Anda di halaman 1dari 5

Semburat cahaya yang menerpa wajah seorang gadis yang sedang duduk di tepian danau.

Ditemani dengan selambar kertas putih, Sulung menorehkan pensil dengan sangat mahirnya
seperti menghasilkan sebuah ukiran yang tidak dapat diungkapkan. Tetapi... kali ini lukisannya
sungguh sangat-sangat... sulit untuk didefenisikan.

Ditemani dengan angin yang berbisik ditelinga, tanpa disadari Sulung meneteskan air matanya.
Entah kenapa cerita itu berputar lagi seperti sebuah melodi yang mengalun, ketika ia duduk
ditempat yang sama yang rasanya seperti ada seseorang yang sedang menemaninya. Ia
merindukannya.

***

Sulung melukiskan keindahan yang ada didepannya pada secaris kertas putih yang hampir
mencerminkan dengan yang dilihatnya. Sulung merasa seseorang sedang mendekat berjalan
kearahnya dan kemudian duduk disebelahnya. Ia sudah hafal dengan wangi ini.

"Apa kau mau berlatih sekarang? Tinggi juga ya semangatmu. Padahal ini masih pagi Lis."
Sulung berbicara dengan melanjutkan lukisannya yang hampir selesai. "Tunggu sebentar
lukisanku hampir siap" lanjut Sulung dengan menolehkan sedikit kepalanya menatap Lisa.

Lisa duduk disebelah Sulung sambil menatap hasil karya yang entah keberapa kalinya ia lihat
dari hasil lukisan yang Sulung buat. Menghirup aroma pagi dengan lambat dan menahannya
kemudian menghembuskannya. Sulung yang melihat itu merasa bahwa Lisa ingin mengatakan
sesuatu.

"Aku ingin berbicara denganmu" ucap Lisa memulai membuka suaranya. Sulung hanya diam
mendengarkan. " Sulung, bukannya kau ingin sekali mengikuti kelompok basket itu? Kenapa kau
menyuruh aku saja yang mengikutinya? Kau kan lebih hebat bermain, lebih baik kau
kembangkan saja bakatmu dari pada harus mengajariku yang hanya bisa mendrible saja" tanya
Lisa kepada Sulung.

Sulung merapikan peralatan lukisannya. Dan menjawab pertanyaan Lisa. "Aku tau kau sudah
lama ingin memasuki kelompok basket itu. Mungkin kita berdua bisa memasukinya bersama.
Tetapi yang dibutuhkan hanya 1 orang lagi. Jadi, ku rasa kau lah yang pantas memasuki tim itu.
Kau sudah lama menginginkannya." Jawab Sulung diam sebentar dan melanjutkan. "Aku dulu
juga pernah ingin masuk tim itu, tapi seiring berjalannya waktu, jadinya aku tidak memiliki
keinginan itu lagi" jawab Sulung tanpa ada menunjukkan kebohongannya.

"Aku merasa kau sangat ingin measuki tim itu, tapi kau mengalahkan dengan ku?" Tanya Lisa
dengan nada sedikit meninggi. Ia jadi merasa bersalah karena merasa telah egois. Sulung
menatapnya dan memberikan senyum semangat seperti menyalurkan sebuah energi kepada
Lisa.

"Apa yang kau katakan? Aku memang tidak berminat saja. Ah.. sudahlah daripada kita berdebat
menghabiskan waktu, lebih baik kita latihan sekarang saja" semangat Sulung berdiri dan
kemudian menarik tangan Lisa.

Sulung dan Lisa berlatih dilapangan basket didekat danau. Lisa yang tidak mahirpun menjadi
ikut lihai dalam memaikan basketnya.

***

Ini adalah hari penentuan dimana Lisa akan seleksi memasuki tim basketnya. Sulung berjalan
mondar mandir dengan menggerakkan bibirnya merapalkan doa. Entah keberapa kalinya
Sulung melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.

"Lisa, kau dimana? Tinggal 5 menit lagi. Lisa ku harap kau tidak mengecewakanku." Cemas
Sulung sambil menyeka keringatnya. Sudah dua menit berjalan tidak ada kabar dari Lisa. "Ting!"
Suara pesan masuk dari handphone Sulung. "Sulung, maafkan aku. Aku tidak bisa datang ke
acara seleksi hari ini. Aku ada keperluan penting. Aku harap kau bisa menggantikan aku. Aku
percaya kau pasti berhasil.:)" Dengan perasaan kecewa Sulung mengganti baju yang telah
disediakan dan mengikuti seleksi yang pernah ia idamkan.

***

"Seberapa penting urusannya itu, aku yakin dia tau kalau aku juga ingin memasuki tim itu. Tapi,
apa salahnya ia menghargai usahaku selama 3 bulan ini mengajarinya dan mengalah untuknya.
Sungguh aku benar-benar kecewa padamu Lisa." batin Sulung. Sebuah batu tercelup kedalam
danau akibat lemparan seorang gadis yang sedang kecewa.

"Sulung..." suara lembut itu didengar oleh Sulung, tetapi dengan berat hati Sulung seperti tidak
pernah mendengar suara itu.

"Apa kau marah denganku?, aku hanya ingin kau mencapai keinginanmu" bujuk Lisa sambil
duduk disamping Sulung. Mendengar kalimat itu, emosi Sulung ikut terpancing. "Kau.. kau
bilang aku mencapai keinginanku. Yang benar saja. Hahaha" Sulung tertawa masam dengan
logat yang menjengkelkan. "Sudahlah Lisa, cobalah hilangkan sedikit rasa egoismu itu. Jangan
hanya karena kau tidak bisa hingga kau mengandalkan aku." Jawab Sulung dengan menunjuk
kearah Lisa.

Sulung menggenggam kertas hasil karya lukisannya hingga tak terbentuk. Ia sangat kecewa.
Padahal ia sudah melakukan itu dengan semaksimal mungkin agar sahabatnya Lisa bisa
memasuki kelompok basket yang ada disekolahnya. Ia merasa usaha yang dilakukan selama ini
tidak ada hasilnya.

"Aku mohon terimalah hasilnya Sulung, aku yakin kau bisa" Lisa memohon kepada Sulung. "Dan
benarkan, kau diterima" Lisa memberikan senyumannya untuk menyemangati Sulung.

Sulung berdiri dan mendorong Lisa hingga Lisa terduduk. "Aku kecewa padamu Lisa. Seharusnya
kau hargai perjuanganku. Aku benci kau... Menjauhlah dari ku. Aku harap kau bisa menghargai
orang yang ada disekitarmu." Sulung berjalan meninggalkan Lisa tanpa peduli Lisa seperti
sedang kesakitan.

***

Sudah seminggu Sulung tidak menemui Lisa. Ia jadi merasa bersalah terhadap apa yang telah ia
lakukan. Selama itu Sulung lebih banyak menghabiskan waktunya dikamar. Tidak
mendengarkan nasehat dari siapapun. Sulung merindukan sahabat kecilnya itu. Tiba-tiba dering
panggilan masuk dari handphone Sulung dari "Lisa" membuat Sulung langsung mengangkat
panggilan itu.
Hingga lima detik setelah itu Sulung meneteskan air matanya. Dan melepaskan tangisannya
selepasnya. Setelah iya menjatuhkan handphone miliknya.

"Mengapa kau tidak mengatakannya. Aku ini sahabat seperti apa?! Tidak berguna!!" Sulung
menangiskan rasa bersalahnya.

***

Orang berjalan meninggalkan pemakaman. Angin sendu yang menemani Sulung bersama
ibunya Lisa menguatkan Sulung apa yang telah terjadi itu bukan kesalahannya. Melihat nama
sahabatnya terukir pada kayu dan ditaburi dengan bunga mawar membuat Sulung merasa
semakin bersalah.

"Sudahlah nak, Lisa tidak ingin melihatmu bersedih seperti ini. Kamu telah berkorban untuknya
dan dia juga begitu. Doa kan dia tenang disana, ibu juga telah merelakannya" ibu Lisa mengusap
punggung Sulung yang juga telah memiliki mata sembab.

"Kenapa Lisa tidak bilang kalau dia sakit bu? Kenapa dia hanya merasakan sendiri? Kanker
tulang itu sungguh jahat! Kenapa dia tidak bilang? Itu sudah stadium akhir? Teman macam apa
aku tidak tau apa... Hiks hiks" racau Sulung masih belum bisa menghentikan tangisannya.

"Sudah nak, dia tidak ingin kehilangan senyumanmu yang menjadi semangat hidupnya. Dia
berpesan parjuangkan apa yang telah kalian usahakan. Jangan buat dia kecewa" ibu Lisa
menyemangati Sulung dan juga hatinya. Langitpun ikut menyaksikan kesedihan dihadapannya
dan juga menitikkan kesedihannya.

***

Sulung kembali tersadar dari lamunannya, ia merapikan alat lukisnya dan tanpa tersadar karena
telah mengingat masa lalu itu ia ternyata telah banyak menitikkan air mata. Aku merindukanmu
Lisa, semoga kau tenang disana. Aku sangat menyayangimu. Sulung berjalan meninggalkan
danau yang telah menjadi saksi bisu persahabatannya dengan Lisa. Sore ini telah
mengingatkannya akan perjuangan persahabatan yang saling melengkapi.

Anda mungkin juga menyukai