Blind Lover
Blind Lover
Gadis kecil yang berumur 10 tahun itu kini terisak saat matanya tak
memeluknya saja tak dapat dia lihat. Gadis kecil yang terbangun dari komanya
selama satu minggu itu kini menangis ketakutan karena matanya tak mampu
melihat apapun gelap dan hanya seberkas cahaya redup saja yang dapat dia
lihat.
harinya.
lagi kehilangan putri kecilnya. Putri kecilnya yang kini mengalami kebutaan
akibat kecelakaan itu, kini di dalam hidupnya hanya memiliki anak sulungnya
Aldrich dan si bungsu Airish. Ya, hanya mereka satu-satunya harapan Edgar
Kak Al sama Ayah” ucap sang kakak yang berumur 15 tahun itu sambil
“Bi, Rani mana?” seru gadis cantik yang kini berumur 18 tahun itu
“Bentar ya non, enon duduk dulu sini biar bibi panggilin” tuntunnya
sambil tersenyum
Setelah mendapat izin dari sang ibu, Rani segera menuntun gadis cantik
taman yang cukup luas di rumah besar milik keluarga Edgar itu.
Airish Sea Wilson adalah anak kedua dari Edgar Wilson dan putra
pertamanya yang kini sudah menjadi penerus salah satu cabang perusahaan
Wilson Group itu bernama Aldrich Keenan Wilson. Lalu Rani merupakan anak
dari Bi Ayas yang sudah membantu merawat Airish sejak bayi, Keluarga Airish
sudah menganggap Rani dan Ibunya seperti bagian dari mereka karena berkat
Bi Ayas lah Airish bisa tumbuh dengan baik meskipun tanpa seorang ibu.
“Oke kak”
membutuhkan bantuan saat berjalan karena dia sudah hafal betul dengan
aroma dan medan yang sering dilalui Airish. Airish melatih Indra penciuman
dan pendengarannya sejak kecil agar lebih tajam jadi dia bisa mengandalkan
merah, dia pun sudah hafal berapa detik lampu itu menyala merah. Airish
segera mengajak Rani berjalan tepat saat lampunya sudah berubah hijau,
berjalan biasa seolah matanya sehat. Airish tidak pernah memakai tongkatnya
hal-hal yang berbau BTS atau K-POP. Dan Airish sangat memaklumi tingkah
Rani yang kadang sering bercerita siapa Suga, Jin, dan nama lain yang Airish
tidak tahu. Tetapi Airish sering kali meminta Aldrich kakaknya untuk
cepat ingin segera sampai di tempat yang biasa dia sebut sebagai markas,
“Yang, habis ini aku pengen beli tas deh” ucap manja gadis yang
berstatus pacar atau lebih tepat tempat bermain Rava. Karena Rava tidak
Rava segera mengegas kencang motornya terlebih jalanan sangat sepi ini
“Rava! Awas di depan ada orang jalan!” gadis itu menjerit saat setelah
gadis itu terlonjak kaget pasalnya mereka merasa berjalan tepat di zebra cross
saat lampu menyala merah. Airish sedikit terlonjak saat mendengar suara
motor mendekatinya bahkan jarak roda dan tubuhnya hanya 30 cm saja
sedang Rani sudah menutup mata takut, Airish juga merasakan tangan Rani
bergetar ketakutan.
“Lo kalo jalan pake mata!” ucap sinis gadis yang tadi duduk di jok
belakang Rava
“Eh kok marah ke kita kan situ yang salah!” geram Rani
sekitarnya. Airish mencium aroma maskulin seperti daun mint tea tercampur
bau rokok yang menempel di sana Airish segera tahu kalau dia adalah laki-
laki, ada juga aroma bubble gum yang sedikit menyengat di hidung Airish, dan
ada aroma lipstick sedikit ketara jelas saja pemakai benda ini ini pasti
perempuan.
“Lo buta hah kalo mau cari mati jangan di jalan!” suara berat itu berkata
“Eh, gak sopa..” Airish menahan tangan Rani menandakan agar dia
berhenti berucap
kacamatanya menampilkan mata hazel cantik yang kini tidak bisa lagi dia
mengetahuinya, kenapa bisa gadis yang mengaku buta itu berjalan seperti
“Lagian aku udah jalan di tempat dan waktu yang tepat” ucap Airish
sambil menunjuk ke arah traffic light yang masih menyala merah, meskipun
Airish mendengar laki-laki itu mendecih kasar lalu sang pemilik motor
itu langsung menancapkan gasnya keras. Rani sangat kesal dengan orang-
orang yang selalu bertingkah seenaknya apalagi jika sudah menghina Airish,
Rani tahu jika anak majikannya itu memang buta tetapi mereka yang di luar
sekali tidak terganggu dengan sifat Rani yang sedikit galak dan bawel, bahkan
hanya dia yang berani memarahi Airish jika dia tidak mau makan karena
Brakkk
“Brisik!”
“Lah kenapa sih masuk-masuk pake emosi kesambet apa tuh bocah”
Orang yang ada ruangan itu Gavin, Samudra, dan Alvan melirik tajam
pada dua orang yang memasuki ruangan dengan tidak santainya. Rava yang
“Maksud lo?”
“Buta goblok!”
“Santai aja beb, lagi PMS lo hah?” ucap Gavin dengan nada menggoda
“Ihhh bab beb bab beb, gue bilangin Rava mampus lo”
main dengan banyak wanita saat Rava bosan saja. Lelaki itu tidak pernah
menjadi pacarnya, ingat! Rava tidak pernah nembak cewek manapun karena
mereka sebut markas adalah rumah satu lantai yang sengaja di beli oleh
keluarga Rava, rumah itu memiliki ukuran cukup besar di banding rumah
biasa.
Rava dan teman-temannya merupakan gerombolan anak keturunan
sultan. Dimulai dari Gavin Malean Dirga merupakan anak dari pemilik
merupakan anak dari CEO berkelas yang memiliki banyak jaringan kerja
Moey Athala adalah anak seorang ketua aparat hukum negara, dunia menjadi
bebas bagi Alvan karena hukum tak berlaku di dalam hidupnya kecuali azab
tuhan.
“Rav, main ngapa? Tuh muka udah kaya tisu bekas” seruan Gavin
sukses membuat Rava mendelik kesal pada Gavin yang asik memainkan PSP.
Rava menarik Gissel keluar, pikirannya sejak tadi selalu kembali pada
melihat gadis itu melepas kacamatanya lalu menampilkan wajah cantik tanpa
polesan make up tebal, mata berwarna hazel yang indah, tetapi dia buta. Dia
setumpuk belanjaan berbagai merek brand terkenal mulai dari tas channel,
Calvin Klein, dan Celine tentu saja Rava yang membelikan semua itu cuma-
cuma. Bagi Rava membelikan barang seperti itu seperti membeli nasi
Rava melepas gandengan tangan Gissel lalu menjauhkan diri dari gadis
Gissel yang melebarkan matanya. Tapi pada akhirnya dia pasrah untuk
menuruti Rava.
memasak banyak makanan pagi ini. Perlahan Airish mendekati dapurnya dan
mendekati sumber suara itu. Tanpa menunggu lama orang itu sudah memeluk
kabar jika kakaknya baru saja pulang dari London, Aldrich dan Edgar pergi ke
sana tetapi Aldrich sengaja pulang terlebih dahulu sedangkan ayahnya masih
berada di sana.
“Kakak kangen banget sama adek kakak satu ini, hmmmm” Aldrich
mencubit hidung mancung Airish gemas, memang Airish adalah alasan Aldrich
meskipun Edgar memiliki banyak orang suruhan atau lebih tepatnya penjaga
di rumah besar miliknya terlebih di rumah Airish memiliki Bi Ayas dan Rani.
khidmat.
schooling yang di jalani Airish selama hari 7 tahun ini. Tentunya dia sangat
pandai membaca huruf braile karena Airish merupakan siswa yang cerdas jadi
Airis sejak TK hingga saat ini, Anna sudah menemani Airish sejak dia TK
bahkan dia adalah anak yang menangis paling keras saat melihat Airish
“Okayyy!”
“Hehe enggak bolos kak cuma ambil cuti sehari, lagian hari ini hari
bebas jugaa” balas Anna sambil menggaruk pipi yang tidak gatal
senyumnya, dia tahu kalau Anna akan datang ke sini niatnya menemani
Airish di rumah, Anna sudah bilang bahwa hari ini sekolahannya bebas jadi
“Baru aja dua hari kemarin temu” Anna tertawa pelan mendapat balasan
dari Airish
“IKUT!”
֎
bagian wajahnya. Ada darah segar juga yang masih menempel di sudut bibir
kayu. Nasib Alvan dan Sam juga sama, mereka masih mengatur nafas setelah
berkelahi dengan 10 orang anak dari SMA SATYA, mereka berempat tentunya
tidak akan mau membuang tenaga untuk memulai baku hantam. Hanya saja
anak-anak dari SMA itu yang memulai perseteruan dengan geng Rava.
“Halo Gavin”
orang itu. Mereka menjadi pusat perhatian karena style mereka yang cukup
menggoda. Rava yang memakai tindik di telinga kirinya dengan jaket bomber
Navy yang menutupi seragamnya, Gavin memakai jaket kulit hitam tetapi
tetap menampilkan kerah bajunya yang terbuka hingga kancing kedua, Alvan
sudah terbiasa dengan teriakan memuja dari para kaum hawa yang ada di
sekeliling mereka. Tentu saja, sudah tampan ditambah anak sultan siapa yang
Sp.B” adalah salah satu dokter bedah di rumah sakitnya sendiri, ke empat
orang itu melihat kaget karena ibu Gavin itu sudah berdiri di depan tumpukan
mereka jangan sampai terluka, tetapi tetap saja mereka senang menambah
Aninda melirik ke arah dua suster muda yang kini berdiri di hadapan anak-
terlihat jelas ada raut malu di wajah suster muda itu ketika berhadapan
dengan Rava cs, melihat dan menyentuh secara langsung wajah-wajah tampan
sendiri, mereka menjadi dekat dengan Aninda yang sangat terbuka menjadi
sosok teman dan juga sosok ibu yang sering memarahi mereka saat mereka
melakukan hal yang salah. Aninda juga tidak pernah merasa terganggu
dengan sifat ketiga teman Gavin itu, Aninda sudah hafal betul bagaimana
kelakuan mereka itu justru dengan adanya mereka Aninda tidak pernah
“Nah, udah selesai kan. Sekarang bantuin tante angkat box ini ke
gudang”
“Yahh ma, kan ada OB kenapa pake nyuruh kita sih” kesal Gavin sambil
“Brisik lo, tinggal angkat aja kan” sela Alvan yang ditimpali tawa Aninda
Saat semua box karton itu sudah berpindah ke gudang, ke empat orang
itu kini berjalan menuju ruangan Aninda. Ditengah lorong mata Rava
Roseanna.
.
“Turun yuk, udah sampe” ajak Anna sambil menuntun Airish keluar
mobil
“Kamu itu gak sekolah main ikut-ikut aja sih” ucap Aldrich melihat
“Udah kak gak papa, lagian kalo di hukum Anna yang tanggung kok”
sahut Airish
Aldrich hanya tertawa melihat adiknya sangat dekat temannya ini, ada
rasa senang melihat adiknya terlihat sangat bahagia meskipun dia tidak
pernah melihat seperti apa dunia yang dia pijaki saat ini.
“Anna, tolong bawa Airish ke ruang tunggu dokter mata ya, Kak Al mau
Airish.
Anna sudah hafal dimana letak ruangan dokter mata di rumah sakit itu,
menemukan gerombolan laki-laki yang sangat Anna kenali, ke empat orang itu
“OY! ANNA SAYANG!” seru Gavin berjalan menghampiri Anna dan Airish
teman sekelas dari Gavin, Alvan, dan Samudra termasuk Rava. Anna
„sayang‟.
„MAMPUS! Kenapa ketemu para demit itu di sini sih‟ gerutu Anna dalam
hati
karena Anna adalah salah satu siswi yang seringkali dijahili oleh Gavin dan
Samudra. Bagi Gavin dan Sam menjahili Anna hingga dia kesal merupakan
“Anna, ada siapa? Pacar kamu ya?” tanya Airish dengan polosnya
“Eh sama temennya Anna yaa, kenalin gue Gavin temen sekelasnya
menampol tangannya lalu memberi isyarat pada Gavin jika mata Airish tidak
bisa melihat. Gavin dan kedua temannya kaget kecuali Rava, yah Rava sedari
tadi diam di belakang Gavin mengamati gadis tuna netra di depannya itu
Gavin bersalaman
“Ooh iya, salam kenal. Ini temen-temen gue” Gavin membalas jabatan
“Gue Samudra, panggil aja Sam, atau sayang juga boleh” ucapan Sam
sukses membuat Airish tersenyum manis dan disusul tatapan tajam dari Anna
pada Sam
Lalu, sepersekian detik Rava tidak menjabat tangan Airish sampai saat
dia melangkah maju mendekati Airish. Air muka Airish sedikit berubah.
“Gue Rava”
aturan itu ya” ucapan itu lolos begitu saja dari bibir tipis
Airish
tatapan menuntut sebuah penjelasan, tentang maksud gadis cantik itu. Rava
sendiri tidak tahu kalau gadis itu mengingatnya dengan baik, dan bagaimana
bisa.
agar tidak membahana di lorong rumah sakit ini. Jelas saja Alvan, Gavin,
Sam, dan Anna menahan tawanya karena ini pertama kalinya mereka melihat
semakin tidak bisa melupakan gadis itu. Rava menghela nafasnya sambil
rambu lalu lintas, senyum Rava mengembang saat mengingat wajah Airish.
Gadis itu benar-benar tidak tahu siapa Rava, penguasa jalanan, si ghost rider,
dan masih banyak sebutan lagi bagi Rava yang gemar sekali ngebut dan
balapan motor.
“Gak kok bun, cewek di hati Rava kan cuma bunda” ucap Rava sambil
sambil terkekeh
Dayra Ayana Harvey biasa dipanggil Bunda Rara adalah ibu Rava,
wanita paruhbaya itu masih terlihat sangat cantik di umurnya yang kini
menginjak 43 tahun.
“Bundaa, susu coklat Rana mana?” seru gadis berumur 12 tahun itu
“Eh-ehh itu malah di minum Kak Rava” melihat susu coklat anak
rumah adalah berbuat usil pada adik perempuannya Ranandya Harvey. Saat
berada di rumah Rava menjadi anak penurut dan patuh terhadap segala
aturan yang dibuat ayah dan bundanya, ini semua dia lakukan untuk
dia akan menjadi sosok anak patuh dan kakak yang memberi contoh baik
pada adiknya saat di rumah, ingat! Hanya di rumah. Setelah di luar rumah
Sang pemilik nama hanya melirik Rava malas sambil terus berjalan ke
dalam kelas.
sepagi ini kenapa Anna harus bertemu manusia setengah gas itu.
BINGO!
Tepat sekali jawaban Anna membuat Rava terdiam, gadis ini memang
sedikit cepat tanggap. Diamnya Rava berarti iya, pikir Anna yang melihat Rava
membatin bangga.
“Gak gratis tapi”
tentang Airish. Entah kenapa Anna merasa kalau Rava sedikit tertarik pada
sahabat cantiknya itu, sebenarnya memang pantas jika Airish memiliki banyak
netra mereka akan menghindar langsung bahkan tak jarang yang membuat
benar salut pada gadis ini ternyata dia punya nyali juga menjambak rambut
Rava merapikan kembali rambutnya yang tadi ditarik kuat oleh Anna.
Untung saja tidak ada yang melihat kejadian itu, jika ada yang melihat
kejadian itu bisa dipastikan yang akan menderita adalah Anna, karena Anna
֎
Hari ini Rani tidak bisa menemani Airish jalan-jalan sore karena anak
adiknya itu, tetapi Airish menolaknya karena dia tahu pasti Aldrich sedang
di sana Airish mendengar suara derap langkah dari anak-anak dan tawa yang
mengiringi langkah mereka. Anak-anak yang sedang bermain bola dan main
“KAK AIRISH!” seru seorang anak saat melihat Airish sudah duduk di
“Ada Zidan sama Aksel juga kak” ucap anak bernama Zidan itu
“Main petak umpet kak, masa Aksel yang jaga tapi dia ikut ngumpet”
tawa mereka saja sudah membuat Airish bahagia. Karena bagi Airish tidak
meskipun terkadang Airish ingin sekali melihat wajah-wajah bahagia yang ada
“Udah mau jam setengah 5 kak, teman-teman kita pulang yuk” jawab
“Ayo, tapi nganter Kak Airish pulang dulu yukk teman-teman” balas
“Eeh gak usah, kalian pulang aja. Kak Airish bisa pulang sendiri kok”
tongkatnya. Airish mencium aroma mint tea yang sedikit Airish kenali dari
belakang tubuhnya, jaraknya tidak terlalu dekat tetapi suara langkah pelan
sedikit kesal karena aroma itu masih terus tercium sepanjang jalannya. Itu
Pulang sekolah ini Rava segera bergegas pergi dari kelasnya, tatapan
bingung dari teman-temannya tak dia pedulikan lagi. Bahkan Gissel yang
sudah berdiri di depan pintu kelasnya dia abaikan begitu saja, berbda dengan
Anna hanya mengendikkan bahu melihat tingkah Rava itu, dia tahu pasti Rava
akan menghampiri teman cantiknya itu. Anna hanya berharap Rava tidak
karena matanya menangkap sosok yang sedang dia cari berada di taman
bersama anak-anak yang tengah asik bercerita, sesekali gadis cantik itu
„Cantik‟
penguntit, tetapi dia tidak peduli sama sekali yang penting tujuannya adalah
gadis itu.
bisa tahu jika dia sedang diikuti padahal jaraknya tidak terlalu dekat tetapi
Rava
“Iya” jawab Rava sambil berjalan ke depan Airish
Rava melihat lekat wajah Airish, gadis itu memang memiliki mata yang
indah, bibir tipis, dan wajahnya juga tidak memakai make up menor seperti
wanita yang sering mendekati Rava. Gadis tuna netra itu benar-benar cantik
pikirnya, Rava juga sedikit kagum dengan kemampuan Airish yang sangat
“Kamu ngapain ngikutin aku, kamu mau njambret aku kan? Aku gak
bawa apa-apa!”
bisa berpikir jika Rava akan menjambretnya. Wajah gadis itu mengernyit
“Terus?”
“Pengen kenalan lagi sama lo” sambil meraih tangan kanan Airish lalu
anak ini. Sudah naik motor tidak tahu aturan dan sekarang dia mengikuti
Airish juga.
“Kenalan lagi, nama gue Ravandra Harvey gue juga temen kelas
di depannya itu sedang kerasukan atau apa? Baru saja kenalan, baru
beberapa kali bertemu, tiba-tiba bilang suka apa dia waras? Pikir Airish.
“Hah?”
menuntun jalannya, tetapi Rava menghalangi jalan Airish dan berdiri semakin
wajahnya, itu tandanya wajah Rava memang berada tepat di depan wajahnya.
Tinggi Airish yang sebatas bahu Rava, membuat laki-laki itu harus
menundukan badannya untuk menatap wajah Airish lebih dekat. Wajah Airish
sedikit memerah saat nafas Rava semakin dekat, meskipun Airish tidak
melihat Rava tetapi tetap saja tindakan Rava itu bisa dia rasakan.
menyela
“Iya-iya gue minggir, jangan teriak nanti gue disangka mau nyulik lagi”
“Emang”
Rava meminggirkan badanya membuka jalan bagi gadis cantik itu, dia
terkekeh mendengar jawaban gadis itu lalu mengikuti Airish lagi, kini Rava
“Maunya lo”
“Sinting”
Airish di pos penjaga dekat gerbang rumah. Rava berpikir pasti dia salah satu
“Sampai ketemu lagi, jangan lupa kangenin aku” ucap Rava sambil
mengacak ramut Airish pelan sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan Airish
“Om Alex, tolong tutupin gerbangnya ya” panggil Airis pada orang yang
mengantar Airish masuk ke dalam rumah. Saat di dalam rumah Aldrich sudah
“Kamu kok tau dia gila? Kamu gak diapa-apain kan?” tanya Aldrich
dengan nada khawatir jika memang yang Airish temui adalah orang gila yang
“Enggak papa, cuma perasaan aja kalo orang yang aku temui tadi gila”
kamarnya
“Tauk ahh”
yang terpesona pada Airish tetapi tidak pernah Airish pedulikan, dan saat ini
hingga masuk UGD karena mengejek Airish. Dia tidak pernah rela jika adiknya
itu menderita lagi, sudah cukup dia menderita karena matanya yang tidak
dapat melihat.
PART 4
Hari ini Aldrich pergi ke kantornya dan Airish kembali memulai aktivitas
belajarnya dengan tutor yang sudah mengajari Airish sejak 3 tahun terakhir
ini. Jika Airish bersekolah normal, dia sudah kelas 12 sama seperti Anna
hanya saja pelajarannya berbeda dari orang normal kalau kata Aldrich dia
lebih „istimewa‟.
sambil menunggu Rani pulang sekolah. Rani berumur lebih muda dari Airish
karena saat ini Rani masih kelas 1 SMA, jadi anak itu masih sedikit
“Kak Airi” panggil Rani pada gadis yang tersenyum saat namanya di
panggil
beberapa kali.
.
Rava memasuki rumah besar Airish dan laju motornya di hentikan oleh
Alex.
“Iya om, aku pacarnya Airish” jawab Rava mantap sambil menunjuk
berharap gadis cantik itu yang langsung dia lihat, tetapi kenyataannya tidak.
melihatnya tetapi dia lupa. Wajahnya sangat tidak asing apalagi motornya.
“OH! SI MOTOR SETAN?!” teriak Rani kencang dan sedikit membuat
“Siapa Ran?” sahut Airish yang berjalan mendekati pintu membuat Rava
tersenyum
“Ini kak orang yang wakt…” ucapan Rani terpotong oleh Rava, wajahnya
“Gue, Rava”
“Ngapain kamu ke sini?” tanya Airish bingung karena Rava sudah ada di
depan pintunya.
rumah Airish setelah pertemuan pertamanya dengan Airish dan Rani sangat
tidak menyenangkan.
“Iya gak papa, nanti kalau aku diapa-apain aku teriak kok. Okay” ucap
apa pada gadis itu. Tentunya dia tidak akan menculiknya lalu menyiksanya
“Kan udah bilang aku kangen, nih” Rava meraih tangan Airish lalu
mawar tetapi dia tidak tahu mawar apa itu. Airish mengerutkan dahinya
semakin bingung.
“Gak minta”
“Gak nanya juga lo minta apa gak, gue cuma mau kasih. Kalo di buang
dilakukan laki-laki itu. Ini baru pertama kalinya Airish mendapat hal
semacam ini dari laki-laki selain ayah dan kakaknya, dan baru pertama kali
“Kenapa gue kasih bunga mawar putih, karena bunganya mirip sama lo
menggemaskan saat kesal batin Rava. Rava terdiam melihat mata indah
Airish, sayang sekali mata itu tidak mampu menampakkan bayangan apapun
pada Airish. Perasaannya kembali tidak enak saat mengingat pertama kalinya
dia menghina Airish meskipun dia memang tidak tahu jika Airish tidak dapat
melihat.
“Iya, gara-gara kamu. Yaudah aku pergi dulu” pamit Rava sambil
tidak sakit, dia hanya bingung dengan teman kelas Anna itu. Segala
senang di hatinya, hanya sedikit tidak banyak. Airish beranjak ke meja yang
ada di dekat kasurnya dan mengambil mawar pemberian Rava, dia tersenyum
“Bunga dari siapa dek? Hmm?” Aldrich bersuara dari pintu kamar Airish
Airish langsung menghempaskan bunga itu ke meja karena kaget,
Aldrich terkekeh melihat adiknya yang salah tingkah sejak masuk dan
membuka pintu kamar Airish dia melihatnya sedang berdiri memegang mawar
putih sambil tersenyum tipis, meskipun tipis tapi Aldrich sangat tau jika saat
“Masa? Salah kirim tapi pas ngena di hati kamu?” Aldrich mendekati
“Hih apaan sih Kak Al, sana keluar ahhhh. Bau tau belum mandi juga”
memang baru saja pulang dari kantornya dan saat akan ke kamarnya untuk
mandi dan berganti pakaian dia melihat kamar Airish terbuka sedikit lalu
“Minta Rani bawa pot kaca diisi air biar mawarnya gak cepet layu” saran
Aldrich
“Yaudah sini biar Kak Al yang buang” tangan Aldrich sudah mengangkat
bunga itu
“Eh jangan!”
mengiyakan Airish lalu mengelus pelan kepala adiknya itu sebelum dia
kembali ke kamarnya.
֎
sang pemilik kamar sedang tertidur pulas. Ya ampun hari ini minggu dan
Anna ingin mengajak sahabatnya jalan pagi tetapi yang dia temukan malah
Airish hanya mengubah posisi tidurnya, sebenarnya hari ini dia ingin
tidur hingga siang tetapi kesalnya kenapa Anna harus datang pagi. Airish
mulai menaikkan selimut sampai leher dan ingin menutup wajahnya dengan
mengatakan soal bunga mawar pemberian Rava itu. Bunga cantik itu kini
sudah masuk di dalam pot kaca yang berisi air, semalam Airish meminta
dia tahu siapa yang membawa bunga itu, karena beberapa hari ini Rava
komplek seperti biasa, hari ini taman sedikit ramai dipenuhi pasangan tua
hingga remaja, banyak juga anak-anak yang berlarian. Anna dan Airish
“Kepo banget” ucap Airish lalu menenggak minuman yang dia bawa
“Irissshh jahat banget sih gak ngasih tau gue, pasti dari Rava ya?”
“Uhuukkk..uhk..uhukk”
punggung Airish untuk meredakan batuknya. Tebakan Anna benar, jika Airish
sampai salah tingkah seperti ini itu tandanya memang benar kalau Rava yang
datang memberi Airish bunga. Anak itu memang bergerak cepat pikir Anna.
Setelah batuknya reda, Airish terdiam mengatur nafas jujur saja dia kaget
dengan ucapan Anna sahabatnya itu memang paling tidak bisa dia bohongi.
“Rava”
“Oh ituuu hehe, iya maap. Habis dia mau beliin aku merchandisenya
memberikan alamat rumahnya pada Rava. Yang jelas dia saja tidak mengenal
orang itu, ditambah saat pertama kali bertemu dia hampir saja membuat
“Tenang aja, kalau Rava macem-macem sama kamu bilang aku aja”
“Siapa juga yang mau berurusan sama dia, aneh” ucap Airish
“Eh Rava itu ganteng tau loh, kapan-kapan kamu harus nyentuh
Sahabatnya itu memang unik, andai saja dia bisa melihat mungkin
pada gadis cantik itu dan ketabahan hati Airish lah yang membuat Anna iri,
dan trauma yang dulu sering Airish alami hingga dia bisa bangkit menjadi
menderanya.
Hari ini Rava sudah berpakaian rapih setelah ritual mandinya yang
cukup lama. Rara sang ibu meminta Rava untuk menemaninya berbelanja di
swalayan, dengan sigap Rava segera menuruti permintaan ibunya. Bagi Rava
perintah yang paling tidak bisa dia bantah adalah permintaan dan perintah
ibunya, kalau perintah ayahnya sih hanya ketika ayahnya sudah marah saja,
kata Rava.
RAVA!!!”
berteriak mengadu pada mamanya Rava tidak bisa berkutik. Adiknya satu ini
mamang sedikit bawel dan galak sifatnya memang menurun dari mamanya,
dan sifat Rava menurun dari ayahnya yang santai. Itulah kenapa Rava tidak
“Enggak ma”
“Dengerin tuh, jangan jadi anak durhaka yang gak dengerin omongan
“Bonsai”
“Tower”
Begitulah keributan kecil yang terjadi jika Rava dan Rana bersama,
melempar sebutan. Meskipun begitu Rara tahu kalau anak sulungnya sangat
menyayangi adiknya, terbukti saat Rana sedang sakit tifus Rava lah yang setia
Rana yang kesal dengan kakaknya kini sudah lari meninggalkan Rava
yang tertawa karena adiknya sudah terlihat sangat kesal. Rava yang melihat
Rna berlari mengikuti kemana anak itu pergi hingga Rana berlari sambil
Brukkkkk
“Eh, adek. Ya ampun maafin kakak ya, kakak nabrak kamu ya?” tanya
yang dia tabrak adalah seorang tuna netra. Rana melihat tongkat jalan itu
“Adek, maafin kakak ya, cup cup jangan nangis. Sakit ya?” ucap Airish
Orang yang Rana tabrak adalah Airsih, Airish ikut berbelanja Bi Ayas
diantar Aldrich. Karena hari ini libur, Aldrich ingin keluar sekedar berbelanja
bersama Bi Ayas dan Airish. Tetapi Airish memilih memisahkan diri dari kedua
“Enggak papa, kak” ucap Rana lalu memeluk Airish tiba-tiba dan
“Kak, maafin Rana ya. Rana yang salah tadi gak lihat kakak tadi”
kecil itu.
“Rana kasian sama kakak, kakak pasti susah kalo jalan ya kak”
“Ssssttt, udah jangan nangis ya. Kak Airish enggak papa kok, kakak
yang basah karena air mata. Airish tersenyum manis pada anak yang baru
saja dia temui itu, Rana lalu kembali memeluk Airish dengan erat. Hingga
“Loh dek lagi ngapain sihh?” ucapnya sambil mendekati Rana yang
“Tadi Rana nabrak Kak Airish bang, Rana kasian sama Kak Airish gak
bisa liat” ucap Rana yang masih sesenggukan sambil mengadu pada Rava,
segera saja Rava menggendong adiknya itu lalu menepuk pelan punggungnya
“Ini Rana, dia adek gue. Rana tadi udah minta maaf sama Kak Airish?”
“Iya, enggak papa kok. Rana tadi kan jatuh jadi maafin Kak Airish”
polosnya
Rava terpaku melihat senyum Airish, hal itu membuat Rava ikut
tersenyum dan ingin sekali dia merengkuh wajah gadis itu sayangnya dia
harus menahannya kuat-kuat karena tentu saja perannya saat ini masi
menjadi seorang kakak yang baik. Setelah lama mengobrol Rara datang
“Bang, Adek? Kok main ngilang aja kan mama belanjanya susah” ucap
Ibunda Rava masih belum menyadari kehadiran Airish karena tertutup badan
tinggi Rava
“Eh ada siapa ini? Cantik bangett” Rara menghampiri Airish yang
beridiri di depan Rava, Rara sedikit membuka mulut kaget saat mengetahui
pasalnya ekpresi Rara tidak bisa ditebak saat ini. Setelah terdiam singkat tiba-
tiba Rara langsung memeluk Airish. Tentu saja Airish tersentak kaget karena
saat berkenalan tadi Airish tidak mendapat respon apapun dan saat ini dia
“Sayang, tante mamanya Rava. Panggil aja Tante Rara, kamu kok cantik
banget sih” ucap Rara tulus sambil menyentuh wajah Airish sambil tersenyum
“Makasih tante, tapi pastinya tante lebih cantik” balas Airish membuat
tertawa.
“Belum sih bun, tapi bentar lagi jadi kok. Tenang aja” sahut Rava santai,
bingung. Terlebih tatapan laki-laki yang tengah menggendong gadis kecil itu,
Aldrich memberi salam kepada kedua orang itu, Rava dan mamanya.
sedikt lega karena mengetahui jika dia adalah kakak kandung Airish, bukan
gebetannya.
.
“Tadi itu siapa dek?” tanya Aldrich
“Temen”
pertanyaan Aldrich. Aldrich berpikir jika keluarga Rava adalah keluarga yang
terpenting bagi Aldrich adalah adiknya selalu bisa dikelilingi orang menghargai
kondisinya.
PART 5
Siang ini Rava sudah berada di markas dengan ketiga temannya. Malam
nanti ketua geng Triton dari SMA SATYA yang mengajak ribut Rava kemarin,
berakhir Rava yang menang dan bodohnya mereka tidak menerima kekalahan
Tentu saja karena ada yang bisa Rava banggakan yaitu kemampuannya di
“Rav, gissel tuh nyariin lo” seru Sam yang datang dari luar
Rava memutar bola matanya malas, Rava sudah tidak berseler lagi
dengan perempuan itu. Tentu saja kini Rava sudah memiliki gadis yang lebih
“Rava, kamu itu kemana aja sih kenapa susah banget dihubungin?”
yang mulai jijik melihat tingkah Gissel, bukannya cemburu hanya saja Gavin
mulai malas menanggapi Gissel yang selalu manja berlebihan pada Rava
padahal jelas dia tidak ada harganya di mata Rava. Poor girl.
“Ih kurang ajar lo pala sekop, inget gue pacar Rava ketua geng kalian!”
“Mending lo sama gue sel, gini-gini gue lebih enak dibanding Rava kok”
“Woy Rav, kerasukan jin tomang lo? Diem aja dari tadi” Sam menyikut
Pikiran Rava entah melanglang pada Gadis yang hari ini tidak dia temui,
Airish. Dia hanya mengabaikan keberadaan Gissel yang masih saja menggamit
lengannya, Rava memutar bola matanya malas melirik Gissel yang semakin
“Ih kok malah disuruh balik sih? Aku tuh pengen di sini bareng sama
kamu” Tawa Gavin dan Samudra pecah saat Gissel hanya disuruh pulang ke
sekolah.
“Udah gue bilang kan lo tuh mending sama gue aja” tawar Samudra
“Pergi sana, atau kita yang pergi?” ujar Rava malas sambil melepaskan
keluar dari ruangan itu. Sungguh gadis merasa dongkol dengan sikap Rava,
padahal dia ingin berbelanja keluar tetapi orang diakuinya sebagai pacar itu
malah mengusirnya.
“Rav, Askar noh” ucap Sam seraya menunjuk Askar yang menyambangi
“Hallo brother, gimana sudah siap nangis?” ucap Rava santai sambil
menyesap rokoknya
“Cih! Kali ini lo yang bakal bertekuk
terlihat
cukup seksi. Dengan wajah yang sedikit malu-malu gadis itu mendekati Askar,
lalu dia melingkarkan tangan kanan kirinya pada kedua gadis itu. Rava hanya
menaikkan alisnya, apa maksud Askar akan menjadikan dua gadis itu sebagai
bahan taruhan?
“Gue gak minat pasang cewek, biar Gavin sama Sam yang ambil” tukas
Rava
Ya, Rava memang tidak pernah takut jika harus mempertaruhkan uang
Rava dan Askar sudah bersiap di atas motornya lengkap dengan helm
fullface yang menutupi wajah tampan mereka. Saat gadis berpakaian seksi
sudah bersiap mengangkat bendera Rava dan Askar sudah membunyikan gas
balapan.
orang itu Alvan sudah bersama Rava sejak SMP, dia termasuk orang yang
paling tenang dan tidak banyak bicara, tetapi jangan sekali-kali mengusik
awal kelas 8 SMP karena anak itu membully Alvan yang terkesan pendiam
untung saja Rava menghentikannya, anak itu tidak tahu jika dia sudah
Ckiiitttttttt
ke tanah.
“Wuihh berarti bisa nih kita ambil ceweknya” ucap Gavin bersemangat
mereka” titah Rava sambil melirik Sam dan Gavin tegas menyuruh mereka
dia mempunyai kunci cadangan jadi dia bisa masuk rumah dengan leluasa.
Matanya mulai terpejam setelah seharian ini melewati hari yang sedikit
melelahkan, rasanya sejak tadi pagi pikirannya selalu saja bersama Airish.
dokter mata. Karena sejak dua hari yang lalu dia merasa matanya perih dan
“Yaudah syukur deh, tapi kita tetep harus periksa yah” ucap Aldrich
“Hm? Kenapa?”
“Airish takut ayah khawatir dan malah ganggu kerjaan ayah nanti”
Aldrich mengangguk sambil tersenyum memahami permintaan adiknya
itu, Airish sangat peduli dengan orang lain meskipun dirinya sendiri
pulang dari London, seperti dulu saat Airish mengalami demam karena hujan-
hujanan dan Bi Ayas menelpon ayah Airish langsung saat itu juga ayahnya
gadisnya yang tengah sakit, meskipun tidak parah tetapi disitulah Edgar
karena biasanya dokter yang bersama Airish adalah Dokter Surya yang
umurnya sama dengan ayah Aldrich dan Airish, kini yang berdiri di sana
“Dokter Suryanya?”
“Ah iya, sebelumnya perkenalkan saya Regan Mahesa salah satu dokter
baru di sini. Dan Ayah saya.. ah maksud saya Dokter Surya sedang ada
keperluan dinas di Australia selama 3 bulan kedepan jadi sesi konsultasi dan
“Iya, kalau boleh tahu dengan siapa ya?” balas Regan ramah
“Aah saya Airish dok, dan ini Kakak saya Aldrich” ucap Airish sambil
satu alisnya
“Ayah sering bercerita tentang Airish ini, salah satu pasien ayah yang
tidak pernah mengeluh dan selalu memiliki semangat besar bahkan menjadi
pasien yang paling dekat dengan ayah” cerita Regan dengan wajah semangat.
Airish dan Aldrich tersenyum mendengar penuturan sang dokter muda itu,
tersenyum.
adalah dokter Airish yang selalu memberi semangat sejak Airish kecil hingga
dewasa ini. Dokter Surya juga yang sering membantu Airish mencari pendonor
biasa bukan sebagai dokter dan pasien. Airish juga merasa nyaman konsultasi
yang dia lakukan, terlebih sekarang Airish dan Regan sudah menjadi teman
baik.
kesekian kalinya Airish bertemu teman dokternya itu. Tetapi berbeda dengan
sahabatnya Anna, ini pertama kalinya bagi Anna bertemu dengan Regan sang
“Airish, maaf. Udah nunggu lama ya?” ucap Regan sambil memasuki
ruangan
“Enggak kak, baru aja kok kita duduk” jawan Airish tanpa tahu jika
sahabatnya itu tengah melihat takjub pada pemandangan segar yang masuk
ke ruangan itu. Mata Anna sempat membelalak saat melihat Regan yang
menghampiri Airish.
“A-aahh itu, I-iyaa saya temannya Airish. Nama saya Roseanna” seru
“Saya Regan Mahesa, dokter Airish. Tapi panggil aja Regan kita cuma
beda 3 tahun kok. Kita bicara santai aja” balas Regan dengan menjabat tangan
“Kalo panggilnya sayang boleh gak?” ucap Anna sambil tertawa malu-
malu
melihat tingkah sahabat Airish itu. Sahabatnya memang sering lupa diri jika
sudah berhadapan dengan orang-orang tampan terlebih sikap Regan yang baik
sudah dokter di usia muda, tampan, jenius, kaya, ramah, suka menolong
kurang sempurna apa lagi? jawabannya hanya satu, Regan tidak memiliki
kekasih. Regan tidak memiliki pacar hingga saat ini, karena selama ini dia
berfokus pada pendidikannya hingga dia bisa meraih gelar dokter di usia
muda. Jangan di tanya lagi, kalau yang mendekati Regan sudah banyak tetapi
“Airish, kamu tahu kan masalahnya ada di dalam diri kamu sendiri.
Sakit yang sering terjadi itu disebabkan karena trauma yang menyerang. Jadi
mari kita mencoba pelan-pelan untuk mengatasinya” ucap Regan lembut saat
Airish memang sangat takut saat ada suara pecahan kaca atau suara
hantaman benda keras, itu disebabkan trauma masa kecilnya saat mobil yang
dia naiki bersama sang ibu menabrak truk besar dan menimbulkan suara
keras yang selalu Airish ingat hingga saat ini. Matanya kembali merasa sakit
semenjak dia mendengar Bi Ayas yang tidak sengaja menyenggol gelas hingga
pecah saat ada di dapur. Meskipun Airish tidak menjerit ketakutan tetapi
“Kalau gitu aku pulang dulu ya kak, terima kasih hari ini” pamit Airish
“Iyaa, kalian hati-hati di jalan” sahut Regan yang mengantar Airish dan
terusik dengan para Gadis yang sedari tadi menggodanya di kelab malam.
sahabatnya Gavin dan Samudra yang sedang asik ditemani para gadis seksi di
kursinya. Sudah hampir satu minggu Rava tidak melihat Airish, saat Rava
ingin datang menemui gadis itu banyak hal yang membuatnya menunda
“Biasa ditinggal pas belum selesai ya?” ledek Sam yang mendapat
“Brisik lo pada, kalo mau kawin sonoh sama kucing” sahut Rava malas
Rava hanya memutar bola matanya malas, sunggu saat ini selera
bercandanya sama sekali tidak ada. Sepertinya besok Rava berencana akan
menghadang Anna.
empunya memekik
“Pagi-pagi jutek amat sih, jangan gitu donk nanti cantiknya ilang” ucap
Rava santai
“Lo mau gue tampol garpu tanah? Cepet ngomong mau tanya Airish
kan?”
“Pinjem HP lo”
“Ngapain?”
Blackpink gak?” ucap Rava yang sudah paham kelemahan gadis itu
“Buka sandinya”
hingga Rava menemukan satu nama yang sejak tadi Rava cari. Ya, Airish.
Meskipun Airish tuna netra tetapi dia memiliki ponsel pintar seperti orang
lain. Tetapi ponsel Airish jelas berbeda dengan yang orang normal umumnya,
“Ngapain lo?” tanya Anna saat Rava tersenyum menatap layar HPnya
terima kasih. Tanpa Anna sadari Gissel yang sejak tadi melihat Anna dan Rava
“Pfffttttt” Anna menahan tawanya agar tidak meledak, Anna tahu betul
kalau Rava teman sekelasnya itu tidak memiliki pacar. Karena sebelum
bertanya lebih jauh tentang Airish, Anna sudah memastikan bahwa Rava tidak
“Rava pacar lo? Emang Rava mau sama lintah sawah kek lo?” ledek
Anna
“Eh jaga mulut lo ya” Gissel semakin kesal karena Anna terus saja
membuatnya naik darah. Tangan Gissel sudah bersiap menampar Anna tetapi
“Kalau Rava sampai tahu kelakuan lo ini, gue pastiin lo gak bakal bisa
deket-deket Rava” ucap Gavin dengan tatapan tajamnya pada Gissel, Gissel
“Gimana yang gak papa kan? Hm?” tanya Gavin dengan nada berubah
“Yaelah, sabar ngapa yang. Jutek amat sih nanti cepet rindu lo sama
gue”
“Haluuuuu ye!”
merangkul Anna
“Ih berat pundak gue, sana lo” sehut Anna seraya melepas rangkulan
Inilah hal yang Anna kesal saat dengan Gavin selalu saja
menjahilinya. Bagi Anna masih mending Sam dan Alvan tentunya yang sering
“Yelah nanyaa doang pelit amat sih, amat aja gak pelit”
duduk di bangkunya.
Belum berhenti sampai di situ Gavin masih mengikuti Anna lalu duduk
di bangku sebelahnya, Anna tersentak kaget saat Gavin duduk dengan tidak
santainya.
“Apa?”
“Gak papa, kalo gitu semangat belajar sayang” ucap Gavin sambil
tersenyum manis pada Anna, sedangkan Anna terpaku melihat senyuman itu
18.30
yang selalu dia putar saat dirinya tengah bosan. HP yang sejak tadi tergeletak
“Halo”
“Airish?”
“Iya, siapa?”
“Pacar lo, Rava”
“Wahh! iya ma.. ehmm ngapain sih” ucap Airish girang tetapi setelahnya
dia menepuk pelan mulutnya, sampai terdengar tawa dari seberang telponnya
jaket karena malam ini sedikit dingin. Rava dengan cerdasnya mencari tahu
“Airish tuh paling lemah sama yang namanya es krim, ajak aja dia jajan
es krim dia pasti gak akan nolak” ucap Anna pada Rava
wajah cantiknya. Namun saat Airish mencium aroma parfum Aldrich, dia
“Mau kemana rapi gitu?” tanya Aldrich penasaran dari ruang tengah,
tumben sekali mala mini adiknya terlihat rapih dan terkesan cantik dengan
“Sama siapa?”
“Temen”
Aldrich menatap Airish bingung, lalu tersenyum pasti adiknya sedang
lalu Aldrich membantu Airish berjalan. Menuntun adiknya keluar rumah dan
tepat sekali di luar rumah besar Airish sudah terparkir mobil hitam milik
meledeknya
“On the way pacar kak” ucap Rava sambil tertawa diikuti Aldrich yang
malam ini Airish tidak diserang kebosanan dia bisa saja menolak itu yang dia
pikirkan. Ini pertama kalinya Airish pergi dengan laki-laki selain orang dia
kenal dekat, Airish sedikit malu karena tidak tahu harus berkata apa. Kedua
orang itu terdiam sesaat di dalam mobil, lalu Airish mulai membuka suara
memecah keheningan.
“Gak kok”
“Terus?”
“Inisiatif aja, ngambil nomornya sendiri dari HP Anna”
“Gaklah, Anna sedniri yang kasih HP nya ke gue. Yaudah sekalian gue
salin nomornya”
“Sama ajaa”
“Beda Airish. Kalo nyuri itu gue diem-diem ambil HP Anna terus nyalin
nomor lo” jelas Rava. Airish mendengus pelan mendengar balasan Rava,
Airish
“RAVA IH!! Setan tuh” seru Airish kesal dan disambut gelak tawa Rava
“Nah gitu dong ketawa, kan aku jadi suka” sahut Rava sambil mengacak
“Tongkatnya, gak di pake?” tanya Rava bingung saat dia menuntun Airish
“Nih kan ada kamu yang nunjukkin jalannya” ucap Airish sambil
meilirik ke arahnya. Tetapi Rava tidak peduli, karena saat ini gadis cantik itu
sedang tersenyum seraya berpikir varian apa yang akan dia makan. Setelah
“Di samping kamu ada bunga ya?” Rava sedikit kaget saat Airish
tidak percaya dengan kemampuan Airish itu. Bagaimana bisa dia mencium
aroma bunga yang Rava sendiri tidak mencium aromanya sedangkan Rava
coklat
“Pacar Rava emang hebat yaaa” seru Rava bangga seraya melebarkan
senyumnya
“Airish lah”
“Gak”
“Iya”
titik akhir dari perdebatan, sejujurnya Airish cukup senang bisa berjalan-jalan
bibirnya. Rasa hangat menjalar di pipi gadis cantik itu, Rava tersenyum
“Habis ini kita jal..” ucapan Rava terpotong oleh seseorang yang
duduknya
dan dibalas senyuman manis gadis itu. Mereka berdua sedikit melupakan
Rava yang kini sudah mengernyitkan dahinya bingung, terlebih kini dia
merasa sangat kesal saat orang yang dipanggil Regan itu menggenggam tangan
Airish.
“Pacar Airish” tukas Rava menyela Airish membuat gadis itu melebarkan
matanya
“Ih Rava, bukan. Dia temen aku kak” jelas Airish mantap dan membuat
Regan tertawa
“Kenalin gue Regan, Dokter Airish” ujar Regan sambil mengajak Rava
bersalaman
mendengar suara Regan datang, berbeda saat bersa manya. Jujur saja itu
lalu mengacak pelan rambut Airish saat dia berpamitan dan jelas saja Rava
“Kamu kenapa?”
“Gak papa”
Airish semakin bingung karena sejak tadi Rava diam, sama sekali tidak
bertanya apapun. Airish semakin kesal dengan situasi seperti ini, lalu dia
dahinya bingung.
“Ya ngapain di sini, kamu aja keliatan gak seneng gitu. Kamu yang
ngajak aku keluar tiba-tiba kamunya gitu” seloroh Airish sambil merengut
kesal
Rava menghela nafas panjangnya, benar juga dia yang mengajak Airish
keluar dan sekarang dia hanya diam. Sedangkan Airish sedniri bingung, dia
hanya mendengar suara hiruk pikuk di dalam restoran itu tanpa mendengar
kata-kata Rava.
berjalan keluar.
“Hn?”
seperti itu, matanya tidak mampu melihat apa yang ada di depannya tetapi
Airish selalu menikmati semuanya seperti orang normal. Seperti saat ini Airish
dalam pelukannya
“Seindah itu? Andai aku bisa melihatnya” sahut Airish lirih membuat
“Lo tahu? Pemandangan paling indah adalah apa yang ada di dalam
pikiran kita. Semua tercipta dengan sempurna, dan belum tentu apa yang lo
masih berpelukan. Rava sedikit terlarut saat memeluk Airish, entah rasa
nyaman dan juga sedih yang Airish rasakan dapat tersalur pada Rava saat
“Gue janji akan selalu jadi mata buat lo” ucap Rava sambil melepas
merah, entah kenapa perkataan Rava membuatnya tenang dan juga senang.
Meskipun selama ini Airish mencoba menutupi segala ketakutannya jika dia
tidak dapat melihat dunia yang dia tinggali ini tetapi tetap saja Airish hanya
perlombaan antar kelas, seperti biasa bukan genng Rava namanya kalau
mereka berangkat pagi. Gavin, Sam, dan Alvan sudah berada di markas
seperti biasa, mereka tidak langsung pergi ke ke sekolah karena tahu jika saat
“Gue lagi mau nyamperin cememew gue, kalian ke sekolah duluan aja gue
nyusul”
dan Gavin.
“Cewek baru?” tanya Sam bingung dan hanya mendapat balasan dari
pengemudi sudah keluar dengan seragam SMA lengkap dengan tas punggung
“Halo”
“Iya, halo”
depan”
kebetulan hari ini Aldrich sedang pergi ke kantornya, Rani tentu saja
“Ganteeng banget non pacarnya, duh bibi jadi pengen” goda Bi Ayas
“Gak boleh tuh bi sama Airish, soalnya kan saya punya Airish” sahut
Rava
“Dih enggak gitu bi, tuh kalo mau kantongin aja” tawa Bi Ayas pecah
keluar jendela, ya meskipun tatapannya kosong tetapi Rava yakin bahwa ada
jadinya jika dia pergi ke sekolah di saat ramai seperti itu. Apa yang akan
siswa-siswa katakan jika melihat Airish yang buta itu menginjakkan kakinya
“Kenapa?”
“Rava, please. Sekolah itu bukan tempatku Rav, apa kata orang-orang
nanti kalau kamu bawa aku masuk sekolah. Aku itu bu..” ucapan Airish
terpotong
“Sssstttt, lo itu istimewa Airish. Lagian gak akan gue biarin orang lain
dengan Ravandra” ucap Rava meyakinkan Airish, tangan kirinya kini beralih
memegang erat tangan kecil Airish berusaha memberi keyakinan pada gadis
cantik itu.
“Emang terkenal”
Saat sampai di sekolah Rava membantu Airish keluar dari mobil, gadis
itu kini menggunakan tongkatnya untuk meraba jalanan nanti pasalnya ini di
sekolahan yang banyak dilalui orang dan Airish tidak mau menabrak mereka
nantinya. Sayangnya Airish masih terdiam di samping mobil Rava, dia ragu
untuk memasuki sekolahan di jam sekolah seperti ini terlebih diadakannya
acara yang artinya semua anak akan berhamburan di luar kelas. Saat ini di
parkiran saja Airish mendengar banyak suara anak-anak yang mungkin juga
baru datang.
“Ayo, jalan. Jangan diem terus ntar disangka patung monumen” ucap
“Hi apa sih, patung monumen mana ada yang secantik aku” balas Airish
Airish terdiam, sungguh saat ini pipinya sudah merona kenapa Rava
pandai sekali membuat Airish tersipu. Tanpa mereka sadari Gissel dan
berpakaian bebas? Terlebih gadis itu, gadis yang pernah hampir Rava tabrak
“Sialan tuh cewek! Gue harus kasih pelajaran sama dia” Gissel berdecak
sebal
Gavin.
“Oy, pendek!” seru Gavin
“Bol, Cebol!”
lebih kurang ajar menurut Anna. Membuat Anna yang tadi dipanggil
“Kayanya bakal ada perang besar sih, gue sama Alvan cabut kelas dulu”
“Gavin, sini gue bisikin sesuatu deh” ujar Anna sambil tersenyum
“Sini Gavin”
Anna, tinggi Anna hanya sebatas dada Gavin jadi mau tidak mau Gavin harus
menunduk agar menyamai tinggi gadis itu. Sepersekian detik wajah Anna
sedikit merona berhadapan dengan Gavin, tetapi setelahnya Anna langsung
bukan main
meninggalkan Gavin
Gavin langsung mengejar langkah Anna, tetapi langkah Anna dan Gavin
matanya lebar karena beraninya Rava membawa Airish ke sekolah saat ramai
begini.
“Iyaa nih” jawab Gavin yang di balas tatapan tajam dari Anna
“Rava. Gue minta penjelasan dari lo? Kenapa ajak Airish gak ngomong
gue sih?”
“Emang lo siapa?”
“Dih emaknya udah kaya pokemon gitu anaknya cantik gini, it‟s
impossible!”
“Ravaaa!” satu bukulan mendarat tepat di bahu Rava dan sang pemilik
“Yaudah lah gak papa, awas aja kalo Rava sampe ngapa-ngapain lo ntar
“Sampe ada yang berani nyentuh punya Rava, saat itu dia mati” ucap
Rava serius
bagaimana sifat Rava. Sebenarnya sifatnya tidak jauh berbeda dengan Alvan
terkadang Rava lebih sering lepas kendali jika sudah menyangkut segala
Banyak pasang mata yang kini menatap Airish dan Anna, sedangkan
Gavin dan Rava berjalan tepat di belakang mereka berdua. Setelahnya mereka
Gavin masih tidak percaya dengan yang Airish katakan, bahkan Gavin
tidak tahu ada yang berbisik. Berulang kali dia menengok dan ternyata benar
kagum pada kemampuan Airish yang memiliki indra pendengaran yang tajam.
“Ih apa sih lo buaya rawa, jangan rangkul Irish gue. Najis tahu!” tukas
“Wleekkk, gak sudi” balas Anna sambil berakting seolah ingin muntah
“Anna kan sukanya sama gue Rav” sahut Gavin dari belakang
“Oh iya tuh, selamat berjuang naklukin macan betina!” balas Rava
“Awas aja kalian berdua, tunggu aja bakal gue sunat sampe habis
kalian!”
“Jangan dong, kasian istri gue ntar! Eh tapi emang lo berani buka?”
banyak teman hal seperti sangat mebuat Airish senang, walaupun dia tidak
penonton, saat ini Rava dan teman-temannya sedang bertanding basket jadi
setidaknya berada di sekitar Rava membuat akan Airish sedikit aman pikir
Anna. Dari kejauhan Rava tampak berjalan mendekati Anna dan Airish, Airish
Airish
“Dari pada ngerusuhin gue sama Airish mending tuh semangatin Gavin”
ucapanan Rava sukses membuat Anna terdiam dan mengernyit heran dia
“Masa temen-temen gue sih, gue ngajak lo kesini kan biar nyemangatin
Airish tertawa
Sudah ke sekian kali Airish mendengar ucapan seperti itu dia tidak mau
ambil pusing, karena memang faktanya dia memang buta jadi tidak masalah
jadi Airish tidak lagi mendengar omongan tentang dirinya, mereka berpusat
mereka memang terlalu populer hingga memiliki banyak fans. Airish hanya
sedikit paham kalau memang team Rava memasukkan poin lebih banyak.
“Irish, tunggu sini bentar ya, gue mau beli minum. Toh bentar lagi
pertandingan selesai nanti Rava pasti ke sini. Pokoknya tunggu gue di sini
okay” pesan Anna seraya bangkit dari kursinya dan di jawab anggukan
mantap
mancungnya itu.
“Lo yang waktu itu mau keabrak motor Rava kan?” tanya gadis di
“Aaa, iya”
“Bisa gak lo ikut gue, gue mau bilang sesuatu di sini terlalu rame”
Airish sedikit bingung apa dia harus mengikuti Gissel atau menunggu
Anna datang, tetapi akhirnya Airish mengangguk dan ditarik oleh Gissel
keluar dari kursi penonton. Airish sama sekali tidak tahu mau di bawa
kemana, tetapi dia merasa kalau cengkeraman tangan Gissel semakin kuat
dan jalannya makin cepat membuat Airish yang sejak tadi digandeng tertatih
mengikutinya.
sangat sepi dan Gissel berpikir Rava tidak akan mengetahui keberadaannya
Brukkkkkk
wastafel, bahunya sedikit nyeri karena menabrak dinding. Airish mencium bau
pembersih lantai dan bau air dari kamar mandi, pasti saat ini dia ada di
kamar mandi.
“Lo tahu, Rava itu pacar gue! Rava punya gue jadi jangan berani berani
“Maksud lo, Rava yang ngedeketin cewek buta kek lo! Ngaca lo itu gak
pantes bersanding sama Rava!” ucap Gissel dengan nada yang meninggi
“Dia kan buta Sel gabisa ngaca dong” ucap Fanya mengejek
tahu kalau Rava punya pacar dan Airish memang bukan pihak yang endekati
Rava dahulu, jadi kenapa mereka harus menghujat Airish bahkan melakukan
“Lo itu bakal nyusahin Rava, gak cuman Rava hidup lo tuh bisanya
nyusahin semua orang sadar gak lo cuma jadi beban!” ucap Gissel
Air mata Airish perlahan mulai menggenang, apa benar selama ini
dirinya hanya menjadi beban bagi semua orang. Airish sudah berusaha agar
orang normal. Semua itu dia lakukan agar dia tetap bisa berguna dalam
“Harusnya lo tuh sadar diri. Jauhin Rava!” sahut Gissel yang makin
Gissel, gadis cantik itu sedikit mengerang saat rambutnya semakin kuat
dijambak. Gissel hanya tertawa puas melihat Airish yang kesakitan tetapi
menengok kanan kiri mencari sosok sahabatnya yang sudah tidak ada di
posisinya. Anna melihat Rava baru saja selesai dari lapangan bersama Alvan,
“Loh aku tadi beli minum buat dia, terus aku nyuruh Irish duduk di sini
.
.
Gissel bangkit mengambil ember berisi air kotor di pojok kamar mandi,
ember air yang dia bawa menabrak kaca kamar mandi, dan menimbulkan
suara kaca dan ember itu jatuh cukup keras. Airish langsung menegang saat
menahan tangis, matanya kembali berdenyut nyeri Airish membeci suara itu,
sangat benci.
“Eh Sel ngapa tuh anak” tanya Fanya sambil menunjuk Airish yang
terlihat aneh
“Heh lo diem!”
Brakkkk
“LO YANG DIEM BANGSAT!” seru Rava mendorong tubuh Gissel hingga
Rava tidak tahu kalau Airish semakin terisak sangat pintunya di dobrak
keras membuat suara yang cukup keras. Rava menatap gadis yang dia ajak
tadi pagi kini sudah duduk terisak dengan roknya yang sudah kotor,
saat melihat Gissel mencengkeram kedua pipi gadi itu hingga menimbulkan
ruam merah. Anna yang melihat itu langsung menghampiri Airish lalu
Rava hampir saja memukul Gissel kalau saja Sam tidak menahannya,
Sam menyuruh Rava membawa Airish pergi dari tempat kotor itu. Dengan
pundak Rava, gadis itu masih terisak menahan matanya yang nyeri. Dia tidak
peduli lagi dengan kondisinya sekarang, dia hanya merasa kepalanya sangat
pening.
“Lo liat cewek yang tadi duduk di sini?” tanya Gavin pada anak yang tadi
“Iya, tadi dia ditarik Gissel keluar kok” ucap anak itu
menemukan gadis itu. Dia ingat jika satu tempat yang belum dia kunjungi yaitu
kamar mandi wanita, Rava berlari segera menuju kamar mandi disusul teman-
temannya dan tepat dugaannya dia melihat kondisi Airish yang sangat
“LO YANG DIEM BANGSAT!” Rava tidak pedul lagi Gissel itu wanita atau
laki-laki bagi Rava siapapun yang membuatnya marah maka dia pantas
mendapatkan hukuman
pacarnya itu, hampir saja dia memukul Gissel sampai tangan Sam
mencekalnya.
dalam. Rava berulang kali menjambak rambutnya kesal, bisa-bisanya gadis itu
berani menyentuh milik Rava, dia merasa bersalah karena membawa Airish ke
sekolah hingga membuat Airish tak sadarkan diri seperti sekarang ini.
“Udahlah, mau lo jambak rambut sampe botak juga semua udah terjadi”
tukas Anna
“Ini salah gue, Airish jadi masuk rumah sakit” ucapan Rava terdengar
penuh sesal, Anna melihat wajah khawatir Rava terlihat dengan jelas
“Yaudah gak apa-apa toh Airish memang senang diajak ke sekolah. Ini
terjadi karena Airish mendengar suara kaca pecah. Airish meiliki trauma yang
pandangannya, Airish bakal ketakutan saat denger suara kaca pecah dan
pintu kamar mandi dengan keras tadi, pasti gadis itu sangat ketakutan. Anna
“Gue harap lo bisa jagain Airish dan jangan pernah sakitin Airish”
“I‟ll promise”
Regan keluar dari ruangan pemeriksaan lalu menatap Anna dan Rava
“Kalau gitu saya tinggal dulu ya, nanti kalau ada apa-apa bisa panggil
“Saran aja, kalo lo gabisa jaga Airish mending jauhin dia” ucap Regan
“Cih, lepas. Apa urusan lo?” Rava mengempaskan tangan Regan kasar
“Karna gue bakal rebut dia” kata Regan dengan nada dingin
Anna yang duduk di samping ranjang Airish. Mata Airish masih terpejam
beban apapun.
“Rav, gue mau ke kantin dulu ya haus banget. Lo bisa kan tunggu sini
Airish. Rava masih memandang wajah cantik di depannya itu, tangan Rava
bergerak menyentuh pipi mulus Airish melihat masih ada sedikit ruam di
sana.
“Airish” bisik Rava pelan lalu dengan gerakan singkat Rava mengecup
“Airish”
tangan kirinya, dan mencium aroma obat-obatan yang sangat kuat tentu saja
dia di rumah sakit. Ah, Airish mengingat semua kejadian sebelum dia ada di
ruangan ini.
Airish terdiam
“Maaf karena gue, lo jadi kaya gini. Gue gak tahu kalau Gissel bakal
merasa kaget saat Airish melepasnya. Wajah Airish pun berpaling dari Rava
seolah ada kekecewaan besar di sana yang Rava sendiri tahu jika itu salahnya.
“Kamu kalau udah punya pacar, jangan lagi gangguin aku” ucap Airish
“Apanya?”
“Gak”
“Iya”
“Gak”
“Gue gak punya pacar Airish, karena di sinilah pacar yang gue cari”
“Lo yang gak jelas, baru bangun pingsan udah mikir yang enggak-
enggak”
Airish sedikit malu karena memikirkan hal itu, jujur saja sejak Rava
bicara soal Gissel dia tidak tahu perasaannya aneh, dia tidak suka mendengar
Rava itu pacarnya, ditambah dengan fakta bahwa dulu Gissel membonceng
Rava saat hampir menabrak Airish perasaannya jadi semakin kesal. Dan saat
mendengarnya langsung dari Rava perasaannya terasa lega, dan juga malu.
pada Rava
“Kamu gak papa? Udah mendingan? Mana yang sakit?” cerocos Anna
“Ihh apa sih jangan minta maaf ah” kata Anna sambil melepas
pelukannya
“Anna tuh sahabat lo, bangun pingsan masa langsung mikir kalo Gissel
“Ha? Airish kamu …HAHAHA” tawa Anna pecah seketika saat melihat
“Yang bohong besok matanya kaya bakpao” ucap Rava membuat Airish
“Lah bakpao?”
“Iya, Rana selalu aja bilang gitu kalo gue bohongin dia” sahut Rava
“Canda sayang”
mudah ditebak. Anna tahu jika Irishnya itu pasti akan mengkhawatirkan hal
yang sama dengan Anna, yaitu status seorang Ravandra. Tetapi Anna yakin
jika memang Rava tidak memiliki pacar, meskipun dia sering memboncengi
cewek yang berbeda. Anna hafal betul kelakuan teman sekelasnya itu karena
sudah hampir 3 tahun dia satu kelas dengan Rava dan Gavin, sedangkan
Alvan dan Samudra satu kelas dengan Anna saat kelas 11 hingga kelas 12 ini.
PART 8
Sejak Airish masuk rumah sakit, sampai saat ini Aldrich tidak tahu jika
adiknya oernah dirawat karena Airish sendiri meminta Regan dan Anna untuk
merahasiakannya dari Aldrich. Dia hanya takut jika Aldrich akan melarangnya
Dan saat ini Airish sedang duduk dengan Regan yang berpakaian santai
“Kak makasih ya waktu itu gak bilang sama Kak Al” ucap Airish
“Nanti kamu juga tahu kok, ayoo” ucap Regan sambil menggenggam
dr. Aninda dan anaknya Gavin berjalan berpapasan. Dahi Gavin mengernyit
heran dengan pemandangan yang dia lihat, Airish dan Regan. Sebelumnya
Gavin memenag sudah mengenal Regan karena dia salah satu anak dari
ibunya, tetapi Gavin tidak pernah tahu kalau Regan juga kenal dekat dengan
Airish.
“Eh Regan, mau kencan yaa?” tanya Aninda melihat Regan yang
“Mau jalan bentar kok tante, ya bolehlah kencan” jawab Regan sambil
“Loh kamu kenal sama anak tante ini ya?” tanya Aninda yang
menyadari jika Airish seorang tuna netra, Airish hanya mengangguk ramah
“Airish temen Gavin sama Rava mah” celetuk Gavin dengan nada sedikit
tuh cantik banget ya udah cocok deh sama Regan” balas Aninda sambil
Sedangkan Gavin melirik ibunya yang mengucapkan hal itu, Gavin lupa
jika ibunya tidak tahu apapun tentang Airish dan Rava. Pantas saja dia
melajukan mobilnya pelan menuju sebuah pantai yang cukup tenang dan
terlihat indah.
“Wahhh kita di pantai ya” seru Airish dengan wajah tampak berbinar
“Kamu seneng?”
“Bangettt”
Regan terkekeh melihat ekspresi Airish yang terlihat sangat lucu, tangan
Regan bergerak mengacak pelan poni rambut Airish. Membuat sang empunya
“Iya-iya maaf, berantakan juga masi tetep cantik kok” balas Regan sambil
merapikan poni Arish. Sedangkan wajah Airish sudah merasa hangat karena
saat ini posisinya Regan berada dekat dengan wajahnya, bahkan nafas Regan
bisa Airish rasakan. Regan tersenyum melihat Airish yang terdiam mematung
dengan pipi yang bersemu merah, rasanya Regan ingin sekali mencium pipi
yang terlihat menggemaskan itu tapi tentu saja Regan masih belum berani.
“Sekarang apa yang kamu lihat?” tanya Regan saat
“Apa?”
pelan
“Ya, cantik”
ponselnya
“Dia itu pasiennya ayah Regan, tetapi berhubung Pak Surya sedang
dinas ke luar negeri jadi tanggung jawabnya di serahkan sama Regan. Emang
kenapa?”
“Mama tau, Rava itu suka sama Airish ma” jelas Gavin
Aninda menganga kaget karena dia tidak tahu kalau salah satu anak
bandelnya itu menyukai gadis tuna netra yang terlihat sangat polos, tetapi
Aninda tidak menyangkalnya jika Airish memang cantik, baik, dan bisa
bagaimana dunia orang lain. Itu karena Aninda beberapa kali bertemu lalu
mengobrol dengan Airish, dan Aninda merasa sangat nyaman saat mengobrol
dengan Airish.
“Mama gak tahu itu, kenapa bisa Rava kenal sama Airish?”
“Ceritanya panjang, dan juga temen sekelas kita itu sahabat Airish”
“Hm? Yang namanya Roseanna itu ya?” sahut Aninda seraya mengingat-
ingat
“Iya kenal kan sering anter Airish ke rumah sakit mama juga pernah
ngobrol kok sama dia. Kenapa emang? Semangat banget denger nama Anna”
“Apanya?”
“dia, ma”
“Anna ma” dengus Gavin kesal dia tahu kalau ibunya sedang
itu
“Iya, Anna itu orangnya asik kok, baik banget, dia mungkin sahabat
yang paling Airish sayangi. Karena mama juga merasa kalau Anna itu juga
“Yah elah anak mama ngambek” tawa Aninda hanya dibalas lirikan
Gavin berjalan keluar dari ruanga ibunya, anak itu kini melajukan
mobilnya menuju ke markas biasa. Ternyata di sana sudah ada Alvan dan
Rava, melihat Rava dia jadi mengingat Airish tadi apa jadinya kalau Rava tahu
“Giliran ada gue nanyanya Sam, giliran ada Sam nanyanya gue. Plin
“Najis!”
Gavin masih menatap Rava bingung apa dia harus mengatakan yang dia
lihat atau diam saja. Dia tidak tahu apa akan Rava lakukan nantinya.
“Ngapa lo liat-liat gue, jatuh cinta lo sama gue?” ucap Rava yang melirik
Gavin
“Udah kelar, gue udah minta mereka keluarin Gissel sama Fanya”
“Bagus. Gue gak suka liat sampah di sekolah” Rava mengendikkan bahu
lega
Asal kalian tahu ayah Samudra dan Alvan merupakan donatur terbesar
di sekolah, selain itu ayah Alvan juga menjadi ketua yayasan di sekolah
mereka. Tentu saja hidup mereka sudah paket lengkap, jika ada yang berani
mengusik kehidupan mereka tentu saja ancamannya tidak akan pernah kata
main-main.
“Apa sayang?”
“JIJIK GUE!”
“Apasih baperan lu, ngomong pake basa basi kek cewek aja lo” sahut
“Gue tadi lihat Airish diajak pergi sama Regan, dokternya Airish”
Akhirnya kalimat itu Gavin katakan, dia tidak bisa menyembunyikan
apapun pada Rava terlebih sekarang Rava terlihat sangat serius menyukai
Airish. Sedangkan Rava terdiam seketika, PSP yang sedari tadi dia mainkan
kini hanya menjadi sasaran kekesalan Rava. Tangan laki-laki itu mengepal
membuat Gavin gusar, takut-takut kalau Rava mencari Regan dan Airish lalu
memukuli dokter muda itu di depan Airish. Semoga saja tidak terjadi hal
“RANA! TEMENIN ABANG BELI ES KRIM YUK!” Seru Rava dari luar
kamar Rana
“Beneran kita mau beli es krim?” ucap Rana dengan wajah antusias
sangat marah saat itu, dia sudah menarik rokoknya lalu dia gamit di ujung
Rana, sedangkan Rava tidak mungkin menemui adiknya dengan kondisi habis
“Kak Airish kok gak pernah diajak ke rumah sih bang?” seloroh Rana
“MAU BANGET!”
“Kok diculik bang? Kasihan dong. Nanti abang masuk penjara kalo
nyulik orang nanti abang jadi penjahat bang” ucap Rana polos membuat Rava
tertawa, dia lupa jika adiknya masih kecil dan belum tahu yang namanya
dagelan.
Bersama gadis kecil itu selalu bisa membuat perasaan Rava menjadi
semakin hidup dan lebih berwarna itulah alasan kenapa Rava sangat
menyayangi adik kecilnya itu. Gadis manis yang memang mirip sekali dengan
Setelah puas bersama Rana seharian kini Rava mulai merasa kelelahan
nafasnya serasa mengurangi beban lelah yang tadi menjalari tubuhnya. Rava
terusik jika dia belum tahu apakah Airish sudah pulang atau belum.
“Halo”
“Tadi aku dari pantai, Kak Regan yang ngajak” ucap Airish polos
“Sekitar jam 2”
mengatakan semuanya secara blak-blakan. Tetapi jelas saja dia tidak mungkin
langsung memarahi gadis itu, Rava harus bersyukur karena bertemu dengan
Airish yang jujur, meskipun hubungannya dengan Airish masih saja belum
jelas tetapi Rava tidak suka jika Airish pergi dengan laki-laki lain.
“Ehm boleh, tapi paginya aku ada kelas. Kamu juga harus sekolah dulu
Airish sudah menduga jika Rava pasti akan tahu dirinya pergi dengan
Regan, karena Gavin pasti memberitahu Rava. Entah rasanya Airish mulai
terbiasa dengan tingkah Rava yang sering mendadak begitu saja, tapi Airish
menyukai dirinya atau hanya main-main saja dia tidak tahu. Yang terpenting
saat ini Airish hanya ingin menikmatinya seperti biasa, meskipun semenjak
“Kok bisa?”
Anna sering malas pergi ke sekolah saat hari bebas setelah ujian kenaikan
rumahnya, sebenarnya sejak pagi Rana sudah menagih janjinya pada sang
kakak tetapi Rava pura-pura lupa dan mengatakan bahwa Airish tidak bisa
“Gak papa sayang, kan di rumah sendiri” ucap Rava diselingi tawa
“Bang? Kok udah pulang? Loh ada Airish” seru ibu Rava dari arah dapur
“Hahaha, yaudah sini Airish masuk dulu ke ruang tengah” ajak Rara
beberapa dari mereka pada akhirnya memanfaatkan Airish, itu alasan Aldrich
dan Edgar ayahnya selalu memperhatikan siapa saja yang berteman dengan
Airish, bukan untuk tujuan lain hanya saja mereka tidak mau Airish
mendapat kesulitan dari orang-orang yang tidak memiliki hati seperti itu.
“Adekmu itu lagi ngambek dari tadi pagi, mama juga gak tau tuh” jawab
Rava tidak tahu kalau adiknya masih kesal dengan Rava yang pura-pura
lupa perihal Airish, adiknya memang sedikit keras kepala sama seperti Rava.
Rava mengetuk beberapa kali kamar gadis kecil itu tetapi dia tidak mendapat
jawaban, justru Rava mendengar adiknya seperti sedang menggerutu kesal
pada kakaknya.
“Dek, ayo turun dong. Abang kasih sesuatu deh” bujuk Rava
“Abang tukang bohong, pasti sekarang juga bohongin Rana lagi” kesal
Rana
“Maafin abang ya, ayo turun” ucap Rava sambil mengelus pelan pipi
Rana
saat melihat tamu yang datang ke rumahnya, Rana langsung memeluk girang
“Iya iya abang minta maaf yaaa sayang” balas Rava dan dijawab
adalah keahlian Airish, mama Rana pun hanya menggeleng kepala pasrah.
Saat hari sudah mulai sore Airish meminta Rava mengantarnya pulang,
setelah cukup lama menemani Rana bermain rasanya puas sekali bisa
bercerita banyak dengan Rana mengenai banyak hal termasuk Rava, Airish
“Tadi Rana bilang apa aja pasti ngomongin gue?” tanya Rava
Entah kenapa Rava merasa hari ini Airish lebih sering tersenyum dan
tertawa membuat Rava selalu ikut tersenyum lega. Dan gadis yang kini duduk
jok sebelah Rava terlihat sangat cantik, matanya yang menatap lurus ke depan
meskipun tak terlihat apaun di matanya, senyum tipis masih terukir di bibir
gadis itu, tanpa sadar tangan Rava bergerak menyentuh pipi Airish membuat
gadis itu sedikit tersentak membuat Rava sadar lalu mencubit pipi Airish.
masih mencubit gemas pipi Airish, membuat sang pemilik pipi kini tertawa
Airish ke rumah sakit dengan banyak alasan, tetap Airish tahu jika Rava
harus sekolah dan dia tidak ingin membuat Rava membolos hanya karena
“Gue mau nganter lo ke rumah sakit” ucap Rava saat datang ke rumah
Airish
mengantarnya hari ini. Hening tercipta di mobil Rava, aroma tubuh Rava
“Gak tuh”
Rava hanya tertawa melihat gadis itu, sebenarnya dia tidak tahu pasti
bagaimana perasaan Airish padanya dia hanya merasa bahwa gadis itu
mungkin belum percaya sepenuhnya dengan dirinya tetapi Rava masih terus
“Gue suka sama lo, itu serius Airish” ucap Rava serius
jantungnya sendiri saat ini, wajahnya sedikit merona mendengar ucapan Rava
“Lo tahu? rasanya gue marah kalau lo lagi sama cowok lain Airish, gue
Mendengarnya membuat Airish tertawa, jujur saja saat ini dia tidak bisa
kekesalannya. Rasanya Airish ingin melihat wajah kesal Rava saat ini lalu
“Aku kan gak ada apa-apa sama mereka, aku juga gak suka sama
mereka” balasan Airish membuat Rava menaikkan sebelah alisnya, dia tidak
menyangka jika Airish akan memberikan penjelasan padanya jelas saat ini
Airish tidak lagi kaget dengan perlakuan Rava karena yang dia rasa sekarang
Setelah mobil Rava sudah sampai di parkiran rumah sakit, dia menatap
Airish. Airish terdiam menunggu Rava keluar dari mobil tetapi dai masih
“Kamu lagi liatin aku ya?” tanya Airish sambil menggaruk pipi yang
tidak gatal
“Liatin pacar sendiri emang gak boleh?” jawab Rava masih dengan
senyum di wajahnya
Rava tertawa melihat Airish salah tingkah seperti itu, Rava menggerakan
cepat Rava mengecup pipi Airish, membuat gadis itu sedikit menahan nafas
karena kaget. Ya, kini Airish benar-benar kaget dan gadis itu yakin sekali jika
“Tanda aja kalo Airisih itu milik Rava” jawab Rava lalu segera keluar dari
berjalan di taman penuh bunga, mungkin itulah perumpamaan bagi Rava dan
ruangannya
“E-enggak kak”
“Terus kenapa? Iya kok gak panas” tangan Regan menyentuh dahi Airish
“Tadi kegerahan aja kak dari luar, makanya gini deh” jawab Airish asal
“Iya kak, aku ke sini bareng Rava tadi. Kalau gitu aku sama Rava pulang
saat dia menggenggam tangan Airish menjauh dari Regan, tangan laki-laki itu
terlihat mengepal kuat melihat Airish dengan Rava rasanya Regan ingin
membuang Rava hingga ke bulan tetapi dia tahu bahwa saat ini dia sedang
“Enggak tau mau kemana, lagian kamu kan bolos nanti ketahuan
“Tante Nindaa”
dikatakan Gavin anaknya memang benar kalau Rava menyukai Airish. Melihat
Rava dan Airish entah kenapa dia merasa senang, salah satu anak laki-laki
“Halo cantikkk, ketemu lagi” ucap Aninda sambil menyentuh pipi Airish,
“Kamu kalah start, tante udah kenal Airish duluan hmm” jawab Aninda
“Airish ini pacar aku tan, gimana tante cocok kan sama Rava?” tanya
Rava
“Kalian cocok ganteng sama cantik, udah pas kok. Tante seneng lihat
kalian berdua” ucap Aninda seraya mengelus pipi Rava dan Airish bersamaan
“Tuh kan Tante Ninda aja bilang gue ganteng percaya deh” ujarnya pada
Airish
“Mulai lagi deh ini anak, kalau Rava bandel di jewer aja telinganya atau
nanti bilang sama mamanya Rava atau sama Tante Ninda ya Airish” kata
Aninda
“Iya, tante nanti Airish cubit aja kalau dia bandel” ucap Airish sambil
tertawa
perawakan tinggi dan tegap masih saja duduk di memandangi murid yang
“Bosen banget gak ada Rava, gue kangen Rava njir” ucap gavin yang
mendesah malas
“Vin, mangsa lo tuh” ucap Sam saat menunjuk Anna yang berjalan
Gavin menyeringai senang, tetapi ada yang aneh dari raut wajah Anna
gadis itu lalu merebut HP yang sedari tadi Anna pegang, gadis itu
“Ih Gavin balikinnnn” ucap Anna sambil berjinjit mencoba meraih ponsel
di tangan Gavin
“Ngapain sih jalan pake liat HP terus?” Gavin mencoba melihat layar
ponsel Anna dan matanya memicing kesal melihat pesan yang ada di
dalamnya
“Ih Gavin balikin, gue lagi kesel jangan bikin tambah kesel deh”
“Ini siapa?” nada bicara Gavin berubah seketika menjadi datar dan
dingin
“Tau tuh, orang gila” jawab Anna malas
Jelas saja Gavin merasa kesal melihat pesan sejak tadi di balas Anna, isi
Anna tetapi Anna dengan jelas menolaknya. Hanya saja orang itu masih
bersikeras mendekati Anna, bahkan saat ini orang itu sedang menunggu Anna
di depan sekolah.
“Gavin, sini deh balikin. Gak sopan baca pesan orang lain” ronta Anna
semakin kesal
seenaknya bertindak.
Alvan dan Samudra mengikuti Gavin dan Anna dari belakang, lalu
memperhatikan apa yang akan Gavin lakukan. Gavin melihat profil orang yang
menggenggam tangan Anna. Saat dia menemukan orang itu, Gavin segera
“Lo yang ngirim chat ini ke Anna?” tanya Gavin pada laki-laki itu
“Siapa lo?” tanya laki-laki itu
“Gue, pacar Anna. Tadinya gue masih sabar liat lo chat pacar gue, tapi
kalo gini kayanya gue gak bakal tinggal diem” ucapan Gavin terkesan dingin
Anna hanya terdiam mendengar Gavin, begitu juga Sam dan Alvan yang
bediri di belakang mereka berdua. Laki-laki itu melirik ke arah Alvin dan
laki-laki itu segera mendecih kasar lalu pergi mengendarai motor sport
hitamnya. Anna mengehela nafas lega melihat orang itu pergi, Gavin melirik
Anna bingung.
“Dia satu SMP sama gue, dari dulu ngejar-ngejar gue gak jelas gitu” jelas
“Tunggu! Ngapain gue cerita sama elo sih apa urusannya coba” rutuk
Anna
menyesal mengikuti Gavin karena mereka pikir Gavin akan memukuli orang
dilihat dari ekspresi Gavin yang sudah memasang wajah dinginnya. Ekspresi
itu selalu Gavin tunjukkan jika sedang marah atau saat akan berkelahi, maka
dari itu Alvan dan Samudra mengikuti Gavin dan di sinilah keduanya
“Gue cuma bantuin lo lepas dari orang kaya gitu” sergah Gavin
Anna terdiam mengingat kejadian tadi memang ada baiknya juga jika
Gavin tetap berlaku seperti pacarnya. Mungkin itu bukan hal buruk, hanya
pakaian Anna merogoh tasnya mencari ponsel pintarnya, sayangnya dia tidak
menemukan benda itu di dalam tas. Anna menepuk dahinya lalu merutuki
sekarang hari sudah mulai petang. Akhirnya Anna pergi ke rumah Airish dan
menyertainya.
“Eh-Eh gak sopan main peluk pacar orang lo” celetuk Rava
“Hah pacar? Airish bisa jelaskan apa yang nggak gue tahu di sini”
“Yang gak lo tahu cuma Airish sekarang pacar gue, paham?” balas Rava
“Gue nanya Airish, dasar centong nasi” kata Anna kesal
“HP gue kebawa Gavin” kata Anna sambil memasang wajah sedih
“Eh Rav, cepet telpon Gavin suruh ngembaliin HP gue donk” kata Anna
memaksa
“Lo minta tolong apa malak sih? Gak ada anggun anggunnya” cela Rava
“Aku minta tolong ya Rava yang paling ganteng sedunia … setan” ucap
Anna sambil tertawa, tetapi Rava masih belum mau menelpon Gavin
“Udah dong Rav, telponin Gavin coba kasian Anna” pinta Airish
“Oke oke”
ada laki-laki semenyebalkan mereka. Entah kenapa Anna bisa satu kelas
dengan empat setan itu batin Anna. Rava memberi tahu alamat rumah Gavin
pada Anna, dia terpaksa harus pergi ke rumah Gavin karena Rava tidak mau
mengantarnya.
“Hmm, kayanya mereka pacaran deh” bisik Rava pada Airish namun
Akhirnya Anna pamit pada Airish dan pergi menggunakan ojek online
yang dipesankan oleh Rava. Dengan langkah ragu Anna mendekati rumah
besar Gavin, dia sedikit takjub melihat betapa megahnya rumah Gavin hampir
“Bentar ya non duduk sini dulu, saya panggilin tuan” ucap wanita itu
balasan Anna, dia benar-benar heran dengan gadis ini saat gadis lain memuja
dan meneriakkan kekagumannya pada Gavin berbeda dengan teman Airish ini
justru sering melempar umpatan pada Gavin, dan anehnya Gavin suka itu.
mengantar Anna pulang karena hari memang sudah malam. Meskipun Anna
menolak tetapi Gavin jelas tidak mau lagi dibantah, ucapan tegas Gavin
membuat Anna terdiam dan menurut. Dalam hati Gavin tersenyum bangga
Anna
Anna langsung mencubit lengan Gavin keras jelas membuat laki-laki itu
meringis, lalu tertawa melihat wajah Anna yang terlihat lucu kesal. Tanpa
merasa aneh pada dirinya saat Gavin tersenyum atau tertawa Anna ingin
mengakui bahwa lelaki itu memang, hm tampan. Dan Anna akan merasa sepi
saat sehari saja Gavin tidak menganggunya, sekarang wajah Anna sedikit
“Terserah”
PART 11
yang lalu, berulang kali dia mendesah malas menunggu Rani yang belum
pulang sekolah dan Aldrich yang pergi ke kantor. Rava bilang dia akan
menemui Airish nanti sore jadi masih ada banyak waktu kosong bagi Airish.
mendung dan angin lebih lembut menyapa Airish. Gadis itu mengembang saat
Alex sang penjaga rumah membukakan pintu gerbang untuknya, pria yang
sudah bekerja dengan ayahnya sejak Airish kecil itu sudah Airish anggap
“Perlu saya antar tidak non?” tanya orang yang kerap di sapa Om Alex
itu
“Kalau gitu hati-hati ya non” pesan Alex pada anak majikannya itu
Airish berjalan pergi ke toko es krim tempat biasa dia pergi dengan Rani,
bahkan sang penjaga toko swalayan sudah hafal betul dengan Airish.
ada di depan toko, di depan toko swalaya itu memang tersedia beberapa kursi
dan meja sebagai fasilitas swalayan itu. Saat Airish
Airish mendekat, kini dia mencium aroma parfum Burberry Brit Men Woody
yang tercampur dengan aroma rokok, dan ada sedikit bau darah membuat
“Kamu gak papa??” tanya Airish seraya berjongkok di depan orang itu
bahunya yang terluka dan mengeluarkan darah, membuat Airish sedikit kaget
namun dia tahu bahwa suara itu jelas nada kesakitan. Tanpa membalas
perkataan orang itu Airish bangkit lalu meninggalkan orang itu sendirian,
Airish kembali masuk ke dalam toko dan membeli obat merah, perban, dan
plester.
“A-ah, ada perlu bentar bu. Hehe makasih ya” balas Airish
.
Askar sudah kabur dari kejaran para preman yang memukulinya tadi dan
dirinya, beberapa kali dia mengerang kesakitan menahan nyeri di bagian perut
karena tendangan kuat preman itu. Askar duduk lemas sambil mengatur
nafasnya, namun rasa nyeri kembali menyerang laki-laki itu saat bahunya
menggesek tembok.
orang itu
Saat Askar membentaknya dia baru sadah bahwa gadis di depannya itu
buta, lalu bagaimana dia bisa menemukan Askar di sini? Batin Askar.Askar
melihat gadis itu pergi tanpa menjawab apapun, meninggalkan dirinya yang
para Askar
“Gue gak butuh!” ucap Askar keras, jujur saja Airish sangat benci jika
ada orang yang berbicara dengan nada tinggi padanya. Itu karena dia masih
memiliki pendengaran yang sangat tajam, jadi saat orang berteriak rasanya
“Apa lo bilang?”
Askar masih belum menerima obat itu dari tangan Airish, membuat
gadis itu ikut berjongkok lalu mencari tangan Askar. Gadis itu meraih tangan
Askar lalu meletakkan obat ditangannya, Askar bisa melihat dengan jelas
“Kamu bisa kan pake obatnya sendiri? Maaf aku gak bisa bantuin
Deg. Askar tertegun saat melihat seyuman gadis tuna netra itu, matanya
menelisik wajah gadis itu. Askar menyadarinya jika gadis di depannya itu
depannya.
“Kenapa lagi?”
“Bisa bantuin gue pegangin obatnya, ntar gue yang pasang perbannya,
pada Airish
“Hn, bisa”
“Jam 4” ucap Askar, lalu Airish segera bangkit dari duduknya lalu
“Apa lagi?”
“Ha siapa?”
“Gue Askar, makasih ya” balas Askar sambil tersenyum pada Airish
Airish mengangguk lalu pergi dari toko itu, setelah berjalan cukup jauh
Askar mengikuti gadis itu dari belakang. Airish pernah mengalami hal ini dulu
saat bertemu dengan Rava, dan sekarang Askar juga melakukan hal yang
sama, mereka mengira Airish tidak tahu. Airish menghentikan langkahnya lalu
“Gak perlu ngikutin aku, kamu mending pulang sana” ucap Airish
“Aku cuma buta, enggak tuli dan masih bisa kecium bau tubuh kamu”
atensinya kini ada pada gadis yang baru saja dia temui. Sepertinya dia
memang tertarik dengan gadis itu, dan dia memutuskan untuk mengantar
“Kak Airish, ada mas motor setan tuh di depan” ucap Rani
selalu menyebut Rava dengan Mas Motor Setan. Setelah tadi Askar
entah bagaimana ceritanya dia bisa sampai terluka seperti itu Airish tidak
“Mau kemana?”
“Rahasia”
melihat Airish.
“Rav?”
“Kamu gak lagi natap aku kan?” tanyanya membuat Rava terkekeh
“Kamu emang selalu tahu yaa” ucap Rava sambil mencubit pelan pipi
Airish
Airish menyadari bahwa panggilan lo gue dari mulut Rava kini tidak
terdengar lagi dari mulut Rava. Airish tidak merasa terganggu dengan hal itu
karena baginya aku dan kamu terkesan lebih sopan dan lebih dekat.
“Kenapa?”
“Apa?”
“Huh, kenapa kamu harus suka sama aku? Aku yakin yang ngejar kamu
banyak yang cantik dan pastinya mereka sempurna Rava” ucap Airish seraya
sudah sampai di depan Panti Asuhan Kasih Bunda. Airish masih menunggu
jawaban Rava, tetapi laki-laki itu sepertinya sedang berfokus pada setir
kemudinya. Lalu mobil mereka kini sudah berhenti dan mesinnya pun sudah
padam.
“Cieee yang lagi nungguin aku” ledek Rava sambil mencolek dagu Airish
“Ish gatau ah, yaudah ayo turun” Airish sudah mengerucutkan bibirnya
kesal
“Karena aku sayang sama kamu, Airish. Aku gak peduli dengan mereka
yang kamu anggap sempurna. Karena buat aku kamu lebih istimewa” ucap
terbang saat mendengar nada keseriusan dari Rava. Airish tidak bisa lagi
dalam hatinya.
“Yaudah kalo gitu ayo kita turun, kita udah ditunggu” ucap Rava sambil
mengajak Airish
.
“Halo semuaaa, Kak Rava dateng sama kakak cantik nih. Pada mau
Rava dan Airish. Wajah polos mereka menatap Airish yang sedari tadi
“Kak Airish pacarnya Kak Rava ya?” celetuk salah satu dari anak-anak
itu
“Bun, bundaaa ada Kak Rava sama pacarnyaaa!” seru salah satu anak
itu memanggil bunda, bunda adalah salah satu pengurus panti asuhan ini.
Airish untuk menjabat tangan bunda panti itu. Seketika Fatma, nama bunda
tidak dapat melihat. Fatma mengelus pelan pipi gadis itu membuat senyum
Airish
“Airish masih gak percaya sama Rava tuh bun” adu Rava pada Fatma
Rava, lalu Fatma segera menggenggam tangan Airish lalu berbisik di telinga
gadis itu.
“Rava itu baik, percaya sama bunda. Kalau nakal banyak yang bakal
kesal
Setelah cukup lama berbincang Fatma mengajak Airish dan Rava masuk
terlihat sekali bahwa Airish pandai bergaul dengan anak-anak kecil. Rava
melihat Airish yang tertawa lepas membuat hatinya ikut bahagia, rasanya
mahal, sepatu, dan barang mewah seperti banyak gadis yang mendekati Rava
eksistensi mereka meningkat dan juga tidak jarang mereka mendekati Rava
Rava harap bunda bisa menjadi ibu untuk Airish juga” ucap Rava pada Fatma
“Bunda harap kamu tidak mengecewakan dia Rava, selagi ada masalah
maka selesaikan dengan baik ya nak” pesan Fatma seraya merangkul tubuh
Rava.
Sedikit cerita, jadi Fatma ini sudah Rava anggap seperti ibunya sendiri
itu terjadi saat Rava kecil yang pernah tersesat dari ayah dan ibunya ketika
baru saja pindah ke kota ini hingga berakhirlah Rava dibawa pada Bunda
Fatma, selama 3 hari dia hidup di panti asuhan sampai akhirnya ayah dan
bunda Rava menjemputnya. Rara, ibu Rava sangat berterima kasih pada
Fatma karena sudah merawat Rava dengan baik. Dan hubungan ini berlanjut
hingga Rava beranjak dewasa seperti sekarang, bahkan selama ini ayah Rava
“Gimana udah puas mainnya hari ini?” tanya Rava saat di mobil
“Oh ini, mungkin karena tadi siang aku habis nolongin orang terus gak
sengaja darahnya kena sini” ucap Airish seraya menyentuh lengan yang
“Aku gak tahu, lagian cuma bantuin aja” ucap Airish seraya
mengendikkan bahunya
“Hm, kalau gitu lain kali kamu juga harus hati-hati ya” ujar Rava seraya
Rava tidak tahu jika orang yang Airish tolong adalah orang yang
mungkin saja menjadi sumber masalah baginya kelak. Askar Bara Sinatra
merupakan rival Rava sejak dirinya memasuki sekolah SMP, entah mengapa
ada banyak hal yang Askar tidak suka dari Rava sehingga membuat hubungan
mereka seperti harimau dan singa yang berkelahi satu sama lain.
PART 12
Sudah 3 hari ini Edgar ayah Airish kembali dari London setelah sekian
London ayah 2 orang anak itu merasa heran dengan anak gadisnya yang
sekarang.
Wajah Airish terlihat lebih bahagia, meskipun dia tahu jika beberapa
dan Edgar tahu jika ada sedikit masalah dengan mata Airish tetapi pria
paruhbaya itu tidak lagi mendengar laporan mengenai keluhan Airish, anak
“Anak ayah, udah punya pacar kenapa diem-diem aja sih gak kasih tahu
ayah hm?”
seminggu ini dia memang sedang dikejar waktu untuk berlatih basket setiap
sore karena akan diadakannya pertandingan final bola basket nasional dan
Rafa adalah salah satu pemain handal milik sekolahnya. Sejujurnya Airish
merindukan Rava, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan jika memang
18.30
pikir itu adalah Rava. Rasanya laki-laki itu kini sudah membuat Airish
“Airish” panggil orang itu membuat kedua alis Airish menukik ke bawah,
rumahnya
“Eh ada temennya Airish ya, diajak masuk dong” sahut Edgar dari
belakang Airish
“Nama saya Askar temen Airish om, gausah masuk om saya cuma mau
izin ngajak Airish keluar sebentar boleh om?” ucap Askar seraya menunduk
ayahnya akan menolak Askar. Karena Airish saja baru mengenal Askar saat
dia menolong laki-laki itu, tidak. Bahkan Airish tidak mengenalnya ya Airish
Airish menghela nafas kasar saat di dalam mobil Askar, kenapa ayahnya
“Maksud aku, kamu ngapainke rumah, terus ngajak aku pergi gini? Aku
gadis di sampingnya
Setelah sampai di tempat yang Askar tuju, laki-laki itu membantu Airish
turun dari mobilnya. Namun tangannya ditepis oleh Airish, Askar hanya
terkekeh pelan melihat wajah jutek Airish yang. Askar membawa Airish pergi
ke kafe yang berada di tengah kota, suasananya cukup ramai dan hidungnya
menangkap bau yang tidak asing meski samar tapi gadis itu yakin jika itu
“Duduk dulu, mau minum apa?” titah Askar menuntun Airish duduk
“Terserah, aku gatau menunya apa” jawab Airish malas, jelas saja Airish
malas bayangkan saja bagaimana gadis itu bisa tahu menu apa saja yang ada
di dalam draft jika Askar tidak membacakannya. Dulu Rava pernah juga
memberitahu Rava jika dia pergi dengan Askar. Mungkin nanti jika Rava
sebagai kekasih Airish itu. Tetapi sampai Airish pulang, Rava bahkan tidak
mengirimi Airish pesan satupun sedangkan hari sudah larut seharusnya laki-
seraya meneguk mineral yang dia bawa sendiri tentu dia membawa sendiri
meskipun banyak yang memberi Rava mineral bahkan minuman berasa dengan
Drrrttttt
“Halo”
“Aku keluar, kamu bisa jemput aku sekarang?” tanya penuh harap
yang tengah menunggunya di lobby depan. Rava memberi senyum tipis pada
“Ravaaa” seru gadis itu seraya memeluk Rava sedang yang dipeluk
“Kita mampir ke tempat favorit kita dulu yaaa” pinta gadis itu
“Ravaaa aku bosen di rumah sakit gak pernah keluar, please” rengek
gadis itu
“Rava pliss”
Rava mendengus pasrah, dia merasa jika meminta gadis itu menurut
akan sulit. Akhirnya Rava dan gadis yang bernama Luna itu pergi menuju ke
sebuah taman yang dipenuhi lampu hias membuat taman itu lebih indah dan
terlihat sisi aesthetic, taman ini berada di dekat area rumah sakit milik keluarga
Gavin. Rava berjalan sambil merangkul gadis di sampingnya, sambil
“Rava, Airish woy!” panggil suara dari jarak 10 langkah di sebelah kiri
Rava
bingung dengan gadis yang sedang dirangkul Rava, dia pikir gadis di
sebelahnya itu adalah Airish tapi ternyata pandangannya salah. Gavin tidak
pernah melihat gadis itu sebelumnya, mungkin dia saudara Rava. Tapi setahu
Gavin, Rava tidak memiliki saudara perempuan lain kecuali Rana yang mana
“Ah elah, kan emang biasanya gue jemput bokap Rav. Harusnya gue
“Ah, gue Gavin temen Rava” ucap Gavin seraya menatap kea rah Luna
“Kita pulang, Rana minta ditemenin soalnya bunda pergi” sanggah Rava
membuat Luna mengangguk, tidak dengan Gavin yang masih menatap laki-laki
itu bingung. Tidak biasanya Rava seperti ini, Gavin jelas tahu bahwa Rava
Gavin meneguk soda dari kulkas di dalam markasnya, kini dia hanya
“Van, kemarin gue liat Rava bareng cewek. Gue kira sih Airish eh
ternyata bukan. Udah pede gue panggil Airish lagi” cerocos Gavin
“Siapa?”
“Gue juga gak tahu, tapi dia bilang sih namanya Luna” ucap Gavin
Alvan mendelik tanpa Gavin sadari, raut wajah Alvan berubah kaget
tetapi segera dia kondisikan kembali. Sepertinya Alvan mengetahui siapa gadis
yang bersama Rava, tetapi dia tidak ada niatan untuk memberi tahu teman-
temannya sekarang. Dan Gavin pun tidak ingin membahasnya dulu dengan
Rava, seperti saat di sekolah ke empat anak itu menjalani kehidupan seperti
“Van, gue mau ketemu cem-ceman gue dulu. Gue tinggal jangan rindu
tertawa lalu segera pergi meninggalkan Alvan sendirian, nasib cowok single
memang.
Gavin menghampiri Anna yang sedang menunggu bus arah pulang,
Gavin tahu jika hari ini Anna pulang terlambat maka dari itu Gavin
menunggu gadis itu di markas dan tepat sekali Anna sudah duduk di halte.
“Yang, pulang bareng yuk” ajak Gavin saat motornya sampai tepat di
depan Anna
“Maap yee, gak kenal anda” balasan Anna membuat Gavin terkekeh
Anna terdiam, memang ada benarnya jika dia nebeng Gavin pulang.
Keadaan juga sudah mulai sepi jadi bisa saja ada yang berniat buruk pada
gadis SMA yang msih menunggu kedatangan bus, Anna bergidik ngeri lalu
mendekati motor Gavin. Gavin turun dari motornya lalu memasangkan helm
di kepala Anna.
“Apa sih, udah ah ayo” kata Anna dengan pipi merona karena salah
tingkah
punggungnya.
“Lo ngapain si pegangan jok? Kampungan amat, please Roseanna
gunanya gue di depan lo itu buat lo peluk” celetuk Gavin sambil meraih kedua
Gavin sambil komat-kamit tidak jelas karena ketakutan. Sedang Gavin jangan
ditanya laki-laki itu sangat bahagia. Setelah sampai di rumah Anna, Gavin
sukses mendapat jitakan di kepalanya dari Anna, wajah gadis itu masih
sedikit syok dengan gaya naik motor ala Gavin yang hampir saja membuat
jantungnya berhenti.
“Gila lo, mau buat jantung gue offline ya!” Anna mendengus marah
“Enggak lah, cuma ngasih gambaran hidup gue tanpa lo” balas Gavin
Rava memencet bel rumah besar Airish menunggu orang yang ada di
dalam rumah. Beberapa menit menunggu akhirya pintu besar itu terbuka dan
“Oh ayah kira yang kemarin datang” ucap Edgar sambil terkekeh
“Siang om, nama saya Ravandra Harvey om” perkenalan Rava di sambut
hangat oleh Edgar, Edgar melihat ke arah Rava lekat-lekat seraya mengingat
wajah seseorang yang hampir mirip dengan Rava. Rava sedikit menundukkan
“Iya om, om kok kenal ayah saya?” tanya Rava dengan wajah kikuk
“Astaga kamu sudah besar ya, om ini teman ayah kamu. om pernah
ketemu kamu dulu waktu umur kamu masih 5 tahun lo” kata Edgar sambil
kebetulan semacam ini. Dia pikir kebetulan seperti ini hanya ada di dalam
“Yaudah sini masuk dulu, siapa tahu mau ngobrol sama Airish”
sekeliling ruangan yang berwarna pastel itu rapih dan barangnya terorganisir
yang terlihat hampir layu di meja Airish, bunga mawar putih yang Rava
berikan dulu sampai saat ini masih Airish simpan dengan baik.
“A-aah iya” ujar Airish gugup karena malu jika ternyata sejak dulu gadis
“Makasih ya” kata Rava seraya mendekati Airish yang duduk di kursi
kamarnya
tangan lembut itu. Rava menatap wajah gadis itu betapa dia sangat jatuh hati
padanya.
itu, pasalnya setelah latihan Rava selalu menemui Luna. Dan terkadang lupa
memberi kabar pada Airish membuat laki-laki diliputi rasa bersalah setelah
mengingatnya.
“Sini tangan tangan kamu” ucap Airish lalu meraih tangan kekar Rava
Dengan gerakan pelan Airish memijat tangan Rava, membuat Rava
terkekeh dengan tindakan Airish. Senyum di wajah Airish masih saja terukir
manis, sambil mengurut pelan tangan Rava bergantian berharap gadis itu
“Udah, biar capeknya cepet ilang ya” ucap Airish sambil tersenyum puas
“Wahh, dapet asupan energi banyak nih bisalah angkat beras 10 ton
langsung”
“Oh iya, tadi waktu di depan ayah kamu bilang „ayah kira yang kemarin
“Ah iya jadi kemarin orang yang aku tolongin nyamperin aku ke rumah”
Alis Rava menukikkan alisnya bingung dengan siapa yang Airish tolong,
kenapa orang itu bisa menghampiri Airish ke rumahnya Rava yakin Airish
bukan orang yang muah menerima orang lain kecuali orang itu memang nekat
seperti Rava.
perubahan sikap Rava saat ini. Bagaimana bisa Askar? Orang yang selalu
menjadi musuh Rava dan kini orang itu sedang berusaha mendekati gadisnya?
Meskipun Rava tidak tahu maksud Askar tetapi tetap saja bahwa yang ada di
Airish bingung dengan nada bicara Rava yang berubah cepat, apa dia
salah bicara tadi? Kenapa nada bicara Rava menjadi sangat tidak
“Aku kenal dia, dia buka orang baik Airish.Aku gak mau kamu kenapa-
napa. Trust me” nada Rava berubah lembut setelah menyadari ekspresi Airish
tersenyum Rava tahu jika ini bukanlah kesalahan Airish yang menolong
Askar. Airish mengangguk pelan menjawabi Rava, gadis yang kini menyandang
status sebagai pacar Rava itu benar-benar bisa membuat siapapun jatuh hati
“Mau aku kenalin sama temen aku? Dia asik kok, pasti kamu suka”
tawar Rava
“Kalau gitu ayo ikut” ajak Rava sambil menggandeng Airish keluar dari
kamar Airish.
keluar menghirup udara segar. Wajah penasaran Airish masih terlihat jelas
membuat Rava terkekeh pelan, wajah Airish benar-benar menggemaskan
pikirnya.
hitamnya
tangannya menyentuh badan besi teman Rava itu, astaga itu motor.
“Jagu, kenalin nih Airish pacar aku. Jadi mari kita bawa tuan putri
“Naik? Kemana?”
“Aku dan Jaguar mau kasih special service untuk tuan putri”
“Di sebelah kiri ada danau warnanya hijau sedikit bersinar karena
mataharinya masuk ke dalam air, terus sebelah kanan kamu tama nada
banyak bunga krisan putih dan aster yang mekar, terus di hatiku ada kamu”
menceritkana apa yang dia lihat pada Airish bahkan orang gila yang
“Seneng gak?”
dari sakunya lalu melihat nama „Jingga♥‟, Rava melangkah menjauhi Airish
“Halo”
“Rava, kamu dimana? Papa pergi, aku sendirian Rav, takut” suara gadis
Rava menenangkan, suaranya memang lirih tetapi dia berada di jarak yang
kamu? Nangis? Siapa yang menangis dan kenapa suara Rava terdengar sangat
khawatir. Apa mungkin itu Rana? Segala pemikiran itu bergejolak di dalam
kepala Airish.
“Iya, kamu tenang aja. Tadi Alvan cuma minta bantuan” kilah Rava
“Airish, trust me” ucap Rava sambil menepuk pelan pucuk kepala gadis
itu, dengan gerakan cepat Rava mengecup pipi Airish lalu pamit
menerima panggilan itu Rava langsung pergi meninggalkan Airish yang masih
berdiri mematung di depan pintunya. Senyum gadis itu memudar saat suara
motor Rava tak lagi dia dengar, entah kenapa saat ini Rava sedang berbohong
pelukan Rava
“Aku takut Rav, aku takut papa ninggalin aku kaya mama pergi
ninggalin aku”
“Sssshh, tidak Luna papa kamu hanya sedang pergi kerja itu tidak akan
“Temenin aku Rav, jangan tinggalin aku” tangis Luna mulai mereda,
itu ketenangan hingga kini Luna tertidur di dalam pelukan Rava. Dengkuran
halus dari bibir Luna terdengar oleh Rava, saat ini Rava memang sedang
berada di ranjang kamar Luna. Karena saat Rava datang gadis itu tengah
meringkuk dengan air mata yang masih mengalir, Rava benar-benar tidak tega
Rava kembali duduk di tepi kasur untuk merogoh sakunya dia ingin melihat
apakah ada pesan di sana dan tepat dugaannya, pesan dari bundanya yang
wajahnya terlihat lelah karena menemani Luna hingga larut. Dia melihat
ponselnya lalu tersenyum lebar saat membaca pesan dari gadis cantiknya,
Airish.
AIRISH
Rava aku punya kabar gembira! Kata
Kak Regan kemungkinan aku bisa
dapat pendonor mata yang cocok
hatinya seperti kebahagiaan Airish juga menjadi miliknya kini, gadisnya akan
“Halo Airish”
cocok”
“Iya, aku kira aku akan buta selamanya. Ternyata Tuhan masih
Aldrich yang setia menggandeng tangan Airish. Hati gadis itu sudah tidak
dia mendapat harapan setelah sekian lama hidup di balik kegelapan, meraba
entah jalan yang nantinya harus dia lewati atau benda yang akan dia pegang,
berusaha keras agar bisa berjalan tanpa tongkat, tetapi Airish tetaplah gadis
harap
“Airish bisa di operasi sekitar bulan depan om, dan dari pihak keluarga
pendonor pun sudah menyetujui syarat dan ketentuannya. Jadi paling cepat
Airish bisa melakukan operasi bulan depan. Untuk masalah tanggal kami
“Apa kamu sudah siap Airish?” tanya Regan sambil menatap lembut
Airish
bahagia di wajahnya, Aldrich pun ikut tersenyum lega mendengar kabar dari
operasi badan kamu masih tetap fit, jangan lupa untuk memakan makanan
“Siap dokter!”
Rava berjalan santai dengan Luna yang tak melepas gandengan tangan
Rava, gadis itu terlihat sangat bahagia saat bersama Rava. Sedangkan Rava
hanya tersenyum simpul. Rava dan Luna duduk di salah satu bangku restoran
pilihan Luna, ya tentu saja ini semua keinginan Luna melihat bagaimana gadis
itu memohon pada Rava untuk makan di luar membuat Rava mengalah pada
“Rava, kamu di sekolah ngapain aja sih pulang sore terus?” tanya Luna
“Aku mau nonton! Pokoknya aku harus nonton kamu, aku mau kasih
tangan Luna lalu mengenggamnya erat. Membuat gadis itu semakin terlihat
bahagia, dan kini hati Rava entah bagaimana memikirkan Airish yang sejak
pagi setelah menelponnya tidak lagi memberi kabar pada Rava. Biasanya
memang Airish menunggu kabar dari Rava, namun seperti biasa setelah
Airish.
Setelah pulang dari rumah sakit, Airish sudah berada di rumah dengan
Drtttt Drtttt
sedikit mengerut saat mendengar suara orang yang menelponnya. Dia Anna,
membalas pesan Airish saat sudah larut malam dengan alasan ketiduran.
“Irish, jalan yok sama aku! Aku gamau berduaan aja sama Gavin nih”
“Kencan dari Hongkong, ini Gavin juga ngajak kamu kok atau udah ada
“Enggak kok, yaudah aku ikut nanti kamu tunggu aja di depan ya”
“Oke”
Tut. Sambungan telpon itu terputus lalu Airish segera bersiap-siap dia
hanya perlu mengambil tas dan tongkatnya tak perlu lagi memoles wajahnya
dengan make up karena liptint saja sudah cukup menghiasi wajah ayu Airish.
“Iya kak, nanti kalo ayah pulang dari kantor kasih tahu ya kak” pinta
Airish
Gavin memasuki halaman luas rumah keluarga Wilson itu. Anna dan Gavin
Aldrich
Airish, nitip anak TK satu ini juga ya vin” ucap Alrich seraya mengacak
rambut Anna
“Lo udah makan rish?” tanya Gavin pada Airish yang duduk di jok
“ehemm, aku gak ditanya nih?” Anna menyeletuk percakapan Gavin dan
Airish
“Ciee, tuh Rish temen lo cemburu” ledek Gavin diikuti tawa Airish
“Yaudah lo belum makan kan? Kalau gitu kita pergi makan ke tempat
Anna mendengus kesal. Gavin melirik gadis itu dari kaca tengah mobilnya,
lalu tertawa pelan Anna kini sedang mengerucutkan bibirnya seperti anak
.
Setelah memasuki restoran yang tidak terlalu ramai tetapi tidak terlalu
uar adalah taman yang indah. Anna menatap kagum ke arah taman itu, lalu
keadaan sekitarnya. Namun ucapan Anna berhenti, dia melihat lekat wajah
seseorang yang duduk cukup jauh dari kursinya. Posisi Anna dan Airish
sedikit tidak terjangkau tetapi Anna masih bisa melihat sekelilingnya dengan
jelas.
“Lo kenapa si? Kaya lagi mau nembak orang” ujar Gavin
Anna memberi isyarat pada Gavin untuk diam, lalu menunjuk kea rah
seseorang yang sangat Anna dan Gavin kenali bahkan Airish juga mengenal
depannya sambil tersenyum. Rava? Dia bersama cewek? Ini tidak beres pikir
Anna, bahkan Gavin juga bingung Rava kembali dengan gadis yang dia thu
“Aku gak papa, biasa lah liat cogan Irish, kan lumayan seger” ucapnya
huhu sakit Rish” kata Gavin mencairkan suasana agar Airish tidak curiga
“Hilih gue timpuk semen pingsan lo, Oh iya Irishku sayang coba telpon
Rava donk suruh ke sini coba biar rame” pinta Anna namun ekspresi Airish
laki-laki itu sedang beristirahat Airish malah menganggu Rava, pikir polos
“Halo” sapa Airish, lalu Anna menyahut ponsel Airish menekan tombol
loudspeaker di layarnya
Anna dan Gavin melihat Rava yang pamit dari depan Luna untuk
mengangkat telponnya.
“Aku lagi nemenin Rana di rumah dia lagi gak enak badan, maaf gak
ngabarin kamu. Nanti aku hubungi lagi ya, bye sayang” balas Rava
sedang ada di restoran bersama dengan perempuan lain. Anna sudah tidak
bisa lagi menahan emosinya, gadis itu bangkit dari kursinya namun
“Anna, kamu kenapa?” tanya Airish bingung saat merasa Anna bangkit
dari duduknya
“Itu, aku tadi mau ke kamar mandi, tapi takut ninggalin kamu sama
“Bilang aja gak rela gue berduaan sama Airish kali, ya kan Rish ngapa
“Tau tuh Gavin sukanya sama kamu Ann, udah sana gapapa”
Anna melotot tajam pada Gavin meskipun itu hanya sandiwara hanya
saja Anna kesal dengan ucapannya, jelas saja Anna tidak mungkin cemburu
pada Airish kecuali jika Gavin dengan perempuan lain. Oke, kembali pada
masalah Rava, Anna melihat geram pada pasangan yang kini tengah melempar
canda dan senyum jauh di sana. Kesabaran Anna benar-benar habis dia
sudah tidak bisa di tahan Gavin, gadis itu berjalan menuju meja Rava.
belakangnya. Tentu saja Anna beralasan ke kamar mandi dan Gavin beralasan
Rava terlihat kaget, saat mendapati Anna dan Gavin sedang berdiri di
menahan Anna agar tidak meledak di restoran ini. Namun tangan Anna
bergerak mengambil mengambil air putih di depan Rava lalu dengan cepat
“Gue berhak nyiram dia, emang lo siapa?” seru Anna pada gadis yang
kini sudah bangkit menghampiri Rava lalu mengelap wajah basah pria itu.
“Aku pacar Rava! Jadi tolong jangan berlaku gak sopan gitu dong”
ucapan Luna membuat Rava kaget, buka hanya Rava, Anna dan Gavin juga
memanggil namanya
merasa terusik, lalu gadis itu meraba langkahnya dengan tongkat mendekati
Anna. Setelah di rasa menemukan suara Anna dan juga aroma parfum Gavin
depan sana jelas Anna sedang memaki seseorang dan itu Rava? Airish masih
belum mengerti tapi setelah mendengar suara gadis selain Anna yang bahkan
menyebut dirinya adalah pacar Rava membuat tubuh Airish terdiam kaku,
Kecewa.
Gavin
“Ayo kita pulang, menjauh dari orang-orang menyedihkan ini” ajak Anna
langkahnya. Matanya tak mampu melihat apapun tetapi dia jelas sekali
mencium aroma tubuh Rava dan seorang gadis yang ada di sebelahnya. Air
mata Airish menggenang namun dia tahan agar tidak jatuh di depan Rava.
benar-benar merasa bodoh saat ini. Dia menjadi manusia paling bodoh karena
Setelah kejadian malam itu Airish lebih banyak diam, sedang saat
pulang dengan Anna dan Gavin Airish mencoba untuk tetap biasa saja.
Menutupi semua kekecewaan yang Rava buat agar ayah dan kakaknya tidak
khawatir, meskipun hatinya mencelos sesak air matanya selalu jatuh jika
mengingat bagaimana Rava membohonginya. Airish tidak akan marah jika dari
Airish sudah hidup dengan Aldrich selama ini jadi tidak mungkin jika
kakak laki-lakinya itu tidak mengerti masa-masa sulit yang menimpa Airish.
kecewa yang Airish rasakan kepada siapa Aldrich belum tahu, tetapi jelas saja
adiknya itu, laki-laki itu menarik adiknya ke dalam pelukan lalu mengelus
lirih
“Sssshhh, bilang sama kakak siapa yang nyakitin kamu? Rava? Iya?”
“Airish cuma kangen sama mama kak, ini gak ada hubungannya dengan
Airish sangat paham jika kakaknya tahu dia terluka karena orang lain
Aldrich pasti tidak akan tinggal diam, entah apa yang akan Aldrich lakukan
jika tahu bahwa Rava yang menjadi sebab adiknya menangis dan murung.
Airish saja tidak bisa menghentikan kakaknya itu, meskipun Aldrich orang
yang dikenal ramah, penyanyang, baik hati tetapi jika menyangkut adiknya dia
.
Aldrich dan Airish berdiri di depan pusara sang
di depannya.
operasi mah, kata dokter Airish sudah dapat pendonor yang cocok” air mata
“Ma, doakan Airish ya semoga semuanya berjalan lancar. Airish, Kak Al,
dan papa sangat bahagia di sini jadi mama tidak perlu khawatir” lanjut Airish
menepuknya pelan sambil tersenyum menghapus jejak air mata Airish. Hati
laki-laki itu benar-benar tidak tahan melihat adiknya menangis, rasanya lebih
parah daripada dia harus menerima luka karena dipukuli orang lain. Adiknya,
sudah Aldrich harapkan kehadirannya dan dia sudah berjanji pada mamanya
sendiri.
jendela, rintik hujan sore itu menciptakan suasana tenang untuk gadis itu
seolah Tuhan sedang menyampaikan banyak pesan melalui setiap rintiknya,
“Hey, Airish maafin kakak ya. Kakak pasti terlalu memaksa kamu ya?”
“Enggak kak, makasih udah selalu perhatian sama Airish tapi kali ini
biar Airish hadapi masalahnya sendiri, nanti kalau Airish butuh bantuan pasti
Airish bilang sama Kak Al kok” ucap gadis itu seraya mengakat kepalanya
“Janji ya, jangan buat ayah dan kakak sedih Airish. Kakak tidak bisa
tersenyum.
Aldrich hanya menatap senyum lirih Airish, gadis kecilnya itu benar-
benar sudah dewasa. Tidak lagi ada tangis ketakutan atau kesakitan yang
dulu sering membuat Aldrich ikut bersedih, kini adiknya telah tumbuh
menjadi gadis tangguh yang menjalani masa sulitnya dengan berjuang sendiri.
“Ah Askar”
PART 15
Jingga Laluna Kaisar, gadis yang menjadi teman Rava dan Alvan sejak
SMP. Gadis itu memiliki kepribadian yang hangat, ceria, namun memang
sangat manja dan keinginannya sulit di tentang. Bagi Rava dan Alvan, Luna
adalah satu-satunya wanita yang dapat mengikuti dunia mereka, dunia yang
terkesan penuh kekerasan dan gelap. Meskipun masih SMP namun Rava dan
Alvan memang memiliki hobi berkelahi, untung saja mereka berdua selalu
sedang Alvan? Laki-laki itu sudah lama menyukai Luna tetapi dia tidak
berjalannya waktu Alvan tahu jika Rava tidak pernah menyukai Luna sebagai
seorang wanita, Rava hanya menganggap Luna sebagai sahabatnya. Tetapi ada
satu kejadian yang membat Rava merasa bersalah pada Luna, dan Alvan tahu
miliknya.
2 tahun lalu
“Luna, kecelakaan Rav. Dia ditabrak lari, dan dari hasil penyelidikan
anak-anak Vikings yang nglakuin ini” ucap Alvan dari sambungan telponnya
Rava menggeram marah, dia langsung membanting laptop yang sejak tadi
diam tidak berdosa hingga bentuknya tak lagi beraturan. Dia sangat marah
karena ini semua urusan Rava dan Alvan tetapi mereka justru mencelakai Luna.
Ya, selain geng Askar mereka anak-anak Vikings adalah orang yang sering
menganggu Rava dan Alvan. Dan kini berimbas pada sahabat cantiknya yang
lainnya.
Saat Luna tersadar dari komanya dia baru mengetahui bahwa mamanya
meninggalkan Luna dan ayahnya. Kedua orang tua Luna bercerai dan ibunya
membuat gadis itu hidup dalam kesendirian dan hanya Rava dan Alvan yang
menjadi temannya saat ini. Luna seringkali di tinggal ayahnya pergi dinas ke
luar kota karena ayahnya memang orang yang sibuk, sedangkan dia harus
Di situlah Rava yang selalu setia menemani Luna, semakin lama Luna
“Rav, aku mau kamu jadi pacar aku, aku mau kamu melindungi aku
menjadikan gadis itu sebagai pacarnya jika dia bahkan tak menyukainya
sebagi seorang wanita. Kasih sayang Rava murni hanya sebagai seorang
“Iya” ucap Rava sambil mengangguk membuat gadis itu memeluk Rava
girang, Luna merasa jika seperti ini maka Rava akan mencintainya juga,
minimal jika hubungan mereka sudaah pacaran Rava akan selalu ada di
sisinya.
“Ah Askar”
“Gue mau ajak lo cari udara segar tadi, tapi kayanya lo baru aja pulang”
kembali pada Rava jadi ada baiknya dia ikut Askar pergi keluar saja.
Setelah mendapat izin dari Aldrich, Airish dan Askar pergi ke kedai es
krim yang biasanya Airish datangi bersama Aldrich. Kafe yang menyediakan
tempat luas dengan berbagai macam rasa es krim tersedia di sana, senyum
“Apa?”
jengah
Rava. Askar masih saja menikmati es krimnya hingga tandas bahkan laki-laki
“Baru kali ini gue suka es krim, berkat makan sama lo sih. Sebelumnya
gue gak pernah makan es krim apalagi rasa mint kaya gini” ujar Askar sambil
menikmati es krimnya
Dari kejauhan Rava dan Luna melangkah memasuki kedai es krim yang
sama dengan Airish. Sebelum memasuki tempat itu Rava mengingat kembali
gadisnya iya Airish yang sangat sulit dia hubungi ataupun temui, gadis itu
sangat gemar makan es krim. Rasa bersalah kembali merayapi hatinya, dia
ingin sekali bertemu dengan Airish tetapi sulit untuknya karena Luna selalu
bersamanya. Mata Rava menangkap sosok Akar yang kini berdiri dengan
seorang gadis, mata Rava melebar saat melihat siapa gadis yang bersama
Askar tadi.
saat tubuhnya bangkit dari tempat duduknya kerah cardigan Airish tersangkat
perih.
“Kardigan aja kecantol sama kamu, apalagi cowok” ucap Askar sambil
tertawa
yang tersangkut itu, dangan sedikit sulit Askar berusaha agar Airish tidak
kesakitan. Senyumnya tersungging saat benang itu sudah terlepas dari anting
Airish.
“Terima ka…”
mendengarnya bingung dia tahu jika itu suara Rava. Tetapi apa yang Rava
lakukan pada Askar sekarang, laki-laki itu memukul Askar tanpa alasan yang
jelas.
“Rava, ya ampun kamu ngapain? Kamu gak papa?” tanya Luna saat
dirinya baru saja kembali dari kamar mandi sebelum memesan es krim dan
melihat Rava tengah memukuli seseorang, Luna segera merangkul Rava, dan
“Askar, udah. Kamu gak papa? Mending kita pulang aja” ucap Airish
dia?” ucap Rava yang mengejar Airish dengan satu gerakan Rava meraih
“Kamu gak lupa kan kalau kamu masih sama pacar kamu?” Airish
sepertinya kali ini Askar menang darinya. Rava menjambak rambutnya kasar,
rasa marah meguasai dirinya, dia tidak mau melihat Airishnya bersama orang
“Rava, kamu pacar aku kan?” tanya Luna saat berjalan di belakang Rava
Mata Rava memejam sungguh hatinya ingin berkata bahwa dia tidak
pernah sekalipun mencintai Luna, hati laki-laki itu hanya ada Airish iya Airish
yang mengisi hatinya. Tetapi lidahnya kelu tak mampu mengucapkan kata itu
“Iya, aku minta maaf” ucap Rava sambil mengelus puncak kepala Luna
itu Anna menjadi sangat dingin padanya. Bahkan Gavin juga ikut menjadi
salah apapun tetapi Anna berfikir jika Gavin akan sama memperlakukannya
Rava mencekal tangan Anna, lalu dengan sekali hentakan tangan Rava
terlepas. Tatapan dingin Anna menghujani Rava, gadis itu benar-benar marah
pada Rava rasanya Anna tidak mau mendengar Alasan apapun dari laki-laki
itu.
“Lo tuh mikir apa sih? Gue udah bilang jangan bikin Airish kecewa! Lo
emang laki-laki brengsek Rav. Gue nyesel kenalin Airish, sebenernya salah gue
punya pacar selain dia, Airish mikir lo udah bohongin dia, Airish mikir bahwa
lo udah buat dia kecewa. Terus mana yang gak sesuai hah?” ucap Anna tanpa
itu semua memang faktanya. Tangan laki-laki itu mengepal keras hingga otot
sini Rava terus memukul samsak hingga tangannya terlihat lecet. Alvan
menyadari kegelisahan yang Rava alami, melihat Rava sampai frustasi seperti
“Rav, lo mau bunuh diri pelan-pelan?” tanya Gavin saat menatap tangan
bagaimana lagi jika Rava sedang dalam zona mera yang artinya tidak boleh
Meskipun Gavin mengalami hal yang sama dengan Rava yaitu sedang
tidak baik dengan Anna, tetapi Gavin selalu berusaha meyakinkan gadis itu
berbaikan dengan Gavin. Sedangkan Alvan yang melihat kepergian Rava mulai
bangkit dan menyusul Rava, Alvan menyuruh Sam dan Gavin untuk menjaga
markasnya hanya sebagai alibi agar dia bisa berbicara empat mata dengan
sahabatnya itu.
“Rav, mau sampe kapan lo gini?” tanya Alvan yang menyusul Rava
“Gue gak tahu” satu tegukan mendarat di tenggorokan Rava, laki-laki itu
baiknya.
“Gue cinta A-airish Van” racau Rava lirih namun masih bisa didengar
Alvan
“Gue benci liat Airish sama cowok, tapi kok gue sama Luna ya hahaha.
Tapi gue gak cinta kok sama Luna” tawa pilu Rava di sela-sela ucapannya.
membantunya berdiri dan segera pergi dari bar sebelum bertambah parah.
Saat ini Rava sudah dibaringkan di apartemen milik Alvan, karena tidak
mungkin Alvan membawa pulang Rava dalam keadaan mabuk yang ada
kepalanya benar-benar pening entah berapa gelas yang semalam Rava minum
“Bangun lo” suara Alvan membuat Rava tersadar jika dia tidak berada di
kamarnya
“Ini apartemen gue, lo mabuk, dan kalo gue bawa lo pulang Tante Rara
bakal coret lo dari KK” jelas Alvan dan hanya dibalas helaan nafas berat Rava
ini Alvan menjadi pihak yang paling bisa mejadi penengah dan pendengar yang
baik. Rava tahu jika Alvan sangat menyukai Luna tetapi entah kenapa Luna
sangat memaksakan perasaannya pada Rava dan tanpa Luna sadari hal ini
membuat Rava dan Luna sendiri terluka. Rava hanya terdiam tidak
mengatakan apapun dia beruntung Alvan masih menganggapnya sahabat
walaupun Luna memilih Rava. Hey, pikirian Alvan tidak sedangkal itu.
lagi Rava saja sekarang tidak tahu apa jawabannya. Luna sangat bergantung
pada Rava, sedangkan Rava tidak bisa meninggalkan gadis itu dalam keadaan
seperti ini.
“Gue gak bisa ninggalin Luna gini Van, dia terlalu bergantung sama gue
dan gue gak tega ninggalin dia di posisi dia yang lagi terpuruk” ucap Rava
pelan
“Suatu saat lo bakal sadar kalo ini semua cuma alasan Luna agar lo
tetep mau sama dia, lo punya kehidupan sendiri Rav jangan terpaku hanya
pada kesedihan Luna. Gue ngomong sebagai sahabat lo, bukan sebagai orang
terbalas bahkan tidak tersentuh oleh Rava, laki-laki itu masih fokus pada setir
pintunya kembali
“Aku mohon dengerin aku dulu, aku mau jelasin sesuatu” ucap Rava
memohon
“Kayanya gak ada yang perlu dijelasin, mending kamu pergi!” seru Airish
“Pergi”
bersandar pada pintu air matanya sudah tidak bisa dia tahan. Tubuhnya pun
sudah merosot, perasaannya pada Rava sudah terlalu besar tetapi saat itu
tapi entah bagaimana laki-laki itu bisa melakukan hal menyakitkan pada
Airish.
akan membuat hatinya semakin terluka, egois memang tetapi bukankah yang
“Dek kamu yakin gak mau nemuin Rava?” tanya Aldrich khawatir
“Enggak”
“Kakak nggak tahu ada masalah apa, tapi ada baiknya kamu dengerin
dia dulu. Dia udah dateng tiap hari, tapi kamu gak mau nemuin dia. Kasihan
dek”
“Yaudah kalo kak Al kasihan, temuin aja sendiri” ucap Airish yang
Adiknya hingga berjam-jam namun tidak Airish hiraukan. Aldrich juga tidak
yang basah kuyup karena sejak pulang sekolah hujan sudah mengguyur
kotanya. Dan Rava sudah berdiri di depan pintu rumah Airish selama 4 jam,
Airish juga tahu jika Rava menunggunya hatinya juga sedih melihat Rava
seperti ini.
“Dek, kamu bilang mau menyelesaikan masalah kamu sendiri? Apa gini
caranya? Kasihan Rava, lebih baik kamu temui dia sekali-kali. Dia sudah
setiap hari ke sini dan kamu melarang orang rumah mempersilahkan Rava
masuk. Dek mama juga gak akan suka sama sikap kamu yang kaya gini, jadi
“Kakak cuma gak mau kamu jadi orang egois, ayah dan mama juga
tidak pasti tidak akan suka dek” balas Aldrich seraya memeluk Airish, gadis
“Airish, aku…”
basah
“A-ah iya tadi hujan pas di tengah jalan”
Saat masuk ke rumah Airish tidak mendengar suara langkah kaki Rava,
gadis itu berbalik dan mendapati Rava memang masih berdiri di belakangnya.
Sebenarnya saat ini Rava masih tersenyum tidak percaya dengan apa yang dia
“Mau sampe kapan di sana? Kalau gak mau masuk yaudah” kata Airish
Akhirnya Rava memasuki rumah Airish dan gadis itu menyuruh Rava
tangannya dan beberapa potong pakaian yang Rava yakini itu pasti milik
Aldrich, meskipun langkahnya masih meraba dengan tongkat tetapi gadis itu
menggigil sejak tadi. Dia merasa hidungnya benar-benar panas, seperti ingin
mengeluaran…
Hatchimmmm Hatcimmmm
“Tuh kan, nih buruan pake. Kamar mandinya ada di sebelah tangga”
dia merasa sedikit nyaman karena tidak lagi merasa menggigil tetapi
pening. Rava kembali dan melihat Airish duduk di ruang tamu, lalu laki-laki
“Udah?”
“Kamu tuh ngapain sih, gak akan ada yang berubah walaupun kamu
menemukan wajah Rava, memastikan suhu badan laki-laki itu. Dan yah, ini
pertama kalinya Rava menyentuh wajah Rava, tepatnya kening laki-laki itu.
“Astaga badan kamu panas banget sih” seru Airish tampak sangat
pemandangan yang ada di depannya tidak mau dia lewatkan. Wajah khawatir
Airish membuatnya merasa lega karena itu tanda bahwa gadis cantik itu
sana, sepertinya kakaknya pergi tadi dan parahnya sekarang tidak ada Bi Ayas
atau Rani karena suami Bi Ayas sedang sakit di rumah. Jadi Bi Ayas dan Rani
pulang ke rumah. Setelah tidak menemukan yang Airish cari dia menghampiri
Rava, saat Airish mendekati Rava sepertinya laki-laki tidak bersuara sama
sekali.
“Rava” Airish menepuk pelan pipi Rava namun tidak mendapat balasan
apapun, Rava sudah menyandarkan kepalanya pada sofa dan nafasnya sudah
naik turun. Airish sedikit khawatir jika terjadi sesuatu pada Rava sedangkan
dia sendirian di rumah, kenapa kakaknya bisa pergi di saat seperti ini sih?
Rava agar bisa sejajar dengan badannya. Saat merasakan kaki Rava sangat
dingin Airish pergi mengambil selimut juga kompres gel penurun panas, saat
ini hanya hal seperti itu yang bisa Airish lakukan karena keterbasatasannya.
selimut menutupi tubuh Rava tertutup dari ujung kaki hingga dada, lalu
Airish duduk di samping Rava menempelkan gelnya di kening putih laki-laki
mengigau, karena saat ini matanya sedanag terpejam bahkan gerakan Airish
“Airish, maaf”
benar ingin memberinya penjelasan bahkan hingga terbawa mimpi oleh Rava.
Airish menyentuh wajah Rava pelan, mengabsen satu persatu mata, alis,
hidung, hingga mulut Rava. Gadis itu tersenyum lalu senyuman itu segera
memudar dari wajah Airish, hatinya kembali nyeri saat ingatan Rava bersama
gadis yang mengaku kekasihnya itu, jika perempuan itu pacar Rava lalu siapa
Airish bagi Rava? Airish tidak mau berlarut dalam pemikiran, dia menepis
jauh semua pikiran itu. Airish membuang nafasnya panjang lalu bangkit,
“Airish” ucap Rava seraya memeluk pinggang Airish membuat gadis itu
tersentak
“Aku minta maaf, ini semua salahku. Aku sama sekali tidak memiliki
perasaan pada Luna, aku cuma sayang kamu” ucap Rava yang tidak
selalu memintaku untuk jadi pacarnya. Sedangkan aku cinta sama kamu
Airish” jelas Rava lemah dengan posisi yang masih memeluk pinggang Airish
hubungannya dengan orang Airish yakini ahwa dia sangat menyayangi dirinya.
“Aku gak tahu harus gimana lagi Airish, I just want you to know if I love
“Kalau kamu bingung, aku akan menjadi orang yang paling tidak tahu
arah. Aku selalu berpikir siapa aku buat kamu? Saat kamu memikirkan dia,
apa kamu tahu gimana perasaanku?” tanya Airish seraya menunduk menatap
kosong ke bawah
“Airish aku …”
Airish.
“Halo”
“…..”
“Airish ada hal yang harus aku urus, aku pergi dulu” ucap Rava setelah
“Gak papa, sepertinya dia memang lebih butuh kamu” ucap Airish
Kata yang lolos dari mulut Rava membuat hati Airish benar-benar
kecewa, dia baru saja mengatakan bahwa dia sangat mencintai Airish dan
membuatnya kecewa seperti ini? Rasa seperti kau baru saja mendapat bunga
mawar indah, tetapi orang itu lupa bahwa mawar yang diberikan masih
memiliki banyak duri hingga melukai kita dan orang yang memberi.
terburu-buru dia segera menuju ke ruang tempat Luna di rawat. Saat sampai
di sana sudah ada Alvan yang berdiri di sebelah ranjang Luna, gadis itu
terbaring lemah dengan selang infus terpasang di tangannya. Wajahnya
terlihat sangat pucat, matanya masih terpejam saat Rava datang, saat
“….”
“Kamu jahat, kamu ninggalin aku sendirian Rava. Kamu kemana saat
aku butuh kamu?” suara Luna Luna bergetar air matanya sudah mengalir
begitu saja
“Aku benar-benar minta maaf, yaah aku janji gak akan ngulangi lagi”
jernih lagi. Sejak di jalan pikirannya bercabang, Airish dan Luna egois
memang Rava merasa tidak ingin melepas semua, tetapi kenyataannya saat ini
dia memilih menemui Luna. Dengan kondisi Rava yang memang sedang tidak
fit juga, rasa lelah yang dia rasakan menjadi bertambah dua kali lipat bahkan
“Gue gak papa, gue istirahat di sini aja. Biar nanti gue bilang sama
bunda tidur sini” kata Rava sambil merebahkan dirinya di sofa ruang rawat
setelah Luna tertidur. Beruntung ada Alvan yang membawa Luna ke rumah
sakit, gadis itu terkena tifus karena sejak Rava jarang membalas pesannya di
situlah dia berhenti makan. Sedangkan pesan dan panggilan terakhir Luna
saat dia meminta tolong pada Rava namun tidak Rava pedulikan dan
kacau sekarang. Alvan beranjak keluar, dan setelah hampir 15 menit dia
kirinya untuk Rava. Alvan mungkin bisa menebak jika sahabatnya itu belum
makan, ya sekuat apapun seorang Rava kalau belum makan tetap saja lemah.
“Nih makanan sama kopi” ucap Rava sambil menyodorkan kopinya pada
“Gue udah ngabarin ayah Luna, dia bakal balik besok jadi lo bia
istirahat di rumah”
Rava sedikit berkurang. Memang dia hanya makan saat sarapan bersama
Rana di rumah, setelahnya dia tidak makan apapun hingga mala mini,
Setelah kepergian Rava waktu itu menemui Luna, hingga dua minggu
berlalu Rava sama sekali tidak mendatangi Airish lagi, bahkan kabarnya saja
tidak pernah dia tahu. Selama dua minggu itu justru Askar yang sering
pergi sekedar berjalan-jalan keluar. Askar kini menjadi teman laki-laki Airish
yang setia menemani Airish, entah kerasukan setan apa tetapi sikap Askar
berhenti merokok saat Airish bilang jika dia benci aroma rokok.
operasi Airish
“Siapa tahu kamu mau lihat pertama kali wajahku yang manisnya kaya
“Ya ampun pedenya level sakit jiwa” tawa Airish pecah saat mendengar
penyataan Askar
“Tapi tetep aja sih kamu masih lebih manis dari es krim manapun”
“Hm mulai lagi deh. Godain aja terus, gak akan mempan”
piring kamu utuh. Jadi aku bisa sepiring berdua sama kamu” ucap Askar
seraya tertawa
Airish hanya memutar bola matanya malas, lalu setelahnya gadis itu
hari, tetapi terus terang Airish tidak memiliki perasaan apapun pada Askar dia
“Kalau gitu, semoga operasinya lancar ya” kata Askar sambil menepuk
London 08.00
Pagi yang cerah untuk suasana London yang ramai di pagi hari, banyak
orang-orang berlalu lalang menenteng tas kerja mereka, ada yang sedang
sudah tidak asing lagi untuk gadis yang kini menunggu lampu lalu lintas
berubah hijau.
“Askar, ayo jalaannn” ucap gadis itu sambil menarik Askar yang di
sebelahnya
“Yah, tidak terlalu tetapi kalau masih daerah sini aku hafal”
sebelahnya itu tinggal di London. Saat ini Askar memang sedang ada urusan
“Airish”
“Apa?”
“Tawaranku masih berlaku loh, mau gak jadi pacarku?” ucap Askar
sambil terkekeh
memang mendapat tawaran dari salah satu teman Aldrich untuk belajar
mendalami dunia fashion. Gadis itu sedang menjalani masa belajar menjadi
“Enggak makasih, aku lebih nyaman kita berteman” ucap Airish mantap
“Bodoamat, nih aku masih bisa mendapat hal baik dari hilangnya
namun gadis itu tetap saja menganggapnya teman, kalau saja Askar yang dulu
“Kamu udah siap?” tanya Edgar sembari menatap anaknya yang tengah
Aldrich dan Edgar menatap mantap pada anak gadis itu, tidak ada raut
ketakutan di sana. Hanya ada senyum yang selalu menghiasi wajah cantik
“Coba kamu buka pelan-pelan ya” ucap dokter yang kini sudah
mulai jelas hingga terlihat sangat jelas siapa saja yang berdiri di depannya.
“A-ayahh” kata Airish dengan suara bergetar hingga tangis lirih Airish
“Kenapa sayang? Kenapa? Ada yang sakit iya??” tanya Edgar beruntun
Airish menggeleng
“Airish bisa lihat ayah, Kak Al, Bi Ayas, Rani, Anna” ucap Airish berkata
cantik itu bergantian. Sekarang Airish menjadi gadis yang sempurna tidak lagi
Lalu apa kabar dengan Rava? Jelas laki-laki itu mencoba menemui
Airish tetapi tidak dia temukan di rumahnya, karena hanya ada Om Alex yang
berjaga dan beberapa orang penjaga dan pembantu. Tetapi lagi-lagi Luna
selalu menarik Rava untuk tetapi berada di sampingnya, semakin lama gadis
itu semakin egois. Bahkan saat bersama Gavin, Sam, dan Alvan Luna selalu
menemaninya.
“Rav, ini udah gak bener. Lo cuma dijadiin boneka sama Luna” ucap
“Lo jangan goblok, gue tahu, kita semua tahu kalo lo cinta sama Airish
dan lo ngorbanin cewek kaya Airish cuma buat Luna. Dia cuma manfaatin lo
Sam
Pandangan Rava menajam melihat Samudra, rasanya dia ingin marah
dia cukup sering melihat Askar dan Airish pergi bersama, tetapi dia tidak bisa
datangi bersama Rava, dia datang sendiri hari ini tentunya ditemani supir
lihat ini meskipun pernah dia datangi. Anak-anak menyambut Airish dengan
girang dan di sambut senyum termanis Airish. Bahagianya dia bisa melihat
taman belakang
menghampiri Airish
Bunda Fatma langsung memeluk Airish erat, rasa haru membuat wanita
paruhbaya itu menitihkan air mata bahagia. Kembali dia melepas pelukan
untuk menangkup wajah Airish dengan senyum dan air mata bersamaan,
“Hehe iya bunda, maaf ya sebelumnya Airish jarang main ke sini” balas
Airish
“Iya sayang, gak papa bunda udah seneng liat kamu kaya gini. Oh iya,
“Ah, itu. Airish gak kasih tahu Rava bunda kalo Airish ke sini. Sengaja
mau buat kejutan hehe” tukas Airish sambil menggaruk pipi yang tidak gatal
“Oh gitu, kalian gak ada masalah apa-apa kan?” celetuk Fatma
Indonesia, jadi Airish mau pamit dan nitip surat ini buat Rava ya”
“Lo kenapa gak ngomong langsung?” tanya Fatma heran, dia sudah
menebak dari awal jika keduanya pasti memiliki masalah karena Rava sering
datang sendirian ke panti untuk sekedar ngeteh bersama Fatma, terlihat jelas
“Enggak bun, bantuin Airish ya. Kemarin Airish ketemu Rana sama
Airish temui hanya Rana adik Rava dan Bunda Rava. Saat itu Rava tidak ada
di rumah, bisa jadi saat itu laki-laki itu sedang pergi bersama Luna pikir
Airish.
“Yaudah, nanti bunda sampein ke Rava. Bunda cuma mau pesan kalau
kamu ada masalah lebih baik segera diselesaikan ya, bunda tahu kalau kalian
bahagia saat bersama. bunda yakin kalau Rava sayang banget sama kamu”
“Iya bun, semuanya sudah selesai kok” ucap Airish dengan tawa
hambarnya
Airish saat itu, hingga saat ini bahkan Rava tidak lagi muncul atau sekedar
menanyakan kabar Airish. Seolah memang Rava memilih untuk bersama Luna
selesai. Jujur saat ini rasa sedih sudah hinggap di hati Airish karena
bibirnya
“
PART 19
masih tetap putih dan terlipat rapih. Hatinya kembali merasa sesak saat
bukan kehendak Rava tetapi dia merasa tidak memiliki pegangan kala itu
Hai, Rava
Apa kabar kamu? Aku harap kamu baik, itu yang ingin aku dengar. Aku
menulis surat ini karena aku sudah bisa melihat dan menulis dengan bebas.
Aku tidak lagi membutuhkan tongkat, tidak lagi membayangkan wajah orang-
orang, aku akan berdiri lebih tegap dari sebelumnya. Terima kasih karena kamu
pernah berjanji untuk menjadi mata buat aku dan bantuan kamu selama ini.
Aku anggap selama ini kamu sedang membantuku untuk siap berjalan sendiri,
tongkat yang mampu menopang kamu saat sulit, yang membantu kamu berjalan
saat kamu kehilangan arah. Terima kasih karena kamu pernah menjadi arah
mata angin yang menuntunku merasakan bahagia dan kecewa, aku tidak akan
menyalahkan pilihan kamu saat ini karena aku masih sadar dimana posisiku
ini aku memang masih memiliki perasaan untuk kamu, entah sampai kapan aku
Salam,
Airish
yakin jika Airish lebih menderita. Perasaannya masih sama seperti 2 tahun
yang lalu di hatinya nama Airish masih kokoh menetap, tetapi sayangnya Rava
tidak tahu dimana keberadaan gadis cantik itu. Karena pihak keluarga Airish
tidak memberi tahu, mereka hanya mengatakan jika Airish tinggal di luar
negeri. Sedang Rava sudah mencoba memohon pada Anna tetapi gadis itu
tetap saja tidak memberi tahunya, sama seperti keluarga Airish dia hanya
terlihat membasahi kota ini. tangan Rava meraih gitar kesayangannya yang
menjetikkan jarinya di antara senar gitarnya, nada-nada dari gitar Rava kini
mulai memenuhi ruangannya, “It will rain” – Bruno Mars mengalun dari pita
suara Rava tidak ada nada sumbang dari suaranya yang berat tetapi terkesan
sekedar melihat sang pemilik rumah. Jika beruntung Rava akan melihat Airish
berada di luar rumah, tapi Rava lebih sering memandang kosong rumah
Airish, tidak ada siapapun keluar dari sana kecuali orang yang sering Airih
sebut Bi Ayas. Rava tidak memiliki keberanian untuk menghubungi Airish lagi
setelah membuat gadis itu terluka bahkan nomor telpon Airish saja sudah
tidak ada di dalam list kontak Rava karena seseorang telah menghapusnya.
“Kamu itu kemana aja sih Rav? Aku tuh telpon kamu, kenapa gak
diangkat, kamu pasti ke rumah cewek itu lagi kan?” tanya Luna yang sudah
Hampir setiap hari Luna meminta Rava untuk datang setelah pulang
sekolah dengan banyak alasan, dan jika Rava tidak datang akan ada banyak
hal yang Luna lakukan mulai dari mogok makan, menangis semalaman, atau
mengurung diri di kamar. Dan hal itulah yang membuat Alvan sahabat Rava
itu marah dengan kelakuan Luna yang semakin hari hanya menjadikan Rava
Rava menenangkan
“Kenapa gak ngajak aku, kamu tahu kan aku tuh gak suka kalau
“Aku juga butuh waktu sama temen-temen aku Luna, aku punya
“Oh, sekarang kamu berubah. Sejak kamu kenal sama cewek buta itu
Rava menoleh cepat saat mendengar Luna menyebut „Gadis Buta‟ jelas
yang dia maksud adalah Airish. Selama ini Rava cukup sabar menghadapi
tingkah Luna yang meminta ditemani ini itu, sedangkan hidup Rava tidak
melulu harus dengan Luna dia memiliki waktu dengan keluarga, teman-
saat bersama Luna, seperti saat Rava bilang bahwa dia akan melanjukan
menolak keras dengan alasan dia tidak mau LDR. Dia sudah merelakan
nyaman? Mau nongkrong bareng harus ijin, kamu maunya harus ikutlah, dan
lagi kamu lupa kamu yang hapus nomor Airish? Aku sudah tidak
berhubungan dengan Airish lagi tapi kamu masih mengungkitnya, dia gak
salah apa-apa Luna” ucap Rava meluapkan semua kekesalan yang selalu dia
tahan selama ini, kini tumpah begitu saja saat Luna menyinggung soal Airish,
Rava bahkan tidak tahu Airish dimana setelah dia meninggalkan gadis itu dan
“Lihat kan, kamu berubah setelah ketemu dia. Kamu gak cinta lagi sama
“Kamu lupa? Kalau kamu yang memintaku buat jadi pacar kamu? kamu
menyia-nyiakan Alvan yang tulus sama kamu dan memilih memaksa aku
untuk selalu ada di samping kamu. Dan selama ini aku peduli karena aku
masih menghargai kamu sebagai temanku dan Alvan, sayangnya aku tidak
pernah suka sama kamu sebagai seorang wanita” emosi Rava sudah tidak bisa
terbendung
“Kamu yang jahat Rava!” maki Luna dengan telunjuk yang menuding
wajah Rava
Laki-laki itu semakin tidak habis pikir bagaimana bisa? Dia sudah
cintanya tetapi yang Luna inginkan hanya Rava yang terus berada di sisinya
dan melayaninya tanpa ada orang yang boleh menganggu waktu berdua
“Baik, aku emang jahat Luna. Kalau gitu kita putus. Urusan kita selesai”
“T-tapi tapi Rava..Rava!” seru Luna saat melihat Rava melenggang pergi
meninggalkan dirinya, apa yang Rava katakan masih belum sampai di ujung
hatinya karena obsesinya pada Rava yang terlalu besar, tapi saat Rava pergi
barulah dia mulai meyadari bahwa apa yang dia lakukan selama ini memang
Rava berjalan santai menyusuri jalanan kota London setelah pulang dari
temannya tetapi Rava memiliki otak yang jenius hingga dia bisa masuk di
universitas luar negeri. Sedangkan Gavin, Samudra, dan Anna berada di satu
tetapi berbeda kampus dengan Rava, sepertinya dia memang sangat berjodoh
Jalanan kota tidak pernah sepi karena setiap orang yang berlalu lalang
persahabatannya yang dia buat sejak SMA hingga saat ini masih saja aktif dan
berisik tentunya. Senyumnya terulas saat membaca pesan dari Gavin dan Sam
segala bayangan yang mungkin hanya halusinasi untuk Rava. Saat lampu
hijau Rava mulai tersadar namun matanya tidak lepas dari wajah yang tidak
asing bagi Rava. Wajah yang selama ini dia rindukan, wajah yang selama ini
tidak pernah dia jumpai dan kini benar dia berdiri di seberang Rava, benar-
benar nyata Rava beberapa kali menampar wajahnya takut jika pandangannya
itu salah tetapi memang yang beridir di seberang jalan adalah gadis yang Rava
ngawur. Namun saat pandangan Rava bertemu dengan Airish, gadis itu tidak
merespon apapun seolah menatap orang asing sambil berlalu melewati Rava
begitu saja bahkan tidak ada senyum manis yang dulu sering Airish
lemparkan pada Rava. Ah benar, Airish belum pernah melihat wajah Rava
sama sekali setelah penglihatannya pulih, Rava kembali tertawa miris bahkan
gadis yang sangat dia cintai tidak mengetahui bagaimana wajah Rava.
Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu Rava segera mengejar Airish,
dengan langkah cepat Rava mencoba mencari Airish, dan dapat! Gadis itu
menghampiri Airish lalu meraih tangan gadis itu hingga sang pemilik tangan
terkejut, mata mereka bersikuku namun Airish merasa risih dengan orang
pelukannya
“…”
pelan mendengar suara yang sangat Airish kenali. Meskipun tidak lagi
membekas bahkan Airish tidak yakin perasaannya sudah hilang pada Rava.
Sebenarnya Airish mendapat cerita dari Anna bahwa Rava memang memohon
pada Anna untuk memberitahu keberadaannya tetapi Anna menolak, dan
masih banyak lagi cerita tentang Rava yang Airish dapat dari Anna.
“Rava?” tanya Airish pelan air matanya tidak bisa dia tahan lagi, ya
“Iya ini aku Rava, Ravandra” jawab Rava sambil mengangguk lalu
“Airish aku minta maaf, aku sudah menyia-nyiakan kamu. Aku mohon
maafin aku” ucap Rava pilu bahkan air matanya menetes perlahan melewati
rahang laki-laki itu dia tidak peduli jika ada yang melihatnya menangis karena
“Aku rindu sama kamu, Airish. Aku mohon jangan pergi lagi”
Airish terdiam hatinya mungkin sakit tetapi saat ini dia benar-benar
bahagia bertemu Rava, seolah semua luka yang dulu pernah bersarang hilang
begitu saja.
Rava tersenyum lalu kembali menarik gadis itu untuk memeluknya erat,
Airish ikut membalas pelukan Rava menyalurkan rasa rindu yang selama ini
Airish pendam dan dia alihkan dengan mengerjakan aktivitas apapun selama
di London. Dan kini dia bertemu dengan Rava dengan tidak sengaja dan
.
.
“Hari ini Airish mau pergi keluar yah beli bahan, paling pulangnya agak
London.
“Gak perlu kali, aku udah gede nih dianter mulu” tolaknya sambil
tertawa
“Hm, duh kangen Airish kecil yang masih imut-imut gemesin sekarang
katanya kok udah gede, sedih” ucap Aldrich sambil mencubit pipi Airish gemas
“Apa sih kak, mending sana deh nyari cewek. Inget umur kak, ayah juga
pengen cucu. Ya kan yah?” ucap Airish sambil mengedipkan matanya pada
sanga ayah
“Bener kata adekmu, jangan ngurusin Airish terus nanti bisa-bisa kamu
keburu tua”
“Tenang aja, yang suka sama Al tuh banyak. Al tingal milih aja sih” ucap
Aldrich memiliki banyak penggemar wanita dimanapun tetapi tetap saja belum
ada satupun wanita yang Aldrich kenalkan pada ayahnya dan Airish. Secara
mengisi dan membuat kakak Airish itu nyaman, pasalnya Aldrich memang
sedikit keras kepala dan sulit diatur maka dari itu dia ingin mencari pasangan
sepertinya hari ini adalah hari yang baik batinnya. Matahari menyinari sudut
kota yang tertutup banyak gedung tinggi. Jalanan padat pejalan kaki seperti
biasa, sambil menunggu lampu jalan berubah hijau entah mengapa ingatan
gadis itu kembali pada saat dia pertama kali bertemu Rava. Pertemuan yang
“Aku mau beli es krim dulu deh” ucap Airish bermonolog dengan dirinya
sendiri saat melihat kedai es krim di tepi jalan, namun betapa kagetnya Airish
rasanya dia tidak ingin mengalihkan pandangannya dari gadis yang sedang
memakan es krim di depannya, takut jika saat dia menoleh gadis itu akan
“Kalau kamu mandangin aku gitu, bisa-bisa es krim kamu cair” celetuk
“Masih nikmatin momen, aku takut kalau ternyata ini cuma mimpi”
ucap Rava
“Nih mimpi, nih” kata Airish yang gemas sambil mencubit pipi Rava
membuat Rava semakin membuat Rava sulit menghindari wajah cantik itu
Sebenarnya Airish juga masih tidak percaya bisa bertemu Rava di sini,
di tempat dimana dia menghindari segala kenangan tentang laki-laki itu. Dan
lagi hatinya masih saja menyimpan semua perasaan yang Airish simpan
“Kalau gitu, aku pergi dulu” pamit Airish setelah selesai dengan es
krimnya
“Aku ikut” sergah Rava cepat sambil berjalan di sisi gadis itu
Airish kembali ke rumahnya tentu saja dengan Rava yang masih berjalan di
sampingnya.
“Kenapa?”
benar-benar sempurna bahagia sekali lagi sebelum Rava pergi dia memeluk
Airish erat membuat gadis itu tertawa dengan tingkah laku Rava. Setelah
memastikan Airish masuk rumah dengan selamat Rava kini bergegas untuk
kembali ke apartemennya.
PART 20
jam Airish berkutat dengan banyaknya bahan tekstil yang sudah separuh jadi.
Airish memiliki mesin jahit pribadi, sejak dia belajar menjahit selama 6 bulan
lamanya Edgar langsung membelikan gadis itu mesin jahit dan jelas saja
Airish sangat senang karena walaupun baru dua tahun dia belajar tetapi dia
“Dek, ada yang nyariin kamu” ucap Aldrich dari luar kamarnya
“Udah lihat aja sendiri ke bawah, kakak sama ayah ada meeting di
“Siap kak!”
orang mengembang saat melihat Airish dari balik pintu, wajahnya tampak
menggemaskan.
“Rava” panggil Airish seraya mendekati Rava
keluar, gadis itu sedikit bingung namun dia hanya mengikuti kemana Rava
“Naik biang lala??” ucap Airish heran Rava menariknya hanya untuk
mengajak Airish naik biang lala, jelas saja Airish heran tetapi Rava hanya
selama berada di London ini adalah yang pertama kalinya, bahkan selama dia
hidup hingga dewasa ini adalah pertama kalinya dia naik biang lala terlebih
Rava mengikuti Airish masuk dan berdiri di hadapan gadis itu, Rava
menangkap wajah bingung Airish karena kapsul biang lala yang bisa di isi 5
orang itu kini hanya di pakai oleh Rava dan Airish
“Kamu takut?”
melihat ekspresi Airish yang terkesan lucu, saat biang lala besar itu mulai
“Lihat, dari ujung sini kamu bisa melihat seluruh dunia. Itulah kenapa
tempat ini disebut London Eye atau mata London. Karena dari sinilah kita bisa
melihat banyak hal di seluruh penjuru kota” jelas Rava saat kurugan mereka
putih gadis itu, suasana kota memang sedikit mendung tetapi tidak
“Iya, memang indah” balas Rava yang tidak hentinya menatap Airish
Rava
sejak tadi terpatri kini beringsut turun perlahan. Airish ingin mengatakan jika
dia masih memiliki perasaan dengan Rava tetapi dia tidak mau jika saat ini
dirinya hanya mendapatkan kekecewaan yang sama dengan dua tahun lalu.
Airish memang belum mengetahui bagaimana hubungan Rava dan Luna saat
“Aku dan Luna sudah tidak memliki ikatan apapun, urusan kita sudah
sama kamu tidak berubah Airish. Kamu tahu aku juga tersiksa saat kamu
pergi, hidupku berantakan Airish” ucap Rava sambil merengkuh wajah gadis
kebohongan apapun di mata itu suara Rava pun terlihat sangat jelas jika laki-
laki itu mengatakan yang sebenarnya. Hatinya kembali menghangat setelah
sekian lama dia biarkan tertutup untuk siapapun, dan sekarang Rava kembali
menyembuhkan kekecewaan ini butuh waktu yang tidak singkat” kata Airih
“Maka dari itu, izinkan aku untuk memperbaiki semuanya Airish. Aku
tidak bisa menjanjikan banyak kebahagiaan tetapi selama itu aku akan
berusaha untuk tidak membuat kamu kecewa, lagi” ujar Rava sambil
Senyum simpul tertarik dari bibir Airish, sungguh hatinya tidak muluk –
bahagia, karena saat ini bersama dengan laki-laki itu saja perasaannya sudah
benar-benar bahagia. Airish ingin percaya lagi dengan Rava, hatinya selalu
mengiyakan setiap kata yang Rava ucapkan meskipun otaknya selalu berpikir
“Kalau gitu, jangan lagi ada yang membuat kecewa baik aku ataupun
gadis itu mendekat hingga Airish merasakan bibir Rava menyentuh bibirnya,
hatinya kini menjalari pipinya. Di bawah rintik hujan dan biang lala menjadi
bukti bahwa Airish kembali mempercayakan hatinya pada Rava, tidak ada
paksaan, ataupun kata-kata klaim yang dulu sering terlontar dari mulut Rava,
“Aku pulang dulu ya” ucap Rava setelah mengantar Airish pulang
“Sayangnya mana?”
“Hah? Apa?”
“Yaudah sini nunduk aku bisikin sesuatu” pinta Airish dengan menaik
Cup. Satu kecupan mendarat di pipi Rava membuat Rava mendelik kaget
Rava sedikit kaget dengan perlakuan Airish tetapi hal itu membuat perut Rava
diserbu banyak kupu-kupu, detik dimana laki-laki itu bertemu Airish kini dia
telah kembali memancarkan kebahagiaan di matanya, tidak ada lagi mata
setiap hari senyumnya tak lepas dari wajah manis Airish. Aldrich dan Edgar
“Kak mau Airish buatin teh?” tanya Airish saat masuk ruang kerja
“Yaudah satu deh, gausah pake gula ya” tukas Aldrich sambil
sekali pikirannya entah masih melalang pada kejadian biang lala bersama
Rava. Airish melirik ke arah mesin jahitnya kemudian terbesit satu ide dalam
cekatan meteran dan pensil ditangan Airish berjalan sesuai perintah Airish.
Setelah berkutat selama 4 jam Airish melihat puas hasil kerjanya,
kemeja untuk Rava sudah selesai terjahit dengan sangat rapih, tangan gadis u
tiba, melirik kembali kemeja yang sudah terbungkus bersih di dalam paper
“Adek kakak, lagi dapet pacar baru ya” tanya Aldrich saat ada di meja
makan
“Enggak! Kepo banget sih” seloroh Airish seraya melirik kakaknya yang
“Tuh yah, eh dek kakak sama ayah tuh udah tahu kamu pasti balik lagi
“Askar cuma temenku kak, udah deh gausah ngada-ngada cepet habisin
“Hm, kalau Askar cuma temen, berarti bener kamu balik sama Rava
lagi” ucap Aldrich sambil merasa bangga jika jawabannya pasti benar karena
“Rava juga kuliah di sini kan dek?” tanya Aldrich dan di jawab deheman
Airish
“Dimana?”
bekal sarapan miliki ayahnya, yah karena ada meeting di pagi hari Edgar
“Kakak berangkat dulu, kakak pulang larut kalau ayah gak tahu. Kamu
gausah nungguin kakak, kakak bawa kunci jangan lupa hati-hati di rumah”
cecar Aldrich saat akan berangkat seolah adiknya itu masih berusia 15 tahun.
“Iya iya bawel banget ah, udah kakak berangkat hati-hati kak” kata
memang sudah kehilangan adik kecilnya karena saat ini gadis itu sudah
kehidupan
Drrrttt Drrrrtttt
Airish menanyakan keberadaan gadis itu dan tanpa berpikir lagi Airish
meminta Rava untuk bertemu demi memberikan hadiah yang sudah Airish
buat semalaman.
“Kamu tunggu aku aja di situ, aku udah di jalan” ucap Airish
“Okay, I‟m here. Hati-hati sayang!” balas Rava membuat Airish
tersenyum
“Iyaa”
Drrrttt Drrrttt
“Halo”
“Halo, Rava kamu dimana?” mata Rava membulat saat mendengar suara
ini
belakang Rava, hubungannya dengan Luna memang sudah berakhir lama kini
mereka menjalani hidup layaknya sahabat biasa. Luna juga datang menemui
Rava bersama Alvan, dan yang Rava tahu dari Alvan sendiri bahwa sahaat
“RAVA!” teriak gadis itu yang berlari menerjang Rava lalu memeluknya
memegang bunga mawar putih untuk Airish turun dan membalas pelukan
gadis itu.
Rava membalas pelukan gadis itu, hatinya kembali dihinggapi perasaan tidak
nyaman seperti saat dulu Rava meninggalkannya. Entah kenapa rasanya dia
ingin pergi menghindari pemandangan itu, sempat terbesit dalam otak Airish
jika kembali buta memang lebih baik daripada harus melihat kejadian di
depannya.
arah Rava dan Luna. Mata Rava membulat lebar saat tahu Airish langsung
mengejar Airish. Mungkin ini hanya sepenggal kisah cinta seperti di dalam
film, saling kejar dan kehilangan tetapi yang Airish lakukan tidaklah pergi
“….”
tidak lagi kaget dengan yang Rava lakukan. Airish hanya merasa kesal dengan
pemandangan di depannya, sakit hati? Untuk apa jika Airish sudah pernah
mengalami patah hati yang lebih menyedihkan daripada ini, cemburu? Wanita
mana yang tidak kesal melihat pacarnya berpelukan dengan wanita lain.
“Aku gak ada maksud apa-apa sungguh, aku mohon jangan pergi lagi”
Jujur saja saat ini Airish tersenyum tipis dalam pelukannya, tetapi
memang tetapi Airish ingin mendengar pengakuan Rava tentang apa yang
baru saja terjadi. Rava melepas pelukannya, menatap lekat wajah Airish
“Aku minta maaf, Luna tiba-tiba datang ke sini tapi dia datang sama
Alvan, sekarang Alvan yang lagi deket sama Luna. Dan aku gak ada apa-apa
sama Luna, Airish aku mohon jangan marah, jangan pergi Airish” ucap Rava
beruntun
Airish tidak bisa lagi menahan tawanya, hingga wajahnya kini bisa
saat ini, sepertinya gadis itu terlihat marah dan sekarang dia tertawa.
“Sekarang?”
Rava memutar bola matanya gemas melihat gadis itu. Dengan satu tarikan
cepat Rava mendaratkan bibirnya pada bibir Airish, tentu saja Airish terkejut
“NIH! Buat kamu” Airish memberikan paper bag miliknya pada Rava
Rava membuka paper bag itu dan sangat terkejut dengan yang Airish
berikan.
gadisnya, dan ditambah hadiah yang Airish berikan memang bukan hal
mewah tetapi bagi Rava meupakan hal terbaik dari hadiah apapun di dunia.
Rava terdiam sejenak seraya meremas pelan paper bag yang Airish berikan,
“Hm?”
“Menikahlah denganku”
tapi yang aku tahu jika aku meminta pada orang yang tepat. Dan aku sangat
bahagiaku Airish. Dan izinkan aku menjadi orang yang menopang sedihmu
terakhirnya, pelabuhan yang sempat dia tinggalkan dan tak ingin lagi
“Selamat buat kalian berdua ya, dan Airish aku minta maaf untuk
semua yang terjadi dulu” ucap Luna seraya meraih tangan Airish
“Yang sudah berlalu biarlah berlalu, dan sekarang kamu lihat kan aku
baik-baik saja. Aku bahagia” ujar Airish dengan senyuman tulus yang tak
“Kamu memang orang yang baik Airish, Rava sangat beruntung memiliki
menyenangkan adalah sesuatu yang harus dinikmati, gelap dan terang juga
merupakan warna dari sebuah kehidupan, dan cinta yang menjadi dasar dari
semua perjalanan itu. Hidup Airish tak pernah gelap karena setiap
Airish Rava juga begitu terlebih cintanya sudah berlabuh pada kebahagiaan.
TAMAT~