Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 216 - 227

PERAN AKTIF WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH


TANGGA MISKIN: STUDI KASUS PADA WANITA PEMECAH BATU DI
PUCANGANAK KECAMATAN TUGU TRENGGALEK *

Sugeng Haryanto
Program D3 Keuangan dan Perbankan Universitas Merdeka Malang
E mail: p3et@yahoo.com

ABSTRACT
This research explain how women share actively in the effort increasing earnings of
the household. This research done with taking sample at the stone crusher women in
Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. Women have potency in giving contri-
bution of earnings of household, especially impecunious household. In impecunious
household, women household member plunge to job market for adding earnings
household felt insufficient. Women contribution can be told as safety valve or sup-
porter for impecunious household to fulfill everyday basic need. This research aim
1) for analyzing contribution of earnings of stone crusher worker women to earn-
ings of family, 2) to know usage of earnings of stone crusher worker women, 3) to
know in working which poured by stone crusher worker women. Research finding
indicate that women who work as stone crusher have enough significant earnings
contribution to earnings of family.
Keywords: stone crusher women, earning contribution, outpouring time

PENDAHULUAN untuk tetap dapat mempertahankan tingkat


Fenomena yang menarik pada rumah tangga kesejahteraan atau kehidupan yang layak.
miskin dalam mempertahankan hidup dengan Namun demikan upaya ini tidak semuanya
tingkat kehidupan yang layak, yaitu pertama mampu untuk dapat mempertahankan pada
pada sisi pengeluaran melakukan penghemat- tingkat kehidupan yang layak.
an pada pengeluaran yang dirasakan dapat Dalam keluarga miskin, pada umumnya
ditunda, pengeluaran-pengeluaran yang ber- seluruh sumber daya manusia dikerahkan
kaitan dengan transportasi sedapat mungkin untuk memperoleh penghasilan, sebagai
dihindari atau dikurangi. Kedua, pada sisi upaya pemenuhan pokok sehari-hari. Oleh
pendapatan rumah tangga pada rumah tangga sebab itu dalam keluarga miskin menganggur
miskin telah memaksa mereka untuk melaku- merupakan sesuatu yang mahal, karena ang-
kan pengoptimalan pendapatan melalui gota keluarga lain yang bekerja atau menjadi
pengerahan sumber daya ekonomi yang di- beban tanggungan anggota rumah tangga
miliki. Upaya ini dilakukan dalam upaya lain. Mereka tidak sempat menganggur dan

* Penelitian ini merupakan penelitian SKW yang dibiayai oleh DIKTI tahun 2007
Sugeng Haryanto - Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan 217

mereka bersedia melakukan pekerjaan apa- wanita pemecah batu terhadap pendapatan
pun, terutama sektor informal yang tidak keluarga, 2) Untuk mengetahui penggunaan
membutuhkan keahlian tertentu, mudah pendapatan pekerja wanita pemecah batu, 3)
untuk dimasuki, luwes, dan tidak membutuh- Untuk mengetahui curahan waktu kerja
kan modal yang besar. pekerja wanita pemecah batu.
Berkaitan dengan pengerahan sumber Tinjauan pustaka dalam penelitian ini
daya ekonomi yang dimiliki rumah tangga sebagai berikut:
miskin, maka telah menuntut wanita sebagai
istri untuk dapat menopang ketahanan ekono- 1. Gender Inequality
mi keluarga. Kondisi demikian merupakan Gender diartikan merupakan konstruksi
dorongan yang kuat bagi wanita untuk sosial-kultural yang membedakan karakteris-
bekerja di luar rumah. Dalam beberapa tahun tik maskulin dan feminin. Gender membagi
terakhir ini keterlibatan wanita pada sektor atribut dan pekerjaan menjadi maskulin dan
publik menunjukkan angka yang terus feminin. Secara realitas sosial menunjukkan
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa pembagian peran berdasarkan gender
motivasi wanita untuk bekerja di sektor melahirkan keadaan yang tidak seimbang, di
publik semakin tinggi. mana wanita menjadi tersubordinasi oleh
Wanita pada rumah tangga miskin, rata- laki-laki yang disebut sebagai ketimpangan
rata mempunyai tingkat pendidikan yang gender.
relatif rendah karena kondisi ekonomi yang Analisis gender dalam kegiatan ekonomi
melatarbelakanginya. Wanita ini masuk ke todak dapat dipisahkan dari analisis tentang
pasar kerja dengan tingkat pendidikan rendah keluarga. Ekonomi dan keluarga merupakan
dan ketrampilan rendah. Wanita dengan ting- dua lembaga yang saling berhubungan seka-
kat pendidikan dan ketrampilan yang rendah lipun tampak keduanya terpisah satu sama
inilah yang justru banyak masuk ke lapangan yang lainnya. Ketidakseimbangan berdasar-
kerja, terutama pada sektor informal dengan kan gender (Gender Inequality) mengacu
motivasi menambah pendapatan keluarga. pada ketidakseimbangan pada akses ke
Di daerah Pucanganak Kecamatan Tugu sumber-sumber yang langka dalam masyara-
Trenggalek banyak dijumpai keluarga yang kat. Sunmber yang penting yang ada di
bekerja sebagai pemecah batu, selain sebagai masyarakat ini antara lain meliputi kekuasaan
petani. Dengan kondisi tanah yang berbukit atasmaterial, jasa, prestise, peran dalam
mengakibatkan areal pertanian menjadi ter- masyarakat, kesempatan memperoleh pendi-
batas, mereka banyak bekerja sebagai peme- dikan, kesempatan memperoleh pekerjaan
cah batu yang berada di sekitar sungai di dan sebagainya. Pendapat tentang ketimpa-
daerah tersebut. Pekerjaan sebagai pemecah ngan gender ini tampaknya kurang memper-
batu menjadi dominan karena tingkat kete- hatikan aspek sosial budaya yang mengkon-
rampilan yang dimiliki sangat terbatas dan struksi terjadinya ketimpangan tersebut.
pendidikan yang rata-rata memang rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) untuk
mengetahui kontribusi pendapatan pekerja
218 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 9, No. 2, Desember 2008

2. Pekerja Wanita dan Motivasi Kerja kan terhadap peningkatan pendapatan keluar-
ga. Kontribusi perempuan dapat dikatakan
Wanita mempunyai potensi dalam membe-
sebagai katup pengaman (savety valve) atau
rikan kontribusi pendapatan rumah tangga,
penopang bagi rumah tangga miskin untuk
khususnya rumah tangga miskin. Dalam
memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.
rumah tangga miskin anggota rumah tangga
wanita terjun ke pasar kerja untuk menambah Wanita Indonesia terutama di pedesaan
pendapatan rumah tangga yang dirasakan sebagai sumber daya manusia cukup nyata
tidak cukup. partisipasinya khususnya dalam memenuhi
fungsi keluarga dan rumah tangga bersama
Peningkatan partisipasi wanita dalam
pria. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
kegiatan ekonomi karena: pertama, adanya
peran serta wanita dalam berbagai industri di
perubahan pandangan dan sikap masyarakat
beberapa daerah cukup besar dan menentu-
tentang sama pentingnya pendidikan bagi
kan, dengan pengelolaan usaha yang bersifat
kaum wanita dan pria, serta makin disada-
mandiri (Lestari, dkk: 1997).
rinya perlunya kaum wanita ikut berpartisi-
pasi dalam pembangunan, kedua, adanya Potensi yang dimiliki wanita untuk
kemauan wanita untuk bermandiri dalam menopang ekonomi keluarga memang cukup
bidang ekonomi yaitu berusaha membiayai besar. Namun demikian wanita tidak menon-
kebutuhan hidupnya dan mungkin juga ke- jolkan diri atau mengklaim bahwa mereka
butuhan hidup dari orang-orang yang men- menjadi penyangga utama ekonomi keluarga.
jadi tanggungannya dengan penghasilan Temuan penelitian yang dilakukan oleh
sendiri. Kemungkinan lain yang menyebab- Wibowo (2002) pada pedagang tradisional di
kan peningkatan partisipasi wanita dalam Semarang menunjukkan bahwa kaum wanita
angkatan kerja adalah makin luasnya kesem- pedagang tetap tidak ingin menonjolkan diri
patan kerja yang bisa menyerap pekerja atau mengklaim bahwa aktivitasnya sebagai
wanita, misalnya munculnya kerajinan pedagang adalah utama (pokok), melainkan
tangan dan industri ringan. hanya sekedar mendukung kegiatan suami,
waluapun tidak menutup kemungkinan peng-
Wanita mempunyai potensi dalam mem-
hasilan mereka jauh lebih besar daripada apa
berikan kontribusi pendapatan rumah tangga,
yang diperoleh oleh suami mereka.
khususnya rumah tangga miskin. Dalam
rumah tangga miskin anggota rumah tangga Gambaran mengenai pembagian kerja
wanita terjun ke pasar kerja untuk menambah rumah tangga berdasarkan jenis kelamin
pendapatan rumah tangga yang dirasakan tersebut merupakan sebagian kecil bukti yang
tidak cukup. Hasil penelitian yang dilakukan mencerminkan ketidak seimbangan peran
Mariun (2004) menunjukkan dari 53,44 per- produktif dan peran reproduktif antara wanita
sen perempuan yang bekerja, 72,79 persen dan pria. Gambaran seperti ini banyak
adalah pekerja tetap, artinya perempuan terdapat di berbagai masyarakat, dan keadaan
mempunyai kepastian dalam memperoleh seperti ini tampak kurang menguntungkan
pendapatan. Yuniarti dan Haryanto (2005) wanita dalam meraih kesempatan melakukan
pendapatan para pekerja wanita pada industri kegiatan-kegiatan produktifnya.
sandang mempunyai kontribusi yang signifi-
Sugeng Haryanto - Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan 219

3. Wanita dan Kegiatan Sosial mata mengandalkan mekanisme harga. Pe-


kerja wanita di industri kecil dan menengah
Dalam kehidupan bermasyarakat interaksi
di kota akan membandingkan dengan upah
antara keluarga merupakan bagian yang
yang diterimanya sebagai pekerja pada sektor
sangat penting. Hubungan antaranggota ke-
lain pada wilayah opportunity-nya. Maksud-
luarga dalam kehidupan bermasyakat dalam
nya adalah level-level jabatan pekerjaan yang
bentuk seperti pertemuan rukun tetangga
tingkat kemudahan memperolehnya.
(RT), Dasa wisma, pertemuan yang bersifat
kegamaan seperti tahlilan merupakan hal Beberapa penelitian seperti Ardjani
dipandang sangat penting dalam kehidupan (2003) di IRT sandang merupakan persepsi
bermasyarakat. pekerja terhadap upah pada wilayah oppor-
tunity pekerjaaan itu sendiri. Upah yang
Pertemuan-pertemuan dalam rangka ke-
diperoleh pekerja IRT pada IRT sandang
hidupan sosial bermasyarakat tentunya akan
menunjukkan lebih tinggi dibandingkan
merupakan suatu bentuk penyisihan tersen-
dengan upah yang diperoleh pada IRT bidang
diri bagi seseorang yang harus mencari
lain. Temuan ini, walaupun belum sangat
nafkah jauh dari tempat tinggalnya. Bagi
meyakinkan tetapi merupakan suatu surprise.
keluarga yang relatif miskin, seringkali
wanita sebagai seorang ibu dituntut untuk Ardjani (2003) menemukan bahwa 20,7
juga bekerja. Bagi wanita yang bekerja persen menyatakan IRT lebih tinggi, 63 per-
seperti ini tentunya pengaturan waktu akan sen menyatakan sama saja dan hanya 16 per-
sangat penting sekali antara bekerja dengan sen yang menyatakan lebih kecil upah yang
kegiatan sosial kemasyarakatan. mereka terima dari IRT dibandingkan dengan
upah buruh industri yang sama yang diinter-
Ketika seseorang tidak mengikuti kegiat-
vensi pemerintah. UMR pada tahun peneli-
an sosial kemasyarakatan, maka seringkali
tian Rp1.350,- per hari. Rata-rata penerimaan
seseorang akan merasa diasingkan dari ling-
IRT sandang di Baliu ntuk bordir, konveksi
kungannya. Hal ini tentunya bagi masyarakat
dan tenun adalah Rp8.786,- Rp11.180,- dan
yang miskin yang rata-rata tinggal di suatu
Rp10.175,- perminggu.Harga beras Rp500,-
perkampungan merupakan beban yang sangat
perkilogram pada saat penelitian.
berat.
Penelitian di IRT yang dilakukan oleh
Ken (1994) di Sulawesi menunjukkan pen-
4. Pendapatan keluarga wanita
dapatan buruh lebih rendah dibandingkan
Sumber utama pendapatan bagi pekerja dengan umur dan juga upah industrial.
wanita adalah upah dan tunjangan-tunjangan Keadaan ini diterima dengan dikonversi
kesejahteraan lain yang diperoleh oleh dengan kombinasi berbagai pendapatan, juga
pekerja. Sebagaimana diketahui regulasi pe- karena dapat dilakukan di desa/dekat rumah
merintah untuk mengatur UMR tetapi serta pendapatan non uang.
kondisi demikian tentunya akan sangat sulit
diterapkan pada industri-industri kecil atau
5. Sektor Informal
menengah dimana jam kerja dalam sehari
masih jauh di bawah standar jam kerja. Upah Sektor informal merupakan unit usaha yang
dalam industri kecil dan menengah semata- berskala kecil yang menghasilkan dan
220 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 9, No. 2, Desember 2008

mendistribusikan barang dan jasa dengan Usaha sektor informal adalah uasaha mikro
tujuan menciptakan kesempatan kerja bagi dan juga usaha kecil (Binaswadaya, 2002).
dirinya sendiri Sektor informal ini sering Subarsono (1996) mengemukakan
disebut juga dengan aktivitas informal, ke- karakteristik sektor informal adalah: a) sektor
sempatan kerja yang diciptakan (self em- informal ini mudah dimasuki, b) tidak me-
ployment), ekonomi di bawah tanah (under- merlukan ijin untuk beroperasi, c) menggu-
ground economy), causal work, shadow nakan tehnologi sederhana dan padat tenaga
economy (Subarsono, 1998). kerja d) tidak ada akses keinstitut keuangan
Menurut Tobing (2002) umumnya yang formal, e) beroperasi dalam skala kecil dan
terlibat dalam sektor informal adalah berpen- biasanya milik keluarga, f) unit usahanya
didikan rendah, miskin tidak terampil dan tidak terorganisir, g) kesempatan kerja di
kebanyakan para migran, kurang mampu sektor ini tidak terproteksi sebab tidak diatur
mengartikulasikan dan menetapkan kebutu- oleh peraturan pemerintah.
hannya. Karena itu cakrawala mereka terba- Mengapa seseorang memasuki sektor in-
tas untuk memberi kesempatan kerja dan formal? Ada faktor yang menyebabkan sek-
menghasilkan pendapatan langsung bagi tor informal muncul, misalnya karena proses
dirinya sendiri, tidak memaksimasi profit. memperoleh kesempatan untuk memasuki
Berkaitan dengan memaksimasi profit tidak sektor formal ternyata memerlukan biaya
selamanya benar, sebab sebagian besar sektor transaksi yang terlalu tinggi bagi sebagian
informal ternyata mempunyai falsafah profit besar masyarakat urban dan rural. Motif
motive (Effendi, 1997). usaha seseorang masuk sektor informal
Aktivitas sektor informal ditandai adalah alasan ekonomi (Winarno, 1996).
dengan: a) mudah untuk memasukinya, b) Sektor informal saat ini semakin berkem-
bersumber pada sumber daya lokal, c) usaha bang, sebagian akibat dari keterpurukan
milik sendiri d) operasinya dalam skala kecil, sektor formal, banyak angkatan kerja yaang
e) padat karya dan teknologinya bersifat terpental dari sektor formal (Wahyudi, 2001).
adaptif, f) ketrampilan diperoleh dari luar Sektor informal telah mampu menjadi katup
sistem sekolah, g) tidak tersentuh langsung pengaman bagi perkembangan angkatan
oleh regulasi pemerintah, h) pasarnya bersifat kerja yang setiap tahun terus mengalami
kompetitif (Gilbert dan Glugler: 1996: 96). peningkatan (Haryanto, 2000) .
Perspektif pelaku ekonomi dapat dibe- Keberadaan sektor informal saat ini
dakan kedalam dua kelompok besar, yaitu menjadi sangat penting karena beberapa fak-
sektor usaha formal dan sektor informal. tor. Sektor informal selain sebagai penyedia
Sektor formal diasosiasikan dengan usaha lapangan kerja, juga keberadaan dan kemam-
baik kecil, menengah maupun besar yang puan sektor informal ini bertahan di perko-
memiliki badan hukum dan menjadi bagian taan tanpa bantuan dari pemerintah adalah
dari sistem ekonomi formal. Sektor informal karena kebutuhan akan berbagai macam
adalah sektor ekonomi yang ditandai dengan pruduk dan jasa yang dihasilkan oleh sektor
ketiadaan badan hukum serta ruang gerak informal ini. Selain itu sektor formalpun
yang di luar kerangka aturan yang legal. membutuhkan keberadaan sektor informal ini
dan sektor informal dan formal saling
Sugeng Haryanto - Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan 221

berkaitan dan melengkapi. Peran sektor patan seluruh keluarga, jumlah anak dan data
informal sebagai basis ekonomi kerakyatan lainnya.
di beberapa kawasan kota besar memegang
fungsi strategis sebagai sector resccue dan Populasi dan sampel
penyangga yang menyelamatkan subsistensi Populasi dalam penelitian ini adalah wanita
sebagian besar penduduk yang hidup di pemecah batu di Desa Pucanganak Kecama-
bawah urban stress (Wahyudi, 2001). tan Tugu Trenggalek. Sampel diambil secara
diambil dengan menggunakan metode pur-
METODE PENELITIAN posive random sampling, yaitu sebagai beri-
kut: Menentukan pekerja wanita sebaga
Definisi Operasional Variabel pemecah batu yang yang berada di beberapa
1. Pendapatan rumah tangga, yang dimak- perdukuhan berada di Daerah Pucanganak,
sud dengan pendapatan rumah tangga kemudian menentukan pekerja waniat seba-
dalam penelitian ini adalah jumlah rupiah gai pemecah batu yang menjadi sampel se-
yang diperoleh oleh istri dan suami dari cara random.
bekerja, yang diukur dengan rupiah rata-
rata perminggunya. Lokasi Penelitian
2. Pekerja wanita, yang dimaksud dengan Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pucang-
pekerja wanita dalam penelitian ini anak Kecamatan Tugu Trenggalek. Penen-
adalah wanita yang bekerja sebagai pe- tuan lokasi ini didasari bahwa daerah ini
mecah batu kali di daerah Pucanganak tanahnya relatif kurang subur dengan to-
Kecamatan Tugu Trenggalek. pografi yang berbukit-bukit serta tanah perta-
3. Peran aktif wanita, yang dimaksud engan niannya relatif sempit. Sehingga meraka
peran aktif wanita dalam penelitian ini banyak memfaatkan potensui alam berupa
adalah curahan waktu rata-rata perhari batuan di sungai untuk dijual sebagai bahan
yang diberikan wanita untuk bekerja bangunan.
sebagai pemecah batu untuk memperoleh
pendapatan dalam bentuk rupiah. Teknik Pengumpulan Data
4. Rumah tangga miskin, yang dimaksud Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan rumah tangga miskin dalam melalui:
penelitian diguna indikator rumah tangga • Kuesioner terbimbing, yaitu penyebaran
penerima Bantuan Tunai Langsung kuesioner dengan memberikan bimbing-
(BLT). an secara langsung kepada responden.
Hal ini dilakukan karena mayoritas res-
Jenis data ponden yang kemampuan membaca dan
Jenis data dalam penelitian ini adalah data menulisnya yang rendah.
primer, yang berupa data pekerja wanita se- • Wawancara mendalam (in-depth inter-
bagai pemecah batu di Desa Pucang anak viewing, wawancara ini dilakukan untuk
Kecamatan Tugu Trenggalek, Waktu bekerja, memperdalam informasi dari para res-
kegiatan sosial kemasyarakatan, pendapatan ponden
dari hasil penjualan batu pecahan, penda-
222 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 9, No. 2, Desember 2008

• Observasi langsung, dua metode ini para wanita ini rata-rata rendah dan bahkan
(wawancara secara mendalam dan obser- tidak pernah mengenyam dunia pendidikan
vasi langsung) sejalan dengan teknik ob- formal. Hampir 97 persen hanya maksimum
servasi pasif. berpendidikan SD, dimana 33.33 persen
tidak pernah sekolah dan 30 persen pernah
Teknik Analisis Data sekolah di SD dan 33.33 lulus SD. Sedang-
Teknik analisis data yang digunakan dalam kan yang pernah dekolah sampai SMP hanya
penelitian ini adalah dengan analisis deskrip- 3.33 persen.
tif kuantitatif, yaitu dengan melakukan pena-
laran logis. Data temuan lapangan disusun
Tidak Lulus
secara sistematis yang menunjukkan bagai- SMP, Tidak
3.33% sekolah,
mana peran aktif wanita dalam peningkatan Lulus SD,
33.33%
33.33%
ekonomi rumah tangga.
Tidak lulus
SD,
HASIL PENELITIAN DAN 30.00%
PEMBAHASAN
Tidak sekolah Tidak lulus SD Lulus SD Tidak Lulus SMP

Usia para wanita pemecah batu ini di atas 25


tahun, bahkan ada yang usianya sudah lanjut Sumber: Data primer
di atas 60 tahun. Wanita pemecah batu yang Gambar 2. Pendidikan Wanita Pemecah Batu
usianya antara 26-40 tahun sebanyak 20
persen, 41 tahun sampai dengan 50 tahun 30
persen dan 51 tahun sampai dengan 60 tahun Pekerjaan suami para pemecah batu
30 persen serta 10 persen telah berusia di atas cukup bervariasi, yaitu sebagai petani atau
60 tahun. buruh tani sebanyak 33,3 persen, sebagai
tukang atau kuli bangunan 33,3 persen dan
50.00% sebagai pemecah batu juga sebanyak 20 per-
40.00%
40.00%
30.00%
sen sedangkan sisanya adalah lainnya. Seba-
30.00%
20.00%
gai petani dan buruh tani mereka biasanya
20.00%
10.00% pada saat tidak ada pekerjaan di sawah akan
10.00%
0.00% bekerja juga sebagai pemecah batu demikian
0.00%
Kurang 26 s/d 40 41 s/d 50 51 tahun lebih dari juga halnya untuk pekerjaan sebagai kuli
dari 25 tahun tahun s/d 60 60 tahun
tahun Tahun
bangunan.

Sumber: Data primer Pekerjaan suami menunjukkan bahwa


rata-rata pekerjaan mereka merupakan petani
Gambar 1. Usia Wanita Pemecah Batu dan atau pekerjaan-pekerjaan yang tidak
menuntut keahlian atau tingkat pendidikan
Dari pekerjaan yang mereka lakukan, tertentu. Hal ini tidak terlepas dari kondisi
dimana pekerjaan ini relatif tidak mengan- keluarga mereka yang rata-rata berasal dari
dalkan keterampilan dan sering orang petani yang kurang mampu, sehingga ber-
menganggap merupakan pekerjaan kasar dan dampak pada tingkat pendidikan dan keah-
berat, dan usia responden maka pendidikana lian yang mereka miliki. Hal ini selanjutnya
Sugeng Haryanto - Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan 223

akan berpengaruh pada pekerjaan yang Tabel 1. Rata-rata Pendapatan Suami


mereka lakukan atau mereka peroleh. perminggu

Pendapatan Jumlah
40.00% 35.71% 35.71%
Kurang dari 40.000 12
30.00% Rp 40.000-≤60.000 13
21.43% Rp 61.000-≤80.000 3
20.00%
Rp 81.000-≤100.000 0
Lebih dari 100.000 0
10.00% 7.14%

0.00%
Petani dan Tukang Pemecah Lainnya Pendapatan suami yang relatif tinggi,
buruh tani Bangunan Batu
yaitu lebih dari Rp 61.000 karena mereka
Sumber: Data primer merasakan suami mereka bekerja relatif
Gambar 3. Pekerjaan Suami Wanita Pemecah kontinue. Jam kerja suami para pekerja
Batu wanita rata-rata perminggu berkisar antara 3
sampai dengan 5 jam sebanyak 5 orang
sedangkan yang bekerja antara 5 sampai
Kontribusi Pendapatan Pekerja Wanita dengan 8 sebanyak 20 orang dan lebih dari
Pemecah Batu terhadap Pendapatan
8 jam sebanyak 5 orang. Rendahnya jumlah
Keluarga
jam kerja ini mereka rasakan karena untuk
Pendapatan merupakan uang yang diterima yang bekerja di sektor pertanian pekerjaan-
seseorang karena seseorang bekerja. Penda- nya tidak rutin sepanjang waktu.
patan keluarga terdiri dari pendapatan yang
Sedangkan yang bekerja di sektor
diperoleh oleh suami yang bekerja ditambah
bangunan juga merasa tidak kontinyu.
dengan pendapatan yang diperoleh karena
Rendahnya jumlah jam kerja ini berpenga-
istri yang bekerja.
ruh pada tingkat pendapatan yang mereka
Besarnya pendapatan suami para pekerja peroleh. Selain sumber pendapatan yang
wanita ini disajikan pada tabel 1. Pendapatan berasal dari suami dan istri ada juga sum-
ini dihitung selama satu minggu. Pendapatan ber pendapatan yang berasal dari anak. 67
suami yang besarnya kurang dari Rp40.000 persen menyatakan ada sumber pendapatan
sebanyak 12 orang dan antara Rp40.000 yang berasal dari anak, sedangkan 33
sampai dengan Rp60.000 sebanyak 13 orang. persen tidak ada sumber pendapatan selain
Banyak pendapatan yang berkisar diangka dari suami dan istri.
tersebut dikarenakan pekerjaan yang sifatnya
Besarnya pendapatan yang diperoleh
dipertanian dan bangunan relatif tidak dapat
oleh wanita yang bekerja sebagai pemecah
dipastikan sepanjang waktu. Sehingga res-
batu rata-rata perminggu rata-rata sebesar
ponden membuat pendapatan tersebut adalah
53,57 persen berkisar Rp40.000 -
rata-ratanya.
Rp60.000. Tingkat pendapatan pekerja
wanita pemecah batu secara keseluruhan
disajikan pada Gambar 4.
224 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 9, No. 2, Desember 2008

60 53.57
desa yang mempunyai rasa nrima, selain
50
Jumlah Responden

kebutuhan mereka yang tidak begitu besar.


40 35.71

30
Kebutuhan yang tidak begitu besar tersebut
20
17.86 karena anak-anak mereka yang sudah
10
bekerja atau anak mereka masih kecil,
0
0 0
sehingga kebutuhannya juga belum begitu
Lebih dari
100.000
Rp 81.000-
≤100.00
Rp 61.000-
≤80.00
Rp 40.000-
≤60.00
Kurang dari
40.000
besar.
Pendapatan

Gambar 4. Tingkat Pendapatan Wanita Tabel 2. Pendapatan yang Diperoleh Wanita


Pemecah Batu Perminggu Pekerja

Keterangan Jumlah Prosentase


Dilihat dari tingkat pendapatan yang
Sudah memadai 5 16.67%
diperoleh oleh istri yang bekerja sebagai Cukup 22 73.33%
pemecah batu menunjukkan relatif cukup Kurang 3 10.00%
tinggi dengan untuk ukuran didesa. Hal ini 30 100%
mengingat pekerjaan tersebut berada di dekat Sumber Data Primer
rumah, sehingga sang istri tidak harus
meninggalkan pekerjaan-pekerjaan rumah.
Dalam masyarakat bawah atau miskin
Artinya pekerjaan rumah masih dapat dila-
anggota keluarga merupakan suatu sumber
kukan sambil bekerja untuk menambah pen-
daya yang harus dimanfaatkan untuk dapat
dapatan kelaurga. Para wanita ini mengang-
bekerja, baik itu untuk menyelesaikan
gap pekerjaan sebagai pemecah batu sebagai
pekerjaaan rumah tangga maupun pekerjaan
bentuk ketimbang ganggur neng omah.
yang mempunyai potensi untuk menambah
Tanggapan suami terhadap istri yang ekonomi atau pendapatan keluarga. Walau-
bekerja di luar rumah ini dianggap sebagai pun pekerjaan-pekerjaan yang hanya meng-
suatu yang wajar bagi mereka. Hal ini hasilkan upah atau pendapatan yang rendah.
mengingat pekerjaan di luar rumah tersebut Hal ini bagi keluarga miskin dianggap
lokasi tidak jauh dari rumah, bahkan ada sebagai suatu yang sudah menguntungkan.
yang hanya terletak dihalaman rumahnya. Karena adanya anggapan ketimbang ngang-
Sehingga sang suami juga tidak takut jika gur ono ngomah. Pada keluarga yang miskin
sang istri meninggalkan pekerjaan-pekerjaan biasanya pekerjaan-pekerjaan domestik cen-
domestiknya. derung hanya terbatas pada memasak untuk
Pendapatan yang diperoleh oleh pekerja keluarga dan mencuci pakaian serta mem-
wanita tersebut menurut mereka dirasa- bersihkan rumah, hal itu dapat dilakukan
kan sudah cukup. Responden yang me- pagi hari atau bahkan anak-anak mereka
nyatakan pendapatan tersebut cukup sebesar sudah dapat membantu untuk menyelesaikan
73,33 persen dan 16 persen memadai, pekerjaan domestik tersebut.
hanya 10 persen menyatakan masih kurang.
Pendapatan yang dirasakan sudah
memadai atau cukup tersebut mereka orang
Sugeng Haryanto - Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan 225

Penggunaan Pendapatan Pekerja Wanita pribadi. Penghasilan mereka digunakan


Pemecah Batu untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
Pendapatan yang diterima oleh suami dan bersama. Hal ini sangat terkait dengan kebi-
istri tidak ada pemisahan, dimana pendapat- asaan yang ada di masyarakat terutama
an suami selalu diberikan kepada istri. pedesaan bahwa tanggung jawab untuk
Pendapatan yang mereka peroleh mereka mengatur rumah tangga merupakan tang-
anggap sebagai pendapatan keluarga. gungjawab wanita atau istri.
Sehingga penggunaan pendapatan juga me-
rupakan penggunaan atau belanja untuk Curahan Waktu Kerja Pekerja Wanita
kebutuhan keluarga. Penggunaan untuk ke- Pemecah Batu
butuhan keluarga tersebut, antara lain un- Para wanita pemecah batu ini rata-rata
tuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, bekerja sebagai pemecah batu sehari selama
untuk kebutuhan sekolah dan juga untuk 5 sampai dengan 8 jam (73,33 persen).
kebutuhan yang sifatnya sosial, seperti Namun demikian waktu yang dialokasikan
arisan, bowo (menyumbang orang yang tersebut relatif flrksibel. Hal ini karena
punya hajatan). pekerjaan tersebut tidak menuntut jam
yanbg pasti, selain merupakan pekerjaannya
sendiri. (Lihat gambar 5)
Tabel 3. Penggunaan Pendapatan Keluarga

Keterangan Penggunaan Jumlah Jumlah

Penggunaan Pendapatan 80 73.33


70
60
Kebutuhan rumah tangga 30 50

Biaya sekolah anak 20 40


30
Arisan dan sosial lainnya 30 20
10
16.67
10
0
0
1 s/d 3 jam 3-< 5 jam 5-< 8jam 8 jam atau
lebih

Penggunaan pendapatan yang terbesar Gambar 5. Curahan Waktu Wanita Pemecah


rata-rata untuk mencukupi kebutuhan rumah Batu
tangga sehari-hari. Sedangkan biaya sekolah
hanya temporer, yaitu setiap bulan untuk
membayar SPP, sedangkan uang saku Jam kerja yang lebih dari 8 jam ber-
anak juga tidak begitu besar. Selain itu jumlah 16,67 persen, hal ini biasanya
juga digunakan untuk kebutuhan arisan di mereka sudah bekerja pagi-pagi sekali,
lingkungannya masing-masing, untuk karena ada pesanan batu pecahan. Namun
menyelenggarakan kegiatan kendurian juga demikian jumlah jam kerja yang panjang
biasanya mereka lakukan. ini tidak dilakukan setiap hari, hanya
kadang-kadang saja.
Dilihat dari distribusi penggunaan pen-
dapatan istri atau wanita menunjukkan Curahan waktu yang relatif banyak
bahwa belum ada atau tidak banyak wanita tersebut, sebenarnya juga tidak meng-
yang menggunakan penghasilannya untuk ganggu kegiatan keluarga, seperti mengasuh
memenuhi kebutuhannya sendiri secara anak atau kegiatan keluarga yang lainnya.
226 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 9, No. 2, Desember 2008

Hal ini karena lokasi pekerjaan untuk meme- Hal ini karena pekerjaan pemecahan batu
cah batu tersebut berada dekat dengan tersebut jangka panjang akan merusak
rumahnya. Selain itu pekerjaan tersebut lingkungan.
tidak ada sifat pemaksaan waktunya. Mere-
ka dapat bekerja sesuai dengan keingi- DAFTAR PUSTAKA
nannya sendiri. Sehingga jika dirasakan ada
pekerjaan di rumah atau keperluan lainnya, Arjani, Ni Luh. 2002. Gender dan Perma-
maka pekerjaan pemecah batu tersebut salahannya. Pusat Studi Wanita Uni-
dapat ditinggal. versitas Udayana.
Arjani, Ni Luh. 2003. Ketimpangan Gender
KESIMPULAN di Beberapa Bidang Pembangunan di
Bali. Jurnal Studi Jender Vol. III No. 2
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di- Tahun 2003
lakukan dapat diambil beberapa kesimpu-
Binaswadaya. 2002. Masalah UKM dan
lan sebagai berikut:
Peran LSM. Buletin 19 Februari 2002.
1. Pendapatan yang diperoleh oleh pekerja
Effendi, Abbas. 1997. Transformasi Struk-
wanita tersebut menurut mereka dirasa-
tural dan Kesejahteraan Masyarakat
kan sudah cukup. Kontribusi penda-
Pedesaan. Jurnal Populasi. Vol. 8 No. 2
patan pekerja wanita terhadap penda-
patan suami cukup signifikan. Gilbert, allen dan Gugler, Josef. 1996. Prop-
erty and Development: Urbanization in
2. Pendapatan wanita pemecah batu juga
the Third World. Terjemahan Anshori.
merupakan pendapatan keluarga. Peng-
Tiara Wacana Yogyakarta.
gunaan pendapatan merupakan penggu-
naan atau belanja untuk kebutuhan Haryono, Suyono.1997. Saatnya Wanita
keluarga. Penggunaan untuk kebutuhan (desa) Terjun ke Dunia Usaha. Warta
keluarga tersebut, antara lain untuk men- Demografi Th 27 No. 4.
cukupi kebutuhan pokok sehari-hari, Indaryani, Mamik. 1997. Peran Wanita
untuk kebutuhan sekolah dan juga un- dalam Menunjang Ekonomi dalam
tuk kebutuhan yang sifatnya sosial, Rumah Tangga Miskin: Studi Kasus di
seperti arisan, bowo (menyumbang orang Kecamatan Selogiri Kabupaten Wono-
yang punya hajatan). giri Jawa Tengah. Warta Demografi Th
3. Para wanita pemecah batu ini rata-rata 27. No. 4.
bekerja sebagai pemecah batu sehari se- Jenskin, M. 1993. Extending Social Security
lama 5 sampai dengan 8 jam (73,33 Protection to the Entire Population:
persen). Namun demikian waktu yang Problem and Issues. International
dialokasikan tersebut relatif fleksibel. Social Security Review.
Berdasarkan temuan penelitian saran Ken, Suratyah dkk. 1994. Marginalisasi
yang dapat disampaikan yaitu adanya Pekerja Wanita di Pedesaan: Studi Ka-
pembinaan kemampuan dan keterampilan sus pada IRT Pangan di Sulsel.
bagi pekerja wanita, sehingga dapat Yogyakarta: PPK UGM.
mengembangkan keterampilan yang lain.
Sugeng Haryanto - Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan 227

Kusdiati,Veronica. 2002. Peran Wanita Kon- marang. Majalah Penelitian Lembaga


sep Mitra Setara. Sebuah Kajian Teor- Penelitian UNDIP Th X No. 37, Maret.
itik dan Empirik Wanita Pedagang Subarsono. 1996. Toward Managing the In-
Pasar Tradisional di kota Semarang. formal Sector for Urban Economic De-
Seri Kajian Ilmiah Vol. 11 No. 3. velopment: Government Policy and the
Lestari, Rahayu Endah. Santoso, Imam. Su- Informal Sector. Thesis, the Flinder
lastri, Dwi Rina. 1997. Kontribusi University of South Australia, Adelaide.
Wanita dalam Agribisnis Gula Semut di Suprapti, Redjeki, Sri dan Hatatiati. 2001.
Kabupaten Blitar Propinsi Jawa Timur. Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Ke-
Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Vol. luarga Miskin di Pedesaan Kecamatan
9 No. 1 Februari. Mranggen, Kabupaten Demak. Jurnal
Mariun, N. Badrun. 2004. Kontribusi Perem- Pemberdayaan Perempuan Vol. 1. No.
puan pada Peningkatan Pendapatan 2 Desember.
Rumah Tangga Miskin: Studi Kasus di Tobing, Erwin. 2002. Reorientasi Pembena-
4 Kabupaten/ Kota. Warta Demografi han Sektor Informal.
Tahun 34 No. 3 Wibowo, B Junianto. 2002. Profil Wanita
Setiaji, Bambang. 1996. Wanita Pekerja IRT: Pedagang Kecil di Tinjau dari Aspek
Kesejahtaraan dan Perlindungan Hak. Ekonomi (Studi kasus pada Tiga Pasar
Akademika No. 01. Th. XIV Solo: Tradisional di kota Semarang, yaitu
UMS. Pasar Gayam, pasar Damar dan pasar
Setiawati, Rike dan Amin, Sophia. 2001. Mangkang). Seri Kajian Ilmiah Vol. 11
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pro- No. 3
duktivitas Tenaga Kerja Wanita pada Winarno, Agung. 1996. Profil Usaha Sektor
Industri Kecil di kota Jambi. Jurnal Informal di Jombang. Trisula Jurnal
Pemberdayaan Perempuan Vol. 1 No. 2 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan
Desember. Agama No. 1 Pebruari Universitas Da-
Setyowati, Yuningtyas. 1996. Pengaruh rul Ulum Jombang.
Tingkat Sosial Ekonomi (SES) Keluarga www.theindonesiainstitute.org. Diakses 3 Pe-
Terhadap Tingkat Peranan Pencarian bruari 2003.
Nafkah Karya Penelitian Atmajaya Yuniarti, Sari dan Haryanto, Sugeng. 2005.
Yogyakarta Edisi 6 tahun VI Septem- Pekerja Wanita pada Industri Rumah
ber. Tangga Sandang dan Kontribusinya
Sriyuningsih, Niniek. Sekartdji, Kartini. Terhadap pendapatan Rumah tangga di
Jadmiko. Dwi Sriyanto. 1998. Diskrimi- Kecamatan Sukun Malang. Jurnal
nasi terhadap Pekerja Perempuan dalam Penelitian Universitas Merdeka Malang
Kebijakan Manajemen Perusahaan Vol. XVII Nomor 2 Tahun 2005.
Garmen dan Tekstil di Kotamadya Se-

Anda mungkin juga menyukai