Anda di halaman 1dari 16

DASAR-DASAR WACANA BAHASA

INDONESIA
Kegiatan Belajar 1
Pengertian Wacana dan Alat-alat
Wacana
POKOK BAHASAN
A. PENGERTIAN WACANA
B. ELEMEN – ELEMEN WACANA
C. UNSUR – UNSUR PEMBANGUN
WACANA
A. PENGERTIAN WACANA

Wacana dalam komunikasi verbal diartikan sebagai “Pembicaraan”


(KBBI). Wacana dalam linguistik adalah kesatuan makna (Semantis)
antarbagian di dalam suatu bangun bahasa (Yuwono, 2006:92).Wacana adalah
satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar (Chaer, 2007:267).Sehingga
sebagai satuan bahasa yang lengkap, wacana memiliki konsep, gagasan, pikiran
atau ide yang utuh, yang bisa di pahami oleh pembaca (dalam wacana tulis)
atau pendangan (dalam wacana lisan).
Wacana dapat di gunakan untuk mencapai tujuan dalam bentuk
transaksi dalam rangka memperoleh sesuatu yang lebih baik
(Nunan,1991:18).Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat
yang di gunakan berkomunikasi dalam konteks sosial (Hamudi, 2007).Wacana
merupakan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dalam konteks sosial
secara nyata (Stubbs, 1983:1).
B. ELEMEN-ELEMEN WACANA
Elemen-elemen wacana adalah elemen atau unsur-unsur
pembentuk wcana. Elemen-elemen wacana tertata secara sistematis
dan hierarkis.
Berkaitan dengan elemen, dalam sebuah wacana
terkandung elemen inti dan non-inti, sebagai berikut ;
 Elemen inti adalah elemen utama atau elemen penting yang
berisi informasi pokok atau informasi inti dalam wacana.
 Elemen non-inti adalah elemen yang berada pada kedudukan
bukan inti. Informasi dalam elemen bukan inti merupakan
informasi tambahan.
C. UNSUR-UNSUR PEMBANGUN WACANA

Wacana yang baik harus disusun dengan menggunakan alat


pembangun wacana, yaitu :
1. Konjungsi atau kata penghubung
2. Kata ganti
3. Repetisi
4. Elipsis atau pelesapan

Pahami dulu alat-alat pembangun wacana agar dapat memilih atau


menukarkan kata. Yang harus di pilih dan disusun secara efektif
CONTOH PENGGUNAAN ALAT-ALAT
PEMBANGUN WACANA

 Badu sakit dan Bidu meninggal.


Konjungsi atau kata  Badu sakit karena Bidu meninggal.
 Badu sakit ketika Bidu meninggal.
penghubung  Badu sakit kemudian Bidu meninggal.
 Badu sakit sebelum Bidu meninggal.
 Badu sakit setelah Bidu meninggal.

 Lala dan Lili dua bersaudara. Mereka


belajar di sekolah yang sama.
 Baim seorang aktor cilik. Selain pandai
ia sangat lucu.
Kata ganti  Setiap hari sabtu Anto pergi ke sanggar
seni. Disana ia melatih para remaja
menari tarial tradisional.
Adikku Irdam senang membaca buku.
Beragam buku di bacanya. Buku-buku
Repetisi yang sudah dibaca disimpannya dengan
rapi.

 Adik dan ayah bekerja ke tempat tugas


Elipsis masing-masing setelah sarapan pagi.
 Kak Andi praktik lapangan di bengkel
otomotif, kak Mayang di laboraturium
botani.
Kegiatan Belajar 2
Kohesi, Koherensi, dan Jenis-jenis
Wacana Bahasa Indonesia

POKOK BAHASAN

A. KOHESI DAN KOHERENSI


B. JENIS-JENIS WACANA BAHASA
INDONESIA
A. KOHESI DAN KOHERENSI

Kohesi adalah istilah yang digunakan dalam wacana


yang membahas hubungan antar unsur dalam kalimat (wacana).
Wacana yang memenuhi syarat kohesi disebut dengan istilah
kohesif yang berarti utuh.

Jika wacana memiliki ide pokok dan ide penjelas, tidak


hanya dituntut keutuhan namun juga dituntut keterpaduan
antarbagian (ide, pikiran, atau gagasan). Wacana utuh belum
tentu padu, karena itu sebuah wacana selain kohesif, harus
koheren. Koheren adalah kepaduan hubungan maknawi
antarbagian dalam wacana.
Contoh Wacana :
“Anak terpeleset jatuh ke sungai. Beberapa orang lewat di tempat
itu mencoba menolongnya.”

Wacana tersebut sudah memiliki keutuhan. Namun kalimatnya


tidak efektif (kalimat kedua).
Sehingga dinyatakan tidak kohesif

Perbaikan Wacana :
“Anak itu terpeleset, lalu jatuh ke sungai. Beberapa orang yang
sedang lewat di tempat itu mencoba menolongnya.”

Perhatikan unsur kohesi atau penanda kohesifnya.


Wacana sudah utuh karena unsur atau alat pembangun
wacana.
B. JENIS-JENIS WACANA BAHASA
INDONESIA
Wacana dibedakan atas jenis-jenisnya berdasarkan sudut pandang.

3. Berdasarkan
1. Berdasarkan 2. Berdasarkan
SUDUT
SALURAN FUNGSI
PANDANG
KOMUNIKASI BAHASA
MITRA TUTUR

5. Berdasarkan 4. Berdasarkan
CARA JUMLAH
MEMAPARKAN PESERTA
(Pemaparan) TUTUR
1. Berdasarkan Saluran Komunikasi, dibedakan menjadi wacana
lisan dan wacana tulis.
Ciri-ciri Wacana Lisan :
 Adanya penutur dan petutur (mitra tutur)
 Bahasa tutur
 Alih tutur (giliran bicara)
 Konteks
 Bentuk ; dialog, wawancara, ceramah, pidato, diskusi.

Contoh Wacana Lisan:


Pelayan : “Selamat sore Mas.”
Pelanggan : “Sore.”
Pelayan : “Pesan apa Mas?”
Pelanggan : “Kopi tubruk ya.”
Wacana lisan tersebut kurang memperhatikan tata bahasa.
Dipandang dari sudut wacana tulis :
 Tidak menggunakan struktur yang benar
 Memahami walau tanpa tanda kohesi
 Dapat menangkap isi wacana karena didukung oleh konteks
 Adanya penulis, pembaca, tulisan dan penerapan kaidah bahasa
 Bentuk ; buku, artikel, prosa, dan lain-lain.
2. Berdasarkan Fungsi Bahasa, diklasifikasikan menjadi wacana
ekspresif, fatis, informasional, estetis, dan direktif.
a. Wacana Ekspresif, kegiatan komunikasi yang menggambarkan
hasil pemikiran, pengalaman atau perasaan secara ekspresif.
Contoh ; Pidato, Orasi dan cerita atau dongeng.
b. Wacana Fatis, bertujuan untuk memperlancar komunikasi
seperti memperkenalkan diri. Contoh ; Perkenalan.
c. Wacana Informasional, bertujuan memberi informasi kepada
seseorang atau khalayak. Contoh ; Berita, Pengumuman dan
Iklan di media.
d. Wacana Estetis, wacana yang menekankan pada segi
keindahan. Contoh ; Puisi, Pantun, Syair
e. Wacana Direktif, wacana yang mengarah pada tindakan atau
reaksi dari mitra tutur. Contoh ; Penyuluhan, Pelatihan,
Khotbah.
3. Berdasarkan Sudut Pandang Mitra Tutur, wacana dibedakan
menjadi wacana interaksional dan transaksional.
a. Wacana Interaksional, bercirikan adanya tanggapan timbal balik
dari penutur dan mitra tutur.
Contoh Wacana Interaksional :
Yudit : “Pagi Rama.”
Rama : “Pagi. Berangkat ya?”
Yudit : “Iya! Kamu gak kuliah?”
Rama : “Aku kuliah siang.”
Yudit : “Hm. Aku berangkat ya, daa.”

b. Wacana Transaksional, bercirikan adanya pemenuhan oleh mitra


tutur atau pembaca atas harapan atau keinginan penutur atau
penulis.
Contoh Wacana Transaksional :
Bu Ani : “Pak ke Jalan Limau Kebayoran ya Pak!”
Sopir Taksi : “Baik Bu.”
4. Berdasarkan Jumlah Peserta Tutur, wacana dibedakan atas
wacana monolog, dialog, dan polilog.
a. Wacana Monolog (Pelakunya Hanya Satu Orang)
Contoh : Pidato
b. Wacana Dialog (Pelakunya Dua Orang)
Contoh : Wawancara, Drama
c. Wacana Polilog (Pelakunya Lebih Dari Dua Orang)
Contoh : Diskusi, Ceramah Interaktif

5. Berdasarkan Cara Memaparkan (Pemaparan), wacana


dibedakan atas wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi,
dan persuasi.
d. Wacana Narasi yaitu disusun dengan cara bercerita.
Misalnya, unsur waktu, pelaku, dan peristiwa.
b. Wacana Deskripsi, yaitu dipaparkan dengan cara merinci bagian
suatu profil yang disampaikan.
Misalnya, mengangkat imajinasi penulis.
c. Wacana Eksposisi, yaitu dipaparkan dengan cara menerangkan
Misalnya, menginformasikan sesuatu pengetahuan, konsep,
petunjuk.
d. Wacana Argumentasi, yaitu berisi alasan yang dapat digunakan
untuk menerima atau menolak suatu pendapat.
Misalnya, berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar
agar menerima pernyataan yang dipertahankan baik logis maupun
emosional.
e. Wacana Persuasi, yaitu bersifat mengajak, membujuk,
menganjurkan atau mempengaruhi.
Misalnya, biasa digunakan dalam kampanye atau iklan.

Anda mungkin juga menyukai