Toaz - Info Proposal Terapi Bermain Toddler PR
Toaz - Info Proposal Terapi Bermain Toddler PR
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
Bambang Susanto Efa Zumrotin
Lukartono Nuke Widya A.P
Nurmauli Diana Wiwid Berlian S.P
Terapi Aktivitas Bermain (TAB) dengan judul “Bongkar Pasang Balok” ini
dibuat dalam rangka memenuhi tugas praktik profesi dapartemen keperawatan Anak di
Ruang Shofa Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan yang dilaksanakan pada
tanggal 30 November s/d 12 Desember 2015 oleh mahasiswa Profesi Ners STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
Mengetahui
........................................................ .........................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain Bongkar Pasang
Balok pada Anak Usia toddler di Rumah Sakit“. Makalah ini berisikan tentang
preplaining terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia toddler
di rumah sakit.
Diharapkan Proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain kertas origami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan
atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya
perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol, dan akibat dari tindakan invasif
yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti
menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif atau
menolak tindakan keperawatan yang diberikan (Wong, 2009)..
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh
hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain
merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik
untuk belajar karene dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi,
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang
berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermaian akan membuat menjadi
malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli
psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan jiwa anak.
Ketika masa anak sudah memasuki masa toddler anak selalu membutuhkan
kesenangan pada dirinya dan anak membutuhkan suatu permainan. Aktivitas
bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang banyak
dijual macam-macam alat permainan, jika orang tua tidak selektif dan kurang
memahami fungsinya maka alat permainan yang dibelinya tidak akan berfungsi
efektif. Alat permaianan hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia
anak, sehingga dapat merangsang perkembangan anak dengan optimal. Dalam
kondisi sakitpun aktivitas bermaian tetap perlu dilaksanakan namun harus
disesuaikan dengan kondisi anak.
Berdasarkan pengamatan kami tanggal 14 Desember 2015 dirumah sakit
muhammadiyah lamongan diruangan shofa anak didapatkan jumlah pasien
sebanyak 10 anak, anak usia pasca neonatal (29 hari – 11 bulan) sebanyak 1 orang
anak, anak usia toodler (1-3 tahun) sebanyak 5 orang anak, usia pre sekolah (3-6
tahun) sebanyak 2 anak, anak usia sekolah (6-12 tahun) sebanyak 2 anak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan
aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif
terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
1) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
2) Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawat.
3) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
4) Beradaptasi dengan lingkungan
5) Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Bermain
Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa
yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
B. Keuntungan Bermain
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan
organ-organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar
anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
C. Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif
dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif
kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
1) Bermain mengamati / menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang - kadang berusaha
membongkar.
2) Bermain konstruksi (Construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan. Dll.
3) Bermain drama (Dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau dengan teman-temannya.
4) Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya, contohnya:
1) Melihat gambar - gambar buku / majalah.
2) Mendengarkan cerita atau musik.
3) Menonton televisi.
K. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama.
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain.
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan.
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan.
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN ANAK USIA TODDLER
3. JUMLAH PESERTA
10 anak, anak usia pasca neonatal (29 hari – 11 bulan) sebanyak 1 orang anak, anak
usia toodler (1-3 tahun) sebanyak 5 orang anak, usia pre sekolah (3-6 tahun)
sebanyak 2 anak, anak usia sekolah (6-12 tahun) sebanyak 2 anak.
7. ATURAN BERMAIN
1) Anak dikumpulkan dalam satu lingkaran.
2) Masing – masing anak berespon terhadap benda / permainan yang ada di
hadapannya.
3) Untuk balok susun, masing – masing anak di beri kebebasan untuk
menyusunnya.
4) Anak – anak tidak boleh berebut mainan.
Masing – masing permainan akan di gilir pada masing – masing anak
8. PENGORGANISASISAN
Jumlah Leader 1 orang, Co-leader 1 orang, Fasilitator 3 orang dan 1 observer orang
dengan susunan sebagai berikut:
1) Leader : Wiwid Berlian Setya Putra
2) Co-leader : Efa Zumrotin
3) Observer : Nuke Widiyawati Ayu .P
4) Fasilitator : Bambang Susanto
Nurmauli Diana
Lukartono
9. DESKRIPSI TUGAS
1. Leader
1) Memimpin jalannya acara.
2) Membuka pertemuan.
3) Mengatur setting tempat.
4) Menutup kagiatan bermain
2. Co - leader
1) Membantu tugas dari leader.
2) Menggantikan posisi leader bila diperlukan.
3. Fasilitator
1) Sebagai pemandu jalannya acara.
2) Sebagai tempat bertanya leader dan co-leader tentang kegiatan yang akan
dilakukan.
3) Memberi petunjuk dalam acara supaya berlangsung baik.
4. Observer
1) Mengobservasi jalannya acara.
2) Memberi penilaian.
3) Memberi saran dan kritik setelah acara selesai.
4) Mengevaluasi dan umpan balik kepada leader dan co-leader.
: Leader
: Co-leader
: Fasilitator
: Observer
: Peserta terapi bermain
: Orang tua peserta
11. SUSUNAN KEGIATAN
1 5 menit Pembukaan:
1. Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing
4. Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan
persatu dan anak saling saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader Mendengarkan
3 5 menit Penutup:
1. Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
3. Menyampaikan hasil Mendengarkan
permainan
4. Memberikan hadiah pada Senang
anak yang cepat menyusun
baloknya dan bagus.
5. Membagikan souvenir / Senang
kenang-kenangan pada
semua anak yang bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
7. Salah satu fasilitator Mendengarkan
menutup acara
8. Mengucapkan salam Menjawab salam
Hidayat, A. Aziz. 2005. Pengantar Ilmu keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Soetjiningsih. 2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Idai