Anda di halaman 1dari 19

PENGANTAR PSIKOLOGI

KONFLIK PSIKOLOGIS

Dosen Pengampu: Pratami Purwaningdyah, S.Psi


Kelas: MG104D

Disusun Oleh:
1. RIO YOHANES 212018010
2. JOAN CALISTA U 212018011
3. CHORNELIA FANNY 212018037
4. REXY A MAATUIL 212018041
5. DEYLANNO PARINUSSA 212018079

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Konflik
Psikologis” dengan lancar.
Makalah ini bertujuan untuk membuka wawasan tentang pengetahuan
dari materi “konflik psikologi” dan juga makalah ini bertujuan untuk
menginformasikan kepada para pembaca bagaimana “konflik psikologi” dilihat
dari sisi psikologi. Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapat referensi dari
beberapa sumber yaitu internet. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis memohon maaf apabila makalah ini jauh dari kata
sempurna. Kritik dan saran kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, 13 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG............................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................... 1
C. TUJUAN.............................................................................................. 1
BAB II.................................................................................................. 2
A. PENGERTIAN KONFLIK........................................................................ 2
B. BENTUK-BENTUK KONFLIK................................................................. 3
C. SEBAB-SEBAB MUNCULNYA KONFLIK................................................ 6
D. PANDANGAN TERHADAP KONFLIK.................................................... 7
E. CIRI-CIRI KONFLIK............................................................................... 8
F. PERKEMBANGAN KONFLIK................................................................. 9
BAB III................................................................................................. 11
KESIMPULAN...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika orang mengalami frustasi yang belum terselesaikan dalam
menjalankan proses kehidupan, maka ia tidak mungkin dapat terlepas dari
konflik. Namun, konflik dapat membuat seseorang mengalami perubahan-
perubahan perilaku, yang sering kali mengganggu dan bahkan membuat
seseorang mengalami stres. Tetapi, di sisi lain konflik membuat orang
menjadi tertantang untuk mengatasinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konflik?
2. Apa saja bentuk-bentuk dari konflik?
3. Apa penyebab munculnya konflik?
4. Bagaimana pandangan tradisional dan modern terhadap konflik?
5. Apa ciri-ciri dan perkembangan konflik?
6. Bagaimana bentuk kasus yang merupakan konflik?

C. Tujuan dan manfaat


Tujuan:  
1. Mengetahui tentang konflik
2. Mengetahui konflik dalam sebuah kasus

Manfaat

1. Menyelesaikan tugas Psikologi Industri dan Organisasi


2. Menambah wawasan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konflik
Konflik didefenisikan sebagai interaksi antara individu, kelompok dan
organisasi yang membuat tujuan atau arti yang berlawanan, dan merasa
bahwa orang lain sebagai penganggu yang potensial terhadap pencapaian
tujuan mereka. Konflik juga merupakan kondisi terjadinya ketidaksesuaian
tujuan dan munculnya berbagai pertentangan perilaku, baik yang ada dalam
diri individu, kelompok maupun organisasi. Kondisi yang telah dikemukakan
tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya tujuan
organasasi. Selain itu, juga dapat menimbulkan ketegangan emosi sehingga
memengaruhi efisiensi dan produktivitas kerjanya. Konflik dapat
dikelompokkan ke dalam dua unsur, yaitu: konflik antara individu dengan
dirinya sendiri dan konflik antara individu dengan lingkungan organisasi.
1. Konflik Antara Individu Dengan Dirinya Sendiri
Konflik antara individu dengan dirinya sendiri ini akan muncul ketika
individu merasa bahwa dalam dirinya sendiri mengalami :
 Adanya suatu pertentangan antara perasaan seperti senang dan
frustasi, gagal dan berhasil, berharap dan putus asa. Munculnya
perasaan-perasaan tersebut karena adanya kepentingan atau
kekuatan yang bergerak ke arah tertentu dalam waktu yang
bersamaan.
 Adanya dua gagasan/lebih yang berupa pertentangan, gerakan hati
(Impuls) saling berlawanan dan terjadi ketegangan emosi, akibatnya
muncul perasaan yang tidak menyenangkan (impuls tertekan), stres,
dan dapat memengaruhi perilaku individu secara kognitif (cara
berpikir, mengingat, dan menganalisis atau menyimpulkan menjadi
kurang produktif), ketakutan, kecemasan, bersalah/malu, sedih,

2
cemburu/iri hati, dan menjijikkan/muak, dan psikomotorik
(keterampilan motoriknya kurang terkoordinasi dengan baik ataupun
keterampilan manajerialnya juga kurang dapat diandalkan untuk
menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan secara tepat).
 Adanya suatu perjuangan antara keinginan dan pertentangan yang
ada dalam diri individu berupa pertentangan psikis seperti merasa
frustasi, stres, dan berusaha untuk melawannya.
2. Konflik Antara Individu Dengan Lingkungan Dalam Organisasi
Konflik antara individu dengan lingkungan dalam organisasi ini muncul
ketika individu merasa mengalami:
 Perilaku antagonis yang menyangkut perilaku lahiriah antara dia dan
orang lain yang berupa tindakan-tindakan seperti merusak dan
memperbaiki, antara menekan dan menetralisasi, acuh tak acuh dan
mengacuhkan, menyendiri dan bersosialisasi.
 Adanya tarik menarik antara keperntingan diri sendiri dan
kepentingan orang lain, seperti memperoleh kesempatan dan
menduduki jabatan dan merugikan orang lain.
 Adanya ketidak cocokan antara kepentingan diri sendiri dengan
kepentingan orang/kelompok lain yang mempunyai tujuan yang
sama. 
B. Bentuk-Bentuk Konflik
Dalam Setiap organisasi, tentu tidak akan terlepas oleh adanya konflik karena
pada dasarnya konflik itu muncul melalui tiga bentuk, yaitu :
1. Konflik dalam Diri Individu
Munculnya konflik yang ada dalam diri individu mempunyai
kecenderungan berkaitan dengan tujuan yang hendak di capai.
Pertentangan dapat terjadi ketika tujuan yang hendak dicapai saling
berimbang kekuatannya (saling tarik-menarik). Pertentangan tersebut
dapat memiliki bentuk positif maupun negatif, sehingga terjadi

3
persaingan dua atau lebih kepentingan dalam diri individu untuk
mencapai tujuan

3
yang diinginkannya. Ada 4 bentuk konfilk yang berkaitan dengan tujuan
yang hendak dicapai:
 Konflik mendekat-dekat
Yaitu konflik muncul ketika individu didorong untuk melakukan
pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih. Tetapi, tujuan
yang dicapai saling terpisah atau sama lainnya. 
 Konflik mendekat-menghindar
Yaitu individu yang mengalami konflik ini didorong untuk melakukan
pendekatan terhadap pesoalan-persolan yang mengacu pada satu
tujuan dan pada waktu yang sama didorong untuk melakukan
penghindaran terhadap persoalan-persoalan tersebut.
 Konflik menghindar-menghindar
Dalam konflik ini, individu didorong untuk menhindari dua atau lebih
hal yang negatif tetapi tujuan-tujuan yang dicapainya saling terpisah
satu sama lain. Resiko yang paling kecil dan mudah diatasi, serta
akibatnya tidak begitu fatal adalah ketika individu mengalami “konflik
mendekat-mendekat” dibandingkan dengan dua konflik yang lainnya.
 Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambiguitas
Konflik diri ini muncul ketika sering kali terjadi adanya perbedaan
peran dan ambiguitas dalam tugas dan tanggung jawab yang diampu
oleh individu.
2. Konflik Antarpribadi
Konflik antarpribadi adalah suatu konflik yang mempunyai kemungkinan
lebih sering muncul dalam kaitannya antar individu dengan individu.
Untuk mengahadapi konflik antarpribadi dalam suatu organisasi
diperlukan adanya kerja sama secara khusus yang dapat digunakan untuk
menganalisis perilaku terjadinya konflik antarpribadi atau antara diri
sendiri dengan orang lain dalam organisasi. Terdapat 4 konsep menurut

4
Johan Window untuk menciptakan hubungan intrapersonal dan
interpersonal, seperti:
- Open Self, kondisi dimana seseorang saling terbuka terhadap dirinya
sendiri maupun orang lain. Seseorang ini akan terbuka mengenai sifat,
perasaan, kesadaran, perilaku, dan motivasi. Orang yang berada pada
wilayah terbuka lebih mudah menjalin komunikasi dengan siapapun.
- Blind Self, kondisi dimana orang lain dapat memahami sifat,
perasaan, pikiran, dan motivasi seseorang, tetapi orang tersebut tidak
dapat memahami dirinya sendiri. Kondisi cenderung tidak dapat
menciptakan komunikasi efektif.
- Hidden Self, keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan untuk
menyembunyikan atau merahasiakan sebagian hal yang dianggap
tidak perlu untuk dipublikasikan kepada orang lain. Konsep ini terbagi
menjadi dua, yaitu: Over disclosed, yaitu seseorang terlalu banyak
menceritakan rahasianya, Under disclosed, yaitu seseorang sedikit
menceritakan rahasianya, tetapi hanya pada bagian-bagian tertentu.
- Unknown Self, kondisi seseorang yang tidak dapat memahami dirinya
sendiri bahkan orang lain pun tidak dapat mengenalinya. Unknown
self disebut juga sebagai konsep diri tertutup atau introvert.
3. Konflik organisasi
Dalam konflik organisasi dapat muncul karena adanya kemungkinan-
kemungkinan, yaitu situasi-situasi yang tidak sesuai dalam mencapai
tujuan, sasaran, dan alokasi yang tidak sesuai dengan tujuan, munculnya
ketidakpastian dalam status perkejaan dan perbedaan persepsi. Selain
itu, konflik organisasi dapat dibagi menjadi empat yaitu menurut
jenisnya:
- Konflik Hierarki

5
Konflik ini dapat muncul ketika da benturan di hirarki struktural.
Semakin kompleks hierarki strukturalnya, maka semakin sering
terjadinya adanya konflik di antara para pejabat yang ada di dalam

5
strutur organisasi tersebut, seperti direktur, manajemen, kepala
bagian, kepala divisi, kepala departemen, dan supervisor serta
karyawan.
- Konflik fungsional dan disfungsional
Dalam suatu kesempatan, ivancevich, Konopaske, dan Matteson
(2005) membedakan konflik fungsional dan disfungsional. Konflik
fungsional menurut mereka adalah konfrontasi antara kelompok-
kelompok yang menginginkan keuntungan dan peningkatan prestasi
organisasi. Konflik disfungsional adalah berbagai konfrontasi atau
interaksi di antara kelompok-kelompok yang merugikan dan
menghalangi tercapainya tujuan organisasi.
- Konflik Staf-lini
Konflik antara staf lini ini dapat muncul ketika hubungan atara garis
wewenang dan tanggung jawab keduanya saling tumpang tindih tidak
jelas.
- Konflik Kelompok formal dan kelompok informal
Konflik ini terjadi ketika ada dua kelompok, yaitu kelompok formal
dan informal mempunyai perbedaan kepentingan dalam mencapai
tujuannya.
C. Sebab-sebab Munculnya Konflik
Ada empat yang dapat menyebabkan munculnya konflik dalam suatu
organisasi, yaitu:
- Situasi-situasi yang tidak sesuai
Situasi-situasi tertentu yang kurang menguntungkan bahkan tidak
sesuai dalam mencapai tujuan organisasi merupakan salah satu
penyebab timbulnya konflik organisasi.
- Rancangan kegiatan dan alokasi waktu yang tidak sesuai

6
Konflik organisasi dapat muncul karena adanya rencana kegiatan atau
loaksi waktu yang tidak sesuai untuk mencapai tujuan organisasi.

6
- Masalah status pekerjaan yang tidak pasti
Masalah ketidak pastian dalam menentukan status pekerjaan bagi
karyawan, akan memicu munculnya konflik dalam organisasi.
- Perbedaan persepsi
Perbedaan persepsi yang sering kali muncul dapat memicu timbulnya
konflik dalam organisasi, ketika terjadi perbedaan-perbedaan persepsi
dalam memandang subjek atau objek, maka akan menyebabkan
munculnya konflik.
D. Pandangan Terhadap Konflik
 Pandangan Tradisional
Menurut pandangan tradisional terjadinya konflik organisasi di pandang sebagai
suatu proses yang sangat sederhana dan optimistik, karena pandangan tersebut
didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa: Konflik secara teoritis dapat dihindari,
konflik muncul karena adanya orang yang menjadi pengacau, atau pengganggu
situasi, karena konflik terjadi sebagai akibat dari adanya anggapan bahwa
seseorang lain suka mengacau atau mengganggu situasi, konflik digunakan
untuk mengkambing hitamkan pihak-pihak tertentu.
 Pandangan Modern
Pandangan modren berbeda dengan pandangan tradisional dalam
menilai konflik organisasi. Menurut pandangan ini konflik dianggap baik,
artinya dalam kehidupan organisasi perlu ada. Karena konflik ini dapat
membuat individu mempertahankan argumentasi yang dibuatnya,
berpikir lebih kritis, inovatif, dan kreatif. Dari berbagai penjelasan yang
dikemukakan tentang pandangan modern terhadap konflik di atas, maka
muncul beberapa asumsi yang mengatakan bahwa :
- Konflik tidak dapat dihindari, karena itu dapat terjadi pada setiap
organisasi. Dengan kata lain, jika muncul konflik, maka konflik
tersebut perlu dicarikan solusinya yang efektif dan tidak dibiarkan
apalagi dihindari.

7
- Konflik dapat terjadi karena adanya berbagai faktor struktural dalam
organisasi, yang secara khusus adalah konflik yang berkaitan dengan
konflik hierarki.
- Konflik menyatu dalam organisasi, artinya konflik harus ada dalam
organisasi. Dengan adanya konflik yang menyatu dalam organisasi,
maka setiap organisasi ditantang untuk dapat berubah dan
berkembang ke arah yang lebih produktif.
- Konflik yang muncul berskala minimal akan dapat mengoptimalkan
produktivitas kerja organisasi.
E. Ciri-Ciri Konflik
Menurut pandangan tradisional dan pandangan modern terhadap konflik,
maka muncul pula beberapa ciri diantaranya:
1. Paling tidak ada dua pihak secara pribadi maupun kelompok yang terlibat
dalam satu interaksi yang saling bertentangan satu sama lain.
2. Timbul pertentangan antara dua belah pihak secara pribadi maupun
kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran, ambigius, dan
adanya nilai-nilai atau norma-norma yang saling bertentangan satu sama
lain.
3. Munculnya interaksi yang sering kali ditandai oleh gejala-gejala perilaku
yang direncanakan untuk saling mengadakan, mengurangi, dan menekan
terhadap pihak lain. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan
diantaranya untuk pemenuhan kebutuhan fisik, seperti materi, gaji,
bonus, kesejahteraan, tunjangan tertentu seperti mobil, rumah, status,
dan jabatan.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat dari
adanya perselisihan dan pertentangan yang berlarut-larut.
5. Adanya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang
terkait dengan misalnya kedudukan, status sosial, pangkat, golongan,
kewibawaan, kekuasaan, harga diri, dan prestasi.

8
F. Perkembangan Konflik
Atas dasar pemahaman bahwa konflik tersebut adalah proses yang dinamis
dan bukan statis atau kaku, maka konsekuensi terjadnya konflik dapat
digambarkan melalui proses perkembangannya. Ada enam tahap proses
perkembangan konflik yang dapat dijelaskan satu persatu, yaitu:

1. Konflik masih tersembunyi (laten)


Berbagai macam kondisi emosi negatif seperti takut, cemas, kawatir, rasa
bersalah, curiga, iri, benci, dan dendam yang silih berganti di dalam diri
individu, kelompok ataupun organisasi yang kesemuanya itu dirasakan
sebagai suatu yang biasa dan tidak terlalu dipersonalkan, dianggap bukan
sebagai suatu masalah yang menganggu dirinya.

2. Kondisi yang mendahului


Tahap kedua ini adalah tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara
tersembunyi dan belum dirasakan sebagai suatu yang mengaggu individu,
kelompok, atau organisasi, secara keseluruhan.

3. Konflik yang dapat diamati dan konflik yang dapat dirasakan


Konflik ini muncul karena kondisi mendahului tidak diselesaikan dengan
tepat yang dapat menimbulkan dua macam siifat konflik yaitu konflik
yang dapat diamati dan konflik yang dapat dirasakan.

4. Konflik terlihat secara terbuka


Sebagai usaha untuk memenuhi rasa frustasi, mengantiisipasi timbulnya
konflik, baik yang dialami oleh individu, interpesonal/kelompok, maupun
organisasi akan terjadi mekanisme pertahanan diri.

5. Penyelesaian atau tekanan terhadap konflik

9
Pada tahap kelima ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap
suatu konflik, yaitu menyelesaikan konflik dengan berbagai strategi atau
bahkan sebaliknya malah memberi tekanan terhadap konflik.

6. Pengaruh penyelesaian konflik

9
Konsekuensi dari keputusan yang diambil dalam penyelesaian konflik
akan berpengaruh terhadap hubungan interpersonal/kelomppok dan
organisasi selanjutnya.

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Konflik didefenisikan sebagai interaksi antara individu, kelompok


dan organisasi yang membuat tujuan atau arti yang berlawanan, dan
merasa bahwa orang lain sebagai penganggu yang potensial terhadap
pencapaian tujuan mereka. Konflik merupakan kondisi terjadinya
ketidaksesuaian tujuan dan munculnya berbagai pertentangan perilaku,
baik yang ada dalam diri individu, kelompok maupun organisasi.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://pakarkomunikasi.com/teori-johari-window-pengertian-konsep
https://sunarfa.wordpress.com/tag/konflik-dalam-psikologi/

iii

Anda mungkin juga menyukai