PENDAHULUAN
Dengan nyanyian kita dapat mendobrak pada saat-saat membosankan dan kita
dapat bertepuk tangan pada sat-saat gembira. Semua itu menuntut suara berlagu
yang dapat lebih keras atau lebih lembut: lebih tinggi atau lebih rendah, lebih
cepat atau lebih lambat dari pada bicara sehari-hari.
Kebutuhan akan adanya nyanyian itulah yang akan kita ungkapkan dalam musik
liturgi. Kita bernyanyi karena kita mau mengungkapkan iman dan kehidupan.
Dalam bernyanyi kita dapat bersuka-cita, dapat bersedih, dapat merenung dan
dapat berharap. Maka nyanyian yang harus kita ciptakan dalam musik liturgi
adalah nyanyian yang mengungkapkan doa dan harapan kita.
Berdasarkan pengalaman kita semua tahu bahwa musik mempunyai jiwa dan
kekuatan. Kalau kita sedang lesu dapat bangkit karena mendengar suara musik
atau sebaliknya, kita malah menangis. Kita bisa meneteskan air mata karena
mendengar suara musik yang begitu menyentuh dlsb. Seorang penari bergerak
cepat dan lincah kalau musiknya cepat, sebaliknya penari tadi bergerak lambat
dan pelan jika musiknya lambat dan tenang, dan masih ada banyak contoh yang
lain.
Demikianlah musik mempunyai kekuatan yang luar biasa bahkan kita dapat
menyimpulkan bahwa musik merupakan bagian hidup manusia pada umumnya.
Maka sejak semula Gereja tidak pernah melepaskan diri dari musik.
1. Syair diambil dari Kitab Suci dan selaras dengan ajaran ajaran Katolik
2. Ada peluang untuk partisipasi aktif bagi jemaat
3. Bisa untuk Paduan Suara besar atau kelompok koor kecil
Tujuan Musik Liturgi yakni untuk memuliakan Allah dan menguduskan kaum
beriman. Musik Liturgi menjadi semakin suci jika semakin erat hubungannya
dengan upacara ibadat a.l :
1. Aklamasi
seruan atau pekik sukacita seluruh jemaat sebagai tanggapan atas sabda dan
karya Allah:
a. Bait Pengantar Injil
b. Sanctus (Kudus) + Prefasi oleh Imam
c. Aklamasi Anamnese (+ seruan /ajakan Imam)
d. Amin Meriah (+ doksologi DSA oleh Imam )
e. Doksologi “Bapa Kami” ( Doa Tuhan)
2. Nyanyian Perarakan
Berkaitan dengan “menyambut”simbol kehadiran Kristus, meningkatkan
kesadaran akan persekutuan, ada antiphon khusus dalam Misale Romawi.
a. Perarakan masuk
b. Perarakan Komuni
3. Mazmur Tanggapan
Menanggapi sabda Allah selaras dengan thema bacaan Misa.
4. Nyanyian “Ordinarium”
Pilihan bebas, kadang boleh diucapkan saja.
a. Kyrie (Tuhan Kasihanilah Kami)
b. Gloria (Kemuliaan)
c. Doa Tuhan “Bapa Kami” (+ ajakan dan embolisme Imam serta doksologi
Jemaat atau + tanpa embolisme)
d. Agnus Dei (Anak Domba Allah): Pemecahan Roti
e. Credo (Aku Percaya)
5 . Nyanyian Tambahan
Tanpa tuntutan teks / ritus khusus (boleh koor saja)
a. Persiapan Persembahan
b. Madah / Doa Syukur sesudah komuni
c. Penutup / Perarakan keluar
d. Litani
X. SALAM DAMAI
Bagian ini bukan keharusan, tetapi jika lagu salam damai antar umat akan
dinyanyikan, koor dapat mengajak umat untuk menyanyikan salam damai.
Hendaknya salam damai dinyanyikan dalam suasana gembira, spontan ramah
dan hormat. Situasi akan dirasa aneh, jika kita saling menyampaikan salam damai
dalam suasana tegang, atau sedih atau cemberut. Maka Dirigen hendaknya
mengajak umat dengan semangat dan dengan wajah gembira.
KESIMPULAN
1. Nyanyian yang dipilih hendaknya sesuai dengan peran nyanyian itu. Apakah
untuk pembukaan, untuk persembahan ataukah untuk lagu komuni. Masing-
masing mempunyai karakternya sendiri.
2. Nyanyian hendaknya sesuai dengan masa dan tema liturgi (Adven, Natal, Paskah,
Prapaskah, Pantekosta atau tema Pertobatan, Panggilan dlsb).
3. Nyanyian hendaknya mengungkapkan iman akan misteri Kristus. Apakah lagu itu
membawa umat pada pengalaman iman akan Kristus dan kepada perjumpaan
dengan Kristus. Bahwa Kristus hadir dalam liturgi harus terungkap dalam
nyanyian liturgi itu. Itulah sebabnya isi syair dan melodi nyanyian liturgi harus
benar-benar sesuai dengan citarasa umat dan dapat diterima oleh umat sebagai
nyanyian liturgi.
Bibliography:
1. Liturgi yang anggun dan menawan karangan Gabe Huck
2. Nyanyian Liturgi karangan E Martasudjita Pr
3. Music in Catholic Worship
4. Musik Liturgi karangan CM Suryanugroho OSC