Disusun Oleh :
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
D. Pencegahan Konflik................................................................................................ 7
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 12
B. Saran........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kelompok dalam satu organisasi dimana di dalamnya terjadi interaksi
antara satudengan yang lainnya, mempunyai kecenderungan timbulnya suatu konflik
yang tidak dapatdi hindarkan. Konflik terjadi karena disatu sisi orang-orang yang
terlibat dalam suatuorganisasi mempunyai karakter, tujuan, visi dan misi yang
berbeda-beda. Konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam suatu kelompok dan
organisasi, konflik tidak dapat di singkirkan tetapi konflik bias menjadi kekuatan
positif dalam suatu kelompok danorganisasi agar menjadi kelompok dan organisasi
berkinerja efektif.
Seorang pimpinan yang ingin memajukan organisasinya, harus memahami
faktor-faktoryang menyebabkan tinbulnya konflik, baik konflik di dalam individu
maupun konflik antar perorangan, konflik di dalam kelompok dan konflik antar
kelompok. Dalam menata sebuahkonflik dalam organisasi di perlukan keterbukaan,
kesabaran serta kesadaran semua pihakyang terlibat maupun yang berkepentingan
dengan konflik yang terjadi. Oleh karena itu di perlukan manajemen yang tepat agar
konflik dapat terselesaikan.
Emosi adalah bagian terpenting dari manusia serta merupakan aspek
perkembangan yang terdapat pada setiap manusia. Karena emosi, individu mampu
untuk merasakan keadaan dirinya dan mengekspresikan perasaannya secara tepat dan
positif. Secara umum terdapat dua macam emosi pada manusia yaitu emosi positif dan
emosi negatif. Senang dan bahagia merupakan salah satu bentuk dari emosi positif,
sedangkan marah (anger) dan sedih merupakan contoh dari emosi negatif. Emosi pada
manusia diperlukan untuk melakukan adaptasi dengan lebih mudah. Ketika individu
mampu untuk mengelola emosinya secara positif, maka individu akan mampu dalam
mengendalikan dirinya. Untuk itu, sesuai dengan yang dijelaskan Bhave dan Saini
yang mengatakan bahwa manusia perlu mempelajari bagaimana cara mereka
mengendalikan emosinya agar dapat beradaptasi dengan baik. Marah merupakan
bagian dari emosi yang mengandung muatan emosi yang negatif. Walaupun termasuk
sebagai emosi negatif, akan tetapi kemunculan marah tidak selalu menjadi tanda dari
adanya ketidakstabilan emosi, melainkan merupakan emosi alami yang dialami oleh
setiap orang baik itu anak-anak, remaja, dan orang dewasa.
1
B. Perumusan Masalah
1. Apa definisi konflik dan kemarahan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Penggolangan yang lain adalah berdasarkan tipe konflik (Greer et al., 2012),
yaitu: konflik tugas, konfilk proses, dan konflik relasi. Ketiga tipe konflik ini
dijelaskan sebagai berikut :
1. Konflik Tugas
Konflik tugas adalah tipe konflik terkait mutan dan luaran dari tugas
yang diselesaikan oleh tim, misalnya pertentangan tentang strategi
atau tujuan yang akan tercapai.
2. Konflik Relasi
Konflik relasi adalah tipe konflik terkait pribadi anggota tim, misalnya
perbedaan nilai atau cara masing-masing anggota dalam
menyelesaikan tugas tim.
3. Konflik Proses
Konflik proses adalah tipe konflik terkait isu logestik suatu
penugasan, misalnya pertentangan tentang cara mendelegasi tanggung
jawab atau penentuan waktu koordinasi.
Untuk memperdalam pemahaman tentang penggolongan konflik, di bawah ini
terdapat ilustrasi kasus yang dapat digunakan :
“Sekitar 2 minggu lagi, Puskesmas Segar Sehat akan mengadakan penyuluihan
kesehatan bagi masyarakat di daerah terpencil. Panitia inti telah dibentuk dan
didirikan dari ketua, wakil, sekretaris, dan bebrapa bidang seperti pelengkapan,
tasportasi, dan acara. Panitia inti diketuai oleh Ns, Ratih Kepala Program KIA yang
terkenal tegas dan selalu ingin bekerja cepat. Kepala Puskesmas, drg Ratu
mengundang panita inti rapat koordinasi. Ns. Ratih menyampaikan laporan
perkembangan dalam rapat itu. Ns Ratih mengeluhkan sulitnya berkomunikasi dengan
bebrapa anggota panitia.
“ Tiap kali diundang rapat, panitia inti tidak pernah full team. Pak Romi
selaku Koordinator bidang perlengkapan selalu tidak hadir”.
“ Kenapa pak Romi tidak hadir ?” tanya drg. Ratu
“ Betul, beban kami jadi makin berat,” timpal Resti yang ditugaskan sebagai
koordinator bidang trasportasi.
“ Tidak tahu, dok, setiap saya undang pak Romi tidak pernah memberi kabar,
“Jawab Ns. Ratih.” Hari ini pun beliau tidak memberi kabar bahwa beliau tidak bisa
hadir. “
4
Pak Romi adalah pengelola program promosi kesehatan puskesmas, ia telah
bekerja di Puskesmas Segar Sehat selama 21 tahun
“ Cara mengundangnya, seperti bos, “ bisik Rini pengelola program TB
kepada Ranti, pengelola program gizi yang sama-sama menjadi panitia bidang
acara.
“ iya ya, sepertinya memang seperti itu, “ balas Ranti sambil tersenyum.
“ Pak Romi pernah mengeluhkan cara Ns.Ratih yang terkesan bossy saat
mengundnag panitia. seperti kepada junior saja, besok rapat koordinasi siapkan
update bidang perlengkapan melalui whatsapp. “
“ Akibatnya tim transportasi mengambil alih pekerjaan perlengkapan, “
lanjut Ns.Ratih.”
Pada kasus di atas, tipe konflik yang terjadi adalah konflik relasi dan
konflik proses. konflik relasi muncul dari cara komunikasi yang terkesan seperti
atasan dan bawahan diantara ketua panitia dan koordinator bidang perlengkapan,
sedangkan konflik proses terjadi karena bidang trasportasi mengambil alih pekerjaan
bidang perlengkapan secara terpaksa. Secara umum berdampak negatif bagi
keberhasilan tujuan koloaborasi tim. Konflik tugas dapat saja memberikan dapak
positif jika pertentangan strategi yang dipilih membuat anggota tim mendiskusikan
fungsi masing-masing anggota tim secara lebih mendalam. Namun demikian, konflik
tugas memiliki kecenderungan untuk meluas menjadi konflik relasi maupun proses.
Proses kolaborasi dapat menajdi lebih efektif dan efisien dengan memastikan fungsi
dan peran anggota tim secara umum, tipe konflik yang tersulit dikelola adalah konflik
relasi (Greer et al., 2012).
5
2. Tahap 2 : Persiapan
pada tahap ini, pihak yang berkonflik perlu menentukan sebab dan
jenis konflik yang terjadi, memehami posisi masing –masing,
mengumpulkan data terkait konflik yang terjadi, mempertimbangkan
motifasi dan sasaran yang ingin dicapai, menentukan intensitas
konfklik, dan menyadari respons emosi yang terjadi pada pihak-pihak
yang berkonflik.
3. Tahapan 3 : melakukan pembicaraan
pembicaraan dimulai dengan mencoba menetapkan aturan dasar dalam
(ground rules) laalu mencoba memahamiapa yang terjadi, dilanjutkan
dengan mendengarkan pandangan dan pendapat dari pihak-pihak yang
berkonflik.
Secara umum konflik harus diselesaikan, jika tidak terselesaikan konflik dapat
menimbulkan berbagai akibat dalam rentang yang ringan sampai berat. cara terbaik
menangani konflik dalam tim, adalah sebagai berikut (scholtes et al., 1969):
1. Antisipasi dan cengah permasalahan sesegera mungkin
permasalahan dapat dicegah atau diantisipasi jika kelompok lebih
banyak menghabiskan waktu untuk mengembangkan diri sebagai
sebuah tim.
2. Pikirkan setiap masalah sebagai permasalahan kelompok
secara alamiah ketika terjadi permasalahan anggota kelompok
cenderung menjalahkan anggota lainnya, padahal sejatinya setiap
permasalahan terkait dengan sistem, bukan individu.
3. Tidak bereaksi berlebihan dan tidak juga tanpa reaksi
Beberapa perilaku dapat membuat ganguan dalam waktu singkat
terhadap perkembangan kelompok. Perilaku tersebut dapat bersifat
ronis dan terjadi berulang-ulang.
6
dan Killman 1978 dalam tulisan Sportman dan Hamilton, adalah, sebagai berikut :
(Sportman dan Hamilton, 2007)
1. Gaya Menghindar (Avoiding)
Gaya ini tidak mengusahakan penyelesain konflik, melaikan
menghindari konflik sambil mencari waktu yang lebih baik untuk
menyelesaikan, gaya ini tidak asertif dan tidak kooperatif.
2. Gaya Bersaing (Competing)
Gaya ini mengedepankan keinginan untuk memenangkan diri sendiri
dengan menggunakan berbagai cara. Gaya ini mengedepankan sikap
asertif tetapi tidak koperatiof.
3. Gaya Akomodasi (Accomodating)
Gaya ini mengesampingkan keinginan pribada dan memuaskan
keinginan pihak lain yang berkonflik. Gaya inio tidak seasertif tetapi
koperatif. Akomodasi dipilih untuk keluar dari rasa tidak nyaman yang
ditimbulkan akibat konflik.
4. Gaya Kompromi (compromissing)
Gay ini mengusahakan jalan tengah atau solusi yang dapat di terimaka
kedua belah pihak, meskipun tidak sepenuhnya memuaskan keduanya.
5. Gaya Kolaborasi (Collaborating)
Gaya ini mengusahakan kerjasama denganpihak lain untuk mencapai
penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak.
D. Pencegahan Konflik
Konflik dalam tim kolaborasi dapat dicegah melalui beberapa cara antara lain
( Harolds dan Wood , 2006 ; Andrew, 1999; Ramsay, 2001 ):
1. Menyertakan seluruh anggota tim dalam tahap perencanaan
2. Membuat Panduan yang berisi kebijakan dan pembagian kerja anggota
tim
3. Menyelesaikan setiap masalah yang muncul sekecil apapun dan
menginformasikan kepada anggota tim
4. Membuka akses komunikasi antar anggota dan pemimpin tim
5. Menjadwalkan pertemuan rutin tim
6. Melakukan pelatihan keterampilan pengelolaan masalah, kerja sama
tim, dan komunikasi efektif
7
7. Mempertimbangkan dengan seksama peerubahan anggota tim
8. Memilih media interaksi yang sesuai untuk semua tim
9. Menyediakan kesempatan untuk mendapat umpan balik dan refleksi
diri;dan
10. Menerapkan pola kepemimpinan yang menimbulkan iklim optimisme
dan kerja sama tim
8
2. Persepsi terhadap keadilan
Manusia memiliki kecenderungan untuk membandingkan dirinya
dengan orang lain. saat kondisi orang lain terlihat lebih baik,
terkadang timbul persepsi ketidak adillan yang pada akhirnya dappat
menimbulkan kemarahan.
3. Sasaran yang terhambat
Setiap orang memiliki sasaran pribadi, dan dalam dunia kerja terdapat
sasaran terkait pekerjaan. Sasaran yang terhambat karena keberadaan
oranng lain dapat memicu kemarahan.
4. Perbedaan nilai-nilai
Ditempat kerja, sebagian besar orang menganut nilai kompetensi,
kerja keras, dan integritas.
5. Hubungan dengan atasan
Organisasi diatur berdasarakan hierarki dan kekuasaan (power).
Kemarahan seseorang atasan akan mudah terpicu jika bawahan
mempertanyakan kekuasaannya.
9
4. Eksperikan perasaan secara efektif dan sesuai
untuk dapat mengekspresikan perasaan secara efektif, seseorang harus
mengetahui perasaan yang muncul, apa yang sebenernya terjadi, dan
apa yang diinginkan.
5. Temukan solusi dari masalah yang menyebabkan kemarahan
Untuk menemukan solusi yang tepat, tanyakan pada diri sendiri
apakah penyebab kemarahan dapat diubah oleh diri sendiri, lalu buat
rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.
6. Let GO
Biarkan masalah yang menyebabkan kemarahan pergi dari pikiran.
Tidak menjadi masalah apakah masalah tersebut ada solusinya atau
masih menunggu waktu untuk dapat diselesaikan.
10
Evaluasi perlu dilakukan terkait dua hal yaitu cara mengekspresikan
kemarhan dan sumber/ penyebab kemarahan. Berikan umpan balik
mengenai cara mengekspresikan kemarahan lalu didiskusikan solusi
masalah yang mendasari kemarahan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik merupakan sesuatu yang nyata terjadi pada setiap organisasi. potensi
konflik semakin tinggi pada organisasi pelayanan kesehatan karena organisasi ini
berurusan dengan isu kehidupan dan kematian seseorang. Pekerja pada organisasi
pelayanan kesehatan dituntuk untuk memiliki keahlian baik teknis maupun hubungan
antar manusia.
Kemarahan merupakan emosi dasar manusia, seperti juga takut, sedih, dan
gembira. Seperti halnya emosi yang lain,kemarahan terjadi sebagai respons terhadap
stimulus baik dari luar maupun dari dalam, langsung dan tidak langsung.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar lebih banyak lagi mempelajari tentang
Manajemen konflik dan kemarahan yang lain. Setelah mengetahui pengetahuan
tentang manajemen konflik dan kemarahan yang telah diuraikan dalam makalah ini,
diharapkan mahasiswa mampu memahami apa itu manajemen konflik dan kemarahan
karena teori ini juga sangat penting bagi perawat untuk menjelenkan praktik
keperawatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Diantha Soemantri,Santi Purna Sari dan Diyan Ayubi.2019.Kolaborasi Dan Kerja
Sama Tim Kesehatan.Jakarta:CV.Sugeng Seto.
Scholtes, P. R., B. L. Joiner, and B. J. Streibel. 1996. The Team Handbook Joiner
Associates Inc. Madison.
Wall, B., R. S. Solum, and M. R. Sobol. 1992. The Visionary Leader: From Missin
Statement to a Thriving Organization, Here's Your Blueprint for Bullding and
Inspired, Cohesive. Customer Oriented Team. Prime Publishing. California.
13