Saat kita mengisi air dengan kran terdapat konsep fisika yang
seringkali kita tidak menyadari. Mulai dari kita membuka kran, mengisi air
sampai menutup kran. Dalam belajar fisika kita tidak harus mencari buku
dan informasi yang menunjukkan prinsip fisika akan tetapi kita bisa
menggunakan alat dalam kehidupan sehari-hari untuk bisa
mempelajarinya. Nah, pada bab ini kita akan memperdalam lagi terkait
konsep-konsep fisika yang ada pada kran air. Secara tidak langsung
hanya dengan kran air kita bisa belajar untuk memahami fisika.
Penggunaan krain air ini ditujukan karena setiap hari kita semuanya sering
melihat dan menggunakannya.
Saat membuka dan menutup kran, konsep fisika yang digunakan
adalah
1. Saat membuka dan menutup kran
Pada saat membuka kran, biasanya kita memutar kran dan
harus menggunakan arah yang berlawanan daripada saat kita
menutup.Mengapa demikian? Mengapa tidak boleh searah?
Nah jawabannya demikian..
Pada saat membuka dan menutup kran, pasti terjadi rotasi atau
perputaran dan ada gaya yang dilakukan pada kran tersebut. Hal ini
berkaitan dengan momen gaya pada kran yang dinamakan momen
kopel.
Sebelum kita masuk momen kopel terlebih dahulu kita harus
paham momen gaya. Momen gaya adalah besaran yang dipengaruhi
oleh gaya lengan. Momen gaya terjadi karena gaya yang bekerja pada
benda tidak tepat pada pusat massa. Ketika benda yang bergerak
pada lintasan lurus makabenda tersebut bergerak secara translasi.
Tetapi, ketika benda bergerak pada sumbu putarnya atau lintasn
melingkar benda tersebut bergerak secara rotasi. Sedangkan ketika
benda bergerak secara translasi, maka benda akan menerima gaya
luar. Gaya yang diberikan akan merubah arah lintasan benda. Tetapi
ketika benda bergerak melingkar benda tersebut dpat menerima gaya
yang lebih dikenal sebagai Torsi.
M = momen kopel
F = gaya
Karena kopel memilki nilai arah, maka momen kopel termasuk dalam
besaran vektor.Nilai dari momen kopel sebagai berikut:
M =M 1 + M 2+ M 3 +…+ M n
= P × AB
= P × AB
= P(OA - OB)
= P × AB
b. Sebuah kopel dapat diganti dengan kopel yang lain yang arah dan
besarnya sama.
c. Dua kopel yang bekerja pada suatu tempat pada benda tegar yang
mana momen-momennya sama tetapi arahnya belawanan,
setimbang satu sama lain.
d. Gaya yang bekerja pada benda tegar dapat diganti dengan gaya
yang sama seperti gaya yang bekerja pada titik lain dan sebuah
kopel yang mana momennya sama dengan momen gaya terhadap
titik dimana gaya yang sama bekerja.
e. Beberapa kopel sebidang adalah ekuivalen dengan sebuah kopel
single yang momennya sama terhadap jumlah aljabar momen-
momen dari setiap kopel.
Gambar 5. Sifat-sifat kopel (Viandari, 2019)
Keseimbangan dari tiga gaya :
a. Resultan dua buah gaya akan sama besar dan berlawanan arah
dengan gaya yang lain.
b. Hasil bagi setiap besar gaya dengan sinus sudut di seberangnya
selalu bernilai sama.
Sehingga dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Dengan keterangan
Q = debit air
V = Volume
t = waktu
Jika kita menggunakan kran air untuk mengisi sebuah wadah maka
secara langsung kita bisa menghitung besarnya debit air yang keluar
dari kran. Apabila sebuah selang dan disambungkan pada ujung kran
air dan jika selama 3 detik air yang mengalir melewati ujung selang
adalah 6 m3 maka debit airnya adalah (6/3) m 3 / detik = 2 m 3 /detik .
Debit air yang dikeluarkan oleh kran bisa diatur dengan cara
menggunakan konsep momen kopel pada pembahasan sebelumnya
yaitu saat kita membuka dan menutup kran.
Selain konsep debit, saat kita mnyalakan kran air khususnya
pada westafel dapat kita lihat terdapat pola aliran yang menarik pula.
Jika melihat aliran air bila semakin mendekati bak penamppungan air,
pola aliran yang dihasilkan akan lebih semakin tajam. Jika diamati
secara teliti, bentuk aliran berupa tabung dengan diameter air yang
semain kecil pada bagian bawahnya.. Perhatikan gambar berikut!
Q=vA
Dimana:
v : kecepatan aliran air
A : luas penampang aliran (m2)
A : πd 2
Jika kita membayangkan air yang mengalir melalui ujung kran
wastafel sebagai partikel jatuh (gerak vertikal) dimana kecepatannya
pada ketinggian h dari ujung kran adalah;
v 2=v 20 +2 gh
atau
1
2 2
v=( v + 2 gh )
0
Karena tadi kita telah mengetahui jikalau debit alirannya itu tetap,
maka kita dapat menyatakan diameter d
1 /2
d 2=Q /( π ( v 20 +2 gh ) )
Dari persamaan tersebut dapat pahami jika semakin kebawah (h
semakin besar), kecepatan aliran air pada wastafel akan semakin
tinggi. Karena debit air konstan, pola aliran air sedemikian rupa akan
berkurang diameter alirannya. Lebih jelasnya, kita dapat mempelajari
konsep hukum Bernauili dalam pembahasan berikutnya. Karena juga
semakin tinggi aliran suatu fluida tekanannya akan berkurang dan
tekanan dari luar akan memaksa fluida (dalam hal ini air) semakin
mampat sehingga diameter alirannya akan semakin kecil.
Sehubungan dengan diameter kran, maka kita tidak terlepas
dengan luas penampang pada kran. Jika diperhatikan, kran air yang
luas penampangnya lebih besar itu akan mengalirkan air lebih lambat
dibandingkan dengan kran air yang luas penampangnya lebih kecil.
Mengapa demikian? Jika kita mengacu pada hukum alam terkait fluida
yang menjelaskan jika fluida yang mengalir dari titik satu ke titik lainnya,
massanya tidak akan bertambah dan juga tidak akan berkurang (kekal)
Hukum itu dikenal dengan hukum kekekalan massa.
Coba kita perhatikan ilustrasi berikut ini:
∆ m1=∆ m 2
ρ1 A 1 v 1=ρ2 A 2 v 2
ρ1 A 2 v 1=ρ2 A 2 v 2
Persamaan di atas dikenal dengan nama persamaan kontinuitas.
Karena fluida inkonpresibel (massa jenisnya tidak berubah), maka
persamaan menjadi:
A 1 v 1= A 2 v 2
Nah itulah beberapa fenomena fisika yang sering kita lihat pada kran
air..mudah bukan? S kita bisa belajar tanpa harus pergi jauh dari rumah..
Masih banyak fenomena-fenomena lain yang kita temukan disekitar kita,
ayo lanjut di Bab berikutnya…
DAFTAR PUSTAKA