Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

AN. Z DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN KOMUNIKASI


VERBAL PADA DIAGNOSA MEDIS SPEECH DELAY
DI RUANG POLI ANAK PUSKESMAS SIDOTOPO SURABAYA

DOSEN PEMBIMBING:

Intim Cahyono, S.Kep, Ns,M.Kes

NIP: 19650308 199303 2 004

DISUSUN OLEH:

Linianti Alifah Kusumawati

NIM: P27820319025

TINGKAT 3 REGULER A

PRODI DIII KEPERAWATAN SUTOPO

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESEHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Maternitas dengan masalah keperawatan Gangguan


Komunikasi Verbal diagnosa medis Speech Delay di Ruangan Poli Anak Puskesmas
Sidotopo Surabaya pada 11 Oktober 2021.

Disahkan pada

Hari/Tanggal :

Ruangan :

Surabaya, 11 Oktober 2021


Mahasiswa

Linianti Alifah Kusumawati

NIM: P27820319025

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Puskesmas Sidotopo

Prodi D-III Keperawatan Sutopo Surabaya Surabaya

Intim Cahyono, S.Kep, Ns, M.Kes Nihayatus Sa’adah. S. Kep. Ns

NIP: 19650308 199103 1 002 NIP: 1981032232008012011


Ketua Program Studi

D-III Keperawatan Sutopo Surabaya

Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep. Sp.Kom

NIP: 19730310 199703 2 002


LAPORAN PENDAHULUAN
SPEECH DELAY
A. Definisi
Seorang anak bisa dikatakan mengalami speech delay ketika mereka belum bisa
berbicara hingga menginjak usia dua tahun. Seorang anak yang mengalami
keterlambatan bicara bukan berarti ada sesuatu yang salah sedang terjadi.
Namun, hal ini juga bisa disebabkan oleh gangguan pendengaran, gangguan
neurologis atau masalah perkembangan yang mendasarinya. Terlambat bicara yang
berkepanjangan juga bisa mengakibatkan masalah besar saat anak usia dewasa.
Keterlambatan (speech delay) bicara dan berbahasa pada anak, menggambarkan
kemampuan (skill) anak yang berkembang, tetapi pada tingkat yang lebih lambat dari
anak-anak sebayanya sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Masalah
keterlambatan bicara dan berbahasa ini, bisa ringan, sedang, atau berat.
B. Etiologi
1. Faktor genetic
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang
normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Seperti sindrom
Down, sindrom Turner yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
2. Faktor lingkungan
3. Sosial ekonomi kurang
Anak dengan keluarga sosial ekonomi kurang akan mengalami keterlambatan
dalam berbahasa karena fasilitas berbahasa dan pendidikan yang rendah pulan dari
orang tua.
4. Faktor psikososial
Stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres,
sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang tua.
5. Faktor keluarga dan adat istiadat
Pekerjaan/ pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis
kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-
istiadat, norma-norma, agama, urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat yang
mempengaruhi prioritas kepentingan anak, angaran, dan lain-lain (Soetjiningsih,
1998).
C. Patofisiologi
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan
yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum
ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal
kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi,
resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi
pesan.
Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode
gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di
otak/pusat pembicara.
Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan
atau penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut
pembicara dan telinga pendengar.
Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses komunikasi. Dalam
proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif
harus berkembang dengan baik
D. Pathway

Lingkungan Kerusakan otak Emosi


1. Sosial ekonomi 1. Kerusakan 1. Ibu tertekan
rendah neuromuskuler 2. Gangguan serius
2. Tekanan keluarga 2. Sensori motorik pada orangtua/anak
3. Keluarga bisu 3. Serebral palsi
4. bahasa 4. Masalah persepsi

Masalah pendengaran Gangguan bahasa Perkembangan


1. Kongenital 1. Ekspresif terlambat
2. Didapat 2. Reseptik

Gangguan bicara

Keluarga Hubungan sosial Perkembangan


1. Cemas 1. Gangguan
2. Pengetahuan komunikasi verbal
3. Koping keluarga 2. Gangguan bermain Intelegensia
tidak efektif 3. Isolasi social
4. Interaksi sosial
Produktifitas

Resiko ketergantungan

E. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan gejala Speech Delay anak usia 1 tahun (12 bulan)
a. Menggunakan bahasa tubuh seperti melambaikan tangan ‘good-bye’ atau
menunjuk objek tertentu
b. Berlatih menggunakan beberapa konsonan yang berbeda
c. Vokalisasi atau melakukan komunikasi
2. Tanda dan gejala Speech Delay anak usia 1-2 tahun
a. Tidak memanggil ‘mama’ dan ‘dada’
b. Tidak menjawab bila dikatakan ‘tidak’, ‘halo’ dan ‘bye’
c. Tidak memiliki satu atau 3 kata pada usia 12 bulan dan 15 kata pada usia 18
bulan
d. Tidak mampu mengidentifikasi bagian tubuh
e. Kesulitan mengulang suara dan gerakan
f. Lebih memilih menunjukkan gerakan daripada berbicara verbal
3. Tanda dan gejala Speech Delay anak usia 2-5 tahun
a. Tak mampu menyampaikan kata-kata atau frase secara spontan
b. Tak mampu mengikuti petunjuk dan perintah sederhana
c. Kurang bunyi konsonan di awal atau akhir kata, seperti ‘aya’ (ayah), ‘uka’
(buka)
d. Tidak dipahami bicaranya oleh keluarga terdekat
e. Tak mampu untuk membentuk 2 atau 3 kalimat sederhana
F. Penatalaksanaan (terapi medis dan non medis)
1. Terapi :
a. Terapi wicara (terapi pidato dan bahasa)
b. Terapi okupasi (bentuk layanan kesehatan kepada masyrakat atau pasien
yang mengalami gangguan fisik atau mental dengan menggunakan latihan
aktifitas mengerjakan sasaran yang terseleksi untuk meningkatkan
kemandiria individu pada area aktifitas kehidupan sehari-hari, produktifitas
dan pemanfaatan waktu luang dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
2. Edukasi
a. Motivasi keluarga untuk menstimulasi bahasa, bicara secara intensif
b. Secara teratur membawa anak untuk mengikuti terapi
c. Konseling
G. Pemeriksaan Penunjang
1. TES BERA (Brainstem Evoked Response Auditory) atau ABR (Auditory
Brainstem Response)
Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga (telinga luar)
sampai ke otak. Tesnya tidak menyakitkan (un-invasive), tidak perlu respon
aktif dari pasien dan hasilnya menyeluruh. Tes ini adalah tes paling umum
dalam mendeteksi gangguan pendengaran.
2. TES OAE (Oto Acoustic Emission)
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai rumah siput tetapi
terutama rumah siput. Tesnya juga tidak menyakitkan dan tidak memerlukan
respon aktif dari pasien serta obyektif. Biasanya digunakan untuk mendeteksi
gangguan pendengaran khususnya akibat gangguan di telinga tengah karena
OME, OMA atau sensorinerual hearing loss (SNHL) yaitu kerusakan sel saraf di
rumah siput.
3. Tes Tympanometri
Menguji kinerja alat pendengaran dari gendang sampai telinga tengah
(tulang sanggurdi). Caranya mirip dengan OAE tapi responnya dari defleksi
(perubahan gerak) gendang telinga. Tesnya juga tidak menyakitkan, obyektif
dan tidak perlu respon aktif dari pasien. Biasanya digunakan untuk
mengeliminasi kemungkinan gangguan telinga tengah jika hasil OAE
menunjukkan respon negatif.
4. Tes Audiometri
Pemeriksaan audiometri memerlukan : audiometer, ruang kedap suara, dan
pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang adalah :
b. Audiometri nada murni, Audiometri tutur
Audiometri nada murni adalah tes dasar untuk mengetahui ada
tidaknya gangguan pendengaran. Selama tes, orang yang dites akan
mendengar nada murni yang diberikan pada frekwensi yang berbeda
melalui sebuah headphone atau ear phone.
5. TES ASSR (Auditory Steady State Response)
Menguji kinerja seluruh alat pendengaran dari gendang telinga sampai ke
otak. Cara kerjanya seperti BERA tapi yang diberikan adalah nada murni seperti
layaknya tes audiometri. Namun tidak diperlukan partisipasi aktif dari pasien
karena respon langsung dicatat oleh sensor yang menangkap aktifitas otak.
Tes ini tidak menyakitkan dan tidak memerlukan respon aktif namun pasien
harus diam dan tenang dalam waktu yang cukup lama, kurang lebih 1 jam.
H. Komplikasi
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.D (2009), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th. Edition,
Lippincott, Philadelpia, New York.
th
Kozier Barbara et.al (2012), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and Practice , 5
Edition, Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New York
th
Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 Edition, Mosby Year
Book, Philadelpia.
Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book,
Philadelpia.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
Tgl. Pengkajian : 05 Oktober 2021 No. Register : 01-3346

Jam Pengkajian : 09.00 WIB Tgl. MRS : 05 Oktober 2021

Ruang/Kelas : Poli Anak

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : An. Z Nama : Ny. N

Umur : 27 bulan Umur : 27

Jenis Kelamin : Laki-Laki Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan :- Pekerjaan : IRT

Pekerjaan :- Alamat : Irawati 3/1c

Gol. Darah :- Hubungan dengan Klien : Ibu

Alamat : Irawati 3/1c

II. KELUHAN UTAMA

1. Keluhan Utama Saat MRS


Ibu pasien mengatakan anak mengeluh susah untuk berbicara, dan bicara lambat

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Ibu pasien mengatakan anak hanya dapat mengucapkan beberapa kata dan saat
dipanggil susah merespon

III. DIAGNOSA MEDIS


Speech Delay
IV. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke puskemas sidotopo diantar oleh ibunya ke ruang poli anak,
ibu pasien mengatakan anak mengalami kesusahan saat berbicara dan hanya dapat
mengucapkan beberapa kata. Hasil pemeriksaan saat dipanggil anak tidak merespon
dan saat diajak bicara anak hanya menggeleng, anak mengalami keterlambatan
perkembangan sesuai usia. BB: 12kg, TB: 86cm, U: 27bulan
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
-
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
-

V. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN (ANAK ≤ 2 TAHUN)


1) Prenatal : -
2) Natal :-
3) Postnatal (Neonatus) : -

VI. RIWAYAT IMUNISASI


1) Imunisasi Dasar Lengkap
Hepatitis B.O, BCG, DPT, Polio
2) Imunisasi tambahan (Booster)
-

VII. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN (SESUAI DENGAN


USIA ANAK)
1. Pertumbuhan
a. Tinggi badan : 86cm
b. Berat badan : 12kg
c. Lingkar kepala : -
d. Lingkar dada : -
e. Panjang badan : 86cm
2. Lingkar lengan atas Perkembangan
a. Usia anak (0-<6 Th)
1. Motorik Halus : anak mampu menyusun pensil
2. Motorik Kasar : anak mampu melompat
3. Kemampuan Berbahasa: anak masih blm bisa berbicara
4. Perkembangan Sosial: anak kesulitan bergaul dengan teman seusianya
b. Anak Usia sekolah (>6 Th)
1. Psikososial:
2. Psiko Seksual:
3. Kognitif:
4. Psikomoral
VIII. RIWAYAT POLA FUNGSI KESEHATAN KLIEN
1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)
ADL Di Rumah Di Puskesmas

Pola persepsi - manajemen Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan,


kesehatan pasien, menjaga pola pasien selama sakit tetap
kesehatan, dan taat kepada menjaga pola kesehatan, dan
aturan orang tua untuk taat kepada aturan orang tua
menjaga kesehatan untuk menjaga kesehatan

Pola nutrisi – metabolic Ibu pasien mengatakan, Ibu pasien mengatakan,


pasien makan 3kali sehari pasien selama sakit makan
secara rutin dengan sayur dan 3kali sehari secara rutin
lauk dengan sayur dan lauk

Pola eliminasi Ibu pasien mengatakan, Ibu pasien mengatakan,


pasien rutin BAB sehari pasien rutin BAB sehari
sekali, dan BAK normal sekali, dan BAK normal

Pola latihan – aktivitas Ibu pasien mengatakan, Ibu pasien mengatakan,


pasien melakukan aktifitas pasien melakukan aktifitas
bermain dengan normal dan bermain dengan normal dan
sekolah dengan normal sekolah dengan normal

Pola kognitif perseptual Ibu pasien mengatakan, Ibu pasien mengatakan,


pasien mampu mengikuti pasien mampu mengikuti
anjuran perintah orang tua anjuran perintah orang tua

Pola istirahat tidur Ibu pasien mengatakan, Ibu pasien mengatakan,


pasien tidur dengan cukup 7- pasien tidur dengan cukup
8jam sehari dan tidur siang 7-8jam sehari dan tidur
siang

Pola konsep diri – persepsi diri Ibu pasien mengatakan, Ibu pasien mengatakan,
pasien susah bergaul dan pasien susah bergaul dan
percaya diri percaya diri

Pola peran dan hubungan Ibu pasien mengatakan, Ibu pasien mengatakan,
pasien mampu menjalani pasien mampu menjalani
peran sebagai anak dan peran sebagai anak dan
saudara saudara

Pola reproduksi/seksual Tidak dikaji Tidak dikaji

Pola pertahanan diri (koping Ibu pasien mengatakan, Ibu pasien mengatakan,
toleransi stress) pasien suka bermain apalagi pasien suka bermain apalagi
merasa jenuh merasa jenuh

Pola keyakinan dan nilai Tidak dikaji Tidak dikaji

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Compos Mentis

B. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


BB: 12kg
TB: 86cm
U: 27bulan
C. Pemeriksaan Wajah
Wajah simetris
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada oedema
Tidak anemis

D. Pemeriksaan Kepala Dan Leher


Kepala Leher
Tidak ada massa Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada jejas Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Tidak ada nyeri tekan pada kepala Tidak ada jejas

E. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan

Mata kanan dan kiri normal

F. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidup/tengorokan


1. Telinga 2. Tenggorokan
Tidak ada nyeri tekan Tidak ada tonsilitis
Tidak ada benjolan Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada serumen Tidak ada riwayat operasi tonsil
Terdapat benjolan kecil berwarna putih mutiara
3. Hidung
Lubang hidung simetris
Bersih dan terdapat bulu hidung

G. Pemeriksaan Thoraks/dada
Gerak dada simetris

Tidak ada ronky

Tidak ada wheezing

H. Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen normal
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada lesi
Terdapat suara bising usus

I. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang


Tidak ada nyeri punggung
Tidak ada kelainan tulang belakang

J. Pemeriksaan Kulit/Integument
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada lesi

K. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada lesi

L. Pemeriksaan Fungsi Neurologis

GCS : 4 2 6

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK MEDIK

1. Terapi :
A. Terapi wicara (terapi pidato dan bahasa)
B. Terapi okupasi latihan aktifitas mengerjakan sasaran yang terseleksi untuk
meningkatkan kemandiria individu
2. Edukasi
a. Motivasi keluarga untuk menstimulasi bahasa, bicara secara intensif
b. Secara teratur membawa anak untuk mengikuti terapi
c. Konseling

XI. TINDAKAN DAN TERAPI

1. TES BERA ( tes gangguan pendengaran dari gendang telinga)


2. TES ASSR ( tes gangguan pendengaran dari gendang telinga)

Perawat yang mengkaji

Linianti Alifah Kusumawati


ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS: Ibu pasien mengatakan anak Gangguan pendengaran Gangguan komunikasi


mengeluh susah untuk berbicara, verbal
dan bicara lambat
DO: Saat dipanggil anak tidak
merespon dan saat diajak bicara
anak hanya menggeleng, anak
mengalami keterlambaan
perkembangan sesuai usia
BB: 12kg
TB: 86cm
U: 27bulan
2 DS: Ibu pasien mengatakan anak Keterlambatan Isolasi sosial
hanya dapat mengucapkan perkembangan
beberapa kata dan saat dipamggil
susah merespon
DO: Saat dipanggil anak tidak
merespon dan saat diajak bicara
anak hanya menggeleng, dan susah
untuk bergaul dengan teman
seusianya
RUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Gangguan komunikasi verbal b.d Gangguan pendengaran d.d susah untuk berbicara, dan
bicara lambat
2. Isolasi sosial b.d keterlambatan perkembangan d.d hanya dapat mengucapkan beberapa
kata, saat dipamggil susah merespon dan susah untuk bergaul dengan teman seusianya

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Gangguan komunikasi verbal b.d Gangguan pendengaran d.d susah untuk berbicara, dan
bicara lambat
PERENCANAAN

TT
N DIAGNOSIS
TUJUAN (NOC) RENCANA (NIC) RASIONAL NAMA
O KEPERAWATAN
JELAS

1 Gangguan Setelah dilakukannya -Buat komitmen -untuk membuat


komunikasi verbal tindakan keperawatan menjalani program keluarga
b.d Gangguan gangguan komunikasi pengobatan dengan komitmen
pendengaran d.d verbal 1x24jam baik mejalani
susah untuk diharapkan dengan pengobatan
-Buat jadwal
berbicara, dan kriteria hasil: sesuai yang
pendampingan
bicara lambat dianjurkan oleh
- kemampuan bicara keluarga untuk
dokter/pelayanan
meningkat bergantian menemani
kesehatan
pasien selaa menjalar
- afasia menurun
program pengobatan, -untuk
- disfasia menurun jika perlu menjadwalkan
secara rutin
- respons perilaku -Informasikan
pengobatan agar
membaik program pengobatan
mendapatkan
yang harus dijalani
(SLKI. L13118) hasil yang
-Anjurkan keluarga maksimal
untuk mendampingi
-pendampingan
dan merawat pasien
keluarga
selama menjalani
dianjurkan untuk
pengobatan
mempermudah
pengobatan
proses
(SIKI 1.12361) pengobatan
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)

NO HARI/TGL/JAM DX TINDAKAN TT
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
NAMA JELAS

1 Selasa, 05 Gangguan -Membuat komitmen menjalani


Oktober 2021 komunikasi verbal program pengobatan dengan
b.d Gangguan baik
Pukul 09.00 WIB
pendengaran d.d
-Membuat jadwal
susah untuk
pendampingan keluarga untuk
berbicara, dan
bergantian menemani pasien
bicara lambat
selaa menjalar program
pengobatan, jika perlu

-Menginformasikan program
pengobatan yang harus dijalani

-Menganjurkan keluarga untuk


mendampingi dan merawat
pasien selama menjalani
pengobatan pengobatan

(SIKI 1.12361)
EVALUASI

NO HARI/TGL/JA DX CATATAN EVALUASI TT


M KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
NAMA
(SOAP/SOAPIER) JELAS

1 Selasa, 05 Gangguan S: Ibu pasien mengatakan anak


Oktober 2021 komunikasi verbal sekarang mudah untuk
b.d Gangguan berbicara, dan tidak bicara
Pukul 10.00 WIB
pendengaran d.d lambat lagi setelah mengikuti
susah untuk pengobatan dan Tes
berbicara, dan
bicara lambat O: Anak tampak
memperhatikan apabila dajak
berbicara, dan menjawab
pertanyaan dengan tanggap

A: Masalah Keperawatan
Gangguan komunikasi verbal
teratasi

P: Kolaborasi dengan
pengobatan Tes Barra dan Tes
Assr

Anda mungkin juga menyukai