Anda di halaman 1dari 29

LABORATORIUM SOTPK

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SURABAYA

FLUIDISASI

Oleh:
Kelompok 1
Kelas Pararel A

Marcelino Brilliant Iswanto 160219034


Evelyn Putri 160219036
Ivania Handoyo 160219042

Tanggal Percobaan : 03 November 2021

DATA LINGKUNGAN
Humidity (%) Tekanan (mmHg) Suhu Udara ( C ) Suhu udara ( C )
INTISARI

i
DAFTAR ISI
INTISARI........................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR NOTASI.........................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Percobaan............................................................................I-1
I.2 Prinsip Percobaan............................................................................I-1
I.3 Dasar Teori......................................................................................I-1
I.4 Hipotesa...........................................................................................I-13
BAB II PERCOBAAN
II.1 Variabel Percobaan........................................................................II-1
II.2 Alat yang digunakan......................................................................II-1
II.3 Bahan yang digunakan...................................................................II-1
II.4 Prosedur Percobaan........................................................................II-1
II.5 Gambar Alat...................................................................................II-2
II.6 Data Percobaan..............................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Analisa Warna...............................................................................
III.2 Analisa pH.....................................................................................
III.3 Analisa Total Solid........................................................................
III.4 Jumlah Aluminium yang Terlarut.................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan...................................................................................
IV.2 Saran.............................................................................................

ii
DAFTAR NOTASI

∆ P : Pressure drop (Pa)

A : Luas penampang (m2)

l : Tinggi unggun (m)

ε : Porositas unggun

ρp : Densitas partikel (kg/m3)

ρ : Densitas fluida (kg/m3)

g : Koonstanta gravitasi (m/s2)

k1 : Konstanta persamaan Ergun

k2 : Konstanta persamaan Ergun

μ : Viskositas (kg/ms)

V : Kecepatan fluida di dalam saluran-saluran (m/s)

Vo : Kecepatan fluida sebelum masuk unggun di dalam kolom (m/s)

∅ : Sperisitas partikel padat

εv
rH : Hydraulic radius = (m)
( 1−ε ) s

NRe : Bilangan Reynold

Fv : Viscous Force (kg.m/s2)

Fi : Inertial Force (kg.m/s2)

Fd : Drag Force (kg.m/s2)

Vom : kecepatan fluidisasi minimum (m/s)

D : diameter ekivalen partikel (mm)

iv
DAFTAR TABEL

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Unggun Diam

Gambar 1.2 Unggun Terfluidakan

Gambar 1.3 Fenomena smooth or homogenously fluidization

Gambar 1.4 Fenomena bubbling fluidization

Gambar 1.5 Fenomena slugging fluidization

Gambar 1.6 Fenomena chanelling fluidization

Gambar 1.7 Fenomena disperse fluidization

Gambar 1.8 Kurva Karakteristik Fluidisasi

Gambar 1.9 Kurva Ekspansi

Gambar 2.1 Alat Percobaan Fluidisasi

v
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Percobaan

1. Menentukan karakteristik fluidisasi.

2. Menentukan konstanta untuk viscous & inertial force (k1 &k2).

3. Menentukan kecepatan fluidisasi minimum.

4. Menentukan kurva ekspansi pada fluidisasi.

I.2 Prinsip Percobaan

Fluida dialirkan dari bawah ke atas melalui seunggun partikel padat.


Penurunan tekanan fluida melalui unggun dicatat seiring dengan perubahan
kecepatannya. Kecepatan fluida ditingkatkan secara perlahan sampai unggun
terfluidakan. Kurva karakteristik fluidisasi dibuat berdasarkan data perubahan
yang diperoleh.

I.3 Dasar Teori


Fluidisasi merupakan metode pengontakan butiran-butiran padat dengan
fluida (cair maupun gas) sehingga memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas
tinggi. Sedangkan, pada fluidized bed partikel padat dalam unggun (bed) agar
partikel terfluidisasi maka diperlukan aliran gas dari distributor udara menuju ke
atas, kecepaan aliran gas harus lebih besar untuk menyebar ke seluruh partikel-
partikel didalam unggun akan tetapi partikel tersebut tidak boleh keluar dari
unggun (Oka, Simeon N., 2004).
Di dalam fluidized bed terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dalam
fluidisasi seperti laju aliran fluida, jenis fluida, ukuran partikel, bentuk partikel,

I-1
jenis partikel, densitas partikel, porositas bed, distribusi aliran, distribusi bentuk
ukuran fluida, diameter kolom, dan tinggi bed. Dari variabel tersebut akan

I-1
dihasilkan beberapa fenomena fluidisasi seperti fixed bed, incipient fluidization,
smooth, bubbling fluidization, slugging fluidization, chanelling fluidization, dan
fenomena disperse fluidization (Widayati, 2010).
Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain
(Widayati, 2010) :
1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju
minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel padatan tetap diam. Fenomena ini dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Unggun Diam


(Widayati, 2010)

2. Fenomena minimum or incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir


fluida mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi.
Pada kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Fenomena ini
dapat dilihat pada gambar 1.2.

Gambar 1.2 Unggun Terfluidakan


(Widayati, 2010)

I-2
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan
dan distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam
unggun sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan
seragam. Fenomena ini dapat dilihat pada gambar 1.3.

Gambar 1.3 Fenomena smooth or homogenously fluidization (Widayati, 2010)

4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung


pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak
homogen. Fenomena ini dapat dilihat pada gambar 1.4.

Gambar 1.4 Fenomena


bubbling fluidization (Widayati, 2010)

I-3
5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung
besar yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-

I-3
partikel padat. Pada kondisi ini terjadi penorakan sehingga partikel-partikel
padat seperti terangkat. Fenomena ini dapat dilihat pada gambar 1.5.

Gambar 1.5 Fenomena slugging fluidization (Widayati, 2010)

6. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam unggun partikel


padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Fenomena ini
dapat dilihat pada gambar 1.6.

Gambar 1.6 Fenomena


chanelling fluidization (Widayati, 2010)

7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida


melampaui kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian
partikel akan terbawa aliran fluida. Fenomena ini dapat dilihat pada
gambar 1.7.

I-4
Gambar 1.7 Fenomena disperse fluidization (Widayati, 2010)

Berdasarkan jenis-jenis fluida yang digunakan, fluidisasi dapat dibedakan


menjadi 2 jenis yaitu fluidisasi partikulat dan fluidisasi gelembung (McCabe.
Et,1987).

1. Pencampuran Fluida Cair dengan Partikel


Merupakan fluidisasi yang terjadi pada fluida cair, misalnya fluidisasi pasir
dengan air. Partikel-partikel ini bergerak menjauh satu sama lain dan
gerakannya bertambah hebat dengan bertambahnya kecepatan, tetapi densistas
rata-rata pada suatu kecepatan tertentu sama di segala arah hamparan. Proses
fluidisasi ini bercirikan akspansi hamparan yang cukup besar tetapi seragam
pada kecepatan tinggi.
2. Pencampuran Gas dengan Partikel
Merupakan fluidisasi yang terjadi pada fluida gas. Pada fluidisasi ini
kebanyakan gas akan mengalir dalam gelembung atau rongga-rongga kosong
yang tak berisikan zat padat, dan hanya sebagian kecil gas itu mengalir dalam
saluran-saluran yang terbentuk diantara partikel. Partikel itu bergerak tanpa
aturan dan didukung oleh fluida. Sifat ketakseragaman hamparan pada mulanya
diperkirakan disebabkan oleh penggumpalan atau agregasi partikel, tetapi
kenyataannya tidak ada bukti yang menunjukkan partikel itu melekat satu sama

I-5
lain. Gelembung yang terbentuk berperilaku hampir seperti gelembung udara di
dalam air atau gelembung uap di dalam zat cair yang mendidih.

Klasifikasi partikel didefinisikan empat macam partikel atas dasar sifatnya


terhadap fluidisasi yaitu partikel grup A, B, C, dan D. Partikel yang tergolong
dalam grup A mudah untuk terfluidisasi bahkan pada kecepatan fluida yang
rendah tanpa adanya pembentukan gelembung. Contoh partikel yang termasuk
dalam grup A adalah cracking catalist, Partikel yang tergolong dalam grup B
sering disebut dengan partikel berbuih, jika kecepatan fluida yang masuk lebih
besar dari Vom akan terbentuk gelembung yang berukuran besar dalam unggun.
Contoh partikel yang termasuk grup B adalah pasir kuasa, partikel (Geldart,
1973).

Partikel yang tergolong dalam grup C sangat sulit terfluidisasikan karena gaya
antar partikel yang kuat dibandingkan gaya friksi yang diakibatkan oleh adanya
fluida yang masuk. Contoh partikel yang termasuk grup C adalah semen dan
terigu. Partikel yang termasuk grup D sangat sulit untuk terfluidisasi karena
ukurannya yang besar. selain itu kenaikan kecepatan fluida dapat menyebabkan
terbentuknya jet dan partikel dapat tersembur. Contoh partikel yang termasuk
grup D adalah beras, biji jagung, dan biji kopi. (Geldart, 1973).

Fluida yang dilewatkan melalui suatu unggun partikel akan mengalami


pressure drop (penurunan tekanan) akibat friksi (adanya gaya gesek). Pressure
drop ini akan menjadi semakin besar dengan makin tingginya kecepatan fluida
yang melalui unggun. Hal ini dikarenakan gaya gesek antar partikel yang masih
besar (belum terfluidakan). Bila kecepatan fluida ditingkatkan terus, pada suatu
saat akan tercapai suatu titik dimana partikel padat mulai bergerak dan unggun
mulai mengembang, yang mana hal ini terjadi ketika gaya pressure drop dapat
mengimbangi gaya berat dari partikel, dapat ditulis dengan rumus sebagai
berikut (McCabe, 2001) :

∆ P x A= A x l x ( 1−ε mf ) x (ρ¿¿ p− ρ) x g ¿ (1)

I-6
I-6
Dimana :

∆ P : pressure drop (Pa)


A : luas penampang (m)
l : tinggi unggun (m)
ε mf : porositas unggun
ρ p : densitas partikel (kg/m3)
ρ : densitas fluida (kg/m3)

Pada kondisi awal terfluidisasi ini, porositas unggun akan berubah dan akan
menjadi semakin meningkat dengan meningkatnya kecepatan fluida. Bila
partikel telah terfluidakan, pressure drop fluida akan cenderung konstan.

Keadaan ini disebabkan pada saat partikel mulai terfluidakan, gaya gesek
antar partikelnya turun sehingga pressure dropnya menjadi sangat kecil dan
dapat dianggap konstan. Apabila kecepatan fluida diturunkan maka pada suatu
saat ketika mencapai kecepatan fluidisasi minimum pressure drop akan mulai
turun sedangkan ketinggian partikel mulai konstan, namun baik ketinggian
partikel maupun pressure dropnya tidak melewati jalur yang sama dengan
keadaan awal. Hal ini dikarenakan porositas yang semakin besar sehingga
volume rongga antar partikelnya semakin besar dan menyebabkan pressure
dropnya semakin kecil. Fenomena fluidisasi ini dapat dikaji dari kurva
karakteristiknya seperti terlihat pada gambar 1.8. (McCabe, 2001)

I-7
Gambar 1.8
Kurva Karakteristik Fluidisasi (McCabe, 2001)

Pada saat awal, kenaikan kecepatan fluida tidak mempengaruhi ketinggian


unggun atau ketinggian unggun tetap. Jika kecepatan ditingkatkan terus, suatu
saat unggun akan mulai terfluidakan, sehingga ketinggian unggun meningkat
(sampai titik C). Lalu , jika kecepatan fluida diturunkan perlahan-lahan, maka
ketinggian unggun akan mnurun dan melewati jalur yang sama ke titik B.
Kemudian, setelah melewati titik B ketinggian unggun akan konstan (sampai di
titik A). Dari kurva terlihat bahwa ketinggian unggun setelah difluidisasi lebih
tinggi dari ketinggian mula-mula. Kecepatan pada titik B disebut kecepatan
minimum fluidisasi. (McCabe,2001).

Unggun Diam
Di dalam unggun, fluida di anggap mengalir melalui saluran-saluran partikel
yang berpenampang tetap. Gaya total friksi yang dialami oleh fluida adalah
akibat viscous drag force dan inertial drag force. (McCabe,2001).

I-8
Viscous drag force
Fv k 1 μV
= (2)
A gc r H
dimana :

k1 : konstanta persamaan Ergun


μ : viskositas (kg/ms)
V : kecepatan fluida di dalam saluran-saluran (m/s)
εv
rH : hydraulic radius = (m)
( 1−ε ) s
A : luas permukaan total dinding saluran-saluran (m2)

Inertial drag force


Fi k 2 2
= ρV (3)
A gc

dimana :

k2 : konstanta persamaan Ergun


ρ : massa jenis fluida (kg/m3)

Total gaya drag : Viscous drag force + Inertial drag force


Fd k 1 μV k 2 2
= + ρV (4)
A gc r H gc

Misal pressure drop adalah ∆P dan luas penampang kolom adalah S, maka
besar F dapat dinyatakan sebagai ∆PεS. Persamaan (4) dapat ditulis sebagai
berikut :
∆ P g c 1−ε s μ V o (1−ε ) s
= 3 [k 1 +k 2 V o2 ]
ρL ε v ρ v
(5)
Partikel sembarang untuk sphericity dapat didefinisikan sebagai berikut :

I-9
s 6
= (6)
v (∅ D)
dimana : D = diameter ekivalen partikel (mm)
Subtitusi ke persamaan (5) dan menurut Ergun harga k1 dan k2 berturut-turut
adalah 150/36 dan 1,75/6, sehingga menjadi :

I-9
∆ P gc ∅ D ε3 150 (1−ε )
2
= + 1,75 (7)
ρL V o 1−ε ∅ D V o ρ/ μ
Persamaan (7) ini dikenal sebagai persamaan Ergun, ruas kiri persamaan (7)
didefinisikan sebagai faktor friksi untuk unggun (f).
150(1−ε)
f= +1,75 (8)
∅ Nℜ
Pada NRe rendah atau NRe < 1 (aliran laminer) maka harga 1,75 dapat diabaikan
(viscous force yang mengontrol, inertial force tidak begitu penting) dan
persamaan (8) menjadi :
∆ P g c ε 3 ∅2 D p2
(9)
Vo L ¿ ¿
atau
150(1−ε)
f= (10)
∅ Nℜ
Persamaan (9) dan (10) merupakan persamaan Kozeny-Carman.
Pada NRe tinggi atau NRe > 1000 (daerah turbulen), viscous force diabaikan,
yang mengontrol inertial force. Persamaan (8) menjadi :
∆ P g c ε 3 ∅ Dp
2
=1,75 (11)
V o ρL(1−ε )
atau
f =1,75
Persamaan (11) merupakan persamaan Blake-Plummer

Unggun Terfluidakan
Suatu unggun dialirkan fluida (cairan gas) dari bawah, maka jika kecepatan
fluida melebihi suatu harga tertentu, unggun akan mengembang dan partikel-
partikel di dalamnya akan bergerak secara acak tetapi tidak sampai terbawa
aliran fluida. Peristiwa seperti ini disebut fluidisasi. Unggun terfluidakan,
persamaan Ergun dapat digunakan. Pada saat akan terjadi fluidisasi, berat
unggun akan terimbangi oleh pressure drop dan gaya apungnya .
(McCabe,2001).

I-10
∆ P=( 1−ε ) ( ρ p−ρ ) Lg/ gc (12)

I-10
dimana :
L : tinggi unggun (cm)
Subtitusi ke persamaan (8)
150 μ V om (1−ε m ) 1,75 ρVo m2 1
+ =g( ρ p−ρ)
∅2 D3 ε m3 ∅D ε m3
(13)
Dari persamaan (13) , kecepatan fluidisasi minimum dapat dihitung :
Untuk NRe < 1 :
ε m3 ∅ 2 D 2
Vom=g ( ρ p− ρ ) (14)
1−ε m 150 μ
Untuk NRe > 1000 :
Vom=¿ (15)
dimana :
Vom = kecepatan fluidisasi minimum (m/s)
ε m = porositas pada saat Vom

Ekspansi pada Fluidisasi


Persamaan yang diturunkan untuk kecepatan fluidisasi minimum (V om) dapat
diaplikasikan untuk cairan dan gas, tetapi setelah melewati Vom, prilaku
unggun terfluidisasi antara cairan dan gas seringkali berbeda. Untuk fluidisasi
antara pasir dengan air, partikel-partikelnya bergerak saling menjauhi dan
pergerakannya semakin kuat dengan meningkatnya kecepatan. Massa jenis
rata-rata unggun pada kecepatan tertentu sama disetiap bagian unggun.
Peristiwa tadi disebut dengan fluidisasi partikulat, yang bercirikan ekspansi
unggun yang cukup besar tetapi seragam, pada kecepatan tinggi.
Ekspansi yang terjadi adalah seragam, dan persamaan Ergun masih dapat
digunakan untuk unggun yang sedikit terekspansi. Persamaan Ergun yang
seharusnya diaplikasikan pada fixed bed, dapat diterapkan untuk pendekatan
unggun yang sedikit terekspansi. Dengan mengasumsikan aliran diantara
partikel adalah laminar.

I-11
ε3 150 V́ 0 μ
=
1−ε g( ρρ− ρf )φs2 D p2

(16)

I-11
Persamaan (16) mirip dengan persamaan kecepatan minimum fluidisasi, tetapi
sekarang V́ 0 adalah variabel bebas dan ε adalah variabel terikat. Persamaan di

ε3
atas menunjukkan bahwa berbanding lurus dengan V́ 0 untuk nilai lebih
1−ε
besar dari V´0 m. Tinggi unggun yang terekspansi dapat diperoleh dari nilai
porositas (ε) dan nilai L pada fluidisasi minimum, menggunakan persamaan :
1−ε m
L=Lm (17)
1−ε
Untuk fluidisasi partikulat dari partikel berukuran besar di air, ekspansi bed
terjadi lebih besar 2 persamaan di atas, karena penurunan tekanan bergantung
sebagian dari energi kinetik fluida dan kenaikan porositas yang cukup besar
untuk mengimbangi peningkatan V́ 0. Kurva ekspansi dapat dilihat pada
gambar 1.9 (Mccabe, 2001).

Gambar
1.9 Kurva Ekspansi (McCabe, 2001)

I-12
I-12
1.4 Hipotesa

1. Kecepatan fluida dinaikkan, pressure drop akan meningkat sampai Vom.


Setelah melewati titik Vom, pressure drop konstan dan terjadi peningakatan
tinggi unggun. Kecepatan fluida diturunkan, tinggi unggun tidak akan kembali
ke keadaan sebelumnya.

2. Pada aliran laminar, nilai k1 (viscous force) akan lebih dominan. Sedangkan,
pada aliran turbulen, nilai k2 (inertial force) akan lebih dominan.

3. Kecepatan fluidisasi minimum (Vom) terjadi saat unggun tepat mengalami


fluidisasi.

4. Setelah melewati titik Vom , peningkatan kecepatan fluida menyebabkan


peningkatan porositas yang menandakan unggun terfluidisasi.

I-13
BAB II
PERCOBAAN
II.1 Variabel Percobaan

1. Jenis fluida
2. Ketinggian awal unggun
3. Kecepatan aliran fluida

II.2 Alat-alat yang digunakan

1. Serangkaian alat fluidisasi.

II.3 Bahan-bahan yang digunakan

1. Partikel padatan yang difluidisasi.


2. Fluida sebagai medium fluidisasi (air dan udara).

II.4 Prosedur Percobaan

A. Fluidisasi dengan Air


1. Mengukur tinggi unggun mula-mula dalam kolom.
2. Mencatat pressure drop mula-mula pada saat kecepatan alir fluida nol.
3. Mengalirkan fluida (air) perlahan-lahan dalam berbagi kecepatan tiap 0,1
L/min dan mencatat tinggi unggun serta pressure drop tiap kenaikan 0,1
L/min. Melakukan pencatatan dengan kecepatan dibuat yang cukup kecil,
agar pada saat unggun mulai terfluidisasikan dapat teramati.
4. Melakukan pencatatan terus untuk kecepatan yang lebih besar sampai
unggun hampir terbawa aliran. Melkukan pencatatan hingga kecepatan
maksimum pada fluida air.
5. Menurunkan kecepatan secara perlahan-lahan tiap 0,1 L/min dan
mencatat tinggi unggun serta pressure drop tiap penurunan 0,1 L/min
hingga kecepatan fluida nol.

II-1
6. Melakukan langkah percobaan sebanyak variasi tinggi unggun yang
diberikan.

B. Fluidisasi dengan Udara


1. Mengukur tinggi unggun mula-mula dalam kolom.
2. Mencatat pressure drop mula-mula pada saat kecepatan alir fluida nol.
3. Mengalirkan fluida (udara) perlahan-lahan dalam berbagai kecepatan tiap
1 L/min dan mencatat tinggi unggun serta pressure drop tiap kenikan 1
L/min. Melakukan pencatatan dengan kecepatan dibuat yang cukup kecil,
agar pada saat unggun mulai terfluidisasikan dapat teramati.
4. Melakukan pencatatan terus untuk kecepatan yang lebih besar sampai
unggun hampir terbawa aliran. Melakukan pencatatan hingga kecepatan
maksimum pada fluida udara.
5. Menurunkan kecepatan secara perlahan-lahan tiap 1 L/min dan mencatat
tinggi unggun serta pressure drop tiap penurunan 1 L/min hingga
kecepatan fluida nol.
6. Melakukan langkah percobaan dengan tinggi unggun yang berbeda.

II.5 Gambar Alat

II-2
Gambar 2.1 Alat Percobaan Fluidisasi

II-2

Anda mungkin juga menyukai