Deskripsi :
Materi tugas 2 mencakup modul 4, 5 dan 6. Silahkan Anda menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas. Jawaban tugas 2 harus diupload paling
lambat 2 minggu setelah tugas ini ditampilkan.
Berikut pertanyaannya :
NO.1
Proses pembelajaran kepada lumba-lumba tersebut merupakan proses pembelajaran REWARD
dimana setiap hal yang di lakukan dengan baik dan benar mendapatkan hadiah berupa snack
(makanan) untuk lumba-lumba. Proses ini sering kita liat di dunia pekerjaan umumnya,
contohnya Tugas pekerjaan yang di lakukan memberikan kepuasan kepada konsumen diatas rata-
rata karyawan yang lain.
NO.2
Macam-Macam Metode Pembelajaran
Memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang menarik.
Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat tergantung kepada tujuan, isi, proses
belajar mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode ada yang tepat digunakan
untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga
yang tepat digunakan dalam kelas atau diluar kelas. Dibawah ini akan diuraikan secara singkat
beberapa metode mengajar berdasarkan aspek yang menjadi tujuan.
1.
Hendaknya tujuan pelajaran di rumuskan dengan jelas, sehingga kelihatan wajar tidaknya metode
ini di pergunakan.
Hendaknya di selidiki terlebih dahulu objek yang akan di tuju dengan memperhatikan hal-hal
yang sekiranya akan menjadi kesulitan.
Hendaknya di jelaskan terlebih dahulu tujuan metode karya wisaya dan di siapkan pertanyaan-
pertanyaan yang harus mereka jawab.
1.2
Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada semua siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang di
pelajari baik sebenarnya atau tiruan, yang di sertakan dengan penjelasan lisqan. (Sudirman, 1988,
hal. 133).Metode ini baik di gunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-
hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses menggunakan atau mengerjakan,
komponen-komponen yang membentuk sesuatu dan membandingkan satu cara dengan yang lain,
dan untuk mengetahui atqau melihat kebenaran sesuatu. Metode ini efektif apabila mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.Setaip langkah dari demontrasi harus bisa di lihat jelas oleh siswa.
2.Semua penjelasan secara lisan, hendaknya dapat di dengar oleh semua siswa.
3.Anak-anak harus tahu apa yang sedang mereka amati.
4.Demontrasi harus di rencanakan dengan teliti.
5.Guru sebagai demonstrator harus mengerjakan tugasnya dengan lancar dan efektif.
6.Demontrasi di laksanakan pada waktu yang tepat.
7.Berikan kesempatan pada anak-anak untuk melatih mengenai apa yang pernah mereka amati.
8.Sebelum demontrasi di mulai hendaklah semua alat tersedia.
9.Sebaiknya demontrasi di mulai / di sertai ringkasannya di papan tulis.
10.Jangan melupakan tujuan pokok.
11.Jika di perkirakan demontrasi itu sulit, sebelumnya supaya di coba terlebih dahulu.
12.Perlu adanya laporan tentang hasil demontrasi ini. Dengan menggunakan metode ini siswa-
siswi dapat mengamati secara teliti dan seksama serta dengan penuh perhatian dan partisipasi
terhadap apa yang telah di berikan oleh guru sehingga mereka dapat mengaktualisasikannya
dalam kehidupannya.
adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang
kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat
proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode
latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta
didik. 1.Kelebihan metode pelatihan - Ketegasan dan ketrampilan siswa meningkat atau lebih
tinggi dari apa yang telah dipelajari Seorang siswa benar-benar memehami apa yang
disampaikan 2.Kelemahan metode pelatihan - Dalam latihan sering terjadi cara-cara atau gerak
yang tidak berubah sehingga menghambat bakat dan inisiatif siswa - Sifat atau cara latihan kaku
atau tidak fleksibel maka akan mengakibatkan penguasaan ketrampilan melalui inisiatif individu
tidak akan dicapai
1.4 Metode Kerja Lapangan
Metode kerja lapangan merupakan metode mengajar dengan mengajak siswa kedalam suatu
tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar observasi atau peninjauan saja, tetapi
langsung terjun turut aktif ke lapangan kerja agar siswa dapat menghayati sendiri serta bekerja
sendiri didalam pekerjaan yang ada dalam masyarakat.
1.Kelebihan metode kerja lapangan -Siswa mendapat kesemmpatan untuk langsung aktif bekerja
dilapangan sehingga memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja -Siswa menemukan
pengertian pemahaman dari pekerjaan itu mengenai kebaikan maupun kekurangannya
Dalam menerapkan suatu metode pembelajaran haruslah ada cara-cara yang tepat yang bisa
digunakan agar dalam proses belajar dapat tercapai sesuai dengan keinginan, begitu juga dalam
menerapkan metode pembelajaran kognitif ada cara-cara dalam menerapkannya kepada peserta
didik. Berikut adalah cara dan strategi yang bisa digunakan dalam menerapkan metode
pembelajaran kognitif ini.
2.Tahap Understanding
Seperti halnya tahap Remembering, dalam tahap Understanding juga dalam memberikan
pendahuluan hendaknya yang menarik. Dalam tahap ini peserta didik haruslah bereksplorasi dari
sumber-sumber yang ada seperti observasi, diskusi atau eksperimen namun sebelum melakukan
kegiatan eksplorasi pendidik haruslah memberikan sebuah pertanyaan kepada peserta didik
sebagai bahan dasar eksplorasi. Inti dari tahap Understanding adalah sebelum pendidik
menyampaikan materi, jangan beri tahu peserta didik terlebih dahulu, biarkan mereka mencari
tahu dengan bereksplorasi sendiri seperti tadi, hendaknya juga materi yang akan disampaikan
bersifat baru bagi peserta didik sehingga membuat peserta didik merasa penasaran. Hal tersebut
mengacu pada sekolah-dasar.blogspot.com (2012).
3.Tahap Aplication
Dalam tahap ini pendidik menyampaikan kasus-kasus (problem) atau bisa juga dari kasus yang
berasal dari peserta didik saat bereksplorasi yang biasa disebut Study kasus. Setelah itu pendidik
harus memberikan sebuah panduan dalam menyelesaikan kasus-kasus yang ada dengan panduan
yang bersifat global. Setelah memberikan panduan kepada peserta didik, biarkan mereka
memecahkan kasus-kasus yang telah diungkapkan sebelumnya menggunakan panduan yang
telah diberikan pendidik tadi. Akhir tahap ini pendidik harus memberikan masukan-masukan
atau koreksi terhadap pemecahan kasus yang kurang tepat atau yang lainnya. Jangan lupa berikan
sebuah penutup yang baik.
4.Tahap Analysis
Dalam tahap ini process skill harus digunakan untuk menganalisis masalah. Namun sebelum
melakukan analisis pertama-tama yang harus dilakukan adalah menyampaikan masalah-masalah
yang dihadapi kemudian mengumpulkan data-data dari masalah yang bersifat deduktif setelah
itu barulah menganalisis data dari masalah yang dihadapi, analisis dalam hal ini harus bersifat
deskriptif. Setelah menganalisis semua data-data yang telah ditemukan maka pembuatan
kesimpulan harus dilakukan, semakin detail hasil dari analisis tadi maka semakin bagus pula
kesimpulannya. Jangan lupa memberikan pendahuluan di awal dan penutup di akhir jam.
5.Tahap Evaluation
Tahap Evaluation atau evaluasi adalah tahap mengevaluasi dari data atau kesimpulan yang di
dapat dalam tahap Analysis untuk dilihat kebenarannya atau kebetulannya bila peserta didik
memiliki kesalahan-kesalahan yang dilakukan saat menganalisis atau mungkin kesalahan data
saat menganalisis maka yang berhak membenarkan atau meluruskan kembali adalah pendidik.
Tahap-tahap rangkaian dalam Evaluation ini hampir sama dalam tahap pada Analysis.
6. Tahap Creation
Dalam tahap ini peserta didik haruslah berperan aktif dan berperan penuh, sementara pendidik
hanya sebagai pemantau saja. Pertama kali yang harus dilakukan peserta didik dalam tahap ini
adalah menyampaikan proyek atau kasus, selanjutnya adalah evaluasi dari proyek atau kasus
yang telah disampaikan tadi. Yang menjadi dasar dalam tahap Creation ini adalah memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada. Selanjutnya adalah inovasi proyek atau kasus dalam hal ini
peserta didik haruslah membuat sebuah inovasi yang baru dari hal yang ada. Inovasi dalam hal
ini bukan berarti membuat sebuah hal yang baru namun inovasi adalah membuat suatu kelebihan
dari sebuah kekurangan yang dimiliki oleh hal tersebut. Setelah melakukan inovasi hal yang
harus dilakukan peserta didik adalah melaporkan hasil dari proyek atau kasus yang telah
dikerjakan kepada peserta didik lain atau kepada pendidik. Jangan lupa juga berikan sebuah
penutup dan pembuka saat di tahap ini.
Pembelajaran afektif berbeda dengan pembelajaran intelektual dan keterampilan, karena segi
afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus
dipelajari. Hal-hal diatas menuntut penggunaan metode mengajar dan evaluasi hasil belajar yang
berbeda dari mengajar segi kognitif dan keterampilan. Ada beberapa model pemebelajaran
afektif. Merujuk pada pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (2005) akan dikemukakan beberapa
model pembelajaran afektif yang populer dan banyak digunakan.
NO.3
Past based methods adalah penilaian kinerja atas kinerja seseorang dari pekerjaan yang telah
dilakukannya. Kelebihannya adalah jelas dan mudah diukur, terutama secara kuantitatif.
Kekurangannya adalah kinerja yang diukur tidak dapat diubah sehingga kadang-kadang justru
salah menunjukkan seberapa besar potensi yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu, metode ini
kadang-kadang sangat subyektif dan banyak biasnya.
Future based methods adalah penilaian kinerja dengan menilai seberapa besar potensi pegawai
dan mampu untuk menetapkan kinerja yang diharapkan pada masa datang. Metode ini juga
kadang-kadang masih menggunakan past method. Catatan kinerja juga masih digunakan sebagai
acuan untuk menetapkan kinerja yang diharapkan. Kekurangan dari metode ini adalah
keakuratannya, karena tidak ada yang bisa memastikan 100% bagaimana kinerja seseorang pada
masa datang.
Pengkasifikasian pendekatan penilaian kinerja oleh Wherther di atas berbeda dengan klasifikasi
yang dilakukan oleh Kreitner dan Kinicki (2000). Berdasarkan aspek yang diukur, Kreitner dan
Kinicki mengklasifikasikan penilaian kinerja menjadi tiga, yaitu: pendekatan trait, pendekatan
perilaku dan pendekatan hasil. Pendekatan trait adalah pendekatan penilaian kinerja yang lebih
fokus pada orang. Pendekatan ini melakukan perankingan terhadap trait atau karakteristik
individu seperti inisiatif, loyalitas dan kemampuan pengambilan keputusan. Pendekatan trait
memiliki kelemahan karena ketidakjelasan kinerja secara nyata. Pendekatan perilaku, pendekatan
ini lebih fokus pada proses dengan melakukan penilaian kinerja berdasarkan perilaku yang
tampak dan mendukung kinerja seseorang. Sedangkan pendekatan hasil adalah pendekatan yang
lebih fokus pada capaian atau produk. Metode penilaian kinerja yang menggunakan pendekatan
hasil seperti metode management by objective (MBO), (Kreitner dan Kinicki, 2000:303-304).
Metode-metode penilaian kinerja yang sesuai dengan pengkategorian dua tokoh di atas yang
paling banyak digunakan menurut Mondy dan Noe (1993:402-414) adalah:
Written Essays, merupakan teknik penilaian kinerja yaitu evaluator menulis deskripsi mengenai
kekuatan pekerja, kelemahannya, kinerjanya pada masa lalu, potensinya dan memberikan saran-
saran untuk pengembangan pekerja tersebut.
Critical Incidents, merupakan teknik penilaian kinerja yaitu evaluator mencatat mengenai apa
saja perilaku/pencapaian terbaik dan terburuk (extremely good or bad behaviour) pegawai.
Graphic Rating Scales, merupakan teknik penilaian kinerja yaitu evaluator menilai kinerja
pegawai dengan menggunakan skala dalam mengukur faktor-faktor kinerja (performance
factor ). Misalnya adalah dalam mengukur tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai. Skala
yang digunakan adalah 1 sampai 5, yaitu 1 adalah yang terburuk dan 5 adalah yang terbaik. Jika
tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai tersebut biasa saja, misalnya, maka ia diberi nilai 3
atau 4 dan begitu seterusnya untuk menilai faktor-faktor kinerja lainnya. Metode ini merupakan
metode umum yang paling banyak digunakan oleh organisasi.
Behaviourally Anchored Rating Scales (BARS), merupakan teknik penilaian kinerja yaitu
evaluator menilai pegawai berdasarkan beberapa jenis perilaku kerja yang mencerminkan
dimensi kinerja dan membuat skalanya. Misalnya adalah penilaian pelayanan pelanggan. Bila
pegawai bagian pelayanan pelanggan tidak menerima suap dari pelanggan, ia diberi skala 4 yang
berarti kinerja lumayan. Bila pegawai itu membantu pelanggan yang kesulitan atau kebingungan,
ia diberi skala 7 yang berarti kinerjanya memuaskan, dan seterusnya. Metode ini
mendeskripsikan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tingkat kinerja yang diharapkan. Pada
contoh di atas, nilai 4 dideskripsikan dengan tidak menerima suap dari pelanggan. Nilai 7
dideskripsikan dengan menolong pelanggan yang membutuhkan bantuan. Dengan
mendeskripsikannya, metode ini mengurangi bias yang terjadi dalam penilaian.
Multiperson Comparison, merupakan teknik penilaian kinerja yaitu seorang pegawai
dibandingkan dengan rekan kerjanya. Biasanya dilakukan oleh supervisor. Ini sangat berguna
untuk menentukan kenaikan gaji (merit system), promosi, dan penghargaan perusahaan.
Management By Objectives. Metode ini juga merupakan penilaian kinerja, yaitu pegawai dinilai
berdasarkan pencapaiannya atas tujuan-tujuan spesifik yang telah ditentukan sebelumnya.
Tujuan-tujuan ini tidak ditentukan oleh manajer saja, melainkan ditentukan dan disepakati
bersama oleh para pegawai dan manajer. Setiap metode di atas memiliki kelemahan dan
kelebihannya masing-masing, sehingga tidak baik bagi organisasi untuk menggantungkan
penilaian kinerjanya hanya pada satu jenis metode saja. Sebaiknya, organisasi menggabungkan
beberapa metode yang sesuai dengan lingkup organisasinya, Mondy dan Noe (1993: 414).
NO.4
1. Pengertian Kepemimpinan transaksional
Burns mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memotivasi
bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan transaksional juga
melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses pertukaran (exchange
process), tidak langsung menyentuh substansi perubahan yang dikehendaki. Kudisch,
mengemukakan kepemimpinan transaksional dapat digambarkan sebagai :
a. Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya.
b. Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk mengendalikan dan
memperbaiki kesalahan.
c. Reaksi atas tidak tercapainya standar yang telah ditentukan.
Kepemimpinan transaksional menurut Metcalfe (2000) pemimpin transaksional harus memiliki
informasi yang jelas tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan bawahannya dan harus
memberikan balikan yang konstruktif untuk mempertahankan bawahan pada tugasnya. Pada
hubungan transaksional, pemimpin menjanjikan dan memberikan penghargaan kepada
bawahannya yang berkinerja baik, serta mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang
berkinerja buruk.
Kepala sekolah transaksional belajar tentang cara belajar (learning how to learn). Kepala sekolah
belajar dari aneka pengalaman dan mempertahankan keyakinan atas nilai-nilai mereka. Kepala
sekolah transaksional juga memiliki kemampuan motivasi dan memberdayakan guru dan stafnya.
Dampaknya adalah terwujudnya perilaku organisasi sekolah (school organization behavior).[2]
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Istilah kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership) dan
transformasional (transformational). Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang yang dilakukan
oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau
kelompok lain lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.[4]
1. Kepemimpinan Transaksional
a. Pemimpin menyadari hubungan antara usaha dan imbalan
b. Kepemimpinan adalah responsif dan orientasi dasarnya adalah berurusan dengan masalah
sekarang.
c. Pemimpin mengandalkan bentuk-bentuk standar bujukan, hadiah, hukuman dan sanksi
untuk mengontrol pengikut.
d. Pemimpin memotivasi pengikutnya dengan menetapkan tujuan dan menjanjikan imbalan
bagi kinerja yang dikehendaki.
e. Kepemimpinan tergantung pada kekuatan pemimpin memperkuat bawahan untuk berhasil
tawar-menawar.
2. Kepemimpinan Transformasional
a. Pemimpin membangkitkan emosi pengikut dan memotivasi mereka bertindak di luar
kerangka dari apa yang digambarkan sebagai hubungan pertukaran.
b. Kepemimpinan adalah bentuk proaktif dan harapan-harapan baru pengikut.
c. Pemimpin dapat dibedakan oleh kapasitas mereka mengilhami dan memberikan
pertimbangan individual (bentuk perhatian, dukungan, dan pengembangan bagi pengikut),
stimulasi intelektual (upaya pemimpin untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan
organisasional dengan sudut pandang yang baru) dan pengaruh ideal (membangkitkan emosi dan
identifikasi yang kuat terhadap visi organisasi) untuk pengikut.
d. Pemimpin menciptakan kesempatan belajar bagi pengikut mereka dan merangsang
pengikutnya untuk memecahkan masalah.
e. Pemimpin memiliki visi yang baik, retoris dan keterampilan manajemen untuk
mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan pengikutnya.
f. Pemimpin memotivasi pengikutnya bekerja untuk tujuan yang melampaui kepentingan
pribadi.
KESIMPULAN
REFERENSI
Bustari, Meilina. Kepemimpinan Transformasional kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja
Organisasi,
http://eprints.uny.ac.id/76/1/5._KEPEMIMPINAN__TRANSFORMASIONAL__KEPALA_SE
KOLAH__DALAM_MENINGKATKAN_KINERJA_ORGANISASI.pdf diakses pada tanggal
29 November 2012 pukul 14.47
Danim, Sudarwan. 2010. Kepemimpinan Pendidikan (Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ), Etika,
Perilaku Motivational dan Mitos). Bandung: Alfabeta.
Danim, Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar ( Kepemimpinan Transformasional
dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran). Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyono. 2009. Educational Leadership (Mewujudkan Efektivitas Kepemimpinan Pendidikan).
Malang: UIN Malang Press.
Widodo, Joko. Kepemimpinan Pendidikan Transaksional dan Transformasional di SMK Non
Teknik. Fakultas Ekonomi UNNES.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/DP/article/download/437/390 diakses pada tanggal 29
November 2012 pukul 14.44