DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
NIM: P27820319025
TINGKAT 3 REGULER A
JURUSAN KEPERAWATAN
Disahkan pada
Hari/Tanggal :
Ruangan :
NIM: P27820319025
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Puskesmas Sidotopo
Gangguan bicara
Resiko ketergantungan
E. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala Speech Delay anak usia 1 tahun (12 bulan)
a. Menggunakan bahasa tubuh seperti melambaikan tangan ‘good-bye’ atau
menunjuk objek tertentu
b. Berlatih menggunakan beberapa konsonan yang berbeda
c. Vokalisasi atau melakukan komunikasi
2. Tanda dan gejala Speech Delay anak usia 1-2 tahun
a. Tidak memanggil ‘mama’ dan ‘dada’
b. Tidak menjawab bila dikatakan ‘tidak’, ‘halo’ dan ‘bye’
c. Tidak memiliki satu atau 3 kata pada usia 12 bulan dan 15 kata pada usia 18
bulan
d. Tidak mampu mengidentifikasi bagian tubuh
e. Kesulitan mengulang suara dan gerakan
f. Lebih memilih menunjukkan gerakan daripada berbicara verbal
3. Tanda dan gejala Speech Delay anak usia 2-5 tahun
a. Tak mampu menyampaikan kata-kata atau frase secara spontan
b. Tak mampu mengikuti petunjuk dan perintah sederhana
c. Kurang bunyi konsonan di awal atau akhir kata, seperti ‘aya’ (ayah), ‘uka’
(buka)
d. Tidak dipahami bicaranya oleh keluarga terdekat
e. Tak mampu untuk membentuk 2 atau 3 kalimat sederhana
F. Penatalaksanaan (terapi medis dan non medis)
1. Terapi :
a. Terapi wicara (terapi pidato dan bahasa)
b. Terapi okupasi (bentuk layanan kesehatan kepada masyrakat atau pasien
yang mengalami gangguan fisik atau mental dengan menggunakan latihan
aktifitas mengerjakan sasaran yang terseleksi untuk meningkatkan
kemandiria individu pada area aktifitas kehidupan sehari-hari, produktifitas
dan pemanfaatan waktu luang dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
2. Edukasi
a. Motivasi keluarga untuk menstimulasi bahasa, bicara secara intensif
b. Secara teratur membawa anak untuk mengikuti terapi
c. Konseling
G. Pemeriksaan Penunjang
1. TES BERA (Brainstem Evoked Response Auditory) atau ABR (Auditory
Brainstem Response)
Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga (telinga luar)
sampai ke otak. Tesnya tidak menyakitkan (un-invasive), tidak perlu respon
aktif dari pasien dan hasilnya menyeluruh. Tes ini adalah tes paling umum
dalam mendeteksi gangguan pendengaran.
2. TES OAE (Oto Acoustic Emission)
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai rumah siput tetapi
terutama rumah siput. Tesnya juga tidak menyakitkan dan tidak memerlukan
respon aktif dari pasien serta obyektif. Biasanya digunakan untuk mendeteksi
gangguan pendengaran khususnya akibat gangguan di telinga tengah karena
OME, OMA atau sensorinerual hearing loss (SNHL) yaitu kerusakan sel saraf di
rumah siput.
3. Tes Tympanometri
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai telinga tengah
(tulang sanggurdi). Caranya mirip dengan OAE tapi responnya dari defleksi
(perubahan gerak) gendang telinga. Tesnya juga tidak menyakitkan, obyektif
dan tidak perlu respon aktif dari pasien. Biasanya digunakan untuk
mengeliminasi kemungkinan gangguan telinga tengah jika hasil OAE
menunjukkan respon negatif.
4. Tes Audiometri
Pemeriksaan audiometri memerlukan : audiometer, ruang kedap suara, dan
pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang adalah :
b. Audiometri nada murni, Audiometri tutur
Audiometri nada murni adalah tes dasar untuk mengetahui ada
tidaknya gangguan pendengaran. Selama tes, orang yang dites akan
mendengar nada murni yang diberikan pada frekwensi yang berbeda
melalui sebuah headphone atau ear phone.
5. TES ASSR (Auditory Steady State Response)
Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga sampai ke
otak. Cara kerjanya seperti BERA tapi yang diberikan adalah nada murni seperti
layaknya tes audiometri. Namun tidak diperlukan partisipasi aktif dari pasien
karena respon langsung dicatat oleh sensor yang menangkap aktifitas otak.
Tes ini tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif namun pasien
harus diam dan tenang dalam waktu yang cukup lama, kurang lebih 1 jam.
H. Komplikasi
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.D (2009), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th. Edition,
Lippincott, Philadelpia, New York.
th
Kozier Barbara et.al (2012), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and Practice , 5
Edition, Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New York
th
Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 Edition, Mosby Year
Book, Philadelpia.
Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book,
Philadelpia.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
Tgl. Pengkajian : 05 Oktober 2021 No. Register : 01-3346
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : An. Z Nama : Ny. N
Pola konsep diri – persepsi diri Ibu pasien mengatakan, Ibu pasien mengatakan,
pasien susah bergaul dan pasien susah bergaul dan
percaya diri percaya diri
Pola peran dan hubungan Ibu pasien mengatakan, Ibu pasien mengatakan,
pasien mampu menjalani pasien mampu menjalani
peran sebagai anak dan peran sebagai anak dan
saudara saudara
Pola pertahanan diri (koping Ibu pasien mengatakan, Ibu pasien mengatakan,
toleransi stress) pasien suka bermain apalagi pasien suka bermain apalagi
merasa jenuh merasa jenuh
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Compos Mentis
G. Pemeriksaan Thoraks/dada
Gerak dada simetris
H. Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen normal
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada lesi
Terdapat suara bising usus
J. Pemeriksaan Kulit/Integument
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada lesi
K. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada lesi
GCS : 4 2 6
1. Terapi :
A. Terapi wicara (terapi pidato dan bahasa)
B. Terapi okupasi latihan aktifitas mengerjakan sasaran yang terseleksi untuk
meningkatkan kemandiria individu
2. Edukasi
a. Motivasi keluarga untuk menstimulasi bahasa, bicara secara intensif
b. Secara teratur membawa anak untuk mengikuti terapi
c. Konseling
1. Gangguan komunikasi verbal b.d Gangguan pendengaran d.d susah untuk berbicara, dan
bicara lambat
2. Isolasi sosial b.d keterlambatan perkembangan d.d hanya dapat mengucapkan beberapa
kata, saat dipamggil susah merespon dan susah untuk bergaul dengan teman seusianya
1. Gangguan komunikasi verbal b.d Gangguan pendengaran d.d susah untuk berbicara, dan
bicara lambat
PERENCANAAN
TT
N DIAGNOSIS
TUJUAN (NOC) RENCANA (NIC) RASIONAL NAMA
O KEPERAWATAN
JELAS
NO HARI/TGL/JAM DX TINDAKAN TT
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
NAMA JELAS
-Menginformasikan program
pengobatan yang harus dijalani
(SIKI 1.12361)
EVALUASI
A: Masalah Keperawatan
Gangguan komunikasi verbal
teratasi
P: Kolaborasi dengan
pengobatan Tes Barra dan Tes
Assr