Zdocs - Tips - Standarisasi Larutan Naoh 0 1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan
Zdocs - Tips - Standarisasi Larutan Naoh 0 1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan
I. Tujuan
1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan asam oksakat.
2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan.
II. Landasan Teori
Titrasi dilakukan untuk menetapkan molaritas suatu larutan dengan
menggunakan larutan lain yang telah diketahui jumlah molaritasnya secara
pasti. Larutan yang berperan sebagai peniter disebut dengan larutan standar.
Ketepatan atau akurasi dari konsentrasi larutan yang di titer sangatlah penting,
karena memiliki dampak pada larutan. Salah satunya adalah pada
ketergantungan kepastian molaritas dari larutan peniter. Apabila larutan
peniter yang digunakan tidak pasti, maka molaritas larutan yang dititer pasti
juga tidak akan akurat. Titrasi ini merupakan salah satu proses untuk
menstandarisasi larutan. Biasanya, proses titrasi ini seering dilakukan untuk
suatu larutan asam dan larutan basa, yang sering disebut dengan titrasi asam
basa atau reaksi penetralan (Susiloningsih dan Indah, 2013).
Larutan standar terbagi menjadi larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer merupakan suatu larutan yang telah
diketahui konsentrasinya secara tepat melalui proses gravimetri. Nilai
konsentrasi tersebut dihitung melalui perumusan sederhana, yaitu dengan
menimbang bahan bakunya lalu dilarutkan dalam volume tertentu. Sedangkan
Larutan standar sekunder merupakan larutan yang dapat diketahui
konsentrasinya dengan cara metode titrimetri, yaitu dengan cara dititrasi
dengan larutan standar primer terlebih dahulu.
Analisis dengan metode titrimetrik didasarkan pada reaksi seperti
berikut:
aA + tT → Produk
Berbagai merk asam cuka banyak tersedian dipasar. Rata- rata asam
cuka tersebut terdapat label yang mencantumkan informasi kadar asam cuka
sebesar 25%. Maka pada praktikum ini akan dilakukan percobaan untuk
menyelidiki kebenaran label yang tercantum tersebut dengan menggunakan
proses titrimetri alkalimetri. Perlu diperhatikan bahwa dalam kegiatan titrasi
digunakan larutan yang relatif encer. Oleh karena itu, asam cuka perdagangan
harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan, supaya dalam proses
titrasi tidak akan memerlukan banyak NaOH untuk mentitrasi larutan tersebut
(Susiloningsih dan Indah, 2013).
Ketika melakukan titrasi, biasanya digunakan larutan sebagai
indikator. Indikator merupakan zat atau larutan yand dapat berubah warna
apabila berada pada lingkungan asam atau lingkungan basa, sehingga dapat
memberikan kode bahwa proses titrasi sudah mencapai titk akhir dan titik
ekuivalen. Indikator yang digunakan harus dapat memberikan perubahan
warna yang tepat pada saat diteteskan pada larutan asam ataupun basa,
sehingga larutan juga dapat terdeteksi dengan benar. Indikator yang sering
digunakan pada proses titrasi adalah indikator fenolftalein. Indikator
fenolftalein berwarna bening atau tidak berwarna pada larutan asam, dan akan
berwarna merah pada larutan basa (Harjanti, 2008).
III. Alat Dan Bahan
3.1. Alat
Labu ukur 100 mL
Buret 50 mL
Erlenmeyer 100 mL
Erlenmeyer 50 mL
Pipet ukur 10 mL
Klem dan standar
Batang pengaduk
Gelas ukur 100 mL
Gelas ukur 50 mL
Kaca arloji
Pipet tetes
Spatula
3.2. Bahan
Asam oksalat
Larutan NaOH
Asam cuka perdagangan
Indikator Fenolftalein
IV. Prosedur Kerja
4.1 Penentuan Molaritas NaOH
a.
Asam Oksalat
ditimbang 1,26 gram.
dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.
ditambahkan air suling hingga volume menjadi 100 ml.
dimasukkan kedalam buret.
Hasil
b.
NaOH
dituang 10 ml kedalam erlenmeyer.
ditambah 100 ml air suling.
ditambahkan 1-2 tetes indikator fenolftalein.
dititrasi dengan larutan asam oksalat hingga warna
merah jambu hilang.
dilakukan 3 kali.
Hasil
yang menurut reaksi, titrasi yang dilakukan menghasilkan garam hasil titrasi,
yang ditandai dengan adanya unsur Na yang terbentuk pada produk yang
dihasilkan. Karena proses netralisasi larutan asam dan larutan basa menurut
literatur akan menghasilkan garam.
Selanjutnya, menentukan kadar asam cuka perdagangan yang telah
disiapkan oleh asisten. Pada percobaan penentuan kadar asam cuka
perdagangan, dilakukan dengan kegiatan titrimetri alkalimetri, yaitu dengan
cara melakukan titrasi pada larutan asam cuka perdagangan yang akan
ditentukan kadar asamnya dengan menggunakan larutan baku sekunder NaOH
untuk menentukan jumlah kadar asam cuka yang ada, dan mengetahui apakah
kadar asam cuka yang tertera pada label asam cuka perdagangan tersebut telah
sesuai dengan kadar sebenarnya sesuai pada proses uji coba atau tidak.
Untuk menganalisis asam cuka yang ada dalam cuka perdagangan dapat
dilakukan dengan titrasi netralisasi. Dalam proses ini, larutan asam cuka
perdagangan diencerkan terlebih dahulu untuk mengurangi kepekatannya
dengan tujuan supaya tidak terlalu banyak menggunakan NaOH ketika proses
titrasi dengan cara menambahkan 100 mL akuades pada 10 mL asam cuka
perdangangan. Reaksi yang terjadi pada titrasi ini adalah reaksi antara asam
lemah dari larutan asam asetat dan basa kuat dari larutan NaOH.
Berdasarkan kegiatan praktium titrasi untuk menentukan kadar asam
cuka perdagangan yang telah dilakukan oleh praktikan, maka diperoleh data
hasil pengamatan sebagai berikut:
Tabel 2: Penentuan konsentrasi asam asetat dalam asam cuka
perdagangan
Titrasi I Titrasi II Titrasi III Vrata-rata
Skala awal 9 mL 5 mL 16 mL -
Skala akhir 24 mL 30,3 mL 30 mL -
VNaoH 15 mL 15,3 mL 14 mL 14,77 mL
Untuk menganalisa kadar aam cuka perdagangan , maka larutan asam
cuka yang telah diencerkan dimasukka ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan
indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes yang bertujuan untun digunakan sebagai
indikator perubah warna ketika titrasi telah mencapai titik akhir dan titik
ekuivalen titrasi. Namun, apabila pada larutan NaOH yang ditambahkan
indikator fenolftalein akan mengalami perubahan warna dari bening menjadi
merah muda, maka pada larutan asam asetat indikator fenolftalein tidak
berwarna sehingga larutan tetap bening. Hal tersebut terjadi karena NaOH
merupakan larutan basa sedangkan asam asetat merupakan larutan asam.
Percobaan ini dilakukan dengan tiga kali proses pengulangan proses
titrasi. Pada titrasi yang pertama, untuk dapat merubah warna asam asetat dari
bening menjadi berwarna merah jambu membutuhkan volume NaOH sebagai
titran sebanyak 15 mL, pada titrasi yang kedua membutuhkan larutan NaOH
sebanyak 15,3 mL dan pada titrasi yang ketiga membutuhkan larutan NaOH
sebanyak 14 mL. Sehingga diperoleh volume rata-rata larutan NaOH yang
digunakan untuk mentitrasi asam cuka perdagangan dalam tiga kali
pengulangan adalah sebanyak 14,77 mL.
Setelah diketahui volume rata-rata larutan NaOH yang telah digunakan
dalam proses titrasi avam cuka perdagangan, maka dapat ditentukan
konsentrasi asam asetat tersebut. Berdasarkan perhitungan yang telah
dilampirkan, dapat diketahui nilai konsentrasi asam asetat yang telah
diencerkan adalah sebanyak 0,241 mol/L. Dan untuk mengetahui konsentrasi
asam asetat sebelum diencerkan dapat dihitung dengan rumus pengenceran,
sehingga diperoleh konsentrasi dari asam asetat sebelum diencerkan adalah
sebanyak 2,41 mol/L. Dari konsentrasi asam asetat itulah dapat diperoleh hasil
konsentrasi asam asetat dengan persentase sebesar 14,46%.
Reaksi yang terjadi pada proses titrasi asam asetat dan NaOH adalah
sebagai berikut:
Reaksi asam basa antara larutan asam asetat dengan larutan NaOH juga
mengahasilkan garam hasil titrasi, yang juga ditandai dengan adanya
pembentukan unsur Na dalam produk yang dihasilkan. Karena literatur
menyatakan bahwa reaksi netralisasi antara asam dan basa akan menghasilkan
garam.
Berdasarkan perhitungan dari proses titrasi yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa kadar dari asam asetat yang tercantum pada labelnya
seharusnya tidak kurang dari 14,46 %, hal ini bertujuan agar konsumen tidak
salah dalam menggunakan asam cuka tersebut. Dalam penentuan kadar asam
cuka perdagangan ini juga belum memiliki kebenaran 100%, dikarenakan
proses titrasi yang dilakukan ini juga kali pertama bagi praktikan.
VI. Kesimpulan Dan saran
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan analisis data yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Molaritas larutan NaOH setelah distandarisasi dengan larutan asam
oksalat adalah sebesar 0,163 ek/L.
2. Kadar asam cuka perdagangan yang digunakan pada praktium adalah
sebesar 14,46%.
6.2. Saran
Dalam kegiatan praktikum dibutuhkan adanya kesabaran dalam
proses titrasi, supaya hasil yang diinginkan dapat sesuai dengan perlakuan.
Dan juga dibutuhkan kehati-hatian dalam penanganan alat kaca.
DAFTAR PUSTAKA
0,1 M
Normalitas =nxm
2 x 0,1 M
0,2 ek/L
b. Konsentrasi Larutan NaOH
V NaOH : 20 mL
V rata-rata C2H2O4 : 16,3 mL
N Asam Oksalat : 0,2 ek/L
Pada saat titik ekuivalen :
(N x V) asam = (N x M) basa
3,26
NNaOH =
20
= 0,163 ek/L
2. Penentuan Konsentrasi asam asetat dalam asam cuka perdagangan
Normalitas Asam Asetat yang diritrasi : Nasetat
Vasam asetat yang dititrasi : 10 mL
VNaOH rata-rata yang digunakan : 14,77 mL
NNaOH yang digunakan : 0,163 ek/L
Jumlah ekuivalen asam = Jumlah ekuivalen basa
(N x V) asam = (N x V) basa
100 mL
Msebelum = Masetat x
10 mL
100 mL
0,241 ek/L x
10 mL
2,41 mol/L