Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang disajikan dalam


bidang datar (kertas) yang diproyeksikan dan di-skalakan. Peta merupakan
alat komunikasi non-verbal antara pembuat peta dengan pengguna peta.
Peta disajikan sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu pembuat peta.
Dalam dunia pemetaan ilmu yang mempelajari peta disebut kartografi.

Penjelasan mulai dari pembuatan hingga reproduksi peta,


pembacaan peta, penggunaan peta, analisis peta dan interpretasi suatu peta.
Kegunaan peta tidak hanya sebagai penentu lokasi saja akan tetapi juga
dapat digunakan di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Berdasarkan isi
data yang disajikan, peta dapat dibagi menjadi dua macam yaitu peta
umum dan peta tematik. Dalam laporan ini akan membahas mengenai peta
tematik tersebut.

Peta tematik adalah peta yang isinya mengutamakan penggambaran


objek tertentu. Peta tematik juga disebut sebagai peta statistik ataupun peta
khusus, yaitu peta dengan obyek khusus.

Tujuan utamanya adalah untuk secara spesifik mengkomunikasikan


konsep dan data. Contoh peta tematik yang biasa digunakan dalam
perencanaan termasuk peta kadastral (batas pemilikan), peta zona (yaitu
peta rancangan legal penggunaan lahan), peta tata guna lahan, peta
kepadatan penduduk, peta kelerengan, peta geologi, peta curah hujan dan
peta produktivitas pertanian (Anonim, 1992).

Pada laporan ini, kelompok kami akan memaparkan langkah-


langkah dalam membuat peta tematik bertemakan jaringan jalan di
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Sebagaimana definisi jalan adalah, berdasarkan UU RI No 38
Tahun 2004 tentang Jalan [1], “Jalan adalah prasarana transportasi darat

1
yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan
lori, dan jalan kabel”, Sedang berdasarkan UU RI No 22 Tahun 2009
tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan[2] yang diundangkan setelah UU
No 38 mendefinisikan “Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu
lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan
air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.”

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini yakni:
1. Agar Mahasiswa mengetahui definisi dari Peta Tematik.
2. Agar Mahasiswa mengetahui langkah kerja pembuatan peta tematik
dengan menggunakan software seperti Arc GIS 10.3.
3. Mengetahui proses pembuatan layout pada peta menggunakan
software Arc GIS 10.3.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah di dalam laporan ini sebagai berikut :
1. Bagaimana langkah pembuatan peta tematik pada software ArcGIS?
2. Bagaimana pengaturan layer pada peta ?
3. Apa saja isi atau unsur dari layout peta?

2
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Kartografi
Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta secara digital
(Prihandito, 1989). Dalam pengertian sederhana kartografi merupakan
ilmu membuat peta, seni, ilmu, dan teknik pembuatan peta (The art and
science of making maps) yang melibatkan disiplin ilmu geodesi,
fotogrametri, penginderaan jauh (The science of making maps / Technical
aspect of acquisition data), kompilasi, dan reproduksi peta (The art of
making maps) (Aryono P,1989). Pengorganisasian, penyajian,
pengkomunikasian, dan pemeliharaan geo-informasi dalam bentuk grafis,
digital, dan taktis, termasuk semua tahap dan penyiapan data hingga
penggunaan akhir dalam pembuatan peta (Taylor,1991). Orang yang
membuat peta disebut dengan kartografer. Kartografi merupakan bagian
dari ilmu geodesi yang berhubungan dengan pemetaan. Hal ini berkaitan
erat dengan sistem komunikasi antara pembuat peta dengan pengguna
peta. Untuk menyampaikan berbagai informasi, baik berupa grafis maupun
informasi atribut, diperlukan media yang tepat untuk menyampaikannya,
yaitu dengan menggunakan peta sebagai media komunikasi dalam bentuk
hardcopy maupun dalam bentuk softcopy. Peta-peta ini nantinya dapat
digunakan sebagai data dan dokumen baik secara aktual maupun periodik
untuk memberikan informasi geografis suatu wilayah. Dalam kartografi,
baik sebagai salah satu bagian dari ilmu geografi dan dokumen ilmiah,
kartografi juga merupakan teknik dan pengetahuan untuk menunjukkan
suatu fenomena geografis pada suatu daerah yang dipilih dan di-
generalisasi .

2.2 Peta
Secara umum, peta merupakan suatu instrumen yang dirancang
untuk merekam, menghitung, dan menyampaikan informasi yang disajikan
di dalam suatu media yang fleksibel, interpretatif serta dapat berinteraksi

3
dengan pengguna peta agar maksud dan informasi yang dibawa oleh peta
itu sampai ke pengguna peta, maka peta harus dibuat menarik dan mudah
dipahami dengan bantuan teknik pewarnaan, desain simbol serta teknik
penyajian peta. Dengan hadirnya era digital, maka proses pembuatan,
revisi, pemuktahiran dan penyajian peta menjadi lebih efektif.
2.2.1 Pengertian Peta
Peta digunakan sebagai data ke-ruangan (geospasial) yaitu
data yang berkenaan dengan lokasi atau atribut dari suatu objek
atau fenomena dipermukaan bumi. Peta membantu penggunanya
untuk memahami hubungan geospasial yang lebih baik. Dari peta
informasi tentang jarak, arah, dan luasan bisa diperoleh, diketahui
pola, dan hubungannya, serta dapat diketahui ukurannya. (Jan,
Menno & Ormeling, 2002).
2.2.2 Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta
Prihandito, Aryono (1989) “Fungsi dari peta adalah “ :
 Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat
terhadap tempat lain di permukaan bumi).
 Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah
dan jarak di permukaan bumi).
 Memperlihatkan bentuk (misal bentuk benua-benua, negara-
negara, gunung, dan penampakan lainnya), sehingga
dimensinya dapat terlihat dalam peta.
 Mengumpulkan dan menyeleksi data-data dari satu daerah dan
menyajikannya di atas peta. Dalam hal ini dipakai simbol-
simbol sebagai pengganti atau wakil dari data-data tersebut, di
mana pembuat peta (kartografer) menganggap simbol tersebut
dimengerti oleh pemakai peta.
Tujuan dari pembuatan peta adalah :
1. Untuk menyampaikan komunikasi ruang.
2. Untuk menyimpan informasi.

4
3. Digunakan untuk membantu suatu pekerjaan, sebagai contoh
pekerjaan konstruksi jalan, perencanaan suatu pekerjaan,
navigasi, dan lain-lain.
4. Untuk analisis data spasial, contoh : perhitungan volume dan
sebagainya.
2.2.3 Macam-Macam Peta
Peta mempunyai beberapa macam ditinjau dari berbagai hal
diantaranya :
1. Macam peta ditinjau dari jenis :
 Peta Foto
Peta foto adalah peta yang dihasilkan dari mosaik
foto udara atau orthofoto yang dilengkapi dengan garis
kontur, penamaan, dan legenda. Jenis peta foto ada 2 yaitu
peta foto yang telah direktifikasi dan peta orthofoto.
 Peta Garis
Peta garis adalah peta yang menyajikan
kenampakan dari unsur-unsur alam dan unsur-unsur buatan
manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan.
 Peta Digital
Peta digital dapat didefinisikan secara sederhana
dan singkat sebagai penggambaran bentuk permukaan bumi
di dalam media komputer dengan menggunakan data-data
koordinat dan topologi.
2. Macam peta ditinjau dari skala :
 Peta Skala besar yaitu peta dengan skala 1:50.000 atau
lebih besar ( 1:25.000 )
 Peta skala kecil, yaitu peta dengan skala 1:500.000 atau
lebih kecil.
3. Macam peta ditinjau dari fungsinya :
 Peta Umum (General Map) merupakan peta yang berisi
jalan, bangunan, batas wilayah, garis pantai, elevasi, dan
sebagainya. Peta umum dengan skala besar disebut peta

5
topografi, sedangkan peta umum dengan skala kecil disebut
atlas.
 Peta Tematik (Thematic Map) merupakan peta yang
menunjukkan hubungan ruang dalam bentuk atribut tunggal
atau hubungan atribut. Atau dengan kata lain, peta yang
memuat satu tema tertentu dengan menyajikan unsur-unsur
kualitatif dan kuantitatif dari tema tersebut. Peta tematik
mempunyai maksud dan tujuan yang bermacam-macam.
 Chart merupakan peta yang didesain untuk keperluan
navigasi, nautical, dan aeronautikal. Peta kelautan yang
ekuivalen dengan peta topografi disebut dengan peta
bathimetri.
4. Macam peta ditinjau dari persoalan yang berkembang (maksud
dan tujuan peta) ada beberapa macam diantaranya: peta
geologi, peta tanah, peta kadaster, peta kependudukan, peta
hujan, peta iklim, peta penggunaan tanah (land use) dan lain-
lain.
2.2.4 Peta Digital
Meningkatnya permintaan akan peta yang akurat dan
mutakhir (up to date) memaksa pembuat peta untuk melakukan
otomatisasi dalam hal kombinasi dan re-organisasi data dengan
harapan peta yang akan dihasilkan nantinya menjadi lebih teliti dan
efektivitas waktu tetap terjaga. Selain kemudahan dalam hal
pemrosesan data, peta digital juga memberikan kemudahan dalam
bentuk penyajiannya.
2.2.5 Pengertian Peta Digital
Teknologi pembuatan peta secara digital dapat
didefinisikan secara sederhana dan singkat sebagai penggambaran
bentuk permukaan bumi di dalam media komputer dengan
menggunakan data-data berupa koordinat dan topologi. Dalam
praktiknya, peta digital dapat dibagi menjadi 2 yaitu : peta digital
hasil digitasi pada kertas (analog), dan peta digital hasil data flow

6
(softcopy), di antaranya hasil dari scanner dan Electronic Total
Station.
Berdasarkan temanya, seperti halnya pada peta
konvensional, peta digital dapat berfungsi sebagai peta dasar dan
peta tematik. Peta dasar digital pada umumnya memiliki layer-
layer utama berupa jaringan perhubungan, jaringan hidrografi,
relief, garis pantai, area vegetasi, batas wilayah, dan nama-nama
tempat (Mustapha,1998). Karena disimpan ke dalam bentuk layer-
layer, maka secara digital sangatlah mudah untuk menampilkan
layer-layer tertentu saja, sehingga penampilan peta dasar digital
tidak menjadi serumit peta dasar analog (hardcopy) yang
menampilkan seluruh layer peta secara lengkap. Sedangkan peta
tematik digital dapat dibuat antara lain dengan cara :
 Penyerderhanan penyajian peta dasar digital, terutama pada
unsur-unsur dasar rupa bumi sesuai dengan kebutuhan peta.
 Integrasi peta dasar dengan data dan informasi tematik melalui
proses digitalisasi dari sumber-sumber lain yang sesuai
(relevan).
Maksud dan tujuan pembuatan peta secara digital secara
garis besar adalah sebagai berikut :
 Mempercepat proses pembuatan peta. Dengan digunakannya
perangkat komputer, maka proses otomatisasi menjadi lebih
cepat, sehingga peta selalu dalam kondisi terkini (up to date).
 Membuat bank data kartografi : yaitu berupa kumpulan data-
data kartografi yang telah direkam dalam pita magnetik (digital
storage device). Bank data ini dimaksudkan untuk melayani
kebutuhan data setiap saat dengan cepat.
 Memperbaiki kualitas peta dan menghemat peta dan waktu. Di
dalam otomatisasi kartografi, penyajian peta dalam bentuk
grafis diolah menggunakan komputer yang didukung oleh
perangkat lunak, sehingga proses pelaksanaan pekerjaan
menjadi lebih cepat dengan hasil akhir yang lebih bagus.

7
2.2.6 Tahapan Pembuatan Peta
Beberapa tahapan dalam proses pembuatan peta secara
digital secara umum dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Penyajian Data
Gambar 2.1 Diagram Alir Konsep Peta Digital
 Pengumpulan data (konversi data analog menjadi data digital).
Pada tahap ini, proses pelaksanaan pekerjaan biasanya dilakukan
dengan men-digitasi peta dengan menggunakan perlatan
digitizer.
 Pengolahan Data
Untuk mengolah dan menghasilkan data dalam bentuk digital
digunakan peralatan komputer.
 Penyajian Data
Setelah data hasil konversi diolah sedemikian rupa, maka data
tersebut disajikan menurut kebutuhan pengguna peta, antara lain
dicetak kembali ke dalam bentuk kertas (hardcopy) melalui
fasilitas plotter serta disajikan dalam bentuk digital.

2.3 Generalisasi Peta


Masing-masing peta mempunyai tingkat skala tertentu tergantung
tujuannya. Peta skala besar biasanya lebih banyak mengandung titik detail
dari pada peta skala kecil. Namun, pada skala yang sama level detail
mungkin bisa berbeda. Proses mereduksi jumlah detail dari peta dengan
cara yang masih penuh arti (meaning full way) disebut dengan
generalisasi. Dalam proses generalisasi, harus memperhatikan beberapa
faktor yang penting agar dapat mencapai hasil yang tepat yaitu tujuan dari
peta penggunaannya dan besarnya reduksi skala.

8
Terdapat dua tipe generalisasi yaitu generalisasi grafik dan
konseptual. Perbedaan keduanya terkait pada metode yang terlibat pada
proses generalisasi. Generalisasi grafik terkarakteristik oleh
penyederhanaan, pembesaran, pemindahan, penggabungan, dan pemilihan.
Proses yang dilakukan tidak mempengaruhi penataan simbol. Simbol dot
tetap dot, garis putus tetap garis putus, simbol areal tetap simbol areal.
Generalisasi konseptual terkait juga dengan proses-proses penggabungan,
pemilihan, dan sebagai tambahan terdiri dari simbolisasi dan penonjolan.
Sebagai akibatnya, simbol-simbol peta mengalami perubahan :
Beberapa petunjuk untuk generalisasi peta topografi, antara lain :
1. Titik trianggulasi.
2. Jalan beraspal dan jalan kerta api.
3. Jalan-jalan air untuk pelayaran.
4. Garis-garis, danau-danau atau unsur-unsur lainnya.
5. Daerah pemukiman.
Pelaksanaan generalisasi dapat dilakukan dengan 3 cara :
Langsung, generalisasi dilakukan dengan menggunakan garis-garis
tipis pada peta asli yang telah dikecilkan dari peta dasar (base
map).
Kelebihan : pengaruh generalisasi segera terlihat.
Kekurangan : melakukan interprestasi pada skala kecil biasanya
sedikit sukar bahkan kadang-kadang tidak mungkin bila faktor
pengecilan tersebut besar sekali.
Generalisasi dilakukan pada peta asli yang dianggap sebagai peta
dasar (base map) jadi digunakan garis tebal.
Kelebihan: apa yang dilakukan akan terlihat dengan jelas dan
menggunakan garis-garis tebal akan lebih mudah.
Kekurangan: sedikit sukar untuk membayangkan atau menilai
bagaimana hasil akhirnya sesudah diperkecil.
Generalisasi yang dilakukan pada skala perantara (intermediate
scale). Cara ini adalah yang terbaik. Dalam hal ini ada dua
pengecilan (reduction) yang diperlukan, yakni : pada peta asli dan

9
kemudian setelah dilakukan generalisasi sebgai hasil akhir. Contoh
: peta 1:10.000 diperkecil menjadi 1:25.000 kemudian pada skala
1:25.000 dilakukan generalisasi dikecilkan lagi menjadi 1:50.000.
Contoh Generalisasi Peta :

Gambar 2.2 Contoh Gambar Generalisasi


Gambar 2.3 Contoh Gambar Generalisasi

BAB III

10
LANGKAH KERJA

3.1 Pembuatan Peta Tematik


1. Buka aplikasi ArcMAP 10.3. Caranya klik Start  All Program  klik
ArcMAP 10.3

Gambar 3.1 Tampilan awal ArcGIS ver. 10.3


2. Kemudian pada saat ArcMap 10.3 dijalankan, maka akan terlihat kotak
dialog Startup yang akan memberikan pilihan untuk memulai sebuah
sesi pekerjaan. Kita dapat memilih antara lain : membuka Map baru
(open new map), membuka format yang telah disediakan (template),
atau membuka sebuah dokumen yang telah ada atau dokumen yang
telah dibuat sebelumnya. Untuk halaman kerja kosong, klik Blank Map
dan Ok.

Gambar 3.2 Startup ArcMap Ver. 10.3


3. Untuk memasukkan peta yang sudah di-digitasi ke dalam software
ArcMap, klik icon add data yang ada di toolbar menu. Kemudian pilih
gambar peta yang akan dimasukkan ke dalam ArcMap.

11
Gambar 3.3 Langkah memasukkan peta yang telah di-digitasi

Gambar 3.4 Langkah memasukkan peta yang telah di-digitasi


4. Setelah gambar peta beserta digitan-nya berhasil muncul, selanjutnya
akan mengubah warna dan memberi nama pada layer jalan kecamatan
Pujut. Adapun langkahnya seperti yang tertera pada gambar di bawah
ini. Klik kanan kursor pada layer jalan, kemudian pilih properties.

Gambar 3.5 Tampilan Peta yang telah di-digit

12
Gambar 3.6 Tampilan Peta yang telah di-digit
5. Kemudian akan muncul tampilan layer properties seperti gambar di
bawah ini. Pilih menu symbology categories  value field  Pilih
opsi ‘name’, untuk memberi nama-nama pada layer jalan.

Gambar 3.7 Tampilan Layer Properties

6. Setelahnya akan muncul tampilan seperti ini.

Gambar 3.8 Tampilan Layer Properties


7. Kemudian memberikan warna pada layer jalan dengan cara memilih
opsi color ramp.

13
.
Gambar 3.9 Tampilan Layer Properties
8. Beginilah tampilan pada peta ketika telah mengedit seluruh layer.

Gambar 3.10 Tampilan Peta


9. Selanjutnya membuat layout dengan cara memilih view toolbar 
layout view.

Gambar 3.11 Tampilan Peta

14
Gambar 3.12 Tampilan Peta setelah memilih opsi layout view
10. Langkah selanjutnya yaitu membuat grid pada Layout peta, caranya
dengan klik dua kali pada Layer akan muncul kotak dialog data frame
properties  pilih Grid klik  New Grid. Dapat dilihat pada gambar
di bawah ini :

Gambar 3.13 Tampilan data frame properties


11. Setelah itu Klik New Grid akan muncul dialog box seperti gambar di
bawah ini, pilih Measured Grid dan klik next.

Gambar 3.14 Tampilan grid and graticules wizard


12. Maka akan muncul Dialog Box Create Measure Grid, klik Next 
muncul Dialog Box Axel and Labels  Tandai Major/Minor division
ticks  klik Next  Finish.

15
Gam
bar
3.15

Tampilan create a measured grid


13. Kemudian memberikan judul, sumber data, nama pembuat peta, dan
sebagainya dengan menggunakan rectangle text/polygon text/circle text/text
pada insert toolbar seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.16 Tampilan membuat suatu teks


14. Kemudian memberikan skala dengan menggunakan scale bar atau
scale text pada insert toolbar seperti gambar di bawah ini.

16
Gambar 3.17 Tampilan membuat skala
15. Kemudian memberikan petunjuk arah dengan menggunakan north
arrow pada insert toolbar seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.18 tampilan membuat petunjuk arah


16. Kemudian memberikan legenda dengan legend pada insert toolbar
seperti gambar di bawah ini. Setelah itu akan muncul tampilan legend
wizard  next. Kemudian akan muncul tampilan di mana akan
mengisi judul legenda dan dapat mengatur size yang akan digunakan
pula  next.

Gambar 3.19 Tampilan membuat legenda

17
17. Setelah itu memasuki tampilan di mana dapat mengatur atau mengedit
border,background pada tampilan legenda  next. Selanjutnya akan
muncul tampilan di mana dapat mengedit ukuran simbol-simbol yang
digunakan di dalam legenda  next. Kemudian akan muncul tampilan
di mana dapat mengatur jarak untuk legenda yang digunakan  finish.
Gambar 3.20 Tampilan membuat legenda
18. Langkah berikutnya adalah memberikan keterangan mengenai sistem
koordinat dengan cara pilih insert toolbar  coordinate system.

Gambar 3.21 Tampilan membuat keterangan sistem koordinat


19. Selanjutnya membuat inset peta yakni peta kecil tambahan dan
memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta. Inset bersifat
menjelaskan wilayah pada peta utama. Caranya ke menu insert toolbar
 data frame.

Gambar 3.22 Tampilan membuat inset peta


20. Langkah terakhir adalah meng-export hasil layout ke dalam bentuk
format JPEG atau sebagianya. Caranya adalah pilih menu file 
Export Map  Beri judul file pada file  name pilih tempat
penyimpanan yang dituju  save.

18
Gambar 3.23 Tampilan export map

21. Hasil peta setelah di-export ke dalam bentuk format JPEG.

Gambar 3.24 Tampilan Peta dalam bentuk format JPEG

3.2 Pengaturan Tampilan Layer

19
a) Pada bagian atas Table of Contents terdapat beberapa metode tampilan
layer. Pengguna dapat memilih metode mana yang akan digunakan sesuai
dengan tujuan analisis, yaitu.
List by drawing order
Layer pada Table of Contents disusun sesuai dengan urutan
penggambaran. Layer yang lebih atas akan menutupi layer yang
ada di bawah. Semakin atas layer di dalam Table of Contents
dengan metode tampil list by drawing order, maka semakin bebas
layer tersebut dari halangan atau tertutup layer lain.
List by source
Table of Contents dapat menampilkan layer berdasarkan
sumbernya (path). Yang ditampilkan di dalam Table of Contents
adalah 48 Pengenalan.
List by visibility
Layer pada Table of Contents diurutkan dari yang visible
berada pada bagian atas dan not visible berada pada bagian bawah.

List by selection
Layer pada Table of Contents diurutkan dari yang
selectable di bagian atas dan not selectable berada pada bagian
bawah.
Contoh TOC pada metode tampil berbeda-beda adalah sebagai berikut.

Gambar 3.25 Metode tampil pada TOC


b) Layer on/off ArcGIS menyediakan fitur untuk menampilkan (on) dan tidak
menampilkan (off) layer. Tidak semua layer yang ada pada Table of
Contents harus dalam posisi on. Beberapa layer mungkin sebaiknya dalam
posisi off, baik untuk meringankan kerja komputer maupun memang

20
karena layer tersebut tidak diperlukan untuk sementara waktu. Mengatur
on/off layer pada ArcMap dapat dilakukan dengan mengatur tanda
contreng.

Gambar 3.26 Pengaturan layer on/off di mana (a) semua layer ‘on’ dan (b) hanya satu layer
‘on’
c) Susunan layer
Susunan layer secara default dimulai dari yang paling atas adalah
layer point, line, dan polygon. Susunan tersebut sudah sesuai dengan
kaidah kartografi yang umum digunakan. Namun pengguna tetap perlu
melakukan pengurutan layer di antara kelompok layer tersebut, misalnya
jika terdapat lebih dari satu layer point, maka pengguna dapat menentukan
layer point mana yang diletakkan di atas layer yang lainnya. Pengguna
dapat saja tidak mengikuti kaidah pengurutan layer baku tersebut. Sebagai
contoh dalam pembuatan peta dengan jumlah layer yang sangat banyak,
maka diperlukan pengelompokan layer berdasarkan tema, bukan
berdasarkan jenis point/line/polygon. Jika ini dilakukan maka pada saat
pembuatan legenda pengurutan ulang layer dalam legenda harus
dilakukan. Layer yang akan dipindah dipilih dengan mouse dan
selanjutnya di-drag-n-drop ke posisi yang seharusnya.

Gambar 3.27 Pengubahan susunan layer dengan cara drag-n-drop


d) Copy-paste layer

21
Layer yang terdapat di dalam TOC (Table of Contents) dapat
digandakan, baik itu di dalam data frame yang sama, data frame yang
berbeda tetapi masih dalam project yang sama ataupun bahkan project
yang berbeda. Dalam data frame yang sama, fungsi ini sangat berguna
untuk menampilkan satu data dengan cara tampil yang berbeda-beda.
Pengguna cukup melakukan copy-paste terhadap layer yang sudah tersedia
tanpa harus menambahkan kembali data yang sama. Untuk melakukan
copy-paste layer pada data frame yang sama dapat dilakukan seperti pada
langkah-langkah berikut. Klik-kanan di atas layer Indonesia Klik pada
Copy Klik pada Paste Layer baru bernama Indonesia muncul di TOC,
sehingga terdapat dua layer Indonesia yang persis sama.

Gambar 3.28 Copy-paste layer


Selanjutnya pengguna dapat melakukan pengubahan tampilan atau
properti pada layer Indonesia yang baru. Copy-paste layer dapat juga
dilakukan antar data frame atau antar project dengan cara yang serupa.
e) Nama layer
Layer yang ditambahkan ke TOC secara otomatis akan diberi nama
sesuai dengan nama file atau data. Dari sisi kartografi, nama otomatis
tersebut seringkali tidak sesuai dengan kaidah yang baik, misalnya kata
tidak dimulai dengan huruf besar atau dua kata terpisah masih disatukan.
Pengguna dapat mengubah nama layer tersebut agar lebih baik seperti
pada langkah-langkah berikut:

22
 Klik pada salah satu layer untuk mengaktifkan layer tersebut,
misalnya layer Indonesia yang baru hasil copy-paste.
 Tekan F2 untuk mengaktifkan editing nama layer, atau Klik pada
nama layer yang sedang dipilih untuk kedua kalinya.
 Tuliskan nama baru misalkan Batas.

Gambar 3.29 Mengedit nama layer pada TOC ArcMap


Nama layer adalah bagian dari layer properties, sehingga
mengubah nama layer juga dapat dilakukan dengan membuka properti dari
layer tersebut
Nama layer pada TOC akan tampil sebagai bagian dari legenda.
Dengan demikian diharapkan penamaan layer pada TOC sesuai dengan
kaidah penulisan baku untuk sebuah entitas/nama. Misalnya awal nama
layer menggunakan kapital dan sisanya huruf kecil, gabungan dua kata
harus dipisah, tanda underscore (_) atau dash (-) yang biasa digunakan
dalam penamaan file harus dihilangkan, dan sebagainya.
f) Pengelompokan layer
Layer-layer di dalam TOC dapat dikelompokkan sesuai dengan
kemiripan tema atau alasan subjektivitas lainnya. Semua tipe layer (fitur
ataupun raster) dapat dikelompokkan satu sama lain. Kelompok layer
dapat dianggap sebagai layer tersendiri yang dapat diatur, misalnya
rentang skala, transparansi, dan sebagainya. Pengaturan pada kelompok
layer akan mempengaruhi semua layer yang ada di dalamnya.
Pengelompokan layer digunakan untuk mengelola jumlah layer yang
sangat banyak.

23
Layer-layer yang memiliki kemiripan tema dapat dikelompokkan
dalam satu group yang sama. Sebagai contoh dapat dibuat satu kelompok
layer Topografi yang di dalamnya berisi data jalan, sungai, pemukiman,
kontur, dan sebagainya. Kelompok layer lain mungkin diberi nama
Tenurial yang berisi data tata ruang, rencana pengembangan, built-up area,
dan sebagainya. Sebagai contoh layer Negara dan layer Danau memiliki
informasi yang mirip yaitu bagian dari Benua, oleh karena itu kedua layer
tersebut bisa di-group. Cara melalukan grouping layer adalah sebagai
berikut:
 Klik pada layer danau .
 Tekan tombol shift (jangan dilepas). Jika layer yang ingin dipilih
tidak dalam range berurutan (terhalang layer-layer lain), gunakan
tombol Ctrl.
 Klik pada layer Negara.
 Klik-kanan pada salah satu layer terpilih
 Pilih Group

Gambar 3.30 Pengelompokan layer pada TOC


g) Remove layer
Dalam suatu project ArcMap, sudah biasa terdapat layer hasil
analisis ataupun layer lainnya yang pada akhir tahapan project tidak
diperlukan kembali. Sebagai contoh layer World 30 bisa di-remove karena
tidak diperlukan. Untuk me-remove layer tersebut dari TOC dapat
dilakukan dengan langkah berikut.
 Klik pada layer yang akan di-remove, yaitu layer World 30 .

24
 Klik-kanan di atas layer terpilih tersebut .
 Pilih remove.

Gambar 3.31 Menghapus layer dari TOC ArcMap

3.3 Unsur Layout Peta Tematik


Dalam sebuah peta pasti ada unsur-unsur di dalamnya dan berikut
ini merupakan beberapa unsur yang ada pada peta tematik jaringan jalan
Kecamatan Pujut.

Gambar 3.32 Peta Jaringan Jalan Kecamatan Pujut


3.3.1 Frame
Kerangka peta (frame) merupakan garis tepi yang ada pada
peta. Berikut merupakan contoh peta beserta kerangka peta.

25
Gambar 3.33 Kerangka Peta
3.3.2 Judul Peta
Judul peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya
dicantumkan di bagian ataspeta dengan huruf besar. Fungsi judul
adalah menunjukkan daerah yang digambarkan oleh peta tersebut.
Dari judul pengguna haruslah sudah mengetahui peta apa yang
dilihatnya.

Gambar 3.34 Judul Peta


3.3.3 Skala
Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara
jarak di peta dengan jarak yang sebenarnya di permukaan bumi.
Skala yang kami gunakan ada dua yaitu skala batang dan skala
angka.
a. Skala Garis atau Grafik
Skala yang ditunjukkan dengan membuat garis
linier dengan membuat perbendingan pada setiap ruasnya.

Gambar 3.35 Skala Garis

26
b. Skala angka
Skala yang ditampilkan dalam bentuk angka.

Gambar 3.36.. Skala Angka


c. Skala Verbal
Skala yang menggunakan kalimat baku sebagai
pentunjuk skala. Jenis skala ini banyak dipakai di Eropa
yang biasanya menggunakan satuan inchi dan mil. Contoh :
One Inch to two miles.]
3.3.4 Petunjuk Arah
Petunjuk arah sebagai salah satu komponen kelengkapan
pada peta merupakan komponen yang harus ada dalam sebuah
peta. Sesuai dengan namanya, fungsi penunjuk arah memberikan
informasi arah utara, timur, selatan, barat dan atau arah daerah
yang digambar. Arah yang biasa kita kenal dan kita gunakan
biasanya adalah delapan (8) arah mata angin yaitu Utara, Timur
Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, Barat Laut.
Penempatan komponen petunjuk arah dapat ditempatkan
bebas, tetapi biasanya ditempatkan di bagian atas peta utama.
Informasi arah tidak harus ditampilkan seluruhnya, bisa hanya satu
arah saja misalnya arah utara.
Desain atau bentuk petunjuk arah dapat digambar secara
bebas, hal ini merupakan kebebasan dari pembuat peta. Beberapa
contoh petunjuk arah yang biasa kita temui misalnya sebagai
berikut.
Kemudian mengapa arah utara selalu mengarah ke atas
dalam peta? Hal ini terkait dari sejarah peta itu sendiri dan di era
sebelumnya, perbedaan arah di peta sangat umum terjadi di
kalangan pembuatnya. Faktor paling penting dalam penentuan arah
peta ini adalah sejak ditemukannya kompas dan pemahaman utara
magnetik dan egosentris masyarakat pada masa lalu terutama di
wilayah Eropa. Ide itu dikombinasikan dengan pemahaman saat

27
kita melihat bintang ke atas di langit malam. Egosentrik adalah
suatu pandangan tentang manusia sebagai pusat perputaran suatu
objek. Oleh karena itu dalam kartografi, egosentrik adalah sebuah
paham yang menempatkan diri sendiri sebagai satu titik lokasi di
permukaan bumi. Informasi pada bagian atas peta umumnya
dipandang lebih baik dan mudah dibaca dibandingkan diletakkan di
bagian bawah.

Gambar 3.37 Tampilan petunjuk arah


3.3.5 Legenda
Legenda merupakan keterangan peta, memudahkan
pembacaan dan penafsiran peta karena legenda menerangkan arti
dari simbol-simbol yang terdapat dalam peta.
Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta.
Selain itu legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta,
sepanjang tidak mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan.

Gambar 3.38 Legenda pada Peta Jaringan Jalan

28
 Simbolisasi
Desain grafis merupakan bagian terpenting dari
kartografi karena dibutuhkan komunikasi yang efektif dari
simbol-simbol yang di-desain. Untuk memudahkan
pelaksanaan simbolisasi dari banyak variasi data, maka data
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Simbol titik (dot), digunakan untuk menyajikan tempat
atau data posisional seperti suatu kota, titik triangulasi,
bangunan, dan sebagainya. Simbol ini berupa titik,
segitiga, lingkaran, dan sebagainya.
b. Simbol garis (dash), digunakan untuk menyajikan data-
data geografis mislanya sungai, batas wilayah, jalan,
dan sebagainya.
c. Simbol luasan (patches), digunakan bila mewakili suatu
area tertentu dengan simbol yang mencakup luasan
tertentu misalnya daerah rawa, hutan, padang pasir, dan
sebagainya.
 Pewarnaan
Dalam pembuatan peta jalan yang telah dibuat
terdapat simbol sebagai berikut yaitu :
 Warna kuning : untuk bangunan.
 Warna biru : untuk sungai.
 Warna putih : untuk batas administrasi kecamatan.
 Warna merah : untuk jalan.
3.3.6 Sistem Proyeksi
Sistem proyeksi peta merupakan suatu fungsi yang
merelasikan koordinat titik-titik yang terletak di atas permukaan
suatu kurva ke koordinat titik-titik yang terletak di bidang datar.
Proyeksi peta bertujuan untuk memindahkan unsur-unsur titik,
garis, dan sudut dari permukaan bumi ke suatu bidang datar dengan
menggunakan rumus-rumus proyeksi peta sehingga tercapai
kondisi yang diinginkan. Kondisi tersebut meliputi jarak, sudut

29
atau arah dan luas unsur di atas peta akan tetap sama sebagaimana
di permukaan bumi.
Salah satu sistem proyeksi peta yang sering digunakan
adalah UTM (Universal Transverse Mercator). Pada sistem
proyeksi ini, posisi horizontal dua dimensi (x,y) utm didefinisikan
dengan menggunakan bidang proyeksi selinder, transversal dan
konform yang memotong bumi pada dua meridian standar. Secara
horizontal, seluruh permukaan bumi dibagi menjadi 60 bagian
yang disebut zona UTM. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian
selebar 60. Secara vertical setiap derajat memiliki lebar 80 yang
pembagiannya dimulai dari 80° LS ke arah utara. Sedangkan
dibawah 80° LS, notasinya dimulai dari C, D, E, F, hingga X
(tetapi huruf I dan O tidak digunakan).
Setiap zona UTM memiliki sistem koordinat sendiri dengan
titik nol sejati pada perpotongan antara meridian sentralnya dengan
ekuator. Dan untuk menghindari nilai koordinat negatif, maka
meridian tengahnya diberi nilai awal absis (x) 500.000 meter.
Sementara untuk zone yang terletak di bagian selatan ekuator, juga
untuk menghindari nilai koordinat yang negatif, bidang ekuator
diberi nilai awal ordinat (y) 10.000.000 meter.
Wilayah Indonesia terbagi ke dalam 9 zona UTM, mulai
dari meridian 9° BT hingga meridian 144° BT dengan batas lintang
11° LS hingga 6° LU. Dengan demikian, wilayah Indonesia
dimulai dari zone 46° (meridian sentral 93° BT) hingga zone 54°
(meridian sentral 141° BT).

Gambar 3.39 sistem proyeksi peta jaringan jalan Kecamatan Pujut


3.3.7 Sistem koordinat
Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara
menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya
sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi

30
masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat
pula, pemetaan suatu wilayah menjadi lebih mudah. Saat ini
terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di Indonesia,
yaitu system koordinat bujur-lintang dan sistem koordinat UTM
(Universal Transverse Mercator). Tidak semua sistem koordinat
cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem koordinat bujur-
lintang tidak cocok digunakan di tempat-tempat yang berdekatan
dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek.
Tetapi, kedua sistem koordinat tersebut cocok digunakan di
Indonesia.
Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris
disebut Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang
menentukan, yaitu :
a. Garis dari atas ke bawah (vertikal) yang menghubungkan kutub
utara dengan kutub selatan bumi, disebut juga garis lintang
(Latitude).
b. Garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis
khatulistiwa, disebut juga garis bujur (Longitude). Sistem
koordinat yang paling umum digunakan pada saat ini adalah
sistem lintang (φ), bujur (λ), dan ketinggian (h- tinggi di atas
ellipsoid). Pada sistem geodetik koordinat geodetik ini
meridian utama dan ekuator merupakan bidang-bidang
referensi yang digunakan untuk mendefinisikan koordinat
lintang (φ) dan bujur (λ). Lintang geodetik (φ) suatu titik
adalah sudut yang dibentuk oleh bidang ekuator (φ=0), dengan
garis normal terhadap ellipsoid referensi. Bujur geodetik (λ)
suatu titik adalah sudut yang dibentuk oleh bidang referensi
(meridian utama, λ=0) dengan bidang meridian yang melalui
titik yang bersangkutan. Tinggi geodetik (h) adalah jarak titik
yang bersangkutan dari ellipsoid referensi dalam arah garis
normal terhadap ellipsoid referensi.

31
Gambar 3.40 sistem koordinat WGS 1984
Sistem Koordinat TM-3˚ ini memodifikasi sistem koordinat
yang sudah ada sebelumnya yaitu UTM (Universal Transverse
Mecantor) WGS 1984, dengan cara membagi sistem proyeksi
UTM 6 derajat ke 3 derajat. Sehingga dalam satu zona UTM 49
selatan misalnya, terdiri dari 2 zona TM-3˚, yaitu TM-3˚ zona 49.1
dan TM-3˚ zona 49.2. Sistem koordinat ini merupakan sistem yang
digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) karena
dianggap memiliki akurasi koordinat posisi lokasi yang tinggi.
Dengan demikian, dapat dikatakan jika sistem koordinat TM-
3˚merupakan turunan dari sistem koordinat UTM.
Sistem koordinat TM-3˚juga mempunyai beberapa
karakteristik, yaitu silinder, konform, tangent, transversal, zona
proyeksinya 3°, faktor skala di meridian sentral = 0.9999, titik nol
sumbu y dari sistem koordinat peta terletak pada garis equator, titik
nol sumbu x dari sistem koordinat peta terletak pada garis meridian
sentral , Absis semu (T) : 200 000 meter + X dan Ordinat semu (U)
: 1 500 000 meter + Y.

32
Gambar 3.41 Sistem Koordinat TM-3˚

Gambar 3.42 Peta Pembagian Zona TM-3˚

Gambar 3.43 Sistem Koordinat Peta Jaringan Jalan Kecamatan Pujut


3.3.8 Sumber Peta
Asal pembuatan peta dan informasinya. Sumber peta
dicantumkan agar pembaca dapat mengetahui asal sumber peta itu
diperoleh dan dibuat.
Peta yang kami ambil berasal dari sebuah web yakni
https://petatematikindo.wordpress.com/ . Di dalam web tersebut
dinyatakan bahwa sumber data peta kabupaten lombok tengah
berasal dari:
 Vektor Indikasi Batas Administrasi RBI Indonesia.
BakorsutanaiTahun 1999.
 Vektor Jalan dan Sungai RBI skala 1;25.000 BIG.

 Peta Infrastruktur Kab. Lombok Tengah, Kementrian Pekerjaan


Umum Tahun 2012.

33
 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Lombok Tengah. RTRW
Tahun 2011-2031.

BAB IV
PENUTUP

34
4.1 Kesimpulan
Kartografi adalah sebuah ilmu yang mempelajari pembuatan peta
yang dilakukan dengan cara memperkecil dan memperbesar ukurannya
dengan skala perbandingan pada suatu luas permukaan bumi atau benda-
benda lainnya yang berada di luar angkasa yang disajikan dalam bentuk
gambar di selembar kertas dan juga digital. Sedangkan peta merupakan
penampakan gambar suatu bentuk permukaan bumi yang digambar dalam
bidang datar yang dapat di perkecilkan dengan skala.
Dalam pembuatan peta ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran
guna mendapatkan hasil yang maksimal. Kemudian peta memiliki fungsi
memberikan informasi kepada manusia dimana suatu letak posisi yang di
gambarkan dalam bidang datar.
Peta Tematik adalah suatu peta yang memperlihatkan infonmasi
kualitatif dan atau kuantitatif pada unsur tertentu. Unsur-unsur tersebut ada
hubungannya dengan detail topografi yang penting. Pada peta tematik,
keterangan disajikan dengan gambar, memakai pernyataan dan symbol-
simbol yang mempunyai tema tertentu atau kumpulan dari tema-tema yang
ada hubungannya antara satu dengan lainnya.
Peta tematik dapat membantu secara umum perencanaan suatu
daerah, administrasi, manajemen, perusahaan-perusahaan swasta,
pendidikan, perencanaan militer dan lain-lain. Selain itu pembuat peta
tematik berhubungan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan
terutama dalam bidang geologi, geografi, pertanahan, perkotaan, teknik
sipil, pertarnbangan dan bidang ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah sosial dan ekonomi.

4.2 Saran

35
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan untuk pelaksanaan
laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Demi kelancarannya waktu pelaksanaan Laporan hendaknya segala
peraturan-peraturan yang telah diterapkan harus dipatuhi oleh mahasiswa.
2. Dalam membuat laporan dituntut ketelitian dan kesabaran dari para
praktikan dan dosen yang membimbing agar Laporan dapat memberikan
hasil yang diharapkan.
3. Dalam membuat laporan hendaknya mahasiswa membuat sebuah laporan
yang wajib mengandung unsur susunan karya ilmiah.

36

Anda mungkin juga menyukai