Anda di halaman 1dari 7

STANDAR KAMAR JENAZAH DI LUAR NEGERI

a) Fungsi Kamar Jenazah


Rumah sakit berkewajiban untuk menyediakan fasilitas kamar mayat atau
pemulasaran jenazah. Setelah pasien meninggal, jenazah segera dipindahkan ke unit
pemulasaran jenazah. Adapun fungsi dari instalasi tersebut adalah:
1. Tempat persemayan sementara, sebelum keluarga membawa jenazah untuk
dimakamkan.
2. Tempat persemayan sementara bagi jenazah yang tidak dikenal sebelum pemakaman
oleh pihak rumah sakit.
3. Tempat untuk mengenali dan mengidentifikasi jenazah oleh keluarga, polisi, dan
pihak yang bersangkutan dengan jenazah.
4. Tempat menerima jenazah yang memerlukan pemeriksaan patologi post mortem.
5. Tempat menerima jenazah yang dibawa ke rumah sakit untuk kepentingan
medikolegal post mortem sebleum dimakamkan.
6. Sarana belajar ilmu kedokteran forensik bagi mahasiswa kedokteran di rumah sakit
pendidikan.

b) Standar Kamar Jenazah


Adapun standar kamar mayat yang ada meliputi:
1. Bangunan
a. Lokasi kamar mayat
Kamar mayat sebaiknya terletak di samping bangunan rumah sakit yang
tidak dilalui jalur umum pengunjung rumah sakit. Selain itu, dekat dengan
laboratorium patologi pada lantai dasar, mudah dijangkau dari bangsal rumah
sakit, unit gawat darurat, dan bedah sentral. Dibutuhkan pencahayaan yang cukup
melalui jendela, sebaiknya jendela menghadap ke utara, dan mempunyai pintu
masuk dan keluar yang terpisah.
b. Pembagian ruangan dalam kamar mayat
1) Resepsionis dan ruang tunggu (Receptionist and waiting area): di ruangan ini,
jenazah dan dokumen diterima, diperiksa, dan diverifikasi. Ruangan ini juga
bisa digunakan keluarga dan kerabat untuk berdoa bagi jenazah.
2) Ruangan pendingin untuk mengawetkan jenazah (cold room for body
preservation)
Ruangan ini sebaiknya cukup untuk menampung 50 jenazah, termasuk
jenazah pasien rumah sakit sebelum dibawa keluarganya maupun jenazah yang
menunggu persetujuan untuk otopsi.
3) Ruangan Post Mortem
Ruangan post mortem digunakan untuk kepentingan forensik seperti
identifikasi, visum, dan otopsi. Ruangan post mortem diharapkan memiliki
lantai yang memenuhi syarat: penyinaran cukup, terdapat fasilitas listrik,
fasilitas air, tempat pembuangan, ventilasi, tempat kerja, dan sarana
komunikasi. Pada ruangan ini, minimal terdapat 2 meja otopsi. Ruang otopsi
pada rumah sakit pendidikan sebaiknya mempunyai ruangan dengan tempat
duduk yang disusun bertingkat di sekeliling ruangan otopsi, sehingga
mahasiswa, perawat, dan dokter dapat melakukan observasi dan melihat otopsi
yang berlangsung.
4) Ruang Tambahan
Untuk mencapai hasil pemeriksaan yang baik dengan tesedianya
kebutuhan dasar alat pemeriksaan, area tambahan diperlukan di komplek kamar
mayat. Ruangan ini meliputi:
a. Kamar konsultan
Berukuran 100 m2, merupakan ruangan di mana dokter dan polisi
berkomunikasi mengenai prosedur yang sesuai dengan hukum yang berlaku.
Tempat ini juga digunakan untuk menulis laporan kematian atau pelaporan
melalui telepon atau rekaman melalui kaset selama jalannya ototpsi. Ruangan
ini juga digunakan untuk berdiskusi dengan pegawai kesehatan lain.
b. Ruang ganti
Ruang ganti ini dibagi dua ruangan, untuk pria dan wanita. Disediakan
untuk dokter dan pegawai kesehatan lain untuk berganti pakaian sebelum
memasuki ruangan post mortem. Sebaiknya, diberikan loker secara terpisah
untuk pakaian pemeriksa dan baju pemeriksa, sepatu dan celemek.
c. Ante room
Lobby kecil dibutuhkan untuk meletakkan pakaian yang tidak terpakai
dan sepatu sebelum dokter dan ahli kesehatan lain masuk ke ruangan ganti
pakaian.
d. Kamar kecil konsultan
Berukuran 160 m2. Dibagi antara pria dan wanita. Tiap ruangan terdiri
dari bak mandi, baskom, dan ruangan kecil untuk mandi dibutuhkan.
e. Ruangan untuk supervisor kamar mayat
f. Ruangan untuk pembersih dan pekerja kamar mayat
Berukuran 100-150 m2. Merupakan ruangan untuk pekerja yang
membantu dokter untuk berganti pakaian., celemek, dan sepatu sebelum
memasuki ruangan post-mortem. Sebaiknya, loker untuk pakaian dan celemek,
sepatu dipisahkan. Terdapat sebuah meja yang digunakan untuk menyimpan
data kedatangan dan pemindahan suatu mayat, serta menyimpan dokumen lain.
Pekerja kamar mayat bekerja sesuai dengan tugas mereka seperti mengantarkan
mayat dari bangsal menuju ke kamar mayat.
g. Kamar kecil untuk pekerja
Berukuran 80 m2. Terdiri dari WC, wastafel, dan shower untuk mandi.
h. Trolley
Tempat yang dibutuhkan untuk menyimpan 2 buah trolley kamar mayat.
i. Tempat penyimpanan
Dibutuhkan 3 tempat penyimpanan kecil (masing-masing berukuran 30-
40 m2). Di antaranya:
 Tempat penyimpanan bersih
Untuk baju otopsi, celemek, sarung tangan plastik, sepatu boot, handuk, dan
lain-lain. Tempat ini sebaiknya diletakkan di dekat ruang konsultan dan di
luar ruang post mortem.
 Tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan
Dibutuhkan untuk menyimpan sisa peralatan, toples spesimen yang tidak
dipakai, larutan kimia, gergaji listrik, trolley, lampu tindakan, dll. Tempat
ini sebaiknya terlihat dari ruang post mortem.
 Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia
Tempat untuk mengawetkan organ dalam dan spesimen oleh larutan kimia.
j. Ruang pencucian
Ruang ini berukuran 50-75 m2, digunakan utnuk membersihkan peralatan
dan perlengkapan serta untuk membersihkan barang-barang tidak terpakai yang
tidak dapat dihancurkan.
Sebaiknya tersedia bak cuci dengan air panas dan dingin yang
dihubungkan dengan tempat pembuangan, papan untuk membersihkan
mangkuk dan peralatan, lemari untuk membersihkan material, rak kaca, lantai
dan dinding yang mudah dibersihkan.

k. Ruang spesimen
Berukuran 120 m2. Ruang ini digunakan untuk menyimpan jaringan-
jaringan dari tubuh jenazah (tersimpan di dalam toples yang telah terisi
formalin) kemudian dikirimkan sebagai sampel ke bagian histologi untuk
pemeriksaan mikroskopik atau pengawetan permanen.
l. Ruang pandang
Berukuran 120 m2. Ruangan ini sebaiknya di desain seperti kapel, yang
dapat digunakan oleh keluarga jenazah. Ruang ini seharusnya tidak banyak
terisi barang-barang karena digunakan untuk lalu lintas trolley pengangkut
jenazah dan tempat meletakkan peti mati.
m. Ruang Pengangkutan Jenazah
Ruang ini seharusnya tidak bertirai, tersedia peralatan, bersih, dan bebas
kuman. Keluarga dan pengunjung tidak boleh memasuki ruangan ini. Ruangan
ini lebih kecil dari ruang pandang.
n. Ruang pengurus pemakaman
Berukuran 150 m2. Pembuatan kamar mayat terkadang membutuhkan
lobby yang digunakan sebagai ruang yang berseberangan untuk mencegah
jenazah terlihat secara langsung. Lobby ini sekaligus menjadi ruang kerja bagi
pengurus pemakaman.
o. Ruang Radiologi
Sebaiknya tersedia x-Ray portable dan alat untuk melihat hasilnya.
p. Ruang Fotografi Forensik
Ruangan ini memiliki fasilitas fotografi karena dalam dunia peradilan
fakta-fakta yang didapat dari “skala berwarna fotografi” dan sketsa bergambar
atau traumagram memiliki informasi dan interpretasi yang tinggi. Dokumentasi
foto juga berguna sebagai tambahan catatan temuan yang didapat.
q. Ruang Observasi Medis
Ruang ini digunakan para staf medis melihat otopsi. Ruang ini terpisah
dari ruang post mortem, terletak di lantai atas dengan dinding terbuat dari kaca
sehingga memungkinkan untuk observasi dan diskusi.

r. Ruang Dokter
Ruang ini digunakan untuk menulis laporan yang digunakan sebagai
bahan diskusi dengan staf medis sehingga luas dan ukuran ruang ini harus
disesuaikan.
Jasa teknisi: sebaiknya terdapat pelayanan teknisi yang bertugas untuk
menjaga perawatan kamar mayat dengan mudah dan memperbaiki kerusakan
kerusakan yang didapat.
c. Lain-lain
 Lantai
Lantai pada kamar mayat sebaiknya tahan air, tidak licin, mudah
dibersihkan, tahan terhadap pembersih lantai. Batas antara lantai dan dinding
sebaiknya membentuk lengkungan agar mudah dibersihkan.
 Dinding
Permukaan dinding sebaiknya tahan air dan mudah dibersihkan. Tidak
mudah rusak dengan pembersih.
 Langit-langit
Langit-langit kamar mayat sebaiknya dari bahan yang mudah
dibersihkan. Tingginya minimal 12 kaki.
 Pintu
Pintu harus besar agar mudah dilalui troli dan peralatan kamar mayat.
 Jendela
Kamar mayat harus memiliki jendela agar sinar matahari dapat masuk.
Tinggi jendela sebaiknya minimal 5 kaki dari lantai.
 Koridor
Koridor kamar mayat harus luas, sehingga mudah dilewati troli, minimal
8 kaki.
 Pencahayaan
Pada kamar mayat dibutuhkan pencahayaan yang cukup. Diperlukan
lampu khusus yang cahayanya terpusat pada jenazah terutama untuk
pemeriksaan khusus seperti otopsi. Perlu diperhatikan efek silau lampu akibat
cahaya yang menyinari alat-alat yang terbuat dari stainless steel, dan efek
panas dalam ruangan akibat dari lampu.

 Ventilasi
Ventilasi merupakan fasilitas yang dibutuhkan untuk mengontrol paparan
dari Mycobacterium tuberculosis dan pathogen-patogen lain yang terdapat di
udara, bahan kimia, serta asap. Ventilasi juga dipakai untuk mengatur suhu
yang nyaman dan sesuai untuk pelaksanaan otopsi. Ventilasi sebaiknya
langsung berhubungan dengan ruangan luar melalui lubang atau melalui filter,
hal ini dimaksudkan supaya udara luar ruangan tidak dapat masuk ke dalam.
Aliran udara sebaiknya berasal dari pintu langit-langit yang langsung menuju
dasar pintu keluar, sehingga dapat memindahkan kuman keluar dari area
operator bekerja.
Standar minimal adalah adanya pertukaran udara per jam pada 6 ruangan
post mortem. Sebaiknya tidak ada pencampuran antara udara bersih masuk dan
udara kotor yang keluar.
 Fasilitas air
Kran air panas dan dingin dibutuhkan pada tempat cuci tangan, wastafel,
dan shower. Tiap meja post mortem harus dilengkapi kran air.
 Sarana komunikasi
Seharusnya terdapat akses komunikasi internal dan eksternal sehingga
staf forensik dapat saling berkomunikasi dengan rumah sakit, polisi, dan pihak
terkait lain.
 Air Conditioner (AC)
Seluruh komplek kamar mayat sebaiknya dilengkapi dengan AC dengan
sistem yang terpisah untuk ruang otopsi sehingga mencegah udara yang kotor
atau bau tak sedap menyebar ke seluruh ruangan.
 Keamanan
Kamar mayat seharusnya dilengkapi dengan lampu emergensi, pemadam
api, dan detector suhu pada tiap ruangan. Sebaiknya juga dilengkapi sisem
alarm tanda bahaya (kebakaran).

Gambar 2. Skema kamar jenazah di luar negeri


2. Peralatan Pelindung
Peralatan pelindung merupakan barier untuk mencegah terpapar atau masuknya
zat atau kuman yang berbahaya ke dalam tubuh. Standar PPE (Personal Protective
Equipment) adalah sebagai berikut:
 Proteksi saluran nafas
Dibutuhkan desain yang baik untuk mencegah terhirupnya aerosol yang
dihasilkan saat pemotongan tulang, mencegah terhirupnya spora, bakteri dan virus
yang ada di udara bebas. Dapat digunakan penutup kepala yang dapat
mengabsorbsi bau tidak sedap dan zat-zat yang mengiritasi saluran pernafasan
yang terdapat di kamar mayat, seperti formaldehid.
 Celemek tahan air untuk melindungi tubuh hingga kaki.
 Pakaian tahan air yang melindungi dari tangan, leher hingga ke kaki
 Sarung tangan latex. Sarung tangan rangkap merupakan standar yang disarankan
meskipun penggunaan satu buah sarung tangan cukup untuk menutupi kedua
tangan.
 Proteksi mata, penting untuk mencegah percikan.

Anda mungkin juga menyukai