederhana. Sebab, nilai-nilai hidup sederhana telah membadan dalam dirinya.
Segenap pikiran, perkataan, dan perbuatan yang keluar dari dalam dirinya pun menghadirkan
secara konkret nilai-nilai kesederhanan.
Sekalipun kesederhanaan itu adalah pilihan sikap hidup dan tak bisa dituntut, namun
nilai hidup kesederhanaan bisa dipelajari, diajarkan, dan ditularkan. Belajar tentang
kesederhanaan artinya juga belajar untuk memperkaya hidup. Sebab, hidup yang sederhana
niscaya membuat hati bahagia. Dan, bukankah orang yang memiliki hati bahagia itu lebih kaya
dari siapa pun juga?!
Yang menjadi pertanyaannya sekarang, bagaimana kesederhanaan menjadi sikap hidup?
mengapa sikap hidup sederhana harus diperjuangkan? Apa pentingnya? Pertanyaan-
pertanyaan emblematis itu akan coba dijawab dan dipaparkan secara panoramik dalam
ulasan di bawah ini.

Apa itu Hidup Sederhana?


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sederhana berarti “bersahaja/tidak berlebih-
lebihan; sedang (dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak rendah, dsb)”. Dari pengertian ini,
kita bisa sedikit merumuskan keadaan batin pribadi yang sederhana. Pribadi yang sederhana
ialah pribadi yang hidup dalam keadaan atau memiliki sifat yang bersahaja dan seimbang.
Orang bersahaja bersikap apa adanya atau sewajarnya. Dalam bahasa sekarang, ia tidak
neko-neko. Orang yang bersahaja mencukupkan dirinya dengan apa yang ia miliki. Hidupnya
seimbang antara keinginan dan kebutuhan. Ia tidak terjebak pada hasrat untuk memuaskan
diri sendiri sampai di luar batas kewajaran dan kemampuannya.

Dalam Hal Apa Sikap Hidup Sederhana Diwujudkan?


Sikap hidup sederhana mencakup dua aspek. Pertama, kesederhanaan lahiriah. Kedua,
kesederhanaan batiniah.
Kesederhanaan lahiriah menyangkut soal hal-hal yang kelihatan. Apa yang kita kenakan.
Apa yang kita makan. Apa yang kita minum. Apa yang kita miliki, dst. Dalam hal ini, orang
dikatakan telah memilih sikap hidup sederhana bila mampu mengerem dorongan keinginan
dengan kebutuhan.
Keinginan manusia jelas tidak ada habisnya. Kadang kala, keinginan itu berbalut dengan
prestise atau harga diri yang bakal diraih. Misalnya, seseorang rela merogoh kocek yang
dalam untuk membeli baju bermerk keluaran terbaru, bahkan mungkin sampai berhutang.
Hal itu dilakukan semata demi alasan prestise; tak ingin ketinggalan jaman atau agar tidak
terkucil dalam pergaulan. Padahal, dari segi kebutuhan, tidak ada keharusan mendesak untuk
membeli baju tersebut, sebab tumpukan baju di lemari masih banyak yang laik pakai.
Sementara itu, kesederhanaan batiniah menyangkut hal-hal yang bersifat rohaniah.
Kesederhanaan ini mengambil bentuknya yang paling nyata dalam kedalaman relasi antara
seseorang dengan Tuhan. Ungkapan batin dari seseorang yang sederhana ialah rasa syukur.
Orang yang sederhana batinnya tahu bagaimana harus bersyukur. Dalam setiap
pengalaman suka-duka, kecemasan, kekuatiran, dan harapannya, ia sadar bahwa Tuhan hadir
dan sedang merajut rencana-rencana indah untuknya. Orang yang demikian, hatinya terbuka
pada penyelenggaraan ilahi. Ia tidak menuntut banyak, tapi membiarkan Tuhan bersabda
dalam setiap pengalaman hidupnya.
Mengapa Sikap Hidup Sederhana itu Perlu?
Sikap hidup sederhana adalah sebuah keniscayaan. Apalagi kita hidup di jaman di mana
banyak orang berlomba-lomba memamerkan apa yang ia miliki; lebih mengedepankan
pemenuhan hasrat/keinginan demi perolehan harga diri ketimbang mengolah aktualisasi diri
agar menjadi pribadi yang berdaya (bagi diri sendiri) dan berdampak (bagi orang lain).
Dalam situasi yang demikian, pilihan sikap untuk hidup sederhana bisa menjadi sarana
pewartaan yang mumpuni akan kesejatian hidup. Hidup manusia di dunia cuma sementara.
Yang bisa kita tinggalkan sebagai warisan abadi hanyalah nama baik lewat sikap dan teladan
hidup. Dalam hal ini, sikap dan teladan hidup sederhana adalah salah satu cara untuk
mewariskan nama baik itu pada orang-orang di sekitar kita.

Bagaimana Mewujudkan Sikap Hidup Sederhana?


Dalam tataran praktis, sikap hidup sederhana bisa ditelisik dalam tiga hal pokok, yakni:
sederhana dalam pikiran, dalam perkataan, dan dalam perbuatan.
1. Pikiran : Sederhana dalam pikiran artinya tidak neko-neko. Orang yang demikian tidak
menyibukkan diri pada hal-hal besar, apalagi yang tak pernah dikerjakan. Sebaliknya,
mengutip kata bunda Teresa, ia setia mengerjakan hal-hal kecil, namun dengan cinta yang
besar.
2. Perkataan : Sederhana dalam perkataan artinya menahan diri untuk bermulut besar.
Orang yang demikian biasanya menghamburkan banyak bualan tentang dirinya; apa yang
telah ia miliki, apa yang akan ia kerjakan. Tujuannya agar orang lain menaruh kekaguman
terhadap dirinya. Sebagaimana sebuah bualan, tidak jarang apa yang dikatakan penuh
dengan kebohongan dan tipu muslihat. Sampai-sampai hal itu malah menjadi jerat bagi
dirinya sendiri.
3. Perbuatan : Sederhana dalam perbuatan mengambil bentuk yang bermacam-macam, mulai
dari soal gaya hidup sampai soal tingkah laku. Beberapa contoh diantaranya antara lain:
(a) Gaya hidup = berpakaian rapi dan pantas, tidak terjebak pada prestise label/merk;
membeli barang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai isi “kantong”; (b) Tingkah laku =
mendengarkan sepenuhnya orang yang berbicara, tidak menyela pembicaraan sebelum
selesai; menghormati orang yang lebih tua dan menghargai orang yang lebih muda

Anda mungkin juga menyukai