FLUIDISASI
Oleh:
Kelompok 1
Kelas Pararel A
DATA LINGKUNGAN
Humidity (%) Tekanan (mmHg) Suhu Udara ( C ) Suhu udara ( C )
INTISARI
i
DAFTAR ISI
INTISARI........................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR NOTASI.........................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Percobaan............................................................................I-1
I.2 Prinsip Percobaan............................................................................I-1
I.3 Dasar Teori......................................................................................I-1
I.4 Hipotesa...........................................................................................I-13
BAB II PERCOBAAN
II.1 Variabel Percobaan........................................................................II-1
II.2 Alat yang digunakan......................................................................II-1
II.3 Bahan yang digunakan...................................................................II-1
II.4 Prosedur Percobaan........................................................................II-1
II.5 Gambar Alat...................................................................................II-2
II.6 Data Percobaan..............................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Analisa Warna...............................................................................
III.2 Analisa pH.....................................................................................
III.3 Analisa Total Solid........................................................................
III.4 Jumlah Aluminium yang Terlarut.................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan...................................................................................
IV.2 Saran.............................................................................................
ii
DAFTAR NOTASI
ε : Porositas unggun
μ : Viskositas (kg/ms)
εv
rH : Hydraulic radius = (m)
( 1−ε ) s
iv
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
jenis partikel, densitas partikel, porositas bed, distribusi aliran, distribusi bentuk
ukuran fluida, diameter kolom, dan tinggi bed. Dari variabel tersebut akan
I-1
dihasilkan beberapa fenomena fluidisasi seperti fixed bed, incipient fluidization,
smooth, bubbling fluidization, slugging fluidization, chanelling fluidization, dan
fenomena disperse fluidization (Widayati, 2010).
Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain
(Widayati, 2010) :
1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju
minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel padatan tetap diam. Fenomena ini dapat dilihat pada gambar 1.1.
I-2
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan
dan distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam
unggun sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan
seragam. Fenomena ini dapat dilihat pada gambar 1.3.
I-3
5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung
besar yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-
I-3
partikel padat. Pada kondisi ini terjadi penorakan sehingga partikel-partikel
padat seperti terangkat. Fenomena ini dapat dilihat pada gambar 1.5.
I-4
Gambar 1.7 Fenomena disperse fluidization (Widayati, 2010)
I-5
lain. Gelembung yang terbentuk berperilaku hampir seperti gelembung udara di
dalam air atau gelembung uap di dalam zat cair yang mendidih.
Partikel yang tergolong dalam grup C sangat sulit terfluidisasikan karena gaya
antar partikel yang kuat dibandingkan gaya friksi yang diakibatkan oleh adanya
fluida yang masuk. Contoh partikel yang termasuk grup C adalah semen dan
terigu. Partikel yang termasuk grup D sangat sulit untuk terfluidisasi karena
ukurannya yang besar. selain itu kenaikan kecepatan fluida dapat menyebabkan
terbentuknya jet dan partikel dapat tersembur. Contoh partikel yang termasuk
grup D adalah beras, biji jagung, dan biji kopi. (Geldart, 1973).
I-6
I-6
Dimana :
Pada kondisi awal terfluidisasi ini, porositas unggun akan berubah dan akan
menjadi semakin meningkat dengan meningkatnya kecepatan fluida. Bila
partikel telah terfluidakan, pressure drop fluida akan cenderung konstan.
Keadaan ini disebabkan pada saat partikel mulai terfluidakan, gaya gesek
antar partikelnya turun sehingga pressure dropnya menjadi sangat kecil dan
dapat dianggap konstan. Apabila kecepatan fluida diturunkan maka pada suatu
saat ketika mencapai kecepatan fluidisasi minimum pressure drop akan mulai
turun sedangkan ketinggian partikel mulai konstan, namun baik ketinggian
partikel maupun pressure dropnya tidak melewati jalur yang sama dengan
keadaan awal. Hal ini dikarenakan porositas yang semakin besar sehingga
volume rongga antar partikelnya semakin besar dan menyebabkan pressure
dropnya semakin kecil. Fenomena fluidisasi ini dapat dikaji dari kurva
karakteristiknya seperti terlihat pada gambar 1.8. (McCabe, 2001)
I-7
Gambar 1.8
Kurva Karakteristik Fluidisasi (McCabe, 2001)
Unggun Diam
Di dalam unggun, fluida di anggap mengalir melalui saluran-saluran partikel
yang berpenampang tetap. Gaya total friksi yang dialami oleh fluida adalah
akibat viscous drag force dan inertial drag force. (McCabe,2001).
I-8
Viscous drag force
Fv k 1 μV
= (2)
A gc r H
dimana :
dimana :
Misal pressure drop adalah ∆P dan luas penampang kolom adalah S, maka
besar F dapat dinyatakan sebagai ∆PεS. Persamaan (4) dapat ditulis sebagai
berikut :
∆ P g c 1−ε s μ V o (1−ε ) s
= 3 [k 1 +k 2 V o2 ]
ρL ε v ρ v
(5)
Partikel sembarang untuk sphericity dapat didefinisikan sebagai berikut :
I-9
s 6
= (6)
v (∅ D)
dimana : D = diameter ekivalen partikel (mm)
Subtitusi ke persamaan (5) dan menurut Ergun harga k1 dan k2 berturut-turut
adalah 150/36 dan 1,75/6, sehingga menjadi :
I-9
∆ P gc ∅ D ε3 150 (1−ε )
2
= + 1,75 (7)
ρL V o 1−ε ∅ D V o ρ/ μ
Persamaan (7) ini dikenal sebagai persamaan Ergun, ruas kiri persamaan (7)
didefinisikan sebagai faktor friksi untuk unggun (f).
150(1−ε)
f= +1,75 (8)
∅ Nℜ
Pada NRe rendah atau NRe < 1 (aliran laminer) maka harga 1,75 dapat diabaikan
(viscous force yang mengontrol, inertial force tidak begitu penting) dan
persamaan (8) menjadi :
∆ P g c ε 3 ∅2 D p2
(9)
Vo L ¿ ¿
atau
150(1−ε)
f= (10)
∅ Nℜ
Persamaan (9) dan (10) merupakan persamaan Kozeny-Carman.
Pada NRe tinggi atau NRe > 1000 (daerah turbulen), viscous force diabaikan,
yang mengontrol inertial force. Persamaan (8) menjadi :
∆ P g c ε 3 ∅ Dp
2
=1,75 (11)
V o ρL(1−ε )
atau
f =1,75
Persamaan (11) merupakan persamaan Blake-Plummer
Unggun Terfluidakan
Suatu unggun dialirkan fluida (cairan gas) dari bawah, maka jika kecepatan
fluida melebihi suatu harga tertentu, unggun akan mengembang dan partikel-
partikel di dalamnya akan bergerak secara acak tetapi tidak sampai terbawa
aliran fluida. Peristiwa seperti ini disebut fluidisasi. Unggun terfluidakan,
persamaan Ergun dapat digunakan. Pada saat akan terjadi fluidisasi, berat
unggun akan terimbangi oleh pressure drop dan gaya apungnya .
(McCabe,2001).
I-10
∆ P=( 1−ε ) ( ρ p−ρ ) Lg/ gc (12)
I-10
dimana :
L : tinggi unggun (cm)
Subtitusi ke persamaan (8)
150 μ V om (1−ε m ) 1,75 ρVo m2 1
+ =g( ρ p−ρ)
∅2 D3 ε m3 ∅D ε m3
(13)
Dari persamaan (13) , kecepatan fluidisasi minimum dapat dihitung :
Untuk NRe < 1 :
ε m3 ∅ 2 D 2
Vom=g ( ρ p− ρ ) (14)
1−ε m 150 μ
Untuk NRe > 1000 :
Vom=¿ (15)
dimana :
Vom = kecepatan fluidisasi minimum (m/s)
ε m = porositas pada saat Vom
I-11
ε3 150 V́ 0 μ
=
1−ε g( ρρ− ρf )φs2 D p2
(16)
I-11
Persamaan (16) mirip dengan persamaan kecepatan minimum fluidisasi, tetapi
sekarang V́ 0 adalah variabel bebas dan ε adalah variabel terikat. Persamaan di
ε3
atas menunjukkan bahwa berbanding lurus dengan V́ 0 untuk nilai lebih
1−ε
besar dari V´0 m. Tinggi unggun yang terekspansi dapat diperoleh dari nilai
porositas (ε) dan nilai L pada fluidisasi minimum, menggunakan persamaan :
1−ε m
L=Lm (17)
1−ε
Untuk fluidisasi partikulat dari partikel berukuran besar di air, ekspansi bed
terjadi lebih besar 2 persamaan di atas, karena penurunan tekanan bergantung
sebagian dari energi kinetik fluida dan kenaikan porositas yang cukup besar
untuk mengimbangi peningkatan V́ 0. Kurva ekspansi dapat dilihat pada
gambar 1.9 (Mccabe, 2001).
Gambar
1.9 Kurva Ekspansi (McCabe, 2001)
I-12
I-12
1.4 Hipotesa
2. Pada aliran laminar, nilai k1 (viscous force) akan lebih dominan. Sedangkan,
pada aliran turbulen, nilai k2 (inertial force) akan lebih dominan.
I-13
BAB II
PERCOBAAN
II.1 Variabel Percobaan
1. Jenis fluida
2. Ketinggian awal unggun
3. Kecepatan aliran fluida
II-1
6. Melakukan langkah percobaan sebanyak variasi tinggi unggun yang
diberikan.
II-2
Gambar 2.1 Alat Percobaan Fluidisasi
II-2