Anda di halaman 1dari 2

RANGKUMAN MODUL 4

Dasar-dasar Wacana Bahasa Indonesi


Kegiatan Belajar 1 : Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
A. Pengertian
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap. Dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang
lengkap wacana memiliki konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh yang bisa
dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan).
Wacana merupakan alat dalam komunikasi sosial. Wacana dalam komunikasi
dapat berfungsi untuk berinteraksi atau bertransaksi. Dengan demikian terdapat dua
bentuk wacana, yakini wacana lisan dan wacana tulis.

Contoh :
(a) Pewawancara : “Apakah anda memiliki pengalaman kerja?”
Terwawancara : “Tidak, saya baru kali ini melamar pekerjaan.”

(b) Alferd Binet, psikolog yang mengembangkan tes IQ mendukung temuan grafologi
dan menegaskan bahwa ciri-ciri karakter tertentu tercermin dalam tulisan tangan
(Soemantoro, 2009:6)

Contoh (a) merupakan wacana lisan sedangkan contoh (b) wav]cana tulis. Keduanya
menunjukkan situasi komunikasi dalam konteks sosial. Kedua wacana tersebut
tergolong wacana yang baik karena memperlihatkan adanya keutuhan yang
mengandung konsep, ide, gagasan didalamnya.

B. Elemen-elemen wacana.
Elemen-elemen wacana adalah elemen atau unsur-unsur pembentuk wacana.
Elemen-elemen wacana tertata secara sistematis dan hierarkis. Jika diibaratkan sesosok
tubuh, wacana terdiri atas kepala dan badan kepala wacana adalah judul pada wacana
tersebut, sedangkan badannya disebut tubuh wacana yang terdiri atas paragraf-paragraf.
Berkaitan dengan elemen-elemen sebuah wacana terkandung elemen inti dan
elemen non inti. Elemen inti adalah elemen utama atau elemen penting. Elemen inti berisi
informasi pokok atau informasi inti dalam wacana. Elemen non inti adalah elemen yang
berada pada kedudukan bukan inti. Informasi dalam elemen bukan inti merupakan
informasi tambahan.

C. Unsur-unsur Pembangun Wacana


Wacana dibentuk atau dibangun dengan menggunakan alat-alat wacana, yaitu
konjungsi, kata ganti, repitisi, dan ellipsis. Penggunaan alat-alat pembantu wacana ini
bertujuan agar wacana yang disusun menjadi utuh dan padu.
1. Pengunaan konjungsi, (8a) Badu sakit dan Bidu meninggal. (8b)Badu sakit karena
Bidu meninggal. (8c)Badu sakit ketika Bidu meninggal. (8d)Badu sakit kemudian
Bidu meninggal. (8e)Badu sakit sebelum Bidu meninggal. (8f)Badu sakit setelah Bidu
meninggal.
2. Penggunaan kata ganti. (9a) Lala dan Lili dua bersaudara, Mereka belajar disekolah
yang sama. (9b) Baim seorang actor cilik, selain pandai ia sangat lucu. (9c) setiap hari
Sabtu Anto pergi ke sanggar seni, disana ia melatih para remaja menari tarian
tradisisonal.
3. Penggunaan Repitisi (Pengulangan). (10)Adikku Irdam senang membaca buku,
beragam buku dibacanya. Buku-buku yang sudah dibaca disimpannya dengan rapi.
4. Penggunaan Elipsis (Pelepasan). (11) adik dan ayah berangkat ketempat tugas
masing-masingsetelah sarapan pagi. (12) kak Andi praktik lapangan dibengkel
otomotif, kak mayang di laboratorium botani.

Kegiatan Belajar 2 :
Kohesi, Koherensi, dan Jenis-jenis Wacana Bahasa Indonesia.
A. Kohesi dan Koherensi
Wacana yang baik adalah wacana yang utuh dan padu. Istilah lain dari keutuhan
dan kepaduan sebuah wacana (paragraf) adalah kohesif dan koherensi. Wacana yang
kohesif diperoleh dengan bantuan alat pembangun wacana atau pemarkah kohesi.
Wacana yang koheren atau padu dapat dirasakan karena adanya kesatuan makna. Ide
pokok dan ide penjelas dalam wacana saling terkait dan saling mendukung.
B. Jenis-jenis Wacana Bahasa Indonesia.
Wacana dibedakan atas jenis-jenisnya berdasarkan sudut pandang dari mana wacana itu
dilihat. Yuwono (2006:93) menjelaksan, wacana dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa
segi yakni berdasarkan saluran komunikasi, fungsi bahasa, mitra tutur, peserta tutur, dan
berdasarkan pemaparan.
Berdasarkan saluran komunikasi yang digunakan, wacana dibedakan menjadi
wacana lisan dan wacana tulis. Contoh wacana dialog, wawancara, ceramah, pidato,
diskusi. Berdasarkan fungsi bahasa wacana diklasifikasi menjadi wacana ekspresi, fatis,
informasional, estetis, dan direktif. Bentuk wacana ini misalnya pidato,orasi, dan cerita
atau dongeng. Berdasarkan sudut pandang mitra tutur wacana dibedakan menjadi wacana
interaksional dan transaksional. Berdasarkan jumlaj mitra tutur wacana dibedakan atas
wacana monolog, dialog, dan polilog. Berdasarkan cara memaparkan (pemaparan)
wacana dibedakan atas wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Anda mungkin juga menyukai