Cairan Elektrolit
Cairan Elektrolit
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
penyakit gagal jantung kongestif & hipertensi. Misalnya ialah cairan Ringer-
Laktat (RL), & normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah di bandingkan serum (konsentrasi ion
Na+ lebih rendah di bandingkan serum), maka larut dalam serum, &
menurunkan osmolaritas serum. Sehingga cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah menuju ke luar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas yang rendah ke osmolaritas lebih tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yg dituju. Digunakan pada kondisi sel “mengalami”
dehidrasi, contohnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik,
serta pada pasien hiperglikemia (dengan kadar gula darah tinggi) dengan
gangguan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yg membahayakan ialah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan
kolaps kardiovaskular & peningkatan tekanan intrakranial (didalam otak)
pada sebagian beberapa orang. Misalnya ialah NaCl 45% & Dekstrosa 2,5%.
Hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi di bandingkan serum, maka “menarik”
cairan & elektrolit dari jaringan & sel ke dalam pembuluh darah. Dapat
mengurangi edema (bengkak), menstabilkan tekanan darah & meningkatkan
produksi urin . Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.
Contohnya NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%, Dextrose 5%+Ringer-
Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, product darah (darah), & albumin.
(A.Potter Patricia, G. Perry Anne. 2010)
Balance cairan
Balance cairan menggambarkan keseimbangan antara intake dan
output cairan terutama untuk pasien yang memerlukan pengawasan terhadap
kelebihan atau kekurangan cairan.Misalnya pasien kelebihan volume cairan :
CKD, Pasien kekurangan volume cairan : pasien diare, perdarahan
( hemoragik ). Tanda positif menggambarkan bahwa cairan masuk (input )
lebih banyak dibandingkan dengan cairan yang keluar ( output )
1.3. Perhitungan cairan
Cara Menghitung Tetesan Infus
Merek Otsuka
faktor tetes = 15 tetes/ml
Merek Terumo
faktor tetes = 20 tetes/ml
infus set makro sering dipakai untuk pasien dewasa karena pada infus set ini
debit cairan yang dikeluarkan lebih besar, sehingga diharapkan pemenuhan cairan untuk
pasien lebih cepat. namun untuk kasus tertentu ada kalanya infus set makro juga diapakai
untuk anak – anak.
5
jadi dengan rumus diatas kita dapat menghitung jumlah tetesan yang harus
diatur agar kebutuhan cairan pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Infus set mikro sering dipakai untuk pasien anak – anak karena debit cairan
yang dikeluar 3 kali lebih sedikit dibandingkan infus set makro, namun pada kasus
tertentu infus set mikro juga bisa dipakai untuk pasien dewasa. Berikut rumus
menghitung tetesan infus untuk infus set mikro. Sebenarnya rumus yang digunakan
sama saja dengan rumus yang digunakan menghitung tetesan infus untuk infus set
makro. Namun yang berbeda hanyalah faktor tetesan nya.
Disini kita menggunakan ketetaapan faktor tetes infus set makro = 60. Jadi
untuk menghitung tetesan infus untuk infus set mikro tetap gunakan rumus diatas
hanya ganti angka angka faktor tetesan dengan faktor tetes mikro yaitu 6
6
i
mempunyai fungsi yang sama, kedua jenis pump ini ternyata mempunyai jenis
atau karakteristik yang berbeda-beda. Pada infusion pump, jenis larutan obat
yang bisa dimasukkan ke dalam tubuh pasien sebesar 500 cc. Sedangkan pada
syringe pump hanya sebesar 50 cc. Jadi memang perlu pelatihan agar dapat
membedakan penggunaan kedua alat tersebut dengan lebih baik.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh
manusia.kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda – beda sesuai dengan
tingkat usia seseorang. Kondisi yang tidak terpenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
dapat memengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal.Untuk mempertahankan
kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang maka pemasukan harus cukup
sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui pemberian cairan per oval
atau intraven.Kebutuhan cairan & elektrolit ialah sebuah proses dinamik lantaran
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yg tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis & lingkungan.Jenis - jenis cairan parenteral : isotonik, hipotonik,
hipertonik, dan balance cairan.
3.2. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun,semoga dengan makalah inin dapat
menambah pengetahuan serta lebih bias memahami tentang pokok bahasan makalah
ini bagi para pembacanya.semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
8
Daftar Pustaka
Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2015. Keterampilan Dasar Praktek Klinik
untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Wahit Iqbal Mubarak. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan II. Jakarta : Salemba Medika.