Oleh:
Salmin Djakaria1
ABTRACT
For Sangirese, Tulude is the one of the most important ceremony and ritual,
this is not only happened for those who lived in the Sangihe island but also to
those who lived in diasporic area, especially in the mainland of North
Sulawesi. This article aims to describe the content of Tulude ritual and its
meaning for sangirese and analyze the meaning of its content using
hermeneutical based theory. The locus of this article were taken in Serei, a
village in North Minahasa regency, a place with predominantly Sangirese
society but also with an aculturation in term of their religious way of life with
people of Minahasa and influenced by Gereja Masehi Injili di Minahasa
(GMIM).
1
Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Manado
1
PENDAHULUAN mukiman komunitas Sangihe. Di Kota
Manado misalnya, pada tahun (2017)
Bagi warga Sangihe, Tulude
dua kali dilaksanakan secara besar-
merupakan salah satu upacara dan
besaran. Pelaksanaannya, ada yang
ritual yang paling penting dan ikonik.
dibiayai oleh Pemerintah Kota
Pelaksanaan upacara ini tidak hanya
Manado, dan momen lainnya dibiayai
dilaksanakan oleh warga Sangihe yang
oleh Pemerintah Propinsi Sulawesi
menetap di kepulauan itu sendiri,
Utara. Selain itu, di berbagai wilayah
namun juga oleh mereka yang berada
Kabupaten di Propinsi Sulawesi Utara
di perantauan atau pada wilayah-
seperti di wilayah Kabupaten Bolaang
wilayah diaspora. Upacara ini tidak
Mongondow Selatan, dan di wilayah
hanya menunjukkan rasa syukur,
propinsi Gorontalo, komunitas
pengetahuan mereka mengenai
Sangihe menyelenggarakan Tuļude.
lingkungan alam, tetapi juga perekat
Dalam skala yang lebih terbatas,
identitas antar sesama warga Sangihe
pelaksanaan upacara tulude juga
di perantauan dan penanda kekhasan
dilaksanakan oleh warga Sangihe
entitas etnis di antara etnis lain,
pada tingkat kecamatan dan bahkan
terutama di Sulawesi Utara.
desa, seperti halnya di desa Serei,
Pada masa lampau sebelum Kecamatan Likupang Barat, Kabu-
masuknya agama Islam dan kemudian paten Minahasa Utara; atau juga
agama Kristen di kepulauan Sangihe, sebatas warga jemaat, seperti halnya
Tuļude ditujukan kepada Sang di kalangan jemaat Gereja Masehi Injil
Pencipta yang dalam bahasa setempat Minahasa (GMIM) Kinorkor, di desa
disebut I Ghenggonaļangi Duata Sukur, Kecamatan Airmadidi, Kabu-
nSaļuļuang atau Yang berdiam di paten Minahasa Utara, dan di
tempat tinggi Duata alam semesta2. beberapa tempat lainnya.
Konsep dan sebutan I Ghenggonaļangi
Pelaksanaan upacara Tuļude
ini tetap digunakan hingga kini dan
menjadi bagian dari deskripsi dalam
diberi makna sebagai Sang Pencipta
tulisan ini, namun yang menjadi fokus
padanan dari konsep Sang Pencipta
perhatian adalah menyangkut teks
dalam ajaran Kristiani, agama yang
ungkapan-ungkapan, doa, yang di-
dianut mayoritas warga Sangihe.
tuturkan dalam pelaksanaan Tuļude,
Dewasa ini, upacara Tuļude dengan merumuskannya dalam per-
tetap dilaksanakan baik di kepulauan tanyaan berikut: Bagaimana pelak-
Sangihe maupun di luar wilayah sanaan upacara Tuļude pada warga
kepulauan di mana terdapat per- Sangihe di Kabupaten Minahasa
2
Keterangan dari bapak R. Timbul.
2
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
3
Lihat: Geertz, 1993 bab 1. “Lukisan Interpretatif tentang Kebudayaan”. TAFSIR
Mendalam: Menuju Sebuag Teori KEBUDAYAAN.
3
menjadikannya sebagai elemen- dapat dilepaskan dari faktor geografis
elemen kebudayaan yang bersifat dan historis dan ekonomis, tiga hal
behavioral dan kasatmata (Geertz, yang oleh para pengamat masalah
1993; Rafieg, 2012; Turner, 2012). kependudukan dipandang sebagai
faktor yang mendorong serta faktor
WARGA SANGIHE DI MINAHASA
yang menarik kelompok manapun
UTARA DAN LATAR SEJARAHNYA
yang melakukan perpindahan atau
Menurut “ingatan-bersama” migrasi.
atau collective memories yang
Menurut sumber-sumber se-
dituturkan baik di kalangan warga
jarah maupun tulisan tentang sejarah
kelompok komunitas etnis yang ada di daerah Sulawesi Utara, pada masa
daratan Minahasa maupun yang pemerintahan karesidenan Manado,
masih dituturkan di kalangan warga
berbagai kegiatan perekonomian
kelompok komunitas etnis Sangihe,
memerlukan tenaga kerja, seperti
keberadaan warga Sangihe di daratan halnya menjadi “koeli kontrak”
Minahasa dapat dirunut hingga lima pembuatan atau pengolahan garam
atau enam abad yang lampau. Kisah-
dan penanaman serta pengolahan
kisah kesejarahan yang menyebutkan kelapa menjadi kopra. Berhubung
keberadaan kelompok yang diingat tenaga kerja dari daratan Minahasa
dengan nama “Babontehu” serta
sepanjang abad ke-19 terkonsentrasi
keterkaitannya dengan kelompok Siau pada penanaman kopi, bahkan tenaga
dan Sangihe menjadi tonggak yang
yang tersedia tidak mencukupi, maka
membuktikan proses diaspora ter-
didatangkan tenaga-tenaga kerja
sebut, sebagaimana dapat dibaca
yang sudah akrab dengan kegiatan
dalam karya Shinzo Hayase dan penanaman kelapa dan pembuatan
kawan-kawan4. garam, yaitu tenaga dari kepulauan
Hingga kini, hampir di semua Sangihe.
permukiman di pesisir pantai daratan Sementara itu, di wilayah
Minahasa dapat ditemukan warga Karesidenan Manado, khususnya di
Sangihe diaspora bermukim baik
afdeeling Sangihe dan Talaud, daya
mengelompok maupun tersebar di tampung pulau-pulau serta adanya
tengah-tengah warga kelompok per-
bencana alam meletusnya gunung
mukim awal. Kepindahan kelompok
Awu mendorong pemerintah kare-
Sangihe ke daratan Minahasa tidak sidenan Manado memindahkan
4
Shinzo Hayase, Domingo M. Non, Alex J. Philippines, and Sangihe-Talaud Islands,
Ulaen, 1999. Silsilas/Tarsilas (Genealogies) North Sulawesi, Indonesia. Kyoto: Center for
and Historical Narratives in Sarangani Bay Southeast Asian Studies, Kyoto University.
and Davao Gulf Regions, South Mindanao,
4
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
5
VI. Memoto’ Tamo atau memotong upacara, setelah itu tokoh adat
kue tamo merupakan acara yang disebut mayore labo
puncak dari seluruh rangkaian memandu acara yang disebut:
upacara. XI. Menonda Tembonange atau
Pada saat tokoh adat memo- menghantar tamu kehormatan
tong kue tamo dan membagikannya meninggalkan tempat upacara.
kepada para tamu dan perwakilan Itulah rangkaian acara upacara
peserta upacara, dilagukan secara tulude yang dilaksanakan di desa Serei
bersama sebuah lagu berbahasa pada tahun 2017, dipaparkan kembali
daerah berjudul: Oh Mawu dalam bagian ini berdasarkan doku-
Rendingane men yang ada. Adapun tujuan
Usai menerima potongan kue pencantuman dokumen-dokumen
tamo yang diserahkan secara simbolis, upacara tulude dalam dan bukan
acara selanjutnya adalah: dalam lampiran laporan adalah untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang
VII. Sa sasa – sasaļintiho atau kata-
sudah dirumuskan.
kata sambutan.
Undangan yang didaulat untuk
ANALISIS ATAS UNGKAPAN-
memberikan kata sambutan adalah UNGKAPAN BAHASA RITUAL
pejabat setempat yang diundang, dan BERDASAR TEORI HERMENEUTIKA
untuk acara di Serei, adalah bupati Tulude Sebagai Teks Budaya
Minahasa Utara. Acara selanjutnya
Berdasarkan paparan di atas,
adalah:
dapat dikatakan bahwa tulude
VIII. Tatode Hundenge atau
merupakan upacara tradisi yang
pergelaran seni budaya.
diwarisi dari leluhur warga kelompok
Pada saat pementasan tari, ibu-
komunitas etnis Sangihe, yang masih
ibu atau warga yang bertugas,
dilakoni baik oleh mereka yang
menyiapkan konsumsi, sebagai bagian
bermukim di kepulauan Sangihe
dari acara yang disebut:
maupun oleh kelompok warga
IX. Saļiwang atau salimbangu
Sangihe di perantauan. Berdasarkan
wanua yaitu makan bersama.
pemahaman warga pendukung tradisi
X. Tatarimakase atau ucapan
ini bahwa tulude adalah “pesta
terima kasih dari panitia
syukuran kepada Sang Pencipta” yang
penyelenggara kepada tamu
dilaksanakan pada setiap awal tahun
undangan maupun seluruh
sekaligus doa untuk tahun
warga Sangihe yang ambil
mendatang. Dengan menggunakan
bagian dalam upacara Tulude
acuan gagasan Jan Vansina, struktur
merupakan bagian acara yang
narasi yang dikisahkan dalam
menandai akhir rangkaian
6
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
Contoh 4:
Konotasi spasial
“… Saļamate naonto su relahu walang
Kategori konotasi spasial dalam
tulisan ini dapat dipahami secara Gumoba, nasahampi su nileseng
7
Konotasi alam (flora) dedaunannya, takkan tergoyahkan
walaupun diterpa badai-taufan]
Konotasi alam terutama flora
paling banyak ditemukan dalam larik Contoh 8:
tentang kue tamo. Kue yang
“… kalu rokeng sentinuwong buloang
berbentuk kerucut dan diolah dari
simombo mesiong daulu. Kalu
bahan utama beras dan sejumlah
selungang takaselungang, liuang
bahan hasil bumi baik yang dimasak
takaliuang”
bersama, maupun yang digunakan
[… pohon yang tumbuh bersamaan
sebagai hiasan kue tamo,
dengan dikenalnya penanda-waktu-
dikonotasikan sebagai “pohon-
keramat” atau kalu lampawanua. lunar. Pohon yang tidak dapat
dilewati-lampaui]
Contoh 7:
Kontotasi artefak-budaya
“… himaung kalu negaung awae
Konotasi artefak budaya, baik itu
makalanginging, sala makala-heng-
king, mahuneu kai sinuangi gighile artefak budaya hasil karya tempatan
“… kalu timuwo su ake himeti “… ini e kai waneha, baneha ini e kai
sumaralending, kalu pedisang meda- rokeng nipasi u male, nialeng
ung, hanguang tamalolang, hamueng bahaning seke, nipasi’u molengbanua,
kalu hanibe tamalenggeng anging, bahaning tau Indonesia”
tamasoleng suwu-suwu kalisusu”
[… ini bendera, bendera yang
[… pohon yang tumbuh-subur di dipancangkan oleh para pemberani,
tanah lembur-berair, dikala panas ditegakkan (dibela) para pemberani-
menerpa daunnya tetap menghijau, perang, dipancang oleh patriot
kemarau tak mampu melayukan bangsa, pemberani bangsa Indonesia]
8
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
9
terbuka bagi interpretasi, walaupun yang terbilang mudah dipahami
tetap dikaitkan dengan norma-norma adalah:
generic tertentu. Sementara itu, teks
1. Menginsomahe sake atau ucapan
pun kadangkala secara sengaja
penyambutan tamu;
dipertentangkan dengan karya (work).
2. Mendangeng sake atau
Dalam hal ini sebuah karya dianggap
mempersilahkan tamu menempati
berkebalikan dengan teks karena
tempat yang sudah disediakan);
sifat-sifatnya yang menyederhanakan
3. Bawikawera dan bawukane atau
suatu entitas, tertutup, dan mencukupi
ucapan selamat datang);
diri sendiri. Walaupun demikian,
4. Mesakeng mamaeng atau
pembedaan antara teks dan karya ini
menyajikan sirih-pinang; dan
bukanlah sesuatu yang kaku,
5. Mengunsi atau penyampaian kata-
melainkan sekedar soal penekanan
kata penutup acara).
dan nuansa” (1999).
Selebihnya, kelompok “teks”
Dari kutipan di atas, jelas bahwa
yang rumit dan sulit dipahami karena
ungkapan-ungkapan ritual meru-
sebagian besar kata-kata yang
pakan “teks” yang terbuka untuk
digunakan adalah kata-kata tua atau
interpretasi dengan pendekatan
sasahara yang tidak ditemukan dalam
kebahasaan atau kesastraan. Hal yang
Sangirees-Nederlands Woordenboek
menyulitkan penulis dalam mema-
met Nederlands-Sangirees Register
hami “teks” tersebut adalah keter-
atau Kamus Bahasa Sangihe – Belanda,
batasan pengetahuan berbahasa
karya Mr. K.G.F. Steller dan Ds. W.E.
Sangihe sehingga sangat tergantung
Aebersold (1959).
pada hasil terjemahannya. Ada
kendala dalam proses pener- Adapun kelompok “teks” yang
atas, ada bagian yang oleh pener- 1. Gagheli tamong banua atau
jemahnya diterjemahkan secara penyerahan kue tamo;
harafiah kata demi kata, dan ada pula 2. Manarima’ tamong banua atau
yang menerjemahkan maknanya. menerima kue tamo;
10
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
11
varian yang sudah berbeda dari bersahut-sahutan. Ada butir acara
pelaksanaan upacara tulude di yang disebut lahaghotang atau
daerahnya (Kepulauan Sangihe) dan pernyataan syukur yang bunyinya
disusun berdasarkan tata-cara liturgis sebagai berikut:
gereja. Hal itu tampak pada urutan
a. Lahaghotang (pernyataan syukur)
acara Manginsomahe sake atau
“… Mekentengu samba memowong
menyambut para tamu. Berbeda
dengan upacara tulude di kepulauan daralo mairengkangu ghahagho
mendui u tatarimakase si Gheng-
Sangihe, sesudah mempersilahkan
gonaļangi batu u su sentaung naļiu
tamu menempati kursi yang sudah
disediakan, setelah itu disuguhi matatana u Tampungangļawo ini wou
pakan bagian dari liturgi gereja di aļamate hinong makoa bua I kami
kain selendang berwarna putih atau [… ada perlawanan yang terjadi diluar
“stola” dibahu mereka. kehendak, ada perbuatan yang
12
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
13
Oh Ghenggona. Mendaki eng limang Mawu Ruata ikite kebi
tahulending lanise tataghupia uwusu malunsemahe. Tarima kaseh.”
patiku buntu sasaghenu sembua bale
[… Tuhan Yang Maha Kuasa yang
lohong kadadima banalang kadada-
berada di tempat yang maha tinggi
lurang binentalu kalu wengi mepude
yang dengan kuasa-Nya menyatakan
sasighe lawe tumanggihe takumibang
pemeliharaan-Nya disepanjang hidup
pinetewogangu sala petambang sama-
dan kehidupan. Semua yang terjadi
la tinampung sengka ghalomo su
dimuka kami ini adalah dengan
laehu pemawukang. Ake mude ake
kehendak-Mu di mana pertolongan-
munde daraki ake daraki ake munde
Mu melimpah dengan kasih sebagai-
ipehiking daraki ipepaduli ake laehu
mana kita rasakan pada setahun yang
tumahang simbule tamalalesa. Ma-
lalu baik oleh pemerintah maupun
hesa puengu wera menulentang
oleh masayarakat. Ya Tuhan, ya Tuhan
banggile arawe hamu u kalu kalinsu
kami. Namun demikian perlawanan
datung kebi hiwusala ipenaghupia
manusia selalu saja dilakukan menen-
lambung mahedo tahiting sene
tang kuasa Tuhan, sehingga ada
dalending baehu langi lausahe apang
bencana yang menimpa kehidupan
dalaki dareme salane lahipe taleng-
manusia, dimana laut bergelombang,
kone. Oh Ruata Oh Ghenggona.
guntur, kilat, hujan lebat, dan lain
Kalipepu su siwombola simbuleng
sebagainya. Semuanya menelan
tumahang su ralapong pawuwukang
korban manusia dan harta benda.
liwua’u ponto mudise ake munde
Setelah semua hal yang buruk
ipendaki ipenahulending taghupiang
tersebut menimpa kami, penye-
tatuluse naipudeng tanuhe netambang
salanlah yang ada pada akhirnya.
samta sasaghapu sembanua. Karalo u
Kamipun datang memohon kemu-
sembuntuang pinegahaghong liwu-
rahan-Mu dengan harapan kiranya
tang sentaka u langi tendengu dunia
kami diberi ampunan seturut kasih
mekeketengu sembah Ruata ngkamae
setia Tuhan, sehingga diwaktu yang
susa sumelungu rorong su tengong
akan datang kami masih diberi
Ghenggonalangi lohong daghe endai
kesempatan lagi untuk hidup di dunia
haung gesing dulunge kawowo sarang
ini serta dapat menikmati kembali rasa
mebilowoi masalokongu rudiki meda-
aman dan nyaman, berlimpah rejeki,
limbae aseki penentiro naung asagu
jauh dari sakit penyakit bahkan umur
endumang nehengkeng tulende dumui
panjang menjadi bagian daripada
piane mendeta elone. Dorong su Ruata
hidup dan kehidupan kami. Kiranya
di Ghenggonalangi uluhe eng kaken-
Tuhan menyertai perjalanan hidup
dagu tadeau tawe u makalimba su
kami baik pemerintah maupun
14
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
5
Keterangan dari bapak R. Timbul.
15
Utara. Selain itu, di berbagai wilayah Pelaksanaan upacara Tuļude
Kabupaten di Propinsi Sulawesi Utara menjadi bagian dari deskripsi dalam
seperti di wilayah Kabupaten Bolaang tulisan ini, namun yang menjadi fokus
Mongondow Selatan, dan di wilayah perhatian adalah menyangkut teks
propinsi Gorontalo, komunitas ungkapan-ungkapan, doa, yang di-
Sangihe menyelenggarakan Tuļude. tuturkan dalam pelaksanaan Tuļude,
Dalam skala yang lebih terbatas, dengan merumuskannya dalam per-
pelaksanaan upacara tulude juga tanyaan berikut: Bagaimana pelak-
dilaksanakan oleh warga Sangihe sanaan upacara Tuļude pada warga
pada tingkat kecamatan dan bahkan Sangihe di Kabupaten Minahasa
desa, seperti halnya di desa Serei, Utara? Artikel ini bertujuan untuk
Kecamatan Likupang Barat, Kabu- Mendeskripsikan upacara Tuļude pada
paten Minahasa Utara; atau juga warga Sangihe yang bermukim di
sebatas warga jemaat, seperti halnya Minahasa Utara, menyangkut:
di kalangan jemaat Gereja Masehi Injil ungkapan-ungkapan, doa-doa yang
Minahasa (GMIM) Kinorkor, di desa dituturkan, dan atraksi seni dan
Sukur, Kecamatan Airmadidi, Kabu- memperbandingkannya dengan upa-
paten Minahasa Utara, dan di cara tulude yang dilaksanakan di
beberapa tempat lainnya. daerah asalnya.
16
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
DAFTAR PUSTAKA
17