Anda di halaman 1dari 50

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT


KEMANDIRIAN LANSIA DI PUSKESMAS SIMPANG III PUMU
KECAMATAN TANJUNG SAKTI PUMU
KABUPATEN LAHAT

PINHANIDI

1926010135.P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan


tim penguji proposal skripsi jurusan Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Tri Mandiri Sakti
Bengkulu

Oleh :

PINHANIDI
NPM. 1926010135.P

Bengkulu, 2021
Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Dian Dwiana Maydinar, S.M. KeD Ns. Ida Rahmawati, S.Kep

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan

Ns. Pawiliyah, S. Kep., MAN

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini tepat pada

waktunya. Adapun Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Tingkat Kemandirian Lansia di Puskesmas Simpang III

Pumu Kecamatan Tanjung Sakti Pumu Kabupaten Lahat Tahun 2021”.

Dalam penyelesaian Proposal Skripsi ini penulis telah mendapatkan

banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak/Ibu selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti

Bengkulu yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mengikuti

pendidikan S1 Keperawatan.

2. Ns. Pawiliyah, S. Kep., MAN selaku Ketua Jurusan Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Bengkulu yang telah banyak membantu

untuk mendapatkan fasilitas dalam menyelesaikan Proposal Skripsi.

3. Bapak Ns. Dian Dwiana Maydinar, S.M.KeD selaku Pembimbing I yang

bijaksana memberi bimbingan, mencurahkan perhatian, nasehat serta

waktunya selama penulisan Proposal Skripsi ini.

4. Ibu Ns. Ida Rahmawati, S. Kep selaku Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan arahan dengan

sabar dalam penyelesaian penyusunan Proposal Skripsi ini.

iii
5. Ibu Ns. Fernalia,S.Kep,M.Kep sebagai dosen Penguji I yang telah memberikan

masukan dan saran dalam perbaikan Proposal Skripsi ini.

6. Ibu Rafidaini Sazarni,R,S.Kep,M.Kep selaku Penguji II yang telah memberikan

masukan dan saran dalam perbaikan Proposal Skripsi ini.

7. Bapak, Ibu dan Staff Pendidik dan Kependidikan Jurusan Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Bengkulu yang telah

memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal Skripsi

ini.

8. Teman-Teman S1 Keperawatan angakatan 2021 serta seluruh Mahasiswa/i

Jurusan Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti

Bengkulu sebagai teman seperjuangan yang telah bersedia meluangkan

waktu dan memberi dukungan dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

9. Serta Kepada Orang Tua, Istri, keempat anakku dan seluruh keluarga atas

segala doa, dukungan motivasi, serta perhatian yang diberikan dalam

menyelesaikan penyusunan Proposal Skripsi ini.

Semoga Proposal Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan akan mendapat pahala yang

melimpah dari Allah SWT. Penulis mengharap kritik dan saran yang sifatnya

membangun sehingga dapat membantu untuk perbaikan selanjutnya.

Bengkulu, April 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................... 5
1.4.1 Bagi Peneliti................................................................. 5
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan.............................................. 5
1.4.3 Bagi Keperawatan........................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Lanjut Usia (Lansia)............................................................ 6
2.1.1 Pengertian Lansia.................................................... 6
2.1.2 Batasan Lansia......................................................... 7
2.1.3 Kebutuhan Hidup Lansia......................................... 10
2.2 Kemandirian....................................................................... 11
2.2.1 Definisi Kemandirian Lansia.................................. 11
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia
.......................................................................................... 13
2.3 indeks Katz ........................................................................ 20
2.4 Kerangka Konsep .............................................................. 22
2.5 Definisi Oprasional ............................................................ 22
2.6 Hipotesis Penelitian .......................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan tempat penelitian..........................................
3.2 Desain Penelitian............................................................. 24
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian...................................... 24
3.2.1 Populasi................................................................... 24
3.2.3 Sampel..................................................................... 24

v
3.4
Kriteria Sampel ................................................................ 26
3.5
Pengumpulan Data.......................................................... 26
3.6.1 Sumber Data .......................................................... 26
3.6 Teknik Pengumpulan Data............................................... 27
3.7 Alat Pengumpulan Data................................................... 28
3.8 Uji Validitas Dan Reliabilitas............................................ 28
3.9 Pengolahan Data.............................................................. 29
3.10 Analisis Data..................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 31

vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Definisi Operasional..................................................................... 22

vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (World Health Organization) dan Undang-Undang No

13 Tahun 1998 kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang

menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua

bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-

angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam

dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padilla, 2013).

Berdasarkan Kementerian Kesehatan (2017) secara global Asia dan

Indonesia pada tahun 2015 telah memasuki era penduduk menua (ageing

population), kondisi tersebut dikarenakan jumlah penduduk yang berusia 60

tahun ke atas (penduduk lanjut usia) melebihi angka 7 persen dari total

penduduk Indonesia 264 juta jiwa tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa

penduduk lansia di Indonesia (9,03%).

Kemajuan di berbagai bidang khususnya pada bidang perekonomian,

pelayanan kesehatan, penurunan terhadap angka kematian pada bayi dan

anak, adanya perbaikan terhadap gizi buruk dan kesadaran perilaku dalam

hidup bersih, teknologi yang sudah canggih, dan ada peningkatan dalam

pengawasan terhadap penyakit infeksi dapat mempengaruhi terjadinya suatu

peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) (Nugroho, 2014).

Upaya yang dilakukan dalam menangani masalah kesehatan usia

1
lanjut adalah upaya pembinaan kesehatan, pelayanan kesehatan dan

perawatan (Azizah, 2011). Orang lanjut usia yang mengalami kemunduran

fisik, juga akan mempengaruhi kemandiriannya dalam menjalani aktivitas

sehari-hari. Mandiri adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung

pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri

sendiri atau aktivitas seseorang, baik individu maupun kelompok dari

berbagai kesehatan atau penyakit. Mandiri juga dikatakan merawat diri

sendiri atau merawat diri dan dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-

hari (Stanley & Beare, 2007).

Masalah yang begitu kompleks memerlukan tindakan untuk segera

diatasi, maka diperlukan dukungan keluarga misalnya melalui perawatan

sehari-hari yang cukup misal perawatan kebersihan perorangan seperti

kebersihan gigi dan mulut, kebersihan kulit dan badan, serta kebersihan

rambut. Dukungan keluarga tersebut dimaksudkan agar lansia mampu

mandiri atau mendapatkan bantuan yang minimal dan memandirikan lansia

(Nugroho, 2008).

Seiring bertambahnya usia terhadap seseorang berbagai perubahan

akan terjadi baik secara fisik, kognitif dan psikososialnya (Ekasari, 2018).

Lanjut usia merupakan suatu tahap alamiah yang dapat terjadi secara terus-

menurus dan berkelanjutan yang dapat menyebabkan adanya perubahan

baik secara fisiologis dan psikologis yang menimbulkan berbagai masalah

fisik, biologi, mental dan sosial, ekonomi yang dapat memberikan dampak

2
dalam memenuhi 3 kebutuhan hidup sehingga dapat menyebabkan peran

sosial berkurang, terisolasi dalam kehidupan sekitarnya, terdapat

keterbatasan fisik, dan ketergantungan pada lansia (Muhith & Siyoto, 2016).

Ketergantungan yang terjadi pada lansia dapat diakibatkan karena lansia

mengalami penurunan kondisi baik fisik atau psikis. Perubahan fisik juga

dapat berdampak terhadap kemandirian lansia (Triningtyas & Muhayati,

2018).

Menurut Ekasari, Riasmini, dan Hartini (2018) Kemandirian lansia

merupakan suatu kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari

dan dalam berfungsi secara rutin serta menyeluruh bagi hidupnya. Menurut

Triningtyas dan Muhayati (2018) Kemandirian pada lansia merupakan hal

yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Lansia yang

memiliki ketidakmandirian akan berdampak terhadap ketergantungan lansia

yang akan menyebabkan lansia sakit dan memiliki penyakit (Triningtyas &

Muhayati, 2018).

Usia manusia akan terus bertambah seiring bergantinya waktu

Bersamaan dengan meningkatnya usia, beberapa fungsi vital dalam tubuh

ikut mengalami kemunduran. Pendengaran mulai menurun, penglihatan

kabur, dan kekuatan fisiknya pun mulai melemah. Kenyataan itulah yang

dialami para lansia. Kemunduran fisik dan menurunnya fungsi organ dapat

menyebabkan lansia menjadi tergantung kepada orang lain (Nugroho, 2008).

Kemandirian lansia adalah kebebasan untuk bertindak, tidak

3
tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas

mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun

kelompok dari berbagaikesehatan atau penyakit (Ediawati, 2012).

Berdasarkan teori dan data hasil studi sebelumnya yang menyatakan

masalah kesehatan lansia tersebut maka peneliti merasa perlu melakukannya

mengenai faktor-faktor kemandirian pada lansia dengan hasil penelitian

sebelumya bahwa kondisi kesehatan baik aspek fisik dan psikologis, sosial,

dan kognitif dapat mempengaruhi kemandirian lansia sedangkan untuk

ekonomi tidak. Dilihat dari faktor-faktor tersebut maka hal ini akan

berdampak terhadap produktifitas lansia memenuhi kebutuhan

sehariharinya, dapat menyebabkan berbagai penyakit kronik yang dapat

mempengaruhi kualitas hidup lansia.

Maka disini peneliti merasa perlu melakukannya penelitian mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian pada lansia baik dilihat dari

kondisi kesehatan baik dari Olahraga, kondisi sosial (dukungan keluarga), dan

Kormobiditas pada lansia. Berdasarkan uraian data di atas dengan berbagai

sumber maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi kemandirian lansia.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut “Apa Saja Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kemandirian

Pada Lansia ?”

4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor Yang

Berhubungan Dengan Tingkat Kemandirian Lansia di Puskesmas

Simpang III Pumu Kecamatan Tanjung Sakti Pumu Kabupaten Lahat.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui gambaran tentang faktor olahraga pada lansia Puskesmas

Simpang III Pumu Kecamatan Tanjung Sakti Pumu Kabupaten Lahat

b. Mengetahui gambaran tentang faktor Dukungan Keluarga pada lansia

Puskesmas Simpang III Pumu Kecamatan Tanjung Sakti Pumu

Kabupaten Lahat

c. Mengetahui gambaran tentang faktor Kormobid pada lansia

Puskesmas Simpang III Pumu Kecamatan Tanjung Sakti Pumu

Kabupaten Lahat

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan salah satu ilmu yang dapat diperoleh

peneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

kemndirian lansia dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lain

yang sejenis atau lebih khusus.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

5
Sebagai perwujudan Tridarma Perguruan Tinggi khusus dalam bidang

penelitian serta sebagai salah satu media pembelajaran dan referensi,

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kemandirian

lansia.

1.4.3 Bagi Keperawatan


Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk melaksanakan

pelayanan asuhan keperawatan yang tepat, yang ditujukan kepada

kelompok lanjut usia yang dalam pemeliharaan kemandirian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia (Lansia)


2.1.1 Pengertian lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang

yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok

umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu

proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Nugroho,

20011).

Menjadi tua merupakan suatu proses natural dan kadang–kadang

tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh

manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada

6
waktu yang sama. Asumsi dasar tentang teori penuaan yang harus

diperhatikan dalam mempelajari lansia yaitu (1) lansia adalah bagian dari

proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba–tiba menjadi tua,

tetapi perkembangan dari bayi, anak–anak, dewasa, dan akhirnya

menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun mungkin dapat

memiliki usia fisiologis seperti orang usia 50 tahun, (2) peningkatan

jumlah lansia merupakan hasil dari perkembangan ilmu dan teknologi

abad ke 20 (Hardywinoto, 2007).

Kriteria dalam proses penuaan yang baik dapat dilihat dari

kesehatan fisik dan mental lansia, fungsi kognitif, sosialisasi dengan

masyarakat, produktivitas, dan kepuasan hidup (Blackburn & Catherine,

2007).

Proses menua merupakan suatu proses yang terus berlanjut secara

alamiah dan akan dialami oleh setiap individu mengalami kemunduran,

baik dari struktur maupun fungsi organ yang dapat menyebabkan

kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan semakin berkurang

(Nugroho, 2009). Selain itu lansia juga akan mengalami penurunan

kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis, serta perubahan kondisi sosial

(Tamher & Noorkasiani, 2012).

Mauk (2006), menyatakan bahwa beberapa orang dewasa yang

lebih tua, khususnya mereka yang memiliki keterbatasan fisik harus

dapat mengelola activity of daily living mereka dengan pengawasan.

7
Misalnya, mencuci tangan atau berpakaian di pagi hari. Namun, dengan

kebutuhan pengawasan tersebut perawat dapat menilai atau mengkaji

langkah mana yang seharusnya dilakukan atau tidak. Dalam berpakaian

di pagi hari, beberapa lansia dengan keterbatasan kognitif akan lebih

membutuhkan pengawasan dari perawat terkait dengan kebutuhan

keamanan pada lansia.

Menurut Setiawan (2009), secara umum terdapat beberapa

perubahan kondisi fisik pada lansia yang dapat dilihat dari:

a. Perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit.

b. Perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut :

limpa, hati.

c. Perubahan panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman,

perasa.

d. Perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan

dan belajar keterampilan baru.

Perubahan/kemunduran kondisi fisiologis tersebut berupa

penurunan fungsi organ pada lansia yang seharusnya mendapat

perhatian dari seluruh kalangan baik keluarga, masyarakat, maupun

tenaga kesehatan terutama untuk meningkatkan kualitas hidupnya,

karena lansia adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari

masyarakat (Potter dan Perry, 2006). Kemunduran psikologis pada

lansia juga terjadi karena ketidakmampuan untuk mengadakan

8
penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara

lain sindroma lepas jabatan dan sedih yang berkepanjangan

(Departemen Kesehatan RI, 2000).

Selain aspek fisik dan psikologis, kemunduran juga terjadi pada

aspek sosial. Kemunduran sosiologi pada lansia sangat dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan dan pemahaman lansia itu atas dirinya sendiri.

Status sosial seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam

pekerjaan. Perubahan status sosial lansia akan membawa akibat bagi

yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik

dalam menghadapi perubahan tersebut. Aspek sosial ini sebaiknya

diketahui oleh lansia sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan

diri sebaik mungkin (Departemen Kesehatan RI, 2000).

2.1.2 Batasan Lansia


Menurut Undang–undang Nomor 4 Tahun 1965 yang termuat
dalam pasal 1 seperti dikutip oleh Nugroho (2000) adalah bahwa
seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lansia setelah
bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari–hari
dan menerima nafkah dari orang lain. Adapun beberapa pendapat
tentang batasan umur lansia yaitu:
a. Menurut World Health Organisation (WHO), ada empat tahap lansia
meliputi :

9
1) Usia pertengahan (Middle Age) = kelompok usia 45–59 tahun.
2) Lanjut usia (Elderly) = antara 60–74 tahun.
3) Lanjut usia tua (Old) = antara 75–90 tahun.
4) Lansia sangat tua (Very Old) = diatas 90 tahun.
b. Klasifikasi pada lansia ada 5 (Maryam, 2008), yakni :
1) Pralansia (Prasenilis) = seseorang yang berusia antara 45-59
tahun.
2) Lansia = seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi = seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
4) Lansia Potensial = lansia yang masih mampu melakukan aktifitas
5) Lansia tidak potensial = lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
(Departemen Kesehatan RI, 2003).
Menurut Birren and Jenner dalam Nugroho (2008) mengusulkan
untuk membedakan antara usia biologis, usia psikologis, dan usia
sosial.
1) Usia biologis, yaitu jangka waktu seseorang sejak lahirnya
berada dalam keadaan hidup tidak mati.
2) Usia psikologis, yaitu kemampuan seseorang untuk
mengadakan penyesuaian pada situasi yang dihadapinya.
3) Usia sosial, yaitu peran yang diharapkan atau diberikan
masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
Batasan lansia yang ada di Indonesia adalah 60 tahun ke
atas. Pernyataan tersebut dipertegas dalam Undang–undang Nomor
13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1
Pasal 1 Ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas.
2.1.3 Kebutuhan Hidup Lansia

10
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Lansia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan
hidup lansia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan
kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan– kebutuhan sosial
seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga
mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi,
membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang
baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lansia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dalam
Potter dan Perry (2005), yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia
meliputi:
a. Kebutuhan fisiologis, memiliki prioritas tertinggi dalam
hirarki Maslow.m Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu
atau penting untuk bertahan hidup. Kebutuhan tersebut antara
lain oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat, dan seks.
b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman adalah kebutuhan akan
rasa keamanan dan ketentraman, seperti kebutuhan akan
jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian. Orang dewasa secara
umum mampu memberikan keselamatan fisik mereka, tetapi yang
sakit dan cacat membutuhkan bantuan.
c. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki adalah kebutuhan dimana
manusia secara umum mebutuhkan perasaan bahwa mereka
dicintai oleh keluarga mereka dan bahwa mereka diterima oleh
teman sebaya dan oleh masyarakat.
d. Kebutuhan harga diri adalah kebutuhan akan harga diri untuk
diakui akan keberadaannya. Kebutuhan harga diri berhubungan
dengan keinginan terhadap kekuatan, pencapaian, rasa cukup,

11
kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan.
e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan tingkat kebutuhan yang
paling tinggi dalam hirarki Maslow. Menurut teori, pada saat
manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada tingkatan
yang lebih rendah, hal tersebut melalui
f. aktualisasi diri dikatakan bahwa mereka mencapai potensi mereka
yang paling maksimal.

2.2 Kemandirian
2.2.1 Definisi Kemandirian Lansia
Kemandirian lansia dalam ADL di definisikan sebagai kemandirian

seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan harian yang

di lakukan oleh manusia secara rutin dan universal (Kane, 1981 dalam

Sari, 2013). Menurut Agung (2006), Activity of Daily Living adalah bentuk

pengukuran terhadap aktivitas yang dilakukan rutin oleh manusia setiap

hari. Proses penuaan pada lansia cenderung berpotensi terhadap tingkat

kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Maryam, 2008).

Kemandirian merupakan sikap individu yang diperoleh secara

komulatif dalam perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk

bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan,

sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan

kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang

ke yang lebih mantap (Husain, 2013).

Ketersediaan bantuan sepanjang waktu di rumah atau institusi

12
layanan kesehatan atau rawatan rumah bersifat melindungi kebutuhan

lansia untuk tetap tinggal di rumahnya dan mempertahankan

kemandiriannya selama mungkin (Friedman, 2010). Pengkajian tingkat

kemandirian penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan usia lanjut

dalam rangka menetapkan level bantuan bagi usia lanjut tersebut dan

untuk perencanaan perawatan jangka panjang (Maryam, dkk, 2011).

Kemandirian mempengaruhi perubahan situasi kehidupan, aturan

sosial, usia dan penyakit. Lansia akan berangsur-angsur mengalami

keterbatasan dalam kemampuan fisik dan peningkatan kerentanan

terhadap penyakit kronis. Kemandirian Lansia di pengaruhi olehfaktor usia

dan imobilitas. Faktor pertama yang mempengaruhi tingkat kemandirian

lansia yang menentukan tingkat kemandirian lansia yaitu usia, usia yang

semakin bertambah membuat lansia kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.Semakin usia lansia bertambah semakin pula aktivitas lansia

menurun (Rosa Aria, Ikhsan, Nurlaily, 2018).

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia

a. Olahraga

13
WHO mendefinisikan Aktifitas fisik sebagai suatu gerak tubuh

yang dihasilkan dari kerja otot rangka yang memerlukan pengeluaran

energi. Inaktifitas fisik (kurangnya aktifitas fisik) telah dikenal sebagai

faktor utama keempat penyebab kematian global (6% dari kematian

secara global). Selain itu, inaktifitas fisik diperkirakan menjadi penyebab

utama untuk sekitar 21-25% dari kanker payudara dan usus, 27% dari

diabetes dan sekitar 30% dari beban penyakit jantung iskemik (WHO,

2016). Aktifitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang

meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau pembakaran kalori

(Depkes, 2015).

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan fungsional pada

lansia adalah dengan senam lansia, karena manfaat senam lansia bagi

kesehatan adalah sebagai upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Manfaat tersebut ditinjau secara fisik, psikis dan sosial.

Manfaat fisik senam lansia menjaga tekanan darah tetap stabil,

meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga berat badan ideal,

menguatkan tulang dan otot, meningkatkan kelenturan tubuh dan

meningkatkan kebugaran (Nisak, 2012).

Menurut Penelitian (Rina Jumita, Azrimaidaliza,Rizanda

Machmud,2012) terdapat hubungan antara olah raga dengan

kemandirian lansia, namun terdapat kecenderungan bahwa sebagian

besar lansia yang mandiri melakukan kegiatan olah raga. Ini berarti

14
olahraga cukup besar pengaruhnya terhadap kemandirian.

b. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya,

berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan

instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga

adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap,

tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga

anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan.

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi

sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial

berbeda–beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Namun

demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan sosial

keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal sebagai akibatnya. Hal ini meningkatkan

kesehatan dan adaptasi keluarga.

2. Fungsi Keluarga
Berdasarkan UU No.10 tahun 1992 dan PP No.21 tahun

1994 tertulis fungsi keluarga dalam delapan bentuk yaitu:

a. Fungsi Keagamaan

1) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan

15
tujuan hidup seluruh anggota keluarga.

2) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari

kepada seluruh anggota keluarga.

3) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam

pengamalan dari ajaran agama.

4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak

tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau

masyarakat.

5) Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga

beragama sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia

sejahtera.

b. Fungsi Budaya

1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk

meneruskan norma- norma dan budaya masyarakat dan bangsa

yang ingin dipertahankan.

2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk

menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai.

3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang

anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai

pengaruh negatif globalisasi dunia.

Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya

dapat berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma

16
bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

4) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang

dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung

terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera.

c. Fungsi Cinta Kasih

1) Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada

antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara

optimal dan terus-menerus.

2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga

secara kuantitatif dan kualitatif.

3) Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan

ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.

4) Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup

ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

d. Fungsi Perlindungan

1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari

rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar

keluarga.

2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari

berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.

3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga

17
sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

e. Fungsi Reproduksi

Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan

reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga

sekitarnya.

1) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan

keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.

2) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang

berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan

jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.

3) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal

yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

f. Fungsi Sosialisasi

1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan

keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak

pertama dan utama.

2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan

keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan

dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik

di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal

yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan

18
kedewasaan (fisik dan mental), yang kurang diberikan oleh

lingkungan sekolah maupun masyarakat.

4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam

keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi

juga bagi orang tua, dalam rangka perkembangan dan

kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia

sejahtera.

g. Fungsi Ekonomi

1) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam

lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan

perkembangan kehidupan keluarga.

2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,

keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan

pengeluaran keluarga.

3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi,

selaras dan seimbang.

4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal

untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

h. Fungsi Pelestarian Lingkungan

1) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan

19
internal keluarga.

2) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan

eksternal keluarga.

3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan

yang serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan

keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

4) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan

hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil

bahagia sejahtera (Setiadi, 2008).

3. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Friedman (2008), ada bukti kuat dari hasil penelitian

yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara

kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan.

Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak

perhtian daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih

besar. Selain itu dukungan keluarga yang diberikan oleh orang tua

(khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia.

Menurut Friedman (2008), ibu yang masih muda cenderung

untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya

dan juga lebih egosentris di bandingkan ibu-ibu yang lebih tua.Hal ini

yang mempengaruhi faktor-faktor dukungn keluarga lainnya adalah

kelas ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi meliputi tingkat

pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan.

20
Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih

demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas

bawah, hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu orang

tua dan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi

dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas

sosial bawah (Friedman, 2008). Faktor lainnya adalah adalah tingkat

pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin

tinggi dukungan yang diberikan pada keluarga yang sakit.

c. Kormobid

Komorbiditas yaitu terdapatnya dua atau lebih penyakit yang

terdiagnosis medis secara bersamaan pada individu yang sama,

dengan masingmasing diagnosis penyakit yang berkontribusi

didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan dan dikenal luas.

Komorbiditas memiliki efek negatif pada status kesehatan juga

fungsi fisik dan kognitif yang melampaui jumlah efek penyakit

tunggal. Dengan penuaan, keberadaan komorbiditas meningkat

nyata, karena frekuensi penyakit kronis pada individu meningkat

sebanding dengan bertambahnya usia. 17 Untuk menegakkan risiko

disabilitas, untuk memperkirakan prognosis, dan untuk menetapkan

alternatif pengobatan pada pasien tua dengan penyakit tertentu,

informasi mengenai komorbiditas sangat penting.

2.3 Indeks Katz

21
Katz Index digunakan untuk mengukur kemandirian seseorang

dalam beraktivitas. Alat ukur ini biasanya digunakan untuk mendeteksi

masalah keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari dan merencanakan

perawatan yang sesuai. Katz index terdiri dari 6 kinerja dalam enam

fungsi yakni mandi, berpakaian, toiletting, berpindah, kontrol buang air

besar dan buang air kecil, serta feeding. Katz index memiliki rentang skor

0-6, dengan 0 sangat dependen dan 6 sangat independen (Wallace,

2008).

Pengkajian kemandirian Index Katz sangat berguna untuk menilai

aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia. Status fungsional

menggambarkan konsep kualitas hidup akibat diagnosa medis yang

dialami lansia. Pengkajian status fungsional adalah kunci untuk

memahami sejauh mana keluahan somatik pada lansia berpengaruh

pada fungsi rehabilitatif yang akan dijalani lansia.

Penilaian Index Katz adalah suatu instrumen pengkajian dengan

sistem penilaian yang didasarkan pada kemampuan seseorang untuk

melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Penentuan

kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan

keterbatasan klien, sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang

tepat. Terdapat delapan kriteria, dimana penilaian tersebut berdasarkan

kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan

aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi

22
dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun sebenarnya mampu (Padila,

2013).

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Olahraga

Dukungan Keluarga Kemandirian Lansia

Kormobid

Bagan 1
Kerangka Konsep

2.5 Definisi Operasional

23
Tabel 1.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Alat Hasil Ukur Skala
Ukur Ukur Ukur
Olahraga Olahraga adalah Wawanca Kuesion 0 = tidak Nominal
suatu bentuk aktivitas ra er 1 = 1x1
Berjalan fisik yang terencana seminggu
dan terstruktur yang 2 = > 3x
Kaki melibatkan gerakan seminggu
tubuh berulang-ulang
dan ditujukan untuk
meningkatkan
kebugaran jasmani
Dukungan Dukungan yang Wawanc Kuesione 1 : rendah Ordinal
Keluarga diberikan keluarga ara r Skor : < 20
dalam bentuk
dukungan penilaian, Poin
dukungan 2 : Sedang
instrumental Skor : 21-39
dukungan
informasional, dan poin
dukungan emosional, 3 : Tinggi
kepada pasien pre Skor = >40
anestesi dengan Poin
tindakan spinal
anestesi

Penyakit komorbid: hipertensi, Kuesione - 0 : Ada Nomina


Kormobid 1 : Tidak
r Ada l
Kemandiria Kemandirian Lembar Kuesioner 0 : Tergantung Ordinal
seseorang dalam observasi indeks Skor : 1-12
n melakukan aktivitas indeks katz Poin
1 : Mandiri
dan fungsi kehidupan Katz. Skor : 12-16
sehari-hari yang Poin
dilakukan oleh
manusia secara rutin
dan universal

2.6 Hipotesis Penelitian


Hₒ : Tidak ada hubungan tingkat kemandirian lansian
Hᵃ : Ada hubungan tingkat kemandirian lansia

24
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Simpang III

Pumu, Kecamatan Tanjung Sakti Pumu, Kabupaten Lahat. Penelitian ini

direncanakan akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2021.

3.2 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

observasional analitik dengan menggunakan metode pendekatan cross

sectional. Penelitian cross sectional merupakan penelitian seksional silang

dengan variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada

objek penelitian yang diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau

satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan

pada studi ini tidak ada follow up (Setiadi, 2007).

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

25
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2002).

Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia di lingkungan posyandu yang

berada di wilayah Puskesmas Simpang III Pumu Kabupaten Lahat yang

berjumlah 989 orang lansia. Populasi terdiri atas dua sub populasi, yaitu

344 laki-laki dan 645 Perempuan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi. Adapun pengambilan sampel

minimum dalam penelitian ini di gunakan rumus Slovin (Setiade, 2007) dan

menggunakan tekhnik simple Purposive Sampling. Purvosive Sampling yaitu

suatu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang di

anggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah

di ketahui sebelumnya (Husein, 2011). Adapun perhitungan sampel dari

penelitian deskriptif rumus sebagai berikut:

n=

Keterangan :

n =Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikansi (ρ)


Maka jumlah sampel adalah

n=

26
989
n=
1+989(0,1)²

989
n=
10,89
n = 90,81 Responden, dibulatkan menjadi 91 responden

Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 91

responden.

3.4 Kriteria Sampel


Kriteria sampel penelitian terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi. Adapun kriteria inklusi dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Lansia berumur 60 tahun ke atas;

b. Tidak mempunyai riwayat penyakit stroke

b. Bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Simpang III Pumu;

c. Bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Lansia sedang sakit;

b. Lansia tidak berada di tempat saat pengambilan data;

c. Lansia yang memenuhi kriteria inklusi tidak bersedia menjadi responden

3.5 Pengumpulan Data

3.5.1 Sumber Data

a. Data Primer

27
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak

pertama, biasanya melalui angket, wawancara, jejak pendapat, dan

lain–lain (Nazir,2003). Data primer dalam penelitian ini adalah

karakteristik lansia dan aktivitas sehari–hari lansia.

b. Data Sekunder
Data yang didapatkan secara tidak langsung yaitu data dari
Puskesmas Simpang III Pumu.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat diperlukan untuk mengetahui

persebaran data dan cara memperoleh data tersebut dari subjek penelitian.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara

melakukan observasi terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kemandirian lansia dengan menggunakan indeks Katz.

Kuisioner Index Katz meliputi 17 pertanyaan mengenai mandi,

berpakaian, makan, kebersihan diri, mengontrol BAB/BAK, berjalan di

lantai datar, ibadah, melakukan pekerjaan rumah, berbelanja, mengelolah

keuangan, menggunakan sarana transportasi, menyiapkan obat,

merencanakan/mengambil keputusan untuk kepentingan keluarga,

melakukan aktifitas diwaktu luang.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan

lembar observasi indek Katz. Observasi terhadap responden dilakukan

selama 3 kali. Setelah data terkumpul dari semua responden, hasil

28
observasi akan dibaca berdasarkan lembar penilaian yang sudah

terstandar. Selanjutnya peneliti mengklasifikasikan ke dalam kategori

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut modifikasi yang dilakukan Maryam dkk (2011) dalam

Padila (2013) pada Indeks Kemandirian Katz terdapat 17 aktivitas

dengan penilaian yang dilakukan dengan menggunakan dua kriteria

yaitu mandiri nilai (1) dan bergantung nilai (2).

Peneliti menganalisa tentang kemandirian lansia dalam

pemenuhan aktivitas sehari-hari di Seluruh Responden yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Simpang III Pumu. Peneliti melakukan

wawancara kepada responden dibutuhkan waktu ±10 menit untuk

masing-masing responden.

3.7 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

dengan lembar observasi. Lembar observasi untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan tingkat kemandirian lansia dengan

menggunakan indeks Katz yang sudah terstandarisasi dengan menilai 6

item aktivitas dasar yang dilakukan responden meliputi mandi, berpakaian,

toileting, berpindah, kontinen, dan makan.

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah

29
instrument dikatakan valid jika instrument itu mampu mengukur apa

yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran

dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda

(Setiadi, 2007).

Ungkapan yang mengatakan bahwa instrumen harus reliabel

sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik

sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya (Arikunto, 2006).

3.9 Pengolahan Data

a. Editing
Editing merupakan pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah

diperoleh dari responden (Setiadi, 2007). Kegiatan pengecekan pada

pengisian lembar observasi apakah jawaban dalam lembar observasi sudah

lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.

b. Coding
Coding merupakan pemberian tanda atau mengklasifikasikan

jawaban– jawaban dari para responden ke dalam kategori tertentu

(Setiadi, 2007). Kegiatan mengubah data huruf menjadi data angka

sehingga mudah dalam menganalisa.

c. Entry

Proses memasukkan data ke dalam tabel dilakukan dengan program

yang ada di komputer (Setiadi, 2007). Memasukkan data dari

kuesioner ke dalam program yang terdapat di komputer yaitu SPSS 16.

30
d. Cleaning

Cleaning merupakan teknik pembersihan data, data–data yang tidak

sesuai dengan kebutuhan akan terhapus (Setiadi, 2007). Kegiatan

pengecekan ulang yang sudah di entry apakah terdapat kesalahan atau

tidak.

3.10 Analisa Data


1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Bentuk analisis

univariat dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan

kemandirian lansia seperti olahraga, dukungan keluarga dan penyakit

kormobid.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat menggunakan tabel silang untuk menyoroti dan

menganalisis faktor yang berhubungan anatara dua variabel . Menguji

ada tidaknya faktor yang berhubungan dengan tingkat kemandirian lansia

digunakan analisis Chi Square, dengan tingkat kemaknaan á = 0,05. Hasil

yang diperoleh pada analisis Chi Square dengan menggunakan program

SPSS yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan á = 0,05, apabila

nilai p lebih kecil dari á = 0,05 maka ada hubungan/perbedaan antara

dua variabel tersebut.

31
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Iskandar. 2006. Uji Keandalan dan Kesahihan Indeks Activity of Daily
Living Barthel untuk Mengukur Status Fungsional Dasar pada Usia Lanjut
di RSCM. Tesis. Jakarta: Program Studi Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Akhirinasari, Dwi R. 2010. Perbedaan Penggunaan Alat KB pada Kelompok


Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Puskesmas Bangsalsari Kabupaten
Jember. Jember: PSIK UNEJ.

Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr.. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka


Cipta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 2009. Kabupaten Jember dalam Angka
2009. Jember: Badan Pusat Statistik.

Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Biro Pusat Statistik. 2005. Sensus Penduduk Indonesia. Jakarta: EGC.

Blackburn & Catherine. 2007. Handbook of Gerontology: Evidence-based


Approaches to Theory, Practice, and Police. United States of America

32
Brockopp, Dorothy Young, et al.. 1999. Dasar-dasar Riset Keperawatan. Jakarta:
EGC.

Budiarti, Ritma. 2010. Faktor-faktor Succesfull Aging Lansia. Tidak


Dipublikasikan. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Dahlan, Sopiyudin M.. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.
Jakarta: Salemba Medika.

Darmojo, B.. 2003. Konsep Menua Sehat Dalam Geriatri, Jurnal Kedokteran dan
Farmasi Medika, Jakarta : Grafiti Medika Pers.

Darmojo RB, Mariono, HH. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2004

Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut


Bagi Petugas Kesehatan. Tidak Dipublikasikan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pemantauan dan Penilaian Program
Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2015. Pembinaan Kesehatan Olahraga di Indonesia. Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI: InfoDatin.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2010. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember. Jember: Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.

Friedman, Marilyn. 2010. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Edisi 5.


Jakarta: EGC.

Hardywinoto, Setiabudhi. 2007. Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama.

Hastono, Sutanto Priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Huda, Nurul .2004. Tingkat Kemandirian Lansia dalam Memenuhi Aktivitas


Kehidupan Sehari-Hari di BRSD Kepanjen Malang. Tugas Akhir.
Universitas Muhammadiyah Malang.

Kholid, Ahmad, S. Kep., Ns. 2003. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut.
Semarang: Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.

33
Maryam, R. Ekasari, FM. Rosidawati. Jubaedi, A. Batubara, I. 2011. Mengenal
Usia Lanjut dan perawatannya, SalembaMedika, Jakarta
Mauk, Kristen L, PhD, RN. 2006. Gerontological Nursing: Competiences For
Care. United States of America

Mubarak. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan 2: Teori dan Aplikasi dalam
Praktik dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan
Keluarga. Jakarta : Sagung Seto.
Nazir, M.. 2003. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nisak, K. (2012) Pengaruh Senam Lansia terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Sendi Pada
Lansia Di Lingkungan Suromurukan Kelurahan Surodinawan Kecamatan Prajurit
Kulon Kota Mojokerto. Skripsi, Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Dian Husada.
Notoatmodjo, Soekidjo.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rhineka Cipta.

Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.


Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nusa Medika

Rina Jumita, Azrimaidaliza, Rizanda Machmud, (2012). Kemandirian Lansia Di


Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kota Payakumbuh. Jurnal Kesehatan
Masyarakat,6 (2).
Rineka Cipta. Notoatmodjo, S.. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta. Notoatmodjo, S.. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Stanley, M., & Beare, P. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.

34
LEMBAR KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DI PUSKESMAS SIMPANG
III PUMU

Tujuan :
Lembar kuesioner ini dirancang untuk mengetahui “ Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Tingkat Kemandirian Lansia di Puskesmas Simpang III
Pumu”

Petunjuk :
3. Beri tanda ceklis (√) pada kolom yang sudah disediakan dalam lembaran
kuesioner jika jawaban menurut Bapak/Ibu tepat.
4. Jika Bapak/Ibu salah mengisi jawaban dalam kolom tersebut,
Bapak/Ibu bisa mencoretnya lalu beri tanda (√) pada jawaban yang tepat.

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN (LANSIA)

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :[ ] 1. Laki-laki [ ] 2. Perempuan

KUESIONER KEMANDIRIAN (INDEX KATZ)

No Aktivitas Ya Tidak
(Mandiri) (Bergantung/dibantu)
1. Pada saat mandi dikamar
mandi, apakah Bapak/Ibu
menggosok, membersihkan,
dan mengeringkan badan
setelah mandi?
2. Apakah Bapak/Ibu
menyiapkan pakaian, dan
membuka pakaiannya
sendiri?
3. Apakah Bapak/Ibu
memakan makanan yang

35
telah disiapkan?
4. Untuk memelihara
kebersihan diri, apakah
Bapak/Ibu menyisir
rambut, mencuci rambut,
menggosok gigi, dan
mencukur kumis?
5. Apakah Bapak/Ibu
membersihkan dan
mengeringkan daerah
bokong setelah buang air
besar di WC?
6. Apakah Bapak/Ibu dapat
mengontrol buang air
besarnya dengan baik?
7. Apakah Bapak/Ibu
membersihkan dan
mengeringkan daerah
kemaluan setelah buang air
kecil dikamar mandi?
8. Apakah Bapak/Ibu dapat
mengontrol buang air
kecilnya dengan baik?
9. Dapatkah Bapak/Ibu
berjalan dilingkungan
tanpa menggunakan alat
bantu seperti tongkat/kursi
roda?
10. Apakah Bapak/Ibu dapat
menjalankan ibadah sesuai
dengan kepercayaan yang
dianut?
11. Apakah Bapak/Ibu
melakukan pekerjaan
rumah, seperti :
merapihkan tempat tidur,
mencuci pakaian,
memasak, dan
membersihkan ruangannya
dengan sendiri?
12. Apakah Bapak/Ibu

36
berbelanja untuk
kebutuhan sendiri atau
kebutuhan keluarganya
dengan sendiri?
13. Apakah Bapak/Ibu masih
mengolah / mengatur
keuangan sendiri?
14. Jika Bapak/Ibu berpergian,
Apakah masih
menggunkan sarana
tranportasi umum sperti
angkot/bus?
15. Jika Bapak/Ibu sedang
mengkonsumsi obat,
apakah menyiapkan obat
dan meminum obatnya
sesuai dengan aturan
yang diperintahkan oleh
Dokter?
16.
Apakah Bapak/Ibu
mengikuti aktivitas di
waktu luang seperti
kegiatan keagamaan
(pengajian), dan social.
Maryam, R. Siti, dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika, 2008

37
KUISIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT


KEMANDIRIAN LANSIA DI PUSKESMAS SIMPANG III PUMU
KECAMATAN TANJUNG SAKTI PUMU
KABUPATEN LAHAT
TAHUN 2021

A. Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pekerjaan :

5. Pendidikan :

6. Hubungan Dengan Lansia :

7. Tekanan Darah :

A. DATA KHUSUS

Petunjuk pengisian kuesioner

38
1. Berikan tanda check list (√) pada setiap kolom yang sesuai
dibawah ini

2. Sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada!

SL : selalu

S : sering

K :Kadang-kadang

TP : Tidak Pernah

KUESIONER PENELITIAN

DUKUNGAN KELUARGA DALAM MENINGKATKAN


KEMANDIRIAN LANSIA

No PERTANYAAN SL S K TP
1. Saya menemani orangtua ketika orangtua melakukan
olahraga ringan misal jalan-jalan pagi
2. saya menolak ketika orangtua meminta bantuan
untuk bangkit dari kursi
3. saya mendampingi orangtua ketika naik turun tangga
atau tanjakan
4. Setiap kali orangtua menyatakan mau berjalan-jalan
pagi saya tidak memberikan pujian
5. Saya menghormati keputusuan orangtua jika ingin
buang air besar atau buang air kecil sendiri ke kamar
mandi
6. Saya tidak mendukung ketika orangtua beraktivitas
di luar rumah seperti berkunjung ke rumah saudara
yang jauh
7. Saya meluangkan waktu bersama orangtua untuk
mengobrol

39
8. saya menyajikan makanan pada orangtua yang
mengandung tinggi serat (sayuran dan buah-buahan)
9. Saya menyikat lantai kamar mandi setiap hari agar
tidak licin
10 Saya menyarankan orangtua untuk berpegangan
. tembok saat keluar masuk kamar mandi

11 saya tidak menyarankan orangtua untuk memakai


. pakaian yang hangat atau tebal ketika cuaca dingin

12 saya tidak memberikan informasi tentang


pentingnya membiasakan diri buang air besar dan
buang air kecil setiap hari

40
KUESIONER KEBIASAAN BEROLAHRAGA JALAN KAKI

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT
KEMANDIRIAN LANSIA DI PUSKESMAS SIMPANG III PUMU
KECAMATAN TANJUNG SAKTI PUMU
KABUPATEN LAHAT
TAHUN 2021

1. Apakah bapak / ibu biasa berolahraga jalan kaki ?


A. YA
B. TIDAK
2. Bila ya, berapa jarak berjalan kaki yang dilakukan?
A. ≥300 m
B.<300 m
3. Apakah ada pemanasan dahulu sebelum berjalan kaki?
A. YA

B. TIDAK
4. Bila ya, berapa lama pemanasannya ?
A. ≥10 menit
B. < 10 menit
5. Bagaimana jenis berjalan kaki yang dilakukan ?
A. Jalan kaki biasa
B. Jalan kaki cepat
6. Berapa kali seminggu melakukan olahraga jalan kaki ?
A. ≥ 3 kali seminggu
B. < 3 kali seminggu

7. Total waktu yang dikerjakan selama berolahraga jalan kaki ?


A. ≥30 menit
B. < 30 menit
8. Apakah selama berjalan kaki terdapat keluhan ?
A. YA
B. TIDAK
9. Bila ya, keluhan seperti apa yang dirasakan ?
A. Sesak nafas
B. Cedera kaki
10. Apakah menggunakan sepatu olahraga saat berjalan kaki ?
A. YA
B. TIDAK
11. Apakah anda merasa lebih bugar setelah berolahraga jalan kaki ?
A. YA
B. TIDAK

Anda mungkin juga menyukai