Anda di halaman 1dari 16

KRAN AIR

(Dwikie Mahendra Sani)

Setiap hari pasti kita semua sering menggunakan air untuk


keperluan tertentu terutama terkait dengan kebersihan. Untuk
mendapatkan air, banyak cara yang dapat dilakukan, secara langsung
mengambil dari bak atau menggunakan kran air.. Apabila kita
menggunakan kran air sepertinya lebih mudah karena kita bisa
menentukan jumlah atau volume air sesuai dengan keinginan kita dengan
mudah. Jika kita mau mengisi air dengan volume 300 ml kita hanya
langsung membuka kran dengan cara memutarnya, setelah penuh
langsung bisa menutupnya dengan waktu yang cukup singkat.
Kran air merupakan alat yang digunakan untuk mengeluarkan air
dalam sistem pengaturan air. Karena wujud dan ukurannya lebih simpel
dan kecil, maka kran sangat diperlukan sebagai suatu komponen dalam
pengggunaan air. Kran air atau wastafel sering kita jumpai pada toilet,
tempat cuci piring kamar mandi dan sebagainya. Fungsi utama dari kran
air adalah untuk membersihkan diri (cuci tangan, gosok gigi, berkumur
dan lain sebagainya). Fungsi khusus dari kran air itu sendiri yaitu untuk
mengontrol jumlah air yang dikelurkan.
Dilihat dari sudut pandang fisika, ternyata banyak konsep fisika
yang dapat dilihat dari kran dan sangatlah menarik untuk diungkap.
Mengapa? Marilah kita mengupasnya,,,

Saat kita mengisi air dengan kran terdapat konsep fisika yang
seringkali kita tidak menyadari. Mulai dari kita membuka kran, mengisi air
sampai menutup kran. Dalam belajar fisika kita tidak harus mencari buku
dan informasi yang menunjukkan prinsip fisika akan tetapi kita bisa
menggunakan alat dalam kehidupan sehari-hari untuk bisa
mempelajarinya. Nah, pada bab ini kita akan memperdalam lagi terkait
konsep-konsep fisika yang ada pada kran air. Secara tidak langsung
hanya dengan kran air kita bisa belajar untuk memahami fisika.
Penggunaan krain air ini ditujukan karena setiap hari kita semuanya sering
melihat dan menggunakannya.
Saat membuka dan menutup kran, konsep fisika yang digunakan
adalah
1. Saat membuka dan menutup kran
Pada saat membuka kran, biasanya kita memutar kran dan
harus menggunakan arah yang berlawanan daripada saat kita
menutup.Mengapa demikian? Mengapa tidak boleh searah?
Nah jawabannya demikian..
Pada saat membuka dan menutup kran, pasti terjadi rotasi atau
perputaran dan ada gaya yang dilakukan pada kran tersebut. Hal ini
berkaitan dengan momen gaya pada kran yang dinamakan momen
kopel.
Sebelum kita masuk momen kopel terlebih dahulu kita harus
paham momen gaya. Momen gaya adalah besaran yang dipengaruhi
oleh gaya lengan. Momen gaya terjadi karena gaya yang bekerja pada
benda tidak tepat pada pusat massa. Ketika benda yang bergerak
pada lintasan lurus makabenda tersebut bergerak secara translasi.
Tetapi, ketika benda bergerak pada sumbu putarnya atau lintasn
melingkar benda tersebut bergerak secara rotasi. Sedangkan ketika
benda bergerak secara translasi, maka benda akan menerima gaya
luar. Gaya yang diberikan akan merubah arah lintasan benda. Tetapi
ketika benda bergerak melingkar benda tersebut dpat menerima gaya
yang lebih dikenal sebagai Torsi.

Gambar 1. Perputaran Arah Membuka dan Menutup Kranan Air


(Hasan, 2016)
Kopel merupakan sepasang gaya atau dua gaya pada sebuah
benda yang mempunyai besar yang sama, akan tetapi arahnya
berlawanan Dengan syarat garis aksi pada kedua gaya idak pada satu
garis lurus.

Gambar 2. Gaya Aksi Kopel (Hasan, 2016)


Ketika dua gaya yang sama pada sebuah benda
(menyebabkan benda tersebut berotasi (berputar) dan sistem gaya
tersebut disebut dengan momen kopel.

Gambar 3. Gaya pada Kopel (Hasan, 2016)


Lopel bekerja pada tutup kran yang sedang berotasi tanpa
berpindah pada sumbu dari tutupnya. Jika digambarkan garis diatas
maka jarak akan tegak lurus antara garis aksi dari dua gaya
pembentuk kopel disebut lengan kopel. Jika digambarkan pada garis
di atas maka dua gaya yang besarnya sama P dan Q bekerja pada
titik A dan B dalam arah berlawanan membentuk kopel dengan AB
sebagai lengan kopel.
Secara matematis momen kopel dirumuskan sebagai berikut:
M =F x d

M = momen kopel

F = gaya

D = panjang lengan gaya

Karena kopel memilki nilai arah, maka momen kopel termasuk dalam
besaran vektor.Nilai dari momen kopel sebagai berikut:

Gambar 4. Arah Momen Kopel (Viandari 2019)

a. Momen kopel bernilai positif bila arah putarannya berlawanan arah


dengan jarum jam.
b. Momen kopel bernilai negarif bila arah putarannya searah dengan
jarum jam.

Jika beberapa momen kopel bekerja pada suatu bidang,


persamaanya menjadi:

M =M 1 + M 2+ M 3 +…+ M n

Sifat-sifat momen kopel antara lain:


a. Jumlah momen kopel dari kopel-kopel yang sebidang sama
dengan jumlah momen kopel dari kopel tersebut.
Momen gaya terhadap O = P × OB - P × OA

    = P(OB - OA)

    = P × AB

Momen gaya terhadap O = P × OB + P × OA


     = P(OB + OA)

   = P × AB

Momen gaya terhadap O = P × OA - P × OB

   = P(OA - OB)

 = P × AB

b. Sebuah kopel dapat diganti dengan kopel yang lain yang arah dan
besarnya sama.
c. Dua kopel yang bekerja pada suatu tempat pada benda tegar yang
mana momen-momennya sama tetapi arahnya belawanan,
setimbang satu sama lain.
d. Gaya yang bekerja pada benda tegar dapat diganti dengan gaya
yang sama seperti gaya yang bekerja pada titik lain dan sebuah
kopel yang mana momennya sama dengan momen gaya terhadap
titik dimana gaya yang sama bekerja.
e. Beberapa kopel sebidang adalah ekuivalen dengan sebuah kopel
single yang momennya sama terhadap jumlah aljabar momen-
momen dari setiap kopel.
Gambar 5. Sifat-sifat kopel (Viandari, 2019)
Keseimbangan dari tiga gaya :
a. Resultan dua buah gaya akan sama besar dan berlawanan arah
dengan gaya yang lain.
b. Hasil bagi setiap besar gaya dengan sinus sudut di seberangnya
selalu bernilai sama.
Sehingga dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 6. Rotasi Kopel (Viandari, 2019)


Untuk perbandingan gaya-gayanya persamaannya sebagai berikut:
F1 F2 F3
= =
sin β sin α sin γ

Dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui mengapa saat


membuka kran arahnya berlawanan saat kita menutup kran. Untuk
selanjutnya mari kita membahas konsep fisika terkait proses keluarnya air
dari kran dalam hal ini konsep mengenai Debit, Persamaan Kontinuitas,
dan Tekanan.
2. Proses Keluarnya Air dari Kran
Ketika kita memutar kran untuk mengisi suatu wadah, maka
kita bisa mengatur cepat tidaknya air untuk mengisi wadah itu.
Biasanya tergantung kepentingan kita. Jika terlalu terburu-buru
biasanya kita memaksimalkan putaran kran sehingga air yang keluar
lebih cepat. Peristiwa yang demikian berkaitan dengan debit air yang
keluar dari kran air. Jarang disadari bahwa ada prinsip fisika pada
proses tersebut. Untuk itu mari kita pahami prinsip debit air.
Kita semuanya sering mendengar istilah debit air. Debit
merupakan jumlah air yang mengalir setiap waktu, atau boleh dikatakan
banyaknya volume air yang mengalir untuk setiap waktu. Debit
merupakan besaran yang menyatakan banyaknya air yang mengalir
selama 1 detik yang melewati suatu luas penamang. Nah pada kran air
kita bisa mengatur debit air yang keluar dengan cara memutar krannya.
Sehingga dari pengertian itu dapat dirumuskan debit adalah
V V
Q= t= v=Q t
t Q

Dengan keterangan
Q = debit air
V = Volume
t = waktu
Jika kita menggunakan kran air untuk mengisi sebuah wadah maka
secara langsung kita bisa menghitung besarnya debit air yang keluar
dari kran. Apabila sebuah selang dan disambungkan pada ujung kran
air dan jika selama 3 detik air yang mengalir melewati ujung selang
adalah 6 m3 maka debit airnya adalah (6/3) m 3 / detik = 2 m 3 /detik .
Debit air yang dikeluarkan oleh kran bisa diatur dengan cara
menggunakan konsep momen kopel pada pembahasan sebelumnya
yaitu saat kita membuka dan menutup kran.
Selain konsep debit, saat kita mnyalakan kran air khususnya
pada westafel dapat kita lihat terdapat pola aliran yang menarik pula.
Jika melihat aliran air bila semakin mendekati bak penamppungan air,
pola aliran yang dihasilkan akan lebih semakin tajam. Jika diamati
secara teliti, bentuk aliran berupa tabung dengan diameter air yang
semain kecil pada bagian bawahnya.. Perhatikan gambar berikut!

Gambar 7. Perbedaan Diameter Air (Abdullah, 2016)


Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat semakin ke bawah
maka bentuk aliran air semakin runcing sehingga diametir aliran air juga
semakin kecil. Mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi? Bagaimana
kita dapat memahami peristiwa tersebut? Coba kita lihat dan
menganalisnya.
Sebelumnya sudah dapat dipahami bahwa debit merupakan
volume aliran air untuk setiap waktu. Debit pada aliran kran air
biasanya selalu tetap. Berdasarkan gambar di atas, terlihat jelas
bahwa semakin ke bawah pola aliran semakin runcing dimana diameter
aliran air semakin kecil. Suatu pertanyaan yang menarik kemudian
muncul adalah mengapa fenomena tersebut dapat terjadi. Bagaimana
kita secara sederhana dapat memahami fenomena tersebut? Marilah
sejenak berpikir dan mencoba menganalisisnya.
Secara sederhana dapat kita pahami bahwa debit aliran air pada
aliran wastafel senantiasa tetap. Kita sudah memahami bahwa debit
adalah volume air yang mengalir tiap waktunya. Sehingga kita sudah
dapat mengukur debit air pada wastafel dengan cara menampung air
pada suatu bejana ukur (misal gelas ukur, gayung yang sudah kita
hitung volumenya) dan mengukur waktu yang diperlukan untuk
memenuhi bejana tersebut yang kemudian kita hitung berdasarkan
persamaan. Dari persamaan debit diketahui debit air sebanding dengan
kecepatan aliran airnya dan luas penampangnya yang mana kita dapat
menuliskan sebagai berikut:

Q=vA

Dimana:
v  : kecepatan aliran air
A : luas penampang aliran (m2)
A : πd 2
Jika kita membayangkan air yang mengalir melalui ujung kran
wastafel sebagai partikel jatuh (gerak vertikal) dimana kecepatannya
pada ketinggian h dari ujung kran adalah;
v 2=v 20 +2 gh
atau
1
2 2
v=( v + 2 gh )
0

             
Karena tadi kita telah mengetahui jikalau debit alirannya itu tetap,
maka kita dapat menyatakan diameter d

1 /2
d 2=Q /( π ( v 20 +2 gh ) )
      
Dari persamaan tersebut dapat pahami jika semakin kebawah (h
semakin besar), kecepatan aliran air pada wastafel akan semakin
tinggi. Karena debit air konstan, pola aliran air sedemikian rupa akan
berkurang diameter alirannya. Lebih jelasnya, kita dapat mempelajari
konsep hukum Bernauili dalam pembahasan berikutnya. Karena juga
semakin tinggi aliran suatu fluida tekanannya akan berkurang dan
tekanan dari luar akan memaksa fluida (dalam hal ini air) semakin
mampat sehingga diameter alirannya akan semakin kecil.
Sehubungan dengan diameter kran, maka kita tidak terlepas
dengan luas penampang pada kran. Jika diperhatikan, kran air yang
luas penampangnya lebih besar itu akan mengalirkan air lebih lambat
dibandingkan dengan kran air yang luas penampangnya lebih kecil.
Mengapa demikian? Jika kita mengacu pada hukum alam terkait fluida
yang menjelaskan jika fluida yang mengalir dari titik satu ke titik lainnya,
massanya tidak akan bertambah dan juga tidak akan berkurang (kekal)
Hukum itu dikenal dengan hukum kekekalan massa.
Coba kita perhatikan ilustrasi berikut ini:

Gambar 6. Perbedaan Luas Penampang (Caesar, 2017)


Dari gambar 6 di atas air atau fluida pada titik nomor 1 sama
dengan air pada titik nomor 2 tetapi pada waktu yang berbeda. Pada titik
nomor 1 dapat kita lihat luas penampangnya lebih besar, kemudian
setelah fluida mengalir menuju titik nomor 2 yang memiliki luas
penampang yang lebih sempit. Sudah dirumuskan sebelumnya bahwa
kecepatan merupakan jarak dibagi waktu, Artinya semakin panjang jarak
yang ditempuh dalam waktu yang bersamaan pasti kecepatannya
semakin besar. Sehingga dapat diketahui bahwa kecepatan pada titik
nomor 2 lebih besar dari kecepatan pada titik nomor 1.
Persamaan kontinuitas menghubungkan kecepatan fluida di suatu
tempat dengan tempat lain. Sebelum menurunkan hubungan ini, kita
harus memahami beberapa istilah dalam aliran fluida. Garis alir (stream
line) didefinisikan sebagai lintasan aliran fluida ideal (aliran lunak). Garis
singgung di suatu titik pada garis alir menyatakan arah kecepatan fluida.
Garis alir tidak ada yang berpotongan satu sama lain. Tabung air
merupakan kumpulan dari garis-garis alir. Pada tabung alir, fluida masuk
dan keluar melalui mulut-mulut tabung. Fluida tidak boleh masuk dari sisi
tabung karena dapat menyebabkan terjadinya perpotongan garis-garis
alir. Perpotongan ini akan menyebabkan aliran tidak lunak lagi.
Sehingga secara matematis, persamaan di atas dapat dituliskan
sebagai berikut:
A 1 v 1= A 2 v 2

Dengan A merupakan luas permukaan dan v merupakan kecepatan


fluida. Sebelumnya diketahui bahwa perkalian A dan v disebut debit.

Oleh karena itu, dapat dikatakan jika hukum kontinuitas berbunyi


“Debit suatu aliran tidak akan bertambah atau berkurang pada suatu
sistem tertutup (jika tidak terdapat tambahan debit dari luar”.Berikut
adalah contoh kasus penjelasan persamaan diatas: Misalkan luas
permukaan pada titik 1, A1=1 m2   dan kecepatan di titik 1, V 1=3 m/s .
kemudian ketika melewati titik 2, luas permukaan menyempit menjadi
setengahnya yaitu, A1=0,5 m2   maka dapat dihitung kecepatan di titik 2
sebagai berikut: 1 ×3=0,5 x V 2, diperoleh V 2=6 m/ s. Kita lihat dari angka-
angka ini bahwa ketika kita mengecilkan luas permukaan menjadi
setengahnya. (1 menjadi 0,5), maka kecepatan akan naik menjadi dua kali
lipatnya (3 menjadi 6) atau secara bahasa, kecepatan berbanding terbalik
dengan luas permukaanya, semakin kecil luas permukaan makin tinggi
kecepatan di tempat tersebut.

Karena alirannya lunak (steady) dan massa konstan, maka massa


yang masuk penampang A1 harus sama dengan massa yang masuk
penampang A2. Oleh karena itu persamannya menjadi:

∆ m1=∆ m 2

ρ1 A 1 v 1=ρ2 A 2 v 2

ρ1 A 2 v 1=ρ2 A 2 v 2
Persamaan di atas dikenal dengan nama persamaan kontinuitas.
Karena fluida inkonpresibel (massa jenisnya tidak berubah), maka
persamaan menjadi:

A 1 v 1= A 2 v 2

Menurut persamaan kontinuitas, perkalian luas penampang dan


kecepatan fluida pada setiap titik sepanjang suatu tabung alir adalah
konstan. Persamaan di atas menunjukkan bahwa kecepatan fluida
berkurang ketika melewati pipa lebar dan bertambah ketika melewati
pipa sempit. Itulah sebabnya ketika orang berperahu disebuah sungai
akan merasakan arus bertambah deras ketika sungai menyempit.
Perkalian antara luas penampang dan volume fluida (A × v)
dinamakan laju aliran atau fluks volume (dimensinya volume/waktu).
Banyak orang menyebut ini dengan debit (Q = jumlah fluida yang
mengalir lewat suatu penampang tiap detik). Secara matematis dapat
ditulis :
Q = A × v = V/t
Selain itu pada kran air terdapat fenomena lain yaitu ketika
menutup keran secara cepat, apakah di kamar mandi terdengar bunyi
benda di belakang dinding menabrak sesuatu secara keras? Hal
tersebut dinamakan water hammer atau palu air.
Perhatikan Gambar berikut!

Gambar 8 Ilustrasi Water Hammer (Verotek, 2018)


Jika ingat hukum III Newton, bahwa untuk setiap aksi timbul reaksi
yang sama, maka anda pasti mengerti ketika air mengalir maka aliran
tersebut memiliki energi kinetik. Energi ini baik-baik saja selama air
dibiarkan mengalir, namun apa yang terjadi saat aliran ditutup secara
cepat? Energi kinetik tersebut tidak bisa keluar melalui ujung aliran,
sehingga energinya akan menyebar ke segala arah dalam bentuk
tekanan. Tekanan ke segala arah ini, untungnya, cukup kecil untuk kran
air di rumah. Tapi apa yang terjadi jika air ini mengalir dari sebuah pipa
berdiameter besar dengan kecepatan tinggi? Silahkan lihat akibatnya
pada gambar di bawah ini:

Gambar 9: Kerusakan akibat Water Hammer (Verotek, 2018)


Kerusakan yang diakibatkan water hammer, untuk kasus ini
disebabkan oleh variannya yaitu steam hammer. Biasanya water hammer
akan merusak siku-siku pipa karena di situlah arah tekanan menyebar
paling besar dan ketahanan siku pipa lebih rendah daripada pipa yang
lurus. Water hammer juga bisa disebabkan pada pipa yang berada di
puncak bukit. Apabila pompa yang memberikan suplai air ke lokasi di
bawah bukit dimatikan dan saluran ditutup, maka akan terjadi kondisi
vakum di dalam pipa karena air di tengah-tengah pipa masih mengalir ke
bawah bukit karena gravitasi. Tentu saja, pipa yang vakum akan penyok
karena tidak ada tekanan dari dalam pipa yang bisa menahan tekanan
dari luar pipa. Nah untuk menanggulangi water hammer kita bisa
menggunakan cara sebagai berikut:
 Membatasi tekanan di dalam aliran fluida dengan menggunakan
regulator
 Mengurangi kecepatan aliran fluida di dalam pipa dengan mengatur
besaran pipa dan besar debit fluida yang mengalir di dalamnya.
 Menggunakan valve yang berjenis slow closed / penutupan lambat
 Menggunakan pipa yang tahan tekanan tinggi (mahal ongkos
pembuatannya)
 Melakukan prosedur pembukaan dan penutupan aliran dengan tepat
 Menggunakan alat hidropneumatik untuk menyerap tekanan yang
berlebih
 Menggunakan water tower / menara air untuk menstabilkan debit
aliran dan menangkap tekanan-tekanan berlebih (dalam sistem aliran
air minum)

Nah itulah beberapa fenomena fisika yang sering kita lihat pada kran
air..mudah bukan? S kita bisa belajar tanpa harus pergi jauh dari rumah..
Masih banyak fenomena-fenomena lain yang kita temukan disekitar kita,
ayo lanjut di Bab berikutnya…
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. Aliran Air Westafel. 2016. Diakses dari


http://fisikaon.blogspot.com.
Hasan, M. Adib. Momen Kopel. 2016. Diakses dari http://adib-hasan.com/.
Serway Raymond A., & Jewett John. (2014). Fisika untuk Sains dan
Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.
Viandari, Eka. Keseimbangan Benda Tegar. 2019. Diakes dari
https://www.quipper.com/
Verotek. Fenomena Fluida. 2018. Diakses dari https://verotekintiprima.co.id/
Wiratama, Caesar. 2017. Persamaan Kontinuitas (Persamaan Dasar
Mekanika Fluida). Diakses dari http://aeroengineering.co.id/
Saran:

Mas dwikie sebaiknya ketika ada pengertian atau persamaan yang


diambil dari buku perlu dicantumkan (nama penulis, tahun) yang
kemudian dituliskan lengkap pada daftar pustaka. Selain itu untuk
penulisan kata dalam bahasa Inggris jangan lupa italic. Jangan lupa
mencantumkan sumber-sumber gambar dan daftar pustaka.

Anda mungkin juga menyukai