Anda di halaman 1dari 16

Nama : Kalyana Silmi Nayyara

NIM : 03071182328009
Kelas : Indralaya

MK : Bahasa Indonesia

KERANGKA KALIMAT ESAI

STRUKTUR BUMI : Keseimbangan


Lingkungan dan Perubahan Global
yang Terjadi pada Kerak Bumi

I. Pendahuluan

Bentuk struktur interior bumi berlapis berlapis Seperti lapisan kulit bawang. Lapisan ini
dapat Dibedakan berdasarkan kandungan kimia dan sifat fisika lapisan Tersebut. Bumi
memiliki bahan silikat padat pada kulit luar, Kemudian dibawah lapisan kulit luar
terdapat mantel yang Sangat kental. Dibawah lapisan mantel ini terdapat inti luar cair
Yang viskositasnya sangat rendah dibandingkan dengan mantel. Setelah lapisan ini
terdapat inti dalam yang solid. Pemahaman Ilmiah tentang struktur internal Bumi
didasarkan pada Beberapa pengamatan data berupa topografi dan batimetri,
Pengamatan batuan di singkapan, sampel dibawah permukaan Dari kedalaman yang
sangat dalam yang dibawa oleh aktivitas Gunung berapi, analisis gelombang seismik
yang melewati Lapisan lapisan Bumi, pengukuran dari medan gravitasi dan Magnetik
bumi, dan percobaan dengan padatan kristal pada Tekanan dan suhu karakteristik
interior dalam bumi yang Dilakukan dilaboratorium. Dari kesemua data tersebut akhir
nya Didapat struktur lapisan bumi dari permukaan hingga pada inti Bumi tersebut.
II. Isi
1. Struktur Bumi
Ada 3 lapisan utama :
a. Kerak Bumi (Crush)
Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan Bumi). Kerak
bumi terdiri dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak Samudra. Kerak bumi
merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80 km.
b. Selimut Bumi (Mantle)
Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya diBawah lapisan
kerak bumi. Sesuai dengan namanya, lapisan ini berfungsi Untuk melindungi
bagian dalam bumi.Selimut bumi tebalnya mencapai 2.900 Km dan merupakan
lapisan batuan yang padat yang mengandung silikat dan Magnesium.
c. Inti Bumi (Core)
Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi menjadi
dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat Cair yang
memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat Yang
berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman
Discontinuity.
2. Lapisan luar bumi
Atmosfer terdiri dari lima lapisan dengan suhu yang berbeda-beda, yaitu
troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer.
3. Keseimbangan lingkungan hidup
Keseimbangan lingkungan hidup merupakan kemampuan lingkungan dalam
mengatasi berbagai macam gangguan dari alam dan aktivitas makhluk hidup,
serta kemampuannya dalam menjaga kestabilan kehidupan yang ada di
dalamnya.
4. Komponen – komponen dalam menjaga keseimbangan
5. Upaya – upaya dalam menjaga kesimbangan
6. Faktor – faktor perubahan lingkungan
a. Pencemaran air dan udara
b. Perubahan iklim
c. Pemanasan global
7. Cara untuk menanggulangi permasalahan lingkungan
8. Peran pemerintah dalam menjaga keseimbangan lingkungan hidup

III. Penutup

1. Kesimpulan : Bumi tersusun atas tiga lapisan.Lapisan Bumi mulai dari


lapisan terluar sampai terdalam yaitu kerak, selubung, Dan inti. Inti terdiri
atas inti
luar dan inti dalam.
2. Saran : Penulis mengharapkan dengan dibuatnya esai ini, pembaca dapat
lebih memahami struktur bumi mengenai lapisan – lapisan yang menyusun
bumi,dimulai dari lapisan luar dan lapisan dalam.
Struktur Bumi: Keseimbangan Lingkungan dan Perubahan Global
yang Terjadi pada Kerak Bumi
Nama : Kalyana Silmi Nayyara
NIM : 03071182328009
Jurusan/Prodi : Teknik Geologi
Universitas Sriwijaya
email : kalyana.silminayyara2525@gmail.com
WA : 081272265903

Struktur bumi terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu kerak bumi,
mantel, dan inti bumi. Kerak bumi merupakan lapisan paling atas dan
paling luar dari struktur bumi. Kerak bumi tersusun dari elemen yang
relatif ringan seperti silika, alumunium, dan oksigen. Ketebalan
lapisan kerak bumi bervariasi akibat permukaan bumi yang tidak
rata. Ketebalan kerak bumi di daratan adalah antara 25-40 kilometer.
Pada pegunungan ketebalannya bisa mencapai 70 kilometer,
sedangkan di lautan dan Kepulauan Hawaii merupakan kerak bumi
yang paling tipis, hanya 5 kilometer saja. Kerak bumi ada dua
macam, yaitu kerak benua dan kerak samudera. Kerak benua
sebagian besar terdiri dari batuan granit, sedangkan kerak samudera
terdiri dari batuan basal. Bersamaan dengan mantel lapisan atas,
kerak bumi terbelah menjadi lempeng-lempeng besar seperti
potongan puzzle. Inilah yang disebut dengan lempeng tektonik.
Lempeng ini bisa bergerak dengan kecepatan yang sangat lambat.
Pergerakan lempeng tektonik ini hanya 0 sampai 14 sentimeter per
tahun. Pemicu pergerakan lempeng tektonik sampai saat ini belum
diketahui (Arjana, 2021).
Mantel bumi berada di kedalaman 40 hingga 3.000 kilometer di
bawah permukaan bumi. Mantel bumi tersusun dari material besi,
magnesium, dan silika. Bagian terluar mantel bumi cenderung lebih
padat dan menempel dengan kerak bumi di atasnya. Mantel bumi
bersama dengan kerak bumi membentuk lapisan yang disebut
litosfer. Sekitar 100 sampai 200 kilometer di bawah permukaan
tanah, suhu mantel bumi mencapai titik leleh batuan atau sekitar
1.000 derajat Celcius. Pada lapisan mantel bumi bagian bawah
tersusun sebagian oleh batuan yang meleleh. Lapisan ini disebut
dengan astenosfer. Astenosfer bersifat lunak dan plastis. Ahli geologi
menduga, bagian mantel bumi ini lah yang menyebabkan pergerakan
lempeng tektonik (Fitrida., et all, 2015).
Inti bumi terdiri dari dua bagian, yaitu inti bagian luar dan inti
bagian dalam. Inti bumi bagian luar merupakan struktur cair yang
terdiri dari besi dan nikel. Inti bagian luar ini berada di kedalaman
2.885-5.144 kilometer. Suhu pada lapisan ini mencapai 3.700 derajat
Celcius. Inti bumi bagian dalam bumi berbentuk bola metal yang
memiliki radius 1.220 kilometer atau sekitar tiga per empat ukuran
bulan. Inti bumi bagian dalam ini terdiri dari besi dan nikel yang
padat. Suhu pada lapisan ini mencapai 5.500 derajat Celcius. Inti
bumi bagian dalam ini merupakan sumber utama medan magnet
bumi (Li, 2019).
Lapisan luar bumi ada atmosfer bumi. Atmosfer Bumi adalah
lapisan gas yang melingkupi Bumi, dari permukaannya sampai jauh di
luar angkasa. Atmosfer terdiri dari lima lapisan dengan suhu yang
berbeda-beda, yaitu troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan
eksosfer. Lapisan troposfer adalah lapisan atmosfer yang paling
dekat dengan Bumi, dengan ketinggian 0-10 km di atas permukaan
Bumi. Lapisan stratosfer adalah lapisan atmosfer yang berada di atas
lapisan troposfer, dengan ketinggian 10-50 km di atas permukaan
Bumi. Lapisan mesosfer adalah lapisan atmosfer yang berada di atas
lapisan stratosfer, dengan ketinggian 50-85 km di atas permukaan
Bumi. Lapisan termosfer adalah lapisan atmosfer yang berada di atas
lapisan mesosfer, dengan ketinggian 85-600 km di atas permukaan
Bumi. Lapisan eksosfer adalah lapisan atmosfer paling atas, dengan
ketinggian sekitar 600-10.000 km dari atas permukaan Bumi. Lapisan
atmosfer paling atas sangat tipis dan renggang sehingga partikel
yang bergerak bebas dapat lepas dari tarikan gravitasi Bumi dan
tertiup ke ruang angkasa oleh angin surya. Sebaliknya, kondisi
lapisan atmosfer paling bawah sangat tebal dan terdiri dari gas, air,
dan debu yang menyebabkan terjadinya hujan serta perubahan
musim dan cuaca (Suparto & Choirul, 2018).
Struktur bumi yang terdiri dari kerak bumi, mantel, dan inti
bumi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kondisi lingkungan
di bumi. Interaksi antara ketiga lapisan ini mempengaruhi berbagai
fenomena geologis seperti gempa bumi, gunung berapi, dan
pembentukan pegunungan. Kerak bumi yang terbelah menjadi
lempeng-lempeng besar dapat bergerak dengan kecepatan yang
sangat lambat, yang memicu terjadinya peristiwa geologis tersebut.
Mantel bumi bersama dengan kerak bumi membentuk lapisan yang
disebut litosfer, sementara astenosfer, lapisan mantel bumi bagian
bawah yang bersifat lunak dan plastis, diduga menyebabkan
pergerakan lempeng tektonik. Inti bumi bagian dalam juga memiliki
peran penting sebagai sumber utama medan magnet bumi (Dehant.,
et all, 2022).
Keseimbangan lingkungan hidup merupakan kemampuan
lingkungan dalam mengatasi berbagai macam gangguan dari alam
dan aktivitas makhluk hidup, serta kemampuannya dalam menjaga
kestabilan kehidupan yang ada di dalamnya. Lingkungan hidup yang
baik dapat tercipta bila terjadi keseimbangan antara mahluk hidup
satu dengan yang lainnya serta terhadap benda lain seperti air,
tanah, udara, dan sumber energi. Namun, perkembangan teknologi
yang pesat membantu manusia untuk menemukan inovasi yang
memudahkan mereka melakukan pekerjaan, namun tidak
diseimbangkan dengan akibat dari inovasi tersebut. Peningkatan
produksi sampah pun menjadi permasalah global karena beberapa
jenis sampah sulit untuk diurai, terutama sampah plastik dan sampah
elektronik. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk
memperhatikan aktivitas sehari-hari agar tidak mengganggu kondisi
lingkungan sekitar (Suzuki, 2022).
Setiap ekosistem memiliki berbagai komponen yang bekerja
bersama-sama untuk menjaga keseimbangan. Komponen-komponen
tersebut meliputi produsen (tumbuhan), konsumen (hewan),
dekomposer (organisme yang membusukkan sisa-sisa organik), dan
lingkungan fisik seperti tanah, air, udara, dan iklim. Interaksi segenap
komponen biotik dan abiotik akan menghasilkan jaring kehidupan
dan rantai makanan. Jaring kehidupan adalah hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Sedangkan rantai
makanan adalah urutan pemakanan antara makhluk hidup dalam
suatu ekosistem. Keseimbangan lingkungan dapat terganggu akibat
berbagai faktor, baik faktor alam maupun faktor manusia. Faktor
alam yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan antara lain
gempa bumi, banjir, kebakaran hutan, dan lain-lain. Sedangkan
faktor manusia yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan
antara lain penebangan hutan secara liar, pencemaran air dan udara,
dan lain-lain (Murialti & Mardiana, 2023).
Keseimbangan lingkungan dapat dijaga dengan cara menjaga
kelestarian lingkungan hidup. Upaya-upaya yang dapat dilakukan
antara lain dengan melakukan penghijauan, mengurangi penggunaan
bahan-bahan kimia berbahaya, mengurangi penggunaan kendaraan
bermotor, dan lain-lain. Selain itu, keseimbangan lingkungan juga
dapat dijaga dengan cara melakukan konservasi lingkungan.
Konservasi lingkungan adalah upaya untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup dengan cara mengurangi penggunaan sumber daya
alam secara berlebihan dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang
sudah terjadi. Dalam menjaga keseimbangan lingkungan, peran
pemerintah sangatlah penting. Pemerintah dapat melakukan
berbagai upaya untuk menjaga keseimbangan lingkungan, antara lain
dengan membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung pelestarian
lingkungan hidup, memberikan sanksi bagi pelaku kegiatan yang
merusak lingkungan hidup, dan lain-lain (Lestari., et all, 2021).
Perubahan lingkungan dapat disebabkan oleh faktor alam
maupun faktor manusia. Faktor alam yang dapat menyebabkan
perubahan lingkungan antara lain gempa bumi, banjir, kebakaran
hutan, dan lain-lain. Sedangkan faktor manusia yang dapat
menyebabkan perubahan lingkungan antara lain penebangan hutan
secara liar, pencemaran air dan udara, dan lain-lain. Penebangan
hutan secara liar merupakan salah satu faktor manusia yang paling
merusak lingkungan. Penebangan hutan yang tidak menggunakan
sistem tebang pilih akan memberikan kerugian yang besar bagi
lingkungan ataupun makhluk hidup yang ada dalam wilayah
tersebut. Selain itu, apabila hutan yang telah ditebang tersebut tidak
segera direboisasi ulang maka akan muncul masalah baru seperti
akan terjadi tanah longsor dan banjir. Penebangan hutan juga akan
mempengaruhi makhluk hidup yang tinggal di wilayah tersebut.
Dimana organisme dalam tanah seperti cacing dan mikorba lain akan
punah dan menyebabkan tanah menjadi tidak subur lagi (Zheng., et
all, 2021).
Pencemaran air dan udara merupakan faktor manusia yang
merusak lingkungan. Pencemaran air dapat terjadi akibat limbah
industri, limbah rumah tangga, dan limbah pertanian. Sedangkan
pencemaran udara dapat terjadi akibat asap kendaraan bermotor,
asap pabrik, dan lain-lain. Dampak dari pencemaran air dan udara
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada manusia dan
hewan, serta merusak ekosistem. Perubahan iklim juga merupakan
dampak dari aktivitas manusia yang signifikan. Perubahan iklim
terjadi akibat peningkatan gas rumah kaca pada lapisan atmosfer,
yang berlangsung untuk jangka waktu tertentu. Faktor-faktor
penyebab perubahan iklim meliputi efek gas rumah kaca, pemanasan
global, kerusakan lapisan ozon, kerusakan fungsi hutan, penggunaan
Cloro Flour Carbon (CFC) yang tidak terkontrol, dan gas buang
industry (Santoso & Marlina, 2022).
Penyebab utama perubahan iklim adalah meningkatnya emisi
gas rumah kaca di permukaan bumi. Gas rumah kaca adalah gas
atmosfer yang dapat menangkap panas matahari, contohnya adalah
karbon dioksida, nitrogen dioksida, metana, dan freon. Pada
dasarnya, gas rumah kaca punya efek baik karena bisa
menghangatkan permukaan bumi. Tanpa gas rumah kaca, bumi bisa
menjadi tempat yang sangat dingin untuk ditinggali. Namun, saat ini
jumlah emisi gas rumah kaca sudah sangat berlebih sehingga kondisi
bumi semakin panas. Gas rumah kaca banyak dihasilkan oleh
aktivitas manusia, terutama di bidang industri (Hasssan., et all,
2020).
Pemanasan global dan perubahan iklim memiliki dampak yang
sangat luas dan beragam pada lingkungan hidup dan kehidupan
manusia. Dampak-dampak tersebut meliputi kerusakan lingkungan,
kepunahan spesies, dan bencana hidrometeorologi. Pada sub bab ini,
kita akan membahas tentang kerusakan lingkungan dan dampaknya
pada lingkungan hidup dan kehidupan manusia. Kerusakan
lingkungan terjadi akibat aktivitas manusia yang tidak seimbang
dengan lingkungan. Perkembangan teknologi yang pesat membantu
manusia untuk menemukan inovasi yang memudahkan mereka
melakukan pekerjaan. Namun, perkembangan inovasi ini tidak
diseimbangkan dengan akibat dari apa yang dihasilkan dari inovasi
tersebut. Peningkatan produksi sampah pun menjadi permasalah
global karena beberapa jenis sampah sulit untuk diurai terutama
sampah plastik dan sampah elektronik. Sampah-sampah tersebut
akan menumpuk dan mencemari lingkungan hidup (Pinontoan., et
all, 2022).
Pemanasan global juga menjadi salah satu penyebab kerusakan
lingkungan. Peningkatan suhu di permukaan bumi dapat
menyebabkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan dan
ekosistem lainnya karena adanya perubahan iklim dunia. Salah satu
contoh dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global adalah
mencairnya glasier dan es di kutub. Hal ini akan mengakibatkan
naiknya permukaan air laut dan membuat sebagian daerah
terendam air laut. Selain itu, pemanasan global juga dapat
menyebabkan kebakaran hutan, kabut asap, dan krisis air bersih.
Dampak kerusakan lingkungan tidak hanya berdampak pada
lingkungan hidup, tetapi juga pada kehidupan manusia. Kenaikan
suhu akibat pemanasan global dapat menyebabkan sistem imun
makhluk hidup menurun sehingga mudah terserang berbagai
penyakit. Penyakit-penyakit ini akan menjadi wabah yang
mengkhawatirkan. Selain itu, pemanasan global juga dapat
menyebabkan krisis air bersih, naiknya permukaan air laut, dan
meningkatnya suhu air laut. Hal ini dapat membuat makhluk hidup
yang hidup di dalamnya mati sehingga terjadi ketidakseimbangan
ekosistem (Mulyani, 2021).
Regulasi terhadap isu lingkungan pun diberlakukan oleh
beberapa negara sebagai pembelajaran dan pembiasaan terhadap
warga negaranya untuk lebih peduli terhadap lingkungannya. Sistem
ini memaksa manusia untuk lebih bijak lagi memilih kantong belanja
dengan harapan dapat mengurangi penggunaan kantong plastik.
Selain itu, terdapat berbagai cara untuk menanggulangi
permasalahan lingkungan, seperti mengurangi pemakaian bahan
bakar fosil, melakukan reboisasi, dan mengurangi produksi sampah.
Konservasi lingkungan merupakan upaya untuk menjaga
keseimbangan lingkungan hidup. Upaya ini dilakukan untuk
mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang terjadi akibat
aktivitas manusia yang tidak seimbang dengan lingkungan. Salah satu
upaya konservasi lingkungan adalah dengan mengurangi
penggunaan kantong plastik. Beberapa negara telah menerapkan
regulasi terhadap isu lingkungan sebagai pembelajaran dan
pembiasaan terhadap warga negaranya untuk lebih peduli terhadap
lingkungannya. Sistem ini memaksa manusia untuk lebih bijak lagi
memilih kantong belanja dengan harapan dapat mengurangi
penggunaan kantong plastic (Handayani., et all, 2020).
Pemerintah memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan lingkungan hidup. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan membuat regulasi dan
kebijakan yang berfokus pada perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Regulasi dan kebijakan tersebut dapat mencakup
larangan penggunaan bahan-bahan tertentu yang berpotensi
merusak lingkungan, serta pembatasan penggunaan sumber daya
alam. Selain itu, pemerintah juga dapat melakukan program-
program untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup, seperti
program reboisasi, pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan, dan penggunaan energi terbarukan. Pemerintah juga
dapat memfasilitasi dan mendukung upaya-upaya masyarakat dalam
menjaga lingkungan hidup, seperti melalui program penghijauan,
kampanye pengurangan penggunaan plastik, dan kegiatan-kegiatan
sosial lainnya. Pemerintah desa juga memiliki peran penting dalam
menjaga kelestarian lingkungan hidup di wilayahnya. Pemerintah
desa dapat melakukan program-program pelestarian lingkungan
hidup, seperti pengelolaan sampah, penghijauan, dan pengelolaan
sumber daya air. Selain itu, pemerintah desa juga dapat
memfasilitasi dan mendukung upaya-upaya masyarakat dalam
menjaga lingkungan hidup, seperti melalui kampanye pengurangan
penggunaan plastik dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya (Rahayu., et
all, 2021).
Dalam pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah juga dapat
melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-
kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan hidup. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut dilakukan
dengan memperhatikan aspek lingkungan dan tidak merusak
lingkungan hidup. Dalam kesimpulannya, peran pemerintah dalam
menjaga keseimbangan lingkungan hidup sangatlah penting.
Pemerintah dapat melakukan regulasi dan kebijakan yang berfokus
pada perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, serta
melakukan program-program untuk meningkatkan kualitas
lingkungan hidup. Pemerintah juga dapat memfasilitasi dan
mendukung upaya-upaya masyarakat dalam menjaga lingkungan
hidup. Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan dapat tercipta
keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup..
Dari pembahasan yang telah disajikan, kesimpulan dari
pembahasan ini kesimpulannya adalah bahwa struktur bumi terdiri
dari kerak, mantel, dan inti bumi yang memiliki peran penting dalam
fenomena geologis seperti gempa bumi dan gunung berapi.
Keseimbangan lingkungan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara
lapisan-lapisan tersebut. Aktivitas manusia seperti penebangan
hutan, pencemaran air dan udara, serta peningkatan emisi gas
rumah kaca menjadi penyebab perubahan lingkungan yang
signifikan.
Saran yang dapat diberikan adalah Demi menjaga
keseimbangan lingkungan, diperlukan serangkaian tindakan yang
holistik. Konservasi lingkungan menjadi fondasi utama, di mana
mengurangi eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam serta
memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi menjadi fokus utama.
Langkah penting lainnya adalah melalui konservasi sumber daya
alam dengan memantau penggunaan bahan bakar fosil, mendorong
adaptasi pada energi terbarukan, dan mengurangi produksi limbah.
Pemerintah memiliki peran yang tak terbantahkan dalam
mewujudkan hal ini. Melalui regulasi dan kebijakan yang mendukung
pelestarian lingkungan, mereka dapat memberikan sanksi bagi yang
merusak lingkungan serta melakukan pengawasan terhadap kegiatan
yang berpotensi mencemari lingkungan. Namun, tak kalah
pentingnya adalah kesadaran dan pendidikan lingkungan di
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Arjana, I. G. B. (2021). Geografi Lingkungan-Rajawali Pers. PT. RajaGrafindo
Persada.
Dehant, V., Campuzano, S. A., De Santis, A., & van Westrenen, W. (2022).
Structure, materials and processes in the Earth’s core and
mantle. Surveys in Geophysics, 43(1), 263-302.
Fitrida, S. M., Sampurno, J., Ivansyah, O., & Kholid, M. (2015). Identifikasi
Struktur Bawah Permukaan Berdasarkan Metode Magnetotellurik di
Kawasan Panas Bumi Wapsalit Kabupaten Buru Provinsi
Maluku. Positron, 5(1).
Handayani, N., Hariri, H., Sowiyah, S., & Ridwan, R. (2020, October). The Shaping
of the Student Character Caring for the School Environment through the
Green School Movement in SMP Negeri 2 Adiluwih. In Journal of Physics:
Conference Series (Vol. 1655, No. 1, p. 012115). IOP Publishing.
Hassan, B., Qadri, H., Ali, M. N., Khan, N. A., & Yatoo, A. M. (2020). Impact of
climate change on freshwater ecosystem and its sustainable
management. Fresh Water Pollution Dynamics and Remediation, 105-121.
Lestari, A. P., Murtini, S., Widodo, B. S., & Purnomo, N. H. (2021). Kearifan lokal
(ruwat petirtaan jolotundo) dalam menjaga kelestarian lingkungan
hidup. Media Komunikasi Geografi, 22(1), 86-97.
Li, Y., Vočadlo, L., Alfè, D., & Brodholt, J. (2019). Carbon partitioning between the
Earth's inner and outer core. Journal of Geophysical Research: Solid
Earth, 124(12), 12812-12824.
Mulyani, A. S. (2021). Pemanasan global, penyebab, dampak dan antisipasinya.
Murialti, N., & Mardiana, E. (2023). PECIPTAAN LINGKUNGAN YANG SEHAT
MEWUJUDKAN SINERGI BIOTIK DAN KEHIDUPAN SOSIAL
MASYARAKATPADA RW 30 DESA SIALANG MUNGGU, KELURAHAN TUAH
MADANI KECAMATAN TAMPAN KELOMPOK 16 KKN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH RIAU. Community Development Journal: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 4(4), 7253-7258.
Pinontoan, I. O. R., Sumampouw, O. J., Pi, S., & Nelwan, J. E. (2022). Perubahan
Iklim dan Pemanasan Global. Deepublish.
Rahayu, D., Riyansah, A., Astuti, D. S., & Faidurrizal, F. (2021). Gerakan Zero
Waste Sebagai Bentuk Peduli Pada Lingkungan Hidup di Kota Tangerang
Selatan. International Journal of Demos, 3(2), 125-138.
Santoso, J., & Marlina, S. (2022). Pengendalian Perubahan Iklim dalam
Kehidupan Beragama. Penerbit NEM.
Suparto, N. P., & Choirul, S. F. (2018). EARTH (BUMI). Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.
Suzuki, D. (2022). The sacred balance: Rediscovering our place in nature.
Greystone Books Ltd.
Zheng, K., Tan, L., Sun, Y., Wu, Y., Duan, Z., Xu, Y., & Gao, C. (2021). Impacts of
climate change and anthropogenic activities on vegetation change:
Evidence from typical areas in China. Ecological indicators, 126, 107648.

Anda mungkin juga menyukai