PROSTHETIC DENTISTRY
Nama :
NIM :
i
TIM MODUL PSKG 2017
M. Ghozwan Dzaky
Fatma Nur Aini
Nurul Noviasari
Salwa Salsabila
Widha Rachmada Prastika
Dina Anisawati
Affina Noor Rasyidya
Nisrina Nada Isnaini
Eva Febrian Saputri
Akhmad Khoirul Amri
Muthia Nisa Fadira
Rusydia Safitri
Grandys Ayu Wibowo
Hanan Sukma Fikriyana
Novia Silla Wardani
Mohammad Naufal
Tsabita Angger Pangestuti
Nanik Hidayanti
Masayu Nur Ainun Arief
Gea Zhafirah
ii
DAFTAR ISI
iii
PENCETAKAN DAERAH TIDAK BERGIGI DAN BORDER
MOULDING
Oleh: drg. Gunawan Sri Sarjono Sp. Pros
Editor: Fatma Nur Aini
Kuliah ini membahas tentang proses pencetakan daerah edentolous menggunakan bahan yang
biasa dipakai, sifat-sifat bahan, daerah anatomis yang harus terlihat dalam pencetakan, dan alat-
alat yang digunakan dalam pencetakan.
PENCETAKAN
“A complete denture impression is a negative registration of the entire denture bearing, stabilizing
and border seal areas present in the edentulous mouth.”- GPT.
Cetakan gigi tiran lengkap merupakan suatu gambaran negative yang meliputi keseluruhan gigi
tiruan, stabilisasi dan batas area pada mulut edentulous. -GTP
“An imprint or negative likeness of the teeth and/or edentulous areas where the teeth have been
removed, made in a plastic material which becomes relatively hard or set while in contact with
these tissues. Impressions may be made of full complements of teeth, of areas where some teeth
have been removed, or in mouth from which all teeth have been removed.” -GTP
Cetakan negatif dari area tidak bergigi atau area edentulous dibuat dari bahan plastis yang relatif
keras ketika berkontak dengan jaringan. Cetakan bisa dibuat dari seluruh komplemen gigi,
kehilangan beberapa area gigi atau kehilngan seluruh gigi. – GTP
Note:
Cetakan negatif harus mewakili keseluruhan daerah yang akan kita gunakan untuk membuat gigi
tiruan, menstabilkannya, dan meliputi area tepi daerah edentulous dari rongga mulut. Ada 2 jenis
cetakan yang dibahas dalam kuliah ini yaitu cetakan negatif dan cetakan positif. Cetakan negatif
adalah ketika kita melakukan pencetakan dan menghasilkan gambaran daerah cekungan (daerah
edentolous). Cetakan positif adalah daerah pencetakan yang terbentuk diisi menggunakan gips atau
bahan yang lain. Jadi apabila cetakan itu belum diisi suatu bahan disebut cetakan negatif dan ketika
cetakan negatif diisi suatu bahan (gips) disebut dengan cetakan positif. Pencetakan daerah tanpa
gigi dibuat dari plastis material yang akan mengeras jika sudah berkontak dengan area rongga
mulut. Bahan plastis artinya bahas tersebut bisa kita manipulasi dulu dan mampu berubah bentuk
setelah ditempatkan dirongga mulut, bahan itu akan mengeras membentuk suatu cetakan negatif.
Apabila sudah setting kita bisa mengambilnya tanpa merubah bentuk cetakan plastis.
4
Note:
Viskositas artinya kemampuan bahan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas suatu bahan maka
bahan tersebut akan sulit untuk mengalir dan sebaliknnya.
Pencetakan untuk GTC menggunakan kombinasi dengan bahan viskositas rendah yaitu light body.
Alginat yang sering kita pakai untuk mencetak termasuk bahan irreversibel hidrokoloid artinya
setelah setting tidak dapat kembali seperti semula. Bahan reversible hydrokoloid contohnya bahan
agate, dimana bahan tersebut bisa dipakai berulang kali biasanya untuk pengerjaan lab.
5
b. Non Aqueous Elastomer
- Polysulfid
o Lead dioxide catalist
o Clean catalyt
- Silikon
o Kondensasi
o Adisi
- Polyeter
Note:
Bahan cetak berdasakna kelenturannya dibagi menjadi bahan cetak elastis dan nonelastis. Bahan
cetak elastis setelah mengalami reaksi setting akan berubah menjadi nonelastis atau kaku. Bahan
cetak nonelastis sekarang jarang dipakai karena mempunyai kelemahan, yaitu apabila dikeluarkan
dari rongga mulut bersifat kaku sehingga rentan terhadap distorsi. Bahan cetak golongan elastis
sekarang sering dipakai. GTL memakai bahan cetak silikon kondensasi karena dia memiliki
kelebihan dibandingkan dengan bahan cetak yang lain (akan dijelaskan dikuliah biomaterial).
Alginat yang kita pakai untuk pencetakan model studi digolongkan dalam bahan cetak elastis juga
digolongkan dalam bahan hydrokoloid.
Gambar diatas merupakan bentukan anatomis pada RA yang harus tercetak/ terlihat ketika kita
melakukan pencetakan model studi maupun model kerja. Cetakan yang bagus adalah cetakan yang
mampu memperlihatkan bagian-bagian anatomis meliputi: labial vestibule, buccal frenulum,
buccal vestibulum, residual ridge, tuberosity, hamular notch dll. Cetakan yang baik akan
menggambarkan bagian-bagian landmark secara detail tanpa ada yang porus atau sobek.
6
KLASIFIKASI PENCETAKAN
7
Berdasarkan Tujuan Pencetakan:
1. Diagnostic impression
Pencetakan pendahuluan untuk model study
2. Primary impression
Pencetakan dilakukan untuk menentukan apakah perawatan preprostetik diperlukan
3. Secondary impression
Pencetakan digunakan untuk mencetak model kerja
Sering kali perawatan preprostetik tidak diperlukan, sehingga yang sering dilakukan adalah
pencetakan untuk model study dan pencetakan untuk model kerja. Biasanya pencetakan model
kerja dianggap sebagai pencetakan sekunder.
Note:
Intruksi yang diberikan ke pasien selama pencetakan:
RA
Mengucapkan huruf “U” untuk mencetak frenulum lingualis
8
Mengucapkan huruf “O” untuk mencetak frenulum bukalis
Mengucapkan “Aahh” untuk mencetak AhLine
RB
Mengucapkan huruf “U” untuk mencetak frenulum lingualis
Mengucapkan huruf “O” untuk mencetak frenulum bukalis
Menggerakan bibir lidah ke kanan dan ke kiri untuk mencetak area sublingual
BORDER MOULDING
Teknik pembentukan daerah tepi bahan cetak dengan manipulasi fungsional atau manual pada
jaringan lunak yang berdekatan dengan tepi sendok cetak untuk mengikuti kontur dan ukuran
vestibulum sehingga dapat mempertahankan peripherial seal selama berfungsi.
Tujuan:
Mendapatkan hubungan yang rapat antara tepi gigi tiruan dengan jaringan di sekitarnya
Bahan
• Modeling Compound
• Greenstick Compound
• Heavy Bodied Elastomer
• Polyether
Note: yang sering digunakan diklinik adalah bahan Greenstick Compound dan Heavy Bodied
Elastomer. Greenstick merupakan malam ungu, mempunyai kelebihan mudah mengeras.
Metode
a) Incremental/sectional border moulding
b) Single-step/simultaneous border moulding
Note:
Border moulding menggunakan bahan compound dilakukan secara seksional per daerah/per
bagian sekitar 2-3 cm, memakan waktu lebih lama tetapi menghasilkan hasil yang cukup bagus,
selain itu kesalahan bisa diperbaiki.
Pasif
Bibir diangkat lalu ditarik ke arah luar dan ke
bawah lalu baru ditekan ke gingiva.
Aktif
Pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir
dan menghisap jari sang dokter
9
Bukal Flange
Pasif
Pipi diangkat lalu ditarik ke arah luar, ke
bawah, dan ke dalam lalu digerakkan mundur
dan maju.
Aktif
Pasien dinstruksikan untuk mengerutkan
bibir dan tersenyum
Daerah Distobukal
Pasif
Pipi ditarik ke arah luar, ke bawah, dan ke
dalam.
Aktif
Pasien diinstruksikan untuk membuka mulut
dengan lebar, tutup dan gerakkan mandibula
dari sisi ke sisi
Aktif
Pasien diinstruksikan untuk mengatakan
“AH” dengan singkat
10
BORDER MOULDING RAHANG BAWAH
Labial flange
Pasif
Bibir sedikit terangkat ke arah luar, ke
bawah, dan ke dalam
Bukal Flange
Pasif
Pipi diangkat ke arah luar, ke atas, dan ke
dalam dan digerakkan mundur dan maju.
Aktif
Pasien diinstruksikan untuk mengerutkan
bibir dan tersenyum
Labial
Aktif
Pasien diinstruksikan untuk menjulurkan
lidah dan menjilat bibir bagian atas dari sisi
ke sisi
Distolingual Flange
Aktif
Pasien diinstruksikan untuk menjulurkan
lidah letakkan lidah pada bagian distal
palatal kanan dan kiri
Note:
Intruksi pasif dilakukan oleh dokter
Instruksi aktif pasien melakukan sendiri sesuai instruksi dokter
11
12
REMOUNTING, RELINING, DAN REBASING
Oleh : drg. Gunawan, Sp.Pros
Editor : Salwa Salsabila
Remounting
Tahapan Setelah Prosesing Akrilik
1. Remounting 1
2. Selective grinding 1
3. Remounting jig
4. Pemulasan 1
5. Try in gtl
6. Interocclusal record
7. Remounting 2
8. Selective grinding 2
9. Pemulasan 2
10. Insersi
Note : apabila sudah proses prosesing akrilik, tidak bisa langsung dilakukan insersi GTL karena
bisa saja terjadi kesalahan, contoh : saat pemasangan gigi. Kesalahan tersebut dapat diperbaiki di
tahap remounting 1 dan selective grinding.
A. Remounting 1
- Remounting adalah pemasangan kembali gigi tiruan yang sudah dilakukan prosessing
dalam artikulator/mengembalikan gigi tiruan kasar dan model kerja ke posisi mounting
- Pada tahap remounting dihilangkan excess/kelebihan dalam GT
- Tujuan remounting 1 adalah :
a. Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan – perubahan oklusi di luar mulut pasien.
b. Melihat adanya kesalahan laboran selama packing dan pemrosesan akrilik
- Tahapan remounting 1 :
a. Model kasar akrilik RA dan RB dipasang kembali pada artikulator sesuai dengan
keadaan semula 3 cekungan (index groove) lalu fiksasi dengan malam perekat
b. Perhatikan oklusi sentrik dan posisi pin vertikal dan meja insisal (incisal table), ada
atau tidak peninggian gigitan
c. Peninggian gigit yang terjadi harus dikoreksi dengan melakukan pengasahan
(selective grinding) hingga pin vertikal menyentuh meja insisal (incisal table).
B. Selective Grinding 1
- Akrilik dapat terjadi ekspansi, bisa karena penekanan/gips kurang padat sehingga tidak
tepat dengan model malam. Tandanya yaitu ujung pin vertikal tidak menempel pada
incisal table, sehingga diperbaiki pada SG 1
- Tujuan :
a. Mengembalikan tinggi vertikal sesuai tinggi vertikal sebelum GT diproses/ditanam
di artikulator
b. Memperbaiki oklusi sentrik working & balancing occlusion) dengan pengasahan
cusp palatal gigi2 atas & cusp bukal gigi2 bawah
- Alat dan bahan : articulating paper, stone berbentuk fissure, flame dan round
- SG 1 hanya boleh memperdalam sulcus (mengurangi lereng cusp palatal pada sisi RA
dan cusp bukal pada sisi RB dan tidak boleh mengurangi tinggi oklusi gigi), kurangi
incline plane/sisi miring sampai pin vertikal menyentuh incisal table artikulator dan
kontak merata disemua permukaan oklusal, note : tinggi cusp tidak boleh dikurangi
13
- Tahapan SG 1 :
a. Penandaan dengan menggunakan articulating paper
b. Oklusikan gigi RA dan RB
c. Titik tersebut menandakan harus diperdalam sulcusnya
d. Dapat diulang berkali-kali menggunakan artikulating paper
e. SG 1 selesai jika pin vertikal kembali menempel pada incisal table
C. Remounting Jig
- Remounting jig merupakan kunci gigit dari gips keras pada artikulator yang berguna
sebagai tempat kedudukan bidang oklusal gigi tiruan rahang atas.
- Tahapan pembuatan remounting jig :
a. Lepaskan model kasar gigi tiruan rahang bawah dari dasar artikulator. Model kasar
akrilik RA tetap melekat pada artikulator.
b. Ulasi seluruh permukaan gigi tiruan rahang atas dan permukaan dasar artikulator
dengan bahan separasi (vaseline) agar tidak lengket
c. Letakkan adonan gips tipe I (warna putih) pada dasar artikulator (tempat
melekatnya gigi tiruan rahang bawah) tersebut setinggi permukaan bidang oklusal
gigi tiruan rahang atas.
d. Katupkan artikulator hingga pin vertikal menyentuh permukaan incisor guide table.
e. Adonan gips tipe I harus menutupi seluruh bidang palatal dan pada bidang
oklusal/insisal anasir gigi tiruan tertutup ± 2 mm untuk mendapatkan cetakan
permukaan oklusal gigi tiruan rahang atas.
f. Fiksasi dengan tali rafia dan tunggulah hingga gips mengeras (setting) ± 30 menit.
Kemudian artikulator dibuka.
g. Periksa jig pada artikulator, apakah permukaan palatum dan oklusal gigi tiruan telah
tercetak dengan baik. Bila tidak, ulangi tahapan di atas.
D. Pemulasan 1
- Pada pemulasan 1 cukup dihilangkan bagian gtl, agar saat try in GTL tidak mengiritasi
rongga mulut pasien
- Tahapan pemulasan 1 :
a. Buang akrilik yang tidak sesuai dengan kontur GTL
b. Bersihkan interdental dari sisa gips
c. Haluskan seluruh permukaan GTL kecuali fitting surface
E. Try In GTL
Tahapan try in GTL :
a. Pasang GTL pada pasien dengan memperhatikan retensi, oklusi dan estetik
b. Bila belum retentif, tidak boleh dilanjutkan intermaxillary record, jadi diperbaiki
dahulu
c. Latih pasien menggunakan GTL sehingga mendapatkan relasi horisontal RA-RB
d. Siapkan bite registration yang terbuat dari putty, campur, letakkan pada regio
premolar-molar
e. Instruksian pasien melakukan posisi oklusi sentris
F. Remounting 2
- Relasi yang dilakukan di artikulator adalah relasi sentris, artikulator tidak bisa
menirukan secara tepat free way space pasien, jadi harus melakukan penyesuain oklusi
yang dimiliki oleh pasien. GTL dikembalikan ke artikulator dengan posisi yang mirip
dengan pasien
14
- Tujuannya yaitu koreksi terhadap kurang tepatnya oklusi sentris.
- Tahapan remounting 2 :
a. Naikkan pin vertikal±2mm (tergantung free way space pasien)
b. Lepas model kerja RA, pin vertikal kembali menyentuh meja insisal
c. Kembalikan GTL RA pada remounting jig, ulasi dengan vaselin, jika ada undercut
tutup dengan kapas basah
d. Aduk gips putih, tuang pada ruang antar GTL RA-artikulator, rapikan
e. Lepas remounting jig pada bagian bawah
f. Pasang interoklusal record
g. Pasang GTL RB pada interoklusal record
h. Balik artikulator, ulasi vaselin pada fitting surface RB
i. Aduk gips lunak tuang antara GTL RB dan artikulator
G. Selective Grinding 2
- SG 2 adalah tindakan yang sengaja dilakukan untuk mengubah bentuk permukaan
oklusal gigi, pada gigi tiruan menggunakan hukum BULL (Buccal Upper Lingual
Lower). BULL adalah pada GTL RA diasah di lereng bukal, sedangkan pada GTL RB
diasah di lereng lingual
- Tujuannya adalah memperbaiki oklusi dan dimensi vertikal serta menghilangkan
kontak prematur gigi geligi.
- Tahapan SG 2 :
a. Lakukan gerakan oklusi eksentrik.
b. Lihat ketebalan spot bidang oklusal.
c. Asahlah spot yang tebal dengan stone warna hijau atau merah muda, dengan
panduan HUKUM BULL untuk sisi kerja (Buccal Upper Lingual Lower) dan
HUKUM ANTI BULL untuk sisi keseimbangan (Lingual Upper Buccal Lower).
- SG 2 selesai jka:
a. Posisi oklusi sentris pin vertikal menyentuh insisal tabel
b. Posisi oklusi artikulasi pin vertikal menyentuh insisal tabel
c. Posisi protusi mandibula (gigi anterior edge to edge, post cusp to cusp) pin
vertikal menyentuh insisal tabel
d. Warna spot merata (≠ tidak ada warna)
H. Pemulasan 2
- Tahapan pemulasan 2 :
a. Haluskan dan kilapkan seluruh permukaan GTL kecual pada fitting surface
sehingga siap untuk di insersikan
b. Tepi GTL membulat dan tidak ada yg tajam
A. Relining
- Relining adalah suatu prosedur untuk melapasi kembali permukaan GT yang
menghadap ke jaringan dengan bahan baru agar lebih akurat -GPT
- Relining juga didefinisikan suatu proses untuk menambah bahan baru pada permukaan
GT yang menghadap ke jaringan untuk mengisi ruangan yang ada diantara GT asli
dengan kountur jaringan yg telah mengalami perubahan –Sharry
15
B. Indikasi relining :
- Digunakan pada immediate denture yang dibuat pra ekstraksi, lalu setelah pasca
ekstraksi GT tersebut di insersikan. Karena pada prinsipnya immediate denture dibuat
berdasarkan perkiraan ruangan yang di dapatkan setelah gigi dicabut. Setelah terjadi
proses penyembuhan jaringan, terkadang GT yang dibuat tidak lagi akurat sehingga
diperlukan penambahan bahan agar GT tersebut akurat
- Masalah ekonomi, pasien tidak mampu jika membuat GT baru lagi
- GT sulit adaptasi karena sisa jaringan yang semakin buruk karena resorpsi residual
ridge (indikasi yang sering ditemui)
- Geriatri/pasien yang memiliki penyakit kronis atau pasien yang mengalami kesulitan
dalam konstruksi GTL baru
C. Kelebihan relining :
- Relining dapat dilakukan dalam 2-3x kunjungan
- Biaya lebih ekonomis
- Meningkatkan GT agar lebih baik
- Pemberian soft liner jika diperlukan
D. Kekurangan relining :
- Jika terjadi perubahan dimensi vertikal pada RA RB, relining tidak bisa dilakukan
- Tidak bisa memperbaiki estetik atau relasi rahang
- Tidak bisa memperbaiki kesalahan saat penyusunan gigi
- Tidak bisa digunakan untuk mengoreksi resorpsi yang ekstrem/banyak
F. Rencana perawatan :
- Relining tidak bisa memperbaiki kesalahan saat pembuatan GT, sehingga jika
dibutuhkan koreksi oklusal maka lebih baik membuat GT baru
- Jaringan lunak harus sehat
- Apabila dibutuhkan pembedahan, dilakukan pembedahan dulu
16
G. Prosedur klinis relining :
a. Metode statis
Teknik open mouth
Teknik closed mouth
b. Metode fungsional
c. Teknik dental chair side (dilakukan secara direct di dental chair)
d. Metode laboratoris (dilakukan pada lab)
Articulator method
Jig method
Flask method
H. Metode winkler
- Menggunakan bahan tissue conditioner untuk mencetak GTL
- Jaringan dikeringkan dulu lalu diberikan bahan tissue conditioner di GTL RA maupun
RB
- Kemudian GTL dipasangkan kembali dan instruksikan pasien untuk melakukan relasi
sentrik untuk menstabilisasi GT hingga bahan setting
- GT dipakai seperti biasa 3-5 hari untuk adaptasi setelah dilakukan relining
- Setelah 5 hari, control kembali untuk dilakukan percetakan model kerja baru
- Tissue conditioner dilepas
- GTL dikirim ke lab untuk menambah resin
K. Rebasing
- Rebasing adalah suatu proses perbaikan gigi palsu dengan penggantian bahan dasar GT
-GPT.
17
- Rebasing juga didefinisikan sebagai menggantikan semua dasar GT dengan bahan baru
–Sharry
18
DIAGNOSA, PROGNOSA, DAN KEGAGALAN PASIEN GIGI
TIRUAN CEKAT (GTC)
Oleh : drg. Gunawan S, Sp. Pros
Editor : Dina Anisawati
Treatment can range from the fairly straight forward restoration of a single tooth with a
cast crown) or prosthesis or implant supported restoration to a highly complex
restoration involving all the teeth in an entire arch.
Perawatan dapat berkisar dari restorasi gigi tunggal dengan mahkota gigi) atau
prosthesis atau restorasi yang didukung oleh implan hingga restorasi yang sangat
kompleks yang melibatkan semua gigi di seluruh lengkung.
Penggantian gigi dengan perawatan GTC tidak hanya meliputi penggantian 1 gigi
untuk kasus sederhana tetapi juga pada kasus yang sangat kompleks. Hal tersebut
bisa melibatkan beberapa macam jenis GTC/ compound bridge/ combined bridge/
penggantian gigi dengan abutment implan/ mengganti seluruh gigi pada 1 rahang
(melibatkan 14 gigi).
Untuk ranah drg GP adalah GTC sederhana/ GTC konvensional, pada penggantian
1 gigi dengan 2 penyangga di bagian sisi mesial-distal.
Penjelasan :
a. Removable Partial Denture/ gigi tiruan sebagian lepasan
indicated for edentulous spaces greater than two posterior teeth, anterior spaces greater
than four incisors, or spaces that include a canine and two other contiguous teeth; ie,
central incisor, lateral incisor, and canine; lateral incisor, canine, and first premolar; or
the canine and both premolars.
Indikasi khusus: kehilangan lebih dari 2 gigi posterior yang letaknya
berdampingan.
Contoh : kehilangan gigi 5 ke 6 yang letaknya berdampingan maka tidak bisa
dibuatkan GTC pada kasus tersebut. Atau kehilangan gigi anterior yang
melibatkan lebih dari 4 gigi insisivus atau kehilangan gigi yang melibatkan 3 gigi
anterior yang melibatkan gigi caninus dan dua gigi yang letaknya di sebelahnya
19
Contoh ; kehilangan gigi 1,2,3, atau 2,3,4 tidak bisa dibuatkan GTC, harus
melakukan perawatan jenis gigi tiruan sebagian lepasan/GTSL
Sangat cocok untuk digunakan di mana terdapat jumlah gigi penyangga yang
kurang atau kekuatan yang tidak memadai dalam penyangga untuk mendukung
gigi tiruan parsial tetap konvensional, dan ketika sikap pasien dan / atau
kombinasi faktor-faktor intraoral membuat gigi tiruan sebagian yang dapat
dilepas menjadi pilihan yang buruk, Gigi palsu parsial cekat yang didukung oleh
implan dapat digunakan dalam penggantian gigi saat tidak ada penyangga di
bagian distal.
Adalah pewaran yang lebih kompleks pada GTC, melibatkan implan yang
digunakan sebagai abutmennya. Pada kasus kehilangan gigi panjang seperti
kehilangan 4 gigi anterior dimana gigi i2 kanan kiri hilang yang merupakan
kontraindikasi GTC konvensional, kita bisa bikin GTC dengan memasang implant
sebagai abutmenntnya di gigi 11 atau 21 kanan kiri atau pada kehilangan gigi
posterior, kehilangan 2 gigi yang letaknya berurutan ( gigi 5 atau 6) maka bisa
menanam implant disitu, atau juga pada kasus kelas 1 dan 2 yang merupakan
kehilangan gigi free end di bagian posteriornya, jadi misal kehilangan gigi 7, 6,7,
kita bisa pasang implant di gigi 7 nya lalu bikin gtc konvensional 3 unit dengan
penyangga gigi 5 dan gigi 7 implan sebagai abutmentnya.
20
e. No Prosthetic Treatment
If a patient presents with a long-standing edentulous space into which there has been
little or no drifting or elongation of the adjacent or opposing teeth If the patient
perceives no functional, occlusal, or esthetic impairment
(left to the patient's wishes--congratulate the patient for being fortunate)
Jika seorang pasien datang dengan ruang edentulous yang telah lama ada di
mana ada sedikit atau tidak ada pergeseran atau perpanjangan dari gigi yang
berdekatan atau berlawanan Jika pasien tidak merasakan gangguan fungsional,
oklusal, atau estetika
(diserahkan ke keinginan pasien lagi)
Kadang justru walaupun sangat jarang, tidak dilakukan perawatan merupakan
pilihan, yaitu pada kasus dimana tidak ada atau tidak terjadi pergerakan gigi
penyangga/ antagonisnya, apabila syarat GTS tidak terpenuhi seperti OH jelek
merupakan kontraindikasi kadang-kadang tidak dilakukan perawatan adalah
suatu piihan walaupun jarang sekali ditemui.
b) Adanya gigi yang sehat yang dapat menawarkan dukungan yang cukup berdekatan
dengan ruang edentulous ( gigi penyangga masih cukup kuat untuk dijadikan
abutment guna mendukung gigi tiruan)
jika gigi penyangga penyakit periodontal, maka tidak dapat dojadikan sebagai
penyangga/ abuutment.
c) Kasus-kasus dengan resorpsi di mana gigi tiruan sebagian yang dilepas tidak bisa
stabil atau retentif.
jika resorpsi, maka akan mempengaruhi stabilisasi apabila kita membuat GT
lepasan, maka GT Lepasan akan cenderung goyah. Jika resorpsi parah bisa
bergeser ke arah bukal, lingual, dll lebih baik memakai GTC dengan penyangga
gigi anterior-posteriornya.
e) Pasien dengan gangguan mental dan cacat fisik yang tidak dapat mempertahankan
protesa lepasan.
Masalah mental (tidak bisa rutin melakukan pembersihan gigi tiruan lepasan
misalnya pakai GTC yang memerlukan pembersihan minimal daripada GTSL)
b) Pasien yang sangat muda di mana gigi memiliki ruang pulpa besar.
pada bahan PFM misalnya, kita perlu mebgurangi jaringan gigi yang sehat
kurang lebih 1,5 mm apabila tanduk pulpa tinggi bisa sebabkan perforasi dan
menciderai pulpa.
Selain itu pada pasien muda perkembangan rahangnya belum berhenti, saat
melakukan perawatan GTC dapat berfungsi sebagai splinting. Misal dilakukan
GTC pada satu sisi jadi perkembangan rahang antara sisi rahang yang di GTC
dengan yang tidak di GTC akan berbeda.
Usia aman untuk perawatan GTC adalah pertengahan 20-an, dimana tanduk
pulpa sudah tidak tinggi dan fase perkembangan rahang sudah berhenti.
f) Gigi cacat bawaan, yang tidak memiliki struktur gigi yang memadai untuk
menawarkan dukungan/ / gigi yang alami gangguan perkembangan rasio
mahkota klinis : akar tidak ideal/kurang. Idelanya rasio mahkota : panjang akar
adalah 1:1 tapi biasanya kalau drg Gun tidak menyarankan karena masih kurang
22
aman. Misal panjang mahkota 5 cm dan panjang akar rongten 5 cm secara teori
aman, tapi beliau tidak menganjurkan secara klinisnya
Paling aman ratio mahkota klinis : akar, adalah 1 : 1,5 (lebih aman untuk
kesehatan gigi abutment)
g) Pasien yang sensitif secara mental yang tidak dapat bekerja sama dengan prosedur
perawatan invasif.
pada pasien yang tidak kooperatif untuk dilakukan perawatan invasif karena
kita memerlukan pengurangan jaringan yang cukup besar pada GTC, misal pada
pasien yang menolak untuk dianestesi padahal dia merasa sakit saat dilakukan
preparasi atau pada pasien kelainan mental lainnya.
j) Basis ekstensi gigitiruan distal seperti pada kasus kelas I dan II (pada kasus free
end, pada kelas 1 atau II kalsifikasi kenedy kehilangan gigi paling posterior)
Misal kehilangan gigi 7 dan 6 kita tidak bisa melakukan perawatan GTC
walaupun pakai desain cantilever (dengan penyangga 2 gigi depannya) karena
beban yang diterima gigi penyangga akan tidak seimbang prognosa jelek.
Lebih aman pakai GTC.
V. History
All pertinent information concerning the reasons for seeking treatment,
Along with any personal information, including relevant previous
Medical and dental experiences
The chief complaint should be recorded, preferably in the patient’s own words
Not an “ideal” treatment but special attention must be given to how the chief complaint
can be resolved
23
Medical History/ riwayat kesehatan secara umum
1. Conditions affecting the treatment methods (e.g.,the use of antibiotic premedication,
any use of steroids or anticoagulants,and any previous allergic responses to medication
or dental materials).
2. Conditions affecting the treatment plan (e.g., previous radiation therapy, hemorrhagic
disorders, extremes of age, and terminal illness).
3. Systemic conditions with oral manifestations (e.g. periodontitis may be modified by
diabetes, menopause, pregnancy, or the use of anticonvulsant drugs
4. Possible risk factors to the dentist and auxiliary personnel (e.g., patients who are
suspected or confirmed carriers of hepatitis B, acquired immunodeficiency syndrome,
or syphilis).
3. Kondisi sistemik dengan manifestasi oral (mis. Periodontitis dapat dipicu oleh
diabetes, menopause, kehamilan, atau penggunaan obat antikonvulsan).
Periodontitis lebih sering dijumpai pada DM tak terkontrol.
4. Faktor-faktor risiko yang mungkin untuk dokter gigi dan personel pembantu (mis.,
Pasien yang diduga atau dikonfirmasi sebagai pembawa hepatitis B, memperoleh
sindrom imunodefisiensi, atau sifilis).
Kemungkinan faktor risiko yang akan diterima drg. Perawat gigi, misal pada
pasien yang alami penyakit infeksi/menular seperti Hepatitis, AIDS, dll maka
kita harus memberikan perhatian lebih supaya dapat mencegah penularan
infeksi tersebut.
Dental History
Periodontal history
Restorative history
Endodontic history
Orthodontic history
Removable prosthodontic history
Oral surgical history
Radiographic history
Temporomandibular joint dysfunction history
Pasien harus menceritakan riwayat perawatan gigi yang telah dilakukan meliputi
perawatan penakit perio, restorasi, ortho, riwayat pencabutan gigi terdahulu, dll.
24
Examination
An examination consists of the clinician’s use of sight, touch, and hearing to detect
conditions outside the normal range
a) General Examination: The patient’s general appearance, gait, and weight, Vital
sign (respiration, pulse, temperature, and blood pressure)
b) Extraoral Examination: facial asymmetry, Cervical lymph nodes, TMJs and the
muscles of mastication.
a) Pemeriksaan Umum: Penampilan umum, gaya berjalan, dan berat badan, tanda
vital (pernapasan, denyut nadi, suhu, dan tekanan darah)
b) Pemeriksaan Ekstra: asimetri wajah, kelenjar getah bening serviks, TMJ dan otot
pengunyahan.
c) Pemeriksaan Intraoral: pemeriksaan periodontal, pemeriksaan oklusal,
Pemeriksaan Radiografi, Tes Vitalitas.
Diagnostic Casts
Adalah pencetakan untuk membuat model study (diluar RM) tentang rotasi gigi,
inklinasi gigi, panjang mahkota klinis, dll. Supaya bisa menelaah lebih lanjut keadaan
rongga mulut pasien untuk melakukan rencana perawatan selanjutnya.
To assess the dimensions of the edentulous space.
The height, rotations, inclination of the abutment teeth can be observed.
The number, size and position of wear facets can be seen.
It gives an idea about the occlusion and the morphology of the opposing teeth. It
also guides us in determining the amount of occlusal load
Radiographic Examination
o The number, size and location of caries.
o Evidence of caries beneath existing restorations.
o The level of alveolar bone.
o Crown-root ratio of the abutment teeth.
o Morphology of the roots of the abutment teeth.
o Quality of endodontic restorations.
o Width of the periodontal ligament space.
o Presence of any root stumps in the edentulous area.
o Thickness of the soft tissues in the edentulous area.
25
o ketinggian tulang alveolar.
o Rasio mahkota klinis -akar dari gigi penyangga.
o Morfologi akar gigi penyangga.
o Kualitas restorasi endodontik.
o Lebar ruang ligamen periodontal.
o Adanya sisa akar di area edentulous.
o Ketebalan jaringan lunak di daerah edentulous.
Rongten yang dipakai untuk GTC biasnya periapikal. Hanya butuh 3 gigi
yaitu gigi penyangga dan daerah yang edentulus.
Untuk membantu menegakkan rencana perawatan GTC
Lalu, Data-data yang sudah terkumpul dari berbagai pemeriksaan subjektif dan
objektif akan digunakan untuk mendapatkan kesimpulan berupa prognosa/ ramalan
perjalanan penyakit apabila kita memberikan suatu tindakan terhadap penyakit
tersebut.
VI. Prognosis
An estimation of the likely course of a disease.
The prognosis of dental disorders is influenced by general factors (age of the patient,
lowered resistance of the oral environment) and local factors (forces applied to a given
tooth, access for oral hygiene measures).
Prognosis pada penyakit gigi dipengaruhi oleh faktor umum (usia pasien, penurunan
resistensi terhadap lingkungan mulut) dan faktor lokal (kekuatan yang diterapkan pada
gigi tertentu, akses untuk tindakan kebersihan mulut).
General Factors
- The overall caries rate of the patient’s dentition
- Systemic problems
- The history and success of previous dental treatments.
Local Factor
- the load distribution in the dentition
- Impactions adjacent to a molar
- Individual tooth mobility, root angulation, root structure, crown/root ratios, and
many other variables
26
Prosthodontic Diagnostic Index (PDI) for the Partially Edentulous and the
Completely Dentate Patient.
For each index, four categories, Class I to Class IV: Class I (uncomplicated), class
II (moderately compromised), class III (substantially compromised) and Class IV
(a complex clinical situation)
Untuk setiap indeks, empat kategori, Kelas I ke Kelas IV: Kelas I (perawatan
sangat sederhana), kelas II (cukup dikompromikan), kelas III (sangat
dikompromikan) dan Kelas IV (situasi klinis yang kompleks butuh kerjasama
dengan praktisi kesehatan lainnya)
Kesalahan kedua biasanya kesalahan mekanis dari GTCnya, msial gigi tiruan pata,
Porselen yang terlepas kesalahan saat prosesing di lab. Harus membuat GTC baru
dan perlu kerja sama dengan lab untuk perbaikan.
27
Kesalahan ketiga adalah yang bisa dilihat di dalam rongga mulut seperti iritasi gusi,
timbul penyakit periodontal. Penyebabnya bisa karena retensi plak atau bentuk akhiran
yang tidak tepat.
Selain itu juga sering didapati karies sekunder pada gigi abutment jika memilih retainer
yang kurang tepat,
atau pada kesalahan preparasi yang terlalu banyak dapat menyebabkan nekrosis (beban
oklusal berlebih pada gigi penyangga lalu dapat nekrosis)
28
Removing a failed fixed partial denture
If a permanent prosthesis fails, it can be removed by the following methods:
1. Using a crown remover (Back action or spring activated).
2. Using a straight chisel.
3. Using a brass ligature wire
4. Using a screw thread
5. Using a Richwil crown remover
6. Using a haemostat
7. Using an ultrasonic scaler tip
8. By cutting the retainer with a bur.
29
30
PEMILIHAN DAN PENGATURAN ANASIR GTL
Oleh: drg. Gunawan S, Sp.Pros.
Editor : Nisrina Nada Isnaini
Note : mohon maaf apabila isi editan modul ini hanya berupa terjemahan ppt, dikarenakan tidak ada penjelasan secara utuh, video
materi hanya tersedia dlm 3 menit. Terimakasih atas pengertiannya.
SYARAT ANASIR :
1. Mampu berikatan dengan baik dengan bahan pembuat basis gigi tiruan.
2. Memiliki resistensi terhadap cairang rongga mulut.
3. Mampu bertahan terhadap kekuatan pengunyahan.
4. Tahan terhadap abrasi
5. Memiliki tempilan estetis, translusen, ketabilan warna tekstur dan sifat lain yang
menimbulkan kesan natural gigi.
6. Mudah dipasang dan dilepas apabila diperlukan reparasi.
Insisivus Sentral RA
o Sumbu panjang gigi insisivus sentral (garis biru) diposisikan sejajar dengan sumbu
vertikal
o Pin tengah artikulator akan menunjukkan tepi garis insisal mesio dari gigi insisivus
sentral
o Bila dilihat dari
Depan : Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal
Samping : Kemiringan lereng sekitar 15 °
Bidang oklusal: Incisal edge bersentuhan dengan bidang oklusal
31
Maxillary Lateral Incisor
o The long axis of the lateral incisor (green line) is placed slightly inclined to the
vertical axis (red line) The incisal edge of the maxillary lateral incisor is placed
slightly short of the occlusal plane (marked as yellow line)
o When viewed from
Front: Long axis slopes towards midline at incisal edge.
Side: Slopes labially about 20°.
Occlusal plane: Incisal edge is 1 mm short of occlusal plane
o The long axis of the tooth is tilted towards the midline when viewed from the front.
o The long axis of the tooth is sloping labially when viewed from the side. The
inclination of the slope is greater than that of the central incisor.
o The incisal edge is 2 mm above the level of the occlusal plane. And the edge is tilted
towards the midline.
Insisivus Lateral RA
o Sumbu panjang gigi insisivus lateral (garis hijau) ditempatkan sedikit condong ke
sumbu vertikal (garis merah) Tepi gigi insisivus lateral rahang atas ditempatkan
agak pendek dari bidang oklusal (ditandai sebagai garis kuning)
o Bila dilihat dari :
Depan: Sumbu panjang miring ke arah garis tengah di tepi insisal.
Samping: Kemiringan lereng sekitar 20 °.
Bidang Oklusal: Pinggiran insisal lebih pendek 1 mm dari bidang oklusal
o Sumbu panjang gigi dimiringkan ke arah garis tengah bila dilihat dari depan.
o Sumbu panjang gigi miring ke bawah jika dilihat dari samping. Kemiringan lereng
lebih besar dari pada incisor sentral.
o Tepi insisal 2 mm di atas permukaan bidang oklusal. Dan ujungnya miring ke arah
garis tengah.
32
Maxillary Canine
o The long axis of the maxillary canine (yellow line) should be parallel to the
vertical axis (red line) when viewed from the front. The cervical part of the
maxillary canine is placed more prominent when compared to the incisal
aspect when viewed from the front
o The long axis of the maxillary canine (yellow line) should be parallel to the
vertical axis (red line) when viewed from the side
o When viewed from
Front: Long axis parallel towards the vertical axis.
Side: Long axis parallel towards the vertical axis.
Occlusal plane: Cuspid tip is in contact with occlusal plane
Caninus RA
o Sumbu panjang caninus rahang atas (garis kuning) harus sejajar dengan
sumbu vertikal (garis merah) bila dilihat dari depan. Bagian serviks dari
caninus rahang atas ditempatkan lebih menonjol jika dibandingkan dengan
aspek insisal bila dilihat dari depan.
o Sumbu panjang taring rahang atas (garis kuning) harus sejajar dengan
sumbu vertikal (garis merah) jika dilihat dari samping.
o Bila dilihat dari
Depan: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
Samping : Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
Bidang oklusal: Ujung cuspid bersentuhan dengan bidang oklusal
33
Mandibular Central Incisor
o The long axis of the tooth (blue line) is placed parallel to the vertical axis
(red line). The incisal edge of the teeth is placed 0.5 mm above the occlusal
plane (black line) when viewed from the front
o The incisal edge of the mandibular lateral incisor is placed slightly labially
when viewed from the side
o When viewed from
Front: Long axis inclines slightly towards the vertical axis.
Side: Slopes labially.
Occlusal plane: Incisal edge is 0.5—1 mm above the occlusal plane
Insisivus Sentral RB
o Sumbu panjang gigi insisivus lateral (garis biru) diletakkan sejajar dengan
sumbu vertikal (garis merah). Tepi gigi yang insisal ditempatkan 0,5 mm di
atas bidang oklusal (garis hitam) bila dilihat dari depan
o Ujung insisal dari insisivus lateral mandibula ditempatkan sedikit labial bila
dilihat dari samping
o Bila dilihat dari
Depan: Sumbu panjang condong sedikit ke arah sumbu vertikal.
Samping : Lereng secara labially.
Bidang oklusal: Tepi insisal adalah 0,5-1 mm di atas bidang oklusal
34
Insisivus Lateral RB
o Sumbu panjang gigi insisivus lateral mandibula (garis hijau) ditempatkan
sejajar dengan sumbu vertikal (garis merah) dan tepi insisal ditempatkan 0,5-1
mm di atas bidang oklusal bila dilihat dari depan.
o Ujung insisal gigi insisivus lateral mandibula diletakkan lurus bila dilihat dari
samping
o Bila dilihat dari
Depan: Sumbu panjang condong ke arah sumbu vertikal.
Samping : Kemiringan secara labial kurang dari gigi seri sentral.
Bidang oklusal: Tepi insisal adalah 0,5-1 mm di atas bidang oklusal
Mandibular Canine
o The cuspid tip of the mandibular canine is placed 0.5—1 mm over the occlusal
plane and long axis of the mandibular canine is inclined mesially when viewed
from the front
o The cuspid tip of the mandibular canine slopes slightly lingually when viewed
from the side
o When viewed from
Front: Long axis inclined towards midline.
Side: Slopes lingually.
Occlusal plane: Cuspid tip is 0.5—1 mm above the occlusal plane
Caninus RB
o Ujung cuspid dari caninus mandibula ditempatkan 0,5-1 mm di atas bidang
oklusal dan sumbu panjang caninus mandibula condong ke mesial bila dilihat
dari depan.
o Ujung gigi caninus mandibula miring sedikit secara lingual jika dilihat dari
samping
o Bila dilihat dari
Depan: Sumbu panjang condong ke garis tengah.
Samping : landai pada bagian lingual.
Bidang oklusal: Tip cuspid adalah 0,5-1 mm di atas bidang oklusal
35
Maxillary First Premolar
o The long axis of the maxillary first premolar (blue line) is parallel to he vertical axis
(red line
o When viewed from
Front: Long axis parallel towards the vertical axis.
Side: Long axis parallel towards the vertical axis .
Occlusal plane: Buccal cusp is in contact with occlusal plane and palatal cusp
1mm short of occlusal plane
Premolar 1 RA
o Sumbu panjang premolar pertama rahang atas (garis biru) sejajar dengan sumbu
vertikal (garis merah)
o Bila dilihat dari
Depan: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
Samping : Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
Bidang oklusal: Buccal cusp bersentuhan dengan bidang oklusal dan palatal cusp
1mm pendek dari bidang oklusal
36
Maxillary Second Premolar
o The long axis of the maxillary second premolar (green line) should be parallel to the
vertical axis—red line
o The buccal surface of the maxillary second premolar is barely visible when the patient
smiles when viewed from the front
o When viewed from
Front: Long axis parallel towards the vertical axis.
Side: Long axis parallel towards the vertical axis.
Occlusal plane: Both buccal cusp and palatal cusp is in contact
with occlusal plane
Premolar 2 RA
o Sumbu panjang premolar kedua rahang atas (garis hijau) harus sejajar dengan sumbu
vertikal (garis merah)
o Permukaan bukal dari gigi premolar kedua rahang atas hampir tidak terlihat ketika
pasien tersenyum ketika dilihat dari depan
o Bila dilihat dari
Depan: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
Samping: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
Bidang oklusal: Baik buccal cusp dan palatal cusp bersentuhan dengan bidang
oklusal
Molar 1 RA
o Sumbu panjang gigi molar pertama rahang atas (garis kuning) condong ke arah distal
terkait dengan sumbu vertikal (garis merah). Hanya puncak mesiopalatal yang
bersentuhan dengan bidang oklusal — garis hitam
o Molar pertama rahang atas sedikit condong bila dilihat dari depan. Ketika pasien
tersenyum, permukaan bukal yang sangat minimal harus terlihat ketika dilihat dari
depan
o Bila dilihat dari
Depan: Kemiringan sumbu panjang bucal.
Sampng : Kemiringan sumbu panjang secara distal.
37
Bidang oklusal: Hanya mesiopalatal cusp yang berkontak dengan bidang oklusal
Molar 2 RA
o Sumbu panjang molar kedua rahang atas (garis biru) cenderung condong terhadap
sumbu vertikal (garis merah) bila dilihat dari depan.
o Bila dilihat dari
Depan: Lereng sumbu panjang lebih curam dari molar pertama.
Samping: Kemiringan sumbu panjang secara distal lebih curam daripada molar
pertama.
Bidang oklusal: Hanya cusp mesiopalatal yang paling dekat dengan oklusal
Premolar 1 RB
o Sumbu panjang premolar pertama mandibula harus cenderung ke lingual ketika dilihat
dari depan. Permukaan bukal gigi harus hampir tidak terlihat ketika dilihat dari depan
o Jika dilihat dari
Depan: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
Samping: Sumbu panjang sejajar dengan sumbu vertikal.
38
Bidang oklusal: Puncak Lingual di bawah bidang horizontal, bukal puncak adalah 2
mm di atas bidang oklusal.
Kontak oklusal: Buccal cusp menghubungi ridge marginal mesial premolar pertama
atas
Illustration of mandibular
first premolar in all three
planes
Premolar 2 RB
o Premolar kedua mandibula ditempatkan sejajar dengan sumbu vertikal bila dilihat dari
depan. Premolar kedua mandibula ditempatkan di antara premolar pertama dan kedua
rahang atas
o Premolar kedua mandibula ditempatkan sedikit cenderung lingual bila dilihat dari
depan
o Alur sentral dari premolar kedua mandibula bawah bersentuhan dengan puncak palatal
dari premolar kedua rahang atas jika dilihat secara lingual
o Bila dilihat dari
Depan: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal
Samping : Sumbu panjang paralel ke arah ke arah vertikal.
Bidang oklusal: Kedua cusps sekitar 2mm di atas bidang oklusal.
39
Kontak oklusal: Buccal cusp yang menghubungi fossa antara dua premolar atas
Molar 1 RB
o Fossa sentral dari molar pertama mandibula ditempatkan di sepanjang garis referensi
(garis kuning)
o Puncak mesiobukal molar pertama rahang atas (panah biru) harus bersandar pada alur
mesiobukal molar pertama mandibula (panah kuning).
o Jika dilihat dari
Depan: Sumbu panjang bersandar di lingual.
Samping : Sumbu panjang condong ke depan.
Bidang oklusal: Semua cusps berada pada level yang lebih tinggi dari premolar
kedua, cucps buccal dan distal lebih tinggi dari dua cusps lainnya.
Kontak oklusal: Titik mesiobukal berkontak di fossa
Molar 2 RB
o Molar kedua mandibula diposisikan di tepi oklusi sedemikian rupa sehingga fossa
pusat atau alur molar kedua sejalan dengan garis referensi (garis kuning)
o Titik puncak mesiobukal dari molar maksila harus bersandar pada alur mesiobukal dari
molar kedua mandibula.
o Bila dilihat dari
Depan: Sumbu panjang lebih condong ke lingual
Samping: Sumbu panjang bersandar lebih mesial.
Bidang oklusal: Semua cusps berada pada level yang lebih tinggi dari molar
pertama, cucps buccal dan distal lebih tinggi dari dua cusps lainnya.
Kontak oklusal: Titik mesiobukal terhampar di fossa antara dua molar atas
The determination of the occlusal plane is one of the most important steps in prosthodontic
rehabilitation of edentulous patients.
The position of the occlusal plane forms the basis for ideal tooth arrangement.
The three dimensional arrangements of dental cusps and incisal edges inthe natural human
dentition are classically described as spherical, with the occlusal surfaces of all teeth touching
a segment of the surface of a sphere, calledthe curve of Monson.
Penentuan bidang oklusal adalah salah satu langkah terpenting dalam rehabilitasi
prostodontik pasien edentulous.
Posisi bidang oklusal membentuk dasar untuk pengaturan gigi yang ideal.
Susunan tiga dimensi dari cusp gigi dan tepi insisal dalam pertumbuhan gigi manusia
secara klasik digambarkan sebagai bola, dengan permukaan oklusal dari semua gigi
yang menyentuh segmen permukaan bola, yang disebut kurva Monson.
It is divided into an anteroposterior curve called the curve of Spee and a mediolateral curve
called the curve of Wilson.
Reestablishment of these curves of natural dentition is essential duringehabilitation of a
patient in prosthodontics. Replacement of natural occlusalcurves with artificial teeth are
collectively known as compensating curves
Dibagi menjadi kurva anteroposterior yang disebut kurva Spee dan kurva mediolateral
yang disebut kurva Wilson.
Est Pemantapan kembali kurva gigi-geligi alami ini penting selama stabilisasi pasien
dalam prostodontik. Penggantian oklusalcurves alami dengan gigi tiruan secara kolektif
dikenal sebagai kurva kompensasi
41
in the region of the glabella. if jaw development was ideal, an equilateral triangle
would be formed by straight lines drawn connecting the centers of both condyles and
connecting these centers and a point at the mesioincisal angle of the lower central
incisors. – Bonwill.
The points on the lower jaw teeth which move in contact with those in the skull lie on
the surface of a sphere.- Von Spee.
Ini adalah kurva oklusi ideal yang diusulkan dimana setiap tepi (cusp) dan tepi
insisal menyentuh atau sesuai dengan segmen permukaan bola berdiameter 8 inci
dengan pusatnya di wilayah glabella. jika perkembangan rahang ideal, segitiga
sama sisi akan dibentuk oleh garis lurus yang ditarik yang menghubungkan pusat
kedua kondilus dan menghubungkan pusat-pusat ini dan titik di sudut
mesioincisal dari gigi seri tengah bawah. - Bonwill.
Titik-titik pada gigi rahang bawah yang bergerak bersentuhan dengan yang ada
di tengkorak terletak pada permukaan bola.- Von Spee.
A. BONWILL THEORY
Bonwill’s theory is also known as the Theory of equilateral triangle according to
which, the distance between the condyles is equal to the distance between the condyle
and the midpoint of the mandibular incisors (incisal point).
An equilateral triangle is formed between the two condyles and the incisal point.
Theoretically, the dimension of the equilateral triangle is 4 inches
Teori Bonwill juga dikenal sebagai Teori segitiga sama sisi yang dengannya,
jarak antara kondilus sama dengan jarak antara kondilus dan titik tengah
insisivus rahang bawah (titik insisal).
Triangle Segitiga sama sisi terbentuk antara dua kondilus dan titik insisal. Secara
teoritis, dimensi segitiga sama sisi adalah 4 inci
42
Kurva Wilson juga memungkinkan kunjungan mandibula lateral yang bebas dari
gangguan posterior
CURVE OF WILSON
The curve of Wilson results from lingual inclination of the mandibular posterior
teeth, making the lingual cusps lower than buccal cusps on the mandibular arch; the
buccal cusps are higher than palatal cusps on the maxillary arch because of the
buccal inclination of maxillary posterior teeth.
Kurva Wilson dihasilkan dari inklinasi lingual gigi posterior mandibula,
membuat cingus lingual lebih rendah dari cucp bukal pada lengkung rahang
bawah; cusp bukal lebih tinggi dari cusp palatal pada lengkung rahang atas
karena inklinasi bukal gigi posterior rahang atas.
43
Role of Curve of Spee in mastication :
a. Osborn reported that the curve of Spee had a positive correlation with the
inclination of masseter muscle. This forward tilt of the mandibular posterior teeth
arrangement maximizes the muscular efficiency during chewing.
b. The axis of each lower tooth on the curve of Spee is aligned nearly parallel to its
individual arc of closure around the condylar axis to align each tooth for
maximum resistance to functional loading
Peran Kurva Spee dalam pengunyahan
a. Osborn melaporkan bahwa kurva Spee memiliki korelasi positif dengan
kecenderungan otot masseter. Kemiringan maju ini dari susunan gigi
posterior mandibula memaksimalkan otot efisiensi selama mengunyah.
b. Sumbu dari setiap gigi bawah pada kurva Spee hampir lurus sejajar dengan
busur penutupannya sendiri di sekitar sumbu condylar ke sejajarkan setiap
gigi untuk ketahanan maksimum terhadap pemuatan fungsional
44
45
GTS IMIDIAT DAN GTS INKONVENSIONAL
Oleh drg. Gunawan Sri Sarjono, Sp.Pros
Editor : Nanik Hidayanti
Note :
Gts immediate bisa dipasang langsung segera setelah pencabutan. Tidak semua GTS bisa
langsung digunakan, ada yang harus menunggu waktu yang lama. gts immediate dibikin
sebelum pencabutan pasien datang pertama kali dicetak model studynya hilangkan gigi
yang akan dilakukan pencabutan (dipotong giginya) dikirim ke lab butuh waktu seminggu
gts nya jadi pasien datang dicabut giginya gts langsung dipasang bisa dipasang segera
setelah pencabutan dilakukan dengan teknik yang benar.
Gts inkonvensional sudah jarang digunakan gts ini merupakan perkembangan dari gts.
Dulu bahan gts hanya satu yaitu resin akrilik resin akrilik memiliki banyak kelemahan
sehingga orang terdahulu berusaha untuk mengatasi kelemahan itu dengan Teknik-teknik
inkonvensional ataupun lainnya.
Type:
1. Temporary Immediate Partial Denture: in cases where the permanent immediate
partial denture is likely to become ill fitting due to more than normal bone resorption..
Gigi tiruan sebagian immediate temporary: dalam kasus-kasus di mana gigi tiruan
sebagian immediate permanen cenderung menjadi tidak pas karena resorpsi tulang
lebih dari normal.
Note :
Gigi tiruan sebagian immediate temporary digunakan hanya sementara saja , pada
proses pencabutan ada proses healing (pemulihan) yang berlangsung sekitar 5-6
minggu setelah fase healing akan diikuti fase remodeling (pada saar fase remodeling
diikuti oleh resorspsi tulang alveolar, sehingga normal jika setelah pencabutan alveolar
crest menjadi mengecil). Biasanya gigi tiruan immediate dibikin sebelum fase
remodeling gigi tiruan tersebut akan tidak retentive lagi karena alveolar crestnya
sudah berkurang. Sehingga tipe Temporary Immediate Partial Denture direncanakan
untuk sementara saja. Hal itu juga menjadi alasan waktu ideal membuat gigi tiruan itu
diatas 6 minggu setelah pencabutan karena fase remodeling setelah 6 minggu itu
akan berjalan lebih lambat sehingga bisa membuat gigi tiruan yang lebih bagus. Tapi
5-6 minggu akan dirasa sangat lama jika untuk kasus-kasus kehilangan gigi anterior
karena akan mengganggu psikologisnya dari pasien.
46
Pada kasus-kasus tertentu, temporary fase remodelingnya berjalan lambat
sehingga tidak terlalu banyak berubah kondisi alveolar ridgenya sehingga bisa
dipake terus atau mengadakan relining jika secara estetis, fungsi, stabilisasi, retensinya
baik gigi tiruan sementara ini bisa dipakai terus tanpa diganti. Biasanya pada pasien
usia lansia proses regenerasi berjalan lambat.
2. Permanent Immediate Partial Denture in cases where the bone resorption is expected
to be less and the denture prognosis is good.
Gigi tiruan sebagian immediate permanen dalam kasus-kasus di mana resorpsi tulang
diharapkan lebih sedikit dan prognosis gigi tiruannya baik.
Prosedur Pembuatan
Persiapan :
1. Rekaman pra pencabutan :
Warna gigi, bentuk dan ukuran
Posisi / inklinasi gigi asli
2. Model studi :
Diperlukan sebelum gigi dicabut membantu penelaah gigi yang akan dicabut
3. Preparasi pendahuluan dalam mulut
Tempat sandaran oklusal
Permukaan oklusal, axial bidang bimbing sehingga pemasangan dan
pengeluaran protesa menjadi lebih mudah
Bidang proksimal gigi yg akan dicabut , shg batas antara gigi yg akan dicabut
dgn tetangganya lebih jelas.
4. Model kerja setelah semua preparasi dilakukan dicetak kembali untuk
mendapatkan model kerja
5. Model kerja rahang atas dan bawah dipasang di articulator
Prosedur Laboratoris
Tingkat keberhasilan - kegagalan pemasangan gigi tiruan tergantung pada :
47
Pengikisan /peradiran permukaan model kerja
Macam/cara pengikisan tergantung pada macam gigi tiruan yang akan dibuat
Intruksi
1. Pasien dianjurkan kontrol 1 hari berikutnya/ setelah pemasangan
2. Pasien diminta tidak melepas gigi tiruannya selama 24 jam
Note : Pasien tidak boleh melepas sendiri apapun kondisi yang trejadi kecuali
pada kondisi sakit yang tidak tertahan, perdarahan yang terus menerus, pasien bisa
kontrol segera. Tapi apabila proses penyembuhan berjalan dengan normal, maka
bisa kontrol 1 hari berikutnya/setelah pemasangan. Kenapa 1 hari
berikutnya/setelah pemasangan ? karena biasanya proses perdarahannya akan
berhenti jendalan darah yang menutup luka akan lebih stabil sehingga pada
saat lepas gts nya jendalan darah tersebut tidak ikut lepas.
3. Pasien melakukan diet lunak tidak trauma
Note : agar terjadi pembentukan jendalan darah.
4. Tidak makan makanan panas yang mengurangi pendarahan
Note : karena makanan yang panas akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
sehingga bisa memperparah perdarahan.
5. Tidak kumur dengan keras bekuan darah tidak lepas
6. Bila tersa sakit karena anestesi hilang minum obat analgetik
48
Note : walaupun belum sakit, pasien boleh minum analgetik karena anestesi
yang normal akan berjalan sekitar 2-3 jam sehingga jika 1 jam setelah
pencabutan, walaupun tidak terasa sakit, pasien bisa diinstruksikan untuk minum
analgetik. Analgetik digunakan ketika hanya diperlukan saja.
Kontrol I
1. Kontrol sehari setelah pemasangan , gigi tiruan dibuka, kemudian luka bekas
pencabutan diperiksa lakukan irigasi saline
Note: gigi tiruan dibuka oleh dokter gigi, tidak boleh pasien sehingga dokter
gigi bisa melihat luka bekas pencabutan, kondisi jaringan dibawah gigi tiruan
bisa dievaluasi. Bila perlu melakukan irigasi untuk membersihkan sisa
makanan, debris-debris, sehingga bisa mengontrol luka bekas pencabutan
2. Jika terjadi pembengkakan akibat trauma oklusi biasanya pada regio C maka
dilihat letak trauma, jika perlu gigi tiruan yg menekan dikurangi ketinggian
platnya
3. Pasien diberitahu cara pemasangan dan pelepasan gigi tiruan, diintruksikan agar
dipakai siang dan malam selama 1 minggu
4. Pasien diberitahu agar tidak makan makanan keras selama 1 minggu setelah itu
normal, hal ini untuk membantu mempercepat penyembuhan luka. Lakukan
kumur dengan saline normal yaitu 1 sendok teh garam ditambah air 1 gelas,
diintruksikan untuk kumur 3 – 4 x sehari
Kontrol II
1. Dilakukan 7 hari setelah pencabutan atau operasi atau pemakaian gigi tiruan.
Jika dilakukan operasi dan suturing maka kontrol ke II benang diambil
2. Lakukan pengecekan dan koreksi oklusi, pada bagian yang ganjel/tidak nyaman
Note : biasanya pada control ke II jaringan lebih stabil, luka bekas
pencabutan hampir sudah tertutup sempurna, jendalan darah sudah cukup kuat
sehingga pasien bisa diinstruksikan untuk oklusi yang normal.
3. Jika terjadi resorbsi lakukan pelapisan, 1 bulan sesudahnya dibuatkan gigi
tiruan yang baru
Note : Jika perlu pasien diinstruksikan kontrol untuk 1 bulan / apabila ada
keluhan gigi tiruan immediet nya sudah mulai tidak retentive maka bisa
dilakukan relining.
49
Note :
Gambar diatas Masih ada giginya (gambar 1 ) dilakukan peghilangan gigi yang akan dicabut
(gambar 2 & 3) dicekungi lebih masuk ke dalam gingiva dengan kedalaman sekitar 7-8,5 mm
dan Panjang sekitar 4-5 mm.
Disadvantages
Poor retention (Retensi yang buruk)
50
Tends to get displaced during insertion. (Cenderung berpindah selama pemasangan)
2. EVERY DENTURES
Note : Every dentures hampir sama dengan spoon denture, tapi every dentures ada tambahan
untuk posteriornya (bias dilihat gambarnya untuk membedakan spoon dentures dengan every
dentures). Sudah jarang digunakan karena retentifnya kurang.
Used in Kennedy’s class III cases with modifications.
Digunakan dalam kasus kelas III Kennedy dengan modifikasi.
They are more commonly used in the maxilla
Every dentures lebih sering digunakan dalam rahang atas
Designed based on broad palatal coverage, which helps to withstand the vertical load
Dirancang berdasarkan cakupan palatal luas, yang membantu menahan beban vertikal
The denture gains its retention through adhesive forces and atmospheric pressure
Gigi tiruan mendapatkan retensi melalui kekuatan perekat dan tekanan atmosfer
3. TWO-PART DENTURES
Designed to overcome the technical problems in using the proximal undercuts in
unilateral dentures
Dirancang untuk mengatasi masalah teknis dalam menggunakan pemotongan proksimal
di gigi tiruan unilateral
constructed in 2 parts, which have different paths of insertion
51
Dibangun dalam 2 bagian, yang memiliki jalur insersi yang berbeda.
Note : biasanya untuk kasus gigi posterior miring ke depan jadi tidak memungkinkan gigi
tiruan dimasukkan secara normal. Sehingga menggunakan gigi tiruan jenis two part
denture.
Consider a Kennedy’s class III condition without any modification.
Pertimbangkan kondisi kelas III Kennedy tanpa modifikasi apa pun.
This unilateral bounded saddle will obtain support from both mesial and distal abutments
Sadel terikat unilateral ini akan mendapatkan dukungan dari kedua penyangga mesial dan
distal
4. CLASPLESS DENTURES
Developed to overcome the disadvantages of using clasps, like patient discomfort,
unaesthetic appearance
Dikembangkan untuk mengatasi kelemahan menggunakan jepitan, seperti
ketidaknyamanan pasien, penampilan yang tidak estetika
Designed with spring-loaded nipples,. E.g. ZA anchor system.
52
Dirancang dengan batang pegas,. Misalnya. Sistem jangkar ZA.
5. DISJUNCT DENTURES
Indikasi
Kennedy’s class I dentures with special stress breakers between the toothsupported
part and the tissue-supported part of the denture.
Gigi palsu kelas I Kennedy dengan pemutus stres khusus antara bagian yang didukung
gigi dan bagian gigi tiruan yang didukung jaringan.
Indicated when theremaining teeth are periodontally weak.
Diindikasikan ketika ada gigi yang lemah secara periodik.
This denture has two parts connected by a stress breaker.
Gigi tiruan ini memiliki dua bagian yang dihubungkan oleh pemecah stres.
Advantages (Keuntungan)
Periodontally weak teeth are preserved.
Gigi yang lemah secara periodik dipertahankan.
53
Disadvantages (kerugian)
Technically difficult to construct.
Secara teknis sulit dibangun.
Movement of the two parts separately during use (due to its design) can lead to patient
discomfort
Gerakan kedua bagian secara terpisah selama penggunaan (karena desainnya) dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pasien
GTSL Termoplastik
Macam bahan termoplastik digunakan antara lain :
1. Thermoplastic acetal
2. Thermoplastic polycarbonate
3. Thermoplastic acrylic
4. Thermoplastic nylon (sifat : sangat elastis),
Contoh : valplast merk dagang bahan gtsl termoplstik
54
Retensi dan estetis lebih baik
Contraindication
1. Deep overbites (4mm or more) where anterior teeth can be dislodged in excursive
movements
Deep overbites (4mm atau lebih) di mana gigi anterior dapat copot dengan gerakan
excursive
2. Little remaining dentition with minimal undercuts for retention.
Gigi yang tersisa sedikit dengan undercut minimal untuk retensi.
3. Where there is less than 4 mm of inter-occlusalspace in the posterior area
Jarak inter oklusal kurang dari 4 mm di daerah posterior
4. Kasus kehilangan gigi kelas I dan II, tidak ada gigi penyangga di posterior sehingga
proses resorbsi akan lebih cepat pada kasus kelas I dan II
5. Bilateral free-end distal extensions with knife edge ridges or lingual tori in the
mandible.
Ekstensi ujung bebas ujung bilateral dengan pinggiran tepi pisau /knife edge
ridges(biasanya bentuknya segitiga) atau torus lingual di mandibula.
6. Bilateral free-end distal extension on maxilla with extremely atrophied alveolar ridges.
55
Ekstensi ujung bebas ujung bilateral pada rahang atas dengan ridge alveolar yang
sangat atrofi.
Overdenture
Note : contoh penggunaan overdenture yaitu pada bikin gigi tiruan diatas akar gigi yang
tidak dilakukan pencabutan dengan indikasi dan kontraindikasi yang jelas sehingga tidak
membahayakan jaringan dibawahnya seperti pada gigi yang telah dilakukan perawatan
saluran akar.
Prosthesis that is fitted over teeth which have usually had their natural crown reduced or
removed
Prostesis yang dipasang di atas gigi yang biasanya memiliki mahkota alami berkurang atau
dihilangkan
Attachments may be fitted to the roots to aid retention or support the dentures
Lampiran dapat dipasang pada akar untuk membantu retensi atau mendukung gigi palsu
Indication: all cases of conventional partial denture indications plus the areas where
conventional partials are limited or contra-indicated
Indikasi: semua kasus indikasi gigi tiruan sebagian konvensional ditambah area di mana
gigi tiruan konvensional terbatas atau dikontraindikasikan
Advantages (keuntungan):
1. Preservation of alveolar ridge form
Pemeliharaan bentuk alveolar ridge (mencegah resorpsi)
2. The soft tissue profile may be maintained in a favourable way for the path insertion of
dentures
Profil jaringan lunak dapat dipertahankan dengan cara yang menguntungkan untuk
pemasangan dari gigi tiruan
3. Optimum support for dentures
Dukungan optimal untuk gigi tiruan
4. Improvements of apperences
Perbaikan penampilan
5. Preservation of sensory input from the periodontal ligament
Pemeliharaan input sensorik dari ligamen periodontal
6. Psychologocal benefits
Manfaat psikologis
Disadvantages (kerugian):
1. limitation of space
Keterbatasan ruang
56
2. Risk of further disease of abutments
Risiko penyakit lebih lanjut dari abutment
Kaitan Presisi
Kaitan yang dibuat secara terpisah dan dipasangkan pada gigi tiruan, kaitan dibuat oleh
mesin terdiri atas 2 bagian, yang terdiri dari bagian jantan dan bagian betina, kaitan bagian
betina bersatu dengan mahkota logam dan bagian jantan melekat ke kerangka logam gigi tiruan
sebagian lepasan yang telah didesain dengan sangat teliti untuk mendapatkan retensi dan
dukungan.
Note: gambar diatas adalah gigi tiruan dari pasien yang dikerjakan oleh drg. Gunawan
kasus kehilangan gigi kelas II (kehilangan gigi posterior gigi 7 & 6) gigi tiruan tersebut
bisa dilepas pasang titik hitam pada gambar ditengah merupakan kunciannya.
Implants
Placed in alveolar bone upon which a superstructure can be constructed carrying the
artificial teeth
Ditempatkan dalam tulang alveolar di mana superstruktur dapat dibangun membawa gigi
tiruan
Osseointegration:the process by which it becomes attached to the bones
Osseointegration: proses dimana ia menjadi melekat pada tulang
Can be used in conjunction with fixed crowns, bridges or removal protheses
Dapat digunakan bersama dengan mahkota tetap, jembatan atau prothesa lepasan
57
1 2
Note :
Gambar diatas adalah contoh jenis-jenis gigi tiruan.
1. Overdenture tersisa gigi 5 kanan kiri rahang atas dibuat overdenture koping pada gigi 5
kanan & kiri dilakukan PSA
2. Kaitan presisi Gigi 6 & 7 lepasan, sedangkan gigi 4 dan 5 yaitu fixed. Tidak terdapat
basis pada sisi lingual
3. Gambar implant kasus-kasus dengan ridge nya yang sudah datar
SOAL MINIKUIS
58
59
60
DIAGNOSIS, KLASIFIKASI DAN PERSIAPAN PASIEN GTS
Oleh dosen pakar : drg. Gunawan Sp. Pros
Editor : Akhmad Khoirul Amri
A. Removable prosthodontic
The replacement of missing teeth and supporting tissues with a prosthesis designed to be
removed by the wearer
Penggantian gigi yang hilang dan jaringan pendukung dengan prostesis yang dirancang untuk
diangkat oleh pemakainya
B. Common terminologies
A tooth, a portion of a tooth, or that portion of a dental implant that serves to support and/ or
retain a prosthesis
Gigi, bagian dari gigi, atau bagian dari implan gigi yang berfungsi untuk mendukung dan /
atau mempertahankan prostesis
Retainer: The fixation device or any form of attachment applied directly to an
abutment tooth and used for the fixation of a prosthesis is called a retainer e.g., clasps.
Tooth Supported Removable Partial Denture: A partial denture that receives
support from natural teeth at each end of the edentulous space or spaces.
Distal Extension Denture Base: The denture base that extends posteriorly without
posterior support from natural teeth. They aretooth tissue supported partial dentures.
Tooth-tissue Supported Removable Partial Denture: The denture base that extends
anteriorly or posteriorly and is supported by teeth at one end and tissue on the other
end. They are also calledDistal extension partial dentures.
C. Indication
When more than two posterior teeth or four anterior teeth are missing.
If the canine and two of its adjacent teeth are missing. (e.g. central incisor, lateral incisor,
canine), (lateral incisor, canine, premolar) etc.
When there is no distal abutment tooth. Even single cantilever is not generally preferred.
Presence of multiple edentulous spaces.
If the teeth adjacent to edentulous spaces are tipped, they cannot be used as an abutment for
a fixed prosthesis.
If periodontally weakened teeht are present near the edentulous spaces.
Teeth with short clinical crowns (unsuitable for fixed partial denture)
61
Insufficient number of abutments.
Severe loss of tissue.
Ketika lebih dari dua gigi posterior atau empat gigi anterior hilang.
Jika gigi taring dan dua gigi yang berdekatan hilang. (mis. gigi seri sentral, gigi seri lateral,
gigi taring), (gigi seri lateral, gigi taring, gigi premolar) dll.
Bila tidak ada gigi penyangga distal. Bahkan kantilever tunggal umumnya tidak disukai.
Kehadiran beberapa ruang edentulous.
Jika gigi yang berdekatan dengan ruang edentulous berujung, mereka tidak dapat
digunakan sebagai penyangga untuk prostesis tetap.
Jika teeht melemah secara periodik hadir di dekat ruang edentulous.
Gigi dengan mahkota klinis pendek (tidak cocok untuk gigi tiruan sebagian cekat)
Jumlah penyangga tidak mencukupi.
Loss Kehilangan jaringan yang parah.
D. Contraindition
Patients with a large tongue which tends to push the denture away.
Patient attitude: Mentally retarded patients cannot maintain a removable prosthesis.
Poor oral hygiene: In such cases, any prosthesis is better avoided.
Pasien dengan lidah besar yang cenderung mendorong gigitiruan.
Sikap pasien: Pasien retardasi mental tidak dapat mempertahankan protesa yang dapat
dilepas.
Kebersihan mulut yang buruk: Dalam kasus seperti itu, prostesis apa pun sebaiknya
dihindari.
E. Clasification
To formulate a good treatment plan.
To anticipate the difficulties commonly to occur for that particular design.
To communicate with a professional about a case.
To design the denture according to the occlusal load usually expected for a particular group.
o Untuk merumuskan rencana perawatan yang baik.
o Untuk mengantisipasi kesulitan yang biasa terjadi untuk desain tertentu.
o Untuk berkomunikasi dengan seorang profesional tentang suatu kasus.
o Untuk merancang gigi tiruan sesuai dengan beban oklusal biasanya diharapkan untuk
kelompok tertentu.
62
o Class II : Unilateral edentulous area located posterior to the remaining natural
teeth, i.e.there is a single edentulous space located in the posterior region
without any teeth posterior to it.
o Kelas II: Area edentulous unilateral yang terletak posterior dari gigi asli yang
tersisa, yaitu ada ruang edentulous tunggal yang terletak di daerah posterior
tanpa ada gigi posterior untuk itu.
o Class III : Unilateral edentulous area with natural teeth anterior and posterior
to it, i.e. this indicates a single edentulous area which does not cross the
midline of the arch, with teeth present on both sides (anterior and posterior)
of it.
o Kelas III: Area edentulous unilateral dengan gigi asli anterior dan posterior,
mis. ini menunjukkan area edentulous tunggal yang tidak melewati garis
tengah lengkung, dengan gigi ada di kedua sisi (anterior dan posterior).
2) Applegate’s Rules
o Rule One. Classification should follow rather than precede extractions that might alter
the original classification.
o Rule Two. If the third molar is missing and not to be replaced, it is not considered in
the classification.
o Rule Three. If the third molar is present and is to be used as an abutment, it is
considered in the classification.
o Rule Four. If the second molar is missing and is not to be replaced, it is not considered
in the classification.
o Rule Five. The most posterior edentulous area or areas always determine the
classification.
o Rule Six. Edentulous areas other than those, which determine the classification, are
referred to as modification spaces and are designated by their number.
o Rule Seven. The extent of the modification is not considered, only the number of
additional edentulous areas, i.e. the number of teeth missing in the modification spaces
is not considered only the number of additional edentulous spaces are considered.
o Rule Eight. There can be no modification areas in class IV. Because any additional
edentulous space will definitely be posterior to it and will determine the classification.
63
o Peraturan Empat. Jika molar kedua hilang dan tidak harus diganti, itu tidak
dipertimbangkan dalam klasifikasi.
o Peraturan Lima. Area edentulous yang paling posterior atau area selalu menentukan
klasifikasi.
o Peraturan Enam. Area edentulous selain yang menentukan klasifikasi, disebut
sebagai ruang modifikasi dan ditentukan oleh nomornya.
o Peraturan Tujuh. Tingkat modifikasi tidak dipertimbangkan, hanya jumlah area
edentulous tambahan, yaitu jumlah gigi yang hilang dalam ruang modifikasi tidak
dianggap hanya jumlah ruang edentulous tambahan yang dipertimbangkan.
o Peraturan Delapan. Tidak ada area modifikasi di kelas IV. Karena ruang edentulous
tambahan pasti akan posterior dan akan menentukan klasifikasi.
64
4) Cummer’s Classification (Cummer 1920)
o Diagonal: Dua pengikut langsung secara diagonal berlawanan satu sama lain
o Diametrik: Dua pengikut langsung berdiameter berlawanan satu sama lain
o Unilateral: Dua atau lebih pengikut langsung hadir di sisi yang sama
o Multilateral: Tiga (jarang empat) pengikut langsung dalam hubungan segitiga
(jarang berbentuk empat persegi)
5) Other classification
-Bailyn’s Classification -Neurohr’s Classification -Mauk’s Classification –Wild’s
Classification –Gofrey’s Classification –Friedman’s Classification –Beckett and Wilson
Classification –Craddok’s Classification -Skinner Classification –Austin and lidge
Classification –Watt et al Classification –Swenson’s Classification –Avant’s
Classification –Costa’s Classification –Osborne and Lammie’s Classification
F. Preparation Stage
Diagnosis: “The determination of the nature of the disease”
Evaluate certain conditions in the oral cavity. The diagnostic procedures can generally be
grouped into personality evaluation, clinical and laboratory evaluation
Treatment Planning: a result of evaluating the diagnostic data, re-evaluate the case to rule
out any better treatment possibilities. Treatment plan outline: details about the preprosthetic
procedures required for the patient, the type of impression material to be used, the technique
of impression making, the equipments preferred to carry out various recording procedures, the
material to be used for preparing the frame work and the denture base, etc.
Mouth preparation
Preprosthetic mouth preparation involves the preparation of the oral cavity to remove any
hindrance to prosthetic treatment (e.g. frenectomy, excision of tori etc)
65
Persiapan mulut preprostetik melibatkan persiapan rongga mulut untuk menghilangkan
segala rintangan pada perawatan prostetik (mis. Frenektomi, eksisi tori, dll)
Prosthetic mouth preparation is done to facilitate prosthetic treatment, (e.g. preparing rest seats
etc).
Preprosthetic Procedures
All the nonprosthetic procedures done prior to the beginning of prosthetic treatment in order
to eliminate interference and/or act as an adjunct to the success of the prosthetic treatment.
Dibuat setidaknya enam minggu setelah prosedur bedah preprostetik. Cetakan primer dibuat
menggunakan bahan tayangan hidrokoloid (alginat) yang ireversibel. Alginat dipilih karena
ekonomis, elastis, dan mudah dimanipulasi.
Termasuk memilih jenis komponen untuk gigi tiruan sebagian, menentukan lokasi berbagai
komponen, menentukan jalur penyisipan dan memilih jenis bahan untuk setiap komponen
dll.
Termasuk menyiapkan kursi istirahat dan memandu pesawat. Kursi istirahat adalah depresi
yang dibuat biasanya pada permukaan oklusal gigi untuk menerima istirahat
66
67
68
69
PEMELIHARAAN GIGI TIRUAN
Oleh: drg. Gunawan Sri S, Sp.Pros
Editor: Mohammad Naufal
Instruksi Pasien
1. Insersi dan pelepasan prosthesis.
2. Perawatan prosthesis
3. Perawatan saat malam
4. Perawatan periodik
Iritasi gigi
1. Dengan prostesis keluar dari mulut, mesial, distal, tekanan bukal, dan bahasa harus diterapkan
ke sisa gigi alami.
2. trauma oklusal; Kertas artikulasi biasa digunakan untuk menemukan bagian dari gigi tiruan
sebagian yang menyebabkan gangguan
Keluhan Lainnya
1. Tersedak
kemungkinan kesulitannya adalah fisik daripada psikologis.
disebabkan oleh adaptasi yang buruk dari gigi tiruan sebagian lepasan rahang atas ke
jaringan langit-langit keras
Tersedak mengikuti penyisipan gigi tiruan sebagian mandibula yang dapat dilepas
dapat disebabkan oleh perubahan gigi dimensi vertikal oklusal
2. Masalah dengan fonetik
terkait dengan penempatan yang tidak tepat dari gigi anterior rahang atas prostetik atau
perubahan kontur langit-langit anterior
Posisi premolar maksilaris dan mandibula artifisial gigi juga dapat menimbulkan
masalah dengan fonetik
Pasien harus diberi waktu yang wajar (1 sampai 2 minggu) untuk beradaptasi dengan
sensasi dan kehadiran gigi tiruan dan untuk mengatasi masalah artikulasi
3. Kesulitan mengunyah
pasien telah kehilangan keterampilan neuromuskuler yang diperlukan untuk menorah
dan menggiling makanan. kepastian harus diberikan bahwa pola mengunyah pada
akhirnya akan dibangun kembali. Pasien juga harus disarankan untuk menghindari
makanan yang sangat keras, keras, atau lengket selama periode awal penyesuaian.
70
2. Pembersih ultrasonik: Ini adalah pembersih sonik di mana gelembung kecil (yang
membantu membersihkan partikel makanan) dibombardir terhadap gigitiruan.
3. Berendam dan menyikat dengan sikat gigi.
4. Pasien disarankan untuk tidak memakai prostesis pada malam hari. Gigi palsu harus
disimpan di air atau larutan obat encer di malam hari ( Pada malam mungkin diperbolehkan
untuk kondisi berikut: Pada pasien dengan bruxism di mana kerusakan jaringan mulut lebih
banyak jika prosthesis tidak dipakai.
Perawatan Periodik
1. 24 jam, Ketidakharmonisan oklusal yang benar dan untuk memeriksa reaksi jaringan
langsung.
2. 1 minggu, reaksi jaringan dan kenyamanannya
3. Setiap 3-6 minggu, menentukan reaksi jaringan dan jumlah resorpsi ridge alveolar residual.
4. Segera, setiap kali ada masalah Reaksi seperti bisul, pegal.
3. Mengevaluasi ruang di bawah basis gigi tiruan Tempatkan campuran tipis alginat di area
dasar gigitiruan, tempat duduk gigi tiruan sebagian dalam mulut, dan pertahankan
posisinya hingga set alginat.
atau
4. menerapkan kekuatan tempat duduk pada aspek paling belakang dari basis gigitiruan dan
mengamati retainer tidak langsung anterior Jika setidaknya 2 mm alginat hadir di
bawah dasar gigitiruan atau jika penahan tidak langsung mengangkat 2 mm atau lebih,
pasien bias dianggap sebagai kandidat untuk reline atau rebase.
Perekat Gigi
Indikasi
1. Meningkatkan retensi dan stabilitas gigi palsu (yang tidak dipertahankan atau tidak
stabil)
2. Untuk meningkatkan stabilitas gigi palsu untuk yang baru atau pasien berpengalaman.
3. Untuk pasien cacat:
- Pasien dengan xerostomia.
- Pasien geriatri
- Pasien dengan tonus otot yang buruk
4. Untuk memberikan rasa aman psikologis untuk pasien tertentu (seperti aktor, guru).
5. Untuk menstabilkan basis percobaan selama fabrikasi dan penyisipan gigitiruan
percobaan.
Kontraindikasi
1. Perekat gigitiruan tidak boleh digunakan untuk pasien dengan gigi palsu yang tidak pas
atau oleh pasien yang cenderung terlalu sering menggunakan perekat gigitiruan
71
2. Seharusnya tidak digunakan oleh pasien yang memiliki xerostomia yang diinduksi obat
karena perekat membutuhkan air liur yang cukup untuk memberikan retensi. Jangan
digunakan untuk pasien dengan gigi palsu yang aus
3. Seharusnya tidak digunakan sebagai pengganti reliner atau kondisioner jaringan.
4. Sebaiknya tidak digunakan untuk pasien dengan fisik ketidakmampuan untuk
membersihkan gigi palsu.
5. Sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan sementara atau gigitiruan langsung di
tempat infeksi (Penyakit) bisa diakibatkan oleh kebersihan yang tidak memadai atau
kepatuhan terhadap gigi palsu.
72
KOMPONEN GIGI TIRUAN CEKAT (GTC)
Oleh drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros
Editor : Nanik Hidayanti
Buku Referensi :
Contemporary Fixed Prosthodontics, Rosenthiel, Fujimoto, Land, C.V Mosby Company
Fundamentals of Fixed Prosthodontics, Herbert T. Shillingburg, Quintessence Publishing
Co
Note :
Gambar diatas yaitu kasus kehilangan satu gigi jika tidak segera dibuatkan gigi tiruan maka
ada beberapa hal yang akan terjadi bisa dilihat yaitu pada panah nomor 1 (gigi antagonisnya
mengalami esktrusi, gigi tersebut akan mengisi ruangan yang ditinggalkan oleh gigi yang hilang
tersebut) , nomor 2 (gigi yang berada disebelah gigi yang hilang akan bergerak ke arah gigi yang
hilang) , nomor 3 (karena gigi-gigi tetangganya bergerak kea rah gigi yang sudah hilang maka
besar kemungkinan akan meninggalkan celah antara gigi tersebut dengan gigi disebelahnya,
celahnya nanti akan berpotensi diisi oleh sisa-sisa makanan yang tidak terbersihkan dengan baik
yang nantinya akan berpotensi menjadi karies/kalkulus didaerah tersebut.
73
Bagian – Bagian GTC
1. Pontik : bagian yang menggantikan gigi asli yang hilang, mengisi ruang yang sebelumnya
diisi oleh mahkota asli
2. Retainer : berasal dari kata “retain” yaitu bertahan. Merupakan bagian yang menempel pada
gigi abutment/pegangan , merupakan penahan pontik supaya tidak lepas. Retainer akan
disemenkan/dilekatkan secara permanen pada gigi abutment yang sudah dipersiapkan
sebelumnya untuk tempat retainer tersebut.
3. Konektor : penghubung. Merupakan bagian yang menyatukan retainer dengan pontik.
4. Abutment : gigi atau akar gigi yang menahan atau mendukung GTC. Merupakan gigi asli
yang menjadi pegangan dari bangunan protesa GTC
Gigi Abutmen
Abutment yang ideal :
1. Vitalitas gigi karena gigi yang vital suplai nutrisi masih normal/berjalan dengan baik
sehingga gigi tersebut tetap sehat. Karena pekerjaan gigi abutment cukup berat yaitu
harus ikut menanggung beban yang diterima oleh pontik. Sehingga gigi abutment
tersebut harus cukup kuat, sedangkan kekuatannya dijamin oleh gigi yang masih vital
karena suplai nutrisinya masih terjamin.
2. Jaringan Periodontal penting karena ada kaitannya dengan tekanan yang diterima
oleh gigi abutment, sedangkan tekanan yang diterima oleh gigi abutment berasal tidak
hanya dari gigi itu sendiri tapi berasal dari gigi pontiknya. Sehingga jaringan
periodontal tersebut akan menahan beban lebih dari biasanya. Sehingga jaringan
periodontalnya harus dijamin sehat untuk bisa menjadi abutment.
3. Posisi dan relasi gigi penting terutama apabila merencakan dalam pembuatan GTC
dengan tipe fixed-fixed bridge. Sebisa mungkin posisi giginya sejajar, Antara
abutmentnya sejajar tidak malposisi, karena terkait dengan bagaimana resultan gaya
dari penyaluran tekanan kunyah. Jika ada gigi abutment yang posisinya miring maka
resultan gayanya menjadi tidak baik dan akan berbahaya untuk gigi abutment itu
sendiri.
4. Kesehatan gigi ada kaitannya dengan nomor 1 dan 2
5. Morfologi gigi terkait dengan bentuk gigi, apakah bentuk giginya besar, atau punya
permukaan yang luas, atau panjang akar yang cukup memadai. Sebaiknya gigi
abutment yang dipilih yaitu gigi yang besar, panjang akarnya yang panjang supaya kuat
menerima tekanan yang lebih besar dari biasanya.
74
Penentuan Gigi Abutment :
Bisa menggunakan Hukum Ante : total membran periodontal gigi abutment harus sama atau
lebih daripada total membran periodontal gigi yang digantikan. Jadi dilihat seberapa luas
ligament periodonsium dari gigi yang akan dijadikan abutment.
Untuk mengetahui berapa luasnya, bisa dilihat dari table dibawah ini.
Contoh :
Kehilangan gigi molar 1 rahang bawah dilihat dari tabel luas ligament periodonsiumnya yaitu
431. Untuk gigi yang bisa dijadikan abutment yaitu gigi dengan luas ligament periodonsium yang
minimal sama atau lebih besar dari gigi yang hilang. Sehingga jika memilih satu gigi saja yaitu
gigi molar 2 sebagai abutment yang luas ligament periodonsiumnya 426 maka dianggap tidak
mumpuni, sehingga harus ditambahkan lagi gigi premolar 2. Jadi pada kasus kehilangan gigi molar
1 bawah, apabila ingin dibuatkan GTC maka minimal menggunakan abutment gigi premolar 2
dan gigi molar 2. Untuk pemilihan gigi yang dijadikan pegangan sebaiknya adalah gigi yang paling
dekat.
RETAINER
Merupakan bangunan yang mempunyai peran untuk mempertahankan atau memegang pontik
dan bangunan ini akan disemenkan ke gigi yang digunakan sebagai abutment.
Retainer yang ideal :
Melindungi pulpa dan gigi
Membutuhkan preparasi gigi abutment yang minimal
Kuat tahan terhadap kerusakan / perpindahan akibat kekuatan mastikasi
Daerah margin bisa dibentuk dengan baik mencegah iritasi jaringan lunak dan
terjadinya karies
75
Mudah dibersihkan
Tidak mengalami korosi atau memudar
Tidak menyebabkan diskolorasi gigi abutment
Estetis
Mudah dibuat
Indikasi :
Usia pasien (20 – 55)
Daerah kehilangan gigi yang sempit (kehilangan 1 gigi)
Mahkota gigi abutment tinggi dan lebar
Gigi abutment kuat / non karies, tidak mengalami
abrasi, posisi/lengkung normal
Tonjol gigi abutment masih didukung dentin yang sehat
Daya kunyah minimal
b. Tipe ekstrakoronal
- Ada 2 macam : partial crown/three quarter crown dan complete/full crown
- Retainer yang diletakkan di luar badan mahkota gigi abutment.
- Retensi dan resistensi permukaaan retainer bagian dalam dan dinding preparasi
eksternal
76
Note :
Perbedaan antara full crown dan partial crown
- Bangunan full crown preparasinya lebih mudah jika dibandingkan partial crown,
karena pada bangunan full crown dipreparasi seluruh permukaan giginya dari distal,
mesial, bukal, lingual, palatal, oklusal semuanya dipreparasi. Sedangkan pada partial
crown yang dipreparasi yaitu bagian mesial, distal, oklusal, palatal, tapi pada
bangunan partial crown harus membuat grove disisi proksimal dan oklusal yang
berfungsi sebagai retensi untuk bangunan restorasi partial crown, karena grovenya
berada pada sisi proksimal dan oklusal sehingga saat membuat groove harus
diperhatikan keparalelannya, jika ada sisi yang tidak pararel maka bangunan
restorasinya tidak bisa diinsersikan ke dalam gigi.
- Pada full crown bangunan restorasi akan menutupi seluruh permukaan gigi,
sedangkan pada partial crown tidak semua bagian tertutup oleh bangunan
restorasinya, masih ada bagian yang terekspos dengan dunia luar yaitu pada batas
antara restorasi dengan gigi (bagian oklusal dan proksimal). Tereksposnya bagian itu
apabila batas tersebut tidak rapat maka akan mudah terkontaminasi / ditempeli oleh
debris sehingga mudah terjadi karies pada margin tersebut. Sedangkan pada full
crown karena daerah marginnya berada pada bagian servikal sehingga tidak terlalu
terekspos dengan dunia luar.
Partial Crown
Indikasi partial crown :
Permukaan fasial dalam kondisi yang baik
Menyisakan dentin dengan ketebalan yang cukup untuk retensi
Mahkota gigi panjang, kuat dan lebar
Tidak malposisi
Kontraindikasi partial crown :
Insisivus RA – RB
Dimensi fasialingual tipis
Molar RB adaptasi retainer tdk baik, estetik tidak penting
Menyisakan sedikit dentin sebagai retensi
77
Full Crown
Complete / full crown : merupakan retainer yang ideal,
karena :
Dapat digunakan disemua gigi
Retensi maksimum didapatkan dari semua sisi
dari gigi bangunan retainer
Melindungi dari karies karena retainernya full
menutupi area gigi maka melindungi dari karies.
Adaptasi mudah
78
Note :
Gambar diatas adalah contoh kasus penggunaan retainer harus lebih dari satu bahkan lebih dari
dua, apabila :
1. Kurangnya dukungan tulang alveolar gigi sudah terekspos bagian akarnya, sehingga
bagian akar gigi yang tertanam dalam tulang hanya sebagian saja.
2. Gigi abutment dengan akar pendek sehingga harus menambah jumlah retainer .
3. Pengganti gigi caninus membutuhkan retainer lebih banyak.
4. Kehilangan gigi anterior yang melewati median line
5. Perluasan pontik ke distal untuk perbaikan fungsi retainernya harus lebih banyak.
KONEKTOR
Klasifikasi konektor berdasarkan sifatnya :
Konektor rigid / kaku konektor yang menghubungkan antara pontik dan retainer
secara kaku, dibagian konektornya bersifat tidak ada gerakan sama sekali (rigid)
Konektor non rigid / tidak kaku masih ada sedikit gerakan pada konektornya
Rigid
Non Rigid
a. Konektor Rigid
Keuntungan konektor rigid :
1. Higienis baik , dapat dibuat sesuai dengan keadaan biologis gigi asli.
2. Kuat dan dapat menahan tekanan pengunyahan dengan baik.
79
Indikasi :Gigi penyangga yang kuat dan tegak sehingga kuat menahan tekanan
pengunyahan
Indikasi :
Gigi penyangga yang kurang kuat
Gigi penyangga yang mengalami tiping
GTC dengan desain jembatan yang pendek
80
Retainer
Note :
Gambar diatas adalah contoh kasus dimana gigi abutment miring sehingga
dibutuhkan GTC dengan salah satu konektor yang bersifat rigid. Jadi bagian retainer paling
belakang diinserskan/dimasukkan terlebih dahulu baru bagian depannya.
PONTIK
Pontik merupakan bagian dari GTC yang berfungsi untuk menggantikan gigi yang hilang.
Pontik ideal :
Mengembalikan fungsi gigi yang digantikannya
Dapat dijamin kebersihannya
Estetik dan nyaman
Dapat diterima secara biologis oleh jaringan
81
Note : berdasarkan gambar diatas seharusnya pontik memenuhi kriteria biologis, mekanis, dan
estetis. Namun terkadang tidak bisa mendapatkan semua kriteria dalam pontik yang ideal.
Sehingga pontik yang ideal yaitu berada pada irisan 3 lingkaran tersebut. Secara biologi harus
mudah dibersihkan, secara mekanis harus kaku sedangkan secara estetis harus terlihat seperti gigi
yang digantikan.
Klasifikasi pontik :
Berkontak dengan mukosa
Ridge lap / saddle pontic
Ridge lap / saddle pontic : bagian dasar/servikal menempel pada ridge, tidak
mudah dibersihkan, dapat menyebabkan inflamasi jaringan.
Note : pontik jenis ini secara kasat mata memiliki estetis yang sangat baik,
karena pontik ini terlihat seolah-olah muncul dari dalam gusi. Namun
memiliki kelemahan yang sangat mendasar, yaitu karena bagian dasar pontik
menempel pada ridge sehingga sulit untuk dibersihkan, sehingga rawan
terjadi inflamasi pada jaringan. Sehingga tipe pontik jenis ini untuk saat ini
tidak direkomendasikan.
82
Conical Pontic
Conical pontic : disebut juga egg shaped, bullet shaped, heart shaped.
Hanya satu bagian di tengah saja pada satu titik yang menyentuh ridge.
Ovate Pontic
Ovate pontic : bagian dasar pontik masuk ke dalam ridge yang telah
dipersiapkan sebelumnya dengan pembedahan, seolah-olah pontik muncul
dari gingival, seperti gigi asli.
Note : jenis pontik ini biasanya digunakan pada kasus dimana giginya pasca
cabut dan langsung dibuatkan GTC.
83
Tidak berkontak dengan mukosa
Sanitary / hygienic pontic
sanitary / hygienic pontic : mudah dibersihkan, bagian dasar tidak
menempel pada ridge.
Modified sanitary
84
Note :
Gambar diatas adalah resume pontik desain, seperti penampakannya seperti apa, lokasi yang
direkomendasikan seperti apa, keuntungan & kerugian, indikasi & kontaindikasi, serta material
yang digunakan seperti apa (untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari ppt ya )
JENIS GTC
GTC dibagi menjadi 2 tipe :
1. Simple fixed bridge :
a. Fixed fixed bridge (stationary fixed bridge),
Fixed-fixed bridge : bridge dengan kedua konektor bersifat rigid, dapat digunakan
untuk gigi anterior maupun posterior.
85
2. Compound fixed bridge kombinasi 2 atau lebih tipe GTC dalam 1 restorasi
a. Compound bridge : Kombinasi 2 atau lebih dari macam - macam GTC
Fixed-fixed bridge
Note :
Gambar diatas adalah ada 2 macam GTC yang digunakan yaitu fixed-fixed bridge dan
cantilever bridge jadi keseluruhannya menjadi compound bridge.
b. Spring bridge
Spring bridge : Bridge dengan pontik yang letaknya jauh dari retainer dan
dihubungkan dengan palatal bar,
digunakan pada kasus diastema dan mengutamakan estetis.
86
Note :
Gambar diatas adalah kasus dimana kehilangan gigi I2, retainernya diletakkan
jauh dari gigi yang hilang yaitu pada gigi P1 dan P2 bisa terjadi karena alasan estetis,
misalnya pada gigi tersebut bentuknya terlalu bagus atau gigi sebelahnya tidak bisa
digunakan sebagai pegangan, oleh karena itu perlu digunakan pegangan pada gigi yang
lain dimana dihubungkan dengan palatal bar.
87
PRINSIP PREPARASI GIGI ABUTMEN
Dosen Pakar: drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros
Editor: Gea Zhafirah
BIOLOGIC CONSIDERATION
Perlindungan terhadap :
a. Gigi tetangga
- Penggunaan matrix band
- Proteksi enamel proksimal (jika tidak ada matrix band) kontak area lebih lebar
daripada CEJ
88
b. Jaringan lunak
- Retraksi lidah, pipi menggunakan kaca mulut atau saliva ejector
- Retraksi gingiva menggunakan gingival cord
c. Pulpa
- Preparasi gigi dentin terbuka temperatur
ekstrim, mikroorganisme, iritasi kimiawi
pulpitis irreversibel
- Preparasi harus memperhatikan ukuran kamar
pulpa
- Temperatur:
1) gesekkan instrumen putar membuat
permukaan gigi panas
2) Penggunaan air saat preparasi
3) Tekanan ringan
4) Intermitten
5) Menggunakan bur tajam agar tidak lama
- Iritasi kimiawi
1) Dentin terbuka aplikasi material KG (luting agent, base, resin) kerusakaan
pulpa
2) Pembentukan barrier : cavity varnish, denting bonding
- Aksi bakteri
1) Pembersihan karies dari gigi
2) Tidak melakukan kaping pulpa indirek sebelum dipasang restorasi
3) Penggunaan bahan antimicrobial chlorhexidine gluconate
Note:
Preparasi harus memerhatikan ukuran kamar pulpa (semakin tua, jaringan pulpa
semakin kecil)
Preparasi yang tidak baik _adaptasi tepi restorasi buruk _kontrol plak sulit
_perawatan lama
89
- Apabila ada pada garis yang no. 1 (lihat gambar) jauh dari pulpa sehingga bisa
melindungi struktur gigi. Namun, akan tidak baik untuk restorasinya karena
restorasinya akan tipis di bagian fissure dan menyebabkan restorasi mudah pecah
- Sedangkan apabila batas preparasi ditaruh pada garis no.2 restorasi akan kuat karena
memiliki ketebalan. Tetapi jika dilihat dari perlingdungan struktur gigi akan menjadi
tidak optimal, karena batas preparasi terlalu dekat dengan pulpa.
- Yang paling ideal adalah batas preparasi yang mengikuti kontur gigi bagian oklusal
yaitu mengikuti bentuk tonjol dan lerengnya. Pada tonjol terdapat tanduk pulpa.
- Gigi abutment yang miring (lihat gambar) resikonya adalah kita harus melakukan
preparasi yang lebih banyak pada bagian mesialnya karena bangunan gigi tiruannya
bersifat kaku jadi hanya bisa masuk lewat dari satu arah saja. Sehingga tepi
preparasinya semakin dekat dengan pulpa dan mengganggu perlindungan pada
struktur gigi. Oleh karena itu, kemiringan gigi abutment harus sama dengan gigi
90
dengan gigi sebelahnya. Cara paling baik pada kasus gigi abutment yang miring adalah
dilakukan perawatan ortho terlebih dahulu.
- Gambar no. 1 adalah preparasi dengan akhiran chamfer, preparasi lebih sedikit
sehingga melindungi struktur gigi daripada shoulder. Gambar 2 preparasi dengan
akhiran shoulder, preprasi lebih banyak.
- Akhiran pada margin gingiva(supragingival) lebih menjamin perlindungan terhadap
struktur gigi dibandingkan dengan dibawah margin gingiva(subgingiva).
e. Penempatan margin
- Margin adalah batas tepi preparasi. Biasanya margin ini bisa dilihat di bagian servikal.
Yang disebut sebagai margin bisa dibilang sebagai dudukan bagi retorasi. Oleh karena
itu, bentuk margin menyesuaikan ketebalan restorasi yang digunakan dengan cara
menentukan terlebih dahulu bahan restorasinya baru setelah itu tentukan desainnya.
f. Margin/Finish line: apabila dilihat dari letaknya terdapat supragingival dan sub gingival
g. Supragingival margin diletakkan diatas margin gingiva
- Preparasi lebih mudah
- Non trauma, karena tidak menyebakan kerusakan pada margin gingiva
- Dibuat pada enamel
- Kontrol plak mudah
- Mudah dicetak
- Evaluasi restorasi mudah
Note: point-point diatas bukan merupakan clinical reasoning.
h. Subgingival margin
- Lebih estetis
- Dibuat pada dentin atau sementum
- Digunakan pada kebutuhan retensi – resistensi servikal, crown lengthening
91
i. Desain margin
- Mudah dibuat atau dipreparasi
- Tidak menimbulkan trauma
- Mudah dicetak
- Menyediakan ruang yang cukup untuk ketebalan bahan restorasi
- Melindungi struktur gigi
MECHANICAL CONSIDERATION
a. Retention form
- Retensi : kualitas preparasi yang mencegah restorasi berpindah oleh suatu gaya yang
paralel dengan arah masuk restorasi
- Faktor yang berpengaruh :
1) Besar gaya pemindah
- Makanan lengket
- Besar permukaan restorasi
92
2) Geometri preparasi gigi
- Single path placement
Retensi semakin besar jika dimasukkan dari satu arah saja yaitu dengan cara
preparasi secara paralel/sejajar dan dengan penambahan groove
- Angle of convergence
Preparasi dibuat konvergen
kearah oklusal.
93
- Surface area
Retensi akan lebih baik pada
gigi yang lebih besar.
94
- Type of preparation
95
b. Resistance form
- Resistensi : kualitas preparasi yang dapat mencegah restorasi berotasi oleh suatu gaya
lateral.
- Faktor yang berpengaruh :
1) Besar gaya lateral
Ketika terdapat gaya dari samping maka ujung marginnya pada bagian sebaliknya
akan menjadi pusat rotasi. Oleh karena itu, pada permukaan gigi yang di preparasi
terdapat resistance area (RA) dan non-resistance area (NRA). RA adalah daerah yang
menyediakan resistensi sedangkan NRA adalah daerah yang permukaannya tidak
menjadi area yang menyediakan resistensi. Gayanya datang dari horizontal
(lingual&buccal). Dinding bagian lingual/ buccal yang akan menjadi RA.
2) Geometri preparasi
Gambar C tidak terdapat RA, karena giginya pendek sehingga retensi dan
resistensinya tidak akan baik. Oleh karena itu, harus menaruh margin di sub
gingival.
96
3) Bahan sementasi
C. ESTHETIC CONSIDERATION
Pasien selalu menginginkan restorasi yang senatural mungkin harapan pasien
Selalu kaitkan dengan kondisi oral saat bicara, tersenyum, atau tertawa
All ceramic restoration
97
Metal ceramic restoration
Partial coverage restoration
Note: pasien selalu ingin estetika yang lebih baik, pilihannya menggunakan bahan yang ada
porcelainnya karena dapat meniru warna asli gigi. Tinggal disesuaikan mau yang all porcelain atau
tidak.
98
KONSTRUKSI DAN VERTIKAL DIMENSI GIGI TIRUAN
LENGKAP PART I
Oleh: drg. Fahmi Yunisa, Sp. Pros
Editor : Rusydia safitr
Apa bedanya ?
Note :
- Ada tidaknya gigi
- Tampak depan, yang membedakan adalah pipi lebih tirus, tirus karena tidak ada gigi yang
menyangga pipi
- Bibir, bibir tampak tipis karena tidak tertahan gigi dan tidak terdorong gigi sehingga bibir
melipat ke dalam. Pada bagian yang mempunyai gigi, bibir tampak lebih tebal dalam arti
natural.
- Wajah tampak lebih pendek dibanding yang masih bergigi.
- Pada kasus edentulous total dibutuhkan gigi tiruan untuk mengembalikan penampakan
pasien, fungsi pengunyahan dan fungsi bicara.
- Penampakan rahang bila dilihat dilihat dari struktur tulang. Terlihat tulang maxilla pada basis
cranii dan tulang mandibula
Note :
- Oklusi Gigi : adalah hubungan antara gigi RA dan RB
- Vertikal Dimensi Oklusi : adalah tinggi wajah. Antara satu titik di daerah maxilla dengan satu
titik di daerah mandibula
- Relasi Sentris : adalah hubungan antara rahang, antara maxilla dengan mandibula
- Relasi sentris antara maxila dan mandibula posisinya dipertahankan oleh gigi yang saling
berhubungan. Dengan adanya gigi posisi mandibula tidak bergeser. Bila gigi hilang ada
99
kemungkinan posisi mandibula bergeser lebih ke depan. Pada orang dengan edentulous total,
bila diliat profil wajah dari samping, mandibula seperti mengalami protrusif, ada juga
kemungkinan posisi mandibula lebih tertarik ke atas sehingga tinggi wajah pasien berubah
dan wajah pasien tampak lebih pendek
ANATOMI
1. Papilla incisive : menonjol, di area interdental
bagian palatal
2. Ruggae palatine
3. Ridge : lingir, daerah tidak bergiginya
4. Tuberositas maxilla : tonjolan di bagian paling
posterior rahang atas
5. Hamular notch : titik terendah setelah tuber maxilla
6. Fovea palatine : di tulang palatum, tertutup mukosa
7. Frenulum : frenulum labialis dan bukalis
8. Fornix : batas antara mukosa bergerak dan tidak
bergerak
1. Frenulum
2. Ridge
3. Fornix
4. Retromolar pad
100
BAGIAN GIGI TIRUAN
FITTING SURFACE
POLISHING SURFACE
PERIPHERAL SEAL
POST DAM
Note :
1. Fitting surface : bagian yang bersentuhan dengan mukosa. Tidak perlu dihaluskan, harus
benar-benar membentuk anatomi.
2. Polish surface : bagian yang berhadapan dengan rongga mulut, disebaliknya fitting
surface, bersentuhan dengan lidah. Bagian ini harus halus, karena akan berkontak dengan
makanan, bila permukaan kasar, sisa makanan mudah menempel. Selain itu lidah akan
merasa kasar.
3. Peripheral seal
4. Incisal/occlusal surface : permukaan incisal/oklusal gigi-gigi ansir
GIGI TIRUAN RA : post dam bertemu dengann pheripheral seal membentuk suatu kesatuan →
circulair seal.
GIGI TIRUAN RB : pheri-pherial seal dimulai dari ujung posterior base plate RB satu sisi ke sisi
lainnya → daerah lingual tidak dibuat pheri-pherial seal.
Note :
- Seal yg melingkari gigi tiruan RA adalah peripheral seal yang menyambung dengan post dam
dan saling berhubungan
- Peripheral seal RB hanya dibuat di bukal
- Seal berfungsi sebagia penutup untuk menutup celah yg terbentuk antara basis dengan
mukosa, agar udara tidak masuk ke bagian fitting
101
• Keuntungan : tidak penggodokan ulang (menghindari distorsi)
• Kelemahan : fitting surface kurang akurat
2. Base plate permanen, dipakai mulai dari awal proses pembuatan sampai GTL jadi.
• Bahan : heat cured resin akrilik, visible light cured (VLC), emas, kobal kromium
• Keuntungan : fitting surface akurat
• Kelemahan : mengalami penggodokan ulang → distorsi → gigi tiruan gagal
102
KONTAK BASIS PLAT – MUKOSA
Note :
Faktor muskular :
otot buccinator, orbikularis oris, otot instrinsik dan ekstrinsik lidah teknik mencetak, desain
polish surface, bentuk lengkung gigi
Note :
- Dalam mulut banyak otot, sehingga otot2 berpengaruh.
- Lidah dan otot pipi dapat memberi dorongan yang bisa membuat gigi tiruan terlepas, sehingga
gigi tiruan harus dibuat mengikuti kontur otot2 dan lidah.
103
- Ketika gigi bersinggungan dengan pipi, pipi berkonraksi. Misal membuka mulut ‘A’, mulut
bergerak dalam, gigi tiruan terlepas. Paling sering terjadi saat penyusunan gigi depan, karena
pada gigi depan jarak alveolar ridge dengan bibir sangat dekat sehingga semisal penyusun
giginya terlalu kedepan atau terlalu protrusif, ketika pasien buka mulut sedikit akan terdorong
oleh pipi, kemungkinan membuat gigi tiruan lepas.
Note :
- Kemampuan adaptasi pasien juga faktor yg sangat mendukung retensi, pasien harus diminta
beradaptasi atau membiasakan dengan gigi tiruan, salah satunya dengan menahan bagian
belakang gigi tiruan atas dengan lidah ketika hampir jatuh.
- Pada gambar ini, ketika pasien menggigit makanan dengan gigi depan akan timbul tekanan
gigi depan yg mengakibatkan bagian belakang posterior RA sedikit bergerak, ketika ini
terjadi otomatis lidah menahan bagian atas.
PENGAP PERIFER
104
POSTDAM (posterior palatal seal/border)
- Bendungan di depan vibrating line yang menghubungkan antara kedua hamular notch
- Post dam di buat berbentuk bead / alur dengan lebar : 2 mm dan kedalaman 1-1,5 mm
- Mencegah udara masuk ke dalam palatum vaccum area
LETAK POSTDAM
PROSEDUR PEMBUATAN
a. Tandai hamular notch kanan dan kiri dengan pensil tinta (indelible pencil)
b. Pasien diminta mengucapkan “AH” Ah Line tanda klinis fovea palatina
c. Hubungkan ah line dengan hamular notch
d. Masukkan cetakan kembali ke mulut
Note :
- Vibrating line adalah garis getar, akan terbentuk garis batas antara mukosa palatum molle
dan durum, bisa dilihat ketika pasien mengatakan “ah” dan melewati fovea palatina, postdam
dibuat sekitar itu.
- Cara paling tepat untuk menggambar vibrating line adalah pasien diminta mengucap ah
kemudian operator menggambar garis tersebut langsung di mulut pasien dengan indelible
pencil. Kemudian misal cetakan dibuat dari alginat, diletakkan kembali ke mulut pasien
sehingga bekas pensil bisa nempel di alginat, setelah itu baru diisi gips. Harapannya sisa
indelible pencil akan menempel pada gips.
- Vaccum area: area yg sama sekala tidak ada udara, sehingga retensi lebih kuat
105
MULTIFAKTOR RETENSI GTL
- UKURAN :
a. Dibentuk tapal kuda dengan tebal 10 -12 mm.
b. Bagian posterior lebar 6 mm, anterior lebar 4 mm
RECORD BLOCK
Note :
- Record block merupakan kesatuan antara bite rim dengan base plate
- Bite rim dibuat sebagai tempat untuk gigi geligi oleh karena itu, bite rim harus dibuat
dengan ukuran seperti ukuran giginya, posisi dan letak seperti posisi dan letak giginya.
- Bite rim anterior dan posterior berbeda, karena menyesuaikan ukuran gigi pada umumnya,
posterior pasti lebih lebar. Tinggi bite rim di anterior lebih panjang dari posterior.
- Letak bite rim menyesuaikan letak dari otot2 di pasien, misal bite rim diletakkan di depan
tapi profil pasien terdorong makin maju, perlu dikurangi.
106
Note :
- Untuk menentukan hubungan maxilla dan mandibulla dalam kedokteran gigi dikenal dengan
nama maxillomandibular relationship (MMR).
- Penentuan hubungan dilakukan langsung di pasien. Setelah memasang bite rim dilanjutkan
dengan tahapan MMR ke pasien, setelah itu pasang di artikulator
- Tahapan MMR dimulai dengan penentuan oklusal bite rim RA, lalu menentukan garis2
penting, setelah itu fiksasi, kemudian ditanam di artikulator
107
Note :
‐ Setelah membuat garis camper dengan bantuan tali/benang, kemudian record blok
dimasukkan ke RA. Karena bite rim ada dalam mulut dan garis ada di luar mulut, kita tidak
tau apakah oklusal bite rimnya sejajar atau tidak dengan garis yg dibuat, sehingga butuh alat
bantu yaitu occlusal guide plane. Bentuknya lempeng seperti huruf W atau M terbalik, bagian
tengah akan masuk ke dalam mulut dan bagian samping di luar, bagian luar yg sejajar dengan
bagian dalam akan bisa merefleksikan bagaimana posisi di bagian dalam (bite rim atas harus
sejajar dengan occlusal guide plane).
‐ Bite rim harus kelihatan kira-kira 2 mm di bawah garis bibir berfungsinya untuk estetika.
108
VERTIKAL DIMENSI
- Hubungan vertikal antar maksila – mandibula, merupakan besarnya jarak antara maksila dan
mandibula dari arah vertikal dalam kondisi tertentu
- Macam VD : VD OKLUSI , VD ISTIRAHAT (REST POSITION)
- Edentolous total kehilangan dimensi vertikal oklusi
- VDO : Vertikal dimensi saat oklusi sentrik
- VDO : ditentukan oleh gigi asli ketika masih ada dan beroklusi
- VDRP : Vertikal dimensi saat posisi mandibula istirahat
- VDRP : ditentukan oleh otot-otot dan gaya gravitasi , otot penutup dan pembuka rahang dalam
keadaan kontraksi tonik minimal Postural Jaw Position
- Selisih jarak VDRP – VDO : jarak antar oklusal (free way space) jarak antara gigi atas dan
bawah ketika mandibula dalam kedudukan istirahat fisiologis
- Besar free way space : 2 – 4 mm
- Manfaat FWS : melindungi jaringan periodontal ( mencegah nyeri dan kerusakan alveolar/
resorpsi), mencegah bunyi gigi, Space For Speech
Referensi
GELIGI TIRUAN LENGKAP, drg. Itjingningsih W.H, EGC
PERAWATAN PROSTODONTIK BAGIANI PASIEN TAK BERGIGI
EDISI III, R.M Basker, J.C Davenport, H.R Tomlin, EGC
BUKU AJAR PROSTODONTI UNTUK PASIEN TAK BERGIGI MENURUT BOUCHER
EDISI 10, G.A Zarb, C.L Bolender, J.C Hickey, G.E Carlsson, EGC
109
110
KONSTRUKSI DAN VERTIKAL DIMENSI GIGI TIRUAN
LENGKAP PART II
Oleh: drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros
Editor: Widha Rachmada
VERTIKAL DIMENSI
Merupakan tinggi wajah yang diukur dari titik tertentu yang ada di cranium dan satu titik di
mandibulla
Tinggi wajah ada 2 yaitu tinggi wajah saat oklusi (Vertikal Dimensi Oklusi) dan tinggi wajah
ketika mandibulla dalam kondisi relaks atau relaksasi (Vertikal Dimensi Restposisi). Kedua
vertikal dimensi tersebut dimiliki oleh orang yang masih memiliki gigi, pada orang yang
kehilangan gigi maka ia akan kehilangan vertikal dimensi oklusi.
Panjang VDR > VDO, selisih diantara keduanya disebut dengan Free Way Space
Orang yang tidak punya gigi tetap mempunyai free way space tetapi jauh dari normal, normal
free way space 2-4 mm
Manfaat free way space adalah untuk melindungi jaringan periodontal, saat mengunyah
makanan dengan adanya free way space maka ada jarak untuk menampung tekanan gigitan ke
gigi sehingga saat menggigit tekanan gigitan tidak langsung menghantam ke akar dan ligament
periodontal. Selain itu juga untuk mencegah bunyi gigi (horse shoe sound), sebagai space for
speech (co: untuk bersiul, pengucapan huruf-huruf tertentu
Monalisa dinilai memiliki gambaran wajah manusia yang paling sempurna secara tinggi wajah
yang mana dari Nation ke Subnation, Subnation ke Gnathion tingginya sama (cek lagi ya gais agak
ga kedengeran soalnya maaf). Cara yang lain bisa menggunakan panjang telinga yangmana
panjang telinga sama dengan panjang dari 1/3 wajah. Telapak tangan jika diukur panjangnya sama
dengan dagu ke ubun-ubun (seperti gambar). Pengukuran tersebut jarang digunakan secara klinis.
111
WILLIS (yang sering digunakan di klinis)
a. Pasien diminta untuk menggigit bite rim yang telah disiapkan pada rahang atas dan rahang
bawah.
b. Dimensi vertical diukur dengan cara mengukur jarak pupil dengan sudut mulut (PM) sama
dengan jarak dasar hidung dengan dasar dagu (HD).
c. Pada posisi istirahat, PM = HD.
d. bila belum sama maka bite rim RB yang dikurangi, dan bila sudah sama maka sudah
didapatkan vertikal dimensi rest posisi.
e. Selanjutnya menentukan Free Way Space
112
Niswonger two dot technique
- Menggunakan 2 titik yang ditentukan sendiri, yang mana 1 titik di cranium dan 1 titik di
mandibulla kemudian posisi restposisi diukur panjangnya masukan bite rim diukur lagi
panjangnya (dilihat panjangnya sama atau tidak) bila tidak sama maka tinggi bite rim
dikurangi
- Prosedur: Tentukan 2 titik di cranium dan di mandibulla, intrusikan pasien untuk mengucapkan
huruf M secara berulang-ulang untuk mendapat posisi rest posisi diukur panjangnya
didapat hasil panjang saat rest posisi masukan record block atas dan bawah diukur
kembali titik yang awal tadi apabila sudah sama maka sudah tepat bite rimnya, tapi kalau
tidak sama maka manipulasi bite rimnya.
113
KEGAGALAN PENENTUAN VD
Ketika diakhir perawatan (gigi tiruan sudah jadi) bisa dilihat kegagalannya berupa:
VD TERLALU TINGGI :
a. GTL tidak stabil jarak oklusal dan ridge terlalu jauh
b. Tidak enak dipakai otot lelah
c. Profil jelek (wajah terlihat panjang) otot tegang, bibir tidak menutup
d. Horse shoe sound
e. Gangguan sendi rahang
f. Perlukaan jaringan, resorpsi tulang
VD TERLALU RENDAH :
a. Inefisiensi pengunyahan kekuatan gigit berkurang (ketika VD rendah, sudah saatnya
gigi berkontak tetapi gigi blm kontak
b. Wajah terlihat tua
c. Bibir terlihat tipis, gigi tidak terlihat
d. Pipi dan bibir tergigit tonus otot kurang
e. Gangguan fonetik pengucapan “s”
f. Sudut mulut turun dan melipat angular cheilitis
g. Rongga mulut sempit lidah terdesak ke arah larynx/pharynx mengganggu tuba
eustachii gangguan telinga
h. Costen syndrome tuli ringan, pusing, tinitus, sakit sendi TMJ
i. gejala : lidah spt terbakar, mulut terasa kering, sakit kepala (temporalis), sakit tenggorokan
114
RELASI SENTRIS
Relasi (hubungan) RB terhadap RA secara horizontal pada waktu condyleberada pada posisi
paling posterior dalam fossa glenoidea, tanpa mengurangi kebebasannya untuk bergerak ke
lateral
Relasi Sentris hubungan maksila-mandibular secarahorisontal
Kontak maksimal gigi-gigi RA –RB dalam kondisi relasi sentris oklusi sentris
Pasien yang sudah kehilangan gigi maka akan kehilangan relasi sentrisnya (hubungan RA dan
RB), biasanya RB akan lebih protusif
115
o Tahapan double v grove: buat segitiga pada bite rim RA di area P tandai kaki
segitiga yang sudah digambar di RA di bite rim RB bite rim dikeluarkan dr
rongga mulut bagian segitiganya RA di keluarkan sehingga menyisakan
ruang kosong berbentuk segitiga bagian bite rim RB yang sudah ditandai
tadi dikurangi sekitar 2mm dan pada bagian sisi sampingnya dan dikeluarkan
dari bite rim (lihat lagi video kuliah drg Fahmi) olesi vaseline pada
permukaan oklusal bite rim RA masukan record block ke mulut ambil
malam merah lalu dibulatkan kira2 sebesar ruang segitiga yang terbentuk dan
dimasukann dalam ruang segitiga tsb dan akan terbentuk kunci atau
terfiksasi sehingga saat pengeluaran record block bisa satu persatu.
FIKSASI
Merupakan kunci bite rim RA dan RB, sebelum ditanam pada artikulator
Dilakukan setelah didapatkan relasi sentrik
Dilakukan dengan 2 cara, menggunakan double V groove, atau menggunakan klip
GARIS KETAWA: untuk menentukan tinggi gigi yang akan digunakan/ batas
servikal dari gigi
Diambil saat psien tertawa, tepat dibawah lekukan bibir atas (saat tertawa gusi tidak terlihat)
116
STABILITAS GTL
GTL Stabil hanya sedikit bergerak terhadap tulang dibawahnya selama berfungsi
PENYEBAB KETIDAKSTABILAN
KETIDAKSEIMBANGAN OKLUSI
Susunan gigi yang disusun tidak harmonis, atau ada gigi yang premature kontak
MAKANAN
117
AKSI OTOT
GRAVITASI
Gtl rahang atas dibuat seringan mungkin. Bila alveolar ridge rahang bawah tipis/pendek, perlu
ditambahkan pemberat
KEGAGALAN GTL
118
GANGGUAN PENGUCAPAN
Posisi gigi yang dipasang kurang baik, plat bagian palatal terlalu tebal, gigi RB terlalu ke lingual
menyebabkan pergerakan lidah terganggu
119
PRINSIP DASAR DAN DESAIN GIGI TIRUAN SEBAGIAN
LEPASAN (GTSL)
Oleh : drg.Fahmi Yunisa, Sp.Pros
Editor : Affina Noor Rasyidya
120
hanya daerah kehilangan gigi nya saja, sedangkan Applegate menambahkan kondisi
gigi lainnya yang menjadi pegangan/ daerah pendukung.
Nb : di kuliah ini hanya dibahas mengenai klasifikasi Applegate.
Menurut Klasifikasi Applegate – (modifikasi) Kennedy daerah tak bergigi (DTG) dapat
dibagi atas enam kelas dengan masing-masing indikasi protesanya (IP) yaitu :
121
2. Tahap II: Menentukan macam dukungan dari setiap sadel.
Bentuk daerah tak bergigi / sadel :
Daerah tertutup (paradental)
Daerah berujung bebas (free end)
Gigi tiruan dukungan mukosa. Semua didukung oleh mukosa dan prosesus
alveolaris dibawahnya
Gigi tiruan dukungan kombinasi gigi dan mukosa, sebagian didukung oleh
gigi sebagian didukung oleh mukosa.
122
Penahan tidak langsung (Indirect Retainer)
bekerja dengan memberikan retensi pada
sisi berlawanan pada garis fulkrum dimana
gaya tsb bekerja, penahan ini bekerja pada
basis GTSL. Mencegah gtsl lepas arah
vertical secara tdk langsung.
Biasanya digunakan pada kasus free end.
123
oklusal, tapi diletakkan di daerah dudukan sandaran (Rest Seat) dengan
pembuatan preparasi, supaya tidak terjadi traumatik oklusi dari gigi
antagonisnya. Besar sandaran menyesuaikan dengan bahan yang
digunakan.
Macam-Macam Cengkram :
1. Cengkram Kawat
Cengkram kawat Oklusal(sirkumferensial)
o Cengkram tiga jari : Berbentuk seperti Akers Clasp, cengkeram ini dibentuk
dengan jalan menyoldir lengan-lengan kawat pada sandaran atau
menanamnya ke dalam basis.
o Cengkram dua jari : Berbentuk sama seperti Akers Clasp tetapi tanpa
sandaran
124
Cengkram kawat Gingival
a) Cengkram Meacock Spoon denture anak
b) Cengkram Panah anker
c) Cengkram Penahan Bola
d) Cengkram C
2. Cengkram tuang
Cengkram Tuang Oklusal
o Cengkram akers
- Sandaran oklusal mencegah
pergerakan geligi tiruan kearah
gingiva.
- Bagian pengimbang
menahan pergerakan
horisontal.
- Lengan retentive mencegah
pergerakan vertikal ke arah
oklusal.
- Gigi Molar dan Premolar bila gigi tidak miring, estetik tidak penting
dan letak gerong retentif jauh dari daerah tak bergigi.
125
- cengkram kail ikan
Modifikasi Cengkeram Akers satu atau kedua lengannya diputar
membalik untuk menempati gerong retentif dekat daerah tak bergigi.
3. Cengkram Caninus
Sandaran diletakkan pada bagian mesioinsisal. Konektor minornya berjalan ke
bawah dari sisi mesiolingual, sedangkan lengannya dari singulum ke arah distal
lalu membelok ke bukal dan berakhir pada gerong mesiolabial
126
Bagian ini tidak dijelaskan di kuliah :
127
128
129
PROSEDUR PEMBUATAN DAN PEMASANGAN GTC – Part 1
Oleh : drg. Fahmi Yunisa, Sp. Pros
Editor : Novia Silla Wardani
MACAM-MACAM RESTORASI :
1. ALL CERAMIC
KAREAKTERISTIK :
a. Tidak dilapisi logam (tidak ada logam) transmisi cahaya baik mirip warna gigi asli
sangat estetis
b. Tidak dilapisi logam lebih konservatif di labial/bukal 1-1,5 mm
c. Tidak dilapisi logam kekuatan berkurang mudah pecah
d. Pengurangan lebih banyak di proksimal-lingual / palatal
e. Kurang baik sebagai GTC posterior, karena sifatnya mudah pecah.
Catatan :
All ceramic lebih konservatif dibandingkan dengan metal ceramic.
Sekarang ini dengan berkembangnya bahan gigi tiruan maka all ceramic dibagian
posterior sudah memungkinkan atau bisa digunakan tetapi tergantung dari bahannya.
INDIKASI :
Kebutuhan estetik yang tinggi, tidak dapat direstorasi dengan restorasi yang lain.
Gigi dengan karies di bagian proksimal atau facial
Kontak area harus terdukung struktur gigi
KONTRAINDIKASI :
Dapat direstorasi dengan restorasi lain
Adanya beban oklusi tinggi
Tidak membutuhkan estetika
Dimensi labio lingual tipis
Gigi dengan pulpa lebar remaja
130
Catatan (gambar di atas) :
Ketebalan dibagian bukal/labial, lingual, mesial, distal, dan proksimal, semuanya sama
yaitu 1 mm (minimal) dengan margin yang shoulder.
Bagian oklusal/insisal 1,5 mm , all porcelen ini harus dengan ketebalan minimal agar
tidak mudah pecah.
131
Catatan (gambar di atas) :
Bur yangbanyak digunakan adalah Bur Tapered diamond dengan ujung datar atau
bulat.
Bur Tapered and Football Shaped digunakan untuk mengurangi bagian lingual pada
gigi insisivus.
2. METAL CERAMIC
KARAKTERISTIK :
a. Restorasi dengan substruktur / koping logam , yang dilapisi porcelain kombinasi
kekuatan dan estetika
b. Pengurangan gigi harus adekuat penutupan logam oleh porcelain
c. Margin restorasi anterior di subgingiva (bagian anterior) estetika, potensi periodontal
disease
d. Akurasi penentuan warna sulit, dibandingkan dengan all ceramic.
Catatan :
Bagian dalam restorasi metal ceramic adalah logam (yang bersentuhan dengan gigi)
dan dilapisi oleh porcelen.
Pengurangan gigi untuk metal ceramic harus cukup, karena ada ketebalan metal (tipis)
dan ketebalan porcelen (tebal, karena porcelen transparan). Jika porcelen tidak tebal,
maka akan terlihat bayangan hitam dari logamnya.
Preparasi harus shoulder
INDIKASI :
Gigi yang membutuhkan perbaikan estetik
Gigi dengan kerusakan besar, karena karies, trauma, tumpatan yang sudah lama
Gigi yang membutuhkan kekuatan
132
Gigi dengan malposisi ringan
KONTRAINDIKASI :
Gigi dengan penyakit periodontal
Gigi dengan karies aktif
Pasien usia muda kamar pulpa
Gigi yg masih dapat direstorasi lain
Ruang edentolous yang panjang
TAHAPAN PREPARASI :
1) Guiding Grooves adalah panduan dari preparasi, supaya hasil preparasi mempunyai
ketebalan yang sama besar.
a. Kedalaman bagian labial / bukal : 1,3 mm
b. Kedalaman bagian insisal : 1,8 mm
c. Kedalaman bagian oklusal : 1,3 mm
133
Catatan (gambar di atas) :
Cara membuat Guiding Grooves
a. Dibagian labial/bukal buatlah 3 buah Guiding Grooves menggunakan bur
dengan kedalaman yang sama
b. Gerakkan bur ke sisi kanan dan sisi kiri untuk menghubungkan Grooves
c. Dibagian oklusal/insisal 3 buah Guiding Grooves, kemudian dihubungkan
bagian Grooves agar mendapatkan ketebalan yang sama.
134
Aspek periodontal margin supragingival lebih baik
Margin supragingival low lip line, gigi posterior
Margin subgingival perlu retraksi gingiva gingival cord
5) Finishing :
a. Bagian margin harus halus dan kontinyu
b. Retraksi gingiva kadang dibutuhkan
c. Semua sudut ditumpulkan
135
3. PARTIAL CROWN
KARAKTERISTIK :
a. Preparasi seluruh sisi gigi, kecuali bagian labial/bukal konservatif terhadap gigi
b. Proximal box dan groove mencegah perpindahan buko lingual
c. Gigi anterior ketebalan harus cukup
d. Retaner untuk bridge pendek
e. Tidak untuk gigi pasca PSA
KEUNTUNGAN :
Konservatif thd struktur gigi
136
Mengurangi resiko kerusakan pulpa dan periodonsium
Pemilihan desain margin mudah supragingival
Kontrol sementasi mudah
KEKURANGAN :
Retensi – resistensi < complete crown (Jika tidak ada retensi, partial crown mudah
bergeser/bergerak).
Preparasi lebih rumit ketelitian arah masuk
HUBUNGAN OKLUSAL
137
138
139
140
PROSEDUR PEMBUATAN DAN PEMASANGAN GTC – Part2
Oleh: drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros
Editor: Fatma Nur Aini
PENCETAKAN MODEL KERJA
Note:
Preparasi adalah dilakukan untuk menyiapkan ruangan yang akan diisi oleh mahkota GTC.
Bangunan mahkota GTC akan dibuat oleh lab. Ketika preparasi drg harus memastika bahwa hasil
preparasi bisa dikerjakan oleh lab. Lab bisa mengerjakan bangunan GTC jika ada media
pengantarnya yang berupa cetakan. Perawatan ini merupakan perawatan indireck restorasi, oleh
karena ini cetakan model kerja GTC atau crown harus bisa menduplikasi kondisi rongga mulut.
Hal yang harus diperhatikan dalam proses pencetakan adalah bagaimana tekniknya dan bahan yang
digunakan untuk bisa menggambarkan detail kondisi rongga mulut. Dalam prakteknya tidak bisa
menduplikasi tepat ukuran dengan rongga mulut karena bahan cetak bisa mengalami shrinkage
(walaupun nilainya sedikit). Dengan kemajuan teknologi sekarang dikenal teknologi CAD/CAM
dimana dalam mencetak gigi dan rongga mulut dilakukan dengan scan, harapannya hasil cetakan
bisa mempresentasikan ketinggan dan dimensi rongga mulut yang sangat detail dan persis.
Tantangan :
Kelembaban saliva, perdarahan
Margin subgingival tissue displacement
Kontrol saliva cotton roll
Kontrol saliva sulit medikasi antisialagogik efek samping mulut kering
141
kimia dengan pemberian bahan kimia dengan harapan ketika gingiva diberi bahan kimia bisa
terretrak dengan sendirinya.
CORD
Note: gambar diatas merukapan gambar gingivar cord yang sering digunakan pada tissue
displacement.
Note: gambar diatas merupakan tahapan tissue displacement dengan teknik mekanis.
PASTE
Note:
Gambar diatas adalah produk yang digunakan untuk tissue displacement dengan pasta, contoh
pasta produk dari 3M. Pasta diinjeksikan ke sekeliling margingingiva ditunggu beberapa saat
gingiva terretraksi.
142
Note:
Gambar disamping adalah
tampilan 2 dimensi tissue
displacement yang menampilkan
margingingiva teretraksi
menampilkan daerah preparasi
subgingiva. Tujuannya agar
bahan cetak bisa masuk ke
subgingiva dan area itu dapat
tercetak dengan baik.
Note: pesan drg. Fahmi tabel diatas dipelajari mandiri. Kedua teknik diatas mempunyai
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Menurut drg. Fahmi teknik mekanis lebih mudah
diterapkan karena benang cord dapat dikontrol ketika masuk ke margingingiva, tetapi cord juga
mempunyai kekurangan yaitu ukurannya kadang tidak sesuai dengan margingingiva sehingga sulit
masuk.
143
Note: gambar diatas merupakan step tissue displacement menggunakan pasta. Pengerjaan
dilapangan kadang tidak seperti digambar. Step kedua kadang susah dilakukan karena gingiva
sulit dimasukkan tip. Teknik yang digunakan tergantung kenyamanan dan kebiasaan dari
operator. Teknik opsional menggabungkan keduanya agar mendapatkan hasil yang lebih
maksimail.
BAHAN CETAK :
a. Hidrokoloid reversibel
b. Polisulfide
c. Polyeter
d. Silikon kondensasi
e. Silikon tambahan (polyvinyl siloxane)
Note: Klasifikasi bahan cetak bisa berbeda disetiap textbook karena sudut pandang yang berbeda,
ada yang berdasarkan sifatnya dll. Dalam pencetakan restorasi indirect, bahan cetak yang sering
digunakan adalah hidrokoloid reversibel dan elastomer. Bahan cetak elastomer terdiri dari
polisulfide, silikon kondensasi, dan silikon tambahan (polyvinyl siloxane). Bahan silikon yang
luas digunakan di Indonesia adalah bahan silikon dengan reaksi tambahan. Sedangkan untuk jenis
hydrokoloid yang luas digunakan di Indonesia adalah hydrokoloid irreversibel bukan yang
reversibel, contohnya alginat.
144
Rangkuman dari bahan cetak. Hydrocoloid irreversibel mencetak dengan alginat direkomdasikan
hanya untuk mencetak diagnostic cast (model studi) tidak digunakan untuk mencetak model kerja.
Tabel diatas diambil dari textbook Contemporary Fixed Prostodontics .
drg Fahmi : silakan tabel diatas dipelajari dan dihafalkan siapatau dijadikan soal
Note: polysulfide, polyether, condensation silicone, dan addition silicone untuk studi
model “No” karena harganya mahal dan terkesan mubadzir jika hanya dipakai untuk men
cetak studi model. Model studi tidak perlu sangat detail (sampai lekuk dibukal tercetak).
145
undercut
Note: pencetakan dengan elastomer mempunyai berbagai macam teknik tergantung bahan
cetaknya. Sediaan bahan cetak elastomer bisa dibagi menjadi dua yaitu putty dan wash. Wash
146
material sediaanya pasta. Putty material sediaanya lebih kaku/keras dari wash material. Bahan ini
dapat dimanipulasi dengan dua cara yaitu putty-wash one stage dan two stage.
Teknik one stage : artinya material diaplikasikan ke rongga mulut dalam sekali tahap.
Pertama, manipulasi putty. Putty mempunyai dua sediaan yaitu base dan katalis, lakukan
pencampuran kedua bahan itu. Manipulasi/pencampuran dilakukan dengan tangan kosong
menghindari handscoon lateks (dapat menghambat polimerisasi), kedua sediaan dicampur sampai
warnanya homogen kemudian letakkan disendok cetak. Siapkan wash material (ada dua sediaan
base dan katalis), digambar pada halaman sebelumnya dicontohkan wash material menggunakan
packingan dalam kapsul, ada beberapa jenis packing sediaan seperti kapsul, tube, dll. Sediaan tube
dicampur dengan spatula diatas paperpad. Setelah wash material homogen, sebagian kecil bahan
diletakkan ke area yang mau dicetak dan sisanya diletakkan di putty material di sendok cetak.
Kemudian lakukan pencetakan ke dalam rongga mulut dalam sekali kerja.
Ketika mencampur bahan putty dan wash harus dicampurkan dalam waktu yang bersamaan agar
tidak ada yang lebih cepat setting, biasanya pengerjaan dengan bahan cetak ini dilakukan dengan
asisten.
Teknik Two stage : material cetak diaplikasikan ke rongga mulut dalam dua tahap. Manupulasi
putty kemudian masukkan ke dalam rongga mulut pasien dengan sendok cetak. Kemudian
keluarkan. Bagian gigi yang akan dibuat GTC/Mahkota putty yang tercetak ‘dikerok’ hal ini
bertujuan sebagai tempat wash (dibuat pelegaan). Selanjutnya manipulasi wash material dan
masukkan kedalam sendok cetak, bagian rongga mulut juga diaplikasikan wash. Lakukan kembali
pencetakan rongga mulut pasien.
147
Note:
Gambar atas kiri adalah contoh gigi yang
dipreparasi kemudian dibuatkan mahkota
sementara tetapi tidak adekuat sehingga
bagian tepi terbuka dan ada bagian yang
tajam. Gambar kanan bawah adalah contoh
gigi yang sudah dipreparasi namun pasien
tidak dibuatkan mahkota sementara sehingga
cenderung terjadi pergerakan gigi.
148
TEKNIK PEMBUATAN INTERIM :
1. Direct custom : sudah jadi
2. Indirect custom : beli custom kemudian dibikin terlebih dahulu, menyerupai gigi sebelumnya
3. Preformed (polycarbonate, cellulose acetate, aluminum, tin silver )
MATERIAL MAHKOTA INTERIM :
a) Manipulasi mudah : working time cukup, setting time cepat
b) Biokompatibel : nontoksik, nonalergik, noneksotermik
c) Dimensi stabil
d) Mudah dibentuk dan dipoles
e) Cukup kuat
f) Mudah diterima pasien : tidak bau, tidak iritatif
Prosedur Kerja Indirect Custom :
a) Sebelum preparasi : cetak gigi pasien, lalu isi dengan stone model kerja I
b) Setelah preparasi selesai : cetak gigi pasien, lalu isi dengan stone model kerja II
c) cetak model kerja I dengan putty atau hidrokoloid irreversibel cetakan interim
d) Ulaskan separating medium pada model kerja II
e) Aduk akrilik SC, lalu tuang pada cetakan interim
f) Masukkan cetakan interim ke dalam model kerja II
g) Tunggu setting cek kontrol
h) Dilepas dari model kerja II
i) Finishing dan polishing
Note: Salah satu prosedurnya akan dilakukan diskills lab. Kekurangannya membutuhkan waktu
yang lama.
Keuntungan Indirect Custom Technique :
a) Tidak ada kontak antara monomer dan gigi atau gingiva kerusakan jaringan, reaksi alergi
b) Mencegah paparan panas saat polimerisasi pada gisi injury pulpa
c) Adaptasi tepi lebih baik
d) Pasien lebih nyaman
e) Kompatibel dengan bahan sementasi
f) Estetika cukup baik : translusen, warna stabil
Prosedur Kerja Direct Custom :
a) Sebelum preparasi : cetak gigi pasien, lalu isi dengan stone model kerja I
b) Setelah preparasi selesai : cetak model kerja I dg putty atau hidrokoloid irreversibel
cetakan interim
c) Ulaskan separating medium pada gigi pasien dan jaringan sekitarnya, lalu isolasi dan
keringkan
d) Aduk akrilik SC, lalu tuang pada cetakan interim
e) Masukkan cetakan interim ke dalam mulut pasien
f) Tunggu setting cek kontrol
g) Dilepas dari mulut pasien
h) Finishing dan polishing
Note: Kekurangan prosedur kerja direct adalah rasa kurang nyaman pada mulut pasien karena
menggunakan resin akrilik langsung dimulut pasien. Kelebihannya waktu kerja lebih singkat.
149
Prosedur Kerja Preformed :
a) Ukur ruang mesiodistal dan ketinggian servikooklusal pada gigi
b) Cari preformed crown dengan ukuran yang sesuai
c) Try in preformed crown pada gigi
d) Ulaskan separating medium pada gigi dan jaringan sekitarnya
e) Aduk akrilik SC, lalu tuang pada preformed crown
f) Masukkan preformed crown pada gigi, bersihkan sisa2 akrilik
g) Saat rubbery stage, lepas preformed crown dari gigi
h) Tunggu sampai setting sempurna
i) Finishing dan polishing
Note: jika ketika tryin ukuran kepanjangan bisa dipotong oleh operator.
PROSEDUR KERJA INDIRECT CUSTOM BRIDGE :
a) Sebelum preparasi : cetak gigi pasien, lalu isi dengan stone
b) Buat pontik menggunakan anasir gigi atau malam merah, pasang di sadel area model
kerja I
c) Setelah preparasi selesai : cetak gigi pasien, isi dengan stone model kerja II
d) cetak model kerja I dg putty atau hidrokoloid irreversibel cetakan interim
e) Ulaskan separating medium pada model kerja II
f) Aduk akrilik SC, lalu tuang pada cetakan interim
g) Masukkan sendok cetak ke dalam model kerja II
h) Tunggu setting cek kontrol
i) Dilepas dari model kerja II
j) Finishing dan polishing
Note: hampir sama dengan teknik indirect
SEMENTASI MAHKOTA SEMENTARA :
Zinc oxide eugenol (ZOE) cukup baik
Zinc phosphate, zinc polycarboxylate, GIC tidak baik terlalu kuat, sulit dilepas
Note: sementasi mahkota sementara tidak direkomendasikan dengan GIC, bahan sementasi ideal
tidak mengiritasi pulpa dan bisa melapisi dengan tipis.
SEMENTASI
Pemilihan bahan sementasi tergantung pada bahan restorasi yang akan disementasi
Bahan sementasi / luting agent :
a) Waktu kerja panjang, setting time pendek
150
b) Menempel pada gigi dan restorasi
c) Tidak mengiritasi pulpa
d) Mudah dibersihkan (ekses)
e) Dapat dibuat tipis
f) Viskositas rendah
Note: cara baca contoh: metal ceramic crown bisa menggunakan bahan sementasi apa saja
sedangkan restorasi ceramic veneer hanya bisa menggunakan bahan sementasi adhesive resin atau
composite resin.
151
Prosedur Kerja Sementasi :
a) Bersihkan area gigi yang akan disementasi dari sisa bahan sementasi mahkota sementara,
isolasi area kerja
b) Try in mahkota cek arah masuk, ketepatan margin, stabilitas restorasi
c) Bersihkan restorasi dengan semprotan udara atau steam cleaner
d) Aduk bahan sementasi sesuai petunjuk pabrik konstan oklusi
e) Bersihkan sisa-sisa bahan sementasi yang keluar, jika tertingga bisa menyebabkan inflamasi
guys
f) Tunggu sampai setting cek kontrol sementasi
Note: bahan sementasi tidak diletakkan di gigi pasien, tetapi setelah diaduk bahan sementasi
diletakkan direstorasi baru restorasi dimasukkan ke gigi.
Perawatan Post Insersi
Tujuan :
a. Kontrol oral higiene
b. Evaluasi habit pasien plak kontrol dental floss
c. Identifikasi penyakit karies, periodontal disease
d. Corrective treatment mencegah kerusakan permanen
Ada 3 macam, yaitu perawatan pasca sementasi, perawatan periodik, perawatan kedaruratan
Perawatan pasca sementasi :
152
a. Dilakukan 1 minggu – 10 hari pasca insersi
b. Cek oklusi occlusal adjustment
c. Cek area margin sulkus terbebas dr sisa sementasi
d. Cek habit pasien
Perawatan periodik :
a. Dilakukan tiap 6 bulan sekali
b. Cek jaringan lunak deteksi dini oral cancer
c. Cek plak kontrol index dibandingkan dengan kunjungan sebelumnya
d. Cek diet history perubahan pola makan, merokok
e. Cek saliva
f. Cek penyakit : caries, periodontal disease, occlusal dysfunction
Perawatan kedaruratan :
a. Nyeri gigi vital : iritasi pulpa, pada gigi non vital : fraktur akar
b. Kehilangan abutmen pelepasan sisa protesa dengan crown remover, atau pembelahan
mahkota
c. Fraktur konektor
d. Fraktur porcelain reparasi dengan komposit menggunakan silane coupling agent
Note: crown remover adalah alat untuk melepas mahkota. Jika setelah gigi dicrown ada karies
makan crown bisa dilepas dengan crown remover. Cara lain jika tidak menggunakan crown
remover adalah dengan bur khusus.
153
154
GIGI TIRUAN SEBAGIAN UJUNG BEBAS
drg. Fahmi Yunisa Sp. Pros
Editor: Grandys Ayu W.
Free end saddle tidak stabil, ketika ada gaya yang akan menarik ke oklusal maka sebagian dari
GTS akan bergerak.
Bounded saddle gigi tiruan akan stabil. Ketika ada gaya yang menarik kearah oklusal, maka
kedua cengkram akan menahan, sehingga keseluruhan GTS akan pada tempatnya.
2. Ungkitan terhadap gigi sandaran
3. Bergesernya gigi tiruan kearah posterior
Perbedaan
Jenis dukungan
Metode pencetakan
Kebutuhan indirek retainer
Tipe bahan basis
Tipe penahan langsung
155
Alasan menggunakan metode pencetakan tersebut dikarenakan Free end membutuhkan keakuratan
bagian gigi dan mukosa sedangkan Bounded hanya membutuhkan keakuratan gigi.
156
Pada free end saddle terdapat ketidakstabilan pada bagian ujung basis posterior yang dapat dicegah
menggunakan indirect retainer.
a) GTS diibaratkan seperti pada gambar
b) Jika terdapat gaya oklusal dan GTS tidak terdapat direct retainer, maka GTS akan terangkat
sepenuhnya dan lepas.
c) Jika terdapat gaya oklusal dan GTS terdapat direct retainer, maka GTS tidak akan lepas dan
pada bagian lainnya akan mengalami penurunan.
d) Jika terdapat gaya oklusal dan GTS terdapat direct retainer dan indirect retainer, maka GTS
tidak akan lepas dan tidak terangkat.
Kesimpulan: pada GTS dengan free end saddle akan tidak terangkat atau lebih stabil jika terdapat
indirect retainer pada bagian anterior.
Garis fulcrum adalah garis khayal yang menghubungkan dua sandaran utama.
157
Pada kasus GTS sering kali mengalami ungkitan terutama pada kelas I, maka dari itu ungkitan
tersebut harus dihindari.
158
Note: ungkitan kelas I
Jika terdapat pengunyahan/gaya tekan pada anasir gigi, sandaran nantinya seolah-olah menjadi
fulkrum dan ujung lengan cengkram menjadi resistance. Gaya tekan ini akan menggerakkan
resistance ke atas. Hal ini menyebabkan ujung cengkram yang berada pada bawah garis surface akan
mengangkat dan membahayakan gigi pegangannya.
Jika pada free end saddle menggunakan cengkeram 3 jari, maka akan mendapat gaya kelas I. Untuk
meghindari kasus tersebut dapat dengan cara memindahkan sandaran ke bagian mesial agar titik
tumpu berubah posisi dan menjadi kelas II.
159
Plat anterior setinggi cingulum
160
SURVEY MODEL RAHANG
Oleh: drg. Fahmi Yunisa, Sp Pros
Editor: Fatma Nur Aini
PENDAHULUAN
Note:
Survey adalah salah satu prosedur yang dilakukan setelah pencetakan model kerja maupun setelah
pencetakan model studi dengan tujuan untuk menentukan daerah-daerah dalam model gigi baik
daerah gigi yang paling cembung maupun untuk mencari daerah undercutnya. Prosedur survey
diperlukan karena dalam sebuah gigi tiruan lepasan harus mudah untuk dipasang dan dilepaskan
dari rongga mulut. Selain itu gigi tiruan sebagian yang ideal juga harus bisa bertahan di tempatnya,
artinya harus retentif. Gigi tiruan lepasan adalah bangunan gigi tiruan yang dibuat diluar kemudian
dimasukkan kedalam mulut, jadi bentuknya harus sesuai dengan bentuk anatomi rongga mulut.
Anatomi gigi bentuknya cenderung membulat. Bayangkan ada dua bola berjejer dibagian
tengahnya akan dimasukkan sebuah kotak atau bola yang baru, tentu saja dalam proses pembuatan
bolanya harus memperhatikan bagian bola yang berjejer seperti adanya sisi yang terluar ada juga
sisi yang lebih dalam. Bagian yang lebih dalam itu yang disebut dengan undercut. Survey perlu
dilakukan karena ada pertimbangan :
1. Agar gigi tiruan mudah dipasang dan dikeluarkan
2. Agar dapat bertahan pada tempatnya
Retensi gigi tiruan ada pada bagian cengkram yang memeluk gigi letaknya dibagian undercut gigi.
Menentukan undercut pada gigi dengan metode survey. Alat yang digunakan dalam survey adalah
surveyor.
GTS IDEAL:
- Mudah dipasang dan dikeluarkan di dalam mulut
- Tetap bertahan di tempatnya bila terkena gaya yang cenderung melepaskan saat mastikasi
(makanan lengket)
Note:
Gambar A menunjukan ada sebuah
gigi dengan gigi tiruan dimana gigi
tiruan tidak bisa masuk dan pas
dalam rongga mulut karena gigi tidak
dilakukan survey, sehingga gigi
tiruan tidak bisa diinsersikan karena
ada bagian dari akrilik yang tertahan
dari kecembungan gigi yang paling
besar.
161
Gambar B merupakan gambar gigi tiruan yang bisa masuk ke dalam rongga mulut karena
halangan yang tercipta di undercut sudah dihilangkan dengan prosedur survey.
SURVEYOR
Alat yang dipakai untuk menentukan kesejajaran relatif antara 2 atau lebih permukaan gigi dan
atau bagian lain pada suatu model rahang
Keterangan gambar:
BD = Basis datar
TT = Tiang tegak
LD = Lengan datar
GT = Gelendong tegak
TA = Tongkat analisis
MB = Meja basis
Note:
Secara umum bangunan surveyor seperti gambar diatas, tetapi pabrik surveyor bermacam-macam
sehingga secara real ada surveyor yang bangunannya tidak seperti gambar diatas dengan fungsi
yang sama. Pada umunya alat surveyor terdiri dari:
1. Basis dasar : bangunan yang paling bawah
2. Meja basis : terletak diatas basis dasar
3. Tiang Tegak
4. Lengan Datar
5. Gelendong Tegak berada pada ujung lengan datar
6. Surveyor Tools berada pada ujung gelendok tegak
7. Tongkat analisis merupakan salah satu jenis surveyor tools
Jenis surveyor ada dua macam yaitu Ney Surveyor dan Jelenko Surveyor. Ney Surveyor
mempunyai lengan datar yang statis (lengannya tidak bergerak) dan meja basis yang dapat
bergerak sepanjang basis datar, sedangkan Jelenko Surveyor mempunyai lengan datar yang bisa
bergerak dan meja basis yang statis. Keduanya baik, tergantung kebiasaan operator dalam
mengaplikasikan surveyor.
162
MEJA BASIS / Surveying Table
Note: Meja basis berguna untuk meletakkan model yang
akan disurvey. Meja basis mempunyai 2 knop (pemutar).
Knop dibagian bawah jika diputar/dikendorkan membuat
bagian mejanya bisa bergerak rotasi. Knop dibagian atas
untuk memaju-mundurkan batas dari holder model, jika
knop dikendurkan holder bisa mundur.
Note:
Ada banyak tipe surveyor tools, namun yang paling umum digunakan adalah surveyor tools pada
gambar di atas. Setiap pabrikan mempunyai bentuk yang sedikit berbeda tetapi tetap mempunyai
fungsi yang sama.
a. Tongkat Analisis : berbentuk lurus untuk mencari bidang bimbing dan ada tidaknya undercut
b. Wax Trimmer/ pemangkas malam : fungsinya untuk memotong malam sehingga mempunyai
sisi yang didesain lebih tajam untuk memotong
c. Undercut Gauge/pengukur kedalaman undercut : berbentuk panjang dengan ujung seperti
payung
d. Carbon Marker : terbuat dari pensil karbon
163
Tongkat Analisis
Cara pemakaiannya adalah dengan menyentuhkan
tongkat analisis ke sisi terluar gigi. Bagian gigi
yang menyentuh tongkat analisis adalah bagian
terbesar/kontur terbesar gigi, artinya bagian yang
ada dibawah kontur terbesar gigi disebut undercut.
Karbon Marker
Karbon Marker digunakan untuk membuat jejak
pada kontur terbesar. Cara menggunakannya hampir
sama dengan tongkat analisis bedanya karbon
marker meninggalkan jejak yang disebut garis
survey. Garis survey menggambarkan kontur
terbesar gigi. Daerah yang berada dibawah garis
survey adalah undercut.
Pengukur Undercut
Cara pemakaiannya hampir sama dengan
penggunaan tongkat analisis hanya saja ketika
tongkat undercut gauce sudah menempel pada
kontur terbesar gigi perlu ditarik keatas agar bagian
pengukur bisa bersentuhan dengan dinding gigi.
Untuk menandai kedalaman undercut dan untuk
menyesuaikan dengan bahan cengkram yang
digunakan. Jika cengkram logam maka bisa
diletakkan pada kedalaman undercut 0,25 mm dan
tidak bisa diletakkan pada kedalaman lebih dari itu.
Pemangakas malam
Digunakan dengan cara memberikan malam biru
atau gips didaerah undercut yang tidak diharapkan.
Fungsi waxtrimmer untuk meratakan blokout
malam agar sejajar dengan bidang bimbing.
164
TAHAPAN SURVEY
1. Memposisikan model rahang
2. Penentuan path of insertion
3. Penggambaran garis survey
4. Pengukuran undercut
5. Perekaman model survey
Note:
Bagian dengan posisi horizontal adalah
permukaan oklusal model rahang bukan
meja basisnya. Model rahang sejajar meja
basis dan lantai. Dalam tahapan selanjutnya
meja basis bisa dimiringkan baik ke anterior,
posterior, kanan, ataupun kiri dengan cara
mengendorkan knop.
165
2. PENENTUAN PATH OF INSERTION
Faktor pertimbangan dalam penentuan path of insertion:
a. Pemantapan bidang bimbing
b. Adanya undercut
c. Eleminasi gangguan jaringan keras dan lunak
d. Terciptanya estetika
Model rahang diletakkan pada meja basis, lalu operator mengarahkan posisi model rahang
dengan cara memiringkan meja ke arah tertentu
Note:
Dalam menentukan part of insersi ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan, sehingga
operator harus mengelaborasi dan mengolaborasikan beberapa faktor seperti bagaimana
pemantapan bidang bimbing, adanya undercut, eliminasi gangguan, dan estetika.
Setelah model rahang diletakkan pada meja basis dimiringkan ke arah tertentu tergantung pada
empat faktor pertimbangan yang sudah disebutkan diatas.
Note:
Bagian yang disebut bidang bimbing adalah bagian permukaan proksimal gigi-gigi yang
membatasi.
2b. Undercut
Undercut harus didapatkan pada gigi pegangan,
dengan jalan menyentuhkan tongkat analisis pada
kontur bukal gigi pegangan
Bila pada posisi horisontal tidak didapatkan
undercut, model harus dimiringkan
Bila undercut tidak didapatkan juga dengan proses
diatas, maka undercut harus diciptakan, dengan
cara rekonturing permukaan gigi atau pembuatan
mahkota
Note: sebenarnya kita tidak perlu undercut disemua bagian gigi, undercut yang terpenting
adalah dibagian bucal, jika dibagian lain ada undercut kita harus melanjutkan dengan
blockout.
166
2c. Eliminasi Gangguan
Gangguan dapat berupa torus maksilaris, torus mandibularis, penonjolan tulang,
eksostosis, undercut jaringan lunak, dan undercut gigi
Mengatasi gangguan tersebut dengan cara mengubah posisi kemiringan model rahang
Bila masih ada, diatasi dengan mengubah desain GTS
Bila tidak bisa, maka harus dilakukan pembedahan
Gangguan undercut gigi bisa diatasi dengan block out wax pada model rahang
Note: Gambar bawah merupakan contoh adanya gangguan berupa adanya celah dibagian
labial rahang. Jika arah masuknya vertikal seperti gambar kanan bawah akan menyebabkan
celah, celah itu bisa menjadi tempat akumulasi sisa makanan dan bisa menyebabkan
inflamasi kedepannya. Supaya hal itu tidak terjadi bisa dimodifikasi dengan merubah arah
masuknya, misal arah masuknya diubah menjadi dari arah depan sehingga celah yang
semula adalah hambatan bisa dimanfaatkan untuk retensi.
Pada bonded saddle, jumlah path of insertion hanya 1 jalan, misal pada kelas III dan IV
Kennedy
Pada free end saddle, jumlah path of insertion bisa lebih dari 1, misal pada kelas I dan
II Kennedy
Penarikan kesimpulan path of insertion hubungan antara tongkat analisis dan posisi
akhir model di meja surveyor
Note: dalam prosedur survey estetika dapat diciptakan dengan pertimbangan dalam
peletakan cengkram. Misalnya pada penggunaan cengkram logam, dibuat pendek agar tetap
estetik.
167
Gambar diatas adalah gambar tongkat analisis dan posisi akhir model di meja surveyor.
Misal posisi akhir model seperti pada gambar, yaitu posisi model miring ke depan, maka
dapat diambil kesimpulan arah masuk dari belakang.
Note: Setelah menentukan bidang bimbing, tahap selanjutnya menggambar garis survey.
Gambar diatas adalah salah satu contoh survey yang dilakukan dengan mengelilingi gigi.
Caranya adalah dengan menyentuhkan karbon penanda pada sekeliling gigi. Setelah
mendapatkan garis survey kita akan mendapatkan 2 bagian area yaitu area di atas garis survey
atau yang disebut suprabulge area / non undercut dan area di bawah garis survey yang disebut
infrabulge area / undercut.
Macam undercut :
a) Undercut yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meletakkan ujung cengkeram
Terdapat di sebelah bukal gigi pegangan. Cengkram diletakkan dibagian bukal.
b) Undercut yang tidak diharapkan dapat mengganggu arah insersi dan pelepasan
Terdapat di sebelah lingual/palatal dan proksimal gigi
Dapat diatasi dengan melakukan block out
168
out dilakukan dibawah garis survey, karena daerah ini adalah daerah undercut. Bagian
yang ditutup malam adalah undercut yang tidak diharapkan.
4. PENGUKURAN UNDERCUT
Note: setelah menggambar garis survey dilakukan pengukuran undercut dengan undercut
gauce. Dimana bagian pengukur tertahan pada gigi disitulah bagian yang kita tandai dengan
pensil, maka ujung lengan cengkram bisa diletakkan dibagian tersebut.
1) Tripoding ( tripodization )
Membuat tiga buah tanda dibuat pada
permukaan model kerja pada ketinggian
atau bidang horisontal yang sama.
Note: Tanda titik dibuat dengan karbon
marker. Caranya gelendong tegak diset
konstan kemudian gelendong tegak
digerakkan di model kerja sehingga
gelendong tegak akan menandai pada
titik-titik tertentu.
Tripoding dilakukan didalam model.
169
2) Pemberian Tanda Garis
Tanda garis pada tepi lateral (kanan dan kiri) serta dorsal model.
4) Pemasangan pin
• Bagian tengah dasar model dilubangi bagian yang tidak ada kerangkanya.
• Tongkat surveyer diganti dengan pin, pin dimasukkan dalam lubang dan di semen.
Note:
pemasangan pin merupakan
metode perekaman yang paling
aman. Caranya pin dipasang di
gelendong tegak. Posisikan tepat
diatas model yang akan disurvey
kemudian pin difiksasi
menggunakan gips, setelah
mengeras bagian gelendong tegak
dikendorkan dan kita
mendapatkan model kerja yang
ada pinnya. Berdasarkan posisi
pin inilah tekniker lab akan memasang model pada meja basis .
(PENJELASAN KULIAH CUMA SAMPAI SINI GUYS )
170
*Materi retensi secara detail akan disampaikan dikuliah panel
RETENSI CENGKERAM
Kekuatan retensi adalah kemampuan GTSL untuk menahan gaya yang cenderung
melepaskannya selama berfungsi (Loney, 2011)
RETENSI :
a. Faktor gigi : kedalaman undercut, letak ujung cengkeram
b. Faktor protesa : fleksibilitas cengkeram
Fleksibilitas cengkeram : panjang lengan, diameter , penampang, jenis material
171
172
LESI MUKOSA MULUT TERKAIT PEMAKAIAN TERKAIT
PEMAKAIAN GIGI TIRUAN LEPASAN
Oleh : drg. Dwi Suhartiningtyas
Editor : Hanan Sukma
Pendahuluan
Tujuan penggunaan gigi tiruan adalah untuk mengembalikan fungsi stogmatognasi
Kaidah kaidah dalam penggunaan gigi tiruan
Edukasi pasien (peran dokter gigi sangat besar)
Kepatuhan pasien
#note :
Dalam penggunaan gigi tiruan ini perlu diperhatikan kaidah kaidah dalam penggunaan gigi
tiruan sehingga tidak menimbulkan masalah baru di rongga mulut, Seorang dokter gigi memiliki
peran penting, tidak hanya memberikan gigi tiruan tetapi juga edukasi penggunaan gigi tiruan
dengan baik seperti cara pemakaian dan cara mebersihkannya.
2) Denture Stomatitis
a. Definisi
Kondisi umum pada pengguna gigi tiruan lepasan berupa peradangan dan area kemerahan
pada membran mukosa yang tertutup plat protesa
b. Terminology
Denture-Induced Stomatitis • Denture-Related Stomatitis
Denture-related stomatitis • Denture-associated erythematous stomatitis
Denture Sore Mouth • Candida-associated denture induced stomatitis
Cronic Atropic Candidiasis • Inflammatory papillary hyperplasia
Kondisi ini ditandai dengan berbagai derajat eritema. kadang disertai perdarahan
(petechial), terlokalisir pada area bearing dari plat gigi tiruan lepasan.
#note: bearing adalah bagian plat gigi tiruan yang membrane mukosa atau daerah yang
tertutup plat.
c. Etiologi (multifactorial)
Denture trauma
Denture cleanliness
Continual and night time denture wearing penggunaan denture secara terus menerus
tidak pernah dilepas
Candida infection
Dietary factors
173
d. Etiopatogenesis
#note: denture tidak stabil mempengaruhi laju aliran saliva sehingga efek remova
candida menurun (adanya gigi tiruan lingkungan di rongga mulut terjadi perubahan)
sehingga menjadi lingkungan yang idela untuk candida menjadi subur.
g. Treatment
a) Efficient plaque control
- Removal of denture at night
- The mouth must be kept as clean as possible
- Antiseptics Agents ( chlorhexidine )
b) Antifungal agents
- Topical/systemic agents
- The use of denture lining material containing antifungal
#note : Efficient plaque control berupa anamnesis, seperti pasien ditanya gigi tiruan
mengenai pemakaian, lama penggunaan, dan cara pembersihan gigi tiruan.
Antifungal agents pemberian anti jamur ada jenis yaitu topical dan sistemik, first choice
topical diberikan 2-4 minggu jika tdk berhasil lakukan anamnesis ulang . Kapan harus
menggunakan agent sistemik ? jika pasien compromised medis missal penderita DM yang tidak
terkontrol, sehingga pemberian antijamur yang sistemik kita berikan.
174
3) Epulis Fissuratum
a. Definisi
Hiperplasia mukosa sebagai respon jaringan reaktif terhadap iritasi kronis dan trauma
yang disebabkan oleh flange (sayap) gigi tiruan atau protesa yang tidak pas ”
#note : Jika ada kata – kata epulis berarti terdapat benjolan di area gingiva
b. Terminology
- Denture Epulis,
- Denture-Induced Hyperplasi
- Denture-irritation hyperplasia
c. Etiopatogensis
#note : tekanan flange denture menyebbakan iritasi kronis sehingga menimbulkan respon
inflamsi jaringan ikat fibrosa yaitu jaringan yg ada dibawah epitel.
Karena berasal dari jaringan ikat lesi halus, jika dibawah jaringan epitel lesi
bergranula, kasar , seperti bunga kol.
d. Etiology
- Iritasi kronis akibat sayap gigi tiruan yang tidak baik (ill fitting denture)
- Penggunaan jangka panjang dari gigi tiruan yang tidak pas / rusak
e. Clinical presentation
#note : bersifat persisten : menetap, meskipun gigi tiruan sudah diperbaiki tapi jika lesi tidak
diangkat akan tetap ada.
175
f. Treatment
1. Eksisi Biopsi ---- HPA
2. Eliminasi / hilangkan faktor penyebabnya membuat gigi tiruan baru
3. Perbaikan gigi tiruan yang sudah longgar (relining/ rebasing)
Prognosis baik (tidak rekuren)
4) Angular Cheilitis
a. Definisi
Reaksi inflamatori pada sudut mulut, biasanya dimulai dari mucocutaneus junction dan
meluas ke kulit.
b. Terminology
- Perleche
- Angular stomatitis
c. Karakteristik lesi
- Area kemerahan / erosi / ulserasi atau krusta
- Difus
- Lipatan kulit di sudut mulut terbelah (fissuring)
- Pasien edentulous
- Pasien dengan gigi tiruan yang tidak pas (ill-fitting denture)
- Gejala subyektif berupa rasa sakit atau rasa seperti terbakar pada sudut mulut
d. Etiopatogenesis
Iritasi Kronik
- Defesiensi nutrisi
- Infeksi
Perubahan anatomi
#note : Tidak hanya terjadi pada orang deawasa, bisa pada semua usia. Karena vertical dimensi
yg pendek memberikan gambaran lesi pada kedua sudut mulut
Tidak selalu bilateral tergantung faktor belakang. Biasanya terjadi pada anak anemia angular
cheilitis
176
e. Treatment
- Eliminasi faktor predisposisi (Koreksi vertikal dimensi yang pendek)
- Terapi anti jamur topikal / sistemik
- Kompres chlorhexidine gluconate
5) Ulkus Traumatikus
a. Definisi
Lesi ulserasi biasanya merupakan lesi tunggal, dasar ulkus tertutup pseudomembrane
putih kekuningan dikelilingi haloeritema,bentuk irregular, lokasi dekat area trauma
b. Etiology
1. Trauma Mekanik (ill-fitting denture, tergigit, sikat gigi)
- Protesa over extended
- Bagian yang tajam antara dasar protesa yang berhadapan dengan mukosa
- Makanan yang terjebak antara dasar protesa yang berkontak dengan mukosa
- Ill-fitting denture
2. Trauma Kimia (mucosal burn)
3. Iatrogenik
4. Trauma Termal (heat Burn)
c. Etiopatogenesis
#note : kalo ada isitlah ulcus jaringan epitelnya hilang atau terangkat
d. Treatment
- Eliminasi Faktor penyebab (menghilangkan penyebab trauma)--- Dentures must be
adequately polished & glazed
- Terapi simptomatik (analgetik topical)
- Antiseptics Agents ( chlorhexidine )
- Observasi
177
178
PORCELAIN FUSED TO METAL (PFM)
drg. Widyapramana D.A., MDSc.
Editor : Tsabita Angger Pangestuti
DENTAL PORCELAIN
Merupakan tipe ceramic yang mengandung material inorganik elemen metallic atau semi
metallic dengan elemen non-metallic yang digunakan utk restorasi gigi dan telah dimodifikasi
untuk meningkatkan sifat-sifatnya.
Aplikasi di KG:
1) Gigi tiruan porcelain
2) Mahkota jaket
3) Inlay
4) Veneer
5) Porcelain fused to metal (PFM)
6) Material implant
2) Phase crystalline material solid yang memiliki unsur atom, molekul dan ion yang
tersusun berdasarkan level microscopic.
B. Aluminous Porcelain
Memiliki kandungan material kristal alumina (Al2O3) 40-50%pd low-fusing glass matrix
1) High ceram partikelnya lebih kuat dengan lebih tinggi modulus elastisitas dan koefisien
ekspansi thermal dibandingkan glassy matrix, adanya alumina membuat material menjadi
opaque (digunakan sebagai coping dibawah porselen reguler)
2) In-ceram alumina merupakan salah satu aluminous porselen yg tergabung dlm glass
ceramic (all-porcelain use)
179
Klasifikasi Dental Porcelain
A. Menurut fusion temperature
1) high fusing (1300–14000C)
2) Medium fusing (1100-13000C)
3) Low fusing (850-11000C)
4) Ultra low fusing (<8500C)
1&2 untuk produksi dental teeth porcelain
3&4 untuk mahkota jaket dan bridge (GTC)
180
kita dapat mendefinisikan keramik dengan sifat komposisi mereka rasio kaca-ke-kristal untuk
empat kategori komposisi dasar, dengan beberapa subkelompok:
1. Komposisi Kategori 1-sistem berbasis kaca (terutama silika)
2. Komposisi kategori 2-sistem berbasis kaca terutama silika + kristal pengisi (biasanya
Lucite, baru-baru ini, disilicate lithium)
3. Komposisi Kategori 3-sistem berbasis kristal dengan pengisi kaca (terutama alumina)
4. Komposisi kategori 4-polycrystalline padatan (alumina dan zirkonia) (tidak ada konten kaca
sama sekali hanya kristal)
5. sifat termal: diffusivity termal rendah, Koefisien ekspansi termal mirip dengan enamel dan
dentin
6. sifat estetika: estetika yang sangat baik, dan pencocokan warna, sulit untuk diwarnai
181
7. kepraktisan: teknik manipulasi sensitif, membutuhkan operator terampil dan peralatan khusus,
penembakan penyusutan selalu, sehingga operator harus membangun restorasi untuk ukuran
yang lebih besar yang memungkinkan penyusutan
Restorasi ini terdiri dari: logam substucture (coping) mendukung veneer keramik mereka secara
kimiawi dan mekanis-terikat bersama.
Kerugian:
1. logam yang cukup besar (0,3 mm) diperlukan untuk kekakuan yang tepat
2. tampilan logam bisa menghasilkan area marginal yang tipis
182
3. menggunakan porselen buram sangat penting untuk mengatasi warna logam
4. sifat khusus dari mengatasi logam diperlukan untuk hasil yang tepat
183
-keberhasilan restorasi keramik logam adalah pengembangan ikatan tahan lama antara porselen
dan paduan
mekanisme porselen-logam lampirann- empat teori telah diusulkan untuk explin proses yang
mengarah ke porselen-untuk-logam ikatan:
1. Van der Waals kekuatan
2. retensi mekanis
3. ikatan kompresi
4. ikatan kimia langsung
184
Ikatan porselen untuk copings logam:
1. ikatan mekanik:
-infiltrasi (aliran) dari keramik menyatu ke dalam ketidakteraturan permukaan logam
mengatasi
-sandblasting dari permukaan logam menggunakan manik plastik selama waxing penting
untuk masalah ini
2. ikatan kimia:
-ikatan ionik antara lapisan oksida logam dan porselen buram
-logam degassing penting untuk pembentukan oksida, menghilangkan kontaminan
permukaan dan gemuk
-lapisan oksida tipis (dalam kasus paduan mulia) memberikan ikatan yang lebih kuat
daripada yang tebal (dalam kasus logam paduan dasar)
3. koefisien ekspansi termal ketidakcocokan:
sebagai akibat dari kontraksi logam yang lebih tinggi
-The menyatu porselen akan tersedot (tertarik) lebih kuat ketidakteraturan surfce logam
-sisa tekanan tekan akan dikembangkan dalam dan memperkuat porselen
4. penerapan agen ikatan khusus:
sistem logam tertentu (Elektro-membentuk) membutuhkan penerapan pasta ikatan tertentu
sebelum membangun-up porselen
185
B. burnishing dan panas mengobati foil logam pada cetakan
1. Platinum foil
2. emas foil
3. sistem captek
C. elektro-deposisi logam pada duplikat cetakan
D. CAD-CAM pengolahan logam ingot
Kegagalan PFM
-kegagalan mekanik atau kimia
1. kegagalan logam:
-degassing lengkap
-kondisioner logam yang salah
-digunakan kembali paduan logam
2. porselen untuk patah tulang logam:
(situs yang paling umum untuk kegagalan jangka pendek terjadi. yang paling umum untuk logam
dasar)
a. (mode kegagalan perekat)
kontaminasi permukaan logam (kegagalan antarmuka oksida-logam)
kontaminasi pada permukaan oksida (kegagalan antarmuka oksida-porselen)
antarmuka logam porselen kegagalan: lapisan oksida tidak terbentuk
186
A. fraktur porselin: (situs yang paling umum untuk kegagalan jangka panjang terjadi. masalah
desain atau kelelahan)
1. desain atau prosedural kesalahan:
a. terlalu sedikit sebagian besar logam
b. sudut tajam dalam porselen
c. Desain marjin yang tidak tepat
d. desain kerangka kerja yang tidak memadai
2. maloklusi atau benturan tekanan
187
c. kontaminasi oven porselen
188
PENGARUH PEMAKAIAN GIGI TIRUAN TERHADAP
JARINGAN PERIODONTAL
Oleh : Prof. Dr. drg. Sudibyo, SU., Sp.Perio (K)
Editor : Salwa Salsabila
189
F. Gangguan
- Iritasi
- Akumulasi plak
- TMD, jika dalam kondisi kehilangan gigi fungsi pengunyahan menjadi tidak baik
diperlukan gigi palsu agar fungsi pengunyahan baik
Note : Titik lemah GTS adalah terletak pada ujung-ujung retainer/ klamer yang
biasanya tidak stabil dan mudah melukai jaringan lunak mulut.
Verkaelung yang menempel gigi biasanya bermasalah terhadap timbulnya karies
servikal
- Komponen GTSL :
1. Basis
2. Klamer
190
3. Gigi pengganti
Valplast Unilateral
GTSL bilateral
Note : ujung GTSL dapat melukai jaringan lunak, dapat terjadi oklusi yang tidak
baik sehingga tidak nyaman
- Gaya GTSL
1. Gaya Vertikal :
a. Tekanan pengunyahan didistribusikan ke akar gigi dan membrana periodontal,
akan menyebabkan gangguan osteoklas tulang alveolar, nekrosis jaringan, dan
selanjutnya bisa menyebabkan gigi goyah dan akhirnya dicabut.
b. Tekanan pengunyahan dapat menyebabkan terjadinya dilatasi mikrosirkulasi
gingiva, inflamasi, dan muncul reaksi pertahanan tubuh dengan aktifnya
leukosit darah.
c. Kalau ada daya ungkit dan gerakan rotasi, hal ini akan menyebabkan terjadinya
gangguan pada jaringan periodontal (membrana periodontal tertarik setiap saat)
d. Kalau tekanan pengunyahan berlebihan, menyebabkan luka pada linggir tulang
alveolar atau sangat sering terjadi pada mukosa gingiva dan mukosa oral dan
terjadi stomatitis.
191
e. Tekanan yang berlebihan bisa mengakibatkan hipertropi, hipeplasia, terutama
pada daerah yang rentan, seperti papilla gingiva, tuberositas, tulang alveolar,
dll
f. Dengan adanya iritasi kronis karena prothesa, maka dari mikrosirkulasi, akan
keluar leukosit, dan masuk dalam jaringan periodontal, dan disertai tingkat
kebersihan mulut yang jelek, maka akan mengakibatkan munculnya
periodontal abses.
g. Keadaan ini dapat diperberat jika terdapat penyakit sistemik, seperti DM.
h. Pada partiel protesa atau protesa berbentuk sadel, sangat mungkin ujung bebas
dapat mengakibatkan luka karena adanya daya ungkit dari gerakan rotasi dan
gerekan vertikal nya.
i. Dapat terjadi stomatitis karena wing atau sayap protesa konturnya tidak sesuai
dengan anatomi jaringan nya.
j. Dapat terjadi hipertropi dan hiperplasi gingiva akibat tekanan vertikal adalah
dikarenakan adanya tekanan/iritasi yang kontinyu, mengakibatkan sel
mengalami iritasi, leukosit terlepas dan menuju daerah radang, sel selnya
meningkat dan meningkatkan vasodilatasi.
k. Tekanan vertikal juga berpengaruh pada sel basal, terutama pada pemakai
prothesa yang berlangsung lama epitel dapat mengalamikeratinasi, dan
akhirnya muncul ulcer didaerah luka.
2. Gaya Lateral :
a. Gaya lateral diakibatkan karna adanya perubahan setiap mengunyah dari sendi
rahang (TMJ).
b. Pada fungsi pengunyahan, rahang akan selalu bergerak sesuai sentriknya dan
kembali ke sentrik oklusi.
c. Akibatnya ada tekanan pengunyahan yang berlebihan dan diterima oleh
jaringan pendukung gigi. Jaringan pendukung gigi bisa mengalami luka,
nekrosis, resorpsi tulang alveolar, osteoklas meningkat.
d. Gaya lateral dapat menyebabkan protesa mudah longgar dan tidak stabil.
192
J. GTC (Gigi Tiruan Cekat)
- Bagian GTC :
1. Retainer
2. Abutmen
3. Pontik (sanitary pontik, ridge lap, modified ridge lap, ovate pontik)
- Keberhasilan GTC :
1. Perawatan setelah pemasangan GTC teratur, dan menghilangkan habit/parafungsi.
2. Ada tidaknya penyakit periodontal, akan memberikan: motivasi pasien, perluasan karies,
kontrol pencegahan terjadinya poket periodontal.
193
3. Macam kasus GTC yang dibuat: kasus endoperio; kasus ortho perio; kasus prosto perio;
dan kasus estetika.
- Implant, merupakan gigi palsu permanen yang ditanam dalam tulang alveolar dan berdiri
sendiri. Dalam rahang implan dapat berbentuk single implan, double implan atau multi
implan. Bagian implan ada 2, yaitu :
1. Body implan yang ditanam dalam tulang alveolar
2. Crown Implan dan abutmen
194
GIGI TIRUAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Oleh: drg Sulchan A., Sp.Ort
Editor : Muhammad Ghozwan Dzakiy
Gigi tiruan adalah suatu alat di bidang kedokteran gigi untuk mengembalikan atau
mengembalikan Sebagian atau seluruh gigi dengan fungsi mastikasi, fonasi, estetik, dan higiene
akibat kehilangan gigi. Gigi tiruan ini berfungsi untuk mastikasi (pengunyahan), fonetik
(berbicara), estetik (penampilan), hygiene (Kesehatan).
1. Mastikasi atau pengunyahan dalam agama islam ada beberapa ayat yakni :
a. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah
mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(QS. Al. Baqarah :57)
b. Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak
(pula) mereka itu orang-orang yang kekal. (Al Anbiya : 8)
c. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (Al Maidah :
88)
2. Fonetik atau untuk fungsi berbicara dalam islam ada beberapa ayat, yakni :
a. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar, (Al Ahzab :70)
b. (Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan
manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (Ar Rahman : 1-4)
d. Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan
dusta. (An Naba : 35)
3. Estetik atau kecantikan. Dalam islam ada beberapa ayat yang menjelaskannya, yakni :
a. …Dia Mahaindah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu
(HR Tirmizi)
b. Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika
mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu
yang tersandar (Al Munaafiquun : 4)
4. Hygiene atau Kesehatan. Dalam islam ada beberapa ayat yang menjelaskannya, yakni :
a. …Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih (At Taubah :108)
b. …Kebersihan adalah sebagian dari iman…(HR Muslim )
c. “Diriwayatkan Abu Hurairah r.a. dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Jika aku tidak
menjadikan berat umatku, maka sungguh aku perintahkan bersiwak (menggosok gigi)
setiap hendak shalat”. (HR Bukhari)
195
Seseorang yang memiliki kondisi gigi dan mulut yang sehat dan bagus, akan mendorong rasa
percaya diri untuk tersenyum
Dari Abu Dzar ra, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu
(sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Bahan bahan yang digunakan dalam prostodontik untuk dijadikan gigi tiruan yakni :
a. Akrilik
b. Porselain
c. Logam-porselain
d. Emas
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Luqman : 18)
(Dikatakan kepada mereka): "Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang
kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang
sombong .“(Al Mu'min :76)
Tahukah kalian bahwa terdapat ayat dalam al quran yang menjelaskan pandangan islam terhadap
gigi palsu/tiruan :
Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap
orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. … (HR. Al-Bukhariy dan Muslim)
…dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (Al Israa‘ : 26)
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Al Baqarah :195)
…"Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah
memberi manfaat kepadamu." (Al A'raaf :48)
Pembuatan gigi tiruan hanyalah sebuah usaha yang memberikan perbaikan fungsi
mastikasi, fonetik, estetik, dan oral higiene, segala kebaikan dan kesembuhan datangnya
dari Allah semata “Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (As
Syu’araa: 80).
Kesimpulannya apa?
Jadi Pembuatan gigi tiruan diperbolehkan untuk memperbaiki kondisi yang semula buruk menjadi
lebih baik, dan selama hal tersebut bukan didasari atas niat sombong maupun pemborosan.
196
Ketika Ramdhan ini berubah dan tidak ada mainan sarung ☹
197
198
199
MEDIKOLEGAL
ETIKA DAN MEDIKOLEGAL DALAM PERAWATAN
PROSTODONSIA
drg. Iwan Dewanto MMR, PhD
Editor: Muthia Nisa Fadira
Dalam bidang legislasi kesehatan, terdapat beberapa kasus yang banyak dijumpai, beberapa contoh di
antaranya adalah:
• Apakah dapat dibenarkan pasien menggugat dokter gigi karena gigi palsu pasien tidak melekat
sempurna, atau membuat mudah tertelan?
• Apakah dapat dibenarkan pasien menuntut dokter gigi karena wajahnya menjadi jelek setelah selesai
dibuatkan gigi palsu?
• Apakah dapat dibenarkan dalam perundang-undangan yang membolehkan tindakan medis apa saja
yang diminta oleh pasien kepada dokternya, meskipun sebenarnya tidak ada indikasi?
Selain itu, dalam bidang prosthodonsi terdapat beberapa kasus terbanyak yaitu kasus pemasangan
jaket crown, bridge, frame gigi tiruan lepasan sebagian, implan, gigi tiruan lepasan sebagian yang tertelan,
alergi, dan kasus biaya yang berbanding terbalik dengan hasil prothesa. Dalam kasus implan, berawal dari
ucapan “Repetition is the mother of all skill” karena dokter gigi pada saat perawatan implan pertama
berhasil, berlanjut ke perawatan kedua. Namun apakah hal tersebut bisa dianggap sebagai expertise?
Apakah dokter gigi tersebut kompeten?
Untuk menghadapi kasus ini, Konsil Kedokteran Indonesia pada akhirnya membuat Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK). PNPK adalah pernyataan yang dibuat secara sistematis yang
didasarkan pada bukti ilmiah (scientific evidence), untuk membantu dokter, dokter gigi dan petugas
kesehatan lainnya tentang tata laksana penyakit atau kondisi klinis yang spesifik. Nama lain dari PNPK
adalah clinical guidelines, clinical practice guidelines, practice parameters. Setelah menerbitkan PNPK,
selanjutnya Konsil Kedokteran Indonesia menerbitkan Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi (PPK).
200
Adanya batas kewenangan diperlukan sebagai bentuk legalitas kompetensi, karena itu diperlukan
panduan sebagai bagian dari standar pelayanan minimal yang akan diberikan. Namun karena kondisi
geografi dan penyebaran tenaga kesehatan yang belum merata, perlu di kedepankan
inspanningverbentennis (mengedepankan upaya untuk menyehatkan). Dokter gigi yang bekerja di daerah
terpencil harus dapat memberikan pelayanan dengan sarana dan prasarana terbatas pada kasus yang variatif
karena kewenangan, kompetensi melakukan suatu layanan tindakan dan keputusan untuk merujuk suatu
kasus perlu pertimbangan yang matang.
Kewenangan tambahan, menurut Perkonsil 48 th 2010 dan Perkonsil 6 tahun 2011 kewenangan
lain yang diberikan kepada dokter atau dokter gigi untuk melakukan praktik kedokteran tertentu secara
mandiri setelah mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan, dan merupakan tambahan terhadap kewenangan
yang telah dimiliki berdasarkan kompetensi yang diperoleh dari pendidikan formal.
Kewenangan Tambahan adalah kompetensi tambahan berupa sebagian dari kompetensi spesialis
tertentu yang diberikan kepada dokter gigi di daerah tertinggal, Perbatasan, dan tertinggal sesuai penetapan
menteri kesehatan yang didapat setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus serta lulus uji
kompetensi kewenangan tambahan. Sedangkan Kualifikasi Tambahan adalah penguatan kompetensi pada
kompetensi interdispiner tertentu yang didapat setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus serta
lulus uji kompetensi kualifikasi tambahan.
201
Ada beberapa cara memahami kasus kelalaian yang dikategorikan malpraktek, “di dalam bidang
kedokteran untuk kasus hukum tidak ada ‘praduga tak bersalah’ hal ini dikarenakan, apabila sudah
tercoreng akan berdampak pada persepsi komunitas tentang brand dokter atau dokter gigi”.
Namun dalam pemahaman awam, malpraktek disamakan dengan kegagalan medik (kejadian yang tidak
diinginkan atau adverse events), kondisi pasien masuk ke tempat praktek dalam keadaan “segar”, namun
pulang dalam keadaan cedera atau meninggal, pasien tidak puas atas layanan. Sehingga penilaian pada
masyarakat tertuju pada “hasil” bukan pada “upaya”, yang tidak tepat untuk dikatakan sebagai malpraktek.
Sedangkan malpraktek yang sering terjadi adalah kelalaian medik, penyebabnya bukan kesengajaan,
kondisi yang mana dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, melakukan yang seharusnya
tidak dilakukan oleh orang-orang yang sekualifikasi pada situasi dan kondisi yang identik.
Keadaan malpraktek berhubungan dengan error dan violation. Perbedaan antara dua hal tersebut yaitu
Errors berkaitan dengan masalah informasi, misalnya lupa, kurang perhatian, pengetahuan kurang,
sedangkan Violation berkaitan dengan masalah motivasi misalnya rendahnya moral, kurang supervisi, tidak
serius, tidak patuh, tidak disiplin.
Ada 4 hal yang perlu kita nilai pada kasus tuntutan malpraktek medis, yaitu apakah tergolong:
1. Perilaku Salah
2. Perbuatan melawan hukum (PMH)
3. Wanprestasi (ingkar janji)
4. Kelalaian (tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan
oleh orang-rang yang sekualifikasi pada situasi dan kondisi yang identik)
Macam-macam malpraktek:
1. Intentional
Professional misconducts
2. Negligence
Malfeasance, melakukan tindakan yang melanggar (unlawful atau improper), sejajar dengan
error of planning. Misalnya tindakan medis tanpa indikasi.
Misfeasance, improper performance yang mengakibatkan cedera, sejajar dengan error of
execution. Misalnya tindakan medis tidak sesuai prosedur.
Nonfeasance, gagal melakukan tindakan yang merupakan kewajiban.
3. Lack of skill
Di bawah standar kompetensi, sering menjadi penyebab error atau kelalaian, sering dikaitkan
dengan kompetensi institusi (locality rule, limited resources), kadang dapat dibenarkan pada
situasi-kondisi lokal tertentu.
Di luar kompetensi.
4. Misconduct
Fraud atau misrepresentasi.
Pelanggaran standar secara sengaja (deliberate violation)
Pidana umum:
1. Keterangan palsu
2. Buka rahasia kedokteran tanpa hak
3. Aborsi ilegal
4. Euthanasia
5. Penyerangan seksual
202
Kegagalan medik dan kelalaian didapat sebagai akibat dari:
• Perjalanan penyakit alami.
• Misharapan (tidak ada kelalaian), risiko yang akseptabel dan telah diinformasikan dan disetujui,
tingkat probabilitas dan keparahan rendah, serta satu-satunya solusi.
• Culpa (kelalaian medik), foreseeable and avoidable atau preventable risks.
• Dolus (kesengajaan), diperparah dengan statement dari teman sejawat yang lain.
Ada 4 hal yang harus ada agar suatu prosedur bisa dianggap sebagai malpraktek yaitu 4D:
1. Duty (duty of care), yaitu kewajiban profesi dan kewajiban akibat kontrak dengan pasien. adanya
kewajiban karena:
• Akibat adanya hubungan dokter dan pasien.
• Tidak melawan hak pasien (consent).
• Reasonable competence, skill dan knowledge sesuai katalog pendidikan dibandingkan
dengan dokter rata-rata serta pada situasi dan keadaan tertentu.
• Reasonable care, sesuai norma atau standar profesi, dapat disimpulkan dari dokumen
tertulis atau dari saksi ahli:
1. Standar perilaku: universal.
2. Standar prosedur: tergantung sarana kesehatan setempat.
3. Standar pelayanan medis: tergantung sarana kesehatan setempat, tergantung situasi
– kondisi tertentu, tergantung sumber daya.
• Perbuatan atau kelalaian.
• Tidak mempermasalahkan “semampunya” dan “niat baik”.
• Yang penting sesuai prosedur dan reasonable communication.
IMPLIKASI HUKUM
Tuntutan pidana:
• Kelalaian : 359-361 KUHP
• Keterangan palsu : 267-268 KUHP
• Aborsi ilegal : 347-349 KUHP
• Penipuan : 382 BIS KUHP
• Perpajakan : 209, 372 KUHP
• Euthanasia : 344 KUHP
• Penyerangan seks : 284-294 KUHP
Contoh kasus:
Seorang dokter gigi lalai, membuat gigi anterior untuk perawatan jaket dengan pasak gigi lepas. Kerugian
yang didapat pasien yaitu:
1. Biaya :
a. Biaya perawatan hingga sembuh
b. Biaya terapi dan gigi palsu
c. Biaya non medis
2. Kehilangan kesempatan
a. Selama perawatan
b. Keterbatasan peluang sosio interaksi
3. Immateriel
203
Upaya cegah pelanggaran
Reasonable competence, reasonable care, reasonable communication.
Profesionalisme: etik, standar, pengawasan, koreksi.
Alihkan risiko
Asuransi profesi
No fault compensation
Pengingat:
Gunakan jawaban “tergantung” sebagai kata awal membuka penilaian suatu kasus.
Medikolegal berarti meliputi etik, disiplin dan hukum
Pelayanan kedokteran merupakan sistem yang kompleks dan tightly coupled, selalu mengandung
risiko, sehingga harus dilakukan dengan kehati-hatian yang tinggi.
204
PERAWATAN PROSTODONTIK PADA PASIEN ANAK
Oleh drg. Triniata Lydianna, MDSc., Sp.KGA
Editor: Eva Febrian Saputri
Referensi
A. GOAL/TUJUAN
Offer an opportunity to develop a better appreciation of the achievable and
available solutions for the young patient with a prosthodontic need.
Memberikan kesempatan untuk mengembangkan apresiasi yang lebih baik dari solusi
yang dapat dicapai dan tersedia untuk pasien muda dengan kebutuhan prostodontik.
Prinsip perawatan prostodontik pada pasien anak sebenarnya tidaklah jauh berbeda
dengan perawatan prostodontik pada orang dewasa. Selain untuk mmengembalikan fungsi
gigi, tujuan perawatan prostodontik pada pasien usia muda adalah untuk membantu pasien
usia muda tersebut mendapatkan kondisi psikologis yang lebih baik.
205
These conditions highly desirable to perform the necessary treatment as
expeditiously as possible.
It must be understood that an adolescent is more likely to sustain trauma to the oral
structures than is an adult and thus there is greater risk of damage to restorations
and prostheses than in adult patient.
Terjemahan
Kerjasama pasien harus ada selama dan setelah perawatan.
Pasien usia remaja sering dipengaruhi secara psikologis oleh penampilan yang tidak
dapat diterima karena suatu penyakit, kerusakan atau hilangnya gigi. Usia
kronologis ini tidak boleh menghalangi kinerja atau perawatan apapun yang
diperlukan untuk menyediakan fungsi dan estetik yang tepat.
Pasien usia remaja harus dapat mentolerir janji temu dengan dokter gigi dalam
waktu yang lama dan tetap diam saat gigi dipersiapkan dan bahan cetak setting.
Pasien usia remaja juga harus bisa mencapai dan mempertahankan kebersihan
mulut yang baik di sekitar restorasi provisional dan definitive, maupun di seluruh
rongga mulut.
Kondisi-kondisi ini sangat diinginkan untuk dilakukan perawatan yang
dibutuhkan secepat mungkin.
Harus dipahami bahwa usia remaja lebih berkemungkinan untuk mendapatkan
trauma pada rongga mulut dibandingkan dengan usia dewasa, sehingga ada risiko
yang lebih besar untuk terjadi kerusakan pada restorasi dan prosthesis.
#Catatan
Pasien usia muda/anak harus dikotak-kotakkan lagi sesuai usia
Child: kemungkinan besar masih ada gigi desidui
Adolescent: semua gigi sudah permanen semua, sehingga diutamakan
untuk perawatan prostodontik. Harus diperhatikan segi psikisnya,
contoh: pasien kooperatif atau tidak kooperatif.
D. CONSIDERATION/PERTIMBANGAN
Jumlah gigi yang hilang
Kerjasama dari pasien (kooperatif/tidak)
Jika pasien tidak kooperatif, harus ditunda dulu sampai pasien kooperatif, karena
nanti akan menyebabkan kegagalan.
E. PERAWATAN
1. Jacket Crown
Contoh gambar:
208
Protective Mouthguards
Terjemahan
Pencegahan dari penyakit oral dan injury.
Biasa digunakan oleh atlet muda.
Material yang digunakan dapat bermacam-macam, seperti poly (vinyl
acetate-ethylene) copolymer thermoplastic, polyurethane, dan laminated
thermoplastic.
Keberhasilan penggunaan mouthguards oleh banyak atlet muda
membuktikan bahwa mouthguards dan digunakan dengan nyaman dan
efektif sebagai pelindung dari cedera pada gigi.
209
Contoh gambar Mouthguards
210
RETENSI DAN STABILITASI GIGI TIRUAN LENGKAP
Dosen: drg. Gunawan sri sarjono
Editor: Gea Zhafirah
RETENSI
Dipengaruhi oleh :
1. Anatomi jar.keras & lunak cavum oris (alv.runcing, torus)
2. Design base plate (post dam, pheripherial seal, perluasan base plate)
3. Kondisi mukosa mulut (flaby, kompresibilitas )
4. Kondisi saliva
Note: faktor pertama terjadinya retensi adalah terjadinya vacum area
STABILISASI
Dipengaruhi oleh :
1. Penyusunan gigi (over jet & bite, curva von Spee, Monson & anti Monson, balancing side &
working side, sudut lereng horisontal dan lateral gigi posterior hrs sesuai TMJ)
2. Over extension base plate (batas fisiologis, pembebasan frenulum)
3. Kondisi lidah (ukuran, bentuk, aktivitas)
4. Vertikal dimensi (VDO & VDRP) kalau vertical dimensinya terlalu pendek akan
menyebabkan tidak adanya kontak prematur pada semua bagian anasir tentu saja akan
membuat gigi tiruan mudah terlepas.
RETENSI STABILITAS
DUKUNGAN
KEBERHASILAN G.T.L
KEAWETAN
211
KEBERHASILAN GIGI TIRUAN LENGKAP
Keberhasilan GTL merupakan interaksi antara
Retensi kenyamanan psikologis
Stabilisasi kenyamanan fisiologis
Dukungan keawetan
Faktor-faktor yang dapat dimanfaatkan sebagai bagian-bagian yang akan menunjang retensi dan
stabilisasi GTL.
1. Daya adhesi saliva terhadap fitting surface dan jaringan. Mempengaruhi pembasahan
GT/jar.
Daya kohesi molekul saliva mempertahankan keutuhan film saliva. Rangkaian kekuatan
antar molekular antara gigi tiruan dan mukosa yang membantu retensi.
Sehingga memungkinkan terbentuknya vakum area pada basis GT
212
2. Interfacial surface tension = tegangan permukaan antara dua permukaan
• Saliva diantara mukosa dan GT
• Udara dalam mulut
Tekanan saliva < tekanan udara perbedaan Tekanan retensi
3. Intimate tissue contact atau faktor kerapatan pada GT = dekatnya titik kontak antara fitting
surface dan jaringan pendukung makin dekat retensi
4. Tekanan atmosfer terhadap ruang hampa Peripheral seal & post dam harus menekan sedikit
masuk ke jaringan lunak. Insersi GT RA udara antara protesa dan mukosa ditekan ke luar
tekanan permukaan dalam < atau hampa udara dibanding permukaan luar retensi.
Note: Biasanya tekanan yang diluar lebih besar dengan yang didalam sehingga GT akan
menekan lebih kuat lagi.
Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari
tekanan atmosfer. Posisi terbaik Peripherial Seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan
yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal dan lingual
gigitiruan bawah. Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari
palatum molle dekatfovea palatine.
5. Gravitasi
• RB memperkuat retensi
• RA mengurangi retensi dibuat material yang ringan
Note: pada kasus-kasus tertentu ada yang disebut GTL dengan pemberat jadi dapat
diberikan logam untuk membantu retensi. Logamnya itu biasanya diapatkan dari
tumpatan amalgam.
6. Kontrol neuromuskuler
213
Gerakan otot mulut (pipi, bibir, lidah) digunakan untuk mengontrol retensi dan stabilisasi.
Faktor ini tergantung dari pasiennya tidak bisa ditentukan oleh dokter gigi, sejauh mana
pasien mampu beradaptasi dengan gigi tiruan yang telah dibuat.
1. Proc. alveolaris dibentuk karena adanya gigi yang erupsi. Pada gigi hilang terjadi atropi.
Hilangnya gigi bertahap bentuk proc. alveolaris tidak teratur, juga karena resorbsi dan atropi.
Note: biasanya pada gigi yang divabut secara tidak bersamaan seperti saat mencabut gigi yang
karies biasanya alveolar ridgenya tidak akan memiliki ketinggian yang sama.
Bentuk palatum :
• Parabola terbaik
• Conus, tinggi, gaya gravitasi gaya sliding
• Datar
Mencakup area semaksimal mungkin, asal masih dalam batas-batas fungsi dan
kesehatan.
Makin luas fitting surface retensi makin besar.
Ada batas maks. Lebih besar dari batas maksimum menurunkan stabilitas.
Retensi akan berkurang jika perluasan fitting surface menjadi > / kurang.
214
Post-or seal antara vibrating line ant-or dan post- or & fossa pterygomaxillaris circulair seal
retensi
Batas RB : Peripheral seal ( tepi ) pada fornik.
4. KONSISTENSI SALIVA
Fungsi saliva perekat/cairan menghubungkan fitting surface dengan mukosa.
Konsistensi kental, sedang, encer.
Encer kekuatan perekatan < kerapatan baik
215
Kental mengandung mucin kekuatan perekatan < Mencegah kerapatan (tidak baik)
kohesinya < Yang baik konsistensinya sedang.
6. BERAT PROTESA
Yang baik sesuai dengan berat jaringan yang hilang.
RA : mengurangi retensi
RB : menambah retensi
7. STUKTUR/BANGUNAN TAMBAHAN
MAKSUDNYA AGAR :
Protesa tidak goyah
Mencegah terjepitnya arteri dan nervus
Mencegah daerah tersebut sebagai tumpuan/aksis GTL
Menambah ruang vakum, 216issal post dam, peripheral seal. RA dibuat pada torus
palatinus.
o Meskipun tidak ada torus dibuat ruang sampai foramen incisivum agar nervus
yang keluar tidak tertekan.
216
RETENSI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
Drg. Fahmi Yunisa
Editor : Masayu Nur Ainun Arief
SKEMA GTSL
Komponen gigi tiruan yg menyediakan retensi dikenal dengan istilah direct retainer. Retainer ini
langsung bekerja ketika ada gaya yg berusaha untuk melepaskan gigi tiruan. Direct retainer sendiri,
terbagi dalam kedua kelompok besar, yaitu :
Exstracoronal direct retainer dan intracoronal direct retianer.
Exstracoronal direct retainer adalah jenis retainer yg ditempatkan di luar mahkota/ dibagian
mahkota yg berada di paling luar. Exstracoronal direct retainer terbagi menjadi dua, yaitu :
cengkram (suprabulge, infrabulge), attectment.
217
Intracoronal direct retianer adalah jenis direct retainer yg diletakkan di dalam mahkota
Gigi tiruan pd foto diatas memiliki dua cengkram (kanan-kiri), yg membedakan adalah drimana
arah berjalan/ datangnya cengkram
- Cengkram sebelah kiri : berjalan dri sisi oklusal ke arah servical/ undercut (dikenal dengan
istilah cengkram oklusal)
- Cengkram sebelah kanan : berjalan dri arah gingival lalu bergerak ke arah oklusal sampai
sebelum garis survey (dikenal dengan istilah cengkram gingival infrabulge clasp)
Yang membedakan kedua cengkram ini adalah arah datangnya, sementara pengujung cengkram
sama2 berada pada daerah undercut
RETENSI CENGKERAM
Kekuatan retensi adalah kemampuan GTSL untuk menahan gaya yang cenderung
melepaskannya selama berfungsi (Loney, 2011)
RETENSI dipengaruhi oleh 2 faktor :
a. Faktor gigi : kedalaman undercut
b. Faktor protesa : fleksibilitas cengkeram
Menurut jepson, 2004 retensi cengkram dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :
a. Tipe
b. Fleksibel
c. Undercut
FLEKSIBILITAS CENGKERAM
Gigi tiruan sebagain lepasan dibuat diluar rongga mulut ketika nnti akan digunakan (GTSL
diletakkan diatas gigi lalu didorong ke arah gigi yg hilang) pda saat GTSL didorong ke arah gigi
yang hialang, maka cengkram harus bisa melewati kontur terbesar gigi (cengkram ini harus bersifat
fleksibel)
Retentive clasp : datang dri luar menyentuh permukaan gigi (gigi mempunyai kecembungan)
cengkram hrus bersifat fleksibel bisa melewati kontur tetbesar gigi sampai menyentuh daerah
undercut. Cengkram hrus punya sifat fleksibilitas tapi tidak terlalu fleksibel. Bagian cengkram yg
hrus bersifat fleksibel hanya berada pada ujungnya saja, sdngkan pd bagian tengah dan pangkalnya
harus bersifat kaku (berfungsi untuk menahan agar GTSL tidak lepas.
218
Fleksibilitas yg dibutuhkan yaitu, dia mampu meregang pd saat melewati kontur terbesar gigi,
apabila dia terlalu fleksibel maka dia terlaau mudah untuk meregang (ketika ada gaya yg mampu
melepaskan GTSL tersebut maka dia mudah lepas)
Fleksibilitas cengkeram : didapat dari panjang lengan, diameter , penampang, jenis material
RUMUS DEFLEKSI
D = 4 F L3
E w t3
D = defleksi
F = gaya
L = panjang cengkeram
E = modulus elatisitas cengkeram
w = lebar cengkeram
t = tebal cengkeram
Agar gigi tiruan memiliki sifat flesibilitas defleksi harus kecil untuk mendapatkan nilai
defleksi yang kecil maka kita harus memperkecil nilai L, memperbesar nilai E, W dan t
menghasilkan cengkram yang retentif.
Cengkram yang retentif selain didapat dari nilai defleksi yang kecil, juga didapat dari lengan yang
pendek, modulud elastis yang besar, dimensi/penampang yang besar
- Dimensi : eg. Ada 3 buah cengkram dengan nilai dimensi yang berbeda, yaitu 0,6 0,8 1,2
dimensi 1,2 adalah yg paling retentif maka akan menghasilkan nilai defleksi yang
kecil
- Jenis material : cengkram thermopalstic, cengkram kawat, cengkram logam. Ketiga
material ini memiliki modulus elastis yang berbeda-beda logam memiliki modulus
elastis yang besar, sementara thermoplastic memiliki modulus elastis yang kecil.
219
Kedalaman undercut berfungsi untuk menahan gigi. Untuk menentukan gigi mana yang
berfungsi sebgai penahan serta memiliki undercut/ tidak, ditentukan dri prosedur survey
menggunakan analayzing root diganti dgn table marker akan tergambar garis survey.
Ujung lengan cenkram diletakkan di daerah undercut apabila kita melakukkan pengukuran
letak cengkram terhdap tepi gigi ada 2 kedalam dimensi undercut (hirozintal, vertikal)
Horizontal (b) : diukur dri ujung lengan cengkram terhadap daerah kecembungan gigi scra
horizontal
Vertikal (a) : jarak antara ujung lengan cengkram terhadap garis survey scra vertikal
(a) (b)
Bagaimana kedalaman undercut berpengaruh terhadap kekuatan atau besarnya retensi ?
eg. Kita mempunyai 2 buah cengkram dengan desain yg sama, ketebalan yg sama tpi berbeda
letaknya.
- 2 buah cengkram diletakkan dengan kedalaman 0,02 inci dan 0,01 inci secara horizontal
maka cengkram pd kedalam 0,02 inci akan menunjukkan kekuatan retensi yg lebih
besar (gambar (b) yang disebalh kiri)
- Sudut kecembungan dri gigi ada 2 buah gigi (gambar (b) yg di sebalh kanan memiliki
sudut kecembungan yg berbeda) sudut tersebut dibentuk antara analyzing root dengan
kemiringan dri kontur gigi tersebut gigi A memiliki sudut kecembungan yg lebih besar
maka memiliki retensi yg lebih besar pula
220
KESIMPULAN
1. Restorasi GTSL harus menyediakan retensi (direct retainer)
2. Desain cengkeram harus memperhatikan fleksibilitas bahan
3. Gigi penahan harus menyediakan undercut yang adekuat
4. Perencanaan dalam desain cengkeram menentukan keberhasilan perawatan GTSL
Selain ke 4 ini, pemilihan bahan dan pemilihan gigi sebgai penahan (apakah gigi tersebut
menyediakan undercut atau tidak) juga harus diperhatikan.
(yg ketawa liat ini, fix selera humor kita sama. Humor level kentang wkwk. Canda zheyeng)
221
MATERI drg. Purwanto, SU
222
5/2/2020
ALOI
• Kelompok : ditentukan
thermal gradient atau
1. Light metal sifat high melting electric field dgn potential gradient.
2. Heavy metal sifat low melting
•
1
5/2/2020
• Stainless Steel Crown (SSC) • Efek toksik unsur Ni+2 yg terlepas krna proses korosi Rx inflamasi in
gusi &
• tumpatan dibuat dr -> alloy nirkarat. paduan austenitik Stainless
Steel 18/8 dari kelompok AISI 304 mengandung Chrome 18% & Nikel jaringan periodontal.
8%, sbg bahan restorasi gigi :
• 1. mengalami kerusakan luas krn karies,
• 2.fraktur mahkota, • laboratoris
• 3.hipoplasia email, • ditandai dgn munculnya sitokin pro inflamasi sbg parameter imunologis
• 4.setelah perawatan saraf. seperti IL-6, IL-8,
2
5/2/2020
3
5/2/2020
4
5/2/2020
5
5/2/2020
Steel Alloys + 12 % Cr>> alloy bersifat tahan • Stainless steel campuran besi + karbon & kromium, nikel, mangaan,
dll logam yg tdk mudah teroksidasi.
karat
(stainless – steels /baja) Fe(69%), Cr (18%), Ni (8%), Mo(5%), dan C (0,2%)
Cr min 10.5 %, mak 30%
Cr (+) s/d 17 wt% Passivitas (+)
Cr sangat reaktif thd oksigen passivating film
berperan sbg protective-coating lap. dibawahnya.
Baja tahan karat (Stainless steel) Baja tahan karat (Stainless steel)
• Aloi besi tahan korosi • Aloi besi tahan korosi
• Pisau scalpel, tang, kawat orthodonsi, plat gts & klamer • Pisau scalpel, tang, kawat orthodonsi, plat gts & klamer
• Fe(69%),Cr(18%), Ni(8%),Mo(5%), C(0%) • Fe(69%),Cr(18%), Ni(8%),Mo(5%), C(0%)
6
5/2/2020
• SSC berbeda dgn emas cor & mahkota SSC tdk menggunakan presisi
Sifat-sifat SSC (presition fit), dgn bantuan tang & penyesuaian klinis yg baik, SSC
diadaptasikan pd undercut alami.
• SSC mempunyai efek pegas mengunci pd undercut setelah melewati
kontur terbesar gigi
1) Pemanasan tidak akan meningkatkan kekuatan
• SSC mempunyai efek pegas mengunci pd undercut setelah melewati
2) Semakin besar gaya yg menimpa, semakin kontur terbesar gigi.
menambah kekerasan • Kekuatan tahanan
• SSC tidak tergantung terutama pada tahanan karena bentukan &
3) Kandungan Chrome yg tinggi akan me[-] korosi konturing
4) Penyolderan akan mengurangi ketahanan terhadap
korosi
7
5/2/2020
SS Endodontic Instrument
Aloi kobalt - kromium
• Klasifikasi : - hands use
- motor-driven instrument • Wire orthodontic, gts kerangka logam, implan.
• Machining in to a pyramidal blank (square, triangular) • Formula : Co (55-65%), Cr (30%),
twisting to form a spiral cutting edge Mo(4-5%), Ti (5%)
• Root canal : jarang yg lurus
• Ni : mengeraskan & meningkatkan ductility
• Memp. Sifat bending & torsional yg cukup
• Mo : Mengeraskan & menguatkan
• Sifak mekanik file tgt:
- geometri, • Cr : mengeraskan, menambah ketahanan thd
- arah beban, • korosi Cr membentuk lapisan pasif oksoda
- komposisi bahan. kromuim (Cr2O2) ber RX dgn O2
• Si : meningkatkan keuletan
8
5/2/2020
KOROSI
• Lepasnya unsur logam dr paduan logam
Saliva terlalu banyak ion Cl Cr tergeser & sukar terjadi akibat proses elektrokimia
repassivating terjadi pitting corrosion • Kerusakan metal o/rx kimia or elektrokimia
• Irreversible
9
5/2/2020
• Korosi integritas & fungsi permukaan hilang Passvitas lapisan Oksida bersifat self repairing
kelelahan ( fatique ) & Keausan (wear) deformasi or
fraktur logam Tahan thd korosi (efek pasivating Cr)
tergantung pd : kestabilan lap.oksida
Korosi • ReDok
• Reaksi Reduksi-Oksidasi • Logam + elektrolit –Rx elektokimia Oksidasi --
• Reaksi Oksidasi: M Mn+ + n.e Pelepasan elektron logam + --Reduksi –Pemakaian
• Reaksi Reduksi: 2H+ + 2 e H2 elektron o/ material –sifat katodik - O2 (-) + Ion
• O2 + 4H+ + 4e Logam in saliva >> saliva asam >> lapisan pasif
• 2H2O aloi terlarut mempercepat korosi
• O2 + 2H2O + 4e 4 M3+ + e M2+
• M+ + e M • Derajad keasaman
•
10
5/2/2020
11
5/2/2020
12
5/2/2020
13
5/2/2020
• Bridge (Jembatan)
• Gigi penyangga dikurangi ukurannya agar memung-
kinkan bahan u/digunakan memperbaiki ukuran &
• Tiga unit jembatan porselen fused to metal (PFM) bentuk gigi asli dgn kesesuaian yg benar & berkontak
Jembatan juga dikenal sebagai gigi tiruan cekat, adalah dgn gigi antagonisnya.
restorasi yg digunkan u/ menggantikan gigi yg hilang • Bahan yg digunakan u/ jembatan antara lain, emas,
dgn menggabungkannya secara permanen to gigi porselen fused to metal, atau pada keadaan tertentu
adjacent atau implant gigi. porselen saja.
• Jumlah & tipe pengurangan yg dilakukan pd gigi
• Tipe jembatan bervariasi, tgt proses pembuatan dan penyangga sedikit bervariasi pd tiap bahan yg
cara mereka dilekatkan ke adjacent teeth. Awalnya, digunakan.
jembatan dibuat menggunakan metode restorasi tidak • Pasien yg menggunakan gigi tiruan ini harus dapat
langsung. Tetapi, jembatan dapat dibuat secara membersihkan giginya dgn baik.
langsung didalam mulut menggunakan bahan tertentu
seperti komposit.
14
5/2/2020
I. PERUBAHAN DIMENSI
RESIN AKRILIK
Sifat fisik stabil in mulut :
1. Penyerapan air
I. PERUBAHAN DIMENSI 2. Kelarutan
II. PERLEKATAN MIKROORGANISME 3. Pelarut organik, asam, basa
• Gigi tiruan :
Difusi
Dipakai In mulut saliva 99,5 % air
Diantara mol.RA Merenggang
Direndam In air mencegah pengkerutan
massa monomer sisa << massa sekitar
me(-) monomer sisa
1
5/2/2020
LELAH
PATAH
Iritasi mukosa
sisa makanan menempel
bakteri plak
Tidak nyaman
2
5/2/2020
Lap. Glikoprotein
pelikel saliva
Bakteri
Perlekatan mikroorganisme jamur
HALITOSIS
Dermatosis associated
mendegradasi bhn kimia
Sel langerhans
Rx alergi terhdp resin akrilik bersifat individual. berikatan protein
Rx akrilik mrp-kan alergen contact dermatitis allergic
alergen
Contact dermatitis allergic memerlukan sensitisasi eq.
resin akrilik penetrasi partikel ke kulit atau mukosa .
Apposed limfosit T
Lymphonodus regional
endositosis oleh sel langerhans.
Proses ini menyebabkan proliferasi antigen spesifik
limfosit T & didistribusikan keselutuh tubuh, terutama
pd tempat yg terpapar. Terjadi stlh 5-25 hari
terpapar.
3
5/2/2020
Penumpukan Plak
Pada Basis Gigitiruan Akrilik
• Basis GT lepasan resin akrilik berkontak langsung dgn
saliva mengabsorbsi molekul saliva ttn lapisan
organik tipis acquired pellicle mgd protein -
mengikat perlekatan mikroorganisme rongga mulut
mikroorganisme melekat pd permukaan GT & ber-
kembang biak- berkoloni dgn mikroorganisme lain
plak GT penyebab masalah terkait jaringan mulut, rasa
tidak enak, stomatitis angularis, bau mulut, peruba-han
warna pd GT & peradangan jaringan mukosa di bawah
Candidiasis
gigitiruan eritematosa
4
5/2/2020
• pH rongga mulut Rendah mendukung adhesi dan • Di saliva menjadi sumber makanan tambahan bagi yeast
proliferasi yeast kandida kandida.
• Hasil metabolisme gula menghasilkan asam
• Pada pH 3 baik u/ adhesi yeast & u/ enzimatik &
proteinase yg bersama sama dgn enzim lipase mrp-kan • pH rendah mendukung pertumbuhan Kandida albikan
faktor paling penting dr virulensi kandida ok efek didalam rongga mulut.
sitotosik & sitolitik.