Revisi Pak Damon
Revisi Pak Damon
Disusun Oleh :
Sinta Tri Rahayu P (18037141084)
Siska Dinda Dewi (18037141085)
Sultan Khamim Maulana (18037141086)
Tantri Sofiana Fidad (18037141087)
Tiara Adinda Pratiwi (18037141088)
Tutut Indar Julia P (18037141089)
Triono Prasetyo (18037141090)
Unzilatur Rohma (18037141091)
Vilshanas Aarifah (18037141092)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah
ini yang berjudul “Model-model proses pengambilan keputusan etis ”dapat tersusun hingga
selesai . Tidak lupa juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli etika,
dan semua kerangka etika tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang etika.
Beberapa kerangka pembuatan keputusan etis keperawatan dikembangkan dengan mengacu
pada kerangka pembuatan keputusan etika medis (Murphy,1976; Borody, 1981). Beberapa
kerangka disusun berdasarkan posisi falsafah praktik keperawatan (Benyamin danCurtis. 1986;
Aroskar, 1980), sementara model-model lain dikembangkan berdasarkan proses pemecahan
masalah seperti diajarkan di pendidikan keperawatan (Bergman, 1973; Curtin, 1978; Jameton,
1984; Stanley, 1980; Stenberg, 1979:Thompson, 1985). Berikut ini merupakan contoh model
pengambilan keputusan etis keperawatan yang dikembangkan oleh Thompson dan Jameton.
Metode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah etika keperawatan yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan klien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis oleh Fry
(1991) adalah Model I yang terdiri atas enam tahap, Model ll yang terdii atas tujuh tahap,
2.1.1 Model I
MODEL I
Tahap Keterangan
1 ldentifikasi masalah. Ini berarti klasifikasi masalah dilihat dari nilai dan konflik hati
nurani. Perawat juga harus mengkaj keterlibatannya pada masalah etika yang timbul
dan mengkaji parameter waktu untuk proses pembuatan keputusan. Tahap ini akan
memberikan jawaban pada perawat terhadap pernyataan, "Hal apakah yang
membuat tindakan benar adalah benar?" Nilai-nilai diklasifikasi dan peran perawat
dalam situasi yang terjadi didentitikasi.
2
2 Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang dikumpukan dalam
tahap ini meliputi orang yang dekat dengan klien,yang terlibat dalam membuat
keputusan bagi klien, harapan/keinginan klien dan orang yang terlibat dalam
pembuatan keputusan. Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari
konflik yang terjadi.
Perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif secara terbuka kepada
3
pembuat keputusan. Semua tindakan yang memungkinkan harus terjadi, termasuk
hasil yang mungkin diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban
atas pertanyaan “Jenis tindakan apa yang benar?”
6 Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil
2.1.2 Model II
MODEL II
Tahap Keterangan
1 Mengenali dengan tajam masalah yang terjadi, apa intinya, apa sumbernya,
mengenali hakikat masalah.
3
3 Menganalisis data yang telah diperoleh dan menganalisis kejelasan orang yang
teribat, bagaimana kedalaman dan intensitas keterlibatannya, relevansi
keterlibatannya dengan masalah etika.
4 Berdasarkan analisis yang telah dibuat, mencari kejelasan konsep etika yang relevan
untuk penyelesaian masalah dengan mengemukakan konsep filsafat yang mendasari
etika maupun . konsep social budaya yang menentukan ukuran yang diterima.
MODEL III
Tahap Keterangan
1 Tinjau ulang situasi yang dihadapi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan
yang dibutuhkan, komporien etis individ keunikan.
4
4 Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional.
a. Keputusan yang diambil akan sepenuhnya rasional dalam hal rencana tujuan.
b. Dimungkinkan adanya pemilihan alternatif, karena terdapat sistem pilihan yang lengkap
dan konsisten.
d. Tidak ada batasan pada kompleksnya perhitungan yang dapat digunakan untuk
menentukan pilihatn terhadap alternatif terbaik.
5
e. Kemungkinan kalkulasi tidak misterius atau membuat takut bawahan.
Sigmund Freud memandang manusia sebagai sekumpulan perasaan, emosi, dan naluri,
dengan perilaku yang dipandu oleh keinginan yang tidak disadari. Apabila ini merupakan
deskripsi yang lengkap, maka akan menjadikan keputusan yang diambil tidak efektif.
Pengambilan keputusan yang tidak rasional oleh seorang manajer dapat diakibatkan oleh
adanya tekanan dan pengaruh sosial. Apabila subyek menginformasikan kondisi "benar
dan salah", "hitam dan putih" dengan membandingkan panjang garis, maka kesimpulan
logis adalah dunia nyata yang "kelabu" ini tidak rasional. Untuk menyamakan garis
pengambilan keputusan dengan alternatif keputusan manajemen, pemimpin membutuhkan
imajinasi. Ada yang masih meragukan mengenai pentingnya alternatif keputusan
manajemen. Selain itu banyak dinamika psikologi lainnya yang berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan. Misalnya, terdapat kecenderungan pembuat keputusan tetap pada
alternatif pengambilan keputusan yang buruk meskipun ada kemungkinan bahwa sesuatu
keputusaaan dapat diganti atau diubah. Staw dan Ross mengemukakan empat alasan utama
mengapa fenomena dinamika psiologi terjadi. Fenomena terjadi karena:
a. Karakteristik proyek. Hal ini karena alasan utama untuk keputusan eskalasi.
Karakteristik dan tugas atau proyek seperti keuntungan atau investasi tertunda atau
masalah waktu mungkin menyebabkan pengambil keputusan tetap atau meningkatkan
komitmen pada tindakan yang salah.
c. Kekuatan sosial. Pengambil keputusan mungkin mendapat tekanan dari bawahan atau
rekan kerja dan atau mereka perlu mempertahankan status qou sehingga mereka terus
atau mempertahankan komitmen untuk tindakan yang salah.
Aktivitas yang menjadi pilihan pemimpin dipengaruhi, oleh tipe informasi atau data yang
disajikan kepada mereka. Manajer tanpa pengalaman komputer mungkin masih diintimidasi
oleh teknologi informasi dan lebih menghargainya, sementara orang dengan pengalaman TI
mungkin sangat skeptis dan meremehkan kepentingannya.
4.Komisi Etik
Komisi etik merupakan suatau faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan etis yang
dibuat oleh perawat dalam pratiknya. Komisi etik tidak hanya memberi Pendidikan dan
menawarkan nasihat melainkan juga mendukung rekan-rekan perawat dalam mengatasi
dilema etik yang ditemukan dalam Pratik sehari-hari. Dengan adanya komisi etik, perawat
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk semakin terlibat secara formal dalam
pengambilan keputusan yang etis dalam organisasi perawat kesehatan.
9
BAB III
PENUTUPAN
1.1 Kesimpulan
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang
lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral
dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada
kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu utilitarian,
universalisme (duty), penekanan pada hak, penekanan pada keadilan, dan relativisme (self-
interest).
3.2 Saran
Sebagai perawat harus memahami suatu penyakit dari sudut medik maupun
keperawatan adalah hal yang mutlak sebelum berhadapan dengan berbagai macam kasus.
Oleh sebab itu baik sekali bila perawat menumbuhkan minat baca untuk menambah
wawasan. Perawat juga harus mampu menemukan masalah-masalah yang sungguh-
sungguh terjadi pada klien untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan yang
memerlukan penanganan segera.
10
DAFTAR PUSTAKA
Suhaemi, Mimin Emi. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik.Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Hasyim, Masruroh dan Joko Prasetyo. 2012. Etika Keperawatan. Jogjakarta: Bangkit
https://olhachayo.files.wordpress.com/2014/08/model-pengambilan-keputusan-etis.pdf
(Diakses pada Senin, 29 April 2019 pukul 11.46 WIB)
11