Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH FISIKA BATUAN

SIKLUS DAN PEMBENTUKAN BATUAN

FARUQ RAHIMULLAH LOULEMBAH

G 811 18 004

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “BATUAN”.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Fisika Batuan.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Palu,  11 September  2021

Faruq Rahimullah
“SIKLUS DAN PEMBENTUKAN BATUAN”

A. Pembentukan Batuan
Bumi ini adalah planet yang terus berevolusi pada awalnya sekitar 4,5 milyar tahum yang
lalu bumi ini hanyalah akumulasi dari bongkahan-bongkahan material ruang angkasa
kemudian mengalami kompresi dan terus berevolusi hingga menjadi planet (benua,
samudera, dan atmosfer). Sampai hari ini, bumi adalah satu-satunya planet yang dijumpai
adanya kehidupan.

Pada mulanya, bumi terbentuk dari material-material yang berasal dari ledakan besar
yang disebut “big bang” kemudian material-material tersebut saling bertabrakan,
terakumulasi, terkompresi menjadi sebuah planet. Bumi memiliki suhu yang sangat panas
sehingga material-material pembentuk bumi meleleh. Suhu panas ini disebabkan oleh
tabrakan material dengan kecepatan yang tinggi dan peluruhan radioaktif kemudian
membentuk lapisan dimana material dengan densitas besar berada di lapisan bawah, dan
yang densitas lebih kecil mengapung di atasnya.

Kita mengetahui bahwa bumi memiliki struktur yang berlapis dan di bumi unsur besi
paling banyak dan besi memiliki densitas yang paling besar sehingga pada waktu dalam
bentuk lelehan besi tenggelam dan menjadi bagian dari inti bumi karena densitasnya
paling besar kemudian diikuti lapisan yang ringan diatasnya dan yang paling kecil
densitasnya membentuk kerak (crust) yang disebut sebagai litosfer. Lapisan batuan yang
kita ketahui hanya berada di kerak bumi dan kerak jika dilihat dari struktur bumi secara
keseluruhan sangatlah tipis dimana ketebalannya antara 5-70 km.

Teori tektonik lempeng menyatakan bahwa kerak terbagi menjadi beberapa lempeng
(plate) dan saling bergerak satu sama lain akibat arus konveksi. Lalu pergerakan lempeng
menyebabkan tumbukan dan pemekaran, sehingga terbentuk bentang alam yang tidak
rata. Kerak bumi bergerak secara dinamis karena adanya arus konveksi. Karena lempeng
bergerak satu sama lain maka terjadinya tumbukan dan pemekaran lantai samudera yang
menyebabkan terbentuknya deretan pegunungan. Teori tektonik lempeng juga
menjelaskan terjadinya fenomena-fenomena alam seperti gempa bumi, vulkaninisme dan
lainnya. Karena pergerakan lempeng menyebabkan morfologi di permukaan bumi
menjadi tidak rata.
Kerak terus mengalami perubahan, beberapa hal yang menyebabkan perubahan di kerak :
1. Orogeny (pembentukan pegunungan) yang disebabkan oleh fenomena tektonik
2. Weathering (pelapukan) yang disebabkan oleh sifat fisik, kimia, dan biologi.
3. Erosi yang menyebabkan batuan tergerus.

Pelapukan dan erosi proses yang terkait satu sama lain yang menyebabkan terbentuknya
formasi geologi dimana reservoir petroleum terbentuk.

B. Siklus Batuan
Pada awalnya batuan beku terbentuk dari proses pembekuan magma atau yang dikenal
dengan diferensiasi magma, batuan beku yang tersingkap di permukaan bumi selanjutnya
terkena panas matahari, hujan dan angin mengalami proses pelapukan (weathering),
tererosi dan tertransport ke dalam tempat yang lebih rendah yang disebut sebagai
cekungan, menjadi endapan sedimen (deposition of sediment), selanjutnya akibat tekanan
dan kompaksi (burial and compaction) maka endapan sedimen ini mengeras atau disebut
mengalami lithifikasi menjadi batu, yaitu batuan sedimen. Batuan sedimen dan batuan
beku tersebut apabila terkena proses deformasi dan metamorfisme (terbentuknya kembali
suatu batuan akibat proses metamorfisme) akibat adanya tekanan dan temperatur
(pressure and temperature) yang relatif tinggi maka batuan sedimen dan batuan beku ini
akan terubah menjadi batuan metamorf. Kemudian batuan sedimen dan batuan metamorf
yang terdapat pada kedalaman sangat besar akan meleleh lagi (partial melting) menjadi
magma, selanjutnya magma membeku lagi menjadi batuan beku, begitu seterusnya
berulang seperti keterangan sebelumnya, sehingga membentuk siklus batuan.

Anda mungkin juga menyukai