TRANSFORMATOR
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari
satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian yang lain melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet.
Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan kedalam:
1. Transformator daya
2. Transformator distribusi
3. Transformator pengukuran: (a) transformator arus, (b) transformator tegangan.
4.1 Konstruksi Transformator
Umumnya konstruksi trafo daya secara singkat terdiri dari:
a. Inti yang terbuat dari lembaran-lembaran plat besi lunak atau baja silkon yang diklem menjadi
satu
b. Belitan dibuat dari tembaga yang cara melilitkannya pada inti dapat konsentris atau spiral
c. Sistem pendinginan
d. Bushing untuk menghubungkan rangkaian dalam trafo dengan rangkaian luar.
Berdasarkan letak kumparan terhadap inti, maka jenis transformator ini ada dua macam, yakni: 1.
Jenis inti ( Core type), bila kedudukan kumparan mengelilingi inti, lihat gambar-4.1a 1. Jenis
cangkang ( Shell type), bila kedudukan kumparan dikelilingi inti, lihat gambar-4.1b
Inti besi
Belitan TR
Belitan TT
Belitan TR
Belitan TT
Belitan TT
Belitan TT
Belitan TR
Belitan TR
Belitan TR
Belitan TR
Belitan TT
Belitan TT
(a) (b)
Gambar-4.1. Inti besi transformator
(a) Jenis Inti (Core type)
(b) Jenis Jangkang (Shell type)
DKE4 67
4.2. Prinsip kerja Transformator (tanpa beban)
Kerja transformator yang berdasarkan induksi-elektro magnet menghendaki adanya gandengan
magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan magnet ini berupa inti best
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V, yang
sinusoida, akan mengalir arus primer I0 yang juga sinusoida dan dengan memisalkan belitan N,
reaktif murni, I0 akan tertinggal 90° dari V, , lihat gambar 4.2.
Inti besi
V1 E1 N1 N2 E2 V2 I0
V1 E1
(a) (b)
` Gambar-4.2. Transformator Ideal tanpa beban
a). Rangkaiannya ; b). Vektor diagramnya
Arus primer I0 yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak dibebani, disebut arus-penguat
atau arus pemagnet. Arus primer I0 ini menimbulkan fluks Φ yang sefasa dengan I0 , lihat
gambar-4.2b dan fluks ini juga ber-bentuk sinusoida dan dinyatakan dalam bentuk: Φ =
Φmaks. sin ωt
Fluks yang sinusoida ini akan menimbulkan tegangan induksi e, (Hukum Faraday) Bila fluks
bersama ini dinyatakan dalam bentuk: Φ = Φmaks. sin ωt; maka
𝑑Φ
𝑒1 = −𝑁1 𝑑𝑥
𝑁1×2𝜋×𝑓×Φmaks.
Harga efektifnya 𝐸1 = = 4,44𝑁1 f Φ𝑚𝑎𝑘𝑠.
√2
atau
𝑬𝟏 = 𝟒, 𝟒𝟒 𝒇 𝑵𝟏 𝚽𝒎𝒂𝒌𝒔. = 𝟒, 𝟒𝟒 𝒇 𝑵𝟏 𝑩𝒎 𝑨 ……………… …………(4.1)
dimana
N, = jumlah belitan primer
Φ𝑚𝑎𝑘𝑠. = fluks maksimum pada inti dalam weber
= 𝐵𝑚 × 𝐴
Bm = rapat fluks dalam Weber/m2
A = luas penampang inti-besi dalam m2
f = frekwensi sumber
DKE4 68
𝑒2 = −𝑁2 𝜔Φ𝑚𝑎𝑘𝑠. cos 𝜔𝑡
𝑁2×2𝜋×𝑓×Φmaks.
Harga efektifnya 𝐸2 = = 4,44𝑁2 f Φ𝑚𝑎𝑘𝑠.
√2
atau
𝑬𝟐 = 𝟒, 𝟒𝟒 𝒇 𝑵𝟐 𝚽𝒎𝒂𝒌𝒔. = 𝟒, 𝟒𝟒 𝒇 𝑵𝟐 𝑩𝒎 𝑨 ……………………………(4.2)
𝐄𝟏 𝐍𝟏
= …………………………………………..(4.3)
𝐄𝟐 𝐍𝟐
Pada trafo ideal tanpa beban pers(4.1 & 4.2); V1 = E1 dan E2 = V2 (rugi-rugi diabaikan) maka didapat:
𝐄𝟏 𝐕 𝐍
= 𝐕𝟏 = 𝐍𝟏 = 𝒂 ........................................................................(4.4)
𝐄𝟐 𝟐 𝟐
dimana
a = perbandingan transformasi
Contoh-4.2. Suatu transformator fasa-tunggal, belitan primernya 400 belitan dan sekunder 1000
belitan. Penampang inti besi = 60 cm2. Bila primernya dihubungkan pada sumber yang
tegangannya 520-V, 50 Hz., hitunglah : (i) tegangan yang diinduksikan pada sekunder,.(ii)
kerapatan fluks maksimum pada inti,
𝐍 𝟒𝟎𝟎 𝐕 𝟓𝟐𝟎
Penyelesaian: (i) 𝑎 = 𝐍𝟏 = 𝟏𝟎𝟎𝟎 = 𝟎, 𝟒; 𝒂 = 𝐕𝟏 = 𝐄 → 𝐄𝟐 = 𝟏𝟑𝟎𝟎 𝐕.
𝟐 𝟐 𝟐
(ii) 𝐸1 = 𝟒, 𝟒𝟒 𝒇 𝑵𝟏 𝑩𝒎 𝑨
DKE4 69
I0
I0
I
V0 IR R0 I
V1
0 E1
IR
(a) (b)
Gambar-4.3. Transformator tanpa beban (rugi-rugi dperhitungkan)
a). Rangkaiannya; b). Vektor diagramnya
R1 X1 R2 X2
N2
I1 N1
V1 E1 E2 V2
DKE4 70
sisi primer perlu ditambah arus sebesar 𝐼2′ sehingga:
𝐍𝟏 𝐈𝟐′ = 𝐍𝟐 𝐈𝟐 …………………………………………..(4.5)
Ini dapat terjadi bila V, dianggap konstan.
N,I'2, menimbulkan fluks Φ1
N2I2 , menimbulkan fluks Φ2
Arus F2 berlawanan arah dengan I2 dan Φ1 = Φ2 yang nilainya sama dan berlawanan arah. Jadi bila
trafo dibebani arus primer mempunyai dua komponen. Arus total primer adalah penjumlahan
vektoris dari I0 dan 𝐼2′ .
Jadi:
𝐈𝟏 = 𝐈𝟎 + 𝐈𝟐′ …………………………………………(4.6)
lihat gambar-4.5. V1 V1
I1
V1
I2
I2
2 I2
2
E2 E2 E2
Pada gambar-4.5, terlihat diagram vektor trafo berbeban dimana a = l, sehingga I'2 = I2 dimana I'2 ber
lawanan arah dengan I2 . Pada gambar-4.5a, beban sekunder berupa tahanan murni (faktor-
daya=l), arus sekunder sefasa dengan E2 (dapat juga dikatakan sefasa dengan V2). Pada gambar-4.5b,
beban sekunder adalah induktif, dimana I2 mengikut terhadap E2 (JuEa ^2 ) dengan sudut 𝜑2 .
Arus penguat(pemagnet) I0 amat kecil dibandingkan dengan I'2 , sehingga I0 dapat diabaikan, sehingga
diagram vektornya seperti yang terlihat pada gambar-4.5c.
IR
Ringkasan :
I0
I1 I
I’2
N1I1 = N2I2
DKE4 71
Atau
𝐈𝟐′ 𝐈 𝐍 𝟏
= 𝐈𝟏𝟐 = 𝐍𝟏 = 𝐚 ..............................................................(4.7)
𝐈𝟐 𝟐
Jadi 𝐼1 sin 45𝑜 = 𝐼0 sin 𝜑0 + 𝐼2′ sin 36,87𝑜 Gambar-4.7. Diagram vektor arus
I0 sin 𝜑0 = 𝐼1 sin 45𝑜 − I2′ sin 36,87o soal no.4.4
= 25 × 0,707 − 20 × 0,6 = 5,6776 𝐴.
Komponen Y
𝐼1 → 𝐼1 cos 45𝑜 = 𝐼0 cos 𝜑0 + 𝐼2′ cos 36,87𝑜
I0 cos 𝜑0 = 𝐼1 cos 45𝑜 − I2′ cos 36,87o
= (25).(0,707) – (20).(0,8) = 1,6776 A
𝐼0 . cos 𝜑0 = 17,6776 − 16 = 1,6776 𝐴.
DKE4 72
Jadi 𝐼0 = 5,6776 + 𝑗1,6776 atau 𝐼0 = √5,67762 + 1,67762 = 5,92𝐴.
1,6776
𝜑0 = Tan -1 𝜑0 [ 5,675 ] = Tan-1 𝜑0 [0.295] = 16,46 0
Z1 Z2
I1 R1 X1 I’2 R2 X2
I2
I0
IR I
V1 R0 X0 E1 V2 Xb
E2
𝑉1 = 𝐸1 + 𝐼1 𝑅1 + 𝐼1 𝑋1 ……………………………………(4.10)
𝐸2 = 𝑉2 + 𝐼2 𝑅2 + 𝐼2 𝑋2 …………………………………….(4.11)
V1
I1X1
I1R1
-E1
I1
I’2
I0
I
I2 2
V2
I2R2
I2X2
E1
Untuk membuat perhitungan menjadi sederhana, rangkaian trafo pada gambar-4.8 harus dirubah
menjadi rangkaian ekivalen trafo, yaitu tegangan dan arus serta impedansi dari kedua sisi disatukan
DKE4 73
kesalah satu sisi, bisa ke sisi primer atau kesisi sekunder.
Bila rangkaian sekunder ditransfer ke sisi primer, maka nilai arus dan impedansinya berubah
menjadi:
(i) Tegangan induksi sekunder E2 ditransfer ke.primer menjadi E2 ‘= aE2
(ii) Tegangan terminal V2 ditransfer ke primer menjadi 𝑉2′ = 𝑎𝑉2
𝐼
(iii) Arus sekunder I2 ditransfer ke primer menjadi 𝐼2′ = 𝑎2
(iv) Untuk mentransfer impedansi sekunder ke primer , digunakan faktor pengali a2 menjadi Z2’ = a2Z2
R2 ditransfer ke primer menjadi 𝑅2′ = 𝑎2 𝑅2
X2 ditransfer ke primer menjadi 𝑋2′ = 𝑎2 𝑋2
Beban Zb ditransfer ke primer menjad𝑖 𝑍𝑏′ = 𝑎2 𝑍𝑏 ,
Rangkaian sirkit sekunder diperlihatkan pada gambar-4.10a dan rangkaian ekivalennya yang diacu
ke sisi primer seperti yang terlihat pada gambar-4.10b.
Perobahan nilai sekunder akibat ditransfer ke-sisi primer adalah sebagai berikut:
R2’ = a2R2 ; X2’ = a2X2 dan Z2' = R2’ + J X 2 ’ , Z2’= a2R2 + ja 2 X 2 ;
E2’ = aE2 dan V2’ = aV2
𝑰
𝑰′𝟐 = 𝒂𝟐 …………………………………………(4.12)
𝒁′𝟐 = 𝒂𝟐 𝒁𝟐
Harga tegangan, arus dan impedansi dari sisi sekunder yang telah ditransfer atau diacu ke-sisi
I2 R2 X2 I’2 a2 R2 a2 X2
(a) (b)
Gambar-4.10. Rangkaian sekunder di
- acu ke- primer
a). Rangkaian sekunder
b ). Rangkaian ekivalen sekunder
primer dengan menggunakan pers (4.12), sehingga rangkaian primer dan sekunder dari gambar-4.8
yang semula terpisah, dapat digabung menjadi satu rangkaian , dan ini merupakan rangkaian ekivalen
yang sebenarnya dari trafo, lihat gambar-4.11
Dengan rangkaian ekivalen yang sebenarnya ini, amat sulit untuk mengelesaikan persoalan trafo. Untuk
itu rangkaiannya disederhanakan, yaitu dengan memindahkan rangkaian arus pemagnitnya, seperti yang
terlihat pada gambar-4.12.
DKE4 74
I1 R1 X1 I’2 a2 R2 a2 X2
I0
IR I
Beban
V1 R0 X0 E’2 = E1 = aE2 V’2
I1 I’2
I1 R1 I’2 X1 a2 R2 a2 X2
I0
IR I
Beban
V1 R0 X0 E’2 = E 1 = aE2 V’2
I1 I’2
Selanjutnya tahanan dan reaktansi dari kedua kumparan dikumpulkan menjadi satu, seperti yang terlihat
pada gambar-4.13., dimana:
𝑅01 = 𝑅1 + 𝑎2 𝑅2 ...........................................................(4.13)
𝑋01 = 𝑋1 + 𝑎2 𝑋2 ..............................................................(4.14)
Penyerdehanaan lebih lanjut ialah dengan mengabaikan I0, sehingga hasilnya seperti yang terlihat pada
I1 R1 a2R2 X1 2
a X2 I1 R01 X01
I0 I’2
IR I
Beban
Beban
I1 I’2 I1
Dengan cara yang sama, rangkaian ekivalen trafo pada gambar-4.14, dapat juga di-acu ke-sisi
sekunder, dimana nilai tahanan, reaktansi dan impedansinya yang di-acu ke-sisi sekunder, adalah
sebagai berikut:
𝑅
𝑅02 = 𝑎12 + 𝑅2 …………..…………………………….(4.16)
DKE4 75
𝑋
𝑋02 = 𝑎12 + 𝑋2 ………………………..…………….…(4.17)
Rangkaian ekivalen trafo yang di-acu ke-sisi sekunder, dapat dilihat pada gambar-4.15.
R02 X02
Z02
R1 X1
I2 a2 R2 a2 a2X2 I2 R02 X02
I’2
Beban
Beban
V’1 V2 V’1 Zb V2
I2 I2
Contoh-4.5 Trafo 30 kVA, 2400/120-V,50Hz, tahanan belitan tegangan tingginya adalah 0,1Ω
reaktansi-bocornya 0,22Ω. Tahanan belitan tegangan rendahnya adalah 0,035 Ω dan reak-tansi-
bocornya adalah 0,012 Ω, . Tentukanlah tahanan, reaktansi dan impedansi ekivalen dari belitan nya.
Penyelesaian: a = 2400/120 = 20; Dari data tersebut diatas diketahui R1 = 0,1 Ω;
X1 = 0,22 Ω dan R2 = 0,035 Ω; X2 = 0,012 Ω
(i) Bila diacu ke sisi tegangan tinggi (primer):
nilai tahanan ekivalen dari belitan adalah:
𝑅01 = 𝑅1 + 𝑎2 𝑅2 = 0,1 + 202 × 0,035 = 0,1 + 14 = 14,1 dan
nilai reaktansi ekivalen dari belitan adalah:
𝑋01 = 𝑋1 + 𝑎2 𝑋2 = 0,22 + 202 × 0,012 = 0,22 + 4,8 = 5,02
𝑍01 = 𝑅01 + 𝑗𝑋01 = 14,1 + 𝑗5,02 → |𝑍01 | = √𝑅01 2 + 𝑋01 2 = √14,12 + 5,022 = 15 Ω
(ii) Bila diacu ke sisi tegangan rendah (sekunder) nilai tahanan ekivalen dari belitan adalah:
𝑅 0,1
𝑅02 = 𝑎12 + 𝑅2 = 202 + 0,035 = 0,00025 + 0,035 =0,03525Ω dan
𝑋 0,22
nilai reaktansi ekivalennya dari belitan adalah: 𝑋02 = 𝑎12 + 𝑋2 = + 0,012 = 0,00055 + 0,012 =
202
0,01255 Ω
𝑍02 = 𝑅02 + 𝑗𝑋02 = 0,03525 + 𝑗0,01255 → |𝑍02 | = √𝑅02 2 + 𝑋02 2 = √0,035252 + 0,012552 = 0,0374Ω
Contoh-4.6. Trafo 50 kVA, 4400/220-V; tahanan dan reaktansinya adalah sebagai berikut:
R1 = 3,45Ω ; X1 = 5,2 Ω ; R2 = 0,009 Ω ;X2 = 0,015 Ω. Hitunglah: (i) tahanan ekivalennya
yang diacu ke-primer, (ii) tahanan ekivalennya yang diacu ke-sekunder, (iii) reaktansi
ekivalennya yang diacu ke-primer dan sekunder,(iv) impedansi ekivalennya yang diacu ke-primer
dan sekunder (v) rugi total tembaga.
Penyelesaian: a = 4400/220 =20
DKE4 76
Arus beban penuh sisi primer = I1 = 50.000/4400 = 11,36 A.
Arus beban penuh sisi sekunder = I2 = 50.000/220 = 227 A.
(I) 𝑅01 = 𝑅1 + 𝑎2 𝑅2 = 3,45 + 202 × 0,009 = 3,45 + 3,6 = 7,05
𝑅 3,45
(ii) 𝑅02 = 𝑎12 + 𝑅2 = 202 + 0,009 = 0,0086 + 0,009 = 0,0176Ω
𝑋 5,2
(iii) 𝑋02 = 𝑎12 + 𝑋2 = 202 + 0,015 = 0,013 + 0,015 = 0,028Ω
(iv) 𝑍01 = 𝑅01 + 𝑋01 = 7,05 + 𝑗11,2 → |𝑍01 | = √7,052 + 11,22 =13,23 Ω
𝑍02 = 𝑅02 + 𝑋02 = 0,0176 + 𝑗0,028 → |𝑍02 | = √0,01762 + 0,0282 = 0,033 Ω
(v) Rugi total tembaga = 𝐼12 𝑅1 + 𝐼22 𝑅2 = 11,362 × 3,45 + 2272 × 0,009 = 910 W
Rugi total tembaga dapat juga dihitung dana tahanan ekivalennya:
𝐼12 𝑅01 = 11,362 × 7,05 =910 W atau
𝐼22 𝑅02 = 2272 × 0,0176 = 910 𝑊.
DKE4 77
I0
W A I0
N1
I
E1 E2 V2
V0 V
N2
V0 0 E1
IR
(a) (b)
Gambar-4.17. Rangkaian pengkuran beban nol dari trafo
(a) Rangkaiannya; (b) vektor diagramnya
Ihs
W A
N1
E1 E2
Vhs V
N2
DKE4 78
(ii) Keadaan berbeban = tegangan terminal beban penuh 𝑉2 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ .
I2 R02 X02
V’1 V2
|𝐄𝟐 |−|𝐕𝟐 |
𝛆(%) = |𝐄𝟐 |
× 𝟏𝟎𝟎% ………………………………………(4.20)
atau
|𝐕𝟏′ |−|𝐕𝟐 |
𝛆(%) = |𝐕𝟏′ |
× 𝟏𝟎𝟎% ……………………………………….(4.21)
E2
V’ 1 = d
o
V2 a b c e
IR
I 2 R02 cos 2 f I 2 X 02 sin 2
IX V
I
Gambar-4.20. Pasor diagram dari gambar-4.19
DKE4 79
sedangkan
⃗⃗⃗⃗ = 𝒅𝒇
𝒃𝒄 ⃗⃗⃗⃗⃗ 𝐬𝐢𝐧 𝝋 ………………….…………………………..(4.25)
Atau
⃗⃗⃗⃗
𝒃𝒄 = 𝑰𝟐 𝑿𝟎𝟐 𝐬𝐢𝐧 𝝋 .................................................................................(4.26)
|𝐕𝟏′ |−|𝐕𝟐 |
𝛆(%) = |𝐕𝟏′ |
× 𝟏𝟎𝟎% ……………………..………………(4.21)
Atau
𝚫𝐕
𝛆(%) = |𝐕 ′ | × 𝟏𝟎𝟎% ………………………………………...(4.29)
𝟏
𝑰𝟐 𝑹𝟎𝟐 𝑰𝟐 𝑿𝟎𝟐
𝛆(%) ≅ ( × 𝟏𝟎𝟎%) 𝐜𝐨𝐬 𝛗 ± ( × 𝟏𝟎𝟎%) 𝐬𝐢𝐧 𝛗 ………………….(4.31)
𝐄𝟐 𝐄𝟐
Bila
𝑰𝟐 𝑹𝟎𝟐
𝜀𝑟 = ( × 𝟏𝟎𝟎%) = kerugian tegangan ohm dalam %; dan
𝐄𝟐
𝑰𝟐 𝑿𝟎𝟐
𝜀𝑥 = ( × 𝟏𝟎𝟎%) = kerugian tegangan reaktif dalam %; sehingga pers(4.31) dapat ditulis dalam
𝐄𝟐
bentuk:
𝛆(%) ≅ 𝛆𝐫 𝐜𝐨𝐬 𝛗 ± 𝛆𝐱 𝐬𝐢𝐧 𝛗 ……………………………...…….(4.32)
Tanda plus untuk beban induktif, tanda minus untuk beban kapasitif.
Untuk lebih teliti pengaturan-tegangan dapat dinyatakan oleh pers:
𝟏
𝛆(%) ≅ 𝛆𝐫 𝐜𝐨𝐬 𝛗 ± 𝛆𝐱 𝐬𝐢𝐧 𝛗 + 𝟐𝟎𝟎 (𝛆𝐫 𝐜𝐨𝐬 𝛗 ∓ 𝛆𝐱 𝐬𝐢𝐧 𝛗 )𝟐 ………..……….(4.33)
DKE4 80
Contoh-4.7. Trafo fasa-tunggal 200/400-V, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:
- Pengukuran beban nol : 200 V ; 0,7 A ; 70 w pada sisi tegangan rendah.
- Pengukuran hubung singkat : 1 5 V ; 10A; 8 5w pada sisi tegangan tinggi.
(i) Tentukanlah parameter trafo ini.
(ii) Tentukan tegangan terminal sekundernya, bila memasok beban sebesar 5 kW pada
faktor-daya 0,8 tertinggal, sedangkan tegangan primernya tetap 200 V.
Penyelesaian:Dari pengukuran beban nol (perhatikan gambar-4.17) didapat:
𝑊0 70
𝑊0 = 𝑉0 𝐼0 cos 𝜑0 → cos 𝜑0 = = = 0,5 → sin 𝜑0 = 0,866
𝑉0 𝐼0 200 × 0,7
𝑉 200
𝐼𝑅 = 𝐼0 cos 𝜑0 = 0,7 × 0,5 = 0,35 𝐴.; 𝑅0 = 𝐼 0 Ω = 0,35 = 571,4Ω
𝑅
𝑉 200
𝐼𝜙 = 𝐼0 sin 𝜑0 = 0,7 × 0,866 = 0,606 𝐴. 𝑋0 = 𝐼 0 Ω = 0,606 = 330Ω
𝜙
Pengukuran hubung-singkat
Perlu dicatat pada pengukuran hubung-singkat ini, peralatan ukurnya ditempatkan di rangkaian
sekunder,yaitu disisi belitan tegangan tinggi, dimana belitan tegangan rendahnya yaitu sisi
primer dihubung singkat, lihat gambar-4.21.
Jadi, hasil pengukuran yang diperoleh adalah besaran yang diacu ke sisi sekunder atau sisi TT..
Jadi
𝑉 15
𝑍02 = 𝐼 ℎ𝑠 = 10 = 1,5Ω
ℎ𝑠
Bila di-acu kesisi primer,Z02 menjadi Z01 = a2Z02 , jadi Z01 = 0,52 x 1,5 = 0,375 Ω
2 𝑊 85
Daya hubung singkat = 𝑊ℎ𝑠 = 𝐼ℎ𝑠 𝑅02 → 𝑅02 = 𝐼2ℎ𝑠 Ω = 102 = 0,85Ω
ℎ𝑠
R01 = a2R02 = 0,52 x 0,85 = 0,21 Ω
2 2
𝑋02 = √𝑍02 − 𝑅02 = √1,52 − 0,852 = 1,236Ω
X01 = a X02 = 0,52x1,236 =
2
Primer
Sekunder
400-V
0,309 Ω 200-V
A W
5000 = (400) I2 (0,8)
5000 N1
I2 = (400)(0,8) = 15,625 A; E1 E2 V Vhs
N2
5.000
𝐼1 = = 31,25 𝐴.
0,8 × 200
Gambar-4.21. Rangkaian pengkuran hubung-singkat, soal-4.7
Perhatikan gambar-4.22,
berlaku hubungan : I2
𝐸2 = ⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗ 𝑉1′ = ⃗⃗⃗
𝑉2 + ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐼2 𝑅2 + 𝐼⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
2 𝑋2
R02 = 0,85 ohm X02 =1,236 ohm
⃗⃗⃗⃗′
𝑉1 = 𝐸2 = tegangan tanpa V’1 = 400 V V2
beban I2 = 15,6A
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
400 = ⃗⃗⃗ 𝑉2 + ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐼2 𝑅2 + ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐼2 𝑋2 . Gambar-4.22. Rangkaian ekivalen trafo yang
Jadi : di-acu ke-sekunder, soal-4.7
V2 = 400 − 𝐼2 (𝑅02 + 𝑗𝑋02 )
𝑉2 = 400 − 15,625(0,85 + 𝑗1,236)
DKE4 81
V2 = 400 – 13,28 – j19,3125 = 386,72 – j19,3125
Jadi |𝑉2 | = √386,722 + (−19,3125)2 = 387,2 Volt
Dengan mengunakan pers (3.21) pada rangkaian ekivalen trafo yang di-acu ke-sekunder
gambar-4.22, dapat dihitung ∆𝑉.
∆𝑉 ≅ 𝑰𝟐 𝑹𝟎𝟐 𝐜𝐨𝐬 𝝋 + 𝑰𝟐 𝑿𝟎𝟐 𝐬𝐢𝐧 𝝋
≅ (15,625 × 0,85 × 0,8) + (15,625 × 1,236 × 0,6) = 22,2125 𝑉.
Contoh no.4.8. Suatu trafo 230/460V, tahanan belitan primernya 0,2 ohm dan reaktansinya 0,5 ohm.
Tahanan sekundernya 0,75 ohm dan reaktansinya 1,8 ohm. Tentukanlah tegangan terminal sekunder bila
memasok beban sebesar 10 A. pada faktor-daya 0,8 tertinggal.
Penyelesaian: a = 230/460 = 0,5
𝑅 0,2
𝑅02 = 𝑎12 + 𝑅2 = 0,52 + 0,75 = 1,5Ω
𝑋 0,5
𝑋02 = 𝑎12 + 𝑋2 = 0,52 + 1,8 = 3,8Ω
Sesuai dengan pers(4.27):
Jatuh tegangan :
∆𝑉 ≅ 𝐼2 𝑅02 cos 𝜑 + 𝐼2 𝑋02 sin 𝜑 = (10 × 1,5 × 0,8) + (10 × 3,8 × 0,6) = 35,2 𝑉 .
Jadi tegangan terminal sekunder = 460-35,2 = 424,8 V.
Contoh no.4.9. Suatu trafo 100 kVA ; belitan primernya 400 lilitan dan belitan sekundernya 80 lilitan.
Tahanan belitan primer dan sekunder masing-masing adalah 0,3Ω dan 0,01Ω , sedangkan
reaktansi primer dan sekunder masing-masing adalah 1,1Ω dan 0,035Ω . Tegangan catunya 2200
V. Hitunglah (i) impedansi ekivalennya yang diacu ke primer;
(ii) pengaturan tegangan dan tegangan terminal sekunder pada beban penuh dan pada
faktor-daya 0,8 mendahului.
Penyelesaian: a = 400/80 = 5; R1= 0,3 Ω, 𝑅01 = 𝑅1 + 𝑎2 𝑅2 = 0,3 + 52 × 0,01 = 0,55 ;
𝐸
𝑋01 = 𝑋1 + 𝑎2 𝑋2 = 1,1 + 52 × 0,035 = 1,975 . Selanjutnya = 𝐸1 ; dimana E1 = 2200 V , maka
2
2200
tegangan sekunder pada beban nol = 𝐸2 = = 440 𝑉
5
100×103
Arus beban penuh sekunder 𝐼2 = =227,3 A.
440
𝑅01 0,55
Nilai tahanan yang di-acu ke- sekunder 𝑅02 = + R2 = + 0,01 = 0,032 .
𝑎2 52
𝑥01 1,975
Reaktansi di-acu ke-sekunder X02 = 𝑎2 + 𝑋2 = 52 + 0,035 = 0,114
Jatuh tegangan pada beban penuh bila di-acu ke sekunder = ∆𝑉 ≅ 𝐼2 𝑅02 cos 𝜑 − 𝐼2 𝑋02 sin 𝜑
227,3 × 0,032 × 0,8 − 227,3 × 0,114 × 0,6 = −9,7285 𝑉.
∆𝑉 −9,7285𝑉
Pengaturan tegangan dalam % = 𝐸 × 100% = 440 𝑉 × 100% = −2,211%
2
Tegangan terminal sekunder pada beban penuh = 440 - (-0,02211) = 400,02211 V
Contoh no.4.10. Hitunglah pengaturan tegangan dari trafo yang mempunyai kerugian tegangan ohm
dalam % sebesar 1,0% dan kerugian tegangan reaktif = 5,0%, bila faktor dayanya adalah (a) 0,8
tertinggal; (b) faktor-daya = 1,0, (c) faktor-daya 0,8 mendahului.
DKE4 82
Penyelesaian: Sesuai dengan pers.(13) pengaturan tegangan adalah
ε(%) ≅ εr cos φ ± εx sin φ
(a) Faktor-daya 0,8 tertinggal → ε(%) ≅ εr cos φ + εx sin φ = 1,0 × 0,8 + 5,0 × 0,6 = 3,8 %
(b) Faktor-daya =1; → ε(%) = 1,0 x 1 + 5,0 x 0 = 1 %
(c) Faktor-daya = 0,8 mendahului → ε(%) ≅ εr cos φ − εx sin φ = 1,0 × 0,8 − 5,0 × 0,6 = - 2,2
%
Masukan Keluaran
Rugi-rugi
(Rugi tembaga +rugi besi
𝑉2 𝐼2 cos 𝜑2
𝜼= × 𝟏𝟎𝟎%
𝑉2 𝐼2cos 𝜑2 +𝐼22 𝑅02+𝑃𝑏
DKE4 83
𝜼𝑚𝑎𝑘𝑠. , akan terjadi bila:
𝑃𝑏
(𝐼2 𝑅02 + ) nilainya minimum
𝐼2
𝑃
𝑑(𝐼2 𝑅02 + 𝑏 )
𝐼2
Ini terjadi bila =0
𝑑𝐼2
𝑃𝑏
𝑅02 − =0
𝐼22
atau 𝐼22 𝑅02 = 𝑃𝑏 ; dengan kata lain effisiensi maksimum terjadi bila:
Rugi-tembaga = Rugi-besi
Jadi 𝜼 pada factor-daya tertentu akan maksimum pada beban, dimana Pcu = Pb. Pada gambar-4.23
diperlihatkan kondisi untuk effisiensi maksimum.
Yang menjadi masalah sekarang adalah pada beban berapa effisiensi maksimum itu terjadi. Misalkan
𝜼𝑚𝑎𝑘𝑠. terjadi pada X bagian dari daya nominal trafo yang bersangkutan. Bila nilai rugi tembaga pada beban-
penuh = Pcubp , maka rugi rugi tembaga pada pembebanan X bagian dari kVA nominalnya adalah X2Pcubp
watt.
Syarat 𝜼𝑚𝑎𝑘𝑠. adalah rugi-tembaga pada beban X = Rugi-besi
Jadi X2 . Pcu bp = Pb
effisiensi
Rugi
(W) Faktor-daya=1,0
Faktor-daya=0,8
Rugi-besi
Rugi-tembaga
Arus beban
Gambar-4.23. Kondisi pembebanan untuk
effisiensi maksimum
atau
𝐏𝐛
𝐗=√ bagian kVA nominal trafo yang bersangkutan ………………(4.36)
𝐏𝐜𝐮.𝐛𝐩
Contoh-4.11. 100 kVA,trafo fasa-tunggal, rugi besinya = 1 kW. dan rugi tembaga pada arus
nominalnya =1,5 kW. Hitunglah pada beban berapa dalam kVA terjadi effisiensi maksimum dan berapa
DKE4 84
nilai effisiensinya (i) pada faktor-daya =1,0 (ii) pada faktor-daya = 0,8 tertinggal.
Penyelesaian:Pcu beban penuh =1,5 kw. Pb = 1 kw.
𝐏𝐛
Besar beban dalam kVA saat effisiensi maksimum = √𝐏 × Daya nominal trafo =
𝐜𝐮.𝐛𝐩
𝟏
= √𝟏,𝟓 × 𝟏𝟎𝟎 𝒌𝑽𝑨 = 𝟖𝟐, 𝟑kVA
Hitunglah:
(a) Pengaturan tegangan dalam % bila mencatu beban penuh pada faktor-daya 0,8 mendahului.
(b) Effisiensi (i) pada setengah beban-penuh; pada faktor-daya =1,0
(ii) pada beban-penuh; pada faktor-daya =0,8 tertinggal,
(c) Pada beban berapa effisiensi maksimum terjadi ?.
Berapa nilainya untuk faktor-dayanya = 1 ,0
Penyelesaian:
(a) Pengaturan tegangan dalam % bila mencatu beban penuh pada faktor-daya 0,8 mendahului, Dari data
hubung-singkat pengukuran berada pada sisi TT (400- V) atau sisi sekunder, dari HS didapat: 𝑍02 =
𝑉ℎ𝑠 22
𝐼
= 30
= 0,73333Ω
ℎ𝑠
2 200
Whs = 𝐼ℎ𝑠 𝑅02 = 200 𝑊 → 𝑅02 = = 0,2222 Ω
302
2 2
𝑋02 = √𝑍02 − 𝑅02 = √0,73332 − 0,22222 = 0,6988 Ω
Jadi,
𝑍02 = 𝑅02 + 𝑗𝑋02 = (0,2222 + 𝑗0,6988)Ω
Rangkaian ekivalen trafo yang di-acu kesekunder dapat dilihat pada gambar-4.24
10.000
Arus beban penuh sekunder 𝐼2𝑏𝑝 = = 25 𝐴.
400
Untuk faktor-daya = 0,8 mendahului R02 = 0,2222 X02 = 0,6988
I2
∆𝑉 ≅ 𝑰𝟐 𝑹𝟎𝟐 𝐜𝐨𝐬 𝝋 − 𝑰𝟐 𝑿𝟎𝟐 𝐬𝐢𝐧 𝝋
V’1 = 400 V V2
= 25 × 0,2222 × 0,8 − 25 × 0,6988 × 0,6 =
4,44 − 10,47 = −𝟔, 𝟎𝟑 𝐕 I2
DKE4 85
faktor-daya 0,8 mendahului adalah:
𝚫𝐕 ∆𝐕 −𝟔,𝟎𝟑
𝛆(%) = |𝐕 ′ | × 𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟎𝟎 𝐕 × 𝟏𝟎𝟎 = × 𝟏𝟎𝟎% = −𝟏, 𝟓𝟎%
𝟏 𝟒𝟎𝟎
Jadi effisiensi terjadi pada pembebanan 0,925 x 10 kVA = 9,25 kVA Effisiensi maksimum pada
faktor-daya =1,0 Keluaran = 9,25 x 1,0 = 9,25 kW = 9250 w. Rugi tembaga = Rugi besi (syarat
untuk effisiensi maksimum)
9250
𝜼𝑚𝑎𝑘𝑠. = 9250+120+140 × 100% = 𝟗𝟔, 𝟕𝟓%,
Contoh-4.13. Trafo fasa-tunggal 20 kVA, 440/220-V, 50 Hz, rugi besinya = 324 W. Rugi
tembaganya = 100 W pada setengah beban penuh. Tentukanlah : (i) effisiensinya bila memasok
arus beban penuh pada factor-daya 0,8 tertinggal dan (ii) pada beban berapa effsiensi maksimum
terjadi ?.
Penyelesaian : Rugi tembaga pada setengah beban penuh = 100 W ; maka rugi tembaga pada
2 2
beban-penuh = (1) × 100 = 400 𝑊. Rugi besi = 324 W. Jadi rugi total = 400+324 = 724 W =
0,724 kW.
20×0,8
(i) Effisiensi pada beban penuh = 𝜼𝑏𝑝 = (20×0,8)+0,724 × 100% = 95,67%
𝐏𝐛 𝟑𝟐𝟒
(ii) Effisiensi maksimum terjadi pada beban = 𝟐𝟎 𝐤𝐕𝐀 × √𝐏 = 𝟐𝟎 × √𝟒𝟎𝟎 = 𝟐𝟎 × 𝟎, 𝟗 =
𝐜𝐮.𝐛𝐩
𝟏𝟖 𝐤𝐕𝐀.
DKE4 86
Contoh-4.14. Trafo fasa-tunggal 4 kVA, 200/400-V, 50 Hz. Hasil pengukuran adalah sebagai
berikut:
Percobaan beban nol 200-V 0,8 A 70 W Pada sisi TR
Percobaan hubung-singkat 17,5 V 9A 50 W Pada sisi TT
Hitunglah : (a) effisiensi pada beban penuh pada (i) faktor-daya satu, (ii) faktor-daya 0,8
(b) tegangan terminal sekunder bila dibebani arus sekunder beban penuh pada
(i) faktor-daya satu, (ii) faktor-daya 0,8 mendahului.
Penyelesaian: Dan pengukuran beban nol didapat rugi besi = Pbj = 70 w.
Arus sekunder beban penuh = I2 beban-penuh = 4.000/400 = 10 A. Dari pengukuran hubung-singkat
didapat rugi tembaga = 50 w. pada arus Ihs = I2 = 9 A
10 2
Jadi rugi tembaga pada beban penuh 𝑃𝑐𝑢,𝑏𝑝 = ( ) × 50 𝑊 = 62 𝑊.
9
2 2
𝑋02 = √𝑍02 − 𝑅02 = √1,942 − 0,622 = 1,838 Ω
(a) (i) Effisiensi pada beban penuh = 𝜼𝑏𝑝 ; cos 𝜑 = 1,0
Keluaran = 4 x 1,0 = 4 kW. ; jumlah rugi-rugi = Pbj + Pcu = 70 + 62 = 132 W = 0,132 kW.
4
Jadi 𝜼𝑏𝑝 = 4+0,132 × 100% = 96,8%
(b) (i) Tegangan terminal sekunder beban penuh, pada cos 𝜑 = 1,0
∆𝑉 ≅ 𝐼2 𝑅02 cos 𝜑 + 𝐼2 𝑋02 sin 𝜑 = (10 × 0,62 × 1,0) + (10 × 1,838 × 0) = 6,2 𝑉.
∆𝑉 ≅ 𝐼2 𝑅02 cos 𝜑 + 𝐼2 𝑋02 sin 𝜑 = (10 × 0,62 × 0,8) − (10 × 1,838 × 0,6) = −6,068 𝑉.
Jadi tegangan terminal sekunder beban penuh 400 - (- 6,068) = 406,068 V
DKE4 87
𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 (𝑘𝑤ℎ )𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖
𝜂ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 = × 100 %
𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 (𝑘𝑤ℎ )𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖
96 𝑘𝑊ℎ
𝜂ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 = × 100 %
(96 + 1,2)𝑘𝑊ℎ
= 98,76 %
DKE4 88
Inti besi
Primer
Sekunder
B2 B1
Y 9 C1 A1 3 S 0o
B1
C2
8 B2 4 C2 C1
T
7 5
Primer
6
Hubungan belitan sekunder trafo-arus
11 12 1
c1 a2 A2 A1
10 2 r
a2 a1
c2 B2 B1
d5 9 3 s 5 30 o
b1
b2 b1
8 4 C2 C1
a1 t
b2 c1
7 5 c2
6
11 12 1
b1
a2 A2 A1
10 2 r
a2 a1
b2 B2 B1
d7 9 c1 3 s 7 30 o
b2 b1
8 4 C2 C1
a1 t
c2 c2 c1
7 5
6
11 12 1
c1 a2 A2 A1
r R
10 2
a2 a1
c2 B2 B1
d1 9 3 s S 1 30 o
b1
b2 b1
8 4 C2 C1
t T
a1
b2 c2 c1
7 5
6
b2
11 12 1
b1
a2 A2 A1
r R
10 2
a2 a1
b2 B2 B1
d11 9 c1 3 s S
b2 b1 11 30 o
8 4 C2 C1
a1 t T
c2
7 5
6
DKE4 89
Vektor Transformator fasa tiga
Perhitungan menurut Jam trafo untuk Trafo fasa tiga, adalah sebagai berikut :
Contoh-4.16. Trafo 3-fasa belitan primer mempunyai 420 lilitan dan sekundernya 36 lilitan. Tegangan
pasok 3300 V. Tentukanlah tegangan jala- jala sekundernya, bila belitan-belitannya dihubungkan (a)
bintang-delta dan (b) delta- bintang.
Penyelesaian:
(a) Tegangan fase primer gambar-4.27a,
3300 𝐸1 420 𝐸1
𝐸1 = = 1908 𝑉; = = 𝑎 → 𝐸2 =
√3 𝐸2 36 𝑎
𝐸1 1908
Jadi tegangan fase sekunder = 𝐸2 = 𝑎 = 420/36 = 163,5 𝑉
N1 = 420 a=420/36=70/6
3300
V
3300-V 3 N2 = 36
V2
(a)
Vf
3300-V V2
(b)
Gambar-4.27. Trafo fasa-tiga hubungan (a)bintang/delta dan (b) delta/bintang
𝐸1 𝐸1 3300
(b) Tegangan fase primer = 3300 V, gambar-4.27b. E1 = 3300V; = 𝑎 → 𝐸2 = = 420/36 =
𝐸2 𝑎
283𝑉.
Jnadi tegangan fase sekunder =√3 × 283 𝑉 = 400 𝑉.
DKE4 90
Oleh karena sisi sekunder hubungan bintang, maka arus fasa = arus jala (𝐼𝑓2 = 𝐼𝐽
Keluaran dari ransformator ini = √3𝑉𝐽 𝐼𝐽 = √3 × 400 × 250 × 0,8 = 138.564 𝑊 =
138,564 𝑘𝑊.
200
𝜂1/2𝑏𝑝 = × 100% = 98,77%
200 + 1,1 + 1.375,25
2. 100 kVA transformator fasa-tiga , 50 Hz, 3.300/400-V , sisi TM hubungan delta sedangkan sisi
TR hubungan bintang. Tahanan belitan TM sebesar 3,5Ω per fasa dan tahanan belitan TR 0,02 Ω
DKE4 91
per fasa. Hitunglah rugi besi dari transformator ini ada tegangan dan frekuensi normal, bila
effisiensi pada beban penuh adalah 95,8% pada faktor-daya 0,8 tertinggal.
[1195 W]
3. Suatu transformator fasa-tiga 2 MVA, 33/6,6-kV, 50 Hz, tahanan belitan primer adalah 8 Ω per
fasa dan tahanan belitan sekunder 0,08 Ω per fasa. Prosentase impedansinya adalah 7%.
Hitunglah Tegangan sekunder beban pada tegangan nominal primer dan pengaturan tegangan
pada beban penuh dengan factor-daya 0,75 tertinggal.
[6250 V; 5,23%]
4.14. Auto-Transformator
Auto transformator adalah trafo yang sebagian dari belitannya berupa sirkit primer dan sebagian
lagi sebagai sirkit sekunder, lihat gambar-4.26, belitan AB disadap pada titik C. Beban
dihubungkan pada terminal CB dan tegangan pasok pada AB.
V1 dan V2 = masing-masing adalah tegangan primer dan sekunder
I1 dan I2 = masing-masing adalah arus primer dan sekunder
I1 A
(N1 -N2)
(V1-V2)
I2
V1 N1 C
Beban
I2-I1 V2
N2
I1 B
I2
Gambar-4.26 Rangkaian ekivalen
Autotransformator
DKE4 92
Perbandingan daya yang ditransformasi terhadap daya total yang dipasok =
1
𝑉2 𝐼2 (1− ) 1
𝑎
= 1−𝑎
𝑉2 𝐼2
1 𝑉2 𝐼2 1
𝑉2 𝐼2 − 𝑉2 𝐼2 (1 − ) = = × 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛
𝑎 𝑎 𝑎
Contoh-4.16. Tegangan primer dan sekunder dari suatu auto- transformator masing-masing
adalah 500 V dan 400 V. Perlihatkan dengan bantuan gambar distribusi arus pada belitan bila
arus sekunder sebesar 100 A.
Penyelesaian: Sirkit dari auto-traformator ini diperlihatkan pada gambar 4.27 a=
𝐼 100
500/400 =5/4; Jadi 𝐼1 = 𝑎2 = 5/4 = 80 A
4.15. Soal-soal
1. Jumlah belitan primer dan sekunder dari suatu trafo fasa-tunggal masing-masing adalah 350
dan 38. Bila belitan primer dihubungkan pada sumber yang bertegangan 2,2-kV, 50 Hz.,
tentukanlah:
(a) Tegangan sekunder tanpa beban
(b) Arus primer, (i) bila arus sekunder sebesar 200 A pada faktor-daya 0,8 tertinggal, (ii) bila
arus beban nol 5A pada faktor-daya 0,2 tertinggal.
2. Trafo fasa-tunggal 400/200 V memasok beban sebesar 25 A pada faktor-daya 0,866 . Pada
keadaan tanpa beban, arus dan faktor-dayanya masing-masing adalah 2 A dan 0,208. Hitunglah
arus yang diambil dari sumber (13,9 A tertinggal
terhadap V,36,1o)
3. Suatu trafo fasa-tunggal, pada beban nol mengambil arus sebesar 10 A pada faktor-daya 0,1.
Perbandingan belitannya adalah 4:1. Bila beban pada sekundernya sebesar 200 A pada faktor-
daya 0,8 , tentukanlah arus primer dan faktor-daya . (jatuh tegangan pada trafo diabaikan).
(57,2A; 0,717tertinggal)
4.Hasil pengukuran hubung-singkat dari suatu trafo fasa-tunggal, dimana belitan primernya
dihubung-singkat dan tegangan yang ditrapkan pada sekunder adalah 30 V, dan pada kw-meter
nya terbaca 60 w. dan arusnya 10 A . Tegangan pasok normalnya adalah 200 V, perbandingan
transfomasinya 1:2 dan arus beban penuh sekunder adalah 10 A., hitunglah tegangan terminal
sekundernya pada beban penuh pada (a) faktor-daya= 1,0 ; (b) faktor-daya=0,8 tertinggal.
(394 V; 377,6V)
5. Tentukanlah parameter dari trafo fasa-tunggal 3 000/400-V dan gambar ekivalen sirkitnya,
bila hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:
Masukkan pada belitan tegangan tinggi bila sirkit belitan tegangan rendahnya terbuka: 3000 V;
0,5 A ; 500 w. (pengukuran beban nol)
DKE4 93
Masukkan pada belitan tegangan rendah, bila belitan tegangan tinggi dihubung-singkat: 11 V;
100 A; 500 w.(pengukuran hubung singkat)
(R0 = 18.000, X0 = 6.360, ROI = 2,81, X01 = 5,51)
6. Suatu trafo 200-kVA effisiensinya adalah 98% pada beban penuh, Bila effisiensi maksimum
nya terjadi pada 3/4 beban penuh, hitunglah (a) rugi besi (b) rugi tembaga padabeban penuh (c)
effisiensi pada setengah beban-penuh. Abaikan arus magnetisasi dan misalkan faktor kerja
untuk semua beban adalah 0,8A. (1,777 kW (b) 2,09 kW (c) 97,92%)
7. 100 kVA trafo fasa-tunggal, 500/250-V, 50 Hz., rugi besinya = 600 W. dan rugi tembaga pada
beban penuh =1,5 kW.Hitunglah effisiensinya pada (a) keluaran 100 kVA faktor-daya 0,8
tertinggal (b) keluaran 50 kVA faktor-daya =1,0. [(a) 97,44% (b) 98,09%]
9. Trafo 200 kVA effisiensinya 98% pada beban penuh. Bila effisiensi maksirnumnya terjadi
pada tiga per empat beban penuhnya, hitunglah (a) rugi besi (b) Rugi tembaga pada beban penuh
(c) effisiensi pada setengan beban-penuh. Ambaikan arus pemagnit dan dimisalkan faktor daya
semua beban adalah 0,8 [(a) 1, 777 kW (b) 2, 09 kW
(c)97,92%]
10. Rugi tembaga pada beban penuh dan rugi besi dari suatu trafo adalah masing-masing 920 w
dan 430 w. (i) Hitunglah pada beban berapa terjadi effisiensi maksimum (ii) berapa besar rugi-
ruginya pada 0,85 dari beban penuh, bila rugi total pada beban penuh tidak berubah ?
[(i) 68,4% (ii) Pbesi = 565 w; Pra = 785 w]
1 1 . Pada beban penuh rugi tembaga dan rugi besi dari trafo 100 kVA adalah seharga dengan 2,5
kw. Tentukanlah effisiensi pada beban 65 kVA pada faktor-daya 0,8. [93,58%]
12. Suatu trafo bila dibebani beban penuh , rugi tembaganya 1,7% dan tahanan nya 3,8%.
Hitunglah pengaturan tegangan pada beban penuh (i) pada faktor daya = l,0;(ii) pada faktor daya
0,8 tertinggal (lagging); (iii) pada faktor daya 0,8 mendahului (leading). [(i)
1,77% (ii) 3,7% (iii) -0,86%]
13. Suatu trafo fasa tunggal 1 1.000/230- V, 150 kVA, 50 Hz., rugi besinya sebesar 1,4 kw dan
rugi tembaga pada beban penuh sebesar 1 ,6 kw. Tentukanlah (a) pada beban berapa dalam kVA
terjadi effisiensi maksimum (b) effisiensi pada setengah-beban penuh pada faktor daya 0,8
tertinggal. [1 40,33 kVA, 97%]
14 Suatu trafo fasa-tuggal 4 kVA, 200/400 V memasok beban penuh pada faktor daya 0,8
tertinggal. Hasil percobaan beban nol dan hubung singkat dari trafo ini adalah sebagai berikut:
Percobaan beban nol : 200 V, 0,8 A 70 W (sisi TR)
DKE4 94
Percobaan hubung singkat: 20 V, 10 A 60 W (sisi TT)
Hitunglah effisiensi dan tegangan terminal sekunder pada beban tersebut diatas.
Hitung berapa besar beban pada faktor daya satu untuk effisiensi maksimum.
/TI =96%; V2 = 383,8 V; beban = 4,32 kw]
15. Suatu trafo fasa-tuggal 25- kVA, 2000/200 V; rugi besinya 350 w dan rugi tembaga pada
beban penuh 400 w. Hitunglah effisiensi pada faktor daya =1,0 pada (i) beban penuh (ii) setengan
beban penuh.
[𝜂 = 96%; 𝜂1/2𝑏𝑝 = 94,3%]
16 Suatu trafo fasa-tunggal, 30-kVA, 3000/1 10-V hasil percobaan beban nol dan hubung singkat
dari trafo ini adalah sebagai berikut:
Percobaan beban nol : 3000 V, 0,5 A 350W
Percobaan hubung singkat : 150V, 10A 500 W
Hitunglah effisiensi trafo pada (a) beban penuh, faktor daya 0,8 ; (b) setengah beban penuh pada
fakor daya =1,0. Juga hitung pada beban berapa dalam kVA effisiensi maksimum terjadi ?.
[96,58%; 97% ; 25,1 kVA]
DKE4 95