DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
PT. Gold Coin Indonesia - MedanMill adalah bagian dari Gold Coin Group yang
merupakan anggota dari Zuellig Group yang ada di Swiss. Perusahaan Zuellig
Groupmerupakan pelopor pabrik pakan ternak di Asia Tenggara dengan nama Gold Coin
Group sebagai perusahaan induk yang berada di Swissyang berdiri pada tahun 1953.Gold
Coin Group bergerak dalam usaha produksi pakan ternak di wilayah Asia Pasifik.PT Gold
Coin Indonesia – Medan Mill menghasilkan pakan ternak sebagai produk utama setiap
tahunnya.Produk yang dihasilkan adalah pakan ternak ayam (pedaging dan petelur), bebek,
itik, babi dan lembu Dalam menjamin kualitas pakan ternak yang dihasilkannya, PT Gold
Coin Indonesia – Medan Mill menggunakan mesin-mesin seperti hammer mill, pellet mill,
shifter, crumble, mixer,dryer, sacking off, sewing machine danlain sebagainya. Tetapi,
proses produksi pada perusahaan ini sering mengalami kendala seperti terganggunya proses
produksi akibat adanya kerusakan pada mesin produksi. Masalah tersebut mengakibatkan
downtime pada perusahaan.
Menurut Muchiri (2008), istilah downtime merupakan periode ketika sistem tidak
tersedia yang disebabkan karena planned atau unplanned stoppages. Unplanned stoppages
merupakan kerusakan peralatan atau gangguan proses sedangkan penghentian yang dijadwalkan
(planned stoppages) merupakan prosedur kegiatan yang direncanakan yang dihitung sebagai
durasi mesin telah dihentikan. Sebagai contoh dari planned stoppages yaitu perawatan terencana,
setup, penyesuaian, inspeksi, shutdown, pelatihan, pembersihan dan kondisi standby,
selainupgrade atau update hardware dan software. Menurut Nepal dan Park (2004), downtime
disebabkan oleh tidak tersedianya peralatan dan kerusakan peralatan adalah faktor umum
terbesar yang mempunyai pengaruh kuat terhadap produktivitas peralatan dan performansi
perusahaan.
Menurut data yang terjadi pada tahun 2014 – 2015, Kerugian yang dialami perusahaan
akibat adanya downtime tersebut setara dengan Rp.3.093.371.622. Nilai koefisien korelasi antara
downtime yang terjadi dengan total produksi yaitu sebesar -0,723. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi downtime yang terjadi maka total produksi yang dihasilkan semakin
sedikit.
Tabikh (2014) menyatakan bahwa kerusakan peralatan sebagai faktor paling umum yang
memiliki efek kuat pada produktivitas peralatan dan kinerja organisasi secara keseluruhan.Selain
itu, berbagai faktor yang berhubungan menimbulkan downtime dapat dilihat pada Gambar yang
dikemukakan oleh Nepal dan Park (2004).Faktor-faktor ini adalah area, yang berhubungan
dengan kondisi kerja yang buruk, lokasi area dan ketidakpastian selama operasi. Faktor penting
lain terdiri dari peralatan yang terkait, misalnya umur, kegunaan, jenis, kualitas, kompleksitas
dan kecanggihan sistem. Selain itu, faktor-faktor yang berhubungan dengan proyek memiliki
dampak besar pada downtime misalnya ketersediaan spare part dan sumberdaya.Serta faktor-
faktor lain seperti aspek manusia dimana keterampilan operator dan motivasi terutama
mempengaruhi kinerja dan biaya langsung downtime mesin.
1. Definisi Pemeliharaan
Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat, menjaga, dan
memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk
menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima.
(Anthony, 1992). Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin atau
peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan/kerusakan mesin.
(Setiawan, 2008).
Menurut Sofyan (2004), pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga
fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian atau penggantian
yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai
dengan apa yang direncanakan.
Dari beberapa pendapat di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan
dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan perusahaan agar dapat melaksanakan
produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan yang telah direncanakan atau
ditentukan oleh perusahaan dengan hasil produksi yang berkualitas.
2. Tujuan Pemeliharaan
Dengan adanya kegiatan pemeliharaan ini maka fasilitas atau peralatan perusahaan dapat
dipergunakan untuk kegiatan produksi sesuai dengan rencana, dan tidak mngalami kerusakan
selama fasilitas/peralatan perusahaan tersebut dipergunakan selama proses produksi. Oleh karena
itu, suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian lainnya bagi suatu
pabrik adalah pemeliharaan (maintenance) murah sedangkan perbaikan (repair) mahal.
(Setiawan, 2008).
Menurut Asyari (2007), dalam bukunya manajemen pemeliharaan mesin Tujuan pemeliharaan
yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:
a) Untuk memperpanjang kegunaan asset,
b) Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin,
c) Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang
diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, d. Untuk menjamin
keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
Pemeliharaan Terencana :
Oleh karena itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan
memerlukan pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui
informasi dari catatan riwayat mesin/peralatan. Konsep planned maintenance ditujukan
untuk dapat mengatasi masalah yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan
maintenance.
Keuntungan :
Kerugian :
Menurut pendapat Agus (2002), fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang
umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan
peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan
proses produksi.
Keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik terhadap mesin, adalah
sebagai berikut (Agus, 2002):
a. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang
bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,
b. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkut an
berjalan dengan lancar,
c. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin
terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan
peralatan produksi selama proses produksi berjalan,
d. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka
proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik
pula,
e. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan
produksi yang digunakan,
f. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka
penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,
g. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi
dalam
Apapun yang digunakan organisasi harus selalu ada diagram organisasi mutakhir, dan
lengkap penjelasannya yang mendefenisikan semua departemen dan pelaporan pemeliharaan
hubungan pengendalian, dan setiap hubungan untuk departemen lain. Organisasi harus secara
jelas menunjukkan tanggung jawab untuk tiga tanggapan dasar perawatan: rutin, darurat, dan
backlog.
1. Strategi Perawatan
Ada beberapa strategi pemeliharaan untuk digunakan dalam berbagai bidang dan industri
manufaktur di seluruh dunia. Masing-masing dikembangkan untuk kebutuhan tertentu, tetapi
yang utama ada dua jenis pemeliharaan yang dapat diklasifikasikan, adalah sebagai berikut :
1. Unplanned maintenance
Unplanned maintenance, seperti namanya, adalah sebuah praktek dilakukan
setelah terjadinya kerusakan peralatan. Ini mencakup strategi Unplanned
Corrective Maintenance (UCM)atau Operate to Failure (OTF)sebagai hasil dari
kerusakan peralatan.
2. Planned maintenance
Sebagian besar program pemeliharaan yang hanya menunggu ketika mesin gagal
telah digantikan oleh program pemeliharaan preventif yang lebih efektif. Karena
dampak daridowntime, perusahaan berusaha untuk mencegah kerusakan peralatan
dengan proses yang dikenal sebagai pemeliharaan preventif. Dengan pemeliharaan
preventif, peralatan rutin diperiksa dan diakses dalam upaya untuk mencegah
terjadinya kerusakan. Pemeliharaan preventif terencana ada dalam empat
bentuk,yaitu sebagai berikut:
2. Keandalaan (Realiabilty)
Keandalan (reliability) didefinisikan sebagai probabilitas bahwa suatu komponen atau
sistemakan melakukan fungsi yang diinginkan sepanjang suatu periode waktu tertentu bilamana
digunakan pada kondisi-kondisi pengoperasian yang telah ditentukan. Atau dalam perkataan yang
lebih singkat, keandalan merupakan probabilitas dari ketidak-gagalan terhadap waktu (Putra,
2008).
Menentukan keandalan dalam pengertian operasional mengharuskan definisi diatas dibuat lebih
spesifik (Abbas, 2005):
1. Harus ditetapkan definisi yang jelas dan dapat diobservasi dari suatu kegagalan.
Berbagai kegagalan ini harus didefinisikan relatif terhadap fungsi yang
dilakukan oleh komponen atau sistem.
2. Unit waktu yang menjadi referensi dalam penentuan keandalan harus
diidentifikasikan dengan tegas.
3. Komponen atau sistem yang diteliti harus diobservasikan pada performansi
normal. Ini mencakup beberapa faktor seperti beban yang didesain, lingkungan
dan berbagai kondisi pengoperasian.
Untuk menciptakan keandalan produk, perusahaan perlu melakukan usaha guna menjamin
keandalan suatuperalatan yaitu (Kuntadi, 2013):
1. Menggunakan desain produk yang telah diuji.
2. Desain dibuat sesederhana mungkin agar probabilitas kegagalan semakin
berkurang.
3. Komponen yang digunakan memiliki usia kelangsungan hidup yang tinggi.
4. Menggunakan operasi proses pabrik yang memiliki jaminan tinggi.
Disamping usaha tersebut kegagalan suatu peralatan atau mesin yaitu apabila peralatan
atau mesin tidak lagi memiliki atau memenuhi fungsi sebagaimana mestinya.Sebab-sebab
kegagalan peralatan atau mesin pada umumnya adalah:
1. Kelemahan yang disebabkan oleh desain, bahan, proses atau operasi yang kurang baik
dan kesalahan manusia.
2. Salah penggunaan, yang disebabkan oleh beban yang berlebihan atau penggunaan
diluar batas normal.
Kesimpulan
Aji, Taufiq dan Niezar Mohc Evannaza.2014. Klasifikasi ABC dengan Pendekatan Keputusan
Multikriteria pada Persediaan Spare Part Pemeliharaan.Yogyakarta: Universitas Sunan
Kalijaga.
Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi.Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Putra, Boy Isma. 2008. Evaluasi Manajemen Perawatan dengan Metode Reliability Centered
Maintenance II (RCM II) pada Mesin Danner 1.3 di PT “X”. Jurnal Teknik Industri Vol. 5.
Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Rahmania, Tiara. 2016. Perbaikan Sistem Perawatan Mesin di PT. Gold Coin Indonesia –
Medan Mill. Medan: Universitas Sumatera Utara
Asyari Daryus; Manajemen Pemeliharaan Mesin(2007) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Darma Persada Jakarta.
Keith. (2002) Organisational Behavior: Human Behavior At Work, 11th edition. New Delhi: Tata
McGraw-Hill Book Company.