LP Kebutuhan Spiritual
LP Kebutuhan Spiritual
DI SUSUN OLEH:
Nama; Nursakinah
Nim : 70300117043
( C 1 LAHAN) (C 1 INSTITUSI)
( ) ( )
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
BAB I
KONSEP KEBUTUHAN
A. Definisi
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan
tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan
dan ide-ide tentang kehidupan seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit
Potter Perry, 2009). Mickley (1992) menguraikan spiritualitas sebagai
suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama.
Stoll (1989) menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi
yaitu dimensi vertical dan dimensi horizontal.
Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut :
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian
dalam kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup.
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakkan sumber dan kekuatan diri
sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri dan dengan Yang Maha
Tinggi.
3. Sistem Dukungan
Dalam studi yang melibatkan klien, yahudi dan Kristen, clark et al
(1991) mengetahui bahwa sistem pendukung member I mereka rasa
sejahtera terbesar selama perawatan di rumah sakit. Sistem pendukung
berfungsi sebagai hubungan manusia yang menghubungakan klien,
perawat dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian dari
lingkungan pemberi perawatan klien adalah kehadiran lingkungan
pemberi perawatan klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan
teman yang dipandang oleh klien sebagai pendukung. Perawat
merencankan perawatan bersama klien dan jaringan pendukung klien
untuk meningktakan ikatan interp[ersonal yang sangat penting untuk
penyembuhan. Sistem pendukung sering memberi sumber
penyembuhan. Sitem pendukung member sumber kepercayaan yang
memperbarui jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman mungkin juga
menjadi sumber penting dalam melakukan ritual kebiasaan keagamaan
yang dianut klien.
4. Berdoa Tindakan berdoa adalah bentuk “dedikasih diri” yang
memungkinkan individu untuk bersatu dengan Tuhan atau Yang Maha
Kuasa (McCullough,1995). Berdoa memberi kesempatan individu
untuk memperbarui kepercayaan dan keyakinannya kepada yang maha
kuasa dalam cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa adalah
suatu kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka
rasa dan untuk membuat komitmen hidup lebih baik. Klien dapat
berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau mencari kesempatan
untuk kelompok berdoa dengan keluarga, teman, atau kelompok
rohaniawan. Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif
bagi seseorang untuk mengatasi nyeri, stress, dan distres. Seringkali
berdoa menyebabkan seorang merasakan perbaikan Susana hati dan
merasakn kedamaian dan ketenangan.
5. Terapi Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan
keperawatan. Makanan juga komponen dari kepatuhan keagamaan.
Seperti halnya kultur atau agama tertentu, makanan dan ritual sekitar
persiapan dan penyajian makanan dapat menjadi bagian penting dari
spiritualitas seseorang. Agama hindu banyak mempunyai pantangan
diet. Beberapa sekte adalah penganut vegetarian, mempercayai bahwa
membunuh segala mahluk hidup adalah suatu tindakan kriminal.
Banyak orang
beragama budha juga vegetarian. Sebagian penganut gama budha
mempraktikan moderasi dan tidak menggunakan alkohol , tembakau,
atau obat-obatan dan berpuasa pada hari-hari khusus beragama. Makan
daging babi dan mengkonsumsi alkohol adalah larangan dalam agama
islam. Sebagai tradisi larangan Kristen, seperti hari ketujuh,
mempunyai peraturan diet. Kelompok lainya, seperti evangelikan
melarang penggunaan alcohol, kafein, dan tembakau. Sebagai
penganut adven hari ketujuh mungkin menolak makanan yang
mengandung daging. Perawat dapat mengintrogasikan pilihan diet
klien ke dalam perawatan sehari-hari. Hal ini membutuhkan konsultasi
dengan ahli gizi dari institusi perawatan kesehatan. Pada situasi ketika
dapur rumah sakit atau rumah perawatan tidak dapat meyiapkan
makanan dengan cara yang dipilih, keluarga dizinkan untuk membawa
makanan yang sesuai dengan semua pantangan diet yang diberlakukan
oleh kondisi klien.
6. Mendukung Ritual Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah
ritual keagamaan adalah suatu sumber koping yan penting. Hal ini
terutama benar bagi seorang lansia. Perawat yang bertugas
dilingkungan perawatan akut dan perawatan jangka panjang ,menjadi
aktif dalam perawatan spiritual klien, mereka membekali diri dengan
kebijakan rumah sakit mengenai kunjungan, pelayanan gereja, dan
semua hal-hal yang berkenan dengan itu seperti penggunaan lilin untuk
berdoa. Selain itu,perwat dapat berkonsul dengan dokter dan farmasi
tentang penggunaan obat-obat pribadi klien,ramuan tradisional,atau
medikasi herbal,jika memungkinkan. Karena kunjungan ke kapel atau
musolah rumah sakit atau menghadiri suatu layanan mungkin penting
bagi klien yang dirawat dirumah sakit dan keluarganya,pengarahan
tentang kapel atau musolah harus dicakupkan selama orientasi pada
fasilitas medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan pastoran dari
departemen perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat
menerima sakramen. Perawat merencanakan perwatan
pribadi,terapi,atau pemeriksaan untuk memungkinkan pelayanan dari
tempat ibadah , pembacaan keagamaan,atau kunjungan spiritual.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu sebaiknya
dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial klien, selanjutnya, jika
klien menanyakan tentang aspek psikososial ini, perawat langsung dapat
menjelaskan bahwa keyakinan spritual seseorang juga merupakan bagian
penting untuk memelihara kesehatan. Pengkajian dilakukan untuk
mendapatkan data subjektif dan data objektif. Dalam buku ajar ini akan
digunakan proses keperawtan menurut Craven (1996) pada dasarnya,
informasi awal yang perlu digali secara umum adalah sebagai berikut.
Pertama, Afiliasi agama :
a) Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secaraaktif
atau tidak aktif
b) Jenis patisipasi dalam kegiatan agama
- Dx II : Distress Spiritual
Definisi : Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan
merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri,
orang lain, lingkungan atau tuhan
Penyebab :
1. Menjelang ajal
2. Kondisi penyakit kronis
3. Kematian orang terdekat
4. Perubahan pola hidup
5. Kesepian
6. Pengasingan diri
7. Pengasingan sosial
8. Gangguan sosio-kultural
9. Peningkatan ketergantungan pada orang lain
10. Kejadian hidup yang tidak diharapkan
Gejala dan Tanda Mayor :
- Subjektif
1. Mempertanyakan makna/tujuan hidupnya
2. Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang bermakna
3. Merasa menderita/tidak berdaya
- Objektif
1. Tidak mampu beribadah
2. Marah pada tuhan
Gejala dan Tanda Minor :
- Subjektif
1. Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang
2. Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)
3. Merasa bersalah
4. Merasa terasing
5. Menyatakan telah diabaikan
- Objektif
1. Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/pemimpin
spiritual
2. Tidak mampu berkreaktivitas (mis. Menyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
3. Koping tidak efektif
4. Tidak berminat pada alam/literature spiritual
Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit kronis (mis. Arthiritis rheumatoid, sclerosis multipel)
2. Penyakit terminal (mis. Kanker)
3. Retardasi mental
4. Kehilangan bagian tubuh
5. Sudden infant death syndrome (SIDS)
6. Kelahiran mati, kemtian janin, keguguran
7. Kemandulan
8. Gangguan psikiatrik
Dx VI : Isolasi Sosial
Definisi : ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat,
terbuka, dan nterdependen dengan orang lain
Penyebab :
1. \keterlambatan perkembangan
2. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
3. Ketidaksesuain minat dengan tahap perkembangan
4. Ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma
5. Ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
6. Perubahan penampilan fisik
7. Perubahan status mental
8. Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis. Disfungsi berduka,
pengendalian diri buruk)
Gejala dan Tanda Mayor :
- Subjektif
1. Merasa ingin sendirian
2. Merasa tidak aman ditempat umum
- Objektif
1. Menarik diri
2. Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
Gejala dan Tanda Minor :
- Subjektif
1. Merasa berbeda dengan orang lain
2. Merasa asyik dengan pikiran sendiri
3. Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
- Objektif
1. Afek datar
2. Afek sedih
3. Riwayat ditolak
4. Menunjukkan permusuhan
5. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6. Kondisi difabel
7. Tindakan tidak berarti
8. Tidak ada kontak mata
9. Perkembangan terlambat
10. Tidak bergairah/lesu
Kondisi Klinis Terkait :
1. Penyakit Alzheimer
2. AIDS
3. Tuborkulosis
4. Kondisi yang menyebabkan gangguan mobilisasi
5. Gangguan psikiatrik (mis. Depresi mayor dan schizophrenia)
Dx VII : Risiko Mutilasi Diri
Devinisi : Berisiko sengaja mencederai diri yang menyebabkan
kerusakan fisik untuk memperoleh pemulihan ketegangan
Faktor risiko :
1. Perkembangan remaja
2. Individu autistic
3. Gangguan kepribadian
4. Penyakit keturunan
5. Penganiayaan (mis. Fisik, psikologis, seksual)
6. Gangguan hubungan interpersonal
7. Perceraian keluarga
8. Keterlambatan perkembangan
9. Riwayat perilaku mencederai diri
10. Ancaman kehilangan hubungan yang bermakna
11. Ketidakmampuan mengungkapkan ketegangan secara verbal
12. Ketidakmampuan mengatasi masalah
13. Harga diri rendah
14. Peningkatan ketegangan yang tidak dapat ditoleransi
Kondisi Klinis Terkait :
1. Gangguan kepribadian
2. Gangguan mental organik
3. Autisme
4. Skizofrenia
5. Depresi mayor
6. Dissociative Identity Disorder (DID)
7. Masokisme seksual
8. Gangguan afektif atau mania
9. Riwayat penganiayaan
C. Intervensi Keperawatan dan Hasil Luaran Keperawatan
Dx.I : Ansietas
Intervensi :
- Reduksi ansietas
- Terapi relaksasi
- Dukungan keyakinan
- Terapi music
- Teknik distraksi
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, maka diperoleh :
Hasil Luaran : - Tingkat ansietas menurun
- Dukungan sosial meningkat
- Kontrol diri meningkat
- Tingkat agitasi menurun
- Status kognitif meningkat
Dx II : Distress Spiritual
Intervensi : - Dukungan spiritual
- Promosi koping
- Dukungan pelaksanaan ibadah
- Dukungan perkembangan spiritual
- Promosi dukungan spiritual
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, maka diperoleh :
Hasil Luaran :
- Status spiritual membaik
- Kesadaran diri meningkat
- Status koping membaik
- Psikospiritual membaik
- Status kenyamanan meningkat