Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu pertama dilakukan Astuti (2013) yang meneliti

tentang “Pengaruh Persepsi Nasabah tentang Tingkat Suku Bunga, Promosi

dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Menabung Nasabah (Studi Kasus

Pada BRI Cabang Sleman)”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

nasabah penyimpan di BRI Cabang Sleman sedangkan sampel yang

digunakan sebanyak 100 responden dengan teknik pengambilan sampel

menggunakan metode random. Teknik pengumpulan data yang digunakan

yaitu menggunakan kuesioner sedangkan teknik analisis data menggunakan

analisis regresi linier berganda, uji prasyarat (uji normalitas, uji

multikolinieritas, uji linearitas) dan uji statistik (uji t, uji F dan koefisien

determinasi). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi nasabah

tentang tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat

menabung nasabah di BRI Cabang Sleman. Persepsi nasabah tentang promosi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat menabung nasabah di BRI

Cabang Sleman. Persepsi nasabah tentang kualitas pelayanan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap minat menabung nasabah di BRI Cabang

Sleman. Secara keseluruhan persepsi nasabah tentang tingkat suku bunga,

promosi dan kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

minat menabung nasabah di BRI Cabang Sleman.

10
11

Penelitian kedua dilakukan Indratama dan Artanti (2014) dengan judul

“Pengaruh Citra Merek dan Promosi Penjualan Terhadap Keputusan Nasabah

Memilih Tabungan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Surabaya Darmo.”

Target populasi dalam penelitian ini adalah nasabah Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Surabaya Darmo. Selain itu, karena jumlah populasi tidak

diketahui sehingga populasinya bersifat infinite. Dengan sample sebanyak

200 responden. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode nonprobability sampling (penarikan sampel

secara acak), dimana teknik yang digunakan mengerucut pada penggunaan

metode jenis accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang digunakan

oleh peneliti dengan anggapan responden yang diambil memiliki informasi

tertentu yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi linier berganda dengan bantuan aplikasi computer software SPSS for

Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Secara simultan citra

merek dan promosi penjualan berpengaruh terhadap keputusan nasabah

memilih tabungan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Surabaya Darmo.

(2) Secara parsial citra merek berpengaruh terhadap keputusan nasabah

memilih tabungan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Surabaya Darmo.

(1) Secara parsial promosi penjualan berpengaruh terhadap keputusan

nasabah memilih tabungan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Surabaya

Darmo.
12

Penelitian terdahulu berikutnya dilakukan Yahya (2012) dengan judul

“Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Konvensional dan Komitmen Nasabah

terhadap Probabilitas Menabung di Bank Syariah di Jawa Tengah.” Pada

penelitian ini bunga diindikasikan dengan nilai nyata pendapatan yang

diterima oleh nasabah dari bank konvensional pada akhir bulan sebelum

penelitian ini dilakukan, dalam ukuran rupiah. Penelitian ini melibatkan

sampel sebesar 400 orang yang dicari dengan menggunakan rumus Slovin.

Analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi.

Penerapan model logit karena variabel dependen penelitian ini berupa data

kualitatif yang mencerminkan pilihan antara dua alternatif dan tidak

memerlukan normalitas data pada variabel bebasnya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) Tingkat suku bunga bank konvensional berpengaruh

positif terhadap probabilitas menabung pada nasabah bank Syariah di Jawa

Tengah. (2) Komitmen nasabah menabung di bank syariah berpengaruh

positif terhadap probabilitas menabung pada nasabah bank Syariah di Jawa

Tengah.

Ketiga penelitian di atas memiliki beberapa persamaan dan perbedaan

dengan penelitian sekarang, sebagaimana dideskripsikan Tabel 2.1 sebagai

berikut.
13

Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Penelitian Saat Ini
Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
Pembanding
Terdahulu I Terdahulu II Terdahulu III saat ini
Variabel 1. Variabel X 1. Variabel X 1. Variabel X 1. Variabel X
(bebas): (bebas): (bebas): (bebas):
a. Persepsi a. Citra a. Tingkat a. Persepsi
nasabah merek suku tingkat
tentang (X1) bunga suku
tingkat suku b. Promosi (X1) bunga
bunga (X1) penjualan b. Komit- (X1)
b. Kualitas (X2) men b. Brand
pelayanan (X2) 2. Variabel Y nasabah image
2. Variabel Y (terikat): (X2) (X2)
(terikat): Keputusan 2. Variabel Y c. Komit-
Minat menabung nasabah (terikat): men
memilih Probabilitas konsu-
tabungan menabung men (X3)
2. Variabel Y
(terikat):
Keputusan
konsumen
menabung
Obyek Nasabah BRI Nasabah Bank Nasabah Bank Nasabah BRI
Cabang Sleman Syariah Muamalat Kantor Cabang
Mandiri Indonesia Madiun
Kantor Cabang (BMI), Bank
Surabaya Syariah
Darmo Mandiri
(BSM), dan
Bank
Mega Syariah
Indonesia
(BMSI) di
wilayah Jawa
Tengah
Hipotesis Dengan hipotesis Dengan Dengan Dengan
hipotesis hipotesis hipotesis
Instrumen Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner
penelitian
Teknik Random sampling Nonprobabi- Nonprobability Accidental
sampling lity sampling sampling sampling
Jumlah 100 orang 200 orang 400 orang 94 orang
sampel
Tahun 2013 2014 2012 2015
penelitian
14

Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian


Pembanding
Terdahulu I Terdahulu II Terdahulu III saat ini
Teknik Analisis regresi Analisis Analisis Analisis
analisis linear berganda regresi linear regresi linear regresi linear
dengan uji berganda berganda berganda
prasyarat (uji dengan uji dengan uji
normalitas, uji asumsi klasik asumsi klasik
multikolinieritas,
uji linearitas)

Berdasarkan Tabel 2.1. di atas, dapat diketahui beberapa persamaan dan

perbedaan antara penelitian terdahulu pertama, kedua, ketiga, dan penelitian

saat ini. Adapun persamaan masing-masing penelitian adalah dalam hal

penggunaan hipotesis, instrumen penelitian, dan teknik analisis data yang

digunakan serta beberapa variabel yang diteliti. Sedangkan perbedaannya

adalah pada beberapa komponen variabel yang diteliti, teknik sampling,

jumlah data yang dianalisis, serta serta tahun pelaksanaan penelitian.

B. Landasan Teori

1. Persepsi Tingkat Suku Bunga

Menurut Kotler dan Armstrong (2008: 214), persepsi adalah

“Proses dimana seseorang memilih, mengatur dan menginterpretasikan

informasi untuk membentuk suatu yang berarti mengenai dunia.

Sedangkan persepsi menurut Suryani (2008: 97-98) didefinisikan sebagai

“Suatu proses yang diawali oleh suatu stimuli yang mengenai indra

manusia untuk kemudian dilakukan respon.” Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa persepsi nasabah merupakan proses nasabah dalam

memilih, mengelola dan menginterpretasikan informasi yang diterima dan

selanjutnya akan dilakukan respon atas informasi tersebut.


15

Bunga merupakan salah satu instrumen moneter yang selalu

digunakan dalam berbagai kebijakan moneter konvensional yang biasanya

dinyatakan dalam persentase. Pengertian bunga menurut Firdaus dan

Ariyanti (2011: 101) adalah

Suatu bentuk penghasilan bagi pemilik uang yang karena


pengorbanannya selama waktu tertentu untuk melepaskan
kesempatan untuk tidak menggunakan uang tersebut karena
digunakan oleh pihak lain.

Menurut Kasmir (2012: 154), “suku bunga merupakan balas jasa

yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada

nasabah yang membeli atau menjual produknya.” Kasmir (2012: 154) juga

menjelaskan bahwa dalam kegiatan perbankan konvensional ada dua

macam bunga yang diberikan bank kepada nasabahnya yaitu:

a. Bunga simpanan
Bunga simpanan merupakan harga beli yang harus dibayar bank
kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga simpanan ini diberikan
sebagai rangsangan atau balas jasa kepada nasabah yang menyimpan
uangnya di bank.
b. Bunga pinjaman
Bunga pinjaman merupakan bunga yang dibebankan kepada
peminjam (debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah
peminjam kepada bank.

Besar kecilnya suku bunga yang ditetapkan oleh suatu bank akan

berpengaruh terhadap keputusan nasabah dalam menyimpan uangnya di

bank. Jika tingkat suku bunga tinggi/naik maka volume tabungan di bank

akan naik sedangkan pada tingkat suku bunga rendah cenderung akan

mengurangi volume tabungan di bank. “Hal ini dikarenakan minat

nasabah untuk menabung di bank cenderung lebih tinggi ketika tingkat


16

suku bunga naik dengan harapan return yang akan diterima nasabah juga

akan naik” (Darmawi, 2006: 181).

Suku bunga sangat berpengaruh terhadap suku bunga simpanan dan

suku bunga pinjaman. Mengacu pada pendapat Kasmir (2012: 155-158),

besar kecilnya penetapan suku bunga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu:

a. Kebutuhan dana

Apabila bank mengalami kekurangan dana sedangkan permintaan

pinjaman meningkat maka bank akan meningkatkan suku bunga

simpanan untuk dapat memenuhi dana tersebut. Dengan kenaikan suku

bunga simpanan maka akan suku bunga pinjaman juga akan naik.

Namun, apabila dana yang tersedia banyak dan permintaan pinjaman

sedikit maka bunga simpanan akan turun.

b. Persaingan

Dalam penetapan suku bunga, bank harus memperhatikan pesaing.

Untuk mendapatkan dana cepat maka suku bunga simpanan harus di

atas suku bunga yang ditetapkan pesaing sedangkan suku bunga

pinjaman harus di bawah suku bunga pinjaman yang ditetapkan

pesaing.

c. Kebijakan pemerintah

Meskipun dalam penetapan suku bunga masing-masing bank berbeda

tetapi dalam penetapan suku bunga tersebut tidak boleh melebihi suku

bunga yang telah ditetapkan pemerintah.


17

d. Target laba yang diinginkan

Untuk memenuhi target laba yang dinginkan yaitu jika laba yang

diinginkan bank besar maka bunga pinjaman juga harus besar.

e. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka akan semakin tinggi

bunga yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan besarnya kemungkinan

risiko di masa mendatang.

f. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan maka akan semakin rendah

bunga pinjaman yang dibebankan.

g. Reputasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap besar kecilnya

tingkat suku bunga yang akan diberikan karena perusahaan yang

bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif

kecil.

h. Produk yang kompetitif

Untuk pemberian bunga pinjaman, produk yang kompetitif relatif lebih

rendah dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.

i. Hubungan baik

Penentuan suku bunga antara nasabah utama dengan nasabah biasa

berbeda. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik

dengan pihak bank sehingga penentuan bunganya pun berbeda.


18

j. Jaminan pihak ketiga

Ketika pihak yang memberikan jaminan bonafid maka bunga yang akan

dibebankan berbeda dibandingkan dengan perusahaan kurang bonafid.

Darmawi (2006: 188) juga menyimpulkan bahwa tingkat suku

bunga bank mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian yaitu:

a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan

investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan

ekonomi.

b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan

pemilik modal dalam menginvestasikan dananya.

c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak

bank dan lembaga keuangan lainnya.

d. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi nasabah

tentang tingkat suku bunga merupakan proses nasabah untuk memilih,

mengelola dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh tentang

tingkat suku bunga yang berlaku di bank dan kemudian akan direspon

melalui tindakan yaitu apakah akan melakukan investasi/menyimpan uang

di bank atau tidak dengan tingkat suku bunga yang berlaku tersebut.

2. Brand Image

Menurut Tjiptono (2006: 49) “brand image merupakan deskripsi

tentang asosiasi dan keyakinan konsumen tentang merek. Asosiasi

merupakan atribut yang ada merek dan memiliki suatu tingkat kekuatan.”
19

Menurut Rangkuti (2008: 43), brand image merupakan:

Sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak konsumen.


Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung
memiliki brand image konsistensi terhadap brand image, hal ini
sering juga disebut dengan kepribadian merek (brand personality).

Brand image atau citra merek menurut Shimp (2003:12) adalah

“jenis asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat

suatu merek tertentu.” Asosiasi tersebut dapat muncul dalam bentuk

pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek.

Definisi brand image atau citra merek menurut Kotler dalam

Simamora (2008: 63) adalah “Seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang

dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek.” Oleh karena itu, sikap dan

tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra

merek tersebut. Kotler juga menambahkan bahwa citra merek merupakan

syarat dari merek yang kuat dan dianggap sebagai kelompok asosiasi yang

menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu nama merek.

Roslina (2010: 27) dalam penelitiannya menyatakan bahwa:

citra merek merupakan petunjuk yang akan digunakan oleh


konsumen untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak
memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu produk. Berbagai
asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga
membentuk citra tentang merek di dalam benak konsumen.

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa brand image adalah

sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh pemikiran konsumen

terhadap produk tertentu.

Mengacu pada pendapat Simamora (2008: 21), bahwa komponen

brand image terdiri atas 3 (tiga) bagian:


20

a. Citra produsen (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu

produk atau biasa meliputi: popularitas, kredibilitas, serta jaringan

perusahaan.

b. Citra konsumen (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap premakaian yang menggunakan

suatu barang atau jasa. Meliputi pemakaian itu sendiri, gaya hidup,

kepribadian, serta status sosial.

c. Citra produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi atribut

tersebut, manfaat bagi konsumen, penggunaannya, dan jaminan.

Menurut Sutisna dan Prawitra (2001: 83), secara ringkas dapat

dinyatakan bahwa ada beberapa manfaat dari citra merek yang positif,

antara lain:

a. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih

memungkinkan untuk melakukan pembelian.

b. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan

citra positif yang telah terbentuk terhadap merek produk lama.

c. Kebijakan family branding dan leverage dapat dilakukan pijakan

konsumen dalam mengambil keputusan pembeliaan ulang dan loyalitas

terhadap merek tersebut.

Menurut Schifman dan Kanuk (2008: 21) faktor-faktor pembentuk

citra merk adalah sebagai berikut:


21

a. Kualitas atau mutu berkaitan dengan kualitas produk barang yang

ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.

b. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau

kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang

dikonsumsi.

c. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk

barang yang bisa di manfaatkan oleh konsumen.

d. Pelayanan yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani

konsumennya.

e. Risiko berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau laba dan rugi yang

mungkin dialami oleh konsumen.

f. Harga dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak

sedikitnya jumlah uang yang di keluarkan konsumen untuk

mempengaruhi jangka panjang.

g. Citra yang dimiliki oleh merekitu sendiri yaitu berupa pandangan

kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari

produk tertentu.

Menurut Keller (2003: 70) pengukuran citra merek yang dapat

mempengaruhi keputusan pembelian adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan asosiasi merek (strength of brand association). Kekuatan

asosiasi merek adalah kesesuaian antara kuantitas dan kualitas yang

ada dengan proses informasi yang diterima oleh konsumen, semakin

dalam konsumen memikirkan tentang informasi suatu produk akan


22

membuat konsumen mengeluarkan pengetahuan akan merek yang

dimilikinya dan pada akhirnya yang terkuat akan menghasilkan

asosiasi merek.

b. Keuntungan asosiasi merek (favorability of brand association).

Keuntungan asosiasi merek adalah sesuatu yang terbentuk dari

pemikiran konsumen pada suatu merek berdasarkan relevansi antara

atribut dan manfaat yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

mereka, dengan begitu akan terbentuk kesan yang positif terhadap

keseluruhan merek, hal ini dapat terbentuk dikarenakan adanya

komunikasi yang telah dilakukan sebelum dan nilai atau manfaat yang

didapat oleh konsumen.

c. Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association). Keunikan

asosiasi merek adalah merek mempunyai keunggulan mutlak atau

keunikan proposisi penjualan yang memberikan alasan mengapa

konsumen harus membeli merek tersebut.

Berdasarkan teori di atas, maka dimensi yang sesuai dengan objek

penelitian ini adalah 1) kekuatan asosiasi merek, 2) keuntungan asosiasi

merek, 3) keunikan asosiasi merek.

3. Komitmen Konsumen

Barnes (2003: 150) menyatakan bahwa “Komitmen merupakan

suatu keadaan psikologis yang secara global mewakili pengalaman

ketergantungan pada suatu hubungan.” Menurut Moorman dalam

Zulganef (2002: 103) komitmen adalah “Hasrat (desire) untuk


23

mempertahankan keterhubungan dalam jangka panjang. Komitmen

sebagai keinginan untuk mempertahankan nilai relationship.”

Menurut Ellena (2011: 24):

Komitmen pelanggan dapat diartikan sebagai keinginan


pelanggan yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama untuk
mempertahankan hubungan yang bernilai (valued relationship)
dengan pihak perusahaan, sehingga komitmen yang tinggi pada
akhirnya akan meningkatkan loyalitas pelanggan.

Sheth dan Mittal dalam Tjiptono (2006: 35) mendefinisikan bahwa

“Komitmen merupakan hasrat atau keinginan kuat untuk mempertahankan

dan melanjutkan relasi yang dipandang penting dan bernilai jangka

panjang.”

Berdasarkan uraian di atas, komitmen konsumen didefinisikan

sebagai hubungan emosional atau psikologis antara konsumen dengan

merek dalam suatu golongan produk. Secara menyeluruh, komitmen

mereka yang sering terjadi dalam produk dengan keterlibatan tinggi yang

melambangkan konsep diri, nilai, dan kebutuhan konsumen. Komitmen

dalam hubungannya dengan penyedia jasa dan pelanggan didefinisikan

sebagai suatu janji yang diungkapkan dari keberlanjutan hubungan dengan

pihak lain. Komitmen katering adalah suatu kondisi yang diperlukan demi

terciptanya loyalitas terhadap katering tersebut. Dari definisi tersebut,

dapat disimpulkan bahwa komitmen adalah suatu perasaan ingin

mempertahankan hubungan yang dianggap bernilai untuk jangka panjang.

Konsumen merasakan sejumlah perasaan terhadap komitmennya

pada hubungan yang telah tercipta dengan para penyedia jasa. Bentuk
24

komitmen konsumen dibedakan atas continuance, normative, dan

affectivecommitment (Fullerton and Taylor, 2000: 7). Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Continuance commitment dalam hubungan pemasaran adalah komitmen

yang timbul karena konsumen terikat pada suatu perusahaan dan akan

membutuhkan biaya dan waktu apabila ia pindah ke perusahaan lain.

b. Normative commitment adalah komitmen yang timbul karena konsumen

merasa bahwa ia wajib menjalankan suatu usaha bisnis dengan

perusahaan tertentu.

c. Affective commitment merupakan komitmen yang muncul, karena

masing-masing pihak yang berhubungan merasa yakin bahwa di antara

mereka terdapat nilai-nilai yang sejalan dan timbulnya komitmen ini

berdasarkan kesepakatan bahwa hubungan yang saling menguntungkan

ini perlu dilanjutkan.

Komitmen dalam konsep long term relationship, memegang

peranan yang sangat penting karena hubungan jangka panjang paling

banyak didasarkan kepada komitmen kedua belah pihak. Komitmen adalah

“perluasan dari kebutuhan untuk mempertahankan relationship yang

disebabkan oleh adanya manfaat ekonomi dan switching cost” (Peppers

and Rogers, 2004: 44). Dalam penelitian Pitchard dalam Zulganef

(2002:103) berhasil diungkapkan bahwa konsekuensi dari adanya

komitmen adalah loyalitas.


25

4. Keputusan Menabung

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan:

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari


masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dari pengertian tersebut maka fungsi utama bank dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

a. Menghimpun dana masyarakat (funding)

Penghimpunan dana dari masyarakat ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari

masyarakat luas.

b. Menyalurkan dana masyarakat (lending)

Setelah diperoleh dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maka

bank kemudian memutar kembali atau diperjualkan kembali kepada

masyarakat dalam bentuk pinjaman/kredit (lending).

Sebagai lembaga keuangan yang berperan penting dalam

perekonomian negara maka bank harus dapat menghimpun banyak sumber

dana terutama dari masyarakat. Untuk dapat memperoleh dana yang

banyak, bank dituntut untuk dapat menarik dan meningkatkan keputusan

nasabah untuk menabung.

Menurut Kotler (2002: 212) bahwa keputusan konsumen adalah:

“Sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri dari pengenalan


26

masalah, mencari informasi, beberapa penilaian alternatif, membuat

keputusan membeli dan perilaku setelah membeli yang dilalui konsumen.”

Terkait dengan keputusan pembelian, Drummond (2003: 251)

menyatakan bahwa:

Keputusan pembelian merupakan proses mengidentifikasikan


semua pilihan yang mungkin untuk memecahkan persoalan itu dan
menilai pilihan-pilihan secara sistematis dan obyektif serta
sasaran-sasarannya yang menentukan keuntungan serta
kerugiannya masing-masing.

Keputusan merupakan bagian atau salah satu elemen penting dari

perilaku nasabah disamping kegiatan fisik yang melibatkan nasabah dalam

menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang serta jasa

ekonomis. Perspektif pemecahan masalah mencakup semua jenis perilaku

pemenuhan kebutuhan dan jajaran luas dari faktor-faktor yang memotivasi

dan mempengaruhi keputusan nasabah. Pengambilan keputusan

merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam

mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.

Tahap-tahap proses keputusan pembelian dapat digambarkan dalam

sebuah model di bawah ini:

Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku Pasca


Masalah Informasi Alternatif Pembelian Pembelian

Sumber: Kotler (2002: 53)


Gambar 2.1.
Proses Keputusan Pembelian

Keterangan:
27

a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau

kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan dengan

keinginan. Bagi pemasar bisa mengembangkan strategi pemasaran yang

memicu minat konsumen.

b. Pencarian Informasi

Bertujuan untuk mendapatkan produk bagi pemenuhan kebutuhannya.

Bagi pemasar, informasi dari konsumen bisa mengidentifikasi

rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu jenis

produk.

c. Evaluasi Alternatif

Konsumen mempergunakan informasi untuk memperoleh seperangkat

pilihan akhir terhadap merek produk. Dan konsumen akan memilih di

antara beberapa alternatif merek yang tersedia. Sehingga pemasar perlu

mengetahui bagaimana proses informasi konsumen tiba pada tahap

pemilihan merek produk.

d. Keputusan Pembelian

Situasi dimana konsumen melakukan aktivitas dan usaha yang dimulai

dari timbulnya kebutuhan merencanakan, pencarian informasi pencarian

alternatif-alternatif untuk memperoleh produk, baik barang maupun

jasa.

e. Perilaku Pasca pembelian


28

Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang

diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek

barang tersebut menjadi sikap negatif, bahkan mungkin akan menolak

dari daftar pilihan. Sebaliknya bila konsumen mendapat kepuasan dari

barang yang dibelinya maka keinginan untuk membeli terhadap merek

barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih kuat. Produsen harus

mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif terhadap suatu

produk dengan cara membantu konsumen menemukan informasi yang

membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan

pada orang-orang yang baru saja membeli produknya.

Keputusan pembelian dapat tumbuh melalui adanya motif membeli

pada konsumen. Mengacu pada pendapat Kotler (2002: 206) faktor-faktor

yang menentukan adanya motif membeli produk meliputi:

a. Harga

Suku bunga termasuk ke dalam faktor yang menjadi motif konsumen

untuk membeli produk bank. Pengertian harga berbeda dengan produk

lainnya. Semakin besar bunga yang ditawarkan merupakan murahnya

harga suatu produk sehingga akan membuat tertarik para calon nasabah.

b. Service yang ditawarkan

Pelayanan merupakan service yang ditawarkan oleh bank kepada

nasabahnya. Pelayanan yang baik akan dijadikan motif para nasabah

untuk membeli produk bank.

c. Lokasi strategis
29

Lokasi yang strategis dapat dijadikan motif nasabah dalam membeli

produk bank. Strategis dalam hal ini diartikan bahwa letak atau

lokasinya dapat dengan mudah dijangkau oleh nasabah dan terletak

dipusat kegiatan perekonomian.

d. Kemampuan tenaga penjual

Kepercayaan merupakan termasuk kemampuan tenaga penjual dimana

faktor ini juga merupakan motif bagi para nasabah/konsumen dalam

membeli suatu produk.

e. Periklanan

Promosi secara besar-besaran akan menjadikan motif bagi nasabah

untuk membeli produk bank.

5. Pengaruh Persepsi Tingkat Suku Bunga, Brand Image, dan Komitmen

Konsumen terhadap Keputusan Konsumen Menabung

a. Pengaruh Persepsi Tingkat Suku Bunga terhadap Keputusan Konsumen

Menabung

Penetapan tingkat suku bunga bank sangat berperan penting

terhadap kelancaran usaha bank. Suku bunga yang ditetapkan bank akan

mempengaruhi sikap nasabah terhadap bank. Nasabah sebagai pihak

yang memanfaatkan jasa bank akan bersikap lebih cermat dalam

kegiatan menginvestasikan/menyimpan dana yang dimiliki. Salah satu

dasar pertimbangan nasabah dalam investasinya terkait dengan tingkat

suku bunga yang diberlakukan bank.


30

Menurut hasil penelitian Muradoglu dan Taskin dalam Yahya

(2012: 254) disimpulkan bahwa tingginya keputusan masyarakat untuk

menabung dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Tingkat

bunga yang semakin tinggi mengakibatkan jumlah tabungan semakin

meningkat. Apabila tingkat bunga tinggi, maka masyarakat akan

mengurangi konsumsi sekarang untuk menambah tabungan.

Menurut Martono (2002: 106) menyatakan bahwa salah satu

atribut yang tidak kalah menariknya dalam mempengaruhi keputusan

masyarakat untuk menabung adalah suku bunga. Masyarakat menyadari

bahwa uang tabungannya hanya sedikit sehingga dengan ditabung akan

menjadi bertambah, walaupun tingkat pertambahannya tidak sebanyak

deposito.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bank

dengan tingkat suku bunga tinggi akan lebih diminati oleh nasabah. Hal

ini dikarenakan nasabah akan cenderung lebih memilih bank yang

mampu memberikan balas jasa lebih besar atas dana yang

diinvestasikan. Dengan harapan bahwa dengan balas jasa (suku bunga)

yang tinggi maka tingkat pengembalian yang akan diterima nasabah

juga akan menjadi besar.

b. Pengaruh Brand Image terhadap Keputusan Konsumen Menabung

Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:173), citra merek (brand

image) merupakan “citra tentang suatu merek yang dianggap sebagai

kelompok asosiasi yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap


31

suatu nama merek.” Jika konsumen tidak memiliki pengalaman dengan

suatu produk, mereka cenderung untuk mempercayai merek yang

disukai atau yang terkenal. Alasan inilah yang mendorong perusahaan

untuk memperkuat posisi mereknya agar tercipta brand image yang

positif dan menancap kuat di benak konsumen.

Begitu pentingnya citra merek karena melalui citra merek yang

baik dan kuat di mata konsumen, akan menciptakan persepsi bahwa

perusahaan yang bersangkutan akan memiliki sebuah nilai lebih dan

menjadi referensi penting terutama untuk calon pelanggan baru, dengan

demikian perusahaan perlu untuk mengelola dan menjaga merek dengan

baik sehingga sedemikian rupa akan menghasilkan citra merek yang

positif serta dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan

keputusan pembelian.

Menurut hasil penelitian Indratama dan Artanti (2014: 1269)

“citra merek berpengaruh terhadap keputusan nasabah memilih

tabungan.” Citra merek akan menjadi dasar acuan seseorang untuk

menggunakan suatu produk, semakin baik citra merek maka semakin

banyak orang yang akan menggunakan produk dari merek tersebut.

Usaha untuk membentuk citra merek yang baik di mata konsumen

merupakan salah satu strategi yang baik untuk memberikan preferensi

awal bagi konsumen untuk melakukan keputusan memilih sebuah

produk tabungan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Keller (2003: 70) yang menjelaskan bahwa salah


32

satu faktor yang membentuk citra merek adalah kekuatan asosiasi

merek, yaitu kesesuaian antara kuantitas dan kualitas yang ada dengan

proses informasi yang diterima oleh konsumen, semakin dalam

konsumen memikirkan tentang informasi suatu produk akan membuat

konsumen mengeluarkan pengetahuan akan merek yang dimilikinya

dan pada akhirnya yang terkuat akan menghasilkan asosiasi merek.

c. Pengaruh Komitmen Konsumen terhadap Keputusan Konsumen

Menabung

Riset dari Sheth dan Mittal dalam Tjiptono (2006: 415)

menunjukkan bahwa dua pilar utama relationship marketing adalah

trust dan komitmen, dengan kata lain konsumen harus mempercayai

pemasar dan selanjutnya berkomitmen padanya sebelum bisa terjalin

relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang. Trust merupakan

faktor paling penting dalam setiap relasi, sekaligus berpengaruh pada

komitmen. Apabila tidak ada trust, maka tidak akan ada komitmen.

Trust dapat diartikan sebagai kesediaan untuk mengandalkan

kemampuan, integritas dan motivasi pihak lain untuk bertindak dalam

rangka memuaskan kebutuhan dan kepentingan seseorang sebagaimana

disepakati bersama sedangkan komitmen merupakan hasrat atau

keinginan kuat untuk mempertahankan dan melanjutkan relasi yang

dipandang penting dan bernilai jangka panjang. Komitmen biasanya

tercermin dalam perilaku kooperatif dan tindakan aktif untuk tetap

mempertahankan relasi yang telah terbina.


33

Komitmen dalam hubungannya dengan penyedia jasa dan

pelanggan didefinisikan sebagai suatu janji yang diungkapkan dari

keberlanjutan hubungan dengan pihak lain. Komitmen bank adalah

suatu kondisi yang diperlukan demi terciptanya loyalitas terhadap bank

tersebut. Komitmen dalam konsep long term relationship, memegang

peranan yang sangat penting karena hubungan jangka panjang paling

banyak didasarkan kepada komitmen kedua belah pihak. Komitmen

adalah perluasan dari kebutuhan untuk mempertahankan relationship

yang disebabkan oleh adanya manfaat ekonomi dan switching cost

(Peppers dan Rogers, 2004: 44).

Penelitian Pitchard dalam Zulganef (2002: 103) berhasil

mengungkapkan bahwa konsekuensi dari adanya komitmen adalah

keputusan pembelian. Keputusan pembelian diinterpretasikan sebagai

pembelian yang terus menerus, sehingga komitmen dapat mempunyai

konsekuensi terhadap keputusan pembelian. Garbarino dan Johnson

dalam Setiawan dan Ukudi (2007: 4) menemukan fakta bahwa

komitmen mempunyai kecenderungan untuk melawan perubahan

preferensi yang menjadi sebuah kunci perintis untuk keputusan

pembelian dan loyalitas, yang sebagian besar dijelaskan oleh keinginan

pelanggan untuk mengidentifikasi suatu merek.


34

d. Pengaruh Persepsi Tingkat Suku Bunga, Brand Image, dan Komitmen

Konsumen terhadap Keputusan Konsumen Menabung

Tingkat suku bunga menjadi salah satu strategi bank untuk dapat

menarik minat nasabah dalam menginvestasikan dananya di bank

konvensional. Bank yang mampu menawarkan suku bunga lebih tinggi

akan lebih diminati oleh nasabah. Nasabah akan lebih tertarik untuk

menginvestasikan dananya di bank dengan tingkat suku bunga tinggi

dengan harapan return yang tinggi.

Citra merek (brand image) yang baik akan merangsang

pembelian penyederhanaan aturan keputusan. Merek yang kuat akan

menarik konsumen menggunakannya sebagai faktor penentu dalam

pemilihan keputusan pembelian. Semakin kuat brand image yang

dimiliki bank, maka akan semakin berpengaruh terhadap calon nasabah

dalam menabung di bank tersebut.

Komitmen mempunyai kecenderungan untuk melawan

perubahan preferensi yang menjadi sebuah kunci perintis untuk

loyalitas, yang sebagian besar dijelaskan oleh keinginan pelanggan

untuk mengidentifikasi suatu merek. Jika pelanggan memiliki

komitmen kepada suatu perusahaan maka pelanggan bersedia untuk

sesuatu hal yang berguna untuk perkembangan perusahaan.


35

C. Kerangka Pemikiran

Secara skematis kerangka pemikiran penelitian ini dapat diilustrasikan

dalam gambar 2.2. berikut:

Persepsi Tingkat Suku Bunga


(X1)

Brand Image Keputusan Menabung


(X2) (Y)

Komitmen
(X3)

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan

permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai diuraikan sebagai berikut:

1 : Ada pengaruh persepsi tingkat suku bunga terhadap keputusan

konsumen menabung di BRI Kantor Cabang Madiun.

2 : Ada pengaruh brand image terhadap keputusan konsumen menabung di

BRI Kantor Cabang Madiun.

3 : Ada pengaruh komitmen konsumen terhadap keputusan konsumen

menabung di BRI Kantor Cabang Madiun.


36

4 : Ada pengaruh persepsi tingkat suku bunga, brand image, dan komitmen

konsumen secara simultan terhadap keputusan konsumen menabung di

BRI Kantor Cabang Madiun.

5 : Variabel persepsi tingkat suku bunga berpengaruh dominan terhadap

keputusan konsumen menabung di BRI Kantor Cabang Madiun.

Anda mungkin juga menyukai