Anda di halaman 1dari 10

BAB II

SAMBUNGAN LAS (WELDED JOINTS)

2.1 Pendahuluan

Dalam industri logam, sambungan las dan soldir sangat penting. Kedua cara
penyambungan ini pada dasarnya adalah pengaruh panas. Keuntungan
sambungan las dibanding dengan sambungan paku keling : rapat, lebih kuat,
ringan, dan tidak membutuhkan bilah. Pengelasan dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, namun pada umumnya adalah proses fusi dan proses
tekan. Pada proses fusi bagian logam yang akan dilas, dilelehkan bersama
dengan bahan tambahan. Sedangkan pada alas tekan tidak diperlukan bahan
pengisi.

2.2 Proses Pengelasan


Permukaan yang dilas harus dipanaskan sampai suhu las yang ditentukan dan
harus bersentuhan. Persatuan dari logam-logam terjadi karena :
a. Tekanan bersama (las tekan = pressure welding)
b. Peleburan (las fusi = fusion welding)

2.3 Tipe sambungan las

a. Sambungan Sudut (Fillet joint) atau Lap joint.


b. Sambungan Temu (Butt joint)

2.3.1 Lap joint

a). Single b). Double c). Parallel

Gambar 2.1 : Berbagai Tipe Sambungan Las Lapt Joint

10
2.3.2 Butt joint

a.) square butt joint b.) single V-butt joint c.) single U-butt joint

d.) double V-butt joint e.) double U-butt joint

Tipe-tipe yang lain :

a.) corner joint b.) edge joint c.) T joint

Gambar 2.2 : Berbagai Tipe Sambungan Las Butt Joint

Keterangan : Untuk simbol-simbol lihat pada buku-buku design / Elemen tentang


Las

2.4 Kekuatan fillet joint

( Terhadap Tarik )

Keterangan :

S = Tebal (mm)
l = Panjang (mm)

Gambar 2.3 : Penampang Las

11
BD 1 t
sin 45 0   BD  2 . BC  , karena BC = t
BC 2 2
t .l
Luas min  BD  l 
2
t .l t .l 
F .t atau F .t (untuk single fillet)
2 2
2.t .l 
F . t ( untuk double fillet)
2
2.5 Kekuatan untuk parallel fillet joint

Untuk single parallel :

t .l t .l
F . g atau F  . g
2 2

Untuk double parallel :

2.t .l 2.t .l
Gambar 2.4 : Las Parallel Fillet F . g atau F  . g
2 2
Gambar : 2.4 : Parallel Fillet
2.6 Untuk kasus kombinasi
Joint
F  t . b .t
t . l1
F1  . t
2
2 .t . l 2
F2  . g
F  F1  F2 2
F  F1  F2

Transverse dan parallel joint gaya-gaya dijumlahkan


Gambar 2.5 : Las Kombinasi F1 = Gaya untuk transverse joint (N)

F2 = Gaya untuk parallel joint (N)

F = Gaya untuk kekuatan plat (N)


t = tebal plat (mm)
b = lebar plat (mm)

12
2.7 Kekuatan untuk butt joint

Gambar 2.6 : Single V Butt Joint Gambar 2.7 : Double V Butt Joint

F  t . l .t F  t1  t 2  l .  t
l  Panjang las (mm) t1  Tebal pada bagian atas (mm)
t  Tebal las (mm) t 2  Tebal pada bagian bawah (mm)

2.8 Table faktor koreksi (cf)

Tabel 2.1 : Faktor Koreksi pada Las


T ip e S a m b u n g a n cf
1 B u tt jo in t 1 ,2
2 T r a n s v e r s e fillle t 1 ,5
3 P a r a lle l fille t 2 ,7
4 T . B u tt jo in t 2 ,0

Contoh :
Dua buah plat baja, lebar 100 (mm), tebal 12,5 (mm), disambung dengan las
double transverse fillet. Tegangan tarik maksimum yang di izinkan 70 (N/mm2).
Hitung panjang las untuk beban statis dan dinamis ( apabila bahan plat dengan
tegangan tarik makssimum izin = 80 (N/mm2) )

Penyelesaian :
a. Untuk beban statis
b = 100 (mm)  t maks las = 70 (N/mm2)
t = 12,5 (mm)  t plat = 80 (N/mm2)
13
2.t .l
F . t maks las …(i)
2
F  t . b .  t plat …(ii)
Persamaan (i) dan (ii) didapat:
 2.t .l 
t .  b . t .  t plat
2
2 . 12,5 . l 100000
70 .  100 . 12,5 . 80  l   80,812  81 (mm)
2 1237,436867
b. Untuk beban dinamis

Pada kekuatan las dibagi factor koreksi (cf) , jadi:

2.t .l  1 
.  t las .  b . t .  t plat
2 cf

2 . 12,5 . l 1 100000
. 70 .  100 . 12,5 . 80  l   121,2183  122 (mm)
2 1,5 824,9579114
Contoh :

Sebuah plat dengan lebar 75 (mm), tebal 12,5 (mm) disambung dengan plat lain
dengan sambungan las single transverse dan double parallel fillet. Tegangan tarik
izin las = 70 (N/mm2), plat = 80 (N/mm2), Tegangan geser izin las = 60 (N/mm2)

Hitung: panjang las transverse dan parallel fillet untuk beban statis dan dinamis.

Penyelesaian

b = 75 (mm)
t = 12,5 (mm)

 t las = 70 (N/mm2)

 t plat = 80 (N/mm2)

Gambar 2.8 : Las Transverse  g las = 60 (N/mm2)
dan Parallel Fillet
t . l1 2 .t . l 2
F  t . b .  t plat , F1  .  t las , F2  .  g las
2 2
14
a. untuk beban statis

F  F1  F2
 t . l1  t . l2 
b . t .  t plat  .  t las  . g  untuk l1 = b
2 2
12,5 . 75 12,5 . l 2
75 . 12,5 . 80  . 70  . 60
2 2
75000  46403,88252  530,33 l 2  l 2  53,92136  54 (mm)
b. untuk beban dinamis

F  F1  F2
 
 t . l1  t las t . l 2  g
b . t .  t plat  .  .  untuk l1 = b
2 cf 2 cf
12,7 . 75 70 12,5 . l 2 60
75 . 12,5 . 80  .  .
2 1,5 2 2,7
75000  30935,92168  196,64185503 l 2  l 2  224,0829  225 (mm)

2.9 Las pada beban aksial tidak simetri

Gambar 2.9 : Las dengan Beban Aksial Tak Simeteri

Pada kasus beban aksial tidak simetri tersebut, harus dicari titik beratnya.

La = panjang las pada bagian atas b = jarak plat bawah ke pusat berat (C.G)
Lb = panjang las pada bagian bawah F = beban aksial
L = panjang las total S = berat per satuan panjang
a = jarak puncak plat ke pusat berat (C.G)

15
Momen las atas terhadap pusat berat  La  s  a

Momen las bawah terhadap pusat berat  Lb  s  b

Jumlah momen terhadap pusat berat harus = 0

La  s  a  Lb  s  b  0

La  a  Lb  b …….1)

L  La  Lb …….2)

l b la
Dari persamaan 1) dan 2) didapat : La  dan Lb 
ab ab

Contoh :

Sebuah profil L ukuran 200 x 150 x 10 dilas pada suatu plat seperti pada gambar
Beban yang bekerja F = 20000 (N),
Hitung panjang las La dan Lb, apabila tegangan geser izin las pada beban statis =
75 (N/mm2)

Gambar 2.10 : Las Dengan Beban Aksial Tak Simetri

Penyelesaian:

profil L : 200x150x10 disambung dengan las

t = 10 (mm)
 g las = 75 (N/mm2)
F = 20000 (N)
16
La dan Lb dapat ditentukan seagai berikut :

t .l
l  l a  lb dan F  . g
2

F . 2 20000 . 2
l   37,712362  38 (mm)
t . g 10  75

l a  lb  38 (mm)

a dan b dapat dicari sebagai berikut:

cara : 1) b 
200  10  100  140  10  5  60,88 (mm)
200  10  140  10

2) b 
190  10  105  150  10  5  60,88 (mm)
190  10  150  10
a = 200 – 60,88 = 139,12 (mm)

l  b 38 x 60,88
la    11,5672  11,6 (mm) dan
ab 200
lb  l  l a  25,4 (mm)

2.10 Las dengan beban eksentrik

Pada kasus seperti gambar disamping


terjadi tegangan kombinasi
( geser dan bengkok )

 b maks 
1
2

b   b 2  4 g 2 
 g maks 
1
 b 2  4 g 2
2
Gambar 2.11 : Las Dengan
Beban Eksenrik (Kasus 1)
17
Kasus 1
Pada T.joint seperti pada gambar tersebut.
F  A  g
2t l
F  g
2
Momen tahanan  wb

t l2 t l2 F e3 2
wb   2  b 
2 6 3 2 t l2

b 
mb F  e F  e  3 2
   g maks 
1
 b 2  4 g 2
wb t  l 2 t l2 2
3 2
Kasus 2

e = Jarak beban eksentrik


kepusat berat (G)
F
 g1 
A
F
 g1 
t l
Gambar 2.12 : Las Dengan Beban 2
2
Eksentrik (Kasus 2)

Keterangan :
t l
Luas untuk tunggal  A 
2
2t l
Luas untuk ganda  A 
2
 g2 g
  C (konstan) ……….1)
2 r
 g 2 = Tegangan geser maksimum dengan jarak r2

18
 g = Tegangan geser maksimum pada jarak r
Gaya geser pada luasan kecil dA (Fg)
Fg   g  A
Momen terhadap titik G
dm   g  dA  r ………. 2)
Persamaan 1) dan 2) menjadi:
 g2
dm   dA  r 2
r2
Momen total
 g2  g2
M   dA  r 2   dA  r
2

r2 r2
Momen inersia polar terhadap titik G
 g2
M   IG
r2
IG = momen inersia polar terhadap titik G
M  r2 F  e  r2
 g2   Daftar IG  lihat tabel khurmi halaman 298
IG IG
Resultan tegangan pada A,

gA   g1 2   g 2 2  2   g1 g 2  cos  


 = sudut antara  g1 dan  g 2
r1
cos  
r2

19

Anda mungkin juga menyukai