Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG SEJARAH LOGIKA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah logika

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Nama :hesti meliana
Nim:C1C120013

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULITAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MEGAREZKI
MAKASSAR
2020\2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat dan
karunianya yang telah memberikan nikmat serta hidayahnya terutamah hikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah pendidikan logika dengan judul”sejarah logika”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan,oleh sebab itu penulis sangat mengharapakan kritik dan saran yang
membangun.dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pemaca dan teman – teman.
Demikian makalah ini penulis susun,apabilah ada kata- kata yang kurang berkenan
dan banyak terdapat kekurangan ,penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.

Mamasa,03 februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL……………………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………1
1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………...1
1.3 TUJUAN………………………………………………………………………..1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH LOGIKA………………………………………………………………2
2.2 MASAH YUNANI KUNO………………………………………………………...2-3
2.3 MASA PERTENGAHAN DAN MODEREN……………………………………..3-4
2.4 MASA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA MASA ISLAM……4-5
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………..6
3.2 SARAN……………………………………………………………………………..6
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Logika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari kecakapan untuk berpikir
secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu ini mengacu pada kemampuan rasional untuk
mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga
diartikan dengan masuk akal.
dalam memenuhi hajat hidup kita sendiri dan juga masyakat umumnya kita dapat
mengartikan dan mengambil kesimpulan setelah melalui pemikiran-pemikiran atau
pernyataan-pernyataan yang ada, dan kebenaran-kebenaran akan muncul.Dalam
makalah ini akan dijelaskan sejarah logika pada Masa Yunani Kuno, Masa Pertengahan
dan Masa Modern serta Pertumbuhan Dan Perkembangan Logika Pada Masa Islam.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian logika?
2. Bagaimana sejarah logika pada Masa Yunani Kuno?
3. Bagaimana sejarah logika Masa Pertengahan Dan Modern?
4. Bagaimana sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Logika Pada Masa Islam?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian logika.
2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah dan perkembangan logika.
3. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sejarah
logika
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno (Logos) yang berarti hasil pertimbangan yang
berasal dari akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan Logike
Episteme (Latin: Logica Scientia) atau Ilmu Logika (Ilmu Pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini
mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis
yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Dalam sejarah perkembangan logika muncul bersama dengan filsafat. Menurut
sebagian kisah sejarah Zeno dari Citium (±340 SM – 265 SM) disebutkan bahwa tokoh
Stoa adalah yang pertama kali menggunakan istilah logika. Namun demikian, akar
logika sudah terdapat dalam pikiran dialektis para filsuf mazhab Elea. Mereka telah
melihat masalah identitas dan perlawanan asas dalam realitas. Tetapi kaum sofis-lah
yang membuat fikiran manusia sebagai titik api pemikiran secara eksplisit.

2.2.Masa Yunani Kuno


Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan
bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta.
Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.Aristoteles kemudian mengenalkan
logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan
bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan
alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles
disimpulkan dari:
· Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
· Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
· Air jugalah uap
· Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan
memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika
yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih
diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Aristoteles meninggalkan 6 buku yang diberi nama to Oraganon oleh muridnya,
bukunya yaitu:
1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
 De interpretatione tentang keputusan-keputusan
 Analytica Posteriora tentang pembuktian.
 Analytica Priora tentang Silogisme.
 Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
 De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Dalam karyanya ini Aristoteles telah menggarap masalah kategori, struktur bahasa,
hukum formal konsistensi proposisi, silogisme kategoris, pembuktian ilmiah,
pembedaan atribut hakiki dan yang bukan hakiki, sebagai kesatuan pemikiran, bahkan
telah menyentuh bentuk-bentuk dasar simbolisme. Sehingga pola dari buku Organon
masih tetap dipakai rujukan sampai saat ini dikarenakan 1. Tentang Ide, 2. Tentang
keputusan, 3. Tentang proses pemikiran.Pada 370 SM-288 SM Theophrastus, murid
Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M-201 M) dan Sextus Empiricus
200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan
metode geometri, yakni metode ilmu ukur. Galenus sangat berpengaruh karena
tuntutannya yang sangat ketat aksiomatisasi logika. Karya utama Galenus berjudul
Logika Ordini Geometrico Demonstrata. Tapi impian Galenus hanya terlaksana jauh
kemudian. Yakni di akhir abad 17 melalui karya saceheri yang berjudul Logica
Demonstrativa.
Kemudian muncullah zaman dekadensi logika. Salama ini logika mengembang
karena menyertai perkembangan pengetahuan dan ilmu yang menyadari betapa
berseluk beluknya kegiatan berpikir yang langkahnya mesti dipertanggungjawabkan.
Kini ilmu menjadi dangkal sifatnya dan sangat sederhana, maka logika juga merosot.
Tetapi beberapa karya pantas mendapat perhatian kita, yakni Eisagogen dari
Porphyrios, kemudian komentar-komentar dari Boethius dan Fons Scientiae (Sumber
Ilmu) karya Johannes Damascenus.

2.3.Masa Pertengahan dan Modern


Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles ( De Interpretatione, Categoriae ),
Porphyus ( Eisagoge ) dan karya Boethius masih digunakan.Thomas Aquinas (1224 –
1274 M) dan kawan-kawannya berusaha mengadakan Sistematisasi Logika. Mereka
juga serentak mengembangkan logika yang sudah ada.Logika modern muncul pada
abad 13 hingga abad 15 Tokoh-tokoh penting dalam bidang ini adalah:
1. F Petrus Hispanus (1210 – 1278 M.
2. F Roger Bacon (1214-1292 M)
3. F Raymundus Lullus (1232 -1315 M) yang menemukan metode logika baru yang
dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
4. F William Ocham (1295 – 1349 M)
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh
Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704)
dalam An Essay Concerning Human Understanding Francis Bacon (1561 - 1626)
mengembangkan Logika Induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada
pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic.Lalu diperkaya dengan hadirnya
tokoh – tokoh pelopor Logika Simbolik:
1. F Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun Logika Aljabar berdasarkan
Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan
pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
2. F George Boole (1815-1864)
3. F John Venn (1834-1923)
4. F Gottlob Frege (1848 - 1925)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang
pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-
karya tulisnya. Ia memperkenalkan Dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan Logika
sebagai Teori Umum Mengenai Tanda (General Theory of Signs) puncak kejayaan
logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica
tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan
Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970). Logika simbolik lalu diteruskan oleh
Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978),
dan lain-lain.

2.4.Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Masa Islam


Buah tangan Aristotes diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada sekitar Abad 7
Masehi, dan kemudian diberinya nama ilmu al-Mantiq.Ilmu Mantiq yang merupakan
terjemahan dari Ilmu Logika adalah hasil karya para filosof Yunani sejak abad ke-4 SM.
Kaum Sofis, Socrates dan Plato adalah perintis lahirnya Logika. Sedangkan Logika lahir
sebagai suatu ilmu adalah atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan kaum Stoa.
Aristoteles (384-322 SM) sebagai peletak dasar Ilmu Logika, meninggalkan enam buah
buku yang oleh murid-muridnya disebut Organon. Buku tersebut terdiri dari :
1. Categoriae (mengenai pengertian-pengertian)
2. De Interpretiae (mengenai keputusan-keputusan)
3. Analitica priora (tentang silogisme atau menarik kesimpulan)
4. Analitica posteriora (tentang pembuktian)
5. Topika (mengenai berdebat)
6. De Sophisticis Elenchis (tentang kesalahan-kesalahan berpikir).
Buku-buku inilah yang kemudian menjadi dasar Logika Tradisional. Theoprostus
mengembangkan Logika Aristoteles ini, sedangkan kaum Stoa mengajukan bentuk-
bentuk berpikir yang sistematis.
Pada abad ke-8 Masehi, ketika agama Islam telah tersebar di Jazirah Arab dan
dipeluk secara meluas sampai ke timur dan barat, perkembangan ilmu pengetahuan
pun mengalami kemajuan yang pesat. Puncaknya terjadi pada masa pemerintahan
Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Khalifah Harun al Rasyid dan Al-
Makmun. Pada masa itu terjadi penerjemahan ilmu-ilmu filsafat Yunani ke dalam
bahasa Arab, termasuk Ilmu Logika. Ilmu ini sangat menarik perhatian kaum muslimin
pada saat itu sehingga dipelajari secara meluas. Diantara mereka kemudian menulis
buku Ilmu Mantiq dan mengembangkannya. Dalam berbagai segi, mereka
mengislamisasikan ilmu logika melalui contoh-contoh yang mereka munculkan. Ilmu
Mantiq tidak saja digunakan untuk mempertajam dan mempercepat daya pikir dalam
menarik kesimpulan yang benar, tetapi juga membantu mengokohkan hujjah-hujjah
agama dalam persoalan akidah.
Di antara ulama dan cendekiawan muslim yang mendalami Ilmu Mantiq dan menulis
buku tentang mantiq adalah Abdullah ibn al-Muqaffa’, Ya’qub ibn Ishaq al-Kindi (185 H-
260 H/801 M-873 M), Muhammad Ibnu Zakaria al-Razi (251 H-313 H/865 M- 925 M),
Abu Nasr al-Farabi (258 H-339 H/870 M-950 M), Ibnu Sina (370 -428 H/980-1037 M),
Abu Hamid al-Ghazali, Ibnu Rusyd (520-595 H/1126-1198 M), al-Qurthubi dan lain-lain.
[11] Al-Farabi kemudian dikenal sebagai Guru Kedua Logika setelah Aristoteles. Karya-
karya Al-Farabi dibagi menjadi dua, mengenai logika dan filsafat. Karya-karya tentang
Logika menyangkut bagian-bagian berbeda dari Organon-nya Aristoteles, baik yang
berbentuk komentar maupun ulasan panjang. Kebanyakan tulisan ini masih berupa
naskah.Selain Al-Farabi, juga dikenal Ibnu Sina sebagai Guru ke tiga Logika. Buku
Logika Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di penghujung abad ke-12.
Yang lainnya adalah karya logika Ibn Rusyd di awal abad ke-14. Terjemahan inilah
yang disebarkan di Paris (Perancis) dan Oxford (Inggris).
Pada masa kemunduran ilmu pengetahuan di dunia Islam, timbullah berbagai
kritikan terhadap Ilmu Mantiq / Logika karena dianggap logika sebagai penyebab
lahirnya paham-paham zindiq (atheis) karena terlalu memuja akal fikiran di dalam
mencari kebenaran. Sebagian ulama kemudian mengharamkan mempelajari ilmu
logika, seperti Imam an-Nawawi (1233-1277 M), Ibnu Shilah (1181-1243 M), Ibnu
Taimiyah (1263-1328 M) dan Sa’adduddin at-Taftazani (1322-1389 M).
Pengaruh fatwa tersebut sangat kuat di kalangan umat Islam, sehinnga kegiatan dan
perkembangan alam fikiran dunia Islam mengalami kemacetan dan kebekuan.
Sementara dunia Barat sedang gembira menyambut zaman Kebangunan
(Renaissance) di Eropa (abad 13-14 M).Menjelang penghujung abad ke-19 bangkitlah
gerakan pembaharuan dunia Islam yang dipelopori Jamaluddin al-Afghani, Muhammad
Abduh dan Rasyid Ridha. Sejalan dengan itu perhatian penuh terhadap logika muncul
kembali di Mesir.Di Indonesia, Ilmu Mantiq pada mulanya dipelajari secara terbatas di
perguruan-perguruan agama dan pesantren. Ilmu Mantiq sampai ke Indonesia bersama
ilmu-ilmu agama lainnya yang dibawa oleh pelajar-pelajar muslim yang belajar di Timur
Tengah.Ilmu logika baru dipelajari lebih luas setelah diperkenalkannya buku Madilog
karangan Tan Malaka yang terbit tahun 1951. Pada tahun 1954 Ilmu Mantiq telah
dipelajari secara lebih luas dan dimasukkan ke dalam kurikulum perguruan tinggi.[14]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas, penulis memberikan kesimpulan bahwa sejarah
perkembangan logika terjadi masa yunani kuno, abad pertengahan dan modern serta
pada masa islam hingga menyebar ke berbagai kawasan. Yang mencatat berbagai
perkebagan logika dari orang pertama yang menggunakan istilah logika yaitu Zeno dari
Citium (340 - 265), disebutkan bahwa tokah Stoa adalah yang pertamakali
menggunakan istilah Logika. Namun demikian, akar logika sudah terdapat dalam
pikiran dialektis para filsuf mazhab Elea.
Pada masa yunani kuno yang dimulai oleh Thales filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Dan Aristoteles, logika
yang disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi
yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti
argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Dan
muncul beberapa tokoh seperti Theophrastus, murid Aristoteles, Galenus dan Sextus
Empiricus, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan
metode geometri, yakni metode ilmu ukur. Lalu pada masa pertengahan dan modern
Thomas Aquinas 1224 – 1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan
Sistematisasi Logika hingga masa modern muncul berbangai tokoh – tokoh dan pelopor
logika.
3.2 saran
Logika berpengaruh pada pola pemikiran kita jadi kita sebagai manusia harus selalu
sabar dalam mempelajarinya

DAFTAR PUSTAKA

v DR.W. Poespoprodjo, “Logika Scientifika Pengantar Dialektika Dan Ilmu”,


[Bandung;pustaka Grafika,1999]
v http://id.wikipedia.org/wiki/Logika
v Mundiri, Logika, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001)
v Baihaqi. A.K, Ilmu Mantik, Teknik Dasar Berpikir Logik, (Tk : Darul Ulum Press, 1998)
v Jamaluddin Kafie, Logika, Form Berpikir Lojagis, (Surabaya : Karya Anda, )
Jusmawati,S.Pd., M.Pd.Matematika dasar. Makassar : 2014

Anda mungkin juga menyukai