Anda di halaman 1dari 90

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan

darah diatas ambang batas normal. Menurut World Health Organization

(WHO) batas tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85

mmHg. Bila tekanan sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi.

Batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun (Adib, 2009).

Penyakit yang lebih dikenal sebagai tekanan darah tinggi ini merupakan

faktor risiko utama dari perkembangan penyakit jantung dan stroke. Penyakit

hipertensi juga disebut sebagai the silent killer karena tidak terdapat tanda-

tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Perkembangan hipertensi

berjalan secara perlahan tetapi secara potensial sangat berbahaya.

(Dalimartha, 2008)

Hipertensi yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan tidak

terkontrol akan menimbulkan komplikasi pada organ lain. Smeltzer dan Bare

(2008) mengatakan komplikasi yang terjadi pada hipertensi adalah stroke,

gagal ginjal, serangan jantung , dan infark miokard. Stroke 51% dan penyakit

jantung koroner 45% merupakan penyebab kematian tertinggi (Kemenkes RI,

2017)

WHO menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat

seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk pada 2025 mendatang,

diperkirakan 29% warga dunia terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara


2

ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan

negara maju hanya 35%, kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita

hipertensi, yaitu sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia

Tenggara 36%. Kawasan Asia Penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang

setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita

hipertensi. Sedangkan di Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari

total jumlah penduduk (Widiyani, 2013)

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi pada

penduduk umur ≥ 18 tahun di Indonesia sebesar 34,1% . angka ini meningkat

dibandingkan tahun 2013 dengan prevalensi hipertensi 25,8%. Adapun

proporsi riwayat minum obat dan alasan tidak minum obat pada penduduk

Hipertensi berdasarkan diagnosis dokter yaitu rutin minum obat 54,4%, tidak

rutin minum obat 32,3%, tidak meminum obat 13,3%. Alasan masyarakat

tidak rutin dan tidak meminum obat yaitu merasa sudah sehat 59,8%, tidak

rutin ke puskesmas 31,3%, minum obat tradisional 14,5%, sering lupa 11,5%,

tidak mampu beli obat rutin 8,1%, tidak tahan efek samping obat 4,5%, obat

tidak ada di fasilitas pelayanan kesehatan 2,0%, lainnya 12,5%.

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginyan di wilayah

kerjanya (Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014).

Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu 2018 menyebutkan hipertensi

merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan prevalensi dan
3

kematian tertinggi di kota Bengkulu. Jumlah kasus lama hipertensi Kota

Bengkulu sebanyak 15.311 orang dan kasus baru hipertensi sebanyak 6.052

orang sedangkan kematian akibat hipertensi sebanyak 97 jiwa. Data BPJS

2018 Rasio Peserta Prolanis yang rutin Berkunjung (RPPB) di 20 puskesmas

kota Bengkulu Tahun 2018 yaitu:

Tabel 1.1: Penderita Hipertensi dan RPPB Pada 20 Puskesmas Kota


Bengkulu Tahun 2018
Mendapat pelayanan RPPB
NO Puskesmas kesehatan (Okt-Des) Zona
Jumlah %
1 Basuki Rahmat 1323 60,95 Aman
2 Sukamerindu 1214 90,85 Aman
3 Kandang 942 89,25 Aman
4 Jalan Gedang 828 77,19 Aman
5 Jembatan Kecil 744 100 Aman
6 Sawah Lebar 611 72 Aman
7 Pasar Ikan 569 93,63 Aman
8 Sidomulyo 496 97,10 Aman
9 Anggut Atas 458 72,62 Aman
10 Penurunan 442 62,50 Aman
11 Kuala Lempuing 419 93,06 Aman
12 Beringin Raya 341 95,06 Aman
13 Padang Serai 337 83,95 Aman
14 Ratu Agung 323 69,70 Aman
15 Lingkar Timur 294 98,55 Aman
16 Linkar Barat 283 84 Aman
17 Bentiring 281 97,41 Aman
18 Kampung Bali 215 28,33 Tdk aman
19 Betungan 194 73,81 Aman
20 Nusa Indah 152 91,03 Aman
TOTAL 10.466
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dan BPJS (2018)
Dari Tabel 1.1 di atas, hipertensi terbanyak pada Puskesmas Basuki

Rahmat dengan total penderita yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak

1.323 orang, diikuti Puskesmas Sukamerindu dengan total penderita yang

mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 1.214 orang. Sedangkan untuk

RPPB Puskesmas Basuki Rahmat 60,95% dan RPPB Puskesmas


4

Sukamerindu 90,85%. Dari data peneliti mengambil Puskesmas Sukamerindu

sebagai lokasi penelitian.

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif

yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas

Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi

peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai

kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif

dan efisien. Tujuan kegiatan prolanis yaitu mendorong peserta penyandang

penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75%

peserta terdaftar yang berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

(FKTP) memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit

DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat

mencegah timbulnya komplikasi penyakit. Aktifitas dalam Prolanis meliputi

aktifitas konsultasi medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas klub dan

pemantauan status kesehatan ( Panduan Praktis Prolanis BPJS ).

Profil puskesmas Sukamerindu 2018 menyatakan hipertensi menduduki

urutan keempat dari 10 penyakit tertinggi yaitu ISPA, gastritis, febris,

hipertensi, rematik, capalgia, penyakit kulit, penyakit telinga, penyakit mata,

dan diabetes melitus.

Hasil observasi pada tanggal 5 April 2019 di Puskesmas Sukamerindu

yaitu kegiatan prolanis diikuti oleh 28 peserta yang terdiri dari 11 penderita

hipertensi, 12 penderita DM tipe II, dan 5 penderita hipertensi dan DM tipe II.

Wawancara awal dengan petugas prolanis Puskesmas Sukamerindu

menyatakan bahwa sosialisasi tentang prolanis rutin dilaksanakan tetapi


5

kesibukan masyarakat membuat masyarakat tidak dapat mengikuti kegiatan

prolanis. Kegiatan prolanis Puskesmas Sukamerindu dilaksanakan setiap hari

Jum’at pagi. Wawancara awal dengan tiga orang penderita hipertensi setelah

senam prolanis di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu mengenai

hipertensi, semuanya tidak mengetahui komplikasi hipertensi, waktu

meminum obat, usia terkena hipertensi, dan faktor penyebab hipertensi.

Selain meminum obat hipertensi dari puskesmas, penderita mengkonsumsi

obat tradisional seperti rebusan daun salam dan seduhan ketumbar yang

dipercaya dapat menurunkan tekanan darah. Maka dari hasil tersebut, kita

perlu memberi edukasi kepada penderita hipertensi (Prolanis Puskesmas

Sukamerindu, 2018).

Penelitian ini didukung oleh penelitian Wardani (2018) yang telah

membuktikan bahwa pengetahuan responden meningkat setelah melakukan

penyuluhan tentang pengetahuan hipertensi atau untuk mencegah penyakit

hipertensi. Peningkatan pengetahuan juga berdampak pada manajemen

hipertensi. Menurut Kemenkes RI (2014), manajemen hipertensi yang

dilakukan antara lain kombinasi obat-obat dan modifikasi gaya hidup, seperti

membatasi asupan garam, olahraga, istirahat, mengendalikan stres serta

menghindari makanan-makanan tertentu yang dapat memperparah tekanan

darah seseorang. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Ulfa (2017) tentang

pengaruh pendidikan kesehatan dengan media poster terhadap pengetahuan

manajemen hipertensi pada penderita hipertensi dengan hasil terdapat

perbedaan peningkatan rerata skor pengetahuan menajemen hipertensi yang

bermakna antara kelompok hipertensi dan kelompok kontrol.


6

Berdasarkan data dan uraian latar belakang di atas, yang menunjukkan

tingginya kasus hipertensi dan kurang pemahaman tentang hipertensi, bahaya

hipertensi, komplikasi dan pengobatannya. Sehingga diperlukannya edukasi

tentang hipertensi untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan

masyarakat hidup sehat. Peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “

Pengaruh Edukasi Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pengetahuan

dan Sikap Penderita Hipertensi Program Prolanis di Puskesmas

Sukamerindu Kota Bengkulu”. Peneliti ingin melihat bagaimana tingkat

pengetahuan dan sikap penderita hipertensi sebelum dan sesudah edukasi.

Selain itu, Peneliti juga akan menyampaikan penjelasan terkait hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini apakah ada perbedaan pengetahuan dan sikap peserta program

prolanis sebelum dan sesudah edukasi kesehatan tentang hipertensi di

puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan

program edukasi kesehatan tentang hipertensi khususnya peserta Prolanis di

Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu dengan metode penyuluhan

kesehatan dan media promosi kesahatan seperti leaflet dan slide sebagai

upaya peningkatan pengetahuan dan sikap penderita hipertensi peserta

prolanis di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.


7

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh pemberian edukasi kesehatan tentang hipertensi

terhadap tingkat pengetahuan dan sikap peserta program prolanis di

Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat pengetahuan peserta prolanis tentang hipertensi

sebelum pemberian edukasi kesehatan hipertensi

b. Diketahuinya sikap peserta prolanis tentang hipertensi sebelum

pemberian edukasi kesehatan hipertensi

c. Diketahuinya tingkat pengetahuan peserta prolanis tentang hipertensi

setelah pemberian edukasi kesehatan hipertensi

d. Diketahuinya sikap peserta prolanis tentang hipertensi setelah

pemberian edukasi kesehatan hipertensi

e. Diketahuinya perbedaan pengaruh edukasi kesehatan hipertensi

terhadap pengetahuan dan sikap peserta prolanis sebelum dan setelah

pemberian edukasi

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :


8

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaksanaan program

promosi kesehatan masyarakat.

b. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya

yang berhubungan dengan program promosi hipertensi kesehatan

masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang

pelaksanaan edukasi kesehatan hipertensi.

b. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi

sebagai bahan penelitian lanjutan yang lebih mendalam pada masa

yang akan dating

F. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian mencerminkan kemampuan mahasiswa untuk

menelusuri dan mengidentifikasi penelitian terdahulu yang relevan dengan

topic penelitiannya.Perbedaan dengan penelitian terdahulu dapat meliputi

populasi, rancangan penelitian, dan teknik analisis data.( Oktavia Nova. 2015)

Table 1.2: Keaslian Penelitian


Peneliti dan
No Hasil Persamaan Perbedaan
Judul
1 Pengaruh Terdapat perbedaan Variabel yang Variabel yang
Pendidikan peningkatan rerata skor diteiti diteliti manajemen
Kesehatan pengetahuan manajemen pengetahuan hipertensi, dan
dengan Media hipertensi yang bermakna penderita metode peneitian
Poster trhdap anatara kelompok hipertensi terdahulu
Pengetahuan intervensi dan kelompok menggunakam
9

Peneliti dan
No Hasil Persamaan Perbedaan
Judul
Manajemen kontrol. Pendidikan kuantitatif quasi
Hipertensi kesehatan menggunakan experimen dengan
Pada media poster lebih efektif desain pre test and
Penderita meningkatkan pengetahuan post test non
Hipertensi manajemen hipertensi equivalent control
(Ulya,Z., dibandingkan dengan tidak group.
Asep, I., & menggunkan poster.
Fajar, 2017)
2 Perbedaan Terdapat perbedaan Sama-sama Perbedaan dengan
pengetahuan, pengetahuan, sikap dan menggunakan penelitian
sikap dan perilaku ebelum dan variabel sebelumnya yaitu
perilaku sesudah pendidikan pengetahuan, lokasi penelitian
sebelum dan kesehatan pada sikap dan dan jenis
sesudah penderita hipertensi pendidikan pendidikan
pendidikan mengenai stroke di kesehatan serta kesehatannya.
kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas metode Penelitian
tentang stroke Pasar penelitian terdahulu
pada Ambon Kecamatan Teluk Quassy menggunakan
Penderita Betung Selatan Eksperimenal pendidikan
hipertensi di dengan design kesehatan tentang
puskesmas One group pre stroke sedangkan
pasar ambon test-post test penelitian yang
(Iqbal, Fuad akan diteliti dengan
Elka Putra, pendidikan
2017) kesehatan ttg HT.
Pengaruh Pengetahuan sebelum Sama-sama Lokasi penelitian,
Pendidikan diberikan penyuluhan menggunakan penelian terdahulu
Kesehatan kepada 15 responden desain one tidak meneliti sikap
Hipertensi termasuk kategori cukup group pre-test responden,
Terhadap (66,7%) setelah diberikan post-test design.
Pengetahuan penyuluhan meningkat Metode
Lansia Di menjadi baik (80%) ceramah. Serta
Posyandu sama-sama
Lansia variabel
3 Kelurahan pengetahuan
Manisrenggo
(Wardani,
Ratna et al.,
Journal of
Community
Engagement
in Health,
Vol 1, No 2,
2018)
4 Pengaruh Pengetahuan penderita Persamaan Perbedaan dengan
Pengetahuan hipertensi tentang dengan penelitian terdahulu
Dan Sikap hipertensi terhadap penelitian yang yaitu lokasi
Penderita keaktifan dalam kegiatan akan diteliti penelitian dan
Hipertensi Prolanis memiliki yaitu sama- variabel keaktifan
Tentang pengetahuan dengan sama dalam kegiatan
Hipertensi kategori baik sebesar 16 menggunakan prolanis.
Terhadap orang (21,3%), cukup variabel
Keaktifan sebesar 21 orang (28,0%) pengetahuan
Dalam dan kurang 38 orang dan sikap
Kegiatan (50,7%). Sikap penderita penderita
10

Peneliti dan
No Hasil Persamaan Perbedaan
Judul
Prolanis Di hipertensi yang paling hipertensi.
Puskesmas banyak berada pada Metode
Berastagi kategori baik yaitu dari 49 penelitain
Kabupaten orang (65,3%) dan buruk Quassy
Karo Tahun 26 orang (34,7%). Eksperimental
2017 dengan design
(Ginting, Jois Terdapat hubungan yang One group pre
Fransiska bermakna antara test-post test
2017) pengetahuan penderita
hipertensi tentang
hipertensi terhadap
keaktifan dalam kegiatan
Prolanis dengan p
value = 0,027
5 Pengetahuan, Tingkat pengetahuan dan Sama-sama Menggunakan
sikap dan sikap penderita hipertensi menggunakan metode penelitian
perilaku primer tentang hipertensi variabel deskriptif dengan
penerita di Rumah Sakit Immanuel pengetahuan rancangan cross
hipertensi Bandng cukup. Sedangkan dan sikap sectional dan
primer tingkat perilaku penderita tentang teknik pengambilan
terhadap hipertensi masih kurang. hipertensi. data dengan
hipertensi wawancara
(Kleib, Havez langsung. Sampel
2012) penelitian yaitu
pasien hipertensi di
rawat inap.
6 Hubungan Tingkat pengetahuan Sama- sama Berbeda lokasi
tingkat responden tentang menggunakan penelitian,
pengetahuan hipertensi berada pada variabel penelitian Fyince
dan sikap kategori baik yaitu 67,9%. pengetahuan menggunakan
pasien Sikap responden pada dan sikap pendekatan cross
hipertensi kategori cukup yaitu penderita sectional. Bukan
dengan upaya 53,6%. Upaya pengen- hipertensi penelitian pretest
pengendalian dalian hipertensi pada post test. teknik
hipertensi di kategori cukup yaitu sampel dengan
UPTD 64,3%. Dukungan keluarga Simple Random
Puskesmas dan tenaga kesehatan Sampling.
kecamatan dalamkategori baik yaitu
Gunungsiroli 58,9%
Selatan kota
Gunungsitoli
tahun 2017
(Daeli, Fynce
Sonifati
2017)
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Edukasi Kesehatan

1. Definisi Edukasi Kesehatan

Perubahan perilaku kesehatan melalui cara edukasi atau pendidikan

diawali dengan cara pemberian informasi-informasi kesehatan. Dengan

memberi informasi tentang cara-cara hidup sehat, cara pemeliharaan

kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut

(Notoadmodjo, 2018).

Istilah edukasi atau pendidikan kesehatan telah dirumuskan oleh

banyak ahli pendidikan kesehatan dalam berbagai pengertian dan ditinjau

dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan Departemen Kesehatan bahwa

edukasi kesehatan (pendidikan kesehatan) adalah gabungan berbagai

kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok atau masyarakat

secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan

melakukan apa yang bisa dilakukan secara perorangan maupun secara

kelompok dan meminta pertolongan bila perlu (Indriyani, 2015).

WHO (1954) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan

upaya kesehatan yang bertujuan menjadikan kesehatan sesuatu yang

bernilai di masyarakat; menolong individu agar mampu secara mandiri


12

atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup

sehat; mendorong dan mengembangkan secara tepat pelayanan kesehatan

yang ada. Menurut Join Commnusion And Health Education

Terminologi, USA 1973 pendidikan kesehatatan merupakan proses

pembelajaran terencana yang melibatkan unsur-unsur sosial, intelektual

dan psikologikal sehingga mempengaruhi status kesehatan individu,

kelompok maupun masyarakat pada perbaikan status kesehatan yang

optimal. Sedangkan menurut Steuart 1968 pendidikan kesehatan adalah

komponen dari program kesehatan dan program kedokteran yang

terencana guna menimbulkan perubahan perilaku individu, kelompok,

dan masyarakat dengan melakukan upaya promotif dan preventif tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. (Ali, 2010).

Menurut Fitriani (2011) unsur-unsur pendidikan terdiri dari :

a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok dan

masyarakat), pendidik (pelaku pendidikan)

b. Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain, serta

c. Output adalah melakukan apa yang diharap atau perubahan perilaku

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.

2. Prinsip Edukasi Kesehatan

Menurut Ali (2010) dalam pelaksanaan edukasi kesehatan ada

beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan :


13

a. Edukasi kesehatan bukan hal pelayanan di kelas saja tapi merupakan

kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja dapat dilakukan

pendidikan kesehatan sepanjang ia dapat mempengaruhi

pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan

b. Edukasi kesehatan pada hakikatnya tidak dapat dipaksakan oleh

seseorang kepada orang lain, akan tetapi individu, kelompok atau

masyarakat itulah yang akan mengubah kebiasaan dan tingkah

lakunya dalam hal kesehatan dengan sukarela.

c. Pendidik hanya berperan untuk menciptakan suasana agar individu,

kelompok atau masyarakat mengubah sikap dan tingkah lakunya.

d. Edukasi kesehatan dkatakan berhasil jika yang di didik sudah

berubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan.

3. Ruang Lingkup Edukasi Kesehatan

Menurut Fitriani (2011), ruang lingkup edukasi kesehatan dapat

dilihat dari berbagai dimensi sebagai berikut :

a. Dimensi sasaran

1) Edukasi kesehatan individual dengan sasaran individu

2) Edukasi kesehatan kelompok denga sasaran kelompok

3) Edukasi kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas

b. Dimensi tempat pelaksanaan

1) Edukasi kesehatan di sekolah dengan sasaran murid


14

2) Edukasi kesehatan di Rumah sakit atau Puskesmas dengan

sasaran pasien dan keluarga pasien

3) Edukasi kesehatan di tempat kerja dengan sasaran karyawan

atau buruh yang bersangkuan

c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, edukasi kesehatan dilakukan

berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari Leavel dan Clark

1) Promosi kesehatan

2) Perlindungan khusus, contohnya imunisasi

3) Diagnosis dini dan pengobatan segera

4) Pembatasan kecacatan

5) Rehabilitasi

4. Tujuan Edukasi Kesehatan

Edukasi kesehatan masyarakat bertujuan meningkatkan pengetahuan,

kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan

aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Menurut Ali (2010) Tujuan

edukasi dapat diperinci menjadi :

a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat

b. Menolong indvidu agar mampu secara mandiri/berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan sarana pelayanan

kesehatan secara tepat


15

d. Agar klien mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan

bagaimana caranya tanpa meminta pertolongan kepada sarana

pelayanan kesehatan formal.

e. Agar terciptanya suasana yang kondusif dimana individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat mengubah sikap dan tingkah lakunya.

5. Metode

Fitriani (2011) menyatakan bahwa Metode diartikan sebagai cara

atau pendekatan tertentu untuk sasaran kelompok maka metodenya harus

berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Ada 3 macam

metode edukasi kesehatan, yaitu :

a. Metode edukasi massa

Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan

kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Berikut ini ada

beberapa contoh metode untuk pendekat an massa, yaitu :

1) Ceramah umum.

2) Pidato/diskusi tentang kesehatan dapat dilakukan melalui media

elektronik, baik televisi maupun radio.

3) Simulasi contohnya seperti dialog antara pasien dengan perawat.

b. Metode edukasi individual

Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku baru, atau

membina seseorang Bentuk pendekatan ini, antara lain:

1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling), yaitu :

a) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif


16

b) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan

dibantu penyelesaiannya

c) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan

berdasarkan kesadarannya, penuh pengertian akan

mengubah perilaku

2) Interview (wawancara).

a) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan

b) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan

c. Metode edukasi kelompok

Ada beberapa macam metode kelompok tersebut, yaitu:

1) Kelompok besar

Apabila peserta lebih dari 15 orang. Menggunakan 2 metode

untuk kelompok besar, bisa menggunakan ceramah ataupun

seminar. Untuk metode ceramah cocok untuk masyarakat

berpendidikan tinggi maupun rendah. Metode seminar adalah

suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli

tentang suatu topik yang dianggap penting dan masih hangat di

masyarakat. Seminar digunakan pada kelompok pendidikan

menengah keatas.

2) Kelompok kecil

Apabila peserta kurang dari 15 orang.Terdapat beberapa metode

khusus kelompok kecil seperti:


17

a) Diskusi Kelompok dibuat sedemikian rupa sehingga saling

berhadapan. Penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada

kesan lebih tinggi ,

b) Curah Pendapat (Brain storming) adalah suatu bentuk

diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat,

informasi, pengetahuan dan pengalaman dari semua peserta

c) Bermain Peran (role play) beberapa anggota kelompok

ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk

memainkan peranan tersebut.

d) Bola Salju (snow balling). Tiap orang dibagi berpasang-

pasang kemudian dilontarkan suatu pertanyaan/masalah

kemudian mereka mendiskusikannya dan mencari

kesimpulannya

e) permainan simulasi (simulation game) merupakan

gambaran role play dan diskusi kelompok, cara

memainkannya pesis monopoli dengan menggunakan dadu,

gaco dan papan main. Beberapa berperan sebagai pemain

dan sebagian lain sebagai narasumber.

f) Kelompok kecil-kecil (buzz group)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

ceramah. Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya

searah yaitu dari penceramah kepada hadirin. Metode ceramah

merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama

dijalankan dalam usaha menularkan pengetahuan secara lisan.


18

Penceramah biasanya dipilih orang yang dianggap ahli. Notoatmodjo

(2007) mengatakan bahwa metode ceramah baik untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi maupun rendah. Menurut Mantra (2003) edukasi

kesehatan dengan metode ceramah merupakan suatu proses belajar

(learning process) untuk mengembangkan pengertian yang benar dan

sikap yang positif terhadap kesehatan

6. Media

Media edukasi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu

pendidikan. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

menyalukan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan dan kemauan

audience sehingga dapa mendorong terciptanya proses belajar pada diri

audience. (Kholid, 2014)

Menurut Notoadmodjo (2018), tujuan dibuatnya media edukasi yaitu

media dapat mempermudah penyampaian informasi, media dapat

menghindari kesalahan persepsi, dapat memperjelas informasi,

mengurangi komunikasi yang verbalistik, dapat menampilkan objek yang

tidak bisa ditangkap mata, memperlancar komunikasi dan lain-lain.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan, media

ini dibagi menjadi 3 yaitu: cetak, elektronik, media papan (bill board).

a. Media cetak adalah media statis yang mengutamakan pesan-pesan

visual. Umumnya media cetak terdiri dari gambaran sejumlah kata,

atau gambar dalam tata warna. Adapun macam-macamnya :


19

1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik

tulisan maupun gambar.

2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa

gambar/tulisan atau keduanya. c. Flyer (selebaran) ; seperti

leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

3) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam

bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap

lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi

kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar

tersebut.

4) Rubrik/tulisan tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan.

5) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi

kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di

tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.

6) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

b. Media elektronik yaitu media bergerak dan dinamis. Dapat dilihat

dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu

elektronika. Adapun macam-macam media elektronik :

1) Televisi: dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum

diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas

cermat, dll.
20

2) Radio: bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio,

ceramah, radio spot, dll.

3) Video Compact Disc (VCD)

4) Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan/informasi kesehatan.

5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

kesehatan.

c. Media papan (bill board).

Papan/ bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat

digunakan sebagai media informasi kesehatan berisikan pesan-pesan

atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga

mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang

ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi) (Notoatmodjo,2003).

Media dalam penelitian ini yaitu media slide dan leaflet. Dimana

didalamnya berisi informasi seputar hipertensi mulai dari pengertian

hipertensi, tanda dan gejala, faktor resiko, pencegahan hingga

pengobatan hipertensi. Kelebihan media leaflet yaitu mencakup banyak

orang, tidak perlu listrik, biaya tidak tinggi, dapat mengungkit rasa

keindahan, dapat dibawa kemana-mana, mempermudah pemahaman,

meningkatkan gairah belajar, lebih menarik dan mudah diingat.

Kelebihan media ini diharapkan mampu menumbuhkan ketertarikan dan

minat dalam mengikuti penyuluhan sehingga tujuan dalam penyuluhan

dapat tercapai (Notoadmodjo,2010).


21

B. Perilaku Kesehatan

Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 memberikan batasan:

kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial

dan ekonomi. Sedangkan menurut WHO mengatakan bahwa kesehatan adalah

keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas

dari penyakit dan cacat.

Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental,

spiritual, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti

mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum

memasuki usia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja

(pensiun) atau usila (usia lanjut) berlaku produktif secara sosial, yakni

mempunyai kegiatan.

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang

mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan,

minuman dan pelayanan kesehatan serta lingkungan (Notoatmodjo,2018).

Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsangan (stimulus) dan

respon (Skinner, dalam Notoadmojo 2005). Menurut Benyamin Bloom 1908,

Perilaku tersebut dibagi lagi dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap dan

psikomotor dari tindakan (keterampilan). Perubahan perilaku dalam diri

seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Menurut Notoadmodjo (2003)


22

dalam Kholid (2014), proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling

berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output)

Gambar 2.1. Alur Perubahan Perilaku


Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Perubahan perilaku

Sumber : Benyamin Bloom dalam Ahmad Kholid, 2014

C. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behaviour) (Notoatmodjo,2018).

2. Tingkat Pengetahuan
23

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know); diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, mengingat kembali (recall) sesuatu yang

spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima.

b. Memahami (comprehension); diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication); diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis); adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis); menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation); ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan


24

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan sepanjang sejarah dapat

dikelompokkan menjadi 2 (dua), berdasarkan cara yang telah digunakan

untuk memperoleh kebenaran, yaitu:

a. Cara Tradisional

1) Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai oleh

sebelum adanya kebudayaan dan bahkan mungkin sebelum

adanya peradaban yang dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan yang lain sampai masalah dapat dipecahkan.

2) Cara Kekuasaan atau Otoriter. Sumber pengetahuan cara ini dapat

berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun nonformal,

ahli agama, pemegang pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain

menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang punya

otoriter, tanpa terlebih dahulu membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan empiris maupun berdasarkan masa lalu.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi. Pengalaman pribadi dapat

digunakan sebagai usaha untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam pemecahan permasalahan yang dihadapkan pada

masa lalu.

4) Melalui Jalan Pikiran. Dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikiran, baik

melalui induksi maupun deduksi. Apabila proses pembutan

kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada


25

umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan

kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang

khusus.

b. Cara Modern

Cara ini disebut “Metode Penelitian Ilmiah” atau lebih populer

disebut Metode Penelitian. Cara ini lebih sistematis, logis dan

ilmiah.

4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri

bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula

mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang

dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya,jika seseorng

memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat

perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi

dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan kepadanya.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.
26

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan

aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan

fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran,

perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri

baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada

aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi

semakin matang dan dewasa.

d. Minat

Minat sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang tingi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal, sehingga seseorng memperoleh pengetahuan

yang lebih mendalam.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorng

dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung

berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika

pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu

menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam

emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat

membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

f. Kebudayaan Lingkungan Sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi

atau sikap seseorang.Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan


27

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan

sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga

perilaku hidup sehat, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya

mempunyai sikap selalu menjaga perilakunya.

g. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

5. Cara mengukur pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), indikator-indikator apa yang dapat

digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran

terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi pengetahuan tentang

sakit dan penyakit, pengetahuan tentang cara pemeliharaan dan cara

hidup sehari-hari dan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.

Menurut Notoadmodjo (2018), Untuk penelitian kuantitatif pada

umumnya mencari jawaban atas fenomena yang menyangkut berapa

banyak, berapa sering, berapa lama, dan sebagainya. Maka biasanya

menggunakan metode wawancara dan angket (self administered) :

a. Wawancara tertutup atau terbuka, dengan menggunakan instrumen

kuesioner. Wawancara tertutup adalah wawancara dimana jawaban

responden atas pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi

jawaban, responden tinggal memilih jawaban yang mereka anggap

paling benar dan tepat. Sedangkan wawancara terbuka dimana

pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka, responden boleh


28

menjawab apa saja sesuai dengan pendapat atau pengetahuan

responden sendiri.

b. Angket tertutup atau terbuka. Sama halnya wawancara, angket juga

dalam bentuk terbuka dan tertutup. Instrumennya seperti

wawancara, hanya jawaban responden disampaikan lewat tulisan.

Metoda pengukuran melalui angket ini disebut self administered

atau metode mengisi sendiri

D. Sikap

1. Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli

psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, atau reaksi

tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek (Notoadmodjo, 2018).

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2013), menjelaskan

bahwa sikap mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu :


29

 Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat/pemikiran seseorang

terhadap objek.

 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Artinya

bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek.

 Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya sikap

adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

2. Tingkatan Sikap

Notoadmodjo (2018) mengatakahn bahwa sikap terdiri dari beberapa

tingkatan, yakni :

a. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi

dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap

ceramah- ceramah tentang gizi.

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau


30

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang

ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan

sebagainya) untuk pergi menumbangkan anaknya ke posyandu atau

mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut

telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Betanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorng

ibu yang mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tentangan

dari mertua atau orang tuanya sendiri.

3. Pengukuran Sikap

Menurut Notoadmodjo (2018), pengukuran sikap dalam penelitian

kuantitatif dapat dilakukan dengan cara seperti pengukuran pengetahuan,

yakni :

a. Wawancara

Metode mengukur sikap wawancara sama dengan wawancara

mengukur pengetahuan. Bedanya pada substansi pertanyaannya saja.

Jika pada pengukuran pengetahuan pertanyaan menggali jawaban


31

apa yang dketahuai responden, tetapi pada pengukuran sikap

pertanyaannya menggali pendapat atau penilaian responden.

b. Angket

Demikian juga pengukuran sikap dengan metode angket, juga

menggali pendapat atau penilaian responden terhadap objek

kesehatan melalui pertanyaan dan jawaban tertulis.

E. Penyakit Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam

keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang

berlangsung dalam waktu jangka lama (persisten) dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung koroner, dan otak

(menyebabkan stoke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat

pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan

darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu,

partisipasi semua pihak baik dokter dari berbagai bidang peminatan

hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar

hipertensi dapat dikendalikan (Kemenkes RI, 2013).

Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah antara

120/80 mmHg dan 139/89 mmHg diebut pra-hipertensi dan tekanan darah
32

lebih dari 140/90 mmHg sudah dianggap tinggi dan disebut hpertensi.

Angka yang diawal merupakan tekanan darah sistolik yang berhubungan

dengan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi dan

memompa darah maju kedalam pembuluh darah yang ada. Sedangkan

angka selanjutnya adalah tekanan diastolik yang mewakili tekanan didalam

pembuluh darah ketika jantung dalam kondisi istirahat (relax) setelah

kontraksi. Tekanan diastolik mencerminkan tekanan paling rendah yang

ada pada pembuluh darah (Susilo, 2011).

Penyakit yang lebih dikenal sebagai tekanan darah tinggi ini merupakan

faktor utama dari perkembangan penyakit jantung dan stoke. Penyakit

hipertensi juga disebut sebagai “ the silent diseases ” karena tidak terdapat

tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Perkembangan

hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat

berbahaya (Dalimartha, 2008)

2. Patofisiologi

Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh

darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah.

Kekakuan pembuluh darah diserta dengan penyempitan dan kemungkinan

pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah peripher.

Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung

bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya

pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan

darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2007).

3. Gejala Klinis Hipertensi


33

Meningkatnya tekanan darah sering kali merupakan satu-satunya gejala

pada hipertensi esensial. Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan,

pusing atau migren sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi.

Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul

gejala setelah terjadi komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal,

mata, otak dan jantung (Dalimartha, 2008).

4. Teknik pengukuran tekanan darah

Tekanan darah biasanya diukur dengan alat yang disebut

Sphygmomanometer atau biasa dikenal tensimeter. Sphygmomanometer

terdiri dari sebuah pompa, sebuah pengukur tekanan dan seuah manset dari

karet. Alat ini mengukur tekanan darah dalam unit yang disebut milimeter

air raksa (mmHg). Manset ditaruh mengelilingi lengan atas dan dipompa

dengan sebuah pompa udara sampai dengan tekanan yang menghalangi

aliran darah di pembuluh darah utama (brachial artery) yang berjalan

melalui lengan. Lengan kemudian diletakkan disamping badan pada posisi

lebih tinggi dari jantung dan tekanan dari manset pada lengan dilepaskan

secara berangsur-angsur (Susilo, 2011).

Menurut Susilo (2011), ketika tekanan didalam manset berkurang,

seorang dokter mendengar dengan stetoskop melalui pembuluh darah pada

bagian depan dari sikut. Tekanan pada bagian dimana dokter mendengar

denyutan pertama kali dari pembuluh darah disebut tekanan sistolik (angka

yang di atas). Ketika tekanan maset berkurang lebih jauh, tekanan pada

denyutan akhirnya berhenti disebut tekanan diastolik (angka yang di

bawah)
34

Setiap negara mempunyai aturan yang berbeda-beda mengenai kriteria

seseorang untuk dapat disebut hipertensi. Namun, ada acuan umum yang

berlaku dimana-mana yang dapat dijadikan pedoman saat memeriksakan

diri unruk mengetahui tekanan darah. Perhatikan tabel klasifikasi

hipertensi berikut

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah


Klasifikasi tekanan Tekanan darah Tekanan darah
darah sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage I 140-159 90-99
Hipertensi stage II >160 >100
Sumber: JNC VII (2003)

Adapun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi :

a. Berdasarkan Penyebab

1) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensiel

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun

dikaitkan dengan kombinasi gaya hidup seperti kurang bergerak

(aktivitas tubuh) dan pola makan. Terjadi sekitar 90% penderita

hipertensi.

2) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensiel

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormon atau pemakaian

obat tertentu (pil KB).

b. Berdasarkan Bentuk Hipertensi

1) Hipertensi diastolik{diastolic hypertension}adalah peninggian

tekanan darah diastil saja


35

2) Hipertensi campuran adalah sistol dan diastol yang meninggi

3) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) adalah peninggian

tekanan darah sistol saja

c. Terdapat jenis hipertensi yang lain:

1) Hipertensi Pulmonal

Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah

pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak

nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar

penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang

ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan

gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan

pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada

perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun

sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival sampai

timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk

hipertensi pulmonal merujuk pada National Instituteof Health; bila

tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"

tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat

atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya

kelainan katup pada jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit

jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.

2) Hipertensi Pada Kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat

pada saat kehamilan, yaitu:


36

a) Pre-eklamsia-eklamsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang

diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan

darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air

kencingnya ). Preeklamsia adalah penyakit yang timbul dengan

tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul

karena kehamilan.

b) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum

ibu mengandung janin.

c) Pre-eklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan

gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.

d) Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada

yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan

pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada

juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain

sebagainya

Menurut Susilo (2011), meningkatnya tekanan darah di dalam

pembuluh darah bisa terjadi melalui beberapa cara sebaga berikut:

a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak

cairan pada setiap detiknya

b. Pembuluh darah besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku

sehingga tidak dapat mengambang saat jantung memompa darah

melalui pembuluh darah tersebut


37

c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi menyebabkan meningkatnya

tekanan darah.

5. Komplikasi Hipertensi

Susilo (2011) menyatakan apabila seseorang menderita hipertensi, maka

Dia juga akan mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya. Satu

gangguan pada organ tubuh manusia akan menyebabkan gangguan pada

bagian lainnya. Berikut penjelsannya:

a. Hipertensi merusak ginjal

Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat merusak ginjal.

Hipertensi adalah salah satu penyebab penyakit ginjal kronis.

Hipertensi membuat ginjal harus bekerja lebih keras. Akibatnya ses-

sel ginjal akan lebih cepat rusak. Tes-tes darah dan air seni berguna

dalam mendeteksi kelainan-kelainan ginjal pada orang-orang dengan

hipertensi. Ingat bahwa kerusakan ginjal dapat sebagai penyebab atau

akibat hipertensi. Mengukur serum kreatinin (serum keratin) didalam

darah dapat menilai seberapa bagusnya fungsi ginjal. Suatu kadar

dalam serum kreatinin yang meningkat mengindikasikan kerusakan

pada ginjal. Kalau kerusakan ini terus menerus terjadi dan tidak

ditangani dengan benar, menyebabkan komplikasi yang lebih serius

hingga memicu kematian.

b. Hipertensi merusak kinerja otak


38

Penderita darah tinggi pada usia tengah baya umumnya akan

mengalami kehilanngan kemampuan kognitif-memori, kurang

konsentrasi, kehilangan daya sehat pertimbangan 25 tahun kemudian.

Ini artinya di usia lanjutnya akan mengalami pengurangan kapasitas

untuk berfungsi secara normal.

Kinerja otak juga bisa terganggu dari adanya hipertensi yang

disebabkan oleh adanya pembentukan lepuh kecil pada pemuluh darah

di otak (neurisma) yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya

stoke dan gagal jantung karena terjadinya penyempitan dan

pengerasan pembuluh-pembuluh darah yang ada di jantung. Selain itu

juga menyebabkan gagal ginjal karena adanya pengerasan pembuluh

darah yang menuju ginjal.

c. Hipertensi merusak kinerja jantung

Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung

seseorang bekerja ekstra keras. Pada akhirnya, kondisi ini berakibat

terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, gunjal, otak dan

mata. Jantung yang bertugas mendistribusikan darah ke seluruh tubuh

tidak bisa lagi menjalankan fungsinya. Hipertensi sering menjadi

penyebab terjadinya serangan jantung.

d. Hipertensi menyebabkan kerusakan mata

Adanya gangguan dalam tekanan darah akan menyebabkan

perubahan-perubahan dalam retina pada belakang mata. Pemerikasaan

mata pada pasien dengan hipertensi berat dapat mengungkapkan

kerusakan, penyempitan pembuluh darah kecil, kebocoran darah kecil


39

(hemorhage) pada retina, dan menyebabkan terjadinya pembengkakan

saraf mata. Dari jumlah kerusakan, dokter dapat mengukur keparahan

dari hipertensi. Setelah itu, akan dilakukan tindakan-tindakan lanjutan

untuk menangani hipertensi tersebut.

e. Hipertensi menyebabkan resistensi pembuluh darah

Peningkatan resistensi ini menyebabkan otot jantung bekerja lebih

keras untuk memompa darah melalui pembuluh-pembuluh darah.

Peningkatan beban kerja ini dapat menegangkan jantung yang dapat

menjurus pada kelainan jantung yang umumnya pertama kali terlihat

sebagai pembesaran otot jantung.

Pembesarann jantung adalah pertanda dari gagal jantung, penyakit

jantung koroner, kelainan irama jantung (carrdiac arrhythmias)

f. Hipertensi menyebabkan stroke

Hipertensi yang tidak terkontol dapat menyebabkan stroke yang

menjurus pada kerusakan otak atau saraf. Stoke umumnya disebabkan

oleh Hemorrhage ( kebocoran darah / leaking blood ) atau suatu

gumpalan darah (trombosit) dari pembuluh-pembuluh darah yang

mensuplai darah ke otak.

6. Penyebab Hipertensi

Adapun penyebab dari hipertensi menurut Dalimartha (2008) yaitu:

a. Stenosis arteri ginjal adalah suatu kondisi yang harus mendapat

perhatian khusus. Penyempitan arteri yang memasok darah ke ginjal


40

menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Keadaan ini dapat

diperbaiki dengan pembedahan atau dilastasi.

b. Gagal ginjal. Penderita gagal ginjal biasanya juga membutuhkan

perawatan tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang tinggi pada

penderita ini terutama disebabkan oleh kegagalan ginjal dalam

mengatur jumlah garam dan air dalam tubuh. Apabila penderita

menjalankan perawatan dialisis biasanya tekanan darahnya sudah

dapat dikendalikan. Namun, sebagian penderita masih tetap harus

minum obat untuk menjaga tetap normal.

c. Kelelahan non-adrenalin penyebab tekanan darah tinggi lainnya

adalah gangguan kelenjar adrenal. Penyebab ini jarang dijumpai.

Namun, bila ada kasus, termasuk gangguan yang dapat disembuhkan.

d. Sindrome cushing dan aldosteronisme Sindrome ini merupakan

suatu keadaan yang sangat jarang terjadi. Keadaan ini sebagai akibat

adanya tumor atau pertumbuhan yang berlebihan dari lapisan luar

kelenjar adrenal.

e. Alkohol. Pada beberapa keadaan, hipertensi tampaknya dikaitkan

dengan konsumsi alkohol berlebihan dan hipertensi cenderung turun

bila konsumsi alkohol dihentikan atau dibatasi. Adanya konsumsi

alkohol yang berlebihan kadang-kadang diketahui setelah pemeriksaan

darah rutin.

f. Stress Mungkin hanya sedikit orang yang tidak segera

menghubungkan hipertensi dengan stres. Namun peranan stres sebagai

faktor penyebab hipertensi tidak diragukan lagi. Stres dapat


41

meningkatkan tekanan darah dalam jangka waktu pendek dengan cara

mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang biasanya

mengendalikan tekanan darah secara otomatis

Menurut Susilo (2011), penyebab hipertensi selain yang di atas yaitu :

g. Faktor genetik. Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai

resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada

individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

h. Umur. Kepekaam terhadap hipertensi akan meningkat seiring

bertambahnya umur. Indiidu yang berumur > 60 tahun, 50-60%

mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90

mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada

lansia.

i. Jenis kelamin. Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan

hormon yang berbeda demikian juga dkaitannya dengan hipertensi.

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi menderita hipertensi lebih

awal dibandingkan perempuan. Laki-laki mempunyi risiko yang lebih

besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskilar

j. Etnis. Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam

daripada berkulit putih. Belum diketahui penyebabnya, tetapi pada

orang berkulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan

sensitivitas terhadap vasopresin yang lebih besar.


42

k. Obesitas (Kegemukan). Obesitas merupakan saah satu faktor

penyebab timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah satunya

hipertensi.

l. Nutrisi. Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi

primer. Asupan garam tinggi menyebabkan pengeluaran berlebihan

dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung meningkatkan

tekanan darah.

m. Merokok. Penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok menjadi

salah satu faktor esiko hipertensi yang dapat dimodifikasi.

n. Narkoba. Mengkonsumsi narkoba jelas tidak sehat. Komponen zat

aditif dalam narkoba juga akan memicu peningkatan tekanan darah.

Sangatlah penting untuk menjalani pola hidup sehat agar terhindar

dari hipertensi.

o. Kafein. Kadungan kafein slain tidak baik pada tekanan darah dalam

jangka panjang, pada orang-orang tertentu juga menimbulkan efek

seperti tidak bisa tidur., jantung berdebar-debar, sesak napas, dan lain

lain. Maka bijaksanalah dengan kadar kafein yang kita konsumsi.

p. Kurang olahraga. Kondisi inilah yang memicu kolesterol tinggi dan

juga adanya tekanan darah yang terus menguat sehingga

memunculkan hipertensi.

q. Kolesterol tinggi. Kandungan lemak yang berlebuhan dalam darah

dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding darah. Hal ini

akan membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan

darahakan meningkat meningkat.


43

7. Pencegahan Hipertensi

Sebenarnya untuk melakukan pencegahan hipertensi, hampir sama

dengan pencegahan penyakit umum yaitu adanya pola makan sehat dan

pola hidup sehat.

a. Pola Makan Sehat

Ada beberapa patokan pola makan sehat yang dapat dijadikan

panduan bagi para penderita hipertensi. Berikut uraiannya:

1) Kurangi konsumsi garam sehari-hari

2) Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan

kalsium yang mampu mengurangi hipertensi.

3) Kurangi minuman beralkohol. Untuk laki-lakialkohol yang

diizinkana maksimal 30 ml perhari dan untuk perempuan 15 ml

perhari.

4) Makan sayur dan buah-buah berserat tinggi seperti sayur hijau,

pisang, tomat, wortel, melon dan jeruk

5) Kurangi makanan yang mengandung emak jenuh. Tingginya

kolesterol dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya plak-plak

yang menymat aliran darah sehingga tekanan darah makin tinggi.

6) Kendalikan diabetes bila telah menderta diabetes. Konsumsi

makanan sehat. Jangan menggunakan obat pengendali diabetes

yang memicu komplikasi penyakit lainnya. Jika menggunakan

obat tertentu hendaknya dengan pengawasan dokter.

7) Hindari konsumsi obat yang bisa meningkatkan tekanan darah.


44

8) Puasa secara rutin juga sangat baik untuk mengendalikan tekanan

darah.

9) Konsumsi minyak ikan yang mengandung asam lemak omega-3

dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan terutama bagi

mereka yang menderita diabetes.

b. Pola Hidup Sehat

1) lakukn pengukuran tekanan darah dan memerksa kesehatan secara

menyeluruh

2) Tidur yang cukup setiap hari, antara 6-8 jam. Kondisi tubuh yang

kurang istirahat akan menyebabkan tekanan darah naik dan

memicu terjadinya hipertensi

3) Perbanyak aktifitas fisik untuk mengurangi berat badan. Pilihlah

olahraga ringan seperti berjalan aki, bersepeda, lari santai,

berenang dan senam. Berdasarkan penelitian oleh Clinical and

Public Health Advisory from the national High Blood pressure

education program Amerika serikat bahwa penurunan berat badan

sebesar 4,4 kg dapat menurunkn tekanan darah sampai dengan 7,0

mmHg dan aerobik selama 30 menit dapat menurunkan tekanan

darah sanpai 4,05 mmHg.

4) Terapi antistres agar mengurangi stres dan mampu

mengendalikan emosi secara stabil

5) Berhenti merokok juga berperan untuk mengurangi hipertensi.


45

6) Mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga tiap ada persoalan

besar tidak langsung emosi tinggi dan stres yang memicu naiknya

tekanan darah

8. Pengobatan Hipertensi

a. Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional adalah pengobatan dengan menggunakan

bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita.berikut adalah bahan alami

yang terbukti ampuh untuk menobati hipertensi : mengkudu (Molinda

citrifolia. L), daun salam (Syzigium polyanthum) , rumput laut (Lamina

japonica), mentimun (Cucumis sativus), temu hitam (Curcuma

aeruginoa Roxb), bawang putih (Allium sativum. L), jantung pisang (

Musa paradisiaca), habatus sauda (jintan hitam), cincau, samilito,

tongkat ali, kumis kucing, atau daun sendok, lidah buaya, pegagan

serta sarang semut.

Untuk pengobatan alami ini dubutuhakn waktu dan kesabaran

untuk mendapatkan hasil yang optimal. Mengkonsumsi obat alami ini

juga dilakukan secara rutin sampai tampak adanya perubahan pada

tekanan darah kita. Walaupun perlu kesabaran dan ketelatenan tetapi

pengobatan tradisional ini relatif aman dan hampir tidak memiliki efek

samping negatif.

b. Pengobatan Modern

Pengobatan modern adalah pengobatan yang menggunkan obat-

obat kimia yang ditangani dan diawasi oleh dokter setelah pasien

penderita hipertensi menjalani serangkaian proses pemeriksaan.


46

Mengingat adanya efek samping dan indikasi-indikasi tertentu yang

hanya dimengerti oleh dokter. Berikut jenis obat kimia untuk penderita

hipertensi : diuretik tiazide, penghambat adrenergik, angiotensin

conterting, enzyme inhibitor (ACE inhibitor), angiotensin II blocker,

antagonis kalsium, vasobilator, diazoxide, nitropusside,labetalol,

nitroglycerin dan nifedipine.

Jangan pernah sekali-sekali menggunakan obat-obatan secara

bebas dan serampangan. Bukannya sembuh tetapi bisa menimbulkan

komplikasi yang serius. Efek samping yang mungkin ditimbulkan

adalah kelelahan dan pusing, batuk, sering BAK, retensi cairan,

disfungsi seksual, aritmia/ detak jantung tidak normal, reaksi alergi

F. Program Prolanis ( Program Penanggulangan Penyakit Kronis )

1. Pengertian

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta,

Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan

kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis

untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan

kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2014)

2. Tujuan

Tujuan program Prolanis ini yaitu mendorong peserta penyandang

penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75%

peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki


47

hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan

Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah

timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2014).

3. Sasaran

Pada kegiatan Prolanis, adapun yang menjadi sasaran program

kegiatan ini yaitu seluruh peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit

kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi).

4. Program

Kegiatan Prolanis mencakup 4 (empat) aktifitas yaitu:

a. Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati

bersama antara peserta dengan Fasilitas Kesehatan Pengelola.

b. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis adalah kegiatan untuk

meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan

penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta

meningkatkan status kesehatan bagi peserta prolanis.

c. Reminder melalui SMS Gateway adalah kegiatan untuk memotivasi

peserta untuk melakukan kunjungan rutin kepada fasilitas kesehatan

pengelola melalui pengingatajadwal konsultasi ke fasilitas kesehatan

pengelola tersebut.
48

d. Home Visit.adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah peserta

Prolanis untuk memberikan informasi/edukasi kesehatan diri dan

lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarga.

G. Kerangka Teori

Teori PRECEDE-PROCEED merupakan teori yang dikembangkan oleh

Lawrence Green (1980). Menurut Green, kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor perilaku (behavior cause)

dan non perilaku (non behavior cause). Selanjutnya faktor perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama yang dirangkum dalam akronim PRECEDE

(Predisposing, Enabling, and Reinforcing Cause in Educational Diagnosis

and Evaluation). PRECEDE adalah arahan dalam menganalisis atau diagnosis

dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan (promosi) kesehatan.

Precede merupakan fase diagnosis masalah. Sedangkan PROCEED (Policy,

Regulatory, Organizational Construct in Educational and Environmental

Development) merupakan arahan dalam perencanaan, implementasi dan

evaluasi pendidikan kesehatan (Notoadmodjo, 2018).

Green menyatakan bahwa PRECEDE dapat diuraikan menjadi 3 faktor

penentu perilaku :

1. Predisposing Factor ( Faktor Presisposisi)

Faktor predisposisi adalah faktor penyebab atau pencetus atau faktor

yang mempengaruhi yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan,

perasaan, nilai norma, kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki yang

mana berhubungan dengan motivasi seseorang atau kelompok terhadap


49

suatu perbuatan, faktor-faktor tersebut tergolong kedalam aspek

psikologis yang meliputi dimensi kognitif dan affektif.

Faktor demografi seperti status sosial, ekonomi, umur, jenis kelamin,

pendidikan dan keluarga juga dapat mempengaruhi sikap atau perilaku

seseorang. Namun faktor demografi ini tidak ada didalam daftar faktor

predisposisi karena faktor demografi tidak bisa dengan mudah dan secara

langsung dipengaruhi oleh program promosi kesehatan.

a. Pengetahuan atau Kesadaran

Meningkatnya pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan

perilaku seseorang atau organisasi. Tetapi pengetahuan berhubungan

positif terhadap sikap seseorang. Engetahuan diperlukan sebelum

kesadaran seseorang muncul, tapi tindakan belum tentu muncul

kecuali jika seseorang menerima rangsangan yang cukup kuat untuk

memicu motivasi dalam bertiindak. Perubahan dalam kesadaran atau

pengetahuan akan membawa perubahan pada area lain karena

keinginan manusia terhadap konsistensi. Pengetahuan baru,

tingginya kesadaran, meningkatnya pemahaman dan mengenali fakta

– fakta kedalam kepercayaan, nilai-nilai, sikap, keyakinan diri dapat

memungkinkan perubahan perilaku.

b. Kepercayaan

Kepercayaan adalah keyakinan terhadap fenomena atau objek yang

benar dan riil, keimanan, kepercayaan dan kebebasan adalah kata-

kata untuk mengekspesikan kepercayaan.


50

c. Nilai-nilai

Nilai-nilai adalah dasar dalam menjustifikasikan perbuatan

seseorang baik moral maupun etika, nilai-nilai yang dianut bisa

benar atau salah, dimensi baik dan buruk dapat dilihat dari perilaku

khusus.

d. Sikap

Mucchielli menjelaskan sikap sebagai kecendrungan dalam berfikir

atau perasaan tentang objek orang maupun situasi. Kirscht menilai

sikap sebagai kumpulan kepercayaan yang meliputi aspek evaluatif.

Oleh karena itu sikap dinilai positif atau negatif. Sikap berbeda

dengan nilai. Menurut Rokeach nilai lebih dalam posisinya dan tidak

terlalu berubah dibandingkan sikap dan kepercayaan.

2. Enabling Factor (Faktor Pemungkin)

Faktor pemungkin meliputi ketersediaan, ketercapaian, kemampuan

atau ketersediaan sumber-sumber komunitas dan pusat kesehatan. Selain

itu juga meliputi kondisi seseorang yang bertindak sebagai penghambat

aksi seperti contohnya ketersediaan transportasi yang mampu membuat

seorang ibu mau berpartisipasi dalam program kesehatan. Faktor

pemungkin juga meliputi sumber-sumber dan skill baru dimana

seseorang, organisasi atau komunitas perlu untuk melakukan perubahan

sikap dan aksi yang dibutuhkan untuk memodifikasi lingkungan

3. Reinforcing Factor (Faktor Penguat)

Faktor penguat adalah konsekuensi pembuatan yang menentukan

apakah si pelaku menerima umpan balik positif atau negatif dan


51

didukung secara sosial setelah hal tersebut terjadi. Faktor penguat

meliputi dukungan sosial, pengaruh pasangan, dan nasehat serta umpan

balik dari penyedia pusat pelayanan. Faktor penguat juga meliputi

konsekuensi fisik, contoh perasaan sehat atau sakit. Selain itu faktor

penguat meliputi konsekuensi perilaku merugikan atau hukuman yang

bisa mengarah kepada hilangnya perilaku positif

Faktor penguat memberikan manfaat sosial seperti pengakuan atau

pengharapan, manfaat fisik seperti kesenangan, rasa nyaman,

berkurangnya rasa sakit, manfaat ekonomi seperti penghargaan nyata dan

khayalan atau pengharagaan imajinasi seperti perbaikan penampilan,

harga diri atau kerjasama dengan seseorang yang diidolakan yang

mendemonstrasikan perilaku.

Gambar 2.2. Kerangka Teori

Faktor pemudah
(predisposing)
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Nilai
keyakinan
Perubahan
perilaku dan
gaya hidup

HEALTH
PROGRAM Faktor pemungkin
(enabling)
Educational Ketersediaan sumber daya
Strategy kesehatan
Keterjangkauan sumber
Policy Regulation daya kesehatan, komitmen
Organization masyarakat pemerintah dan
pengambil kebijakan untuk SEHAT
meningkatkan
keterampilan tenaga
kesehatan

Faktor penguat
(reinforcing)
Keluarga
Rekan kerja/kerabat Lingkungan
kesehatan )
Tokoh masyarakat
Pengambil kebijakan

52

Sumber : PRECEDE- PROCEED Model Teori Lawrence Green (1980)

H. Kerangka Konsep

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

VARIABEL VARIABEL DEPENDEN


INDEPENDEN Pengetahuan penderita hipertensi
Edukasi Kesehatan Sikap penderita hipertensi
Hipertensi

I. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Edukasi kesehatan hipertensi dapat

meningkatkan pengetahuan dan sikap penderita hipertensi.

1. Ada pengaruh edukasi kesehatan terhadap tingkat pengetahuan penderita

hipertensi di puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu

2. Ada pengaruh edukasi kesehatan terhadap sikap penderita hipertensi di

puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu


53

3. Ada perbedaan pengetahuan dan sikap penderita hipertensi sebelum dan

sesudah edukasi kesehatan hipertensi di puskesmas Sukamerindu Kota

Bengkulu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

penelitian Pre-Eksperiment dengan rancangan One Group Pre Test-Post Test

Design. Dalam desain penelitian ini, sampel akan diberi pre-test terlebih

dahulu, setelah itu diberi perlakuan yaitu edukasi kesehatan, dan setelah

perlakuan akan diberi post-test (Notoadmojo, 2005). Desain penelitian ini

sangat sesuai digunakan untuk evaluasi program pendidikan kesehatan

lainnya (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan dan sikap diukur sebelum dan

sesudah dilakukan edukasi kesehatan

Desain ini digambarkan seperti berikut:


54

Gambar 3.1 One Group Pre Test-Post Test Design

X
O1 treatmen yang O2
NILAI PRE-TEST diberikan NILAI POST-TEST
edukasi kesehatan

Sumber : Sugiyono (2014)

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sukamerindu Jalan Jawa

Kecamatan Sungai Serut, Kelurahan Sukamerindu Kota Bengkulu pada hari

Jum’at tanggal 5 Juli 2019.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh

peserta yang terdaftar dalam kegiatan Prolanis di Puskesmas Sukamerindu,

yaitu berjumlah 28 orang yang terdiri dari 11 penderita hipertensi, 12

penderita DM tipe II serta 5 penderita hipertensi DM tipe II.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono,2014). Teknik sampling dalam penelitian

menggunakan Nonprobability Sampling yaitu Sampling purposive.

Menurut Sugiyono (2014), purposive sampling adalah penentuan sampel


55

dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang diambil dari penelitian ini

yaitu penderita hipertensi dan hipertensi diabetes tipe 2 berjumlah 16

orang

a. Kriteria Sampel

1) Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian mewakili

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Hidayat,2010). Kriteria inklusi sampel penelitian adalah semua

penderita hipertensi dan hipertensi DM tipe 2 anggota prolanis

Puskesmas Sukamerindu yang berjumlah 16 orang

2) Kriteria eklusi merupakan kriteria subjek penelitian yang tidak

mewakli karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Hidayat, 2010)

a) Penderita hipertensi yang bukan anggota prolanis

b) Subjek di luar wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu

D. Definisi Operasional Variable

Tabel 3.1. Definisi Operasional

N Hasil
Variabel Definisi Alat ukur Kategori Skala
o ukur
Tindakan
penyuluhan Ceramah/
mengenai Penyuluhan
Edukasi
hipertensi, tanda, dengan
kesehatan
1 faktor risiko, media cetak Kategorik
(Variabel
komplikasi, yaitu slide
Independen)
pencegahan dan dan leaflet
pengobatan (responden)
hipertensi
2 Pengetahuan Penilaian Kuesioner Benar : 1 Numerik Nominal
(Variabel pengetahuan dengan Salah : 0
Dependen) masyarakat pertanyaan Baik
mengenai 10 soal ≥75% dr
hipertensi yang pengetahuan skor
meliputi tanda, Cukup
56

N Hasil
Variabel Definisi Alat ukur Kategori Skala
o ukur
faktor risiko,
komplikasi,
40-75%
pencegahan dan
Kurang
pengobatan
<40% dri
hipertensi. Yang
skor
dinilai sebelum
Arikunto
dan sesudah
(2006)
edukasi
kesehatan.
Setuju : 1
Tdk
setuju :
0
Respon tertutup
Sikap
penderita
Baik
hipertensi tentang
≥75% dr
hipertensi yang Kuesioner Nominal
Sikap skor
ditandai dengan dengan
3 (Variabel Sikap Numerik
setuju / tidak pernyataan Skala
Dependen) Cukup
setuju yang dinilai 10 poin Guttman
40-75%
sebelum dan
Sikap
sesudah eukasi
Kurang
kesehatan.
<40% dri
skor
Arikunto
(2006)

E. Prosedur Penelitian

Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu, prosedur yang

ditetapkan adalah sebagai berikut:

a. Mengurus izin penelitian kepada Univeritas Muhammadiyah Bengkulu

b. Mengurus izin penelitian kepada Kesatuan Bangsa dan Politik

(Kesbangpol) dan memperoleh surat rekomendasi

c. Mengurus izin penelitian Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu

d. Mengurus izin penelitian kepada Kepala Tata Usaha Puskesmas

Sukamerindu Kota Bengkulu

e. Konfirmasi dan lobi petugas prolanis yang bersangkutan


57

f. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila bersedia

menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani informed

consent

g. Peneliti memberi perlakuan edukasi kesehatan tentang hipertensi

h. Setelah edukasi, responden diminta untuk kembali mengisi kuesioner

dengan pertanyaan yang sama

i. Setelah lembar kuesioner terkumpul, peneliti melakukan pengolahan

data.

j. Terakhir dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner/ angket tertutup dengan

penderita hipertensi, hipertensi dan diabetes tipe 2 peserta Prolanis yang

telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini adalah laporan dan dokumentasi dari

Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu

G. Instrumen Penelitian

Untuk membuat data yang relevan dengan tujuan penelitian, maka

Peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data berupa lembar kuesioner.

Menurut Creswell (2012) Kuesioner (Angket) merupakan teknik


58

pengumpulan data dimana responden mengisi pertanyaan atau pernyataan

kemudian setelah diisi dengan lengkap mengembalikan kepada peneliti

(Sugiyono, 2014)

Untuk variabel dependen pengetahuan dan sikap responden tentang

hipertensi, peneliti menggunakan kuesioner tertutup. Masing-masing

responden mendapat 2 rangkap kuesioner pre-test dan post-test dengan

pertanyaan yang sama. Untuk kuesioner pre-test diisi sebelum diberikan

edukasi. Sedangkan kuesioner post-test diisi setelah diberikan edukasi.

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan pilihan ganda dengan skor

1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Kategori responden

yang memiliki pengetahuan Baik ≥ 75% dari skor, pengetahuan cukup 40-

75% dan pengetahuan kurang <40% dari skor (Arikunto, 2006). Kuesioner

sikap terdiri dari 10 pernyataan dengan skala Guttman setuju dan tidak setuju.

Untuk jawaban responden yang setuju memiliki skor 1 sedangkan tidak setuju

memiliki skor 0. Kategori responden yang memiliki sikap baik ≥ 75% dari

skor, sikap cukup 40-75% dan sikap kurang <40% dari skor (Arikunto,

2006).

Untuk variabel independen edukasi kesehatan dilakukan dengan metode

ceramah / penyuluhan tentang hipertensi menggunakan media slide dan

leaflet yang akan dibagikan kepada responden. KegIatan edukasi

dilaksanakan di ruang tunggu Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat
59

Untuk menjelaskan variabel independen yaitu edukasi kesehatan

tentang hipertensi dan variabel dependen yaitu pengetahuan dan sikap

penderita hipertensi yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan dideskripsikan.

2. Analisis Bivariat

Model analisis ini digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh

variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan aplikasi

SPSS uji beda dua mean dependen (Paired Sample T Test). Menurut

Hastono (2007). uji ini digunakan untuk membandingkan rata-rata dua

variabel dalam 1 grup. Pengujian terhadap satu sampel yang mendapatkan

treatmen kemudian dibandingkan rata-rata sebelum dan sesudah treatmen

dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05, dengan kriteria:

a. Hο ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat pengaruh antara edukasi

kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap penderita hipertensi.

b. Hο diterima jika p > α (0,05) maka tidak terdapat pengaruh antara

edukasi kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap penderita

hipertensi.
60

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

1. Lokasi Penelitian

Puskesmas Sukamerindu berada di Jalan Jawa Kecamatan Sungai

Serut, Kelurahan Sukamerindu, Kota Bengkulu. Puskesmas Sukamerindu

terletak di pinggir jalan raya tidak jauh dari kantor Kelurahan

Sukamerindu. Puskesmas ini memiliki batas-batas wilayah yaitu sebelah

Utara (Kelurahan Rawa Makmur), sebelah Selatan ( Kelurahan Belakang

Pondok), sebelah Barat (Kelurahan Kampung Bali), sebelah Timur

(Kelurahan Sawah Lebar). Wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu

meliputi 7 (tujuh) kelurahan yaitu Kelurahan Sukamerindu, Kelurahan

Tanjung Agung, Kelurahan Tanjung Jaya, Kelurahan Semarang,


61

Kelurahan Surabaya, Kelurahan Kampung Kelawi, dan Kelurahan Pasar

Bengkulu.

Luas wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu 17,22 Km2 dengan

jumlah penduduk 24.121 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki

sebanyak 11.728 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 12.393 jiwa.

Data terakhir dari Puskesmas Sukamerindu tahun 2018, penyakit

hipertensi berada di peringkat ketiga dari 10 penyakit terbesar.

2. Prolanis Puskesmas Sukamerindu

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta,

Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan

kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis

untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan

kesehatan yang efektif dan efisien.

Kegiatan prolanis Puskesmas Sukamerindu diikuti oleh 28 peserta

yang terdiri dari 11 penderita hipertensi, 12 penderita DM tipe II, dan 5

penderita hipertensi dan DM tipe II. Kegiatan prolanis di Puskesmas

Sukamerindu yaitu senam yang dilaksanakan setiap jumat dan sabtu pagi

jam 07.00 WIB dilanjutkan cek kesehatan serta edukasi kelompok peserta

prolanis yang dilaksanakan 2x sebulan.

B. Hasil Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden
62

Jumlah responden yang hadir sebanyak 16 orang dengan

karakteristik meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan dan pendidikan yang

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Jenis Kelamin di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
laki-laki 3 18,8
perempuan 13 81,3
Total 16 100,0
Sumber : kuesioner dan peserta prolanis Puskesmas Sukamerindu

Tabel 4.1 menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin dari 16 responden. Sebagian besar jenis

kelamin responden adalah perempuan yaitu 13 orang (81,3%) sedangkan

laki-laki hanya 3 orang (18,8%).

Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Umur di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Umur Frekuensi Persentase


lansia awal (40-60 th) 8 50,0
lansia akhir (>60 th) 8 50,0
Total 16 100,0
Sumber : kuesioner dan peserta prolanis Puskesmas Sukamerindu

Dari Tabel 4.2 umur responden yaitu lansia awal (40-60 tahun)

dengan total 8 orang (50 %) dan lansia akhir ( lebih dari 60 tahun)

sebanyak 8 orang (50 %).

Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Pekerjaan di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Pekerjaan Frekuensi Persentase


Formal (PNS) 2 12,5
Informal (IRT, Swasta, Pensiun) 14 87,5
Total 16 100,0
Sumber : kuesioner dan peserta prolanis Puskesmas Sukamerindu
63

Tabel 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik pekerjaan

responden. Jumlah Pekerja informal yaitu 14 orang (87,5%) dan yang

bekerja sebagai PNS hanya 2 orang (12,5%).

Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Pendidikan di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Pendidikan Frekuensi Persentase


SD 7 43,8
SMP 4 25,0
PT 5 31,3
Total 16 100,0
Pada Tabel 4.4 distribusi frekuensi karakteristik pendidikan,

responden yang berpendidikan SD 7 orang (43,8 %), SMP 4 orang (25

%) dan PT 5 orang (31,3 %).

2. Pengetahuan Responden

Dari hasil penelitian sampai dengan analisis data didapat distribusi

kategori pengetahuan dan sikap peserta prolanis sebelum dan setelah

diberikan edukasi kesehatan di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu

sebagai berikut :

Tabel 4.5: Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden


Sebelum Diberikan Edukasi Kesehatan Tentang Hipertensi (Pre Test
Pengetahuan) di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Pre Test Pengetahuan Frekuensi Persentase


Kurang (skor <40%) 3 18,8
cukup (skor 40-75%) 4 25,0
baik (skor >75%) 9 56,3
Sumber : kuesioner dan peserta prolanis Puskesmas Sukamerindu

Tabel 4.5 distribusi kategori pengetahuan responden tentang

hipertensi sebelum diberikan edukasi dengan hasil responden yang

memiliki pengetahuan kurang 3 orang (18,8 %), pengetahuan cukup 4

orang (25 %) dan pengetahuan yang baik 9 orang (56,3%).


64

Tabel 4.6: Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden Setelah


Diberikan Edukasi Kesehatan Tentang Hipertensi (Post Test
Pengetahuan) di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Post Test Pengetahuan Frekuensi Persentase


cukup (skor 40-75%) 3 18,8
baik (skor >75%) 13 81,3
Sumber : kuesioner dan peserta prolanis Puskesmas Sukamerindu

Tabel 4.6 distribusi kategori pengetahuan responden tentang

hipertensi setelah diberikan edukasi diketahui jumlah responden yang

berpengetahuan cukup 3 orang (18,8%) dan berpengetahuan baik 13

orang (81,3%).

3. Sikap Responden

Tabel 4.7: Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden Sebelum


Diberikan Edukasi Kesehatan Tentang Hipertensi (Pre Test Sikap) di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Pre Test Sikap Frekuensi Percentase


cukup (skor 40-75%) 6 37,5
baik (skor >75%) 10 62,5
Total 16 100,0
Sumber : kuesioner dan peserta prolanis Puskesmas Sukamerindu

Tabel 4.7 distribusi kategori sikap responden tentang hipertensi

sebelum diberikan edukasi, diketahui bahwa sebelum diberikan edukasi

kesehatan tentang hipertensi responden telah memiliki sikap yang cukup

6 orang (37,5%) dan sikap baik 10 orang (62,5%).

Tabel 4.8: Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden Setelah


Diberikan Edukasi Kesehatan Tentang Hipertensi (Post Test Sikap) di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019
Post Test Sikap Frekuensi Persentase
cukup (skor 40-75%) 1 6,3
baik (skor >75%) 15 93,8
65

Total 16 100,0
Sumber : kuesioner dan peserta prolanis Puskesmas Sukamerindu

Tabel 4.8 distribusi kategori sikap responden tentang hipertensi

setelah diberikan edukasi diketahui memiliki sikap baik 15 orang

(93,8%) dan sikap cukup 1 orang (6,3 %).

C. Hasil Analisis Bivariat

1. Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Responden

Tabel 4.9: Pengaruh Edukasi Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap


Pengetahuan Responden di Pueskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
Tahun 2019

Pengetahuan
Rata-rata SD SE P value N
responden
Pre test 6,88 2,029 0,507 0,000 16
Post test 8,94 1,181 0,295
Sumber : SPSS Paired Sample T-Test

Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-Test pada Tabel 4.9 di atas,

diketahui rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi

kesehatan tentang hipertensi sebesar 6,88 dengan standar deviasi 2,029.

Rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan edukasi kesehatan

tentang hipertensi menjadi 8,94 dengan standar deviasi 1,181. Hasil uji

statistik didapat nilai p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

yang artinya terdapat pengaruh antara edukasi kesehatan tentang


66

hipertensi terhadap pengetahuan penderita hipertensi program prolanis di

Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun 2019.

2. Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Sikap Responden

Tabel 4.10: Pengaruh Edukasi Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap


Sikap Responden di Pueskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun
2019
Pengetahuan
Rata-rata SD SE P value N
responden
Pre test 8,13 1,360 0,340 0,001 16
Post test 9,25 0,931 0,233
Sumber : SPSS Paired Sample T-Test

Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-Test pada Tabel 4.10 di atas,

diketahui rata-rata sikap responden sebelum diberikan edukasi kesehatan

tentang hipertensi sebesar 8,13 dengan standar deviasi 1,360. Rata-rata

sikap responden setelah diberikan edukasi kesehatan tentang hipertensi

menjadi 9,25 dengan standar deviasi 0,931. Hasil uji statistik didapat

nilai p = 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya

terdapat pengaruh antara edukasi kesehatan tentang hipertensi terhadap

sikap penderita hipertensi program prolanis di Puskesmas Sukamerindu

Kota Bengkulu tahun 2019.


67

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Dari hasil penelitian dan pengolahan data ditribusi frekuensi

responden, sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan

yaitu 13 orang (81,3%) sedangkan laki-laki hanya 3 orang (18,8%).

Menurut Susilo (2011) setiap jenis kelamin memiliki struktur organ

dan hormon yang berbeda. Demikian juga kaitannya dengan hipertensi.

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi menderita hipertensi lebih awal

dibandingkan perempuan. Laki-laki mempunyairesiko lebih besar

terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.


68

2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di


Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019
Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang diperoleh, umur

responden terdiri dari lansia awal (40-60 tahun) dengan total 8 orang (50

%) dan lansia akhir ( lebih dari 60 tahun) sebanyak 8 orang (50 %).

Menurut Mubarak (2012) dengan bertambahnya umur seseorang akan

mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek

pikologis, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.

Hasil wawancara peneliti terhadap 3 responden mengenai sikap tentang

pengobatan hipertensi, semua menjawab pengobatan hipertensi harus

dilakukan secara rutin agar tekanan darah tidak meningkat.

Umur juga menjadi salah satu faktor penyebab hipertensi. Menurut

Susilo (2011) kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring

bertambahnya umur. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi

pada lansia.

3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan


Responden di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019
Pada Tabel 4.3 sebagian besar responden sebagai pekerja informal

seperti Ibu Rumah Tangga, swasta, pensiunan serta ada yang tidak

bekerja lagi. Jumlah Pekerja informal yaitu 14 orang (87,5%) dan yang

bekerja sebagai PNS hanya 2 orang (12,5%). Responden dengan pekerja

informal disebabkan karena sudah tidak sanggup lagi bekerja dan faktor

usia.
69

Menurut Mubarak (2012) lingkungan pekerjaan dapat membuat

seseorang memperoleh pengetahuan dan pengalaman, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Responden di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Pada Tabel 4.4 responden yang berpendidikan SD 7 orang (43,8 %),

SMP 4 orang (25 %) dan PT 5 orang (31,3 %). Salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Menurut

Mubarak (2012) semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah

pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang

dimilikinya semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat

pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap

orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai- nilai yang baru

diperkenalkan kepadanya. Sejalan dengan pendapat Notoadmodjo (2011)

menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempengaruhi

persepsi seseorang dalam mengambil keputusan atau bertindak.

Sejalan dengan penelitian Sayed (2015) rendahnya tingkat

pengetahuan hipertensi berhubungan dengan usia lanjut, rendahnya

tingkat pendidikan, dan rendahnya pendapatan.

B. Pembahasan Analisis Univariat

1. Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Edukasi Kesehatan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya.


70

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behaviour) (Notoatmodjo,2018).

Tabel 4.5 distribusi kategori pengetahuan responden tentang

hipertensi sebelum diberikan edukasi dengan hasil responden yang

memiliki pengetahuan kurang 3 orang (18,8 %), pengetahuan cukup 4

orang (25 %) dan pengetahuan yang baik 9 orang (56,3%).

Tabel 4.6 distribusi kategori pengetahuan responden tentang

hipertensi setelah diberikan edukasi diketahui jumlah responden yang

berpengetahuan cukup 3 orang (18,8%) dan berpengetahuan baik 13

orang (81,3%).

Dari hasil pengolahan data, pengetahuan responden meningkat dapat

dilihat dari kategori dan frekuensi pengetahuan responden. Sebelum

diberi edukasi (Pre Test) masih terdapat responden yang memiliki

pengetahuan kurang tentang hipertensi mengenai hipertensi terutama

definisi hipertensi, tekanan darah yang dikatakan hipertensi, komplikasi

dan waktu minum obat. Setelah diberi edukasi (Post Test), tidak terdapat

responden yang memiliki pengetahuan kurang melainkan meningkat ke

pengetahuan yang cukup dan baik.

Dari 10 item pertanyaan mengenai pengetahuan hipertensi, berikut

penjelasannya : Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
71

lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima

menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Untuk pertanyaan nomor 1

definisi hipertensi pada pre test 7 responden (43,75%) menjawab benar

dan selebihnya menjawab hipertensi merupakan penyakit turunan. Pada

post test pengetahuan, responden yang menjawab benar 15 orang

(93,75%). Dari hasil ada peningkatan pengetahuan responden tentang

definisi hipertensi sebesar 50%.

Tekanan darah hipertensi yaitu ≥140/90 mmHg. Dari pertanyaan ini

pada pengukuran pre test 10 responden (62,5%) yang menjawab benar

dan post test meningkat menjadi 15 responden (93,75%) menjawab

benar. Sebelum diberikan edukasi, responden masih belum mengetahui

tekanan darah hipertensi yang sebenarnya. Yang mereka tahu setelah cek

tekanan darah, hanya diberitahu petugas bahwa tekanan darah mereka

tinggi dan dianjurkan kurangi konsumsi makanan asin. Dari hasil ada

peningkatan pengetahuan responden tentang ukuran hipertensi sebesar

31,25%.

Menurut Dalimartha (2008) dan Susilo (2011) penyebab hipertensi

yang dapat diubah yaitu stress, obesitas, kurang makan buah dan sayur,

konsumsi lemak dan garam berlebih, merokok, kurang olah raga,

narkoba, konsumsi alkohol, konsumsi kafein (kopi dan teh), serta tidak

teratur minum obat. Faktor penyebab hipertensi yang tidak dapat diubah

yaitu jenis kelamin, umur, faktor genetik/ keturunan dan etnis. Pada pre

test tentang penyebab hipertensi soal nomor 3, responden yang

menjawab benar 11 orang (68,75%) dan setelah edukasi responden yang


72

menjawab benar meningkat menjadi 15 orang (93,75%). Dari hasil ada

peningkatan pengetahuan responden tentang penyebab hipertensi sebesar

25%. Untuk soal nomor 4 mengenai penyebab hipertensi yang tidak

dapat diubah pre test yang menjawab benar sebanyak 9 responden

(56,25%). Hal ini dikarenakan masih ada responden yang beranggapan

bahwa stress merupakan penyebab hipertensi yang sulit dan tidak dapat

diubah. Sedangkan pada post test responden yang menjawab benar

meningkat menjadi 13 orang (81,25%). Ada peningkatan pengetahuan

responden tentang penyebab hipertensi yang tidak dapat diubah sebesar

25%.

Meningkatnya tekanan darah sering kali merupakan satu-satunya

gejala pada hipertensi esensial. Gejala-gejala seperti sakit kepala,

epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar

tidur, mimisan, pusing atau migren sering ditemukan sebagai gejala klinis

hipertensi. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala dan

baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ sasaran seperti

pada ginjal, mata, otak dan jantung (Dalimartha, 2008). Pada pre test

mengenai tanda dan gejala hipertensi, pengetahuan responden sudah baik

diandai dengan 15 responden (93,75 %) yang menjawab benar sedangkan

untuk post test meningkat menjadi 16 responden (100%) menjawab

benar. Dari hasil ada peningkatan pengetahuan responden tentang tanda

hipertensi sebesar 6,25%.

Meminum obat hipertensi haruslah secara teratur dan sesuai anjuran

dokter. Pada soal nomor 6 pre test responden yang menjawab benar
73

sebanyak 11 orang (68,75%). Beberapa responden beranggapan

meminum obat hipertensi hanya pada saat dirasakan adanya keluhan

seperti sakit kepala, berat di tengkuk dan saat tensi tinggi saja. Mereka

beranggapan bahwa meminum obat hipertensi menyebabkan

ketergantungan, ada juga responden yang mengatakan minum obat

hipertensi berakibat sering buang air kecil. Setelah edukasi, responden

yang menjawab benar meningkat menjadi 13 orang (81,25%). Dari hasil

ada peningkatan pengetahuan responden tentang waktu meminum obat

hipertensi sebesar 12,5%.

Menurut Susilo (2011) usia merupakan salah satu faktor risiko

hipertensi. Penyakit ini memang lebih banyak dijumpai pada orang-orang

yang sudah berusia lanjut. Namun belakangan ini, hipertensi tidak hanya

diderita oleh orang-orang lanjut usia. Segala umur ditemukan penderita

hipertensi bahkan pada bayi dan anak-anak. Pada pre test responden yang

menjawab benar pada opsi kurang dari 40 tahun sampai usia lanjut

sebanyak 7 orang (43,75%). Masih ada responden yang mengetahui

bahwa hipertensi hanya di derita oleh lansia saja 40-65 tahun. Setelah

diberikan edukasi, responden yang menjawab benar meningkat menjadi

13 orang (81,25%). Dari hasil ada peningkatan pengetahuan responden

tentang usia beresiko hipertensi sebesar 37,5%.

Susilo (2011) menyatakan apabila seseorang menderita hipertensi,

maka Dia juga akan mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya.

Satu gangguan pada organ tubuh manusia akan menyebabkan gangguan

pada bagian lainnya. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan


74

stroke yang menjurus pada kerusakan otak atau saraf. Adanya gangguan

dalam tekanan darah akan menyebabkan perubahan dalam retina mata,

hipertensi menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra keras

hipertensi sering menjadi penyebab terjadinya serangan jantung,

hipertensi membuat ginjal harus bekerja lebih keras akibatnya sel-sel

ginjal akan menjadi cepat rusak dan menjadi salah satu penyebab

penyakit ginjal kronis. Kuesioner nomor 8 mengenai komplikasi

hipertensi, pada pre test responden yang menjawab benar 14 orang

(87,5%). Masih terdapat responden yang beranggapan komplikasi

hipertensi menyebabkan kanker darah, kanker hati, tumor, kanker

payudara. Setelah diberikan edukasi, skor pada post test seluruh respoden

menjawab benar (100%). Dari hasil ada peningkatan pengetahuan

responden tentang komplikasi hipertensi sebesar 12,5%.

Untuk melakukan pencegahan hipertensi, hampir sama dengan

pencegahan penyakit umum yaitu adanya pola makan sehat dan pola

hidup sehat. Ada beberapa patokan pola makan sehat yang dapat

dijadikan panduan bagi para penderita hipertensi yaitu Kurangi konsumsi

garam sehari-hari; Konsumsi makanan yang mengandung kalium,

magnesium dan kalsium yang mampu mengurangi hipertensi; Kurangi

minuman beralkohol; Makan sayur dan buah-buah berserat tinggi;

Kurangi makanan yang mengandung lemak jenuh; Kendalikan diabetes

bila telah menderta diabetes; Hindari konsumsi obat yang bisa

meningkatkan tekanan darah; Puasa secara rutin juga sangat baik untuk

mengendalikan tekanan darah; Konsumsi minyak ikan yang mengandung


75

asam lemak omega-3 dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan

terutama bagi mereka yang menderita diabetes.

Patokan pola hidup sehat pencegahan hipertensi yaitu: lakukn

pengukuran tekanan darah dan memeriksaan kesehatan secara

menyeluruh; Tidur yang cukup setiap hari, antara 6-8 jam; Perbanyak

aktifitas fisik untuk mengurangi berat badan. Pilihlah olahraga ringan

seperti berjalan aki, bersepeda, lari santai, berenang dan senam; Terapi

antistress agar mengurangi stres dan mampu mengendalikan emosi secara

stabil; Berhenti merokok juga berperan untuk mengurangi hipertensi;

Mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga tiap ada persoalan besar tidak

langsung emosi tinggi dan stres yang memicu naiknya tekanan darah

Pada soal nomor 9 tentang cara mencegah hipertensi pre test

responden yang menjawab benar 13 orang (81,25%) setelah di edukasi

responden yang menjawab benar 11 orang (68,75). Dari hasil ada

penurunan pengetahuan responden tentang cara mencegah komplikasi

hipertensi sebesar 12,5%. Sedangkan pada nomor 10 tentang cara

menanggulangi hipertensi, responden yang menjawab benar pada pre test

13 orang (81,25%) dan pada post test meningkat menjadi 16 orang

(100%). Dari hasil ada peningkatan pengetahuan responden tentang cara

menanggulangi hipertensi sebesar 18,75%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tarigan (2018), pengetahuan

mempunyai nilai Exp (B) sebesar 45,170 artinya responden yang

memiliki pengetahuan baik mempunyai peluang 45 kali pelaksanaan diet


76

hipertensi dengan baik dibandingkan dengan responden yang memiliki

pengetahuan tidak baik.

Pengetahuan baik seseorang terhadap objek baru dalam kehidupannya

maka akan lahir sikap yang positif yang nantinya kedua komponen ini

menghasilkan tindakan yang baru yang lebih baik. Dengan mendapat

informasi yang benar diharapkan penderita hipertensi mendapat bekal

pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pola hidup sehat dan dapat

menurunkan risiko terjadi komplikasi (Sutrisno, 2013).

2. Sikap Responden Sebelum dan Setelah Edukasi Kesehatan

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli

psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, atau reaksi tertutup,

bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek (Notoadmodjo, 2018).

Dari hasil pengolahan dan analisis data deskripsi frekuensi dengan

menggunakan applikasi SPSS, didapat kategori sikap responden tentang


77

hipertensi sebelum diberikan edukasi (Pre Test) pada Tabel 4.7 responden

telah memiliki sikap yang cukup 6 orang (37,5%) dan sikap baik 10 orang

(62,5%). Tabel 4.8 distribusi kategori sikap responden tentang hipertensi

setelah diberikan edukasi diketahui memiliki sikap baik 15 orang (93,8%)

dan sikap cukup 1 orang (6,3 %). Sikap responden tentang hipertensi

peserta prolanis di Puskesmas Sukamerindu sudah termasuk cukup hingga

baik. Dari kedua tabel diketahui adanya peningkaan sikap dan frekuensi

kategori responden.

Pada kuesioner pre test sikap, 9 responden (56,25%) tidak setuju pada

pernyataan nomor 7 mengenai “konsumsi garam tidak perlu dihindari bagi

penderita hipertensi”. Menurut mereka, garam tidak boleh digunakan pada

masakan. Susilo (2011) mengatakan bahwa kurangi konsumsi garam dan

kendalikan berat badan serta kolestrol. Diet rendah garam ini dapat

menurunkaan hipertensi. Pada pernyataan nomor 8 tentang “meminum

kopi atau teh dapat meningkatkan tekanan darah”, 8 responden (50%)

tidak setuju. Hal ini dikarenakan responden masih belum mengetahui

bahwa kafein pada kopi atau teh dapat meningkatkan hipertensi dan

mereka sudah terbiasa mengkonsumsi kopi atau teh. Menurut Susilo

(2011) kandungan kafein selain tidak baik pada tekanan darah dalam

jangka panjang, pada orang-orang tertentu juga menimbulkan efek yang

tidak baik seperti tidak bisa tidur, jantung berdebar-debar, sesak nafas dan

lain-lain. Pada pernyataan nomor 9 mengenai “menurunkan berat badan

secara bertahap bisa mengurangi risiko tekanan darah tinggi”,7

responden(43,75%) tidak setuju pada hal ini dikarenakan responden masih


78

mengganggap perkara obesitas merupakan hal yang biasa dan tidak

mempengaruhi tekanan darah.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Tarigan (2018) dengan uji Chi

Square diperoleh p < 0,05 hal ini ada pengaruh yang signifikan antara

sikap dengan pelaksanaan diet hipertensi, artinya semakin positif sikap

responden maka semakin baik pelaksanaan diet hipertensi.

C. Pembahasan Analisis Bivariat


1. Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Responden
Edukasi kesehatan (pendidikan kesehatan) adalah gabungan berbagai

kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok atau masyarakat

secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan

melakukan apa yang bisa dilakukan secara perorangan maupun secara

kelompok dan meminta pertolongan bila perlu (Indriyani, 2015).

WHO (1954) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan

upaya kesehatan yang bertujuan menjadikan kesehatan sesuatu yang

bernilai di masyarakat; menolong individu agar mampu secara mandiri

atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup

sehat; mendorong dan mengembangkan secara tepat pelayanan kesehatan

yang ada.

Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah

yaitu dari penceramah kepada hadirin. Metode ceramah merupakan cara

mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam usaha

menularkan pengetahuan secara lisan. Penceramah biasanya dipilih orang


79

yang dianggap ahli. Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa metode

ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

Menurut Mantra (2003) edukasi kesehatan dengan metode ceramah

merupakan suatu proses belajar (learning process) untuk

mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif terhadap

kesehatan

Kelebihan media leaflet yaitu mencakup banyak orang, tidak perlu

listrik, biaya tidak tinggi, dapat mengungkit rasa keindahan, dapat

dibawa kemana-mana, mempermudah pemahaman, meningkatkan gairah

belajar, lebih menarik dan mudah diingat. Kelebihan media ini

diharapkan mampu menumbuhkan ketertarikan dan minat dalam

mengikuti penyuluhan sehingga tujuan dalam penyuluhan dapat tercapai

(Notoadmodjo,2010).

Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-Test pada Tabel 4.9 Pengaruh

Edukasi Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pengetahuan

Responden di Pueskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019,

rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi kesehatan

tentang hipertensi sebesar 6,88 dengan standar deviasi 2,029. Rata-rata

pengetahuan responden setelah diberikan edukasi kesehatan tentang

hipertensi menjadi 8,94 dengan standar deviasi 1,181. Hasil uji statistik

didapat nilai p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

artinya terdapat pengaruh antara edukasi kesehatan tentang hipertensi

terhadap pengetahuan penderita hipertensi program prolanis di

Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun 2019.


80

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ratna Wardani (2018),

mengemukakan pengetahuan lansia di Posyandu Lansia Manisrenggo

mengalami perubahan dari sebelum dan sesudah penyuluhan dimana

kecenderungan terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 13%.

Peningkatan ini salah satu indikator keberhasilan dari kegiatan

penyuluhan dimana tujuannya adalah memberikan pemahaman kepada

responden mengenai hipertensi. Penyuluhan merupakan salah satu

metode promosi kesehatan yang sangat efektif diterapkan dilingkungan

masyarakat.

Penelitian Rafinda (2015) menemukan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi dengan

odds ratio 4,92 yang menunjukkan bahwa pengetahuan kurang akan

berpeluang 4,92 kali tidak patuh dibandingkan pengetahuan baik. Selain

itu terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan diet

hipertensi dengan odds ratio 6,378 yang menunjukkan bahwa sikap

kurang akan berpeluang 6,738 kali tidak patuh dibandingkan sikap baik.

Hasil penelitian Susan Mythily (2016), Komunikasi Informasi

Edukasi (KIE) terhadap perilaku self care management pada Pregnancy

Induced Hyprtension (PIH) adalah metode yang efektif untuk merubah

tingkat pengetahuan ibu hamil.

2. Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Sikap Responden

Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-Test pada Tabel 4.10

Pengaruh Edukasi Kesehatan Tentang Hipertensi Terhadap Pengetahuan


81

Responden di Pueskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019,

diketahui rata-rata sikap responden sebelum diberikan edukasi kesehatan

tentang hipertensi sebesar 8,13 dengan standar deviasi 1,360. Rata-rata

sikap responden setelah diberikan edukasi kesehatan tentang hipertensi

menjadi 9,25 dengan standar deviasi 0,931. Hasil uji statistik didapat

nilai p = 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya

terdapat pengaruh antara edukasi kesehatan tentang hipertensi terhadap

sikap penderita hipertensi program prolanis di Puskesmas Sukamerindu

Kota Bengkulu tahun 2019.

Penelitian Ainal Mardhiah (2015) mengemukakan pendidikan

kesehatan efektif untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang

perawatan hipertensi di Kemukiman Bluek Grong-grong Kecamatan

Indrajaya Kabupaten Pidie. Selanjutnya penelitiannya menemuan ada

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan sikap keluarga

dengan hipertensi. Hal ini dimungkinkan karena responden juga sudah

merawat keuarganya yang menderita hipertensi dan materi pendidikan

kesehatan diberikan dengan metode ceramah dan media powerpoint dan

booklet sehingga responden dapat memahami pesan dengan baik.


82

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pengaruh Edukasi Kesehatan Tentang

Hipertensi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi Program

Prolanis di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu” maka dapat

disimpulkan :

1. Tingkat pengetahuan peserta prolanis tentang hipertensi sebelum

pemberian edukasi kesehatan hipertensi yaitu responden yang memiliki

pengetahuan kurang 3 orang (18,8 %), pengetahuan cukup 4 orang (25

%) dan pengetahuan yang baik 9 orang (56,3%)


83

2. Tingkat pengetahuan peserta prolanis tentang hipertensi setelah

pemberian edukasi kesehatan hipertensi mengalami peningkatan. Hal ini

diketahui dari responden yang berpengetahuan cukup 3 orang (18,8%)

dan berpengetahuan baik 13 orang (81,3%).

3. Sikap peserta prolanis tentang hipertensi sebelum pemberian edukasi

kesehatan hipertensi yaitu responden telah memiliki sikap yang cukup

tentang hipertensi yang dapat dilihat dari frekuensi kategori responden

dengan sikap cukup 6 orang (37,5%) dan sikap baik 10 orang (62,5%).

4. Sikap peserta prolanis tentang hipertensi setelah pemberian edukasi

kesehatan hipertensi mengalami peningkatan skor dan frekuensi. Hal ini

dapat dilihat dari kategori sikap responden memiliki sikap baik 15 orang

(93,8%) dan sikap cukup 1 orang (6,3 %).

5. Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-Test diketahui rata-rata

pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi kesehatan tentang

hipertensi sebesar 6,88. Rata-rata pengetahuan responden setelah

diberikan edukasi kesehatan tentang hipertensi menjadi 8,94. Hasil uji

statistik didapat nilai p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

yang artinya terdapat pengaruh antara edukasi kesehatan tentang

hipertensi terhadap pengetahuan penderita hipertensi program prolanis di

Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun 2019.

6. Berdasarkan hasil uji Paired Sample T Test diketahui rata-rata sikap

responden sebelum diberikan edukasi kesehatan tentang hipertensi

sebesar 8,13. Rata-rata sikap responden setelah diberikan edukasi

kesehatan tentang hipertensi menjadi 9,25. Hasil uji statistik didapat nilai
84

p = 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat

pengaruh antara edukasi kesehatan tentang hipertensi terhadap sikap

penderita hipertensi program prolanis di Puskesmas Sukamerindu Kota

Bengkulu tahun 2019.

B. Saran

Dalam menindak lanjuti hasil penelitian, berikut saran yang diperlukan :

2.) Bagi Puskesmas

Diharapkan bagi petugas Puskesmas Sukamerindu untuk memberi

informasi-informasi yang berkelanjutan dengan cara penyuluhan dan

pemberian motivasi kepada peserta prolanis agar dapat meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup lebih sehat.

3.) Bagi Peserta Prolanis

Diharapkan peserta prolanis mau meningkatkan pengetahuan dan lebih

memperhatikan lagi pentingnya dilakukan edukasi kesehatan sehingga

diharapkan terjadi perubahan perilaku yang lebih baik yang dapat

meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup.

4.) Bagi petugas Prolanis

Bagi petugas prolanis, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi dalam memberikan edukasi tentang hipertensi.

5.) Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat memanfaatkan penelitian ini

sebagai bahan masukan dan dapat melanjutkan penelitian ini dengan

variabel dan metode yang berbeda dikemudian hari.


85

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M et al. 2018. Pengaruh Pengetahuan Sikap Dan Dukungan Keluarga


Terhadap Diet Hipertensi Di Dessa Hulu Kecamatan Pancur Batu
Tahun 2016. Sumatera Utara: jurnal kesehatan vol 11 nomor 1 tahun
2018

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung


dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka Pustaka Populer

Ainal Mardhiah, Asnawi Abdullah, Hermansyah. 2015. Pendidikan Kesehatan


Dalam Peningkatan Pengetahuan Sikap Dan Keterampilan Keluarga
Dengan Hipertensi- Pilot Study. Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 3 No
2tahun 2015.

Ali,Z. 2010. Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi


Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakart


: Rineka Cipta

Ayatullah et al. 2017. Pengaruh Edukasi Terstruktur Dan Kepatuhan Minum


Oobat Antihipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien
86

Hipertensi Usia Lanjut : Uji Kliniis Acak Tersamar. Jakarta : Jurnal


Penyakit Dalam Indonesia Vol 4 Nomor 1 Tahun 2017

BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Prolanis. BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan. 2018. Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung (RPPB). BPJS
Kesehatan

Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta

Chandra Hadi. 2015. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap peningkatan


Pengetahuan Keluarga tentang Hipertensi. Semarang : Mutiara Madika
Vol 15 No 1 tahun 2015

Daeli, Fynce Sonifati. 2017. Skripsi Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Pasien Hipertensi dengan Upaya Pengendalian Hipertensi di UPTD
Puskesmas Kecamatan Gunung Sitoliselatan Kota Gunuungsitoli.
Sumatera Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakata Universitas Sumatera
Utara

Dalimartha, Setiawan. 2008. Care Yourself Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2018. Data Penyakit tidak Menular Hipertensi
Kota Bengkulu

Fitriani, Sinta. 2011. Promsi Kesehatan.Yogyakarta: Graha Ilmu

Fuad Iqbal Elka Putra. 2017. Perbedaan Pengetahuan Sikap dan Perilaku
Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tentang Stroke pada
Penderita Hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon. Bandar Lampung :
Universitas Lampung Fakultas Kedokteran

Ginting, Jois Fransiska. 2017. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Penderita


Hipertensi Tentang Hipertensi Terhadap Keaktifan dalam Kegiatan
Prolanis di Puskesmas Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara

Green, LW et al. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan


Diagnosis. Penerjemah Zulazmi H, Zarfiel T, Sudarti K. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Proyek Pengembangan
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Hastono, Sutanto Priyo. 2007. Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia

Hidayat, A.A. 2010. Metode Peneitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta:


Health Books

Indriyani, Widian Nur. 2009. Deteksi Dini Kolesterol, Hipertensi Dan Stoke.
Yogyakarta: Milleston
87

Joint National Comitte (JNC) VII.2003. Prevention, Detection, Evaluation And


Treatment Of Hight Blood Pressure. Boston : Natinal Heart Lung and
Blood.

Kemenkes RI. 2017. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia

Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI

Kholid, Ahmad. 2014. Promosi Kesehatan dengan pendekatan Teori, Perilaku


Media dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers

Kleib, Havez. 2012. Pengetahuan Sikap dan Perilaku Penderita Hipertensi


Essensial Terhadap Penyakit Hipertensi di Rumah Sakit Simmanuel.
Bandung: Universitas Kristen Maranatha

Mubarak,I. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba


Medika,

Notoadmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka


Cipta

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta

Notoadmodjo,S. 2018. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Oktavia, Nova. 2015. Sistematika penulisan karya ilmiah. Edisi I cetakan I.


Yogyakarta: Deepublish

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 44 Tahun 2018 tentang


Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit. 2018

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat. 2014

Pinasti. 2018. Pengaruh Edukasi Home Pharmacy Care Terhadap Kualitas Hidup
Pasien Hipertensi Di Puskesmas. Yogyokarta: Jurnal Farmasi Sains
Dan Praktis Vol 4 Nomor 1 Tahun 2018

Puskesmas Sukamerindu. 2018. Profil Puskesmas Sukamerind. Kota Bengkulu

Puskesmas Sukamerindu.2018, Kunjungan Prolanis Puskesmas Sukamerindu


.Kota Bengkulu tahun 2018

Sayed fazel et al. 2015. Knowledge Treatment Control and Risk Factor for
Hypertension Among Adult in Southern Iran. Hindawi International
Journal of Hypertension. 897-070
88

Smeltzer,S C & Bare, B G. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & suddarth. Jakarta : EGC

Sri Wahyuni. 2016. Pengaruh Edukasi Hipertensi Dengan Media Booklet


Terhadap Perilaku Self Management Pada Pasien Hipertensi Di
Wiayah Pusesmas Balowerti Kediri. Kediri : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol
5 Nomor 1 Tahun 2016

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Susan Mythily A. 2018. Effectiveness of Information, Education, Communcation


(IEC) Package on Knowledge of Self-Care Management of Pregnancy
Induced Hypertension (PIH) Among Antenatal Mother with PIH
AttendingAntenatal OPD. Internationel Journal of Science and
Research (IJSR) Vol 7 2018. 2319-7064

Susilo, Yekti. 2011. Cara Jitu mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: ANDI

Tarigan Almina Rospitasari, Zulhaida Lubis, Syarifah. 2018. Pengaruh


Pengetahuan Sikap dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi
di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. Jurnal Kesehatan
Vol 11 No 1 Tahun 2018.

Ulfa, Zakiyatul, Asep Iskandar & FajarTri Asih. 2017. Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Dengan Media Poster Terhadap Pengetahuan Manajemen
Hipertensi Pada Penderita Lansia. Banyumas: jurnal keperawatan
soedirmasn vol 12 nomor 1 tahun 2017

Wardani, Ratna et al. 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Hipertensi


Terhadap Pengetahuan Lansia Di Posyandu Lansia Kelurahan
Manisrenggo. Kediri : Journal Of Community Engagement In Health
Vol 1 No 2 September 2018

Widiyani, R. 2013. Penderita hipertensi terus meningkat.


http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/penderita.hipertens
i.terus.meningkat diakses 17 April 2019
89

Pre test pengetahuan

Chenli Wang (2017) dalam risetnya menyatakan bahwa usia, tingkat pendidikan

manajemen kesehatan yang baik dan pengetahuan tentang kesehatan adalah faktor yang

terkait dengan kualitas hidup pada pasien dengan hipertensi yang berarti bahwa tingkat

pengetahuan kesehatan penderita hipertensi akan berbanding lurus dengan tingkat

kualitas hidupnya.

Green, Lawrence. Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI


Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
.
WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015

Setiawan dalimartha.2008.care yourself. https://books.google.co.id/books?


id=7IYmDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false
90

Panduan praktis prolanis. BPJS Keehatan


https://media.neliti.com/media/publications/67856-ID-pengaruh-senam-prolanis-terhadap-
penyand.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/1256/PNLT1885.pdf?sequence=1

http://182.253.197.100/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/66/105

http://www.ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/515/395

http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Y2NjYmFhNWU4ZjUxZjAx
NDE1ODkzNGRiMjFlNDY5MDQxNmMyZDdkZg==.pdf

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2983/131000650.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2016/1771_Bengkulu
_Kota_Bengkulu_2016.pdf

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/06-PROLANIS.pdf

Anda mungkin juga menyukai