Pendidikan, Lem Kuat Untuk Mempersatukan Indonesia
Pendidikan, Lem Kuat Untuk Mempersatukan Indonesia
Kasus rasisme terhadap mahasiswa asal Papua di Surabaya, merupakan salah satu
kasus rasisme yang terjadi di Indonesia. Kebanyakan korban membisukan diri,
karena massa sering menganggap lumrah. Laranya penderitaan yang dirasakan
oleh korban, mungkin tidak dirasakan oleh masyakarat mayoritas. Terlihat tidak
ada, namun kasus ini sering terjadi di depan mata.
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari 17.504 Pulau, terbentang dari
Sabang sampai Merauke. Pada dasarnya, negara kepulauan merupakan sebuah
negara yang sangat rawan akan sebuah perpecahan. Terbukti dari banyaknya
negara-negara yang berhasil menjajah Indonesia selama 3,5 abad. Keberhasilan
pejajah menjajah Indonesia itu terjadi dikarenakan kemajemukan yang tak tertata,
dimana Bangsa Indonesia pada saat itu masih sering untuk membeda-bedakan
sesama, dan tidak bersatu mengusir penjajah.
Papua memiliki kualitas pendidikan yang rendah, terbukti dari tingkat buta aksara
di Provinsi Papua yang mencapai 21,9 persen. Angka itu merupakan angka yang
sangat besar, hal tersebut menyebabkan Papua menjadi salah satu provinsi
terendah dalam indeks pembangunan manusia.
Tidak sulit untuk mencari sekolah-sekolah Papua yang memiliki kualitas yang
sangat rendah, baik dalam hal fasilitas maupun pengajar. Banyak diantara pelajar
yang bahkan memilih untuk tidak sekolah, dikarenakan seringnya tenaga pengajar
yang tidak hadir dalam proses belajar mengajar. Pelajar itu juga kesulitan untuk
hanya dapat mengenggam sebuah buku sumber ilmu mereka, yang seharusnya
dapat di akses oleh pelajar dengan mudah. Bahkan banyak pelajar Papua yang
terpaksa putus sekolah dikarenakan sulit nya akses untuk ke tempat belajar
mereka.
“Jangan berikan kami uang, berikanlah kami pendidikan yang layak,” Kata
Mamat Alkatiri seorang tokoh pemuda Papua. Terbukti dari perkataan tersebut,
bahwa Papua butuh pendidikan yang layak. Papua ingin belajar lebih dan
meningkatkan mutu pendidikan mereka. Pendidikan yang layak adalah kunci
untuk Papua yang lebih baik.
Tidak cukup dari situ, beliau meminta terhadap bupati-bupati Papua untuk
diberikan anak yang dianggap paling bodoh. Misinya adalah untuk menjadikan
mereka juara dunia. Terdengar tidak mungkin, namun beliau bersikeras untuk
melakukan hal tersebut.
Diberikanlah anak-anak tersebut. Ada anak yang tidak naik kelas selama 4 tahun,
siswa SMA yang bahkan pertambahan pun tidak bisa, dan juga anak yang bahkan
menulis saja tidak bisa. Total ada sembilan anak yang didatangkan dari berbagai
daerah di Papua. Mereka dilatih dengan baik di Jakarta, tidak ada yang pernah
menyangka, bahwa anak-anak tersebut berakhir menjadi juara dunia yang
sesungguhnya. Mereka bertanding di berbagai macam olimpiade hingga tingkat
internasional, salah satunya adalah olimpiade matematika dan sains tingkat Asia.
Dan mereka berhasil mendapat empat medali emas, lima perak, dan tiga
perunggu.
Dari kasus tersebut, kita dapat melihat bahwa anak-anak Papua sesungguhnya
bisa. Hanyalah kesempatan yang tidak mereka miliki selama ini, kesempatan
untuk meraih sebuah ilmu yang dapat mengubah hidup mereka 180 derajat.
Sebagai generasi muda, kita tidak boleh diperbodoh oleh massa yang tersesat. Kita
harus mengetahui apa celah yang menyebabkan rasisme bisa terjadi. Kita harus
tutupi celah tersebut menjadi sebuah kesempurnaan. Generasi muda haruslah
cerdas, bisa memahami dan peka akan masalah-masalah yang terjadi sekarang.
Mengerti akan pentingnya sebuah persatuan.
Apabila Nelson Mandela mengatakan bahwa pendidikan adalah senjata untuk kita
merubah dunia, maka penulis mengatakan bahwa pendidikan adalah lem terkuat
yang dapat mempersatukan kemajemukan Indonesia. Pada akhirnya kita bisa
bertanya pada diri masing-masing, apa yang kita bisa lakukan untuk memajukan
pendidikan di Indonesia?. Siapa yang lebih membutuhkan pendidikan, orang yang
rasis atau anak-anak Papua bibit unggul juara dunia yang sering diolok-olok
sebagai monyet?.
Daftar Pustaka
Batamnews. (2020, September 5). Diambil dari 6 Provinsi Tertinggi Angka Buta
Aksara di RI, Papua Urutan Pertama: https://www.batamnews.co.id/berita-
66912-6-provinsi-tertinggi-angka-buta-aksara-di-ri-papua-urutan-
pertama.html
From zero to infinity, a story of children and math: Yohanes Surya at
TEDxJakarta. (2014, April 9). TEDx Talks. Diambil dari
https://www.youtube.com/watch?v=xXZCVp4jdBQ&t=451s
Gubernur Papua: Banyak yang Belum Di-Indonesia-kan! (2019, November 19).
metrotvnews. Diambil dari https://www.youtube.com/watch?
v=yhlSkujlzCg
Mamat Alkatiri: Orang Papua Alami Rasisme Bertahun-tahun! | Best Statement
ILC tvOne. (2020, Juni 7). Indonesia Lawyers Club. Diambil dari
https://www.youtube.com/watch?v=M5fG7FohuoI
Rasisme Terhadap Bangsa Papua itu Nyata. (2020, Juli 3). Diambil dari Suara
Papua: https://suarapapua.com/2020/07/03/rasisme-terhadap-bangsa-
papua-itu-nyata/
Yohanes Surya dalam Mata Najwa17Juni15 - Eps. Melihat ke Timur. (2015, Juni
18). SuryaGroup Id. Diambil dari https://www.youtube.com/watch?
v=yE2-jFcZgTg&t=2010s