Oleh Kelompok 8 :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Pengantar Seismology Makalah ini
disusun guna melengkapi tugas semester 5 mata kuliah Dinamika Struktur dan Teknik
Gempa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan
oleh keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan mencari sumber, dan
pengalaman. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Selain lapisan-lapisan yang disebut di atas, Bumi juga terdiri dari empat susunan
kimia, yaitu atmosfer, hidrosfer, litosfer, dan biosfer.
Atmosfer
Lapisan atmosfer adalah lapisan udara yang membungkus planet ini dengan
ketebalan lebih dari 650 kilometer. Lapisan ini disusun dari nitrogen sebesar 78 persen
dan oksigen sebesar 21 persen. Atmosfer juga dibagi menjadi lima lapisan, yaitu
troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer.
Troposfer adalah lapisan yang paling dekat dengan permukaan Bumi. Jaraknya
sekitar 0 hingga 15 kilometer. Fenomena cuaca seperti hujan dan petir terjadi di
troposfer. Di lapisan selanjutnya ada stratosfer yang berada di atas troposfer. Jaraknya
sekitar 15 sampai 40 kilometer dari permukaan Bumi. Lapisan ini berfungsi untuk
menyerap dan menyebarkan radiasi ultraviolet dari Matahari.
Terakhir, ada eksosfer sebagai pelindung dan lapisan terluar yang menyelimuti
planet ini. Ini terletak 800 sampai 3.260 kilometer dari permukaan Bumi. Satelit yang
mengitari Bumi terdapat di eksosfer.
Hidrosfer
Seperti namanya, hidrosfer merujuk kepada lapisan air yang berada di permukaan
Bumi. Artinya, lapisan hidrosfer meliputi samudera, lautan, danau, sungai, air tanah, serta
uap air.
Litosfer
Litosfer adalah lapisan kerak paling luar yang terdiri dari batuan. Litosfer adalah
lempeng yang bergerak, sehingga dapat menimbulkan pergeseran benua.
Biosfer
Biosfer memiliki arti ‘lapisan hidup,’ yang merujuk kepada lapisan yang dapat
dihuni oleh makhluk hidup. Biosfer mencakup daratan, air, udara, dan interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
2.2 Sumber-sumber terjadinya gempa
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi.
Selain itu gempa bumi juga bisa disebabkan oleh letusan gunung api.
Gempa bumi juga bisa diartikan sebagai suatu peristiwa bergetarnya bumi akibat
pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan
batuan pada kerak bumi. Frekuensi gempa bumi di suatu wilayah mengacu pada jenis
dan ukuran gempa bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa bumi diukur
dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling
umum di mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala yang
di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya
lokal 5 magnitudo. Kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. Gempa
3 magnitudo atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besarnya 7 kali lebih
berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada
kedalaman gempa.
Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9 skala rickter, meskipun
tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar
adalah 9,0 magnitudo yaitu gempa di Jepang pada tahun 2011 , dan itu adalah gempa
Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi
Skala Mercalli.
a. Berdasarkan Penyebabnya
Menurut penyebab terjadinya, gempa bumi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Gempa Vulkanik
Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.
Contoh : gempa G. Bromo, gempa G. Una-Una, gempa G. Krakatau.
Dibawah lapisan kulit bumi terdapat lapisan mantel yang suhunya jauh lebih panas.
Pada lapisan ini terdapat aktivitas magma yang bisa mendesak hingga membentuk
rangkaian gunung berapi. Rangkaian inilah yang melewati wilayah geografis Indonesia.
Kita mengenal rangkaian ini dengan sebutan lingkaran api atau ring of fire. Desakan
dari aktivitas magma yang ingin keluar ke permukaan bumi bisa menyebabkan getaran.
Getaran inilah yang kita rasakan sebagai gempa bumi. Besarnya getaran tergantung dari
pergerakan magma. Jika pergerakan besar dan tiba-tiba, maka gempa bumi akan
semakin kencang terasa.
2. Gempa Tektonik
Gempa tektonik adalah gempa bumi yang terjadi karena pergeseran lapisan kulit bumi
akibat lepasnya energi di zone penunjaman. Gempa bumi tektonik memiliki kekuatan
yang cukup dahsyat. Contoh : gempa Aceh, Bengkulu, Pangandaran.
Lempeng bumi selalu mengalami pergerakan. Gerakan lempeng bumi ini bisa saling
menjauh, saling mendekat, atau saling bergeser satu sama lain. Biasanya, pergerakan
lempeng bumi sangat lambat dan tidak terasa oleh manusia. Pergerakan lempeng bumi
terukur hanya 0-15 sentimeter dalam setahun.
b. Berdasarkan Kedalamannya
Berdasarkan kedalamannya, jenis-jenis gempa bumi juga dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya (pusat gempa) berada
lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi
dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
1. Dampak fisik :
2. Dampak sosial :
-Menimbulkan kemiskinan.
-Kelaparan.
-Menimbulkan penyakit.
-Bila pada sekala yang besar (dapat menimbulkan tsunami yang besar), bisa
melumpuhkan politik, sistem ekonomi, dsb.
Gempa dibedakan menjadi 2 yaitu Body wave dan Surrface Wave antara
lain sebagai berikut :
a) Gelombang Primer/P-wave
Ciri-cirinya :
- Kecepatan 330 m/s di udara, 1450 m/s di air dan 5000 m/s di
granit.
- Amplitudo kecil
b) Gelombang Sekunder/S-wave
Ciri-cirinya :
Ciri-cirinya ;
b) Rayleigh Wafe
Ciri-cirinya :
Gambar Major tectonic plates, mid-oceanic ridges, trenches, dan transform fault pada
permukaan bumi, tanda panah menunjukkan arah pergerakan lempeng (Fowler, 1990)
Deformasi relatif antar lempeng terjadi pada zona-zona sempit yang
berada dekat dengan batas pertemuan lempeng. Deformasi ini dapat berlangsung
dengan lambat dan menerus (aseismic deformation) atau berlangsung cepat dan
tidak tetap (deformasi seismik). Apabila deformasi seismik terjadi, maka akan
timbul gempa bumi. Karena deformasi seismik ini sebagian besar hanya terjadi
di daerah batas pertemuan lempeng, maka gempa bumi pun sebagian besar
terjadi pada daerah-daerah tersebut seperti terlihat dalam Gambar.
Gambar Struktur bumi dan arus konveksi dalam selimut bumi (Noson dkk,
1988)
Hager dan O’Connel (1978) menyebutkan bahwa arus konveksi akan
menimbulkan tegangan geser di bagian bawah lempeng dan mengakibatkan
pergerakan lempeng di permukaan bumi. Pergerakan inilah yang menyebabkan
lempeng dapat bergerak saling menjauh di suatu tempat dan mendekat di tempat
lainnya.
BAB III
PENUTUP