Anda di halaman 1dari 8

TRIAGE

Laporan Ft. Kedaruratan dan Disaster

OLEH

KELOMPOK I

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
DAFTAR NAMA DAN NIM KELOMPOK

Ega Halima Ramdini (201810490311098)

Dinda Permata Putri (201810490311103)

Rizky Amalia Lestari (201810490311101)

Mukti Ali Akbar (201810490311115)

Faila Syiva Nur Mahmudah (201810490311116)

Vivi Veronika (201810490311117)

Alifia Syafira Putri (201810490311121)

Desinta Tria Ningrum (201810490311126)

Dimas Aditya Firdaus (201810490311128)

Prasasti Millennia Seputri (201810490311131)

Nabila Haya Faramida (201810490311134)

Aqila Cintia (201810490311144)


A. Pengertian Bencana

Berdasarkan Undang-undang nomor 24 tahun 2007, bencana

merupakan rangkaian peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat, faktor bencana terdiri dari faktor

alam, faktor non-alam, atau faktor manusia. Hal ini dapat mengakibatkan

kerugian berupa korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

dan dampak psikologis.

B. Pengertian Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa

batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke

bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan

sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot

tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan

sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di

atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng (Nur et al., 2021).

Terdapat beberapa penyebab terjadinya bencana tanah longsor, salah

satunya di akibatkan oleh hujan. Ancaman tanah longsor biasanya dimulai

pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim

kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di

permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-

pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah

permukaan.

C. Pengertian Triage
Triage merupakan penanganan awal pada pertolongan pertama dengan

menggolongkan korban/pasien dengan menentukan prioritas penanganan

segera dengan cepat dan berfokus pada pemanfaatan sumber daya manusia,

dan fasilitas yang efisien. Sistem triase yang sering digunakan dan mudah

dalam mengaplikasikannya adalah mengunakan metode START (Simple

Triage And Rapid Treatment) yang pemilahannya mengunakan warna merah

menunjukan prioritas tertinggi yaitu korban yang terancam jiwanya (Yuliano

et al., 2019).

D. Klasifikasi Warna Triage

1. Warna Merah

Warna merah merupakan prioritas utama dan harus segera

ditangani karena dapat mengancam nyawa. Tanda- tanda pada korban

berwarna merah terdapat cedera kepala berat, cedera pada area

thoracal dan abdominal, luka bakar parah, terjadi gagal napas dengan

adanya denyut nadi, dan terdapat syok atau pendarahan hebat.

2. Warna Kuning

Warna kuning merupakan kategori warna pada korban yang

mengalami cedera namun penanganan masih dapat ditunda. Tanda-

tanda pada korban dengan kategori warna kuning, yaitu cedera kepala

ringan, fraktur tanpa adanya syok, luka bakar ringan, cedera area

thoracal tanda adanya gangguan respirasi, cedera abdominal tanpa

syok.
3. Warna Hijau

Warna hijau atau minor merupakan kategori warna pada

korban dengan kasus tidak parah dengan tanda cedera jaringan lunak,

fraktur dan dislok, dan tidak ada gangguan pernapasan.

4. Warna Hitam

Warna hitam atau dying merupakan warna pita yang diberikan

kepada korban yang telah meninggal. Korban dengan warna hitam

hanya perlu diberikan pita tanpa adanya pengangan medis lainnya.

Pada kasus skrenario yang kami tampilkan kemarin terdapat

empat korban akibat bencana alam longsor. 4 korban tersebut terdiri

dari 1 warna merah, 1 warna kuning, 1 warna hijau, dan 1 warna

hitam.

E. Standar Operasional Prosedur (SOP) Triage

a. Kebijakan Triage

1) Memilah korban berdasar beratnya cedera.

2) Besarnya kemungkinan untuk hidup.

3) Fasilitas yang ada.

4) Triage tidak disertai tindakan.

5) Triage dilakukan tidak lebih dari 60 detik per korban, dan

setiap pertolongan harus segera dilakukan.

b. Skenario Kasus
Bencana Tanah Longsor menimpa daerah Gedangsari, Gunung

Kidul, Jawa Timur pada 07 Oktober 2021 dini hari. Tanah Longsor

terjadi akibat curah hujan dengan intensitas tinggi selama tigas hari

berturut-turut. Data sementara melaporkan terdapat 20 rumah rusak

berat, 5 rumah tertimbun tanah longsor, 8 infrastruktur bangunan

ambruk, serta korban jiwa yang terus bertambah. Pemerintah setempat

bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana

mengerahkan bekerja sama serta mengerahkan tenaga medis untuk

mengevakuasi dan menangani masyarakat agar korban jiwa tidak terus

bertambah.

c. Penampilan Skenario Pada Mata Kuliah Ft. Kedaruratan dan Disaster

Saat menampilkan skenario bencana alam dengan tugas triage

korban bencana. Pada kelompok kami terdapat empat korban, 1

berwarna merah, 1 berwarna kuning, 1 berwarna hijau, dan 1 berwarna

hitam.

Sebelum mengelompokkan prioritas penanganan pada korban,

Tim evakuasi melakukan pengarahan dan informasi terkait jumlah

korban terlebih dahulu yang dipimpin oleh Ketua tim evakuasi.

Setelah dilakukan pengarahan, tim evakuasi mulai mengelompokkan

kategori korban bencana berdasarkan prioritas penanganan dengan

memberikan pita berwarna merah, kuning, hijau, dan hitam.


Pada korban berwarna merah, pasien mengalami cedera kepala

berat, hal pertama yang dilakukan adalah memeriksa kesadaran

korban, pernapasan korban, jika terjadi gangguan pernapasan maka

tim akan memberikan CPR, setelah pernapasan normal, maka

diberikan pita merah. Korban kuning mengalami fraktur tanpa adanya

syok, tim memeriksa kesadaran korban apakah masih dapat melakukan

komunikasi atau tidak, lalu mengecek pernapasan, dan memeriksa

kondisi tubuh yang mengalami cedera. Korban berwarna hijau

mengalami cedera pada ankle, yaitu sprain ankle atau keseleo. Tim

memeriksa kesadaran, dan korban masih dapat berkomunikasi secara

normal, pemeriksaan pernapasan normal, lalu tim memeriksa atau

mengecek bagian tubuh yang cedera, setelah ditemukan bahwa korban

hanya mengalami sprain ankle, tim langsung memberikan pita hijau.

F. Pertolongan Pertama setelah Triage

Pertolongan Pertama setelah triage meliputi mengurangi stress

akut pasca bencana, memberikan perawatan medis yang dapat

dilakukan seperti menjaga jalan napas korban, mengontrol pendarahan

dan mencegah syok, imobilisasi penderita, mencegah terjadinya

komplikasi dan cedera sekunder. (Martono, 2014)


DAFTAR PUSTAKA

Martono. (2014). TEKNIK EVAKUASI CEDERA KEPALA PASCA BENCANA


KETEPATAN TEKNIK EVAKUASI PADA KORBAN CEDERA KEPALA
DALAM MENGURANGI KEJADIAN CEDERA SEKUNDER. 2(2), 63–71.
Nur, S., Sholikah, H., Kinasih, S., Prambudi, N., Effendi, M. Y., Safira, L., Alwinda,
N., & Setiaji, R. (2021). Analisis Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana Tanah
Longsor di Kabupaten Ponorogo. JPIG (Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Geografi),
6(1), 81–90.
Yuliano, A., Kartika, K., & Alfandi, M. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Relawan Bencana dengan Keterampilan Melakukan Triase Metode Start di Kota
Bukittinggi. Prosiding Seminar Kesehatan Perintis, 2(1), 52–59.

Anda mungkin juga menyukai