Ahmad Awliya FDK
Ahmad Awliya FDK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Ahmad Awliya
Nim : 104051001815
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Ahmad Awliya
Nim : 104051001815
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Ahmad Awliya
Nim : 104051001815
Di Bawah Bimbingan :
Sidang Munaqasyah
Penguji,
Pembimbing,
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di UIN Syarif
Hidyatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya pergunakan dalam penulisan ini telah saya
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Ahmad Awliya
ABSTRAK
kehadirat Allah Swt. yang telah berfirman: Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk
kamu agama kamu (Islam), dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Ku
ridhai Islam itu menjadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah:3) Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw., manusia mulia lagi dimuliakan
RabbNya, manusia yang namanya selalu terkenang sepanjang zaman dan terukir disetiap
hati orang yang beriman, manusia yang memiliki akhlak semulia Al-Qur’an, manusia
yang tidak akan pernah habis termakan zaman sekalipun bumi tenggelam dalam lautan.
Dengan tetesan keringat, basuhan air mata, serta segunung do’a akhirnya penulis
dapat menyelesaikan program studi S-1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Melewati hari-hari yang bahagia, namun terkadang penuh duka. Setidaknya inilah awal
1 dan guna memperoleh predikat Sarjana Sosial Islam sangatlah penulis syukuri. Sebagai
hamba yang lemah dan penuh salah, inilah yang bisa diberikan demi kemajuan umat
pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik secara moril maupun materil
sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis haturkan
kepada:
Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A, sebagai Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, para Pembantu Rektor dan Staff Rektorat yang tidak bisa
Bapak Dr. H. Murodi, M.A, sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
yang juga sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membantu dalam
penulisan skripsi ini. Kepada Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A dan Ibu Umi
Musyarofah, M.A selaku kepala dan sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terima kasih atas segala
ilmu yang kalian berikan. Semoga ilmu tersebut dapat berguna pada kehidupan penulis
Ayahanda Abu Bakar dan Ibunda Masenun, terima kasih atas spirit dan do’a yang
kalian berikan. Semoga Allah Swt. menjadikan kalian sebagai hamba-hamba pilihan
sehingga dapat memasuki surga yang penuh dengan kenikmatan dan kelezatan yang tidak
pernah dibayangkan manusia. Kepada adinda Syifa Amalia, Zaidah Umami, dan Nabilah
Firdayanti. Teruslah belajar dan berdo’a hingga akhir hayat kalian, jadikan keluarga kita
khususnya kepada Iskandar, Badru Zaman, Luthfi Anwar, Edwin Shaleh, Agustin Intan
Permata, Lilis Nurcholisoh, S.Sos.I, Hetty Maryati, S.Sos.I, Murniati, S.Sos.I, terima
kasih atas dukungan dan motivasi dari kalian. Terima kasih pula kepada Mardiyan
Rizkiyanti, S.E, dukungan dan motivasi yang diberikan membuat semangat penulis terus
bergelora.
Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada lembaga Lembaga
Kebudayaan Betawi (Bapak Yahya Andi Saputra), Forum Ulama dan Habaib Betawi
(Bapak Azis), Ikatan Warga Betawi Kebagusan (Bapak Zainal Abidin), Remaja Islam
Masjid Baitul Rahim (Abdul Azis), Kepala Kelurahan Kebagusan (Bapak Drs. Sabro
Dengan segenap ketulusan dan keikhlasan dari lubuk hati yang paling dalam,
perhatian yang telah diberikan mendapatkan kebaikan yang setimpal dari Allah Swt.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripi ini jauh dari kesempurnaaan, bahkan
masih jauh untuk dapat dikategorikan penulisan ilmiah yang baik dan benar. Untuk itulah
penulis sangatlah mengharapakan kritik dan saran yang konstruktif guna perkembangan
dan kemajuan penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa memberikan kontribusi yang
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….v
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….vii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….....viii
BAB I PENDAHULUAN
E. Sistematika Penulisan..........................................................................8
A. Pengertian Perayaan............................................................................10
A. Letak Geografis..................................................................................37
B. Kependudukan....................................................................................39
Kelurahan Kebagusan.........................................................................57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….61
B. Saran………………………………………………………………...63
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………......65
TABEL
PENDAHULUAN
umat Islam. Peristiwa ini diperingati sebagai hari lahirnya Nabi Muhammad Saw. yang
Tradisi1 Maulid juga dilaksanakan oleh komunitas etnis Betawi. Komunitas etnis
Betawi memiliki kaitan yang erat dengan agama Islam. Sejak dulu, orang Betawi dikenal
sebagai penganut agama Islam yang taat. Mereka rajin bersembahyang dan mengaji di
masjid. Mereka juga bercita-cita untuk pergi haji. Begitu inginnya pergi haji, ada
Ya Allah, Ya Rabbi….
Nyari untung biar lebi
Biar bisa pegi haji
Jiarah kuburan nabi2
Orang-orang tua Betawi akan merasa sangat malu jika anaknya tidak bisa
membaca Al-Qur’an, atau tidak pernah bersembahyang di masjid. Dalam cerita Nyai
Dasima karya S.M Ardan yang baru-baru ini diterbitkan ulang oleh Masup Jakarta
1
Menurut Dictionary of Sociology, tradisi adalah proses situasi sosial yang merupakan pewarisan
elemen kebudayaan yang diturunkan dari generasi ke generasi secara terus menerus. Secara lengkap
tertulis, a social situation process in which elements of the cultural heritage are transmitted from
generation to generation by contact of continuity. Lihat Henry Partt Fairchild (ed). 1962, Dictionary of
Sociology, Paterson, New Jersey: Littlefield Adams & Co., hlm. 322.
2
Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi: asal muasal, kebudayaan, dan adat isitadat, (Jakarta:Gunara
Kata, 2001), hlm. 124
“Ngomong-ngomong,” kata Wak Lihun sambil mendekat.
Anaklo si Miun udeh kagak kenal langgar lagi sekarang, ye.”
“Aye ngomongin sih ude cukup, Bang.”3
Warga Betawi Kebagusan adalah masyarakat yang fanatik terhadap agama yang
kalangan masyarakat Betawi. Kaum ibu membentuk pengajian di majlis taklim, kaum
bapak memiliki pengajian di masjid, kaum remaja juga memiliki pengajian yang biasanya
pembacaan riwayat kehidupan Nabi Muhammad Saw. diiringi oleh iringan rebana.5
Rebana yang mengiringi ini adalah rebana ketimpring. Karena fungsinya tersebut, rebana
Rebana adalah seni musik yang mendapat pengaruh dari dunia Arab. Kesenian ini
berasal dari bahasa Arab yakni “robbana” yang berarti “Tuhan kami”.8 Sebutan itu timbul
karena rebana biasanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu yang bernafaskan agama
3
S.M. Ardan, Nyai Dasima, (Depok:Masup Jakarta, 2007), hlm. 2
4
Hasil pengamatan penulis pada tahun 2007 s/d 2008
5
Ibid.,
6
Tim Penyusun, Ragam Budaya Betawi, (Jakarta:Dinas Kebudayaan & Permuseuman Prov. DKI
Jakarta, 2002), hlm. 69
7
, Sekilas Gambaran Kesenian Jakarta dan Latar Belakang Kehidupan Dalam
Masyarakat, (Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah, Cetakan kedua, 1979), hlm. 16. lihat juga Tim Redaksi,
Untuk Beberapa Macam Rebana, (Jakarta:Majalah Indonesia Indah No.32,1992), hlm. 15-17
8
, Peta Seni Budaya Betawi, (Jakarta:Dinas Kebudayaan DKI Jakarta,
1985/1986), hlm. 40
Islam. Di wilayah budaya Betawi, ada berbagai jenis rebana. Di antaranya rebana
ketimpring, rebana ngarak, rebana maulud, rebana burdah, rebana dor, rebana biang,
Sebutan rebana ketimpring muncul karena adanya tiga pasang kerincingan yang
dipasang di tepinya. Rebana ini memiliki tiga jenis ukuran dari yang garis tengahnya 20
hingga 25 cm. Dalam satu grup ada tiga buah rebana. Ketiga rebana itu mempunyai
sebutan, yaitu rebana tiga, rebana empat dan rebana lima. Selain digunakan sebagai
pengiring dalam pembacaan Maulid, rebana ketimpring digunakan juga untuk mengarak
pengantin. Untuk jenis yang ini, rebana tersebut dinamakan rebana ngarak. Sedangkan
untuk mengiringi pembacaan Maulid disebut rebana Maulid.10
Syair-syair yang dibawakan untuk keperluan mengarak dinamakan “Syair ad-
Diba’i”. Penamaan ini dikarenakan isi syairnya diambil dari Kitab Diwan Hadroh.
Sedangkan untuk mengiringi maulid, biasanya digunakan “Syair Barjanzi”. Hal ini
disebabkan syair itu diambil dari kitab Syaraful Anam karya Syeikh Jafar al-Barjanzi.
Tidak seluruh bacaan diiringi rebana., hanya bagian tertentu seperti: Assalammualaika,
Bisyahri, Tannaqaltu, Wulidalhabibu, Shalla ’Alaika, Badat Lana dan Asyrakal. Bagian
9
Muhammad Zafar Iqbal, Islam di Jakarta; studi sejarah islam dan budaya betawi, tesis,
(Jakarta:Program Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 2002), hlm. 375
10
Tim Penyusun, Ragam Budaya Betawi, op. cit, hlm. 68-69
11
Ibid,. hlm. 70
12
Muhammad Anwar, Sejarah Nabi Muhammad Saw., (Jakarta:S.A. Alaydrus, 1988), hlm. 11
13
Ibid,. hlm. 9
Maulid itu mengandung pujian kepada Rasul serta riwayat perjuangan Rasul dari lahir
hingga meninggalnya.
Setelah selesai perayaan Maulid, orang Betawi memiliki kebiasaan yang khas
untuk menunjukkan keakraban mereka. Biasanya, tuan rumah akan menyediakan
makanan ala kadarnya untuk dimakan. Pada zaman dahulu, makanan ini berupa nasi
dengan lauk pauk lengkap yang diletakkan di atas tampah. Satu tampah terdiri dari nasi,
ayam, tempe, dan telur. Satu tampah biasanya dimakan beramai-ramai oleh lima sampai
enam orang. Dalam suasana seperti ini, terasa sekali keakraban yang muncul. Keakraban
yang murni dan tanpa batas sama sekali.14
Pada masa sekarang, si empunya acara akan menyediakan berkat. Tiap orang
biasanya mendapat satu berkat yang berisi nasi beserta lauk pauk, kue-kue, dan buah.
Berkat dibungkus dalam kantong plastik hitam dan dibagikan menjelang acara selesai.
Kadang-kadang kalau berkat dengan nasi dan lauk pauk lengkap dianggap merepotkan,
tuan rumah akan memberikan berkat yang berisi sembako. Dalam berkat itu ada beras,
Bertitik tolak dari masalah ini maka penulis menuangkannya dalam skripsi yang
berjudul ”Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Pada Komunitas Etnis
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar masalah lebih terarah dan lebih jelas
variabelnya. Batasan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengenai
perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. pada komunitas etnis Betawi. Peneliti juga
membatasi tempat yang diteliti sebatas masyarakat kelurahan Kebagusan, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan. Karena persoalan waktu, peneliti hanya membatasinya pada tahun 2007
s/d 2008.
14
Hasil pengamatan penulis pada tahun 2007
15
Hasil pengamatan penulis pada bulan Maret s/d Mei 2008
2. Perumusan Masalah
kelurahan Kebagusan?
Kebagusan?
1. Tujuan Penelitian
Kebagusan
tradisi Betawi
D. Metodologi Penelitian
Betawi Kebagusan sehingga dapat disusun daftar wawancara yang tepat dan
cermat terkait dengan tata cara pelaksanaan dan model perayaan Maulidnya.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai skripsi ini maka penulis akan
Bab II Maulid Nabi dan Komunitas Etnis Betawi, pada bab ini penulis menjelaskan
landasan teori yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Bab ini
Bab IV Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Pada Komunitas Etnis
Muhammad Saw. syair Barjanzi yang dilaksanakan oleh komunitas etnis Betawi
kelurahan Kebagusan.
dapat bermanfaat bagi komunitas etnis Betawi Kebagusan dan bagi penelitian-
penelitian selanjutnya. Pada bagian akhir, penelitian ini juga dilengkapi dengan
daftar pustaka.
BAB II
A. Pengertian Perayaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perayaan adalah pesta (keramaian, dsb)
hari lahir.17
dalam bentuk acara seremonial. Seperti hari Kemerdekaan Indonesia atau yang kita kenal
perlombaan yang diadakan diberbagai tempat umum seperti lapangan, jalan, maupun
kebun-kebun kosong.18
Dalam hal Maulid Nabi, warga Kebagusan juga merayakannya secara seremonial.
Ini menandakan bahwa Maulid Nabi adalah hari bersejarah bagi umat Islam Indonesia,
khususnya umat Islam Kebagusan yang patut dirayakannya secara meriah. Hal ini dapat
dilihat dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan dimana banyak membutuhkan orang
17
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, edisi ketiga, 2003), hlm. 935
18
Hasil pengamatan penulis pada tahun 2007 s/d 2008
banyak serta biaya yang besar. Di samping itu, perayaan Maulid Nabi biasanya diadakan
Kata Maulid merupakan bentuk mashdar Mimi yang berasal dari kata: walada,
lid, laa talid, maulidun, mauladun, miiladun. Yang berarti dari segi bahasa (etimologi)
adalah “Kelahiran.”20
apa yang mudah dari Al-Qur’an, dibacakan riwayat kabar berita yang datang pada
permulaan urusan Nabi Muhammad Saw., dan apa yang terjadi pada maulidnya (Nabi
mereka hidangan makanan, mereka memakannya dan mereka pulang tanpa ada tambahan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Maulid berarti perayaan hari lahir Nabi
Muhammad Saw; bulan Maulud; bulan Rabiul Awwal.22 Sedangkan menurut Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Maulid adalah 1. Hari lahir (terutama hari lahir
(peringatan) hari lahir Nabi Muhammad Saw.: acara-akan diisi dengan ceramah; bulan:
19
Hasil wawancara dengan Abdul Azis
20
Syarif Mursal al Batawiy, Keagungan Maulid Nabi Muhammad Saw., (Jakarta al-Syarifiyyah,
2006), hlm. 13
21
Buletin Dian al-Mahri, edisi 10, tahun 2008, hlm. 10
22
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta:Pustaka Amani), hlm. 246
23
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, op. cit, hlm. 725
Kelahiran Nabi Muhammad Saw. ke muka bumi ini merupakan karunia Allah
yang teramat agung untuk umat manusia. Kehadirannya bagaikan matahari terbit yang
menghapus kegelapan malam. Ia bagaikan rembulan di malam purnama dan air di tengah
Sekitar 14 abad yang lalu, pada suatu malam di bulan Rabi’ul Awwal, orang-
orang kafir majusi dikagetkan dengan padamnya api sesembahan mereka yang selama
ratusan tahun tidak pernah padam, pada malam itu juga penduduk kota Mekkah
dikagetkan dengan suara burung yang berterbangan di atas udara dengan suara yang
beraneka ragam, para pendeta ahli kitab dari golongan Yahudi dan Nashrani berkumpul
dan memanggil pengikut mereka untuk beramai-ramai keluar dari rumah menyaksikan
bintang besar yang berada di cakrawala yang sejak dahulu belum pernah muncul dan
belum pernah terlihat oleh ahli perbintangan, singgasana raja Persia-pun bergonjang pada
saat itu.25 Itu semua merupakan pertanda manusia istimewa pilihan Rabb semesta alam
baru saja lahir ke muka bumi setelah sembilan bulan berada dalam kandungan Siti
Aminah.
seperti kandungan yang dialami oleh wanita-wanita hamil lainnya. Menurut suatu
riwayat, ketika mau atau sedang mengandung. Siti Aminah tidak pernah merasa
pula, Siti Aminah kerap kali didatangi para Nabi yang memberitahukan kepadanya bahwa
24
, Maulid Nabi Muhammad Dalam Tinjauan Syariah, (Jakarta:PB. Syahamah),
hlm. 1
25
Muhammad Anwar, Sejarah Nabi Muhammad, op. cit, hlm. 25
yang dikandungnya itu akan menjadi pelita dunia yang akan menerangi seluruh jagat raya
tersendiri, selain menandai kelahiran Nabi, tanggal tersebut juga menandai Hijrahnya
Rasulullah ke Madinah, bahkan ada yang berpendapat pada tanggal yang sama Rasulullah
Sekitar enam ratus tahun setelah Nabi Muhammad wafat, di kalangan umat Islam
banyak yang telah melupakan ajaran Islam itu sendiri. Kejahatan dan kemaksiatan
merajalela. Perbudakan, pencurian, serta diskriminasi terhadap perempuan yang pada
zaman Rasulullah dihapuskan kini kembali marak. Umat Islam pada saat itu sudah tidak
memiliki semangat keislaman seperti pada zaman Rasulullah, apalagi saat itu umat Islam
sedang mengalami kelelahan dalam perang salib yang berkepanjangan.28
dan perdamaian, maka dalam kenyataannya sedikit demi sedikit umat Islam banyak yang
saling melakukan pertentangan, sekalipun adanya pertentangan itu hanya disebabkan oleh
kedudukan umat Islam semakin hari semakin menjadi lemah, dan akibat dari kelemahan-
kelemahan yang demikian itu maka sebagian negara-negara Islam dikuasai oleh negara-
Dalam keadaan umat seperti itu, bangun dan bangkitlah Sultan Shalahudin al-
Ayyubi, yang terkenal dengan julukan ”Singa Padang Pasir”. Sultan Shalahudin al-
Ayyubi bangkit dengan tujuan agar umat tidak sampai berlarut-larut melupakan dan
26
Ibid,. hlm. 17
27
Syarif Mursal al-Batawiy, Keagungan Maulid Nabi Muhammad Saw., op. cit, hlm. 14
28
Muhammad Anwar, Sejarah Nabi Muhammad Saw., op. cit, hlm. 11
untuk menulis kembali riwayat kehidupan Nabi dan perjuangannya serta dipentaskan
pada acara seremonial untuk membacakan kembali sejarah Nabi Muhammad Saw.
Penulisan riwayat Nabi tersebut dikarang beberapa Ulama pada saat itu, setelah selesai
ditulis lalu kaum Muslimin diundang untuk mendengarkan pembacaan riwayat kehidupan
bahwa dimulainya peringatan Maulid Nabi dimulai pada masa Daulat Fathimiyyah pada
abad 14 hijriyah. Acara itu berlangsung dengan sangat meriah.30 Raja Abu Sa’id al-Malik
al-Muzaffar31 (w. malam Rabu 18 Ramadhan 630 H) ipar dari Sultan Shalahudin al-
Ayyubi adalah orang pertama (pelopor) yang memperingati Maulid Nabi Muhammad
Saw. secara besar-besaran. Raja yang memerintah Kerajaan Arbil (Arbelles) sebelah
timur Mosul Irak itu; gagah berani, pandai mengatur strategi, alim, saleh, dan adil, hidup
mengadakannya selama tujuh hari tujuh malam yang bertujuan untuk membacakan
sejarah Nabi Muhammad Saw. Di samping itu diadakan pula pekan raya sepekan di
negeri tersebut.32 Salah satu contoh kebaikan Malik al-Muzaffar adalah membangun
Masjid Muzaffari di kaki gunung Qasiyun.33 Ibn Katsir pernah berkata: “Dia (Malik al-
29
Ibid,. hlm 11
30
Abdul Hadi W.M., Perayaan Maulud Melintas Abad, (Jakarta:Harian Pelita, Minggu, 11
November 1990), hlm. 10
31
H.L. Gottschalk, Al-Malik Al-Kamil, hlm. 44, sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari
Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta:INIS, 1994)
32
Buletin Dian Al-Mahri, op. cit, hlm. 10
33
Sebuah gunung terkenal di luar Damaskus
Muzaffar) dulu selalu menjalankan ibadah Maulid pada bulan Rabi’i dan merayakannya
secara meriah”.34
bil Maulud an-Nabawi, min al-asr al-awwal ila asr Faruq al-awwal, terbitan Kairo 1948,
Maulud Nabi dalam sejarah Islam.35 As-Sundubi berasumsi bahwa al-Muidz al-Din Allah
merayakan Maulid Nabi karena ingin mencoba membuat dirinya populer di kalangan
rakyat dengan memperkenalkan beberapa perayaan, salah satunya yang paling penting
adalah Maulid.36
Sumber tertua yang menyebut tentang Maulid pada dinasti fatimi adalah karya
Ibnu al-Ma’mun. Nama lengkapnya adalah Jamal al-Din ibn al-Ma’mun Abi Abd Allah
Muhammad ibn Fatik ibn Mukhtar al-Bata’ihi.37 Ayahnya adalah al-Ma’mun ibn al-
Bata’ihi yang termasyhur, yang dari tahun 515/1121 menduduki jabatan Perdana Menteri
di istana khalifah Fatimi, al-Amir.38 Tanggal kelahirannya secara tepat tidak diketahui,
tetapi C.H. Becker mengasumsikan bahwa ia dilahirkan beberapa waktu sebelum ayahnya
34
Lihat mengenai Ibn Katsir, (lk. 700/1300-772/1373) E.l. (2), iii, hlm. 817-818, art. oleh H.
Laoust. Teks yang dikutip As-Suyuti di sini hampir identik dengan teks Ibn Katsir, Al-bidayah wa-n-
nihayah fi t-ta’rikh, i14 jil. Al-Qahirah 1351-8/1932-9, jil. XI, hlm. 136-137, sebagaimana dikutip Nico
Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta INIS, 1994)
35
Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta:INIS, 1994), hlm. 20
36
As-Sundubi, Tarikh al-ihtifal bil Maulud an-Nabawi, min al-asr al-awwal ila asr Faruq al-
awwal, al-Qahirah 1948, hlm. 63. Sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi
Muhammad Saw., (Jakarta:INIS, 1994)
37
Khit. I, hlm. 390; dalam Khit., hlm. 83 dan Itt. III, hlm. 69 namanya diberikan sebagai berikut:
Jamal al-Mulk Musa ibn al-Ma’mun al-Bata’ihi. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir
Nabi Muhammad Saw., (Jakarta:INIS, 1994)
38
E.I. (2), i, hlm. 1091-1092, s.v. al-Bata’ihi, art. oleh D.M. Dunlop. sebagaimana dikutip Nico
Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta:INIS, 1994)
ditangkap, sebab Ibn al-Ma’mun menyandang gelar amir, yang pasti didapat dari
ayahnya.39 Ibn al-Ma’mun meninggal pada tanggal 16 Jumada I/30 Mei 1192.40
Dalam Khitat karya ibn al-Ma’mun berisi satu bagian tentang Maulid. Bagian
Kemudian ia (=ibn al-Ma’mun sub anno 517/1123) berkata: saya tiba pada bulan
Rabi’I dan kami (=ibn al-Ma’mun dalam bukunya) akan mulai dengan hal yang membuat
bulan ini termasyhur, yaitu dengan menyebutkan hari kelahiran Junjungan yang pertama
dan terakhir, Muhammad –semoga Allah memberkati dan mengaruniakan damai
sejahtera kepadanya- pada hari ke tiga belas.42 Dan sebagai zakat (sadaqah) ia (=Khalifah
al-Amir) memberikan 6000 dirham terutama dari mal an-najawa43, dan dari persediaan
dar al-fitrah44 40 piring kue dan dari gudang para wali dan pelindung mauseloum agung
yang terletak di antara Bukit dan al-Qarafah45, tempat para Anggota Keluarga Hamba
Allah –semoga Allah memberkatinya dan mengaruniakan damai sejahtera- diistirahatkan;
gula, amandel, madu, dan minyak wijen untuk tiap mausoleum. Dan Sana’ al-Mulk ibn
Muyassar46 melaksanakan pembagian 400 ratl47 manisan (halwah) dan 1000 ratl roti.
39
C.H. Becker, “Zur Geschichtsschreibung unter de Fatimiden”, dalam: Beitrage zur Geschichte
Aegyptens unter dem Islam, erstes Heft, Strassburg 1902, hlm. 1-31, hlm. 23. sebagaimana dikutip Nico
Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta:INIS, 1994)
40
Wiet, G., “Compte rendu de ibn Muyassar, Annales d’Egypte, ed. H. Masse, Le Caire 1919
dalam: Jurnal Asiatique 18 (1921), hlm. 65-125, hlm. 85 cat. 3. sebagaimana dikutip Nico Kapten,
Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta:INIS, 1994)
41
Khit, I hlm. 432-433. bagian bacaan ini langsung menyusul pemerian tentang perayaan hari lahir
al-Amir pada tahun 517, yang didahului dengan pemerian tentang maulid al-Amir pada tahun 516. Jika ibn
al-Ma’mun yang memerikan maulid an-nabi di bawah tahun 516, al-Maqrizi akan menempatkan kutipan
itu pada maulid sesudah maulid al-Amir pada tahun 516, dan ini tidak demikian. Lihat Nico Kapten,
Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta:INIS, 1994), hlm. 9
42
Menurut G.S.P. Freeman-Grenville, The Muslim and Christian Calendars, London etc. 1963, 13
Rabi’I 517 jatuh pada hari Jum’at 11 Mei. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi
Muhammad Saw., (Jakarta INIS, 1994)
43
Najwa adalah jumlah yang harus dibayar untuk pengajaran agama (Ismaili) dalam pertemuan-
pertemuan yang khusus diadakan untuk keperluan ini, yaitu yang disebut majalis, lihat E.I. (2), v, hlm.
1033a, s.v. madjlis; cf. Khit., hlm. 391. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi
Muhammad Saw., (Jakarta INIS:1994)
44
Rumah penyimpanan manisan, aslinya dimaksudkan untuk id al-fitr, dibangun oleh Khalifah
Fatimi kedua di Mesir, al-Aziz, lihat ibn Zafir, Akhbar ad-duwal al-munqti’ah, ed. A. Ferre, Le Caire 1972,
hlm. 38. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta:INIS,
1994)
45
Gunungnya adalah al-Muqattam; al-Qarafah adalah makam yang terkenal
46
Menurut As-Sundubi, Tarikh al-ihtifal bil Maulud an-Nabawi, min al-asr al-awwal ila asr
Faruq al-awwal, op. cit., hlm. 67, catatan 1, dia kelak menjadi kadi Misr pada tahun 526 dan 528, dan dia
dibunuh oleh Khalifah al-Hafiz pada 531/1137, sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir
Nabi Muhammad Saw., (Jakarta:INIS, 1994)
47
Sebuah ukuran isi, barangkali berasal dari kata litra Yunani
Untuk menyongsong peringatan tersebut, dipersiapkan pula sebuah buku yang
secara lengkap membahas tentang riwayat hidup Nabi Muhammad Saw. yang kemudian
ditulis oleh Al-Hafidz Ibnu Dihyah dengan judul “At-Tanwir fi-imaulidin Basyirin
tulisan inilah beliau mendapatkan hadiah dari Raja Malik al-Muzaffar sebanyak 1000
dinar emas49,
Perayaan Maulid secara besar-besaran didasari karena pada zaman itu, Raja
Mongolia Zengis Khan mengganas, melabrak, serta menghancurkan negeri Irak. Raja
Malik al-Muzaffar membayangkan apabila rakyat tidak memiliki ketahanan mental yang
tinggi, tentu mereka akan menjadi korban keganasan nafsu ekspansionisme tersebut. Pada
riwayat hidup Rasulullah yang penuh dengan nilai heroisme dan patriotisme dalam
menegakkan kebenaran serta melindungi hak kaum lemah dan golongan yang tertindas.
Dengan keberkahan Maulid tersebut, diharapkan dapat memompa semangat rakyat untuk
berjuang membela negerinya sampai titik darah penghabisan, sehingga Zengis Khan-pun
Tabel 1
48
Dua naskah sajak Ibn Dihyah Kitab at-tanwir fi maulid as-siraj al-munir disimpan di Paris, lihat
GAL, GI, hlm. 311. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw.,
(Jakarta:INIS, 1994)
49
Muhammad Anwar, Sejarah Nabi Muhammad, op. cit,, hlm. 12
50
Syarif Mursal al-Batawiy, Keagungan Maulid Nabi Muhammad Saw., op. cit, hlm. 15
51
Muhammad Anwar, Sejarah Nabi Muhammad., op. cit, hlm. 13
No. Jamuan Banyak
3 Keju 10.000 kg
Dewasa ini perayaan hari lahir Nabi Muhammad Saw (Arab. Maulid an-nabi)
pada tanggal 12 Rabiul Awwal (=Rabi’i) merupakan satu dari tiga hari raya muslim yang
utama.52 Meskipun Maulid berbeda dari dua perayaan lainnya, yaitu Hari Raya Buka
Puasa (‘Id al-Fitr) dan Hari Raya Qurban (‘id al-Adha) dimana Maulid Nabi bukan hari
raya agama, dan perayaannya tidak ditentukan oleh Hukum,53 namun dirayakan di hampir
Merekonstruksi proses Islamisasi di Jakarta dan sekitarnya pada abad ke-13 s/d
abad ke-16 tak dapat dilakukan tanpa menyebut nama-nama besar seperti Kyan Santang
dan Sunan Kalijaga. Tetapi fakta sejarah yang menopang terlalu sedikit yang dapat
diketahui. Namun lokasi makam Kyan Santang, legenda Parahyangan, kisah-kisah rakyat
52
Yang dimaksudkan adalah Islam Sunni. Dalam kalangan Syi’I maulid juga dirayakan, tetapi
perayaan-perayaan lain lebih penting. Cf. H. Lazarus-Yafeh, “Muslim Festival”, dalam Numen 25 (1978),
hlm. 52-64. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta:INIS,
1994)
53
Th. W. Jynboll, Handleiding tot de kennis van de Mohammedaansche Wet, Leiden 1930, hlm.
109. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta INIS, 1994)
tentang Sunan Kalijaga, kiranya dapat menghantarkan kita pada titik terang Islamisasi
22 Juni 1527 dengan 1452 prajurit berhasil mengusir orang Portugis dari sana.55
Fatahillah kemudian diangkat menjadi bupati pertama Sunda Kelapa dan mengganti nama
Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan murni atas pertolongan
Allah.56 Nama tersebut terinspirasi dari ayat Al-Qur’an yakni Inna Fatahna Laka Fathan
Mubina (surat al-Fatah ayat 1) dan terinspirasi pula oleh kemenangan Rasulullah atas
Makkah pada bulan Ramadhan 8 Hijriyah/Januari 630. Fatahillah adalah tentara muslim
pertama yang menaklukan Banten dan kemudian menguasai Sunda Kalapa dari Pajajaran
Kebon Jeruk memperlihatkan fakta bahwa dakwah Islam di Jakarta dan sekitarnya
pedalaman. Saat itu masyarakat Islam yang mayoritas di Batavia hidup di luar tembok
kota. Masjid menjadi pusat kegiatan keagamaan Islam. Hal itu membuktikan bahwa
54
Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 81
55
Edi S. Ekadjati, Fatahillah Pahlawan Arif Bijaksana, (Jakarta:Mutiara, 1983), hlm. 42
56
Ibid,. hlm. 48-49. Lihat juga Soekanto, Dari Djakarta ke Djajakarta, (jakarta Penerbit
Soeroengan, 1954), hlm. 60
57
R. Soekmono, Pengantar Sejarah kebudayaan Indonesia, jilid ke-3, (Yogyakarta:Kanisius,
1973), hlm. 56
58
Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 81-82
59
Tim Peneliti, Sejarah Perkembangan Islam di Jakarta, Abad XVII sampai Abad XX, (Jakarta
Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, 1979), hlm. 20
Pada akhir abad ke-18 para perantau dari Hadramaut (hadaral maut) memberi
darah segar bagi perkembangan dakwah Islam di Jakarta dan sekitarnya. Menurut C.C.
Berg, orang-orang Hadramaut baru berdatangan di Jakarta pada akhir abad ke-18 untuk
berniaga. Walau pada mulanya sekedar berniaga, tetapi akhirnya mereka terlibat dalam
gerakan dakwah. Yang terkenal diantara mereka ialah Sayid Alaydrus, pendiri masjid
Luar Batang. Orang-orang perantau Hadramaut banyak yang menikah dengan orang
Betawi, yang mereka sebut sebagai orang Melayu. Karena itulah orang-orang keturunan
Arab menyebut orang-orang Indonesia dengan sebutan akhwal, yaitu saudara Ibu.60
Cara-cara dakwah Islam pada masa itu adalah ceramah, pengajian dan pengajaran
fiqih, tauhid, Al-Qur’an dan Hadits menurut madzhab Imam Syafi’i. Penggunaaan
madzhab Imam Syafi’i disebabkan seluruh ulama Betawi saat itu berfaham Ahlu Sunnah
Wal Jamaah.61 Ahlus Sunnah Wal Jamaah ialah golongan atau madzhab yang dalam
membahas ajaran-ajaran Islam berpegang kuat pada sunnah (hadits-hadits shahih) dan
ulama Betawi saat itu mulai membacakan riwayat nabi Muhammad Saw. untuk
dipertunjukkan guna menarik perhatian kepada masyarakat untuk masuk Islam. Cara ini
sangat menarik untuk mengajak orang masuk Islam sehingga orang Tionghoa banyak
Peringatan ini dilakukan di masjid, mushalla, pesantren, kantor, dan perumahan. Kata
60
Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 83. Lihat juga Tim Peneliti, Sejarah
Perkembangan Islam di Jakarta, Abad XVII sampai Abad XX, op. cit, hlm. 40
61
Ibid,.
62
Harun Nasution, Teologi Islam: aliran, sejarah, analisa, dan perbandingan, (Jakarta:UI Press,
1986)
63
Achmad Fadli HS, Ulama Betawi, tesis, program studi Timur Tengah, (Jakarta:Pasca Sarjana
UI, , 2006), hlm. 36
Maulud lebih akrab dalam dunia Melayu. Maulud merupakan sarana dakwah yang
relevan dengan kehidupan umat Islam di Indonesia.64 Pada upacara Maulud alim ulama
dan ahli agama di berbagai daerah Indonesia menceritakan tahap-tahap kehidupan Nabi
Muhammad Saw., dan membacakan kisah-kisah dari karya Ja’far al-Barjanzi, dan cerita-
Malaysia, dan Brunei diadakan secara resmi peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di
istana-istana negara dan telah menjadi tradisi terpenting di budaya dunia Melayu.
Di Jakarta, Maulud diadakan secara resmi di Masjid Istiqlal yang dihadiri oleh
Presiden RI dan para pejabat tinggi serta duta-duta besar negara-negara Islam.66
ﺧ َﺮ َو َذ َآ َﺮ
ِ ن َﻳ ْﺮﺟُﻮ اﻟﱠﻠ َﻪ وَا ْﻟ َﻴ ْﻮ َم اﻟْﺂ
َ ﻦ آَﺎ
ْ ﺴ َﻨ ٌﺔ ِﻟ َﻤ
َﺣ
َ ﺳﻮَ ٌة
ْ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ُأ
ِ ن َﻟ ُﻜ ْﻢ ﻓِﻲ َرﺳُﻮ
َ َﻟ َﻘ ْﺪ آَﺎ
اﻟﱠﻠ َﻪ َآﺜِﻴﺮًا
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat
ﻋﻈِﻴ ٍﻢ
َ ﻖ
ٍ ﺧُﻠ
ُ ﻚ َﻟﻌَﻠﻰ
َ َوِإ ﱠﻧ
Artinya: Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) memiliki akhlak yang agung
Nabi Muhammad Saw. merupakan manusia yang paling mulia. Orang yang
mencintai Nabi Muhammad Saw. akan mendapat tempat dalam surga yang penuh hikmat.
64
Tim Penyusun, Sekilas Hari-Hari Besar Islam, (Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman
DKI Jakarta), hlm. 10-12
65
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka, P dan K, Jakarta, 1984, hlm. 395. Lihat
pula Yustiono (ed.), Islam dan Kebudayaan Indonesia, (Jakarta:Yayasan Festival Istiqlal, 1993), hlm. 259
66
Muhammad Zafar Iqbal, op. cit, hlm. 414-415
Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa yang mencintaiku, maka ia bersamaku nanti
ن اﻟﱠﻠ ُﻪ ِﺑ ُﻜﻞﱢ
َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ َوﺧَﺎ َﺗ َﻢ اﻟ ﱠﻨﺒِﻴﱢﻴﻦَ َوآَﺎ
َ ﻦ َرﺳُﻮ
ْ ﻦ ِرﺟَﺎِﻟ ُﻜ ْﻢ َوَﻟ ِﻜ
ْ ﺣ ٍﺪ ِﻣ
َ ن ُﻣﺤَ ﱠﻤ ٌﺪ َأﺑَﺎ َأ
َ ﻣَﺎ آَﺎ
ﻋﻠِﻴﻤًﺎ
َ ﻲ ٍء
ْ ﺷ
َ
Artinya: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seseorang laki-laki di
antara kamu, tetapi ia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha
ﺟﻤِﻴﻌًﺎ
َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ِإَﻟ ْﻴ ُﻜ ْﻢ
ُ س ِإﻧﱢﻲ َرﺳُﻮ
ُ ل ﻳَﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﻟﻨﱠﺎ
ْ ُق
Artinya: Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
ﻦ
َ ﺣ َﻤ ًﺔ ِﻟ ْﻠﻌَﺎَﻟﻤِﻴ
ْ ك إِﻟﱠﺎ َر
َ ﺳ ْﻠﻨَﺎ
َ َوﻣَﺎ َأ ْر
Artinya: Dan tidaklah Kami mengutus engkau hai Muhammad melainkan untuk
Jakarta, seluruh Indonesia, dan di dunia Melayu.67 Maulid Nabi Besar Muhammad Saw.
tempat umum. Dalam acara Maulid di Jakarta biasanya orang membaca syair-syair
Syeikh Ja’far Al-Barjanzi yang memuji Nabi Muhammad Saw. Para Hadirin membaca:
67
Ibid., hlm. 415-416
Ya Nabi Salam Alaika
Ya Rasul Salam Alaika
Ya Habib Salam Alaika
Shalawatullah Alaika.68
Kata “Betawi” digunakan sebagai identitas etnis tidak dikenal oleh orang Betawi
sendiri di masa lalu. Sejak abad ke-18 ada ulama asal Batavia yang belajar mengajar di
Arsyad al-Banjari sekitar tahun 1710-1812.69 Tetapi hal itu lebih menunjukkan tempat
asal daripada identitas etnis, sebagaimana lazimnya nama ulama Nusantara saat itu,
seperti Mahfudz at-Tremasi dari Termas, bukan al-Jawi yang berarti orang Jawa dan
lebih berkonotasi etnis, Hasan Mustafa al-Garuti dari Garut bukan as-Sundawi yang
berarti orang Sunda atau Abdurrauf as-Sinkili dari Singkel bukan al-Asihi yang berarti
orang Aceh.70
Islam dan Betawi merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan. Bahkan sebutan
“Betawi” hanya bisa digunakan oleh penduduk asli Jakarta yang beragama Islam.
Sedangkan untuk penduduk asli Jakarta yang beragama Kristen secara turun menurun
biasanya disebut dengan daerah asalnya, seperti penduduk asli Jakarta yang beragama
Kristen yang diduga keturunan Mardjikers di daerah Tugu Jakarta Utara disebut orang
68
Soetcipto Wirosardjono, Maulid Nabi, Roberik Asal Usul, (Jakarta:Kompas Minggu, 23
September 1990)
69
Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, (Jakarta:Logos, 2002), hlm. 2
70
Mengenai kebiasaan ulama Nusantara di Haramain yang menambahkan nama tempat asal
mereka di belakang nama diri, lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII & XVIII; Akar pembaharu Islam Indonesia, (Jakarta:Kencana, 2005)
Tugu dan penduduk asli beragama Kristen di daerah Depok disebut orang Depok atau
Belanda Depok.71
A.S. Widodo mengatakan bahwa kata ”Betawi” berasal dari kata Batavia yang
diciptakan Belanda tahun 1619 guna mengenang nenek moyang orang Belanda yakni
suku “Bataav”.72 Nama Betawi diambil dari legenda rakyat tentang peperangan antara
pasukan Belanda dengan pasukan Mataram. Saat itu karena Kompeni73 kekurangan
peluru dan bahan peledak ditambah lagi dengan jumlah pasukan yang tersisa hanya 12
orang,74 sehingga sangat tidak memungkinkan mereka akan menang melawan pasukan
Mataram yang jumlahnya tiga kali lipat dari Belanda. Salah seorang prajurit Kompeni
mempunyai inisiatif untuk mengambil panci dan mengisinya dengan kotoran manusia
(tahi). Lalu kotoran tersebut dilemparkan kepada pasukan Mataram yang berada di balik
tembok sehingga mereka berlarian sambil meneriakkan kata “Mambet Tahi !” “Mambet
Tahi !” (bau tahi). Kejadian itulah yang menurutnya pernah menjadi julukan Batavia
sebagai kota Tahi.75 Namun asal muasal Betawi dari kata Batavia dibantah oleh Ridwan
Saidi, menurutnya plesetan kota Batavia menjadi Betawi telah terjadi lama sebelum
71
Abdul, Azis, op. cit, hlm. 75
72
AS. Widodo, Kota Tahi, dalam Ketoprak Betawi, majalah Intisari, (Jakarta:PT. Intisari
Mediatama, 2001), hlm. 38-47
73
Sebutan untuk penjajah dari Belanda
74
Pada tahun 1619, pasukan Belanda banyak yang meninggal akibat terkena penyakit malaria,
pasukan dari Belandapun tak ada yang mau datang ke Batavia karena takut terjangkit penyakit menular itu.
75
AS. Widodo, Kota Tahi, op. cit, hlm. 38-47
76
Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 16
Cina, Belanda, Portugis, India, dan Arab. (Budiaman, 2006:16-17)77. Guines dalam
Irawati (1993) menyebutkan salah satu ciri orang Betawi adalah yang lahir dan
hidup minimal tiga generasi di Jakarta. Di sisi lain, yang dimaksud orang Jakarta
adalah orang-orang dari suku lain seperti Jawa, Sunda, dan Sumatra yang lahir,
tinggal, maupun bekerja di Jakarta dalam jangka waktu yang cukup lama.78
77
Fadjriah Nurdiarsih, Pandangan Sosial Dalam Sketsa-Sketsa Firman Muntaco, skripsi, program
studi Indonesia, Fakultas Ilmu Bahasa UI, 2007, hlm.21-22
78
Ibid.,
79
Ada beberapa istilah yang diberikan para peneliti bahasa dengan alasan masing-masing untuk
menyebut bahasa yang diucapkan oleh komunitas etnis Betawi dalam berkomunikasi. Para peneliti Belanda
seperti van der Tuuk, van der Wall, dan lain-lain memberi nama Bataviiasche-Malaische. C.J Batten (1868)
menyebutnya Basa Betawi dan Liem Kim Hok (1884) menggunakan nama Melayu Betawi. Hans Kahler
(1966) dan Sri Sukesi Adiwimarta (1966) menyebutnya omong Jakarta. Kay Ikranegara (1975) memberi
nama Melayu Betawi. Stephen Wallace (1976, 1977) dan C.D Grinjs (1991) memberi nama Jakarta Malay
(Melayu Jakarta). Muhadjir (1964, 1977) menggunakan istilah dialek Jakarta. Namun pada tulisan-
tulisannya yang terakhir, Muhadjir menggunakan bahasa Betawi (2001) atau bahasa Melayu Betawi
(2004). Lihat Fadjriah Nurdiarsih, Pandangan Sosial Dalam Sketsa-Sketsa Firman Muntaco, op. cit., hal. 4
Berkaitan dengan tumbuhnya kesadaran etnisitas akhir-akhir ini, istilah bahasa Betawi lebih
popular digunakan, meskipun istilah yang benar seharusnya bahasa Melayu dialek Betawi. Bahasa Melayu
adalah induk dari bahasa Betawi dan memiliki tiga subdialek, yaitu tengah, pinggir, ora. Lebih jelas lihat
Abdul Chaer, Perkembangan Bahasa Melayu di Jakarta (2007).
80
Muhadjir, Bahasa Betawi: sejarah dan perkembangannya, (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,
2000), hlm. 61
81
Fadjriah Nurdiarsih, Pandangan Sosial Dalam Sketsa-Sketsa Firman Muntaco, op. cit., hlm.7
a. Betawi Tengah, meliputi wilayah yang dahulu menjadi Gemente Batavia,
Jika kita kembali pada abad ke-10M, proses asimilasi mukimin awal
berbahasa Sunda kuno dengan pendatang dari Kalimantan Barat berbahasa
Melayu Polinesia membentuk sebuah komunitas baru yang menjadi kelompok etnik
baru. Kelompok ini sampai dengan abad ke-19 disebut sebagai Melayu Jawa.82
Siksakhanda yang merupakan pedoman etnik bagi orang Pajajaran dan taklukannya.
Tatkala pesisir utara Jawa mulai dari Cirebon, Kerawang, dan Bekasi terkena pengaruh
Islam yang disebarkan oleh orang-orang Pasai, maka tidak sedikit orang-orang Melayu
82
Analisa Ridwan Saidi terhadap Lukisan Ernest Alfred Hardouin, 1853
83
Drs. S. Z. Haditsucipto, Sekitar 200 tahun Sejarah Jakarta (1750-1945), (Jakarta:Dinas
Museum & Sejarah DKI Jakarta, 1979), hlm. 53
84
Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 15
Jawa yang memeluk Islam. Penguasa Pajajaran menyebut mereka sebagai kaum langgara,
berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya orang yang telah berubah atau beralih.85
Sikskhanda. Tempat berkumpul mereka disebut langgar. Karena itu orang Betawi masih
menggunakan istilah itu sebagai padanan mushalla. Kaum langgara inilah yang
dinamakan Semanan. Penyebutan orang Betawi baru muncul di abad ke-19. adapun
plesetan kota Batavia menjadi Betawi telah terjadi lama sebelum itu. Hal ini karena
Abdul Azis87 berpendapat bahwa etnis Betawi terbentuk relatif baru yaitu pada
sekitar permulaan abad ke-19 yang merupakan percampuran antar berbagai unsur suku
bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar wilayah Nusantara. Secara luas
telah diketahui bahwa penggunaan istilah Betawi merujuk kepada Batavia, sebuah nama
yang digunakan penjajah Belanda untuk kota Jakarta masa lalu. Sehingga sebelum istilah
Betawi lazim digunakan, mereka menyebut diri mereka sendiri dengan sebutan Orang
Selam.88
pengalamannya selama di Batavia pada tahun 1870 dalam buku berjudul Kawontenan Ing
Nagari Betawi, menemukan bahwa umumnya penduduk Batavia saat itu menggunakan
bahasa Melayu dalam percakapan sehari-hari dan mereka menyebut diri dengan Orang
85
Ibid,. hlm. 15
86
Ibid,. hlm. 16
87
Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, op. cit, hlm. 2
88
Ibid., hlm. 4
Selam yang agaknya merupakan pengucapan setempat untuk Islam, sebagaimana Srani
Betawi asli itu tidak ada karena mereka berasal dari berbagai suku Cina, Arab, dan
Melayu. Ridwan Saidi berpendapat bahwa nenek moyang orang Betawi sudah ada sejak
daerah itu dikenal dengan nama Sunda Kelapa yang pada tahun 1522 dikontrakkan
kepada Portugis oleh kerajaan Pakuan dan pada 1527 Fatahillah merebut dan
adalah apakah kota Sunda Kelapa yang sudah memiliki pelabuhan samudera tidak
berpenduduk? Kalau Betawi Lama (Sunda Kelapa) tidak berpenduduk, siapa yang
membongkar muatan di Sunda Kelapa? Tentunya ada kuli gotong dan kuli panggul yang
bahwa orang Betawi itu tidak ada karena mereka dikatakan berasal dari Cina dan Arab.
Jauh sebelum kedatangan orang Arab dan Cina serta suku bangsa lain, Bandar Sunda
ditemukan kapak genggam dari zaman Neolitichum. Ini memberi petunjuk bahwa
kawasan Condet merupakan daerah hunian purba di Jakarta. Buku Sejarah Nasional
Indonesia III, editor umum: Marwati Djuned Pusponagoro dan Nugroho Notosusanto,
mengungkapkan bahwa ketika orang Belanda datang pertama kali tahun 1956 di Kalapa,
89
Ibid., hlm. 29 dan 74
90
Ridwan Saidi, Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, (Jakarta:LSIP, 1994), hlm. 41
91
Ibid., hlm. 42
mereka menceitakan bahwa banyak sekali dijumpai para pencari ikan. Dan selanjutnya
dalam Hikayat Banjar disebutkan bahwa penduduk yang berada di dalam dan di luar
kraton Jayakarta berjumlah 3.000 keluarga. Bila setiap keluarga rata-rata terdiri dari 5
jiwa, maka jumlah penduduk di Kalapa diperkirakan 15.000 orang yang berdiam di
diperkirakan mulai 3000-1000SM. Usia ini tidak begitu bertentangan dengan dugaan usia
terjadinya dataran rendah menurut Dr. Verstappen yaitu 5000 tahun yang lalu. Hal itu
dapat dihubungkan pula dengan bukti bahwa tempat-tempat penemuan sebagian besar
alat-alat kapak persegi, beliung, batu-batuan itu kebanyakan berada di daerah Jakarta
yang letaknya di atas tanah-tanah93 yang lebih tinggi daripada dataran hasil
pengendapan.94
bahwa Lance Cantles dalam suatu artikelnya menyebutkan salah satu unsur yang
membentuk etnis Betawi adalah para budak karena ia mendasarkan analisanya pada data
jumlah budak yang menetap di kota Batavia.95 Memang benar bahwa sampai dengan
abad ke-18 jumlah budak di dalam kota Batavia lebih banyak daripada jumlah penduduk
bebas. Namun jika kita mengalihkan perhatian ke wilayah di luat tembok kota yang
92
Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 4
93
Pada tahun 1699 jumlah penduduk Batavia 21.911orang, dan penduduk Ommelanden 49.688
orang. Sedangkan tahun 1759 penduduk Batavia 16.194 orang dan Ommelanden 111.172 orang. Lihat
Remco Raben, Batavia and Colombo, The Etnic and Spatial Order of Two Colonial Cities, 1600-1800, PH.
D., dissertation: Leiden University, 1996, hlm. 309-319
94
Uka Tjandrasasmita, Sejarah Jakarta: Dari Zaman Prasejarah Sampai Batavia tahun 1750
(Jakarta:Dinas Museum dan Pemugaran Prov. DKI Jakarta, 2001), hlm. 12
95
Lance Castles, pengantar Profil Etnik Jakarta, (Jakarta:Masup Jakarta 2007), hlm. xii-xiii
disebut dengan Ommelanden akan didapat gambaran yang berbeda. Jumlah penduduk
Bekasi) oleh Raja Purnawarman. Sri Maharaja Purnawarman pada tahun ke-22
6.122 tombak atau sama dengan 12 km., dikerjakan dalam waktu 21 hari. Setelah
pekerjaan itu selesai diadakan upacara besar-besaran dan raja menghadiahkan 100 ekor
lembu kepada rakyat dan para Brahmana yang telah berjasa membuat saluran itu. Juga
Tarumanegara pada saat itu. Dapatlah dibayangkan berapa banyak jumlah tenaga kerja
yang dilibatkan dalam pembuatan sungai itu serta betapa ramai pesta yang diadakan
setelah itu.98
barat sungai Cisadane, berbatas selatan gunung Salak dan Gede, dan berbatas utara laut
Jawa, mempunyai rakyat dalam jumlah besar. Hanya saja berapa besar populasi
Tarumanegara tidak diketahui secara pasti. Namun dari prasasti Tugu dapat disimpulkan
bahwa kerajaan ini berpenduduk. Mereka yang berdiam di Kalapa merupakan bagian dari
populasi Tarumanegara.99 Kalapa adalah nama yang paling purba dari kawasan yang
96
Ibid.,
97
Minggu Merdeka, minggu ke-5, November 1992
98
Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 5
99
Ibid., hlm. 6
100
Ibid.,
Kerajaan Tarumanegara mulai memudar pada abad ke-7M. Sementara itu
kekuasaan Sunda Pajajaran belum bangkit. Prof. Slamet Mulyana berpendapat di antara
tenggang waktu tersebut terjadi vacuum kekuasaan politik di Kalapa. Dalam masa
vacuum itulah muncul kerajaan Budha Sriwijaya sebagai periode interrugnum di Kalapa.
Bahkan berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 yang ditemukan di
antara lain di Cimanuk, Tangerang, dan di Kalapa. Pelabuhan ini didirikan bukan untuk
pelabuhan yang paling ramai dibanding dengan pelabuhan-pelabuhan lain yang dikontrol
dibuat oleh orang-orang Cina sangat digemari oleh para pelayar. Orang-orang Kalapa
telah mengerti cara penyaringan air minum yang berasal dari sumber Kali Ciliwung.
Sampai dengan abd ke-18M orang-orang Belanda minum air kali Ciliwung yang telah
Penjaringan, yang seharusnya Penyaringan. Di samping itu adanya dua pasar kuno yakni
101
Minggu Merdeka, Minggu ke-5, November 1992
102
Ini suatu ungkapan berdasarkan gramatika purba dimana subjek yang diterangkan berada di
belakang yang menerangkan, berdasatr gramatika modern mestinya Kalapa Sunda, Kalapa yang menjadi
milik Sunda. Lihat Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 7
103
Ibid.,
Pasar Ikan dan Pasar Pisang.104 Hal ini mengindikasikan dinamika kehidupan ekonomi
yang berasal dari tanah Jawa. Mereka berbahasa Sansekerta, dan di zaman kekuasaan
Pajajaran mereka berbahasa Sunda Kuno. Orang-orang itu kemudian bercampur baur,
kawin mawin, dan membentuk komunitas baru dengan migran yang datang dari
Kalimantan pada periode interrugnum.105 Prof. Bernd Nothofer dari Frankfurt University
memperkirakan arus migrasi dari Kalimantan ke Kalapa telah terjadi paling sedikit 10
abad yang lalu. Inilah yang menjadi cikal bakal komunitas etnis Betawi di Jakarta.106
dengan nuansa Betawi. Tradisi dan adat istiadat yang biasa dilakukan oleh orang Betawi
para tokoh masyarakat atau sesepuh adat dan juga tokoh agama setempat. Kehidupan ini
Saking hormatnya dengan para tokoh masyarakat atau tokoh agama hingga dapat
kegiatan Maulid, para tokoh masyarakat dan tokoh agama ini dengan sengaja
104
Lokasi Pasar Pisang di dekat Stadhuis, pasar ini telah lenyap pasca Perang Dunia ke II
105
Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 8
106
Ibid.,
107
Hal ini diperkuat oleh pengamatan Alwi Shahab dalam bukunya Queen of The East, hlm. 113
108
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 s/d 2008
109
Hasil wawancara dengan Zainal Abidin
Beberapa tradisi yang dipertahankan oleh orang Betawi Kebagusan adalah yang
berkaitan dengan siklus hidup manusia, seperti upacara kehamilan, kelahiran, potong
dalam kehidupan manusia. Oleh karena masyarakat Betawi Kebagusan adalah pemeluk
agama Islam yang taat, tidaklah aneh jika upacara-upacara siklus hidup ini juga
berdasarkan ketentuan dalam agama Islam. Bagi orang yang mampu, tentu akan
Selain tradisi yang bersumber pada upacara siklus hidup, masyarakat Betawi
Kebagusan juga mengenal tradisi dalam merayakan hari raya Idul Fitri, Idul Adha,
Maulid Nabi maupun Isra Mi’raj. Tradisi ini menempati posisi yang istimewa bagi orang
Betawi Kebagusan turut andil memperkokoh tali silaturahmi sesama warga Betawi
komunitas etnis Betawi bisa saling mengisi dan membantu satu sama lain.
Kekompakan dan kebersamaan yang telah terorganisir melalui wadah IWBK bisa
terlihat dengan diadakannya lorisan kondangan. Sebuah acara dimana sesama pengurus
dan anggota IWBK yang notabene warga Betawi Kebagusan dapat hadir dalam rangka
tasyakuran atau hajatan. Tasyakuran yang dimaksud berkenaan dengan acara pernikahan
yang akan diadakan oleh salah satu pengurus maupun anggota IWBK. Setiap anggota
110
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 s/d 2008
111
Ibid.,
IWBK wajib membayar iuran yang sudah ditentukan untuk diserahkan kepada empunya
hajatan. Disaat itulah mereka berkumpul sekaligus bersilaturahmi sesama warga Betawi
sesama warga Betawi maupun pendatang harus terjalin dengan baik guna meningkatkan
rasa aman dan tenteram di dalam kehidupan bermayarakat dan bernegara. Mereka seakan
tidak mempengaruhi tingkat sosial maupun asal daerah bilamana sesama warga
Kebagusan dapat saling tolong menolong dalam menciptakan keamanan dan ketertiban
daerah sekitarnya.
112
Hasil wawancara dengan Zainal Abidin
BAB III
JAKARTA SELATAN
A. Letak Geografis
Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kelurahan Kebagusan memiliki luas 226 hektar.113
Berdasarkan peta wilayah yang terdapat pada SK. Gubernur DKI Jakarta nomor 1251
tanggal 29 Juli 1986, letak kelurahan Kebagusan sebelah utara berbatasan dengan arteri
jalan TB. Simatupang dan sebelah selatan dengan kecamatan Jagakarsa. Sedangkan untuk
sebelah timur berbatasan dengan Jl. Kebagusan Raya serta sebelah barat berbatasan
dengan Kali Baru.114 Kampung ini memiliki 8 Rw. dan 87 Rt.115, luas tanah di kelurahan
Tabel 2
3 Jalan Raya 5 Ha
4 Usaha Pertanian 31 Ha
5 Sarana Olahraga 5 Ha
113
Data Kelurahan Kebagusan Tahun 2008
114
Peta wilayah Kelurahan Kebagusan berdasarkan SK. Gub. Prop. DKI Jakarta no. 1251 tgl. 29
Juli 1986
115
Data Kelurahan Kebagusan Tahun 2008
6 Tanah Pemakaman 10 Ha
Nama Kebagusan berasal dari nama seorang gadis jelita yang cantik. Nama gadis
itu ialah Tubagus Letak Lenang yang berasal dari kesultanan Banten. Ia bersama
Kebagusan yang sekarang menjabat sebagai sekretaris Camat Pasar Minggu, cerita ini
berdasarkan penuturan seorang mandor yang dipercaya sebagai sumber sejarah lisan.116
Konon, kecantikan gadis berdarah biru ini sangat kesohor di kawasan Pasar
Minggu dan sekitarnya. Hal ini mengundang banyak pemuda ingin meminangnya
menjadi istri. Tidak diketahui apakah diantara pria itu ada yang memaksa untuk
mempersuntingnya atau tidak. Namun menurut sejarah, sang gadis tersebut sudah
memiliki pujaan hatinya sendiri. Dengan alasan tidak ingin mengecewakan pria
pujaannya, gadis cantik jelita ini nekad memilih bunuh diri. Akibat kematiannya yang
kini terdapat di jalan Kebagusan II Rt. 001/07 senantiasa dikunjungi banyak penziarah.
Masyarakat setempat menyebutnya sebagai makam Ibu Bagus. Makam ini sampai
sekarang masih terjaga dengan baik walau terletak jauh dari pusat keramaian. Untuk
Kebagusan. Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan kenamaan ini mulai
diberlakukan. Yang jelas makam Ibu Bagus sampai sekarang masih dihormati sebagai
116
Alwi Shahab, Betawi: Queen of the East, (Jakarta:Penerbit Republika, 2004), hlm. 113
117
Ibid., hlm. 114
118
Ibid., hlm. 113 s/d 114
B. Kependudukan
38.305 jiwa. Sekitar 80% dari penduduknya ialah warga Betawi. Dominasi warga Betawi
di Kebagusan, selain karena penduduk asli juga karena pendatang. “Banyak warga
Betawi yang tergusur ditempat lain, memilih kampung Kebagusan sebagai tempat
bahwa nampaknya kampung ini memang sudah ditakdirkan sebagai wilayah kelurahan
yang dikuasai oleh perempuan. Hal ini bisa terlihat dari makam Ibu Bagus di Kebagusan
sampai kediaman Megawati Soekarno Putri yang merupakan mantan Presiden RI ke-5.
Bukan tidak beralasan Megawati memilih Kebagusan sebagai tempat tinggalnya. Ibu
Mega sebenarnya mampu membeli rumah di kawasan elite manapun. Nyatanya, beliau
justru memilih kawasan ber-KDB (koefisien dasar bangunan) rendah yang masih hijau
berarti perempuan lebih banyak di kampung ini. Hal ini bisa terlihat dari jumlah
Tabel 3
119
Wawancara ini telah dilakukan oleh Alwi Shahab dan dituliskan pada bukunya yang berjudul
Betawi; Queen of The East hal. 113.
120
Ibid., hal. 114
3 Perempuan 16. 059 Jiwa
Pemukiman yang cukup padat ini berada di wilayah yang cukup luas pula
bisa bermain di pekarangan rumah yang luas serta orang dewasa masih bisa berolahraga
Dari data jumlah penduduk yang ada di kelurahan Kebagusan terdapat 30.644
orang Betawi. Namun hanya sekitar 25.000 orang yang masih melaksanakan Perayaan
Maulid Nabi Muhammad Saw.122 Tidak semua warga Betawi Kebagusan merayakan
Maulid Nabi disebabkan adanya arus modernisasi yang bernilai negatif tanpa adanya
filter yang kuat hingga spirit keislaman warga Betawi Kebagusan mulai memudar.
Berbeda dengan permukiman Betawi yang berada di pusat kota, warga Betawi
perkebunan yang berada di sekitar permukiman warga. Bahkan mereka memetik dan
buah-buahan. Buah rambutan, sawo, melinjo, pisang, pepaya, mangga dan jambu sangat
121
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 s/d 2008
122
Ibid.,
123
Ibid.,
mudah ditemui di Kebagusan. Setelah matang, buah-buahan tersebut akan dibawa ke
Untuk itulah ada sebuah lirik lagu yang mengisahkan tentang produksi buah-
Demikianlah penggalan syair lagu yang biasa dibawakan orang Betawi Kebagusan.
menghidupi seluruh anggota keluarga dengan baik. Rasa syukur dan kepedulian yang
bekerja sebagai pedagang namun anak-anak mereka dapat menikmati pendidikan sampai
ke jenjang perguruan tinggi. Suatu hal yang cukup membanggakan bagi masa depan
Namun ada juga warga Betawi Kebagusan yang bekerja di instansi pemerintah maupun
swasta. Bahkan ada yang menjadi pegawai negeri sipil dan memiliki kedudukan penting
di perusahaannya.126
ekonomi mereka juga beraneka ragam. Tingkat ekonomi rendah sampai menengah ke
atas ada di Kebagusan. Mayoritas dari mereka termasuk ke dalam kategori tingkat
ekonomi menengah. “Ya asal tiap hari dapur ngebul, anak-anak terus sekolah, dan ada
124
Hasil pengamatan penulis pada tahun 2007 s/d 2008
125
Ibid.,
126
Ibid.,
uang jajan buat anak walau pas-pasan juga, itu udah lebih dari cukup..” begitulah
Tabel 4
3 Jasa 4% Menengah
Warga Betawi Kebagusan juga sangat terbuka dengan kedatangan warga dari
berbagai daerah ataupun latar belakang. Mereka juga menempatkan mereka di tengah-
tengah kerumunan warga Betawi. Sebut saja kontrakan atau bangunan rumah yang
sengaja disewakan kepada orang lain dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan dan
pemilik rumah yang mayoritas Betawi. Ini menjadikan akulturasi budaya semakin hidup
Orang Betawi akan sangat marah bilamana para pendatang yang mendiami
kontrakan-kontrakan yang telah disediakan membuat ulah. Mereka tak segan-segan untuk
menegur mereka, bahkan adapula yang langsung mengusir mereka dari rumah kontrakan.
Amarah dan emosi yang cukup tinggi dapat mereda setelah para pemuka agama dan
tokoh masyarakat menenangkan mereka. Walaupun cepat marah dan naik darah, warga
Betawi Kebagusan jarang sekali yang menggunakan kekerasan sebagai solusi pemecahan
127
Ibid.,
128
Ibid.,
masalah. Mereka cukup menegur, menasehati dan memberikan sedikit batasan kepada
para pendatang. “Kepribadian yang istimewa pada pertumbuhan masyarakat yang cukup
Dari segi sosial, warga Betawi Kebagusan cukup ramah dan bersahaja.
Kepedulian mereka terhadap sesama sangatlah tinggi. Pada saat merayakan Maulid,
tahlilan, atau nujuh bulan, mereka biasanya saling membawakan berbagai jenis makanan
ataupun bahan pokok makanan seperti beras, minyak, dan lain sebagainya130. Kepedulian
mereka juga tampak disaat musibah datang, mereka beramai-ramai membantu korban
musibah tersebut dengan cara saweran. Saweran adalah bentuk kepedulian warga melalui
pengumpulan uang secara kolektif tanpa adanya batasan materi. Entah itu besar atau
kecil, para warga ikhlas memberikannya. Biasanya ada juga yang langsung
memberikannya kepada warga yang sedang kesusahan. Mereka juga tak segan-segan
memberikan tempat kepada warga yang mengungsi akibat bencana alam yang belum
lama ini menimpa bangsa Indonesia. Bantuan yang mereka berikan tidak selalu tertuju
kepada warga asli Kebagusan. Asas pemerataan dilaksanakan dengan baik oleh warga
Kebagusan tanpa melihat status sosial dan suku bangsa. “Mau orang Jawa, Sunda, atau
Betawi sekalipun kalau lagi kena musibah ya kite bantu, masa mau berbuat baik harus
Tidak dapat dipungkiri, dalam hal keagamaan warga Betawi Kebagusan ialah
masyarakat yang taat beragama. Banyaknya masjid, mushalla, dan majlis taklim menjadi
wadah tersendiri atas kegiatan keagamaan mereka. Kampung yang memiliki banyak kyai,
129
Hasil wawancara dengan Zainal Abidin pada bulan Mei 2008
130
Ibid.,
131
Hasil pengamatan penulis saat bencana banjir 2007 melanda sebagian wilayah kelurahan
Kebagusan, Jakarta Selatan
ustadz dan ustadzah, maupun guru ngaji ini menjadikan kampung ini kental dengan
nuansa Islam. Hampir tidak ada warga Betawi Kebagusan yang beragama Kristen
Protestan, Katolik, Hindu maupun Budha132. Indikasi ini menandakan bahwa Islam
masuk dengan pesat di Kelurahan Kebagusan yang berada di Selatan Jakarta ini.
Pengaruh Islam turun menurun dari para leluhur yang terlebih dahulu mendiami
Kebagusan. Hal ini diteruskan sampai sekarang oleh anak-anak keturunan mereka.
Sangatlah malu warga Betawi Kebagusan yang memiliki anak namun tidak bisa mengaji.
pengajian tersendiri yang dilaksanakan pada siang hari, anak-anak selepas shalat magrib,
dan bapak-bapak yang biasanya seusai shalat isya dan dilaksanakan di masjid atau
mushalla.133
hadir di kediamannya dalam rangka tasyakuran atau selametan. Para warga akan
atas keinginan atau hajat yang telah terkabulkan. Inilah yang menyebabkan warga Betawi
Kebagusan sangat identik dengan Islam, hampir setiap ritual adat bersinggungan dengan
Dalam hal pendidikan, banyak kemajuan yang berarti bagi perkembangan warga
Betawi Kebagusan. Orang tua Betawi sudah banyak yang menyekolahkan anaknya
sampai tingkat perguruan tinggi. Mereka juga tidak segan-segan lagi menyekolahkan
yang biasanya diperoleh dari TPA (taman pendidikan Al-Qur’an) maupun majlis-majlis
132
Hasil wawancara dengan Zainal Abidin pada bulan Mei 2008
133
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 s/d 2008
134
Ibid.,
taklim yang secara khusus memberikan pengajaran agama. Khusus dengan pengajaran di
majlis-majlisn taklim diadakan sore maupun malam hari selepas pulang sekolah. Untuk
remaja maupun orang dewasa juga diadakan pengajian rutin yang diadakan para pengurus
Berbeda dengan dahulu kala, masyarakat Betawi Kebagusan jarang sekali yang
tinggi. Hal itu didasarkan bukan karena mereka berpandangan sempit dengan dunia
pendidikan, hanya saja orientasi pendidikan mereka memang berbeda. Kini setelah
Satu hal yang positif dari warga Betawi Kebagusan adalah jiwa sosial mereka
sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal mereka terlalu berlebih dan
terlihat dari hubungan baik antara warga Betawi Kebagusan dengan para pendatang dari
luar Jakarta.
bentuk jamak dari kata budhhi yang berarti akal atau budi. Dengan demikian kebudayaan
dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.135 Sedangkan
135
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, edisi baru kesatu, (Jakarta:CV. Rajawali,
1982), hlm. 166
136
Selo Sumardjan-Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi, edisi pertama,
(Jakarta:Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), hlm. 113
Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya
dengan dengan kebudayaan, berasal dari kata Latin “colere” yang berarti mengolah atau
mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal kata itulah “colere” kemudian
menjadi “culture”, yang diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk
unsur penyusun masyarakat kita, yakni suku bangsa, agama, dan golongan-golongan
sosial lainnya. Ciri yang nyata adalah kecendrungan kuat memegang identitas golongan
sosial masing-masing138.
walaupun secara mayoritas Islam dan Betawi masih mendominasi daerah ini. Namun
banyaknya para pendatang dari luar daerah yang membawa budaya serta agama yang
berbeda membuat Kebagusan lebih terbuka terhadap suku dan agama lain. Suku jawa
merupakan mayoritas terbesar kedua setelah Betawi. Untuk Sunda, Batak, Ambon,
maupun yang lainnya hanyalah beberapa persen saja dan masih bisa dihitung dengan
jari.139
Sampai dengan penulisan skripsi ini, penulis belum mendapatkan secara pasti
sensus penduduk menurut suku bangsa. Namun bisa dipastikan bahwasanya suku
Betawilah yang terbanyak dalam masyarakat Kebagusan. Ideologi dan adat istiadat
Betawi membawa pengaruh yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa
137
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, cetakan kedua, (Jakarta:Penerbit Universitas, ,
1965), hlm. 77-78
138
Achmad Fedyani Syaipudin, MA. Konflik dan Integrasi; perbedaan faham dalam agama
islam, (Jakarta:CV. Rajawali), hlm. IX
139
Hasil wawancara dengan Fadjriah Nurdiarsih
dilihat dengan tata cara para pendatang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi sudah
hampir mirip dengan penduduk asli Betawi Kebagusan. Dengan begitu sulit untuk
Banyaknya suku bangsa dan agama yang ada di Kebagusan tidak membuat
kebudayaan asli Kebagusan yakni suku Betawi luntur. Keanekaragaman suku yang ada
malah membuat suku Betawi lebih terbuka dalam beberapa hal yang dianggap penting
dalam kehidupan sehari-hari. Sebut saja suku Jawa yang terkenal kegigihan dan
keuletannya dalam bekerja. Banyak warga Betawi Kebagusan yang meniru strategi orang
Jawa dalam bekerja. Pengalaman yang dimiliki orang Betawi dalam susah dan pahitnya
Kebagusan bisa lebih menata anggaran pengeluaran dan pemasukan dari setiap hasil
pekerjaan yang dilakukan. Kedatangan suku lain di Kebagusan membuat warga Betawi
Kebagusan lebih berkembang untuk maju dalam hal pendidikan maupun masa depan.
Mereka sudah tidak lagi mengandalkan rumah kontrakan ataupun tanah warisan yang
sekarang ini sudah banyak dikuasai oleh orang Jawa dan para pendatang lainnya.141
Orang Betawi Kebagusan sangat menjunjung tinggi budaya yang mereka warisi.
Hal ini terbukti dari berbagai macam tradisi yang sudah dilakukan para pendahulu
mereka. Dalam hal agama, ketaatan warga Betawi Kebagusan dalam menjalankan ajaran
Islam seringkali menjadi contoh bagi para pendatang. Tradisi-tradisi yang dilakukan
warga Betawi Kebagusan seperti tahlilan maupun nujuh bulan juga seringkali diadakan
dirumah-rumah para pendatang. Berbeda dengan segi kehidupan yang lainnya, dalam hal
agama warga Betawi Kebagusan tidak bisa ditentang maupun dilawan. Para pendatang
140
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 s/d 2008
141
Ibid.,
yang membawa caranya sendiri dalam urusan agama akan diacuhkan oleh penduduk asli.
Warga Betawi Kebagusan tidak memberikan izin bagi para pendatang yang bisa dengan
dilakukan warga Betawi Kebagusan. Meskipun tidak ada toleransi bagi para pendatang
dalam urusan agama, tradisi tahlilan, nujuh bulan dan lain sebagainya tidak dipaksakan
bagi mereka. Warga Betawi Kebagusan cukup menghormati para pendatang yang ada di
Kebagusan bilamana mereka juga menghormati para penduduk asli Betawi Kebagusan
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar warga Betawi
Kebagusan masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri
(Jakarta). Namun setelah kedatangan para pendatang dari luar Jakarta, warga Betawi
Kebagusan cukup bebenah diri dalam meningkatkan kualitas hidup mereka agar dapat
bersaing dengan para pendatang. Mereka sangat menyayangkan apabila para pendatang
dapat menguasai daerah yang didominasi warga Betawi ini. Setidaknya mereka tidak mau
kalah dengan para pendatang yang hanya sebagai anak kemarin sore di Kebagusan.143
142
Ibid.,
143
Ibid.,
BAB IV
Kelurahan Kebagusan
Almarhum Prof. Hamka kenal betul watak orang Betawi, hal itu dikarenakan
Hamka yang menjadi ketua umum MUI pertama ini pernah bertahun-tahun bermukim di
perkampungan Betawi Taman Sari, Jakarta Barat. Hamka kemudian menjadi Imam Besar
Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru. Ulama besar ini sangat tertarik dengan ketaatan
“Pukulan yang diderita warga Betawi dari Belanda sebagai rakyat terjajah
sangatlah parah. Dari segi ekonomi, orang Betawi pada umumnya hidup dalam
kemeralatan, dalam tanah-tanah terpencil… Rumah-rumah mereka terdiri dari dinding
bambu anyaman atau atap rumbia. Mereka-pun tinggal di permukiman yang becek dan
kotor. Namun bila waktu shalat telah masuk, fajar mulai menyingsing, kedengaranlah
sayup-sayup sampai ke lorong-lorong kampung suara adzan yang mendayu-dayu. Hayya
‘alal shalah, hayya ‘alal falah…Maka dari lorong-lorong kampung Betawi yang becek
144
Hamka, Beberapa Perhatian Tentang Perkembangan Islam di Jakarta, dalam Ridwan Saidi,
Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, LSIP, Jakarta, 1994, hlm. 210. Lihat juga Alwi Shahab,
Robin Hood Betawi, op. cit, hlm. 93
itu keluarlah orang-orang kampung untuk shalat berjamaah. Sesudah itu mereka
membaca ratib “Lailla Hailallah” dengan suara yang keras dan berulang-ulang sampai
ada yang jadzab, yaitu kehilangan kesadaran diri lantaran teringat akan Allah dan
lantaran berzikir itu bersama-sama dengan suara keras.”145
Kini pun, setelah Jakarta menjadi kota Megapolitan, daerah pertanian dan
persawahan telah berubah menjadi ‘hutan beton raya’, majlis-majlis taklim dan tempat
peribadatan kian banyak bermunculan. Suara adzan yang sayup-sayup tiap saat bergema
dari permukiman kumuh warga Betawi yang hidup menyedihkan di kotanya sendiri
Ketaatan warga betawi terhadap Islam tidak terlepas dari peran serta para ulama-
ulama betawi pada saat itu yang diantaranya ialah Habib Ali Al-Habsyi, KH. Abdullah
Syafi’I, Habib Salim Jindan, Habib Abdurrahman Assegaf, KH. Moh. Mansur, KH.
Marzuki, Guru Mughni, KH. Achmad Zayadi Muhajir, KH. Muh. Amin, KH. Achmad
Ali, KH. Ali Hamidy, KH. Nur Ali, KH. Muhammad Syafi’I Hadzami, dan banyak lagi
yang lainnya.147
bila saat ini para ulama Betawi tersebut masih terngiang diingatan warga Betawi. Begitu
banyak peran mereka hingga warga Betawi kerapkali mendatangi majlis-majlis taklim
Kebagusan, kampung yang didominasi oleh warga Betawi ini pun tak lepas dari
pengaruh ulama Betawi saat itu di dalam mensyiarkan agama Islam. Warga Betawi yang
145
Ibid.,
146
Alwi Shahab, Robin Hood Betawi, op. cit, hlm. 94
147
Hasil pengamatan penulis di Forum Ulama dan Habaib Betawi Pusat
148
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 s/d 2008
hidup turun menurun di daerah ini sangatlah fanatik dengan Islam. Ini bisa dibuktikan
dengan banyaknya sarana dan prasarana agama Islam di Kebagusan. Tidak ada satu pun
tempat beribadah bagi agama lain di Kebagusan. Hal ini disebabkan hanya beberapa
orang saja yang beragama non Islam. Itupun kebanyakan merupakan pendatang dan
Tabel 5
1 Masjid 9
2 Mushalla 27
3 Majlis Taklim 43
mengherankan setiap ada peringatan hari besar Islam seperti Maulid atau Isra’ Mi’raj
masyarakat dengan penuh antusias menghadiri acara tersebut. Semua warga bergabung
menjadi satu, mereka bersama-sama mengagungkan nama Allah dan bershalawat kepada
Rasulullah. Islam bukan hanya menjadi sebuah keyakinan terhadap Yang Kuasa, namun
bagi masyarakat Kebagusan Islam juga menjadi sebuah simbol dalam kehidupan sehari-
Sebut saja Tahlilan, Nujuh Bulan, Syukuran, Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, dan
Pekan Muharram. Kegiatan-kegiatan yang bersifat religius seperti ini menjadi sebuah
rutinitas yang hukumnya wajib dan harus dilaksanakan oleh masyarakat Kebagusan,
khususnya warga Betawi. Mereka merasa tidak afdol bilamana tidak mengadakan
149
Hasil wawancara dengan Zainal Abidin
150
Hasil pengamatan penulis pada tahun 2007 s/d 2008
kegiatan seperti ini minimal setahun sekali. Mereka merasa ada yang kurang bahkan
hilang bila tidak mengadakan kegiatan-kegiatan bersifat religi seperti Maulid Nabi
Muhammad Saw.
yang besar. Biasanya setiap masjid, mushalla ataupun majelis taklim di kelurahan
Kebagusan mengundang jama’ah dari pengajian lainnya. Tidak mesti penduduk asli pada
daerah setempat yang menghadirinya, namun warga yang berasal dari daerah sekitarnya
Pada umumnya, Maulid Nabi yang diadakan di kelurahan Kebagusan diisi oleh
berbagai macam acara keislaman seperti pembacaan riwayat Nabi yang diiringi oleh
rebana atau marawis, sambutan dari ketua panitia dan ketua masjid atau pengajian, serta
ditutup dengan ceramah agama yang di berikan oleh para muballigh dari berbagai daerah.
Untuk menarik minat jama’ah biasanya panitia juga mendatangkan da’i-da’i kondang
Sebelum mengadakan Maulid Nabi, setiap masjid, mushalla atau majelis taklim
terlebih dahulu membentuk kepanitaan Dari kepanitiaan inilah yang nantinya merancang
penceramahnya.
Anggaran dana yang telah dibuat lalu disebarluaskan kepada penduduk. Hal ini
menyangkut Maulid Nabi termasuk isi berkat dan honor penceramah. Dalam pengamatan
penulis, setiap anggaran dana yang ditujukan kepada masyarakat dan instansi pemerintah
maupun swasta yang ada di sekitar kelurahan Kebagusan biasanya mencapai 70-80 %
151
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 s/d 2008
dari total anggaran. Ini disebabkan masyarakat kelurahan Kebagusan, khususnya warga
Betawi sangat antusias dan berpartisipasi secara aktif dalam menyelenggarakan Maulid
Nabi.152
tergolong meriah. Hal ini disebabkan Perayaan Maulid Nabi terkadang menjadi ukuran
Berkat bagi warga Betawi Kebagusan cukup menjadi daya pikat yang ampuh
dalam menarik jama’ah. Warga Betawi akan merasa senang bilamana sepulang dari
menghadiri Maulid Nabi mereka membawa hasil ke rumah masing-masing. Hasil yang
pertama ialah nasihat-nasihat yang diberikan oleh para penceramah yang kelak dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil yang kedua ialah berkat yang berisi lauk
pauk atau sembako. Ibu-ibu yang berada di rumah sangat senang karena pada bulan
Maulid atau Rabi’ul Awwal mereka selalu kebanjiran gula pasir, mie instan, teh, kopi,
bapak beserta remaja sibuk mempersiapkan dekorasi serta mencari dana untuk memenuhi
anggaran yang dibuat. Bila anggaran itu melampaui target, maka tak segan-segan panitia
akan mengundang dua atau tiga penceramah sekaligus. Walaupun materi (uang) tidak
152
Ibid.,
153
Hasil wawancara dengan Zainal Abidin
Kebagusan. Namun, tetap saja warga Betawi kelurahan Kebagusan selalu bersemangat
Pahala menjadi ukuran atas partisipasi aktif yang warga Betawi lakukan. Mereka
menganggap bantuan yang diberikan atas penyelenggaraan Maulid Nabi kelak akan
dibalas oleh Allah di Yaumil Qiyamah nanti. Walaupun tak selamanya jumlah yang
diberikan itu besar, namun warga Betawi menganggap Maulid merupakan kegiatan yang
ekspresi teologis atas kecintaan mereka kepada Rasulullah Saw. Untuk itulah mereka rela
Tidak semua warga Betawi Kebagusan merupakan muslim yang taat, ada saja
diantara mereka yang masih suka bermain judi, mabuk-mabukan, atau melakukan
maksiat lainnya. Namun, ketika diadakan Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw.
mereka bergegas meninggalkan semua aktifitas dosa mereka untuk ikut berpartisipasi
membantu mempersiapkan segala keperluan Maulid. Bahkan tak jarang dari mereka yang
juga menjadi panitia penyelenggara Maulid. Walaupun tidak selamanya mereka selalu
berada di masjid namun jika menyangkut kegiatan Islam mereka selalu ikut berperan
lokasi diadakannya Maulid maupun dari jama’ah luar. Dahulu, mereka kerapkali
membunyikan petasan sebagai komunikasi antar kampung. Kampung lain yang berada
154
Hasil pengamatn penulis tahun 2007 s/d 2008
155
Ibid.,
disekitar Kebagusan pun akan bertanya-tanya akan ada kegiatan apa di Kebagusan bila
petasan tersebut dibunyikan. Setelah mengetahui akan ada suatu acara, entah itu Maulid
mendatanginya. Namun, saat ini mereka lebih suka menyebarkan pamflet ataupun
spanduk-spanduk yang dipasang di persimpangan jalan. Hal ini merupakan hasil dari
perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. di Kebagusan, karena hampir setiap diadakan
perayaan Maulid Nabi panitia memasang umbul-umbul pada setiap rute jalan yang tertuju
kepada lokasi Maulid. Ini juga menjadi penunjuk jalan bagi para jama’ah dari luar
sebagai tradisi atas para pendahulu-pendahulu mereka. Ini berlangsung dari tahun ke
tahun. Namun, setelah ditelisik lebih jauh bahwa Perayaan Maulid Nabi di Kebagusan
merupakan media komunikasi yang paling efektif dalam menjadikan kampung ini
kampung yang bernuansa Islami. Maulid mampu menjadi obat atas penyakit-penyakit
156
Alwi Shahab, Robin Hood Betawi, Republika, Jakarta, 2002, hlm. 89
157
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 s/d 2008
158
Ibid.,
Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw di Kelurahan Kebagusan memiliki
1. Pembukaan
Setiap acara dimulai dengan pembacaan surah Al-Fatihah yang dipimpin oleh
pembawa acara atau MC, lalu setelah itu dibacakan susunan acara Perayaan Maulid Nabi
dari satu orang, tetapi bisa juga dua orang dengan bagian satu orang laki-laki dan satu
orang perempuan. Oarng yang menjadi MC biasanya memiliki kecakapan vokal dan
komunikasi yang baik, sehingga pelaksanaan acara Maulid Nabi Muhammad Saw. bisa
kepada arwah Nabi Muhammad Saw, sahabat dan keluarganya, serta para sesepuh dan
tokoh agama di Kebagusan, tidak lupa arwah kaum muslimin dan muslimat yang telah
terlebih dahulu meninggal dunia. Setelah itu membaca surah Yaasin. Kemudian membaca
surah Al-Ikhlas sebanyak tiga kali, Al-Falaq satu kali, An-Nass satu kali, membaca akhir
surah Al-Baqoroh, membaca tahlil (laa ila haa illallah) sebanyak 33 kali, tahmid
riwayat kehidupan Nabi Muhammad Saw. (rawi) dari awal sampai akhir hidupnya yang
dikarang oleh Syeikh Ja’far al-Barjanzi, pembacaan ini dilaksanakan oleh tiga orang
159
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 s/d 2008
pembaca. Masing-masing orang membaca sebagian rawi sampai selesai. Pada saat
Asyrakal, ketiga orang tersebut membacanya secara bersamaan diikuti para hadirin. Pada
saat inilah, hadirin berdiri bersama-sama untuk mengikuti pembacaan rawi tersebut160.
Saat Asyrakal diiringi oleh iringan Rebana. Pada saat Asyrakal pula terdapat satu orang
yang berkeliling menyemprotkan minyak wangi ke tangan jama’ah diiringi oleh daun
mawar dan melati yang sengaja disebar ke setiap penjuru jamaah. Hal ini dilaksanakan
4. Sambutan-sambutan
Sambutan atau sepatah kata disampaikan oleh ketua pelaksana, ketua masjid atau
mushalla, dan juga para instansi pemerintah yang hadir seperti Bapak Camat atau Lurah.
Pada saat sambutan, ketua pelaksana atau ketua masjid menyampaikan ucapan terima
kasih kepada masyarakat yang telah banyak membantu secara materil sekaligus
permohonan maaf apabila pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad Saw. masih banyak
bebrapa himbauan yang dianggap penting untuk diketahui dan dilaksanakan masyarakat.
5. Pembacaan Al-Qur’an
Qari’ atau pembaca Al-Qur’an membacakan sebagian dari ayat Al-Qur’an yang
berkaitan dengan kelahiran maupun kehidupan Rasulullah Saw. Pada umumnya qari’
membacakan surah al-Ahzab ayat 21 dan 40, al-Qalam ayat empat, al-Araf ayat 158, dan
160
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 s/d 2008
6. Ceramah Agama
disebabkan para penceramah biasanya adalah para da’i yang sudah cukup kondang.
Bahkan terkadang para da’i yang dipanggil ialah da’i tingkat nasional yang sudah
terkenal dan sering tampil di televisi. Ibu-ibu sangatlah antusias apabila penceramah
menyampaikan nasihat agama disertai humor yang membuat isi ceramah lebih menarik.
Namun tak selamanya pencermah yang dipanggil adalah para da’i kondang. Ada pula
yang para penceramah dari wilayah Kebagusan pula. Hal ini tidak terlalu
Setelah ceramah agama, perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. ditutup dengan
do’a. Do’a dibacakan oleh sesepuh agama setempat. Namuin sebelum pembacaan do’a,
panitia pelaksana membagikan berkat kepada para hadirin. Setelah semuanya telah
terbagi, maka sesepuh agama setempat-pun mulai membacakan do’a. Setelah selesai
pelaksaan acara, penceramah dan beberapa sesepuh agama dan tokoh adat, serta panitia
Inilah model perayaan Maulid Nabi Muhamad Saw. di Kebagusan, walau sudah
banyak perubahan. Namun perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. selalu dilaksanakan
dari tahun ke tahun bahkan diturunkan dari generasi ke generasi sehingga perayaan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan ke dalam beberapa uraian,
yakni:
dunia ini. Mereka sangat yakin bahwasanya Rasulullah ialah manusia yang dapat
Maulid Nabi Muhammad Saw. Walaupun Maulid tidak memiliki landasan syar’i, akan
tetapi bagi komunitas etnis Betawi Kebagusan mengadakan perayaan Maulid Nabi
merupakan perkara yang baik yang akan menghasilkan yang baik pula. Maulid di
Kebagusan juga menjadi sarana untuk memperkokoh tali silaturahmi antar warga Betawi
yang ingin menghadiri Maulid Nabi yang diadakan warga Betawi Kebagusan. Dengan
senang hati mereka sangat menghormati mereka. Tidak jarang pula, warga Betawi
penyelenggara maupun pengurus masjid. Ini merupakan bukti bahwa tak selamanya
orang Betawi sangat sukuisme. Unsur-unsur budaya, politis, ekonomi, bahkan status
sosial hilang bilamana perayaan Maulid Nabi diadakan. Dengan kata lain, perayaan
Maulid Nabi Muhammad Saw. di Kebagusan sangat banyak mengandung manfaat
dibandingkan maksiat.
3. Mayoritas warga Betawi Kebagusan beragama Islam dan berfaham Ahli Sunnah Wal
Jama’ah. Mereka sangatlah menjunjung tinggi ajaran Islam lengkap dengan setiap
4. Warga Betawi Kebagusan bersifat pluralisme dan terbuka terhadap setiap golongan
dan status mereka. Dengan demikian mereka tidak menjadi “Jago Kampung” yang
merasa memiliki kampung ini seutuhnya. Warga Betawi cenderung terbuka terhadap para
pendatang, mereka dapat bersosialisasi dengan baik terhadap komunitas budaya lainnya.
Hal inilah yang menyebabkan perayaan Maulid Nabi tidak selalu diisi oleh warga Betawi
masyarakat setempat. Mereka rela mengeluarkan materi, tenaga, dan pikiran demi
terselengaranya kegiatan tersebut. Hal ini tidak terlepas dari peran serta para ulama
setempat di dalam memberikan tausyiah atas segala amal baik yang mereka lakukan akan
Betawi masih terlihat kental. Pengaruh dari para tokoh masyarakat juga begitu terasa
hingga tidak sulit mengerahkan massa untuk menyelenggarakan Maulid Nabi. Pada
umumnya, warga Betawi Kebagusan sangat menghormati para leluhur dan tokoh
masyarakat setempat. Selain menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari, biasanya para
tokoh masyarakat juga menjadi ustadz dan “palang pintu” asli Kebagusan.
B. Saran
maka umat Islam khususnya warga Betawi Kebagusan mampu menjawab tantangan
Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. pada komunitas etnis Betawi Kebagusan
selayaknya tidak hanya menjadi sebuah acara seremonial belaka, tetapi perayaan Maulid
Nabi ini dapat menjadi salah satu implementasi dalam memuliakan Nabi Muhammad
Saw. dan memuliakan Nabi Muhammad merupakan salah satu refleksi kecintaan kita
terhadap beliau.
Merayakan peringatan Maulid Nabi merupakan salah satu amal perbuatan yang
paling utama dan sebuah ritual pendekatan diri kepada Allah, karena keseluruhan
peringatan Maulid Nabi merupakan ungkapan kebahagiaan dan kecintaan kepada Nabi
Muhammad Saw. dan kecintaan warga Betawi Kebagusan kepada Nabi termasuk salah
satu prinsip dasar Iman dalam Islam. Untuk itulah perayaan Maulid Nabi di Kebagusan
Warga Betawi Kebagusan masih banyak yang menganggap perayaan Maulid Nabi
hanyalah sebuah acara seremonial belaka. Hal ini menyebabkan setelah menghadiri
Maulid Nabi mereka kembali kepada sikap dan prilaku masing-masing. “Ya yang mabok
tetep mabok, yang shalat mah tetep shalat.” Pemaknaan atas perayaan Maulid Nabi
Semoga perayaan-perayaan keagamaan seperti ini dapat berjalan dengan baik dan
dan makna yang terkandung dalam perayaan tersebut untuk dapat diterapkan dalam
DAFTAR PUSTAKA
As-Sundubi, Tarikh al-ihtifal bil Maulud an-Nabawi, min al-asr al-awwal ila asr
Faruq al-awwal, al-Qahirah 1948
E.I. (2), i, hlm. 1091-1092, s.v. al-Bata’ihi, art. oleh D.M. Dunlop
Fadli HS,Achmad. Ulama Betawi, tesis, program studi Timur Tengah, Pasca
Sarjana UI, Jakarta, 2006
Fairchild, Henry Fartt (ed). 1962, Dictionary of Sociology, Paterson, New Jersey:
Littlefield Adams & Co.
Gottschalk, L. Al-Malik Al-Kamil, Ibn Katsir, (lk. 700/1300-772/1373) E.l. (2), iii,
hlm. 817-818, art. oleh H. Laoust
Iqbal, Muhammad Zafar. Islam di Jakarta; studi sejarah islam dan budaya
betawi, tesis, Program Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2002
Kapten, Nico. Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., INIS, Jakarta, 1994
Raben, Remco. Batavia and Colombo, The Etnic and Spatial Order of Two
Colonial Cities, 1600-1800, PH. D., dissertation: Leiden University, 1996
Saidi, Ridwan. Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, LSIP, Jakarta, 1994
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, edisi baru kesatu, CV. Rajawali,
Jakarta, 1982
. Dari Djakarta ke Djajakarta, Penerbit Soeroengan, Djakarta,
1954H.
Tim Penyusun, Peta Seni Budaya Betawi, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta,
Jakarta, 1985/1986
Ahmad Awliya
DEPARTEMEN AGAMA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
IDENTITAS ALUMNI
Wisuda Ke : 73/ Tahun Akademik : 2008/2009
Wawancara ini dilakukan pada tanggal 14 Mei 2008, pukul 11.50, bertempat di
sekretariat Ikatan Warga Betawi Kebagusan (IWBK), Jl. Kebagusan 4, Kebagusan, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan. Wawancara ini dilakukan terhadap Zainal Abidin, sekretaris
Ahmad Awliya (Aa) : Maaf nih, kalau ude ganggu kesibukan bapak.
Za : Ya kalau orang betawi kan, orang yang berada di Pulau Jawa tapi tidak
berbahasa sunda walau ada beberapa istilah yang bercampur dengan sunda
itu sendiri. Asal-usul Betawi itu sendiri saya belum jelas tau nih, tapi yang
Za : Sifat orang betawi yang pertama religius, keagamaannya kuat, kental gitu.
Kemudian mang ada sebagian orang Betawi itu yang suka ngambek. Itu
sebenarnya sih bukan ngambek, itu karena harga diri orang Betawi itu
tinggi. Dan juga katanya orang Betawi itu males, kita bukan males orang
Betawi. Dulu waktu zaman kakek nenek kita, kalo kita mau sekolah dibilang
“ah.. elu ngapain sekolah, macul aja sono”. Orang macul kan bukan berarti
males, berarti masih ada yang dia kerjain. Cuma emang orang Betawi males
karena ga mau di atur gitu. Kan kalau dia jadi petani ga mau diatur, dia
ngatur dirinya sendiri gitu. Secara fisik sih sama aja, ga jauh beda.
gimana?
Za : Pribadinya?
Aa : Heeh..
Za : Betawi itu suka humoris, sosialnya cukup tinggi. Ya kalau ada kesusahan…
ada yang meninggal kan ada tahlilan sebagai bukti bahwa orang Betawi itu
peduli sesama.
Aa : Yang menjadikan orang Betawi itu kental sama agama, apa ada faktor dari
Za : Iya udah turun menurun, iya adalah anak Betawi yang nakal. Suku manapun
Aa : Iya..ya..
Za : Tapi secara umum orang Betawi itu taat agama.
atau Hindhu.
Isra Mi’raj, dan lain-lain. Nah kira-kira apa sih yang membuat mereka
Za : Yang pertama adalah mereka cinta bener ama Rosul, sehingga apapun
bentuknya. Entah dia nyunatin, ngawinin, entah orang mati pasti ada Maulid
sekarang-sekarang ini ada yang ngomong Maulid itu bid’ah-lah itu mah
Aa : Maksudnya di Kebagusan?
Aa : Faktor yang buat antusias orang mau aja gitu, ya maksudnya ngumpul untuk
Maulid?
Za : Yang pertama mungkin, ada juga pengaruh dari teman. “Ya gw ga enak ah
Za : Ya bisa dilihat lah, misalnya di masjid mana nih ada Maulid. Diliat orangnya
juga, nah masjid itu jarang kemana-mana tuh. Makanya kita datang. Nah
gimana pak?
Aa : Iya, maksudnya ketika mereka bilang iya yang lain pada ikut iya gitu.
Za : Ya kalau disini itu ada orang-orang seperti itu.. seperti tokoh-tokoh agama
masyarakat. Jangankan dia bener, dia bohong juga diikutin ma orang gitu.
Hehehe..
kehidupan sehari-hari?
untuk nambah iman dan takwa, tapi kadang-kadang itu juga ga seratus
orang, 80 % orang Islam. Ya kita kan ga semuanya ikut gitu, pasti ada aja
Za : Ya itu betul karena mereka saling bantu. Salah satu contoh nih, kalau saya
ngadain Maulid di rumah saya, ya saya cuma ngundang orang datang, itu
saya cuma ngundang dia datang kadang-kadang ada yang suka bantu beras..
pak?
Za : Ya biasa-bisa aja, seperti kayak ada pengajian, baca Al-Qur’an, atau tahlil,
ya intinya terus kemudian baca rawi. Ya itu aja, ga da perubahan dari dulu
Za : Kalau yang mendukung, kalau ada Maulid gitu. Masyarakat Betawi sekecil
apapun berusaha untuk membantu. Ya kayak ada sesuatu aja yang kurang
Aa : Saran bapak untuk orang Betawi itu sendiri, khususnya yang ada di
Za : Saran saya kalau dalam Maulid, ya minimal ada yang nyangkut lah dari
berlebihan lah. Jangan yang ditekanin konsumsi mulu. Ya tapi kita ga bisa
menghilangkan itu semua karena emang udah kebiasaan kita. Kepengen ada
Za : Ya emang ciri Betawi kayak gitu, gotong royong mah. Ada aja rejekinya.
Hehehe..
Za : Pedagang.
acara).
orang-orang pendatang?
Za : Nah, orang kita pada dasarnya nrimo aja gitu, tidak ada masalah. Kalau
orang pendatang itu ga banyak lagu, ya kita oke-oke aja. Tapi kalau
(Zainal Abidin)
Wawancara dengan Narasumber II
Wawancara ini dilakukan pada tanggal 22 Juni 2008, pukul 20.00, bertempat di
kediaman narasumber, Jl. Kebagusan Raya, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Wawancara ini dilakukan terhadap Fadjriah Nurdiarsih, anak betawi asli Kebagusan yang
telah menyelesaikan S1-nya pada program studi Indonesia, fakultas Ilmu Pengetahuan
Bambu yang membawahi penerbit Mushaf dan Masup Jakarta yang banyak menerbitkan
buku-buku Betawi. Buku apa saja yang sudah pernah anda edit?
Fadjriah Nurdiarsih (Fn): Banyak… Salah satunya ialah buku mengenai Major
Riantje. Kalau kaitannya dengan Betawi, Mayor Riantje ini adalah seorang keturunan
Portugis yang menjadi orang terkaya di Batavia pada abad ke-19. Tapi karena ia mestizo
atau separuh keturunan Portugis sehingga kekayaan tidak dianggap oleh para penguasa
Fn : Betawi itu adalah istilah yang dilekatkan untuk menyebut suku bangsa yang
dianggap sebagai penghuni asli Jakarta. Tapi sebenarnya Betawi itu adalah
percampuran dari berbagai suku bangsa. Jadi ada suku bangsa asli di
membentuk suatu kebudayaan baru yakni Betawi yang dikenal pada abad
ke-19.
adalah bahasa yang digunakan oleh orang Betawi. Jadi pengertiannya itu
yang berada di wilayah Jakarta, entah itu orang Betawi, Jawa, Sunda,
Aa : Bagaimana dengan cikal bakal dari komunitas Betawi. Menurut anda seperti
apa?
Fn : Ya menurut saya orang Betawi itu gak ada kerajaan, ga punya mitos, asal
usul atau cerita dongeng mengenai darimana dia berasal. Tapi pada
anda?
Fn : Asumsi Lance Castles itu berdasarkan data atau arsip yang ada pada
pemerintah Belanda. Ini sudah banyak disangkal oleh para pakar dan orang
Betawi itu sendiri bahwa arsip itu hanya menyebutkan orang Betawi baru
ada pada abad sekian, sebelum itu belum ada penduduknya di Batavia.
Karena dianggapnya Batavia ialah negeri yang kosong. Baru saat itu
Aa : Berarti anda setuju pada pendapat Ridwan Saidi bahwa orang Betawi sudah
Aa : Lalu bagaimana dengan orang Jakarta yang sudah lama mendiami Jakarta ini
Fn : Ya itu hanya pengertiannya. Memang ada beberapa ahli, saya lupa namanya.
Ia bilang orang Betawi itu adalah yang pertama adalah orang yang asli
keturunan Betawi, kedua adalah orang yang sudah tinggal lima generasi
bukan asli Betawi tapi sudah tinggal selama lima generasi berturut-turut.
Jadi mereka juga tidak lagi memiliki keterikatan dengan daerah asal. Mereka
Fn : Saya melihatnya cukup maju dan cukup solid. Terbukti dengan adanya
supaya tidak terputus, menguatkan identitas etnisnya. Tapi yang saya lihat
seperti itu kan harus dipupuk, ya namanya kesenian Betawi saat ini sudah
Bukan Betawi-lah kalau tidak Islam. Malah dulu orang Betawi dikenal
dengan sebutan orang Selam yang berarti orang Islam. Kalau kefanatikan ya
Kalau bicara ekonomi itu relatif. Sebenarnya orang Betawi itu kaya, dalam
arti mereka punya tanah, kebun, dan usaha yang menghasilkan uang.
orang Betawi itu mungkin kalau dilihat orang lain secara ekonominya ga
bagus, mungkin akan dibilang miskin. Tapi kalau orang Betawi dibilang
garis kemiskinan itu tidak benar karena mereka tidak berorientasi dengan
mereka ya pergi haji. Jadi diluar itu mereka tidak materialistis lah, apa yang
pendatang?
orang Betawi masih ingin dianggap sebagai pemilik tanah sekaligus tuan
rumah sementara orang Jawa disini sudah semakin banyak karena memang
tanah orang Betawi yang beli orang Jawa tapi penerimaan sehari-hari tidak
ada masalah hanya saja dalam aktifitas sosial maupun keagamaan itu orang
Betawi masih sulit nerima para pendatang untuk lebih menonjol karena ya
Fn : Saya rasa sekarang sudah cukup berimbang ya. Orang Betawinya banyak
tapi orang Jawa atau komunitas etnis lainnya juga banyak. Ya mungkin
keafdolan saja.
Fn : Saya rasa hanya itu saja, orang kita (Betawi) hanya terbiasa saja melakukan
tradisi seperti itu yang harus dilakukan. Sebenarnya tidak ada keharusan
Aa : Faktor apa saja yang membuat orang Betawi Kebagusan suka melakukan
Fn : Karena tradisi itu sebenarnya baik, seperti nujuh bulan, aqiqah, empat puluh
Fn : Seperti saya sudah bilang, harus lebih berpikir kreatif lagi. Kadang-kadang
orang Betawi itu maunya tenar saja. Misalnya mengadakan acara gede-
gedean, ada pawai, karnaval, pokoknya acara seremonial tapi disamping itu
harus ada aspek-aspek yang harus dibina seperti aspek-aspek sosial budaya,
yang dianggap baik, apa yang orang tua dulu anggap baik maka akan
(Fadjriah Nurdiarsih)
Wawancara dengan Narasumber III
Wawancara ini dilakukan pada tanggal 2 Juli 2008, pukul 21.00, bertempat di
kediaman narasumber, Jl. Kebagusan Raya, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Wawancara ini dilakukan terhadap Abdul Azis, ketua Remaja Islam Masjid Baitul Rahim
Ahmad Awliya (Aa) : Apa yang anda ketahui tentang perayaan Maulid Nabi
Muhammad Saw.?
Abdul Azis (Az) : Perayaan Nabi Besar Nabi Muhammad Saw. adalah
sebuah gambaran dan luapan perasaan umat muslim seluruh dunia dan khususnya umat
muslim Indonesia untuk memuliakan Nabi Muhammad Saw. sebagai junjungan dan
Az : Iya…
masjid.
Maulid Nabi?
Az : 90 %
Aa : Hambatan apa yang terdapat dalam perayaan Maulid Nabi yang pernah anda
lakukan?
tidak sesuai dengan segala persiapan non teknis seperti itu. Seringkali juga
penceramah yang diinginkan tidak bisa hadir karena banyaknya schedulle
yang padat.
Az : yang pertama itu penceramah yang diinginkan bisa hadir, tidak kekurangan
konsumsi untuk jama’ah, banyak jama’ah yang puas karena pelayanan yang
Muhammad Saw.?
(Abdul Azis)