Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang No.43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian,


yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil adalah mereka atau seseorang yang telah
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diberikan tugas dalam jabatan negeri atau
disertai tugas-tugas negeri lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-
undangan serta digaji menurut peraturan yang berlaku. Aparatur Sipil Negara dibutuhkan
dalam mengelola keanekaragaman yang melimpah tersebut, sehingga harus memiliki sikap
yang profesional, integritas, netral, dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme.

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah, pengertian
tersebut sesuai dengan UU No. 5 Tahun 2014. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan publik
yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai degan ketentuan peraturan perundang-
undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional, berkualitas, dan mempererat
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pembentukan ASN yang profesional diawali dengan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditegaskan dalam Peraturan Kepala LAN Nomor 24 Tahun
2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri sipil untuk
membentuk PNS yang profesional yaitu karakternya dibentuk oleh nilai-nilai dasar profesi
PNS sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan
publik.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), ditetapkan bahwa salah satu jenis Diklat yang
strategis untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN menjadi profesional seperti
tersebut di atas adalah Diklat Latihan Dasar CPNS. Diklat ini dilaksanakan dalam rangka
membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang kemudian berperan dalam
membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS yang mampu bersikap dan bertindak
profesional dalam melayani masyarakat.

1
Untuk membentuk PNS profesional, dibutuhkan pembaharuan atas pola
penyelenggaraan diklat yang ada saat ini dan yang didukung oleh semua pihak. Praktik
penyelenggaraan Diklat Latihan Dasar CPNS dengan pola pembelajaran klasikal yang
didominasi dengan metode ceramah, menunjukkan bahwa tidak mudah untuk membentuk
nilai-nilai dasar profesi PNS, terutama proses internalisasi pada diri masing-masing peserta.
Salah satu bentuk penugasan dalam Diklat Pelatihan Dasar ini adalah menyusun
dokumen atau rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN yang terdapat pada
beberapa kegiatan yang dilaksanakan di tempat kerja masing-masing. Pelaksanaan kegiatan
ini bertujuan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi ASN, yaitu akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi. Kelima nilai dasar profesi ASN
tersebut sebelumnya dipelajari dan dipahami oleh para peserta Diklat Latihan Dasar CPNS
melalui proses pembelajaran dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi
Sumatera Utara.
Berdasarkan uraian di atas, penulis saat ini ditempatkan sebagai Penjaga Tahanan di
Rumah tahanan kelas II B Sidikalang akan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi ASN
berdasarkan kegiatan yang sudah direncanakan sesuai tugas pokok dan tugas.

1.2 Deskripsi Singkat Rutan Kelas II B Sidikalang

1.2.1 Profil Rutan Kelas II B Sidikalang

Rumah Tahanan Kelas II B Sidikalang berlokasi di jalan Rimo Bunga No. 40


kelurahan Panji Bako, Kecamatan Sitinjo II, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara di atas
lahan seluas 30.124 m2. Gedung Rutan Kelas II B Sidikalang di resmikan tanggal 22
September 1986 oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sumatera
Utara saat itu bapak Radjo Harahap, SH.

Rutan Kelas II B Sidikalang memiliki 3 blokyaitu , blok Sisingamangaraja,


Blok Tuanku Imam Bonjol, Blok KH. Dewantara, Blok R.A. Kartini, dan aula.
Kemudian juga memiliki 2 tempat ibadah yaitu Mesjid untuk warga binaan muslim
dan Gereja untuk warga binaan kristiani. Seain itu juga memiliki ruangan poliklinik,
ruang rapat, ruang perpustakaan, ruang bimbingan kerja, ruang kunjungan, ruang
perkantoran dan rumah dinas.

2
1.2.2 Visi Rutan Kelas II B Sidikalang

Visi Rutan Kelas II B Sidikalang Mewujudkan Pelayanan Prima terhadap para


warga binaan pemasyarakatan dan masyarakat serta penegakan hukum oleh petugas
yang profesional, berwibawa, berwawasan, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa
guna mencapai reformasi birokrasi pemasyarakatan.

1.2.3 Misi Rutan Kelas II B Sidikalang.

Misi Rutan Kelas II B Sidikalang adalah “ASRI” yang dijabarkan sebagai


berikut :

A : AMAN

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari depan mengedepankan pada pelayanan yang


cepat, tepat, dan ramah terhadap warga binaan dan masyarakat dengan menjungjung
tinggi HAM, akan tetapi tetap Waspada Jangan-Jangan........selalu harus ingat.

S : SOLID

Menjunjung tinggi solidaritas sesama petugas pemasyarakatan dengan tidak


mengabaikan tugas pokok dan fungsi sesuai peraturan yang berlaku.

R : RELIGIUS

Petugas Rutan Kelas II B Sidikalang harus selalu meningkatkan keimanan dan


ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya mempunyai mental dan moral yang
handal untuk mewujudkan pelayanan yang prima tanpa adanya KKN, sehingga bisa
jadi panutan Warga Binaan Pemasyarakatan.

I : IPTEK

Petugas Rutan Kelas II B Sidikalang harus menguasai ilmu pengetahuan dan


teknologi yang semakin berkembang dalam upaya mendukung pelaksanaan tugas
sehari-hari.

3
1.2.4. Motto Rutan Kelas II B Sidikalang.

Motto Rutan Kelas II B Sidikalang adalah “BERKARYA” : Bersih, Kreatif,


Yakin. Dimana diartikan dengan Bersih dalam pikiran dan tindakan, Kreatif Dalam
Berkarya, Yakin Benar Berhasil.

1.2.5. Nilai-Nilai Organisasi

Nilai dasar merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh petugas dan yang
memandu petugas dalam memilih berbagai alternatif yang diperlukan untuk menuju
masa depan. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan telah menetapkan nilai-nilai dasar
yang dapat dijadikan sebagai pedoman oleh setiap petugas pemasyarakatan dalam
menetapkan keputusan berkaitan dengan upaya pencapaian visi dan misi Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan. Nilai-nilai dasar tersebut adalah sebagai berikut :
 Profesional
Aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah aparat yang bekerja
keras untuk mencapai tujuan organisasi melalui penguasan bidang tugasnya,
menjunjung tinggi etika dan integirtas profesi;
 Akuntabel
Setiap kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan atau peraturan
yang berlaku;
 Sinergi
Komitmen untuk membangun dan memastikan hubungan kerjasama yang produktif
serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk
menemukan dan melaksanakan solusi terbaik, bermanfaat, dan berkualitas;
 Transparan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya
 Inovatif

4
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mendukung kreatifitas dan
mengembagkan inisiatif untuk selalu melakukan pembaharuan dalam
penyelengaraan tugas dan fungsinya.

1.2.6. Struktur Organisasi

KA RUTAN

JHONNY GULTOM,
A.Md. IP, S.Sos

KESATUAN PENGAMANAN Subseksi PELAYANAN Subseksi PENGELOLAAN


RUTAN TAHANAN RUTAN

HERYANTO TUMANGGER, FRANDA SARAGIH, A.Md IP, ISMAIL SITEPU, SH


S,Sos.
SH

PETUGAS PENGAMAN

1.2.7. Tugas dan fungsi

Berdasarkan Sasaran Kinerja Pegawai kegiatan yang dilaksanakan adalah


a. Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap tahanan atau narapidana
b. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban
c. Melakukan pengawasan, penerimaan, penempatan dan pengeluaran narapidana
dan tahanan
d. Melakukan penggeledahan, blok hunian tahanan/narapidana
e. Melakukan penghitungan jumlah tahanan/narapidana

1.3 Permasalahan

Dalam menjalankan tugas sehari-hari tidak terlepas dari permasalahan dan tantangan.
Begitu juga dalam Rutan Kelas II B Sidikalang, permasalahan tersebut muncul karena
faktor internal dan eksternal, seperti :

5
1. Keterbatasan jumlah pegawai
2. Kelebihan kapasitas
3. Kurangnya disiplin warga binaan
4. Kurangnya integritas pegawai.

Dalam berbagai keterbatasan yang di miliki Rutan Kelas II B Sidikalang di atas


menimbulkan munculnya permasalahan seperti kurang tertibnya warga binaan di dalam
kamar dan kurangnya kesadaran warga binaan dalam menjalankan aturan yang ada.

6
BAB II

IDENTIFIKASI ANALSIS MASALAH

2.1 Identifikasi Isu

Berdasarkan permasalahan-permasalahan sebagaimana yang di uraikan pada bab


sebelumnya telah dilakukan pengidentifikasian, isu yang akan diangkat didalam rancangan
aktualisasi ini, antara lain :

1. Kurangnya ketegasan untuk kedisplinan terhadap tata tertib yang berlaku.


2.Kurangnya sosialisasi bagi pengunjung dimana pengunjung membawa banyak
barang saat berkunjung..
3.Kurangnya ketegasan petugas untuk meningkatkan kesadaran wbp tentang
kebersihan
4. Kurangnya kretifitas pegawai dalam menciptakan kegiatan bimbingan kerja,
sehingga pembinaan bimker tidak berjalan.
5. Masih adanya terdapat alat komunikasi di dalam blok karena kurang ketatnya
pemeriksaan.

Untuk mengetahui dimensi/aspek serta penyebab dari isu dia atas, dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

Tabel. 2.1. Identifikasi Isu

No. Permasalahan Dimensi/Aspek Penyebab


Kurangnya ketegasan menegakkan
SDM  Komitmen
1. kedisplinan terhadap tata tertib yang
Komitmen  Standar
berlaku
Kurangnya sosialisasi bagi pengunjung
dimana pengunjung membawa banyak  Komitmen
2. SDM
barang saat berkunjung.  Tugas

Kurangnya ketegasan petugas


SDM  Komitmen
3. meningkatkan kebersihan kamar dan
Komitmen  Standar
halaman.
4 Kurangnya kretifitas pegawai dalam SDM  Komitmen

7
menciptakan kegiatan bimker sehingga
 Tugas
kegiatan bimker disana tidak berjalan
Kurang ketatnya pemeriksaan sehingga
 Komitmen
5 masih ada alat komunikasi yang masuk
 Tugas
ke dakam blok hunian

2.2 Analisis Isu dan Dampaknya

Selanjutnya terhadap isu yang telah diidentifikasi di atas, penulis akan


menguji isu tersebut dengan menggunakan alat bantu penetapan kriteria isu, aktual,
problematik, kekhalayakan, layak. Aktual artinya benar-benar terjadi dilingkungan kerja.
Problematika artinya isu yang memiliki dimensi masalah komplek, sehingga perlu dicarikan
segera solusi. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Layak
artinya isu yang masuk akal dan realisitis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalah sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah ini :

Tabel. 2.2. Analisis Isu

Kriteria Prioritas
Kriteria Isu
A P K L
Kurangnya ketegasan menegakkan Memenuhi
√ √ √ √
kedisplinan terhadap tata tertib yang berlaku Kriteria
Kurangnya sosialisasi bagi pengunjung
sehingga banyak pengunjung yang Tidak
√ √ √ - Memenuhi
membawa banyak barang saat berkunjung. Kriteria

Kurangnya ketegasan pegawai


meningkatkan kebersihan kamar dan √ √ √ √ Memenuhi
Kriteria
lingkungan.
Kurangnya kreatifitas pegawai dalam
Memenuhi
menciptakan suatu kegiatan bimker sehingga √ √ √ √
Kriteria
disana kegiatan bimker tidak berjalan.
Kurang ketatnya pemeriksaan sehingga √ √ √ √ Mememnuhi
Kriteria
masih adanya alat komunikasi yang lolos ke

8
blok hunian

Keterangan :
A : Aktual
P : Problematik
K : Kekhalayakan
L : Layak

Tabel 2.3 Dampak Isu

No. Permasalahan Dampak


 Pelanggaran Tata tertib
Kurangnya ketegasan menegakkan  Timbulnya gangguan
1. kedisplinan terhadap tata tertib keamanan
 Timbulnya rasa tidak adil
bagi wbp yang lain.
 Pelanggaran Tata tertib
 Kurangnya pendapatan
koperasi yang dikelola
rutan
Kurangnya sosialisasi bagi pengunjung
 Memperlama saat
sehingga banyak pengunjung yang
2. pemeriksaan barang
membawa banyak barang saat
sehingga menjadi kurang
berkunjung
teliti dimana hal tersebut
dapat membuat cela
memasukkan barang
terlarang.
 Lingkungan menjadi kotor
Kurangnya ketegasan pegawai
dan bau
3. meningkatkan kebersihan kamar dan
 Timbulnya penyakit akibat
lingkungan.
kotoran
4 Kurangnya kreatifitas pegawai dalam  WBP menjadi jenuh di
menciptakan suatu kegiatan bimker dalam blok karena tidak
sehingga disana kegiatan bimker tidak ada kegiatan

9
 Kreatifitas atau skill wbp
tidak bertambah sehingga
tetap saja seperti pertama
kali dia masuk
berjalan
 Dibalik kejenuhan di
dalam blok dapat
menimbulkan niat untuk
melarikan diri
 Bisa terciptanya gangguan
keamanan karena bisa saja
wbp berkomunikasi
Kurang ketatnya pemeriksaan sehingga kepada orang luar untuk
5 masih adanya alat komunikasi yang lolos merencanakan sesuatu
ke blok hunian yang melanggar hukum
 Menimbulkan adanya
transaksi narkoba dari
dalam lapas/rutan

2.3 Penetapan Isu

Dari beberapa isu yang telah dijelaskan sebelumya akan ditetapkan isu berdasarkan skala
prioritas dengan teknik USG (Urgensi, Seriousness, Growth) dan skala likertsebagaimana
yang tercantum didalam tabel berikut :

No
Permasalahan U S G Total
.
Kurangnya ketegasan menegakkan kedisplinan terhadap
1. tata tertib. 5 5 5 15

Kurangnya sosialisasi bagi pengunjung sehingga banyak


2. pengunjung yang membawa banyak barang saat 4 4 4 12
berkunjung
3. Kurangnya ketegasan pegawai meningkatkan kebersihan 5 5 5 15

10
kamar dan lingkungan.
Kurangnya kreatifitas pegawai dalam menciptakan suatu
4 kegiatan bimker sehingga disana kegiatan bimker tidak 4 3 3 10
berjalan
Kurang ketatnya pemeriksaan sehingga masih adanya alat
5 5 5 5 15
komunikasi yang lolos ke blok hunian
Keterangan :

 U (Urgensi) : Seberapa mendesak isu perlu dibahas dikaitkan dengan waktu


 S (Seriousness) : Seberapa besar isu perlu dibahas dikaitkan dengan
akibat yang ditimbulkan
 G (Growth) : Seberapa besar isu tersebut berkembang jika
dibiarkan.

Skala USG : 1-5


5 = Sangat besar/Sangat tinggi
4 = Besar/Tinggi
3 = Sedang /Cukup
2 = Kecil/Rendah
1 = Sangat Kecil/Sangat Rendah

Isu yang diangkat dalam aktualisasi ini adalah :


1. Kurangnya ketegasan menegakkan kedisplinan terhadap tata tertib .
2. Kurangnya sosialisasi bagi pengunjung dimana pengunjung membawa banyak barang
saat berkunjung
3. Kurangnya ketegasan pegawai meningkatkan kebersihan kamar dan lingkungan.
4. Kurangnya kreatifitas pegawai dalam menciptakan suatu kegiatan bimker sehingga
disana kegiatan bimker tidak berjalan
5. Kurang ketatnya pemeriksaan sehingga masih adanya alat komunikasi yang lolos ke blok
hunian

2.4 Penetapan Gagasan Kegiatan

11
Dari isu yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud diatas, akan ditetapkan gagasan
kegiatan dalam memberikan solusi terhadap isu yang telah ditetapkan. Adapun kegiatan
gagasan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kurangnya ketegasan menegakkan kedisplinan terhadap tata tertib .


- memberikan pengarahan kepada wbp agar masuk kamar sesuai waktu yang
ditetapkan.
- memberikan sanksi kepada wbp yang susah diatur masuk kamar hunian.
- menempelkan pengumuman jadwal keluar masuk kamar di kamar tiap wbp.
-tidak ada wbp yang diistimewakan, karena hal tersebut dapat menimbulkan wbp
sulit disuruh masuk karena merasa dekat dengan petugas tertentu.
- memberikan arahan dan teguran kepada yang tidak berpakaian sopan

2. Kurangnya sosialisasi bagi pengunjung dimana pengunjung membawa banyak


barang saat berkunjung

- melakukan sosialisasi kepada orang yang bertamu supaya tidak membawa barang
yang terlalu banyak.
- memulangkan barang yang dibawa pengunjung apabila melebihi yang ditentukan..

. - Membuat papan pengumuman di tempat-tempat tertentu.

3. Kurangnya ketegasan pegawai meningkatkan kebersihan kamar dan lingkungan

- membuat jadwal piket kebersihan harian.

- membuat gotong royong kebersihan yang dilakukan wbp

- mengawasi setiap kegiatan kebersihan

4. Kurangnya kreatifitas pegawai dalam menciptakan suatu kegiatan bimker sehingga


disana kegiatan bimker tidak berjalan
- kerjasama antar petugas menciptakan ide ide tertentu dalam membuat suatu
kegiatan
- memberikan diklat diklat kepada pegawai tentang suatu inovasi supaya bisa
diterapkan di upt masing masing.

12
5. Kurang ketatnya pemeriksaan sehingga masih adanya alat komunikasi yang lolos ke
blok hunian

- memfasilitasi alat yang mendukung pemeriksaan, seperti x.ray

- memberikan sanski yang tegas bagi yang mencoba memasukkan alat komunikasi

- Petugas harus lebih teliti saat pemeriksaan khusus petugas P2U

- Melakukan razia rutin

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Nilai Dasar ASN

13
A. Akuntabilitas

1.Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorng ASN adalah
menjamin terwujudnya nilai-nilsi public tersebut dalah :
a. Mampu mengambil pilihan ang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan,
antara kepentingan public dengan kepentingan sector, kelompok, dan pribadi.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan
ASN dalam politik praktis.
c. Memeperlakukan warga secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan publik.
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
2.Aspek Akuntabilitas
Terdapat 5 (lima) aspek penting dalam akuntabilitas yaitu, Akuntabilitas
adalah hubungan, Akuntabilitas berorientasi pada hasil, Akuntabilitas membutuhkan
adanya laporan, Akuntabilitas memerlukan konsekuensi dan Akuntabilitas
memperbaiki kinerja.
3.Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 3 (tiga) fungsi utama yaitu : control demokrasi ,
mencegah korupsi dan penyalahgunaan wewenang , untuk menungkatkan efisiensi
dan efektifitas.
4.Tingakatan akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu : akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi dan
akuntabilitas stakeholder.

2. Mekanisme Akuntabilitas
1.Mekanisme Akuntabilitas Birokrasi Indonesia
Di Indonesia alat akuntabilitas alat akuntabilitas antara lain adalah :
perencanaan strategis, kontrak kinerja , laporan kinerja.
2.Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel

14
Kepemimpinan, Transparansi , integritas , tanggungjawab, keadilan,
kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.
3.Frame Work Akuntabilitas
Berikut adalah 5 langkah dalam membuat Frame work Akuntabilitas :
Menentukan tujuan, melakukan perencanaan, pelaksanaan, memberikan laporan dan
melakukan evaluasi.

B. Nasionalisme
Fungsi ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa dan Negara yaitu setiap
pegawai ASN harus memiliki jiwa nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang kuat,
memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan Negara, menjadi perekat bangsa dan
mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah Indonesia, dan menjaga keutuhan
NKRI.
Maka Indikator Nasionalisme yang harus dimiliki aparatur sipil Negara
adalah, sebagai berikut :
1. Berwawasan Kebangsaan yang Kuat
2. Memahami pluralitas
3. Berorientasi kepublikan yang kuat
4. Mementingkan kepentingan nasional di atas segalanya
Nilai dasar Nasionalisme :

 Keimanan dan Ketaqwaan


 Kejujuran
 Kedisiplinan
 Keikhlasan
 Tanggungjawab
 Persatuan
 Saling menghormati
 Toleransi
 Gotong royong
 Musyawarah
 Kerjasama
 Ramah tamah
 Keserasian

15
 Patriotisme
 Kesederhanaan
 Martabat dan harga diri
 Kerja keras
 Pantang menyerah

C. Etika Publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar norma , yang menentukan baik
buruk, benar salah perilaku , tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan
public dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayan publik. Adapun Indikator
etika publik adalah:
1. Memahami kode Etik dan perilaku pejabat public:
a. adalah aturan – aturan yang mengatur kelompok dalam bentuk ketentuan –
ketentuan tertulis.
b. Dimensi Etika Publik Terdiri dari: dimensi pelayan kualitas public, dimensi
modalitas dan dimensi tindakan integritas publik.
2. Memahami bentuk – bentuk kode etik dan implikasinya sehingga ASN
memiliki pemahaman tentang :
a. Pentingnya Etika dalam pelayanan public
b. Penggunaan kekuasaan legimitasi kebijakan
c. Konflik kepentingan
d. Sumber – sumber kode etik bagi ASN
e. Implikasi kode etik dalam pelayanan public
3 Mampu Mengaktualisasikan nilai – nilai etika bukan hanya posisinya sebagai ASN
tetapi juga sebagai warga Negara.
D. Komitmen Mutu
Komitmen mutu mengacu kepada ukuran baik buruk yang dipersepikan oleh
individu terhadap nilai suatu produk atau pun jasa. Dalam peyelenggaraan pemerintahan,
mutu sering dikaitkan dengan pelayanan kepada masyarakat. Adapun indicator komitmen
mutu dapat di :
1. Mampu memahai tindakan yang menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja
brorienasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
2. Mununjukkan sikap perilaku kinerja kreatif dan inovatif yang berorientasi mtu dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.

16
3. Mengaktualisasi komitmen mutu dalam menjalankan tugas ASN.
E. Anti Korupsi
Menanamkan sikap sadar anti korupsi merupakan salah satu cara untuk
menjauhkan diri kita dari korupsi. Salah satu cara menanamkan sikap anti korupsi adalah
menanamkan nilai intregritas jujur, mandiri, adil, kerja keras, peduli, tanggung jawab,
disiplin, sederhana,dan berani. Indikator anti korupsi adalah :
1. Menyadari damapak perilaku dan tindak pidana korupsi bagi kehidupan diri pribadi,
keluarga, masyarakat, dan bangsa.
2. Mampu menjelaskan cara-cara menghindari perilaku dan tindak pidana korupsi.
3. Menjelaskan pembangunan system intregritas untuk mencegah terjadinya korupsi
dilingkungannya ( kesediaan, isentifiksi dan internalisasi)
Nilai dasar Anti Korupsi :

 Jujur
 Peduli
 Mandiri
 Disiplin
 Tanggung jawab
 Kerjasama
 Sederhana
 Berani
 Adil

3.2 Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

Kedudukan dan peran PNS dalam NKRI terkandung dalam tiga nilai-nilai yakni
Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Govermment yang baik.

 Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
profesional,memiliki nilai dasar,etika profesi,bebas dari investasi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Adapun manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan zaman.
 Pelayanan Publik

17
Segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk
barang atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat(LAN, 1998)
Adapun beberapa unsur penting dalam pelayanan publik antara lain :
1. Unsur pertama, istitusi penyelenggara pelayanan public
2. Unsur kedua, penerima layanan public
3. Unsur ketiga, kepuasaan pelanggan penerima pelayanan publik

Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah:

1. Partisipatif

2. Transparan

3. Responsif

4. Tidak Diskriminatif

5. Mudah dan Murah


6. Efektif dan efisien
7. Aksesibel
8. Akuntabel
9. Berkeadilan

Sikap pelayanan dapat digambarkan melalui 7 P sebagai berikut:


1) Pasionate (Sangat bergairah = Bersemangat, Antusias)
2) Progressive (Memakai cara yang terbaik = termaju)
3) Proaktive (Antisipatif, proaktif dan tidak menunggu)
4) Prompt (Positif = tanpa curiga dan kekhawatiran)
5) Patience (Penuh rasa kesabaran)
6) Proporsional (Tidak mengada-ada)
7) Punctional (Tepat waktu)

18
 Whole of Government
Whole of Government atau disingkat WOG adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatuka upaya – upaya kolaboratif pemerintahan
dari seluruh sektor dalam ruang lingkup kordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-
tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik oleh karena
itu WOG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan
sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan- urusan yang relevan.

19

Anda mungkin juga menyukai