Anda di halaman 1dari 241

MODUL BLOK 19

PROSTHETIC DENTISTRY

Nama :
NIM :

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI 2017


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2020

i
TIM MODUL PSKG 2017
M. Ghozwan Dzaky
Fatma Nur Aini
Nurul Noviasari
Salwa Salsabila
Widha Rachmada Prastika
Dina Anisawati
Affina Noor Rasyidya
Nisrina Nada Isnaini
Eva Febrian Saputri
Akhmad Khoirul Amri
Muthia Nisa Fadira
Rusydia Safitri
Grandys Ayu Wibowo
Hanan Sukma Fikriyana
Novia Silla Wardani
Mohammad Naufal
Tsabita Angger Pangestuti
Nanik Hidayanti
Masayu Nur Ainun Arief
Gea Zhafirah

ii
DAFTAR ISI

drg. Gunawan Sri Sarjono Sp. Pros


PENCETAKAN DAERAH TIDAK BERGIGI DAN BORDER MOULDING .............................................................. 4
REMOUNTING, RELINING, DAN REBASING ................................................................................................. 13
DIAGNOSA, PROGNOSA, DAN KEGAGALAN PASIEN GIGI TIRUAN CEKAT (GTC)......................................... 19
PEMILIHAN DAN PENGATURAN ANASIR GTL .............................................................................................. 31
GTS IMIDIAT DAN GTS INKONVENSIONAL .................................................................................................. 46
DIAGNOSIS, KLASIFIKASI DAN PERSIAPAN PASIEN GTS .............................................................................. 61
PEMELIHARAAN GIGI TIRUAN ..................................................................................................................... 70

drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros


KOMPONEN GIGI TIRUAN CEKAT (GTC) ...................................................................................................... 73
PRINSIP PREPARASI GIGI ABUTMEN ........................................................................................................... 88
KONSTRUKSI DAN VERTIKAL DIMENSI GIGI TIRUAN LENGKAP PART I ....................................................... 99
KONSTRUKSI DAN VERTIKAL DIMENSI GIGI TIRUAN LENGKAP PART II .................................................... 111
PRINSIP DASAR DAN DESAIN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL) ................................................... 120
PROSEDUR PEMBUATAN DAN PEMASANGAN GTC – Part 1..................................................................... 130
PROSEDUR PEMBUATAN DAN PEMASANGAN GTC – Part2...................................................................... 141
GIGI TIRUAN SEBAGIAN UJUNG BEBAS ..................................................................................................... 155
SURVEY MODEL RAHANG ......................................................................................................................... 161
drg. Dwi Suhartiningtyas, MDSc
LESI MUKOSA MULUT TERKAIT PEMAKAIAN TERKAIT PEMAKAIAN GIGI TIRUAN LEPASAN .................... 173

drg. Widyapramana D.A., MDSc.


PORCELAIN FUSED TO METAL (PFM) ........................................................................................................ 179

Prof. Dr. drg. Sudibyo, SU., Sp.Perio (K)


PENGARUH PEMAKAIAN GIGI TIRUAN TERHADAP JARINGAN PERIODONTAL ......................................... 189
drg Sulchan A., Sp.Ort
GIGI TIRUAN DALAM PANDANGAN ISLAM ............................................................................................... 195
drg. Iwan Dewanto MMR, PhD
ETIKA DAN MEDIKOLEGAL DALAM PERAWATAN PROSTODONSIA .......................................................... 200
drg. Triniata Lydianna, MDSc., Sp.KGA
PERAWATAN PROSTODONTIK PADA PASIEN ANAK.................................................................................. 205
KULIAH PANEL
RETENSI DAN STABILITASI GIGI TIRUAN LENGKAP ................................................................................... 211
RETENSI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN .............................................................................................. 217
MATERI drg. Purwanto, SU .................................................................................................... 222

iii
PENCETAKAN DAERAH TIDAK BERGIGI DAN BORDER
MOULDING
Oleh: drg. Gunawan Sri Sarjono Sp. Pros
Editor: Fatma Nur Aini

Kuliah ini membahas tentang proses pencetakan daerah edentolous menggunakan bahan yang
biasa dipakai, sifat-sifat bahan, daerah anatomis yang harus terlihat dalam pencetakan, dan alat-
alat yang digunakan dalam pencetakan.

PENCETAKAN
“A complete denture impression is a negative registration of the entire denture bearing, stabilizing
and border seal areas present in the edentulous mouth.”- GPT.

Cetakan gigi tiran lengkap merupakan suatu gambaran negative yang meliputi keseluruhan gigi
tiruan, stabilisasi dan batas area pada mulut edentulous. -GTP

“An imprint or negative likeness of the teeth and/or edentulous areas where the teeth have been
removed, made in a plastic material which becomes relatively hard or set while in contact with
these tissues. Impressions may be made of full complements of teeth, of areas where some teeth
have been removed, or in mouth from which all teeth have been removed.” -GTP

Cetakan negatif dari area tidak bergigi atau area edentulous dibuat dari bahan plastis yang relatif
keras ketika berkontak dengan jaringan. Cetakan bisa dibuat dari seluruh komplemen gigi,
kehilangan beberapa area gigi atau kehilngan seluruh gigi. – GTP

Note:
Cetakan negatif harus mewakili keseluruhan daerah yang akan kita gunakan untuk membuat gigi
tiruan, menstabilkannya, dan meliputi area tepi daerah edentulous dari rongga mulut. Ada 2 jenis
cetakan yang dibahas dalam kuliah ini yaitu cetakan negatif dan cetakan positif. Cetakan negatif
adalah ketika kita melakukan pencetakan dan menghasilkan gambaran daerah cekungan (daerah
edentolous). Cetakan positif adalah daerah pencetakan yang terbentuk diisi menggunakan gips atau
bahan yang lain. Jadi apabila cetakan itu belum diisi suatu bahan disebut cetakan negatif dan ketika
cetakan negatif diisi suatu bahan (gips) disebut dengan cetakan positif. Pencetakan daerah tanpa
gigi dibuat dari plastis material yang akan mengeras jika sudah berkontak dengan area rongga
mulut. Bahan plastis artinya bahas tersebut bisa kita manipulasi dulu dan mampu berubah bentuk
setelah ditempatkan dirongga mulut, bahan itu akan mengeras membentuk suatu cetakan negatif.
Apabila sudah setting kita bisa mengambilnya tanpa merubah bentuk  cetakan plastis.

4
Note:
Viskositas artinya kemampuan bahan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas suatu bahan maka
bahan tersebut akan sulit untuk mengalir dan sebaliknnya.

Bahan Cetak Berdasarkan Viskositasnya dibagi menjadi 3 yaitu:


1. Viskositas Tinggi
a. Impression Compound
Impression compound sejenis malam yang digunakan untuk pencetakan
b. Putty Elastomer
2. Viskositas Sedang
Reguler Elastomer
Pada pasien GTL bahan yang digunakan adalah bahan dengan viskositas sedang yaitu reguler
elastomer
3. Viskositas Rendah
a. Impresion Plester
b. Impresion Paste
c. Hydrokoloid
- Hydrocoloid reversible
- Hydrocoloid irreversible
d. Light Body Elastomer

Pencetakan untuk GTC menggunakan kombinasi dengan bahan viskositas rendah yaitu light body.
Alginat yang sering kita pakai untuk mencetak termasuk bahan irreversibel hidrokoloid artinya
setelah setting tidak dapat kembali seperti semula. Bahan reversible hydrokoloid contohnya bahan
agate, dimana bahan tersebut bisa dipakai berulang kali biasanya untuk pengerjaan lab.

Bahan cetak dilihat dari kelenturannya (elastisitas) dibagi menjadi :


1. Nonelastis
a. Plaster
b. Impresion Compund
c. Zinc Oxide Eugenol (ZOE)
2. Elastis
a. Hydrokoloid
- Reversible Hydrokoloid
- Irreversible Hydrokoloid

5
b. Non Aqueous Elastomer
- Polysulfid
o Lead dioxide catalist
o Clean catalyt
- Silikon
o Kondensasi
o Adisi
- Polyeter

Note:
Bahan cetak berdasakna kelenturannya dibagi menjadi bahan cetak elastis dan nonelastis. Bahan
cetak elastis setelah mengalami reaksi setting akan berubah menjadi nonelastis atau kaku. Bahan
cetak nonelastis sekarang jarang dipakai karena mempunyai kelemahan, yaitu apabila dikeluarkan
dari rongga mulut bersifat kaku sehingga rentan terhadap distorsi. Bahan cetak golongan elastis
sekarang sering dipakai. GTL memakai bahan cetak silikon kondensasi karena dia memiliki
kelebihan dibandingkan dengan bahan cetak yang lain (akan dijelaskan dikuliah biomaterial).
Alginat yang kita pakai untuk pencetakan model studi digolongkan dalam bahan cetak elastis juga
digolongkan dalam bahan hydrokoloid.

Anatomy Landmark Rahang Atas

Gambar diatas merupakan bentukan anatomis pada RA yang harus tercetak/ terlihat ketika kita
melakukan pencetakan model studi maupun model kerja. Cetakan yang bagus adalah cetakan yang
mampu memperlihatkan bagian-bagian anatomis meliputi: labial vestibule, buccal frenulum,
buccal vestibulum, residual ridge, tuberosity, hamular notch dll. Cetakan yang baik akan
menggambarkan bagian-bagian landmark secara detail tanpa ada yang porus atau sobek.

Anatomy Landmark Rahang Bawah


Pada rahang bawah
ada lidah sehingga
kita harus memastikan
bagian dibawah lidah
tercetak dengan baik,
disini ada sedikit
teknik yang berbeda
dibandingkan dengan
teknik pencetakan
pada RA.

6
KLASIFIKASI PENCETAKAN

Depending on The Theories of Impression Making (Teori Pencetakan):


1. Mucostatic or passive impression
Mucostatic artinya area yang akan dilakukan dalam keadaan pasif/statik sehingga
gambaran dari daerah yang akan kita lihat adalah gambaran anatomis.
2. Mucocompressive or functional impression
Mucocompressive artinya mukosa yang akan kita cetak dalam keadaan tertekan atau dalam
keadaan aktif. Apabila pasien menggunakan gigi tiruan, maka mukosa pasien dalam
keadaan tertekan, dalam pencetakan mucocompressive kita mensimulasikan keadaan
tersebut (dalam keadaan tertekan) sehingga gambaran yang kita dapat adalah cetakan
fisiologis.
3. Selective pressure impression
Memadukan kedua teori diatas (mucostatic dan mucocompressive) dilakukan pada
keadaan kusus misal pada mukosa flebi pada pencetakan GTL.

Bedasarkan Tekniknya, klasifikasi pencetakan dibagi menjadi:


1. Open-mouth technique
Saat dilakukan pencetakan mulut pasien dalam keadaan terbuka, metode ini merupakan
metode konvensional yang digunakan untuk pencetakan dalam pembuatan GTL, GTC,
maupun GTSL.
2. Closed-mouth technique
Saat dilakukan pencetakan mulut pasien dalam keadaan terbuka. Biasanya dilakukan
dengan menggunakan sendok cetak khusus yang dilengkapi biterim.
Tahapan closed mouth technique: sebelum dilakukan pencetakan terlebih dahulu tentukan
relasi RA RB  kemudian buat biterim yang sesuai pengukuran  satukan RA RB 
pada sendok cetak beri bahan cetak  masukkan pada rongga mulut pasien  pasien
diinstruksikan melakukan gerakan fisiologis untuk mencetak bagian-bagian fisiologis dari
rongga mulut pasien.

Berdasarkan Tipe Tray (berdasarkan alat yang kita pakai) :


1. Stock tray impression.
Stok tray merupakan sendok cetak buatan pabrik, ada 2 jenis yaitu:
- Perforated berlubang untuk retensi bahan cetak
- Nonperforated tidak berlubang, biasanya ditambahkan suatu cairan untuk
melekatkan bahan cetak pada sendok cetak. Contoh pencetakan elastomer
2. Custom tray impression
Sendok cetak individual yang sesuai dengan kondisi mulut pasien, digunakan dalam
pembuatan model kerja GTL. Biasanya terbuat dari bahan acryrlic self cure.

7
Berdasarkan Tujuan Pencetakan:
1. Diagnostic impression
Pencetakan pendahuluan untuk model study
2. Primary impression
Pencetakan dilakukan untuk menentukan apakah perawatan preprostetik diperlukan
3. Secondary impression
Pencetakan digunakan untuk mencetak model kerja

Sering kali perawatan preprostetik tidak diperlukan, sehingga yang sering dilakukan adalah
pencetakan untuk model study dan pencetakan untuk model kerja. Biasanya pencetakan model
kerja dianggap sebagai pencetakan sekunder.

Berdasarkan Material yang Digunakan:


1. Reversible hydrocolloid impression
2. Irreversible hydrocolloid impression
3. Modelling plastic impression
4. Plaster impression.
5. Wax impression
6. Silicone impression

Posisi operataor ketika


melakukan pencetakan
- RA : operator sedikit
dibelakang pasien
- RB : operator didepan
pasien
Posisi pasien saat
dilakukan pencetakan:
duduk dengan tegak dan
pandangan lurus sejajar
dengan lantai

Note:
Intruksi yang diberikan ke pasien selama pencetakan:
RA
 Mengucapkan huruf “U” untuk mencetak frenulum lingualis

8
 Mengucapkan huruf “O” untuk mencetak frenulum bukalis
 Mengucapkan “Aahh” untuk mencetak AhLine

RB
 Mengucapkan huruf “U” untuk mencetak frenulum lingualis
 Mengucapkan huruf “O” untuk mencetak frenulum bukalis
 Menggerakan bibir lidah ke kanan dan ke kiri untuk mencetak area sublingual

BORDER MOULDING
Teknik pembentukan daerah tepi bahan cetak dengan manipulasi fungsional atau manual pada
jaringan lunak yang berdekatan dengan tepi sendok cetak untuk mengikuti kontur dan ukuran
vestibulum sehingga dapat mempertahankan peripherial seal selama berfungsi.

Tujuan:
Mendapatkan hubungan yang rapat antara tepi gigi tiruan dengan jaringan di sekitarnya

Bahan
• Modeling Compound
• Greenstick Compound
• Heavy Bodied Elastomer
• Polyether
Note: yang sering digunakan diklinik adalah bahan Greenstick Compound dan Heavy Bodied
Elastomer. Greenstick merupakan malam ungu, mempunyai kelebihan mudah mengeras.

Metode
a) Incremental/sectional border moulding
b) Single-step/simultaneous border moulding

Note:
Border moulding menggunakan bahan compound dilakukan secara seksional per daerah/per
bagian sekitar 2-3 cm, memakan waktu lebih lama tetapi menghasilkan hasil yang cukup bagus,
selain itu kesalahan bisa diperbaiki.

BORDER MOULDING RAHANG ATAS


Labial Flange

Pasif
Bibir diangkat lalu ditarik ke arah luar dan ke
bawah lalu baru ditekan ke gingiva.

Aktif
Pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir
dan menghisap jari sang dokter

9
Bukal Flange

Pasif
Pipi diangkat lalu ditarik ke arah luar, ke
bawah, dan ke dalam lalu digerakkan mundur
dan maju.

Aktif
Pasien dinstruksikan untuk mengerutkan
bibir dan tersenyum

Daerah Distobukal

Pasif
Pipi ditarik ke arah luar, ke bawah, dan ke
dalam.

Aktif
Pasien diinstruksikan untuk membuka mulut
dengan lebar, tutup dan gerakkan mandibula
dari sisi ke sisi

Daerah Posterior Palatal

Aktif
Pasien diinstruksikan untuk mengatakan
“AH” dengan singkat

10
BORDER MOULDING RAHANG BAWAH
Labial flange

Pasif
Bibir sedikit terangkat ke arah luar, ke
bawah, dan ke dalam

Bukal Flange

Pasif
Pipi diangkat ke arah luar, ke atas, dan ke
dalam dan digerakkan mundur dan maju.

Aktif
Pasien diinstruksikan untuk mengerutkan
bibir dan tersenyum

Labial

Aktif
Pasien diinstruksikan untuk menjulurkan
lidah dan menjilat bibir bagian atas dari sisi
ke sisi

Distolingual Flange
Aktif
Pasien diinstruksikan untuk menjulurkan
lidah letakkan lidah pada bagian distal
palatal kanan dan kiri

Note:
Intruksi pasif dilakukan oleh dokter
Instruksi aktif pasien melakukan sendiri sesuai instruksi dokter

11
12
REMOUNTING, RELINING, DAN REBASING
Oleh : drg. Gunawan, Sp.Pros
Editor : Salwa Salsabila

Remounting
Tahapan Setelah Prosesing Akrilik
1. Remounting 1
2. Selective grinding 1
3. Remounting jig
4. Pemulasan 1
5. Try in gtl
6. Interocclusal record
7. Remounting 2
8. Selective grinding 2
9. Pemulasan 2
10. Insersi
Note : apabila sudah proses prosesing akrilik, tidak bisa langsung dilakukan insersi GTL karena
bisa saja terjadi kesalahan, contoh : saat pemasangan gigi. Kesalahan tersebut dapat diperbaiki di
tahap remounting 1 dan selective grinding.

A. Remounting 1
- Remounting adalah pemasangan kembali gigi tiruan yang sudah dilakukan prosessing
dalam artikulator/mengembalikan gigi tiruan kasar dan model kerja ke posisi mounting
- Pada tahap remounting dihilangkan excess/kelebihan dalam GT
- Tujuan remounting 1 adalah :
a. Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan – perubahan oklusi di luar mulut pasien.
b. Melihat adanya kesalahan laboran selama packing dan pemrosesan akrilik
- Tahapan remounting 1 :
a. Model kasar akrilik RA dan RB dipasang kembali pada artikulator sesuai dengan
keadaan semula 3 cekungan (index groove) lalu fiksasi dengan malam perekat
b. Perhatikan oklusi sentrik dan posisi pin vertikal dan meja insisal (incisal table), ada
atau tidak peninggian gigitan
c. Peninggian gigit yang terjadi harus dikoreksi dengan melakukan pengasahan
(selective grinding) hingga pin vertikal menyentuh meja insisal (incisal table).

B. Selective Grinding 1
- Akrilik dapat terjadi ekspansi, bisa karena penekanan/gips kurang padat sehingga tidak
tepat dengan model malam. Tandanya yaitu ujung pin vertikal tidak menempel pada
incisal table, sehingga diperbaiki pada SG 1

- Tujuan :
a. Mengembalikan tinggi vertikal sesuai tinggi vertikal sebelum GT diproses/ditanam
di artikulator
b. Memperbaiki oklusi sentrik working & balancing occlusion) dengan pengasahan
cusp palatal gigi2 atas & cusp bukal gigi2 bawah
- Alat dan bahan : articulating paper, stone berbentuk fissure, flame dan round
- SG 1 hanya boleh memperdalam sulcus (mengurangi lereng cusp palatal pada sisi RA
dan cusp bukal pada sisi RB dan tidak boleh mengurangi tinggi oklusi gigi), kurangi
incline plane/sisi miring sampai pin vertikal menyentuh incisal table artikulator dan
kontak merata disemua permukaan oklusal, note : tinggi cusp tidak boleh dikurangi
13
- Tahapan SG 1 :
a. Penandaan dengan menggunakan articulating paper
b. Oklusikan gigi RA dan RB
c. Titik tersebut menandakan harus diperdalam sulcusnya
d. Dapat diulang berkali-kali menggunakan artikulating paper
e. SG 1 selesai jika pin vertikal kembali menempel pada incisal table

C. Remounting Jig
- Remounting jig merupakan kunci gigit dari gips keras pada artikulator yang berguna
sebagai tempat kedudukan bidang oklusal gigi tiruan rahang atas.
- Tahapan pembuatan remounting jig :
a. Lepaskan model kasar gigi tiruan rahang bawah dari dasar artikulator. Model kasar
akrilik RA tetap melekat pada artikulator.
b. Ulasi seluruh permukaan gigi tiruan rahang atas dan permukaan dasar artikulator
dengan bahan separasi (vaseline) agar tidak lengket
c. Letakkan adonan gips tipe I (warna putih) pada dasar artikulator (tempat
melekatnya gigi tiruan rahang bawah) tersebut setinggi permukaan bidang oklusal
gigi tiruan rahang atas.
d. Katupkan artikulator hingga pin vertikal menyentuh permukaan incisor guide table.
e. Adonan gips tipe I harus menutupi seluruh bidang palatal dan pada bidang
oklusal/insisal anasir gigi tiruan tertutup ± 2 mm untuk mendapatkan cetakan
permukaan oklusal gigi tiruan rahang atas.
f. Fiksasi dengan tali rafia dan tunggulah hingga gips mengeras (setting) ± 30 menit.
Kemudian artikulator dibuka.
g. Periksa jig pada artikulator, apakah permukaan palatum dan oklusal gigi tiruan telah
tercetak dengan baik. Bila tidak, ulangi tahapan di atas.

D. Pemulasan 1
- Pada pemulasan 1 cukup dihilangkan bagian gtl, agar saat try in GTL tidak mengiritasi
rongga mulut pasien
- Tahapan pemulasan 1 :
a. Buang akrilik yang tidak sesuai dengan kontur GTL
b. Bersihkan interdental dari sisa gips
c. Haluskan seluruh permukaan GTL kecuali fitting surface

E. Try In GTL
Tahapan try in GTL :
a. Pasang GTL pada pasien dengan memperhatikan retensi, oklusi dan estetik
b. Bila belum retentif, tidak boleh dilanjutkan intermaxillary record, jadi diperbaiki
dahulu
c. Latih pasien menggunakan GTL sehingga mendapatkan relasi horisontal RA-RB
d. Siapkan bite registration yang terbuat dari putty, campur, letakkan pada regio
premolar-molar
e. Instruksian pasien melakukan posisi oklusi sentris

F. Remounting 2
- Relasi yang dilakukan di artikulator adalah relasi sentris, artikulator tidak bisa
menirukan secara tepat free way space pasien, jadi harus melakukan penyesuain oklusi
yang dimiliki oleh pasien. GTL dikembalikan ke artikulator dengan posisi yang mirip
dengan pasien
14
- Tujuannya yaitu koreksi terhadap kurang tepatnya oklusi sentris.
- Tahapan remounting 2 :
a. Naikkan pin vertikal±2mm (tergantung free way space pasien)
b. Lepas model kerja RA, pin vertikal kembali menyentuh meja insisal
c. Kembalikan GTL RA pada remounting jig, ulasi dengan vaselin, jika ada undercut
tutup dengan kapas basah
d. Aduk gips putih, tuang pada ruang antar GTL RA-artikulator, rapikan
e. Lepas remounting jig pada bagian bawah
f. Pasang interoklusal record
g. Pasang GTL RB pada interoklusal record
h. Balik artikulator, ulasi vaselin pada fitting surface RB
i. Aduk gips lunak tuang antara GTL RB dan artikulator

G. Selective Grinding 2
- SG 2 adalah tindakan yang sengaja dilakukan untuk mengubah bentuk permukaan
oklusal gigi, pada gigi tiruan menggunakan hukum BULL (Buccal Upper Lingual
Lower). BULL adalah pada GTL RA diasah di lereng bukal, sedangkan pada GTL RB
diasah di lereng lingual
- Tujuannya adalah memperbaiki oklusi dan dimensi vertikal serta menghilangkan
kontak prematur gigi geligi.
- Tahapan SG 2 :
a. Lakukan gerakan oklusi eksentrik.
b. Lihat ketebalan spot bidang oklusal.
c. Asahlah spot yang tebal dengan stone warna hijau atau merah muda, dengan
panduan HUKUM BULL untuk sisi kerja (Buccal Upper Lingual Lower) dan
HUKUM ANTI BULL untuk sisi keseimbangan (Lingual Upper Buccal Lower).
- SG 2 selesai jka:
a. Posisi oklusi sentris pin vertikal menyentuh insisal tabel
b. Posisi oklusi artikulasi pin vertikal menyentuh insisal tabel
c. Posisi protusi mandibula (gigi anterior edge to edge, post cusp to cusp) pin
vertikal menyentuh insisal tabel
d. Warna spot merata (≠ tidak ada warna)

H. Pemulasan 2
- Tahapan pemulasan 2 :
a. Haluskan dan kilapkan seluruh permukaan GTL kecual pada fitting surface
sehingga siap untuk di insersikan
b. Tepi GTL membulat dan tidak ada yg tajam

Relining dan Rebasing

A. Relining
- Relining adalah suatu prosedur untuk melapasi kembali permukaan GT yang
menghadap ke jaringan dengan bahan baru agar lebih akurat -GPT
- Relining juga didefinisikan suatu proses untuk menambah bahan baru pada permukaan
GT yang menghadap ke jaringan untuk mengisi ruangan yang ada diantara GT asli
dengan kountur jaringan yg telah mengalami perubahan –Sharry

15
B. Indikasi relining :
- Digunakan pada immediate denture yang dibuat pra ekstraksi, lalu setelah pasca
ekstraksi GT tersebut di insersikan. Karena pada prinsipnya immediate denture dibuat
berdasarkan perkiraan ruangan yang di dapatkan setelah gigi dicabut. Setelah terjadi
proses penyembuhan jaringan, terkadang GT yang dibuat tidak lagi akurat sehingga
diperlukan penambahan bahan agar GT tersebut akurat
- Masalah ekonomi, pasien tidak mampu jika membuat GT baru lagi
- GT sulit adaptasi karena sisa jaringan yang semakin buruk karena resorpsi residual
ridge (indikasi yang sering ditemui)
- Geriatri/pasien yang memiliki penyakit kronis atau pasien yang mengalami kesulitan
dalam konstruksi GTL baru

C. Kelebihan relining :
- Relining dapat dilakukan dalam 2-3x kunjungan
- Biaya lebih ekonomis
- Meningkatkan GT agar lebih baik
- Pemberian soft liner jika diperlukan

D. Kekurangan relining :
- Jika terjadi perubahan dimensi vertikal pada RA RB, relining tidak bisa dilakukan
- Tidak bisa memperbaiki estetik atau relasi rahang
- Tidak bisa memperbaiki kesalahan saat penyusunan gigi
- Tidak bisa digunakan untuk mengoreksi resorpsi yang ekstrem/banyak

E. Pertimbangan sebelum relining :


- Melakukan pemeriksaan kepada pasien, apakah masalah utama pada GT adalah
ketidaksesuaian GT atau kerusakan lain
- Tidak terdapat perubahan dimensi vertikal
- Oklusi sentrik harus bertepatan dengan relasi sentrik
- Relining tidak bisa memperbaiki estetik
- Jaringan lunak rongga mulut harus sehat
- Apabila terdapat perawatan pre prostetik (contoh: pembedahan/ulserasi jaringan
lunak), maka harus diterapi dulu baru relining
- Jika ada jaringan hiperplastik atau ada tulang yang tajam maka harus
dibedah/pemberian soft liner terlebih dahulu
- Batas tepi GT harus mencukupi untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi, karena
relining tidak bisa memperbaiki tepi GT yang tidak terletak tepat pada batas
fisiologisnya
- Free way space (jarak interoklusal) harus mencukupi
- Pasien harus bisa mengucapkan huruf tertentu

F. Rencana perawatan :
- Relining tidak bisa memperbaiki kesalahan saat pembuatan GT, sehingga jika
dibutuhkan koreksi oklusal maka lebih baik membuat GT baru
- Jaringan lunak harus sehat
- Apabila dibutuhkan pembedahan, dilakukan pembedahan dulu

16
G. Prosedur klinis relining :
a. Metode statis
 Teknik open mouth
 Teknik closed mouth
b. Metode fungsional
c. Teknik dental chair side (dilakukan secara direct di dental chair)
d. Metode laboratoris (dilakukan pada lab)
 Articulator method
 Jig method
 Flask method

H. Metode winkler
- Menggunakan bahan tissue conditioner untuk mencetak GTL
- Jaringan dikeringkan dulu lalu diberikan bahan tissue conditioner di GTL RA maupun
RB
- Kemudian GTL dipasangkan kembali dan instruksikan pasien untuk melakukan relasi
sentrik untuk menstabilisasi GT hingga bahan setting
- GT dipakai seperti biasa 3-5 hari untuk adaptasi setelah dilakukan relining
- Setelah 5 hari, control kembali untuk dilakukan percetakan model kerja baru
- Tissue conditioner dilepas
- GTL dikirim ke lab untuk menambah resin

I. Metode statis (Teknik open mouth)


- Pada metode ini, GT lama digunakan untuk sendok cetak individual
- ZnOE adalah bahan untuk permukaan GT
- Aplikasikan bahan cetak pada GT RA dan RB
- Pasien diinstruksikan melakukan relasi sentrik
- Dilakukan gerakan-gerakan pada RA dan RB untuk membentuk tepian yang baru pada
GT
- Setelah setting, GT lama diisi dengan gips untuk mendapatkan work model yang bar

J. Metode dental chair side


- Sering dilakukan di klinis walaupun banyak kekurangan
- Metode ini dilakukan langsung saat pasien datang, diatas GT yang lama ditambahkan
akrilik self cure pasien dan diinstruksikan untuk melakukan gerakan seperti saat
mencetak model kerja
- Kelemahan :
a. Bahan akrilik self cure pada saat setting akan menghasilkan panas yang dapat
menyebabkan iritasi/luka bakar pada mukosa
b. Memiliki bau yang tidak sedap
c. Memiliki stabilitas warna yang buruk
d. Cenderung porus, GT bisa jadi lebih bau
e. Resin akrilik self cure berikatan secara kimia ke bahan basis GT jadi apabila ada
kesalahan saat pengaplikasian, akan sulit untuk melepas bahan baru dengan bahan
basis GT lama.

K. Rebasing
- Rebasing adalah suatu proses perbaikan gigi palsu dengan penggantian bahan dasar GT
-GPT.

17
- Rebasing juga didefinisikan sebagai menggantikan semua dasar GT dengan bahan baru
–Sharry

L. Perbedaan relining dan rebasing


- Relining : memberikan satu lapisan tipis baru dari resin pada basis GT untuk menambah
stabilisasi
- Rebasing : material yang ditambahkan lebih banyak dibandingkan relining

18
DIAGNOSA, PROGNOSA, DAN KEGAGALAN PASIEN GIGI
TIRUAN CEKAT (GTC)
Oleh : drg. Gunawan S, Sp. Pros
Editor : Dina Anisawati

Penjelasan Secara Umum :


I. Definisi Fixed Prosthodontic/GTC
 Fixed prosthodontics treatment involves the replacement and restoration of teeth by
artificial substitutes that are not readily removable from the mouth.
 Gigi tiruan cekat merupakan sebuah perawatan penggantian dan melakukan
restorasi pada gigi dengan bahan pengganti buatan yang tidak dapat dilepaskan
oleh pasien dari rongga mulut pasien.
 GTC pasti dipasang dan dilepas oleh drg.

 Treatment can range from the fairly straight forward restoration of a single tooth with a
cast crown) or prosthesis or implant supported restoration to a highly complex
restoration involving all the teeth in an entire arch.
 Perawatan dapat berkisar dari restorasi gigi tunggal dengan mahkota gigi) atau
prosthesis atau restorasi yang didukung oleh implan hingga restorasi yang sangat
kompleks yang melibatkan semua gigi di seluruh lengkung.
 Penggantian gigi dengan perawatan GTC tidak hanya meliputi penggantian 1 gigi
untuk kasus sederhana tetapi juga pada kasus yang sangat kompleks. Hal tersebut
bisa melibatkan beberapa macam jenis GTC/ compound bridge/ combined bridge/
penggantian gigi dengan abutment implan/ mengganti seluruh gigi pada 1 rahang
(melibatkan 14 gigi).
Untuk ranah drg GP adalah GTC sederhana/ GTC konvensional, pada penggantian
1 gigi dengan 2 penyangga di bagian sisi mesial-distal.

II. Selection of the Type of Prosthesis


Macam-macam perawatan untuk edentulous atau pada partial edentulous meliputi :
a. Removable partial denture/ Gigi tiruan sebagian lepasan
b. Conventional tooth-supported fixed partial denture/ gigi tiruan cekat konvensional
c. Resin-bonded tooth-supported fixed partial denture/ gigi tiruan cekat dengan bahan
resin bonded
d. Implant-supported fixed partial denture/ gigi tiruan cekat dengan bahan implan.
Atau bahkan tidak melakukan perawatan sama sekali.

Penjelasan :
a. Removable Partial Denture/ gigi tiruan sebagian lepasan
indicated for edentulous spaces greater than two posterior teeth, anterior spaces greater
than four incisors, or spaces that include a canine and two other contiguous teeth; ie,
central incisor, lateral incisor, and canine; lateral incisor, canine, and first premolar; or
the canine and both premolars.
 Indikasi khusus: kehilangan lebih dari 2 gigi posterior yang letaknya
berdampingan.
Contoh : kehilangan gigi 5 ke 6 yang letaknya berdampingan maka tidak bisa
dibuatkan GTC pada kasus tersebut. Atau kehilangan gigi anterior yang
melibatkan lebih dari 4 gigi insisivus atau kehilangan gigi yang melibatkan 3 gigi
anterior yang melibatkan gigi caninus dan dua gigi yang letaknya di sebelahnya

19
Contoh ; kehilangan gigi 1,2,3, atau 2,3,4 tidak bisa dibuatkan GTC, harus
melakukan perawatan jenis gigi tiruan sebagian lepasan/GTSL

b. Conventional Tooth-Supported Fixed Partial Denture/ gigi tiruan cekat


konvensional
When a missing tooth is to be replaced, a fixed partial denture is preferred by the
majority of patients
 Ketika gigi yang hilang harus diganti, gigi tiruan sebagian tetap lebih disukai
oleh sebagian besar pasien.

c. Resin-Bonded Tooth-Supported Fixed Partial Denture


a conservative restoration that is reserved for use on defect-free abutments in situations
where there is a single missing tooth,usually an incisor or premolar.
 Restorasi konservatif yang dicadangkan untuk digunakan pada penyangga yang
bebas kerusakan dalam situasi di mana ada satu gigi yang hilang, biasanya gigi
seri atau premolar.
 Bahan yang dapat digunakan untuk perawatan partial edentulous adalah bahan
GTC resin bonded atau memakai FRC/ fiber reinforced composite, adalah suatu
gigi tiruan yang memakai bahan resin sebagai bahan utamanya  kasus sangat
sederhana misal pada kehilangan gigi anterior atau posterior yang menerima
beban kunyah kecil misal gigi p yang telah alami penyempitan ruang.
 Bahan ini kontraindikasi pada gigi yang memiliki tekanan kunyah yang diterima
besar atau pada gigi yang deep overbite yaitu pada gigi anterior tidak bisa pakai
bahan resin.

d. Implant-Supported Fixed Partial Denture


Ideally suited for use where there are insufficient numbers of abutment teeth or
inadequate strength in the abutments to support a conventional fixed partial denture,
and when patient attitude and/or a combination of intraoral factors make a removable
partial denture a poor choice,
Implant-supported fixed partial dentures can be employed in the replacement of teeth
when there is no distal abutment

 Sangat cocok untuk digunakan di mana terdapat jumlah gigi penyangga yang
kurang atau kekuatan yang tidak memadai dalam penyangga untuk mendukung
gigi tiruan parsial tetap konvensional, dan ketika sikap pasien dan / atau
kombinasi faktor-faktor intraoral membuat gigi tiruan sebagian yang dapat
dilepas menjadi pilihan yang buruk, Gigi palsu parsial cekat yang didukung oleh
implan dapat digunakan dalam penggantian gigi saat tidak ada penyangga di
bagian distal.
 Adalah pewaran yang lebih kompleks pada GTC, melibatkan implan yang
digunakan sebagai abutmennya. Pada kasus kehilangan gigi panjang seperti
kehilangan 4 gigi anterior dimana gigi i2 kanan kiri hilang yang merupakan
kontraindikasi GTC konvensional, kita bisa bikin GTC dengan memasang implant
sebagai abutmenntnya di gigi 11 atau 21 kanan kiri atau pada kehilangan gigi
posterior, kehilangan 2 gigi yang letaknya berurutan ( gigi 5 atau 6) maka bisa
menanam implant disitu, atau juga pada kasus kelas 1 dan 2 yang merupakan
kehilangan gigi free end di bagian posteriornya, jadi misal kehilangan gigi 7, 6,7,
kita bisa pasang implant di gigi 7 nya lalu bikin gtc konvensional 3 unit dengan
penyangga gigi 5 dan gigi 7 implan sebagai abutmentnya.
20
e. No Prosthetic Treatment
If a patient presents with a long-standing edentulous space into which there has been
little or no drifting or elongation of the adjacent or opposing teeth If the patient
perceives no functional, occlusal, or esthetic impairment
(left to the patient's wishes--congratulate the patient for being fortunate)
 Jika seorang pasien datang dengan ruang edentulous yang telah lama ada di
mana ada sedikit atau tidak ada pergeseran atau perpanjangan dari gigi yang
berdekatan atau berlawanan Jika pasien tidak merasakan gangguan fungsional,
oklusal, atau estetika
(diserahkan ke keinginan pasien lagi)
 Kadang justru walaupun sangat jarang, tidak dilakukan perawatan merupakan
pilihan, yaitu pada kasus dimana tidak ada atau tidak terjadi pergerakan gigi
penyangga/ antagonisnya, apabila syarat GTS tidak terpenuhi seperti OH jelek
merupakan kontraindikasi kadang-kadang tidak dilakukan perawatan adalah
suatu piihan walaupun jarang sekali ditemui.

Penjelasan Khusus Indikasi dan Kontraindikasi GTC:

III. Indications for FPD (fixed partial denture. GTC)


a) Short span edentulous arches
b) Presence of sound teeth that can offer sufficient support adjacent to the edentulous
space.
c) Cases with ridge resorption where a removable partial denture cannot be stable or
retentive.
d) Patient’s preference
e) Mentally compromised and physically handicapped patients who cannot maintain the
removable prosthesis.

a) Lengkungan edentulous bentang pendek


 pada kasus kehilangan gigi pendek, walaupun relatif, tapi merupakan indikasi
pertama kasus GTC yang dijumpai di klinik. Apabila kehilangan gigi lebih dari 1
dan menggunakan abutment lebih dari 2 gigi adalah masuk ke ranahnya spesialis.

b) Adanya gigi yang sehat yang dapat menawarkan dukungan yang cukup berdekatan
dengan ruang edentulous ( gigi penyangga masih cukup kuat untuk dijadikan
abutment guna mendukung gigi tiruan)
 jika gigi penyangga penyakit periodontal, maka tidak dapat dojadikan sebagai
penyangga/ abuutment.

c) Kasus-kasus dengan resorpsi di mana gigi tiruan sebagian yang dilepas tidak bisa
stabil atau retentif.
 jika resorpsi, maka akan mempengaruhi stabilisasi apabila kita membuat GT
lepasan, maka GT Lepasan akan cenderung goyah. Jika resorpsi parah bisa
bergeser ke arah bukal, lingual, dll lebih baik memakai GTC dengan penyangga
gigi anterior-posteriornya.

d) Preferensi pasien / keinginan pasien


 karena GTC harus mengurangi jaringan gigi sehat yang cukup banyak serta
harganya lebih mahal dari GTS, harus pastikan pasien mengetahui keuntungan,
21
kelebihan perawatan GTC gimana, sehingga dapat memilih perawatan yang lebih
tepat dan agar tidak merugikan pasien.

e) Pasien dengan gangguan mental dan cacat fisik yang tidak dapat mempertahankan
protesa lepasan.
 Masalah mental (tidak bisa rutin melakukan pembersihan gigi tiruan lepasan
misalnya pakai GTC yang memerlukan pembersihan minimal daripada GTSL)

IV. Contraindications for FPD


a) Large amount of bone loss as in trauma.
b) Very young patients where teeth have large pulp chambers.
c) Presence of periodontally compromised abutments.
d) Long span edentulous spaces.
e) Bilateral edentulous spaces, which require cross arch stabilization.
f) Congenitally malformed teeth, which do not have adequate tooth structure to offer
support.
g) Mentally sensitive patients who cannot cooperate with invasive treatment procedures.
h) Medically compromised patients (e.g. leukemia, hypertension).
i) Very old patients.
j) Distal extension denture bases as in class I and II cases.

a) Kehilangan tulang dalam jumlah besar seperti pada trauma.


 misal pada kasus trauma pada gigi anterior, dimana defek tulang yang hilang
besar, maka lebih mudah kita menutupi defek tulang tersebut dengan basis gigi
tiruan (akrilik).

b) Pasien yang sangat muda di mana gigi memiliki ruang pulpa besar.
 pada bahan PFM misalnya, kita perlu mebgurangi jaringan gigi yang sehat
kurang lebih 1,5 mm  apabila tanduk pulpa tinggi bisa sebabkan perforasi dan
menciderai pulpa.

 Selain itu pada pasien muda perkembangan rahangnya belum berhenti, saat
melakukan perawatan GTC dapat berfungsi sebagai splinting. Misal dilakukan
GTC pada satu sisi jadi perkembangan rahang antara sisi rahang yang di GTC
dengan yang tidak di GTC akan berbeda.
 Usia aman untuk perawatan GTC adalah pertengahan 20-an, dimana tanduk
pulpa sudah tidak tinggi dan fase perkembangan rahang sudah berhenti.

c) Adanya penyakit periodontal pada jaringan penyangganya


 apabila terjadi kehilangan gigi/ tulang parah dan melebar, sehingga tidak bisa
diberi ebban tambahan, maka gigi sebelahnya tidak bisa dipakai sebagai abutment.

d) Ruang dengan edentulous bentang panjang.

e) Ruang edentulous bilateral, yang membutuhkan stabilisasi lintas lengkung.

f) Gigi cacat bawaan, yang tidak memiliki struktur gigi yang memadai untuk
menawarkan dukungan/ / gigi yang alami gangguan perkembangan  rasio
mahkota klinis : akar  tidak ideal/kurang. Idelanya rasio mahkota : panjang akar
adalah 1:1 tapi biasanya kalau drg Gun tidak menyarankan karena masih kurang
22
aman. Misal panjang mahkota 5 cm dan panjang akar rongten 5 cm secara teori
aman, tapi beliau tidak menganjurkan secara klinisnya
 Paling aman ratio mahkota klinis : akar, adalah 1 : 1,5 (lebih aman untuk
kesehatan gigi abutment)

g) Pasien yang sensitif secara mental yang tidak dapat bekerja sama dengan prosedur
perawatan invasif.
 pada pasien yang tidak kooperatif untuk dilakukan perawatan invasif karena
kita memerlukan pengurangan jaringan yang cukup besar pada GTC, misal pada
pasien yang menolak untuk dianestesi padahal dia merasa sakit saat dilakukan
preparasi atau pada pasien kelainan mental lainnya.

h) Pasien dengan gangguan medis (mis. leukemia, hipertensi).


 misalnya pada GTC butuh anestesi tapi pasien memiliki penyakit hipertensi,
DM, dll

i) Pasien yang sangat tua.


 merupakan kontraindikasi relatif. Kadang-kadang pada orang tua status
periodontalnya jelek dan status kehilangan tulang sudah cukup parah, maka lebih
aman memakai GTSL, yang tidak akan terlalu membebani gigi penyangga.

j) Basis ekstensi gigitiruan distal seperti pada kasus kelas I dan II (pada kasus free
end, pada kelas 1 atau II kalsifikasi kenedy kehilangan gigi paling posterior)
 Misal kehilangan gigi 7 dan 6 kita tidak bisa melakukan perawatan GTC
walaupun pakai desain cantilever (dengan penyangga 2 gigi depannya) karena
beban yang diterima gigi penyangga akan tidak seimbang  prognosa jelek.
Lebih aman pakai GTC.

V. History
 All pertinent information concerning the reasons for seeking treatment,
 Along with any personal information, including relevant previous
 Medical and dental experiences
 The chief complaint should be recorded, preferably in the patient’s own words
 Not an “ideal” treatment but special attention must be given to how the chief complaint
can be resolved

 Semua informasi terkait tentang alasan mencari perawatan,


 informasi pribadi apa pun, termasuk yang relevan sebelumnya
 Pengalaman medis dan gigi
 Complaint Keluhan utama harus dicatat, terutama dengan kata-kata pasien sendiri
 Bukan pengobatan "ideal" tetapi perhatian khusus harus diberikan pada
bagaimana keluhan utama dapat diselesaikan
 Intinya pada tahap anamnesis, tidak boleh mengarahkan anamenesa untuk melakukan
suatu perawatan, perawatan harus sesuai dengan kebutuhan supaya bisa mengatasi
komplain yang disampaikan pasien. Kita hanya boleh memberi trigger agar pasien
dapat menceritakan keluhannya dengan bahasanya sendiri.
 Perawatan ideal adalah perpaduan antara perawatan yang terbaik dengan keluhan
utama yang disampaikan oleh pasien.

23
Medical History/ riwayat kesehatan secara umum
1. Conditions affecting the treatment methods (e.g.,the use of antibiotic premedication,
any use of steroids or anticoagulants,and any previous allergic responses to medication
or dental materials).
2. Conditions affecting the treatment plan (e.g., previous radiation therapy, hemorrhagic
disorders, extremes of age, and terminal illness).
3. Systemic conditions with oral manifestations (e.g. periodontitis may be modified by
diabetes, menopause, pregnancy, or the use of anticonvulsant drugs
4. Possible risk factors to the dentist and auxiliary personnel (e.g., patients who are
suspected or confirmed carriers of hepatitis B, acquired immunodeficiency syndrome,
or syphilis).

1. Kondisi yang memengaruhi metode perawatan (mis., Penggunaan premedikasi


antibiotik, segala penggunaan steroid atau antikoagulan, dan respons alergi
sebelumnya terhadap obat atau bahan gigi).
 Kondisi penggunaan antibiotik profilaksis, walaupun di GTC sangat jarang
sekali karena tindakan invasif yang diberikan kepada pasein sangat jarang
membutuhkan antibiotik profilaksis.

2. Kondisi yang memengaruhi rencana perawatan (mis., Terapi radiasi sebelumnya,


gangguan hemoragik, usia ekstrem, dan penyakit terminal).
 Maksudnya misal pasien menerima radiasi di area tertentu. Radiasi biasanya
dapat menyebabkan kelaian di kelenjar lidah atau jaringan disekitarnya. Maka
gigi didaerah tersebut tidak dapat dijadikan sebagai gigi penyangga.

3. Kondisi sistemik dengan manifestasi oral (mis. Periodontitis dapat dipicu oleh
diabetes, menopause, kehamilan, atau penggunaan obat antikonvulsan).
 Periodontitis lebih sering dijumpai pada DM tak terkontrol.

4. Faktor-faktor risiko yang mungkin untuk dokter gigi dan personel pembantu (mis.,
Pasien yang diduga atau dikonfirmasi sebagai pembawa hepatitis B, memperoleh
sindrom imunodefisiensi, atau sifilis).
 Kemungkinan faktor risiko yang akan diterima drg. Perawat gigi, misal pada
pasien yang alami penyakit infeksi/menular seperti Hepatitis, AIDS, dll maka
kita harus memberikan perhatian lebih supaya dapat mencegah penularan
infeksi tersebut.

Dental History
 Periodontal history
 Restorative history
 Endodontic history
 Orthodontic history
 Removable prosthodontic history
 Oral surgical history
 Radiographic history
 Temporomandibular joint dysfunction history

 Pasien harus menceritakan riwayat perawatan gigi yang telah dilakukan meliputi
perawatan penakit perio, restorasi, ortho, riwayat pencabutan gigi terdahulu, dll.

24
Examination
An examination consists of the clinician’s use of sight, touch, and hearing to detect
conditions outside the normal range
a) General Examination: The patient’s general appearance, gait, and weight, Vital
sign (respiration, pulse, temperature, and blood pressure)

b) Extraoral Examination: facial asymmetry, Cervical lymph nodes, TMJs and the
muscles of mastication.

c) Intraoral Examination: periodontal examination, Occlusal examination,


Radiographic Examination, Vitality Testing.

Pemeriksaan terdiri dari penggunaan indera penglihatan, sentuhan, dan pendengaran


dokter untuk mendeteksi kondisi yang sekiranya berada di luar kisaran normal

a) Pemeriksaan Umum: Penampilan umum, gaya berjalan, dan berat badan, tanda
vital (pernapasan, denyut nadi, suhu, dan tekanan darah)
b) Pemeriksaan Ekstra: asimetri wajah, kelenjar getah bening serviks, TMJ dan otot
pengunyahan.
c) Pemeriksaan Intraoral: pemeriksaan periodontal, pemeriksaan oklusal,
Pemeriksaan Radiografi, Tes Vitalitas.

Diagnostic Casts
Adalah pencetakan untuk membuat model study (diluar RM) tentang rotasi gigi,
inklinasi gigi, panjang mahkota klinis, dll. Supaya bisa menelaah lebih lanjut keadaan
rongga mulut pasien untuk melakukan rencana perawatan selanjutnya.
 To assess the dimensions of the edentulous space.
 The height, rotations, inclination of the abutment teeth can be observed.
 The number, size and position of wear facets can be seen.
 It gives an idea about the occlusion and the morphology of the opposing teeth. It
also guides us in determining the amount of occlusal load

- Untuk menilai dimensi ruang edentulous.


- Tinggi, rotasi, kemiringan gigi penyangga dapat diamati.
- Jumlah, ukuran dan posisi sisi keausan dapat dilihat.
- Hal ini memberi gambaran tentang oklusi dan morfologi gigi yang
berseberangan. Ini juga memandu kita dalam menentukan jumlah beban
oklusal

Radiographic Examination
o The number, size and location of caries.
o Evidence of caries beneath existing restorations.
o The level of alveolar bone.
o Crown-root ratio of the abutment teeth.
o Morphology of the roots of the abutment teeth.
o Quality of endodontic restorations.
o Width of the periodontal ligament space.
o Presence of any root stumps in the edentulous area.
o Thickness of the soft tissues in the edentulous area.

Dari rongten kita dapat informasi sbb :


o Jumlah, ukuran, dan lokasi karies.
o Bukti karies di bawah restorasi yang ada.

25
o ketinggian tulang alveolar.
o Rasio mahkota klinis -akar dari gigi penyangga.
o Morfologi akar gigi penyangga.
o Kualitas restorasi endodontik.
o Lebar ruang ligamen periodontal.
o Adanya sisa akar di area edentulous.
o Ketebalan jaringan lunak di daerah edentulous.
 Rongten yang dipakai untuk GTC biasnya periapikal. Hanya butuh 3 gigi
yaitu gigi penyangga dan daerah yang edentulus.
 Untuk membantu menegakkan rencana perawatan GTC

Lalu, Data-data yang sudah terkumpul dari berbagai pemeriksaan subjektif dan
objektif akan digunakan untuk mendapatkan kesimpulan berupa prognosa/ ramalan
perjalanan penyakit apabila kita memberikan suatu tindakan terhadap penyakit
tersebut.

VI. Prognosis
 An estimation of the likely course of a disease.
 The prognosis of dental disorders is influenced by general factors (age of the patient,
lowered resistance of the oral environment) and local factors (forces applied to a given
tooth, access for oral hygiene measures).

 Perkiraan tentang riwayat perjalanan penyakit.


 jadi kita harus memperhitungkan semua data yang didapat pada pemeriksaan lalu
dipertimbangkan dengan faktor luar jadi untuk menemukan rencana perawatan dan
nantinya riwayat penyakit itu seperti apa setelah dilakukan perawatan

 Prognosis pada penyakit gigi dipengaruhi oleh faktor umum (usia pasien, penurunan
resistensi terhadap lingkungan mulut) dan faktor lokal (kekuatan yang diterapkan pada
gigi tertentu, akses untuk tindakan kebersihan mulut).

General Factors
- The overall caries rate of the patient’s dentition
- Systemic problems
- The history and success of previous dental treatments.

- Tingkat karies keseluruhan dari gigi pasien


- Masalah sistemik
- Sejarah dan keberhasilan perawatan gigi sebelumnya.

Local Factor
- the load distribution in the dentition
- Impactions adjacent to a molar
- Individual tooth mobility, root angulation, root structure, crown/root ratios, and
many other variables

- distribusi beban di gigi-geligi


- Impaksi yang berdekatan dengan molar
- Mobilitas gigi individu, angulasi akar, struktur akar, rasio mahkota / akar, dan
banyak variabel lainnya

26
Prosthodontic Diagnostic Index (PDI) for the Partially Edentulous and the
Completely Dentate Patient.

For each index, four categories, Class I to Class IV: Class I (uncomplicated), class
II (moderately compromised), class III (substantially compromised) and Class IV
(a complex clinical situation)

Untuk setiap indeks, empat kategori, Kelas I ke Kelas IV: Kelas I (perawatan
sangat sederhana), kelas II (cukup dikompromikan), kelas III (sangat
dikompromikan) dan Kelas IV (situasi klinis yang kompleks butuh kerjasama
dengan praktisi kesehatan lainnya)

Kompetensi GP  Kelas I atau II

Each class is differentiated by:


1. Location and extent of the edentulous area or areas
2. Condition of the abutment teeth
3. Occlusal scheme
4. Residual ridge

1. Lokasi dan luas area edentulous


2. Kondisi gigi penyangga
3. Skema oklusal
4. Residual ridge

FAILURES IN FIXED PARTIAL DENTURES


 Kebanyakan disebabkan oleh sementasi yang tidak adekuat, baik pemilihan jenis semen
atau aplikasinya yang tidak tepat sehingga memungkinkan cairan saliva membasahi
semen yang belom setting, atau rencana perawatan yang salah seperti misal panjang
mahkota klinis kurang sesuai, preparasi yang berlebihan jadi daerah perlekatan tidak
baik dan menimbulkan lepasnya GTC.

 Kesalahan kedua biasanya kesalahan mekanis dari GTCnya, msial gigi tiruan pata,
Porselen yang terlepas  kesalahan saat prosesing di lab. Harus membuat GTC baru
dan perlu kerja sama dengan lab untuk perbaikan.

27
 Kesalahan ketiga adalah yang bisa dilihat di dalam rongga mulut seperti iritasi gusi,
timbul penyakit periodontal. Penyebabnya bisa karena retensi plak atau bentuk akhiran
yang tidak tepat.
 Selain itu juga sering didapati karies sekunder pada gigi abutment jika memilih retainer
yang kurang tepat,
 atau pada kesalahan preparasi yang terlalu banyak dapat menyebabkan nekrosis (beban
oklusal berlebih pada gigi penyangga lalu dapat nekrosis)

28
Removing a failed fixed partial denture
If a permanent prosthesis fails, it can be removed by the following methods:
1. Using a crown remover (Back action or spring activated).
2. Using a straight chisel.
3. Using a brass ligature wire
4. Using a screw thread
5. Using a Richwil crown remover
6. Using a haemostat
7. Using an ultrasonic scaler tip
8. By cutting the retainer with a bur.

 Cara untuk melepaskan GTC kebanyakan menggunakan metode mekanis. Untuk


melepas GTC jika sudah disemen sangat sulit sekali, maka saat pelepasan GTC,
GTC yang harus dipotong/ dikorbankan agar bisa lepas.
 Jika prostesis permanen gagal, itu dapat dilepas dengan metode berikut:
1) Menggunakan penghilang mahkota (Back action atau spring diaktifkan).
2) Menggunakan pahat lurus.
3) Menggunakan kawat pengikat kuningan
4) Menggunakan ulir sekrup
5) Menggunakan penghilang mahkota Richwil
6) Menggunakan haemostat
7) Menggunakan tip scaler ultrasonik
8) Dengan memotong punggawa dengan bur.

29
30
PEMILIHAN DAN PENGATURAN ANASIR GTL
Oleh: drg. Gunawan S, Sp.Pros.
Editor : Nisrina Nada Isnaini

Note : mohon maaf apabila isi editan modul ini hanya berupa terjemahan ppt, dikarenakan tidak ada penjelasan secara utuh, video
materi hanya tersedia dlm 3 menit. Terimakasih atas pengertiannya.

 SYARAT ANASIR :
1. Mampu berikatan dengan baik dengan bahan pembuat basis gigi tiruan.
2. Memiliki resistensi terhadap cairang rongga mulut.
3. Mampu bertahan terhadap kekuatan pengunyahan.
4. Tahan terhadap abrasi
5. Memiliki tempilan estetis, translusen, ketabilan warna tekstur dan sifat lain yang
menimbulkan kesan natural gigi.
6. Mudah dipasang dan dilepas apabila diperlukan reparasi.

 PRINCIPLES OF TEETH ARRANGEMENT (Prinsip Penyusunan Anasir Gigi)


 Maxillary Central Incisor
o The long axis of the central incisor (the blue line) is positioned
parallel to the vertical axis
o The central pin of thearticulator will point the mesio
incisal line edge of the central incisor
o When viewed from
 Front : Long axis parallel towards the vertical axis.
 Side : Slopes labially about 15°
 Occlusal plane: Incisal edge is in contact with occlusal plane

 Insisivus Sentral RA
o Sumbu panjang gigi insisivus sentral (garis biru) diposisikan sejajar dengan sumbu
vertikal
o Pin tengah artikulator akan menunjukkan tepi garis insisal mesio dari gigi insisivus
sentral
o Bila dilihat dari
 Depan : Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal
 Samping : Kemiringan lereng sekitar 15 °
 Bidang oklusal: Incisal edge bersentuhan dengan bidang oklusal

31
 Maxillary Lateral Incisor
o The long axis of the lateral incisor (green line) is placed slightly inclined to the
vertical axis (red line) The incisal edge of the maxillary lateral incisor is placed
slightly short of the occlusal plane (marked as yellow line)
o When viewed from
 Front: Long axis slopes towards midline at incisal edge.
 Side: Slopes labially about 20°.
 Occlusal plane: Incisal edge is 1 mm short of occlusal plane
o The long axis of the tooth is tilted towards the midline when viewed from the front.
o The long axis of the tooth is sloping labially when viewed from the side. The
inclination of the slope is greater than that of the central incisor.
o The incisal edge is 2 mm above the level of the occlusal plane. And the edge is tilted
towards the midline.

 Insisivus Lateral RA
o Sumbu panjang gigi insisivus lateral (garis hijau) ditempatkan sedikit condong ke
sumbu vertikal (garis merah) Tepi gigi insisivus lateral rahang atas ditempatkan
agak pendek dari bidang oklusal (ditandai sebagai garis kuning)
o Bila dilihat dari :
 Depan: Sumbu panjang miring ke arah garis tengah di tepi insisal.
 Samping: Kemiringan lereng sekitar 20 °.
 Bidang Oklusal: Pinggiran insisal lebih pendek 1 mm dari bidang oklusal
o Sumbu panjang gigi dimiringkan ke arah garis tengah bila dilihat dari depan.
o Sumbu panjang gigi miring ke bawah jika dilihat dari samping. Kemiringan lereng
lebih besar dari pada incisor sentral.
o Tepi insisal 2 mm di atas permukaan bidang oklusal. Dan ujungnya miring ke arah
garis tengah.

32
 Maxillary Canine
o The long axis of the maxillary canine (yellow line) should be parallel to the
vertical axis (red line) when viewed from the front. The cervical part of the
maxillary canine is placed more prominent when compared to the incisal
aspect when viewed from the front
o The long axis of the maxillary canine (yellow line) should be parallel to the
vertical axis (red line) when viewed from the side
o When viewed from
 Front: Long axis parallel towards the vertical axis.
 Side: Long axis parallel towards the vertical axis.
 Occlusal plane: Cuspid tip is in contact with occlusal plane

 Caninus RA
o Sumbu panjang caninus rahang atas (garis kuning) harus sejajar dengan
sumbu vertikal (garis merah) bila dilihat dari depan. Bagian serviks dari
caninus rahang atas ditempatkan lebih menonjol jika dibandingkan dengan
aspek insisal bila dilihat dari depan.
o Sumbu panjang taring rahang atas (garis kuning) harus sejajar dengan
sumbu vertikal (garis merah) jika dilihat dari samping.
o Bila dilihat dari
 Depan: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
 Samping : Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
 Bidang oklusal: Ujung cuspid bersentuhan dengan bidang oklusal

 Gambar hasil keseluruhan gigi anterior RA

33
 Mandibular Central Incisor
o The long axis of the tooth (blue line) is placed parallel to the vertical axis
(red line). The incisal edge of the teeth is placed 0.5 mm above the occlusal
plane (black line) when viewed from the front
o The incisal edge of the mandibular lateral incisor is placed slightly labially
when viewed from the side
o When viewed from
 Front: Long axis inclines slightly towards the vertical axis.
 Side: Slopes labially.
 Occlusal plane: Incisal edge is 0.5—1 mm above the occlusal plane

 Insisivus Sentral RB
o Sumbu panjang gigi insisivus lateral (garis biru) diletakkan sejajar dengan
sumbu vertikal (garis merah). Tepi gigi yang insisal ditempatkan 0,5 mm di
atas bidang oklusal (garis hitam) bila dilihat dari depan
o Ujung insisal dari insisivus lateral mandibula ditempatkan sedikit labial bila
dilihat dari samping
o Bila dilihat dari
 Depan: Sumbu panjang condong sedikit ke arah sumbu vertikal.
 Samping : Lereng secara labially.
 Bidang oklusal: Tepi insisal adalah 0,5-1 mm di atas bidang oklusal

 Mandibular Lateral Incisor


o The long axis of the mandibular lateral incisor (green line) is placed parallel
to the vertical axis (red line) and the incisal edge is placed 0.5—1 mm above
the occlusal plane when viewed from the front
o The incisal edge of the mandibular lateral incisor tooth is placed straight when
viewed from the side
o When viewed from
 Front: Long axis inclines towards the vertical axis.
 Side: Slopes labially less than central incisor.
 Occlusal plane: Incisal edge is 0.5—1 mm above the occlusal plane

34
 Insisivus Lateral RB
o Sumbu panjang gigi insisivus lateral mandibula (garis hijau) ditempatkan
sejajar dengan sumbu vertikal (garis merah) dan tepi insisal ditempatkan 0,5-1
mm di atas bidang oklusal bila dilihat dari depan.
o Ujung insisal gigi insisivus lateral mandibula diletakkan lurus bila dilihat dari
samping
o Bila dilihat dari
 Depan: Sumbu panjang condong ke arah sumbu vertikal.
 Samping : Kemiringan secara labial kurang dari gigi seri sentral.
 Bidang oklusal: Tepi insisal adalah 0,5-1 mm di atas bidang oklusal

 Mandibular Canine
o The cuspid tip of the mandibular canine is placed 0.5—1 mm over the occlusal
plane and long axis of the mandibular canine is inclined mesially when viewed
from the front
o The cuspid tip of the mandibular canine slopes slightly lingually when viewed
from the side
o When viewed from
 Front: Long axis inclined towards midline.
 Side: Slopes lingually.
 Occlusal plane: Cuspid tip is 0.5—1 mm above the occlusal plane

 Caninus RB
o Ujung cuspid dari caninus mandibula ditempatkan 0,5-1 mm di atas bidang
oklusal dan sumbu panjang caninus mandibula condong ke mesial bila dilihat
dari depan.
o Ujung gigi caninus mandibula miring sedikit secara lingual jika dilihat dari
samping
o Bila dilihat dari
 Depan: Sumbu panjang condong ke garis tengah.
 Samping : landai pada bagian lingual.
 Bidang oklusal: Tip cuspid adalah 0,5-1 mm di atas bidang oklusal

35
 Maxillary First Premolar
o The long axis of the maxillary first premolar (blue line) is parallel to he vertical axis
(red line
o When viewed from
 Front: Long axis parallel towards the vertical axis.
 Side: Long axis parallel towards the vertical axis .
 Occlusal plane: Buccal cusp is in contact with occlusal plane and palatal cusp
1mm short of occlusal plane

 Premolar 1 RA
o Sumbu panjang premolar pertama rahang atas (garis biru) sejajar dengan sumbu
vertikal (garis merah)
o Bila dilihat dari
 Depan: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
 Samping : Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
 Bidang oklusal: Buccal cusp bersentuhan dengan bidang oklusal dan palatal cusp
1mm pendek dari bidang oklusal

36
 Maxillary Second Premolar
o The long axis of the maxillary second premolar (green line) should be parallel to the
vertical axis—red line
o The buccal surface of the maxillary second premolar is barely visible when the patient
smiles when viewed from the front
o When viewed from
 Front: Long axis parallel towards the vertical axis.
 Side: Long axis parallel towards the vertical axis.
 Occlusal plane: Both buccal cusp and palatal cusp is in contact
 with occlusal plane

 Premolar 2 RA
o Sumbu panjang premolar kedua rahang atas (garis hijau) harus sejajar dengan sumbu
vertikal (garis merah)
o Permukaan bukal dari gigi premolar kedua rahang atas hampir tidak terlihat ketika
pasien tersenyum ketika dilihat dari depan
o Bila dilihat dari
 Depan: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
 Samping: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
 Bidang oklusal: Baik buccal cusp dan palatal cusp bersentuhan dengan bidang
oklusal

 Maxillary First Molar


o The long axis of the tooth (yellow line) is inclined distally in relation to vertical axis
(red line). Only the mesiopalatal cusp is in contact with the occlusal plane—black line
o The maxillary first molar is slightly inclined when viewed from the front. When the
patient smiles, very minimal buccal surface should be visible when viewed from the
fron
o When viewed from
 Front: Long axis slopes buccally.
 Side: Long axis slopes distally.
 Occlusal plane: Only mesiopalatal cusp is in contact with occlusal
 Plane

 Molar 1 RA
o Sumbu panjang gigi molar pertama rahang atas (garis kuning) condong ke arah distal
terkait dengan sumbu vertikal (garis merah). Hanya puncak mesiopalatal yang
bersentuhan dengan bidang oklusal — garis hitam
o Molar pertama rahang atas sedikit condong bila dilihat dari depan. Ketika pasien
tersenyum, permukaan bukal yang sangat minimal harus terlihat ketika dilihat dari
depan
o Bila dilihat dari
 Depan: Kemiringan sumbu panjang bucal.
 Sampng : Kemiringan sumbu panjang secara distal.
37
 Bidang oklusal: Hanya mesiopalatal cusp yang berkontak dengan bidang oklusal

 Maxillary Second Molar


o The long axis of the maxillary second molar (blue line) is distally inclined in relation
to the vertical axis (red line) when viewed from the front
o When viewed from
 Front: Long axis slopes buccally more steeply than first molar.
 Side: Long axis slopes distally more steeply than first molar.
 Occlusal plane: Only mesiopalatal cusp is nearest to occlusal plane

 Molar 2 RA
o Sumbu panjang molar kedua rahang atas (garis biru) cenderung condong terhadap
sumbu vertikal (garis merah) bila dilihat dari depan.
o Bila dilihat dari
 Depan: Lereng sumbu panjang lebih curam dari molar pertama.
 Samping: Kemiringan sumbu panjang secara distal lebih curam daripada molar
pertama.
 Bidang oklusal: Hanya cusp mesiopalatal yang paling dekat dengan oklusal

 Mandibular First Premolar


o The long axis of the mandibular first premolar should be inclined lingually when
viewed from the front. The buccal surface of the tooth should be barely visible when
viewed from the front
o When viewed from
 Front: Long axis parallel towards the vertical axis.
 Side: Long axis parallel towards the vertical axis.
 Occlusal plane: Lingual cusp below the horizontal plane, buccal cusp is 2 mm
above the occlusal plane.
 Occlusal contact: Buccal cusp contacts the mesial marginal ridge of upper first
premolar

 Premolar 1 RB
o Sumbu panjang premolar pertama mandibula harus cenderung ke lingual ketika dilihat
dari depan. Permukaan bukal gigi harus hampir tidak terlihat ketika dilihat dari depan
o Jika dilihat dari
 Depan: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal.
 Samping: Sumbu panjang sejajar dengan sumbu vertikal.

38
 Bidang oklusal: Puncak Lingual di bawah bidang horizontal, bukal puncak adalah 2
mm di atas bidang oklusal.
 Kontak oklusal: Buccal cusp menghubungi ridge marginal mesial premolar pertama
atas

Illustration of mandibular
first premolar in all three
planes

 Mandibular Second Premolar


o The mandibular second premolar is placed parallel to the vertical axis when viewed
from the front. The mandibular second premolar is placed between the maxillary first
and second premolars
o The mandibular second premolar is placed slightly lingually inclined when viewed
from the front
o The central groove of the lower mandibular second premolar is in contact with the
palatal cusp of the maxillary second premolar when viewed lingually
o When viewed from
 Front: Long axis parallel towards the vertical axis.
 Side: Long axis parallel towards the vertical axis.
 Occlusal plane: Both cusps are about 2mm above the occlusal plane.
 Occlusal contact: The buccal cusp contacting the fossa between the two upper
premolars

 Premolar 2 RB
o Premolar kedua mandibula ditempatkan sejajar dengan sumbu vertikal bila dilihat dari
depan. Premolar kedua mandibula ditempatkan di antara premolar pertama dan kedua
rahang atas
o Premolar kedua mandibula ditempatkan sedikit cenderung lingual bila dilihat dari
depan
o Alur sentral dari premolar kedua mandibula bawah bersentuhan dengan puncak palatal
dari premolar kedua rahang atas jika dilihat secara lingual
o Bila dilihat dari
 Depan: Sumbu panjang paralel ke arah sumbu vertikal
 Samping : Sumbu panjang paralel ke arah ke arah vertikal.
 Bidang oklusal: Kedua cusps sekitar 2mm di atas bidang oklusal.

39
 Kontak oklusal: Buccal cusp yang menghubungi fossa antara dua premolar atas

 Mandibular First Molar


o The central fossa of the mandibular first molar is placed along the reference line
(yellow line)
o The mesiobuccal cusp of the maxillary first molar (blue arrow) should rest on the
mesiobuccal groove of the mandibular first molar (yellow arrow).
o When viewed from
 Front: Long axis lean lingually.
 Side: Long axis lean mesially.
 Occlusal plane: All cusps are at higher level than second premolar, buccal and
distal cusps higher than the other two.
 Occlusal contact: The mesiobuccal cusp occludes in the fossa

 Molar 1 RB
o Fossa sentral dari molar pertama mandibula ditempatkan di sepanjang garis referensi
(garis kuning)
o Puncak mesiobukal molar pertama rahang atas (panah biru) harus bersandar pada alur
mesiobukal molar pertama mandibula (panah kuning).
o Jika dilihat dari
 Depan: Sumbu panjang bersandar di lingual.
 Samping : Sumbu panjang condong ke depan.
 Bidang oklusal: Semua cusps berada pada level yang lebih tinggi dari premolar
kedua, cucps buccal dan distal lebih tinggi dari dua cusps lainnya.
 Kontak oklusal: Titik mesiobukal berkontak di fossa

Maxillary and mandibular


first molars—lingual view

 Mandibular Second Molar


o The mandibular second molar is positioned in the occlusion rim such that the central
fossa or groove of the second molar is in line with the reference line (yellow line)
o The mesiobuccal cusp of the maxillary molar should rest on the mesiobuccal groove
of the mandibular second molar
o When viewed from
 Front: Long axis lean more lingually.
 Side: Long axis lean more mesially.
40
 Occlusal plane: All cusps are at higher level than first molar, buccal and distal
cusps higher than the other two.
 Occlusal contact: The mesiobuccal cusp occludes in the fossa between the two
upper molars

 Molar 2 RB
o Molar kedua mandibula diposisikan di tepi oklusi sedemikian rupa sehingga fossa
pusat atau alur molar kedua sejalan dengan garis referensi (garis kuning)
o Titik puncak mesiobukal dari molar maksila harus bersandar pada alur mesiobukal dari
molar kedua mandibula.
o Bila dilihat dari
 Depan: Sumbu panjang lebih condong ke lingual
 Samping: Sumbu panjang bersandar lebih mesial.
 Bidang oklusal: Semua cusps berada pada level yang lebih tinggi dari molar
pertama, cucps buccal dan distal lebih tinggi dari dua cusps lainnya.
 Kontak oklusal: Titik mesiobukal terhampar di fossa antara dua molar atas

 The determination of the occlusal plane is one of the most important steps in prosthodontic
rehabilitation of edentulous patients.
 The position of the occlusal plane forms the basis for ideal tooth arrangement.
 The three dimensional arrangements of dental cusps and incisal edges inthe natural human
dentition are classically described as spherical, with the occlusal surfaces of all teeth touching
a segment of the surface of a sphere, calledthe curve of Monson.
 Penentuan bidang oklusal adalah salah satu langkah terpenting dalam rehabilitasi
prostodontik pasien edentulous.
 Posisi bidang oklusal membentuk dasar untuk pengaturan gigi yang ideal.
 Susunan tiga dimensi dari cusp gigi dan tepi insisal dalam pertumbuhan gigi manusia
secara klasik digambarkan sebagai bola, dengan permukaan oklusal dari semua gigi
yang menyentuh segmen permukaan bola, yang disebut kurva Monson.

 It is divided into an anteroposterior curve called the curve of Spee and a mediolateral curve
called the curve of Wilson.
 Reestablishment of these curves of natural dentition is essential duringehabilitation of a
patient in prosthodontics. Replacement of natural occlusalcurves with artificial teeth are
collectively known as compensating curves
 Dibagi menjadi kurva anteroposterior yang disebut kurva Spee dan kurva mediolateral
yang disebut kurva Wilson.
 Est Pemantapan kembali kurva gigi-geligi alami ini penting selama stabilisasi pasien
dalam prostodontik. Penggantian oklusalcurves alami dengan gigi tiruan secara kolektif
dikenal sebagai kurva kompensasi

 CURVE OF MONSON [GEORGE S. MONSON, U.S. DENTIST, 1869-1933]


 It is a proposed ideal curve of occlusion in which each cusp and incisal edge touches
or conforms to a segment of the surface of a sphere 8 inches in diameter with its centre

41
in the region of the glabella. if jaw development was ideal, an equilateral triangle
would be formed by straight lines drawn connecting the centers of both condyles and
connecting these centers and a point at the mesioincisal angle of the lower central
incisors. – Bonwill.
 The points on the lower jaw teeth which move in contact with those in the skull lie on
the surface of a sphere.- Von Spee.
 Ini adalah kurva oklusi ideal yang diusulkan dimana setiap tepi (cusp) dan tepi
insisal menyentuh atau sesuai dengan segmen permukaan bola berdiameter 8 inci
dengan pusatnya di wilayah glabella. jika perkembangan rahang ideal, segitiga
sama sisi akan dibentuk oleh garis lurus yang ditarik yang menghubungkan pusat
kedua kondilus dan menghubungkan pusat-pusat ini dan titik di sudut
mesioincisal dari gigi seri tengah bawah. - Bonwill.
 Titik-titik pada gigi rahang bawah yang bergerak bersentuhan dengan yang ada
di tengkorak terletak pada permukaan bola.- Von Spee.

A. BONWILL THEORY
 Bonwill’s theory is also known as the Theory of equilateral triangle according to
which, the distance between the condyles is equal to the distance between the condyle
and the midpoint of the mandibular incisors (incisal point).
 An equilateral triangle is formed between the two condyles and the incisal point.
Theoretically, the dimension of the equilateral triangle is 4 inches
 Teori Bonwill juga dikenal sebagai Teori segitiga sama sisi yang dengannya,
jarak antara kondilus sama dengan jarak antara kondilus dan titik tengah
insisivus rahang bawah (titik insisal).
 Triangle Segitiga sama sisi terbentuk antara dua kondilus dan titik insisal. Secara
teoritis, dimensi segitiga sama sisi adalah 4 inci

B. CURVE OF WILSON [GEORGE H. WILSON]


 In the theory that occlusion should be spherical, the curvature of the cusps as projected
on the frontal plane expressed in both arches; the curve in the mandibular arch being
concave and the one in the maxillary arch being convex.- GPT-9
 The curve of Wilson also permits lateral mandibular excursions free from posterior
interferences
 Dalam teori bahwa oklusi harus berbentuk bola, kelengkungan cusps seperti yang
diproyeksikan pada bidang frontal diekspresikan dalam kedua lengkungan; kurva
pada lengkung rahang bawah cekung dan kurva lengkung rahang atas menjadi
cembung.- GPT-9

42
 Kurva Wilson juga memungkinkan kunjungan mandibula lateral yang bebas dari
gangguan posterior

CURVE OF WILSON

 The curve of Wilson results from lingual inclination of the mandibular posterior
teeth, making the lingual cusps lower than buccal cusps on the mandibular arch; the
buccal cusps are higher than palatal cusps on the maxillary arch because of the
buccal inclination of maxillary posterior teeth.
 Kurva Wilson dihasilkan dari inklinasi lingual gigi posterior mandibula,
membuat cingus lingual lebih rendah dari cucp bukal pada lengkung rahang
bawah; cusp bukal lebih tinggi dari cusp palatal pada lengkung rahang atas
karena inklinasi bukal gigi posterior rahang atas.

C. CURVE OF SPEE [FERDINAND GRAF SPEE]


 The anatomical curve established by the occlusal alignment of the teeth, as projected
onto the median plane, beginning with the cusp tip of the mandibular canine and
following the buccal cusp tips of the premolar and molar teeth, continuing through the
anterior border of the mandibular ramus and ending at the anterior aspect of the
mandibular condyle. -GPT-8
 The arc of a curved plane that is tangent to the incisal edges and the buccal cusp tips
of the mandibular dentition viewed in the sagittal plane.
 Kurva anatomi dibentuk oleh keselarasan oklusal dari gigi, seperti yang
diproyeksikan ke bidang median, dimulai dengan ujung puncak kaninus
mandibula dan mengikuti ujung puncak bukal dari gigi premolar dan molar, terus
berlanjut melalui batas anterior ramus mandibula dan berakhir pada aspek
anterior kondilus mandibula.-GPT-8
 Busur bidang melengkung yang bersinggungan dengan tepi insisal dan ujung
bukal gigi geligi mandibula yang terlihat pada bidang sagital.

43
 Role of Curve of Spee in mastication :
a. Osborn reported that the curve of Spee had a positive correlation with the
inclination of masseter muscle. This forward tilt of the mandibular posterior teeth
arrangement maximizes the muscular efficiency during chewing.
b. The axis of each lower tooth on the curve of Spee is aligned nearly parallel to its
individual arc of closure around the condylar axis to align each tooth for
maximum resistance to functional loading
 Peran Kurva Spee dalam pengunyahan
a. Osborn melaporkan bahwa kurva Spee memiliki korelasi positif dengan
kecenderungan otot masseter. Kemiringan maju ini dari susunan gigi
posterior mandibula memaksimalkan otot efisiensi selama mengunyah.
b. Sumbu dari setiap gigi bawah pada kurva Spee hampir lurus sejajar dengan
busur penutupannya sendiri di sekitar sumbu condylar ke sejajarkan setiap
gigi untuk ketahanan maksimum terhadap pemuatan fungsional

44
45
GTS IMIDIAT DAN GTS INKONVENSIONAL
Oleh drg. Gunawan Sri Sarjono, Sp.Pros
Editor : Nanik Hidayanti
Note :

Gts immediate  bisa dipasang langsung segera setelah pencabutan. Tidak semua GTS bisa
langsung digunakan, ada yang harus menunggu waktu yang lama.  gts immediate dibikin
sebelum pencabutan  pasien datang pertama kali dicetak model studynya  hilangkan gigi
yang akan dilakukan pencabutan (dipotong giginya)  dikirim ke lab  butuh waktu seminggu
gts nya jadi  pasien datang dicabut giginya  gts langsung dipasang  bisa dipasang segera
setelah pencabutan dilakukan dengan teknik yang benar.

Gts inkonvensional  sudah jarang digunakan  gts ini merupakan perkembangan dari gts.
Dulu bahan gts hanya satu yaitu resin akrilik  resin akrilik memiliki banyak kelemahan 
sehingga orang terdahulu berusaha untuk mengatasi kelemahan itu dengan Teknik-teknik
inkonvensional ataupun lainnya.

Immediate Partial Dentures


 “A complete removable partial denture constructed for insertion immediately following the
removal of natural teeth” - GPT. “Gigi tiruan sebagian yang dapat dilepas sepenuhnya dibuat
untuk pemasangan segera setelah pencabutan gigi alami” - GPT.
Note :
Gigi tiruan ini bisa dipasang dalam keadaan mukosa berdarah (setelah pencabutan). Biasanya
dilakukan pada kasus-kasus periodontal yaitu giginya sudah goyang sekali, sudah tidak bisa
dipertahankan  sehingga drg bisa memperkirakan proses pencabutan mudah. Immediate
Partial Dentures  diindikasikan untuk kasus-kasus pencabutan yang diperkirakan tidak sulit.

 Type:
1. Temporary Immediate Partial Denture: in cases where the permanent immediate
partial denture is likely to become ill fitting due to more than normal bone resorption..
Gigi tiruan sebagian immediate temporary: dalam kasus-kasus di mana gigi tiruan
sebagian immediate permanen cenderung menjadi tidak pas karena resorpsi tulang
lebih dari normal.
Note :

Gigi tiruan sebagian immediate temporary digunakan hanya sementara saja , pada
proses pencabutan ada proses healing (pemulihan) yang berlangsung sekitar 5-6
minggu  setelah fase healing akan diikuti fase remodeling (pada saar fase remodeling
diikuti oleh resorspsi tulang alveolar, sehingga normal jika setelah pencabutan alveolar
crest menjadi mengecil). Biasanya gigi tiruan immediate dibikin sebelum fase
remodeling  gigi tiruan tersebut akan tidak retentive lagi  karena alveolar crestnya
sudah berkurang. Sehingga tipe Temporary Immediate Partial Denture direncanakan
untuk sementara saja. Hal itu juga menjadi alasan waktu ideal membuat gigi tiruan itu
diatas 6 minggu setelah pencabutan  karena fase remodeling setelah 6 minggu itu
akan berjalan lebih lambat  sehingga bisa membuat gigi tiruan yang lebih bagus. Tapi
5-6 minggu akan dirasa sangat lama jika untuk kasus-kasus kehilangan gigi anterior 
karena akan mengganggu psikologisnya dari pasien.

46
Pada kasus-kasus tertentu, temporary  fase remodelingnya berjalan lambat 
sehingga tidak terlalu banyak berubah kondisi alveolar ridgenya  sehingga bisa
dipake terus atau mengadakan relining jika secara estetis, fungsi, stabilisasi, retensinya
baik  gigi tiruan sementara ini bisa dipakai terus tanpa diganti. Biasanya pada pasien
usia lansia proses regenerasi berjalan lambat.

2. Permanent Immediate Partial Denture in cases where the bone resorption is expected
to be less and the denture prognosis is good.

Gigi tiruan sebagian immediate permanen dalam kasus-kasus di mana resorpsi tulang
diharapkan lebih sedikit dan prognosis gigi tiruannya baik.

 Keuntungan dan Kerugian


 Keuntungan :
1. Pasien tidak pernah tampil tanpa gigi  karena gigi tiruan masangnya setelah
dilakukan pencabutan.
2. Fungsi Estetis , mastikasi, fonetik terpenuhi  karena gigi begitu dicabut akan
segera terganti dengan gigi tiruan.
3. Dapat menutupi bekas cabutan  mengurangi : pendarahan, pembengkakan, rasa
sakit dan komplikasi akibat pencabutan. Biasanya setelah pencabutan  diberi
kapas untuk menekan luka agar perdarahannya terhenti, ternyata basis gigi tiruan
immediate tersebut bisa menggantikan peran kapas
4. Mempercepat proses penyembuhan , karena protesa bertindak sebagai penahan
bekuan darah
 Kerugian :
1. Biaya pembuatan lebih mahal  2 x pembuatan gigi tiruan
2. Waktu lama
3. Perencanaan harus lebih cermat karena gigi tiruan ini tidak dapat di try in  karena
didaerah tersebut ada gigi yang seharusnya dilakukan pencabutan  sehingga
hanya bisa diperkirakan seperti gingivanya pasca pencabutan seperti apa, lalu
dibuat gts nya.

 Prosedur Pembuatan
 Persiapan :
1. Rekaman pra pencabutan :
 Warna gigi, bentuk dan ukuran
 Posisi / inklinasi gigi asli
2. Model studi :
 Diperlukan sebelum gigi dicabut  membantu penelaah gigi yang akan dicabut
3. Preparasi pendahuluan dalam mulut
 Tempat sandaran oklusal
 Permukaan oklusal, axial bidang bimbing sehingga pemasangan dan
pengeluaran protesa menjadi lebih mudah
 Bidang proksimal gigi yg akan dicabut , shg batas antara gigi yg akan dicabut
dgn tetangganya lebih jelas.
4. Model kerja setelah semua preparasi dilakukan dicetak kembali untuk
mendapatkan model kerja
5. Model kerja rahang atas dan bawah dipasang di articulator

 Prosedur Laboratoris
 Tingkat keberhasilan - kegagalan pemasangan gigi tiruan tergantung pada :

47
 Pengikisan /peradiran permukaan model kerja
 Macam/cara pengikisan tergantung pada macam gigi tiruan yang akan dibuat

 Prosedur Lab. GTSID Tanpa Sayap


1. Model kerja diberi tanda dengan pensil sebatas vertikal atau sedalam poket gingiva
dari gigi yang akan dicabut
2. Gigi dipotong sampai batas tanda pensil
3. Tepat pada bagian bekas gigi tadi dibuat kantong/soket sedalam 5 mm pada bagian
labial dan 3 mm pada bagian palatal, ujung soket dibulatkan. Arah soket dipilih sesuai
dengan akar gigi yg bersangkutan
4. Dibuat klamer sesuai desain
5. Artifisial gigi resin akrilik dipasang pada soket
6. Dibuat model malam
7. Prosesing

 Prosedur lab. GTSID dengan sayap


1. Model kerja diberi tanda dengan pensil pada batas servikal gigi yang akan dicabut
2. Gigi dipotong habis sampai batas
3. Permukaan daerah yg sudah dipotong dikikis lagi sampai menyerupai permukaan
tulang alvolar yg sudah tak bergigi
4. Prosedur selanjutnya = gigi tiruan biasa

 Pemasangan dalam mulut


1. Pasien dicabut giginya
2. Disiapkan alkohol untuk sterilisasi, rivanol untuk pembersihan luka, anestesi
sebelum pencabutan dan bila perlu disiapkan spongostan untuk membantu
mempercepat penjendalan darah
Note : Spongostan  memiliki kandungan analgesik, mempercepat perdarahan untuk
berhenti, dapat diresorbsi oleh tubuh sehingga tidak membahayakan.
3. Diberikan resep / obat antibiotik dan analgetik yg sesuai dan adekuat
4. Gigi tiruan dipasang

 Intruksi
1. Pasien dianjurkan kontrol 1 hari berikutnya/ setelah pemasangan
2. Pasien diminta tidak melepas gigi tiruannya selama 24 jam
Note : Pasien tidak boleh melepas sendiri apapun kondisi yang trejadi  kecuali
pada kondisi sakit yang tidak tertahan, perdarahan yang terus menerus, pasien bisa
kontrol segera. Tapi apabila proses penyembuhan berjalan dengan normal, maka
bisa kontrol 1 hari berikutnya/setelah pemasangan. Kenapa 1 hari
berikutnya/setelah pemasangan ?  karena biasanya proses perdarahannya akan
berhenti  jendalan darah yang menutup luka akan lebih stabil  sehingga pada
saat lepas gts nya jendalan darah tersebut tidak ikut lepas.
3. Pasien melakukan diet lunak  tidak trauma
Note : agar terjadi pembentukan jendalan darah.
4. Tidak makan makanan panas yang  mengurangi pendarahan
Note : karena makanan yang panas akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
 sehingga bisa memperparah perdarahan.
5. Tidak kumur dengan keras bekuan darah tidak lepas
6. Bila tersa sakit karena anestesi hilang  minum obat analgetik

48
Note : walaupun belum sakit, pasien boleh minum analgetik  karena anestesi
yang normal akan berjalan sekitar 2-3 jam  sehingga jika 1 jam setelah
pencabutan, walaupun tidak terasa sakit, pasien bisa diinstruksikan untuk minum
analgetik. Analgetik digunakan ketika hanya diperlukan saja.

Kontrol I
1. Kontrol sehari setelah pemasangan , gigi tiruan dibuka, kemudian luka bekas
pencabutan diperiksa lakukan irigasi saline
Note: gigi tiruan dibuka oleh dokter gigi, tidak boleh pasien  sehingga dokter
gigi bisa melihat luka bekas pencabutan, kondisi jaringan dibawah gigi tiruan
bisa dievaluasi. Bila perlu melakukan irigasi untuk membersihkan sisa
makanan, debris-debris, sehingga bisa mengontrol luka bekas pencabutan
2. Jika terjadi pembengkakan akibat trauma oklusi biasanya pada regio C maka
dilihat letak trauma, jika perlu gigi tiruan yg menekan  dikurangi ketinggian
platnya
3. Pasien diberitahu cara pemasangan dan pelepasan gigi tiruan, diintruksikan agar
dipakai siang dan malam selama 1 minggu
4. Pasien diberitahu agar tidak makan makanan keras selama 1 minggu setelah itu
normal, hal ini untuk membantu mempercepat penyembuhan luka. Lakukan
kumur dengan saline normal yaitu 1 sendok teh garam ditambah air 1 gelas,
diintruksikan untuk kumur 3 – 4 x sehari

Kontrol II
1. Dilakukan 7 hari setelah pencabutan atau operasi atau pemakaian gigi tiruan.
Jika dilakukan operasi dan suturing maka kontrol ke II benang diambil
2. Lakukan pengecekan dan koreksi oklusi, pada bagian yang ganjel/tidak nyaman
Note : biasanya pada control ke II  jaringan lebih stabil, luka bekas
pencabutan hampir sudah tertutup sempurna, jendalan darah sudah cukup kuat
 sehingga pasien bisa diinstruksikan untuk oklusi yang normal.
3. Jika terjadi resorbsi lakukan pelapisan, 1 bulan sesudahnya dibuatkan gigi
tiruan yang baru
Note : Jika perlu  pasien diinstruksikan kontrol untuk 1 bulan / apabila ada
keluhan gigi tiruan immediet nya sudah mulai tidak retentive maka bisa
dilakukan relining.

49
Note :

Gambar diatas  Masih ada giginya (gambar 1 ) dilakukan peghilangan gigi yang akan dicabut
 (gambar 2 & 3) dicekungi lebih masuk ke dalam gingiva dengan kedalaman sekitar 7-8,5 mm
dan Panjang sekitar 4-5 mm.

GIGI TIRUAN INKONVENSIONAL


1. SPOON DENTURES
Note :Tidak memakai kawat sebagai retensinya. Disebut spoon dentures  karena bentuknya
seperti sendok. Retensinya hanya pada perlekatan basis dengan gigi tiruan.
 Indikasi
 Completely mucosa borne dentures used exclusively for Kennedy’s class IV cases.
(Gigi tiruan yang melalui mukosa sepenuhnya digunakan untuk kasus kelas IV
Kennedy.)
 They are mostly used in children.
(Kebanyakan digunakan pada anak-anak).
 Designed to cover a large area in the palate but the gingival margins should not be
covered.
(Dirancang untuk menutupi area yang luas di langit-langit mulut tetapi margin gingiva
tidak harus ditutupi.)
 Advantages
 Easy to fabricate, requires less time.
(Mudah dibuat, membutuhkan lebih sedikit waktu)
 The gingiva is not affected because it is relieved.
(Gingiva tidak terpengaruh karena luas)
 Since extensive tooth contact is not present, incidence of caries is considerably
decreased.
(Karena kontak gigi yang luas tidak ada, kejadian karies sangat menurun)

 Disadvantages
 Poor retention (Retensi yang buruk)

50
 Tends to get displaced during insertion. (Cenderung berpindah selama pemasangan)

Note (gambar diatas):


 Tanpa klamer
 Untuk kasus kehilangan gigi anterior
 Retensinya didapatkan dari rapatan tepi (sehingga tidak bias seretentif gts normal, asal
nempel saja).

2. EVERY DENTURES
Note : Every dentures hampir sama dengan spoon denture, tapi every dentures ada tambahan
untuk posteriornya (bias dilihat gambarnya untuk membedakan spoon dentures dengan every
dentures). Sudah jarang digunakan karena retentifnya kurang.
 Used in Kennedy’s class III cases with modifications.
Digunakan dalam kasus kelas III Kennedy dengan modifikasi.
 They are more commonly used in the maxilla
Every dentures lebih sering digunakan dalam rahang atas
 Designed based on broad palatal coverage, which helps to withstand the vertical load
Dirancang berdasarkan cakupan palatal luas, yang membantu menahan beban vertikal
 The denture gains its retention through adhesive forces and atmospheric pressure
Gigi tiruan mendapatkan retensi melalui kekuatan perekat dan tekanan atmosfer

3. TWO-PART DENTURES
 Designed to overcome the technical problems in using the proximal undercuts in
unilateral dentures
Dirancang untuk mengatasi masalah teknis dalam menggunakan pemotongan proksimal
di gigi tiruan unilateral
 constructed in 2 parts, which have different paths of insertion

51
Dibangun dalam 2 bagian, yang memiliki jalur insersi yang berbeda.
Note : biasanya untuk kasus gigi posterior miring ke depan jadi tidak memungkinkan gigi
tiruan dimasukkan secara normal. Sehingga menggunakan gigi tiruan jenis two part
denture.
 Consider a Kennedy’s class III condition without any modification.
Pertimbangkan kondisi kelas III Kennedy tanpa modifikasi apa pun.
 This unilateral bounded saddle will obtain support from both mesial and distal abutments
Sadel terikat unilateral ini akan mendapatkan dukungan dari kedua penyangga mesial dan
distal

4. CLASPLESS DENTURES
 Developed to overcome the disadvantages of using clasps, like patient discomfort,
unaesthetic appearance
Dikembangkan untuk mengatasi kelemahan menggunakan jepitan, seperti
ketidaknyamanan pasien, penampilan yang tidak estetika
 Designed with spring-loaded nipples,. E.g. ZA anchor system.

52
Dirancang dengan batang pegas,. Misalnya. Sistem jangkar ZA.

5. DISJUNCT DENTURES
 Indikasi
 Kennedy’s class I dentures with special stress breakers between the toothsupported
part and the tissue-supported part of the denture.
Gigi palsu kelas I Kennedy dengan pemutus stres khusus antara bagian yang didukung
gigi dan bagian gigi tiruan yang didukung jaringan.
 Indicated when theremaining teeth are periodontally weak.
Diindikasikan ketika ada gigi yang lemah secara periodik.
 This denture has two parts connected by a stress breaker.
Gigi tiruan ini memiliki dua bagian yang dihubungkan oleh pemecah stres.

 Advantages (Keuntungan)
 Periodontally weak teeth are preserved.
Gigi yang lemah secara periodik dipertahankan.

53
 Disadvantages (kerugian)
 Technically difficult to construct.
Secara teknis sulit dibangun.
 Movement of the two parts separately during use (due to its design) can lead to patient
discomfort
Gerakan kedua bagian secara terpisah selama penggunaan (karena desainnya) dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pasien

GTSL Termoplastik
 Macam bahan termoplastik digunakan antara lain :
1. Thermoplastic acetal
2. Thermoplastic polycarbonate
3. Thermoplastic acrylic
4. Thermoplastic nylon (sifat : sangat elastis),
 Contoh : valplast  merk dagang bahan gtsl termoplstik

 Kekurangan bahan thermoplastic nylon:


 Karena bersifat elastis, sehingga tidak bisa menyerap beban kunyah. Tidak cukup
kuat untuk sandaran oklusal
 Tidak dapat mempertahankan dimensi vertikal

 Keuntungan GTSL termoplastik


 Ketebalan kurang dari 1,52 mm sehingga terasa ringan dan nyaman karena tidak
menekan jaringan dibawahnya
 Tidak mempunyai monomer sisa sehingga tidak mempunyai reaksi alergi dan tidak
bersifat karsinogenik

54
 Retensi dan estetis lebih baik

 Contraindication
1. Deep overbites (4mm or more) where anterior teeth can be dislodged in excursive
movements
Deep overbites (4mm atau lebih) di mana gigi anterior dapat copot dengan gerakan
excursive
2. Little remaining dentition with minimal undercuts for retention.
Gigi yang tersisa sedikit dengan undercut minimal untuk retensi.
3. Where there is less than 4 mm of inter-occlusalspace in the posterior area
Jarak inter oklusal kurang dari 4 mm di daerah posterior
4. Kasus kehilangan gigi kelas I dan II, tidak ada gigi penyangga di posterior sehingga
proses resorbsi akan lebih cepat pada kasus kelas I dan II
5. Bilateral free-end distal extensions with knife edge ridges or lingual tori in the
mandible.
Ekstensi ujung bebas ujung bilateral dengan pinggiran tepi pisau /knife edge
ridges(biasanya bentuknya segitiga) atau torus lingual di mandibula.
6. Bilateral free-end distal extension on maxilla with extremely atrophied alveolar ridges.

55
Ekstensi ujung bebas ujung bilateral pada rahang atas dengan ridge alveolar yang
sangat atrofi.

Overdenture
 Note : contoh penggunaan overdenture yaitu pada bikin gigi tiruan diatas akar gigi yang
tidak dilakukan pencabutan dengan indikasi dan kontraindikasi yang jelas sehingga tidak
membahayakan jaringan dibawahnya seperti pada gigi yang telah dilakukan perawatan
saluran akar.
 Prosthesis that is fitted over teeth which have usually had their natural crown reduced or
removed
Prostesis yang dipasang di atas gigi yang biasanya memiliki mahkota alami berkurang atau
dihilangkan
 Attachments may be fitted to the roots to aid retention or support the dentures
Lampiran dapat dipasang pada akar untuk membantu retensi atau mendukung gigi palsu
 Indication: all cases of conventional partial denture indications plus the areas where
conventional partials are limited or contra-indicated
Indikasi: semua kasus indikasi gigi tiruan sebagian konvensional ditambah area di mana
gigi tiruan konvensional terbatas atau dikontraindikasikan

 Advantages (keuntungan):
1. Preservation of alveolar ridge form
Pemeliharaan bentuk alveolar ridge (mencegah resorpsi)
2. The soft tissue profile may be maintained in a favourable way for the path insertion of
dentures
Profil jaringan lunak dapat dipertahankan dengan cara yang menguntungkan untuk
pemasangan dari gigi tiruan
3. Optimum support for dentures
Dukungan optimal untuk gigi tiruan
4. Improvements of apperences
Perbaikan penampilan
5. Preservation of sensory input from the periodontal ligament
Pemeliharaan input sensorik dari ligamen periodontal
6. Psychologocal benefits
Manfaat psikologis

 Disadvantages (kerugian):
1. limitation of space
Keterbatasan ruang

56
2. Risk of further disease of abutments
Risiko penyakit lebih lanjut dari abutment

Kaitan Presisi
Kaitan yang dibuat secara terpisah dan dipasangkan pada gigi tiruan, kaitan dibuat oleh
mesin terdiri atas 2 bagian, yang terdiri dari bagian jantan dan bagian betina, kaitan bagian
betina bersatu dengan mahkota logam dan bagian jantan melekat ke kerangka logam gigi tiruan
sebagian lepasan yang telah didesain dengan sangat teliti untuk mendapatkan retensi dan
dukungan.

Note: gambar diatas adalah gigi tiruan dari pasien yang dikerjakan oleh drg. Gunawan 
kasus kehilangan gigi kelas II (kehilangan gigi posterior gigi 7 & 6)  gigi tiruan tersebut
bisa dilepas pasang  titik hitam pada gambar ditengah merupakan kunciannya.

 Keuntungan kaitan presisi (Preiskel HW, 1981):


 Estetis.
 Kecembungan
 Stabilitas
 Mencegah penimbunan sisa makanan
 Mengurangi tekanan pada gigi penyangga.

Implants
 Placed in alveolar bone upon which a superstructure can be constructed carrying the
artificial teeth
Ditempatkan dalam tulang alveolar di mana superstruktur dapat dibangun membawa gigi
tiruan
 Osseointegration:the process by which it becomes attached to the bones
Osseointegration: proses dimana ia menjadi melekat pada tulang
 Can be used in conjunction with fixed crowns, bridges or removal protheses
Dapat digunakan bersama dengan mahkota tetap, jembatan atau prothesa lepasan

57
1 2

Note :
Gambar diatas adalah contoh jenis-jenis gigi tiruan.
1. Overdenture  tersisa gigi 5 kanan kiri rahang atas  dibuat overdenture koping  pada gigi 5
kanan & kiri dilakukan PSA
2. Kaitan presisi  Gigi 6 & 7  lepasan, sedangkan gigi 4 dan 5 yaitu fixed. Tidak terdapat
basis pada sisi lingual
3. Gambar implant  kasus-kasus dengan ridge nya yang sudah datar

SOAL MINIKUIS

58
59
60
DIAGNOSIS, KLASIFIKASI DAN PERSIAPAN PASIEN GTS
Oleh dosen pakar : drg. Gunawan Sp. Pros
Editor : Akhmad Khoirul Amri

A. Removable prosthodontic
The replacement of missing teeth and supporting tissues with a prosthesis designed to be
removed by the wearer
Penggantian gigi yang hilang dan jaringan pendukung dengan prostesis yang dirancang untuk
diangkat oleh pemakainya

B. Common terminologies
A tooth, a portion of a tooth, or that portion of a dental implant that serves to support and/ or
retain a prosthesis
Gigi, bagian dari gigi, atau bagian dari implan gigi yang berfungsi untuk mendukung dan /
atau mempertahankan prostesis
 Retainer: The fixation device or any form of attachment applied directly to an
abutment tooth and used for the fixation of a prosthesis is called a retainer e.g., clasps.
 Tooth Supported Removable Partial Denture: A partial denture that receives
support from natural teeth at each end of the edentulous space or spaces.
 Distal Extension Denture Base: The denture base that extends posteriorly without
posterior support from natural teeth. They aretooth tissue supported partial dentures.
 Tooth-tissue Supported Removable Partial Denture: The denture base that extends
anteriorly or posteriorly and is supported by teeth at one end and tissue on the other
end. They are also calledDistal extension partial dentures.

 Retainer: Perangkat fiksasi atau segala bentuk attachment yang diaplikasikan


langsung ke gigi penyangga dan digunakan untuk fiksasi protesa disebut retainer
mis., Clasps.
 Gigi Tiruan Sebagian yang Dapat Dilepas yang Didukung oleh Gigi: Gigi tiruan
sebagian yang menerima dukungan dari gigi alami pada setiap ujung ruang atau
ruang edentulous.
 Base Basis Gigitiruan Ekstensi Distal: Basis gigitiruan yang memanjang posterior
tanpa dukungan posterior dari gigi alami. Mereka jaringan Bluetooth mendukung gigi
palsu parsial.
 Gigi-Gigitiruan Gigi Tiruan Sebagian yang Dapat Dilepas: Basis gigi tiruan yang
meluas ke anterior atau posterior dan didukung oleh gigi di satu ujung dan jaringan
di ujung lainnya. Mereka juga disebut gigi tiruan ekstensi parsial.

C. Indication
 When more than two posterior teeth or four anterior teeth are missing.
 If the canine and two of its adjacent teeth are missing. (e.g. central incisor, lateral incisor,
canine), (lateral incisor, canine, premolar) etc.
 When there is no distal abutment tooth. Even single cantilever is not generally preferred.
 Presence of multiple edentulous spaces.
 If the teeth adjacent to edentulous spaces are tipped, they cannot be used as an abutment for
a fixed prosthesis.
 If periodontally weakened teeht are present near the edentulous spaces.
 Teeth with short clinical crowns (unsuitable for fixed partial denture)

61
 Insufficient number of abutments.
 Severe loss of tissue.

 Ketika lebih dari dua gigi posterior atau empat gigi anterior hilang.
 Jika gigi taring dan dua gigi yang berdekatan hilang. (mis. gigi seri sentral, gigi seri lateral,
gigi taring), (gigi seri lateral, gigi taring, gigi premolar) dll.
 Bila tidak ada gigi penyangga distal. Bahkan kantilever tunggal umumnya tidak disukai.
 Kehadiran beberapa ruang edentulous.
 Jika gigi yang berdekatan dengan ruang edentulous berujung, mereka tidak dapat
digunakan sebagai penyangga untuk prostesis tetap.
 Jika teeht melemah secara periodik hadir di dekat ruang edentulous.
 Gigi dengan mahkota klinis pendek (tidak cocok untuk gigi tiruan sebagian cekat)
 Jumlah penyangga tidak mencukupi.
 Loss Kehilangan jaringan yang parah.

D. Contraindition
 Patients with a large tongue which tends to push the denture away.
 Patient attitude: Mentally retarded patients cannot maintain a removable prosthesis.
 Poor oral hygiene: In such cases, any prosthesis is better avoided.
 Pasien dengan lidah besar yang cenderung mendorong gigitiruan.
 Sikap pasien: Pasien retardasi mental tidak dapat mempertahankan protesa yang dapat
dilepas.
 Kebersihan mulut yang buruk: Dalam kasus seperti itu, prostesis apa pun sebaiknya
dihindari.

E. Clasification
 To formulate a good treatment plan.
 To anticipate the difficulties commonly to occur for that particular design.
 To communicate with a professional about a case.
 To design the denture according to the occlusal load usually expected for a particular group.
o Untuk merumuskan rencana perawatan yang baik.
o Untuk mengantisipasi kesulitan yang biasa terjadi untuk desain tertentu.
o Untuk berkomunikasi dengan seorang profesional tentang suatu kasus.
o Untuk merancang gigi tiruan sesuai dengan beban oklusal biasanya diharapkan untuk
kelompok tertentu.

1) Kennedy Classification (Dr. Edward Kennerdy-1923)


o Class I : Bilateral edentulous areas located posterior
to the remaining natural teeth i.e., there are two
edentulous spaces located in the posterior region
without any teeth posterior to it.
o Kelas I: Area edentulous bilateral yang terletak di
posterior dari gigi asli yang tersisa yaitu, ada dua
ruang edentulous yang terletak di daerah posterior
tanpa ada gigi posterior untuk itu.

62
o Class II : Unilateral edentulous area located posterior to the remaining natural
teeth, i.e.there is a single edentulous space located in the posterior region
without any teeth posterior to it.
o Kelas II: Area edentulous unilateral yang terletak posterior dari gigi asli yang
tersisa, yaitu ada ruang edentulous tunggal yang terletak di daerah posterior
tanpa ada gigi posterior untuk itu.

o Class III : Unilateral edentulous area with natural teeth anterior and posterior
to it, i.e. this indicates a single edentulous area which does not cross the
midline of the arch, with teeth present on both sides (anterior and posterior)
of it.
o Kelas III: Area edentulous unilateral dengan gigi asli anterior dan posterior,
mis. ini menunjukkan area edentulous tunggal yang tidak melewati garis
tengah lengkung, dengan gigi ada di kedua sisi (anterior dan posterior).

o Class IV : Single, bilateral edentulous area located anterior to the remaining


natural teeth. This is a single edentulous area, which crosses the midline of
the arch, with remaining teeth present only posterior to it.
o Kelas IV: Daerah edentulous bilateral tunggal yang terletak di anterior dari
gigi asli yang tersisa. Ini adalah area edentulous tunggal, yang melintasi
garis tengah lengkungan, dengan gigi yang tersisa hanya posterior dari itu.

2) Applegate’s Rules
o Rule One. Classification should follow rather than precede extractions that might alter
the original classification.
o Rule Two. If the third molar is missing and not to be replaced, it is not considered in
the classification.
o Rule Three. If the third molar is present and is to be used as an abutment, it is
considered in the classification.
o Rule Four. If the second molar is missing and is not to be replaced, it is not considered
in the classification.
o Rule Five. The most posterior edentulous area or areas always determine the
classification.
o Rule Six. Edentulous areas other than those, which determine the classification, are
referred to as modification spaces and are designated by their number.
o Rule Seven. The extent of the modification is not considered, only the number of
additional edentulous areas, i.e. the number of teeth missing in the modification spaces
is not considered only the number of additional edentulous spaces are considered.
o Rule Eight. There can be no modification areas in class IV. Because any additional
edentulous space will definitely be posterior to it and will determine the classification.

o Peraturan pertama. Klasifikasi harus mengikuti daripada mendahului ekstraksi yang


dapat mengubah klasifikasi asli.
o Peraturan Dua. Jika molar ketiga hilang dan tidak dapat diganti, itu tidak
dipertimbangkan dalam klasifikasi.
o Peraturan Tiga. Jika molar ketiga ada dan digunakan sebagai penyangga, hal ini
dipertimbangkan dalam klasifikasi.

63
o Peraturan Empat. Jika molar kedua hilang dan tidak harus diganti, itu tidak
dipertimbangkan dalam klasifikasi.
o Peraturan Lima. Area edentulous yang paling posterior atau area selalu menentukan
klasifikasi.
o Peraturan Enam. Area edentulous selain yang menentukan klasifikasi, disebut
sebagai ruang modifikasi dan ditentukan oleh nomornya.
o Peraturan Tujuh. Tingkat modifikasi tidak dipertimbangkan, hanya jumlah area
edentulous tambahan, yaitu jumlah gigi yang hilang dalam ruang modifikasi tidak
dianggap hanya jumlah ruang edentulous tambahan yang dipertimbangkan.
o Peraturan Delapan. Tidak ada area modifikasi di kelas IV. Karena ruang edentulous
tambahan pasti akan posterior dan akan menentukan klasifikasi.

3) Applegate’s Classification or Kennedy – Applegate’s Classification

o Class I: All remaining teeth anterior to bilateral edentulous


areas
o Kelas I: Semua gigi yang tersisa anterior ke daerah edentulous
bilateral

o Class II: Remaining teeth of either right or leftside anterior to


the unilateral edentulous area(unilateral free-end)
o Kelas II: Sisa gigi kanan atau kiri kiri anterior ke daerah
edentulous unilateral (ujung bebas unilateral)

o Class III: The edentulous space bounded by teeth anteriorly


and posteriorly
o Kelas III: Ruang edentulous yang dibatasi oleh gigi anterior
dan posterior

o Class IV: The edentulous space anterior to the remaining


natural teeth, which bound it both to the right and left of the
midline
o Kelas IV: Ruang edentulous anterior ke gigi alami yang tersisa,
yang mengikat keduanya ke kanan dan kiri garis tengah

o Class V: A space bounded by teeth at its anterior and posterior


terminals. (It differs from class 3 in that the edentulous space
is long with weak anterior teeth)
o Kelas V: Ruang yang dibatasi oleh gigi pada terminal anterior
dan posteriornya. (Ini berbeda dari kelas 3 di mana ruang
edentulous panjang dengan gigi anterior yang lemah)

o Class VI: Same as class 3 but the restoration can be


fabricated to be entirely tooth borne
o Kelas VI: Sama seperti kelas 3 tetapi restorasi dapat dibuat
sepenuhnya menjadi gigi

64
4) Cummer’s Classification (Cummer 1920)

o Diagonal: Dua pengikut langsung secara diagonal berlawanan satu sama lain
o Diametrik: Dua pengikut langsung berdiameter berlawanan satu sama lain
o Unilateral: Dua atau lebih pengikut langsung hadir di sisi yang sama
o Multilateral: Tiga (jarang empat) pengikut langsung dalam hubungan segitiga
(jarang berbentuk empat persegi)

5) Other classification
-Bailyn’s Classification -Neurohr’s Classification -Mauk’s Classification –Wild’s
Classification –Gofrey’s Classification –Friedman’s Classification –Beckett and Wilson
Classification –Craddok’s Classification -Skinner Classification –Austin and lidge
Classification –Watt et al Classification –Swenson’s Classification –Avant’s
Classification –Costa’s Classification –Osborne and Lammie’s Classification

F. Preparation Stage
Diagnosis: “The determination of the nature of the disease”
Evaluate certain conditions in the oral cavity. The diagnostic procedures can generally be
grouped into personality evaluation, clinical and laboratory evaluation

Diagnosis: “Penentuan sifat penyakit” Mengevaluasi kondisi tertentu di rongga mulut.


Prosedur diagnostik umumnya dapat dikelompokkan ke dalam evaluasi kepribadian, evaluasi
klinis dan laboratorium

Treatment Planning: a result of evaluating the diagnostic data, re-evaluate the case to rule
out any better treatment possibilities. Treatment plan outline: details about the preprosthetic
procedures required for the patient, the type of impression material to be used, the technique
of impression making, the equipments preferred to carry out various recording procedures, the
material to be used for preparing the frame work and the denture base, etc.

Perencanaan Perawatan: hasil mengevaluasi data diagnostik, mengevaluasi kembali kasus


untuk menyingkirkan kemungkinan perawatan yang lebih baik. Garis besar rencana
perawatan: rincian tentang prosedur preprostetik yang diperlukan untuk pasien, jenis bahan
tayangan yang akan digunakan, teknik pembuatan tayangan, peralatan yang disukai untuk
melakukan berbagai prosedur perekaman, bahan yang akan digunakan untuk menyiapkan
kerangka kerja dan dasar gigitiruan, dll.

Mouth preparation
Preprosthetic mouth preparation involves the preparation of the oral cavity to remove any
hindrance to prosthetic treatment (e.g. frenectomy, excision of tori etc)

65
Persiapan mulut preprostetik melibatkan persiapan rongga mulut untuk menghilangkan
segala rintangan pada perawatan prostetik (mis. Frenektomi, eksisi tori, dll)

Prosthetic mouth preparation is done to facilitate prosthetic treatment, (e.g. preparing rest seats
etc).

Persiapan mulut prostetik dilakukan untuk memfasilitasi perawatan prostetik, (mis.


Menyiapkan kursi istirahat dll).

Preprosthetic Procedures
All the nonprosthetic procedures done prior to the beginning of prosthetic treatment in order
to eliminate interference and/or act as an adjunct to the success of the prosthetic treatment.

Semua prosedur non-prostetik dilakukan sebelum permulaan perawatan prostetik untuk


menghilangkan gangguan dan / atau bertindak sebagai tambahan terhadap keberhasilan
perawatan prostetik.

Include extraction, periodontal treatment, orthodontic realignment of abutment teeth, and


conservative and/or endodontic treatment of damaged teeth

Termasuk ekstraksi, perawatan periodontal, penataan kembali gigi penyangga ortodontik,


dan perawatan gigi rusak yang konservatif dan / atau endodontik

Making the Primary Impression and Cast


Made at least six weeks after any preprosthetic surgical procedures. Primary impressions are
made using irreversible hydrocolloid (alginate) impression material. Alginate is chosen
because it is economical, elastic,and easy to manipulate.

Dibuat setidaknya enam minggu setelah prosedur bedah preprostetik. Cetakan primer dibuat
menggunakan bahan tayangan hidrokoloid (alginat) yang ireversibel. Alginat dipilih karena
ekonomis, elastis, dan mudah dimanipulasi.

Esigning the Prosthesis


Includes choosing the type of components for the partial denture, determining the location of
various components, determining the path of insertion and choosing the type of material for
each component etc.

Termasuk memilih jenis komponen untuk gigi tiruan sebagian, menentukan lokasi berbagai
komponen, menentukan jalur penyisipan dan memilih jenis bahan untuk setiap komponen
dll.

Prosthetic Mouth Preparation


Includes preparing rest seats and guide planes. The rest seat is a depression created usually
on the occlusal surface of the teeth to receive a rest

Termasuk menyiapkan kursi istirahat dan memandu pesawat. Kursi istirahat adalah depresi
yang dibuat biasanya pada permukaan oklusal gigi untuk menerima istirahat

Secondary or Final Impression Making and Cast


 The secondary impression is made after prosthetic mouth preparation.
 The material of choice is alginate.
 Special impression techniques can be employed to record distal extension cases.
 Kesan sekunder dibuat setelah persiapan mulut prostetik.
 Bahan pilihan adalah alginat.
 Teknik kesan khusus dapat digunakan untuk merekam kasus ekstensi distal.

66
67
68
69
PEMELIHARAAN GIGI TIRUAN
Oleh: drg. Gunawan Sri S, Sp.Pros
Editor: Mohammad Naufal

Instruksi Pasien
1. Insersi dan pelepasan prosthesis.
2. Perawatan prosthesis
3. Perawatan saat malam
4. Perawatan periodik

Keluhan biasanya masuk dalam tiga kategori utama


1. Rasa sakit atau tidak nyaman timbul dari keras dan lunak jaringan punggungan edentulous
2. Nyeri satu atau lebih gigi
3. item lain-lain seperti ketidakstabilan prosthesis, menggigit lidah dan pipi, dan kesulitan
berbicara dan / atau makan

Iritasi jaringan lunak


1. Laserasi atau ulserasi: diproduksi oleh basis gigi tiruan yang terlalu berat
2. Eritema: disebabkan oleh kekasaran dasar gigi tiruan atau oleh sedikit gerakan menggosok
basis gigi tiruan terhadap jaringan lunak

Iritasi gigi
1. Dengan prostesis keluar dari mulut, mesial, distal, tekanan bukal, dan bahasa harus diterapkan
ke sisa gigi alami.
2. trauma oklusal; Kertas artikulasi biasa digunakan untuk menemukan bagian dari gigi tiruan
sebagian yang menyebabkan gangguan

Keluhan Lainnya
1. Tersedak
 kemungkinan kesulitannya adalah fisik daripada psikologis.
 disebabkan oleh adaptasi yang buruk dari gigi tiruan sebagian lepasan rahang atas ke
jaringan langit-langit keras
 Tersedak mengikuti penyisipan gigi tiruan sebagian mandibula yang dapat dilepas
dapat disebabkan oleh perubahan gigi dimensi vertikal oklusal
2. Masalah dengan fonetik
 terkait dengan penempatan yang tidak tepat dari gigi anterior rahang atas prostetik atau
perubahan kontur langit-langit anterior
 Posisi premolar maksilaris dan mandibula artifisial gigi juga dapat menimbulkan
masalah dengan fonetik
 Pasien harus diberi waktu yang wajar (1 sampai 2 minggu) untuk beradaptasi dengan
sensasi dan kehadiran gigi tiruan dan untuk mengatasi masalah artikulasi
3. Kesulitan mengunyah
 pasien telah kehilangan keterampilan neuromuskuler yang diperlukan untuk menorah
dan menggiling makanan. kepastian harus diberikan bahwa pola mengunyah pada
akhirnya akan dibangun kembali. Pasien juga harus disarankan untuk menghindari
makanan yang sangat keras, keras, atau lengket selama periode awal penyesuaian.

Agen Pembersih Prosthesis


1. Pembersih kimia: Larutan Chlorhexidin, Sodium perborate atau Nystatin encer dapat
digunakan untuk menyimpan gigi palsu

70
2. Pembersih ultrasonik: Ini adalah pembersih sonik di mana gelembung kecil (yang
membantu membersihkan partikel makanan) dibombardir terhadap gigitiruan.
3. Berendam dan menyikat dengan sikat gigi.
4. Pasien disarankan untuk tidak memakai prostesis pada malam hari. Gigi palsu harus
disimpan di air atau larutan obat encer di malam hari ( Pada malam mungkin diperbolehkan
untuk kondisi berikut: Pada pasien dengan bruxism di mana kerusakan jaringan mulut lebih
banyak jika prosthesis tidak dipakai.

Perawatan Periodik
1. 24 jam, Ketidakharmonisan oklusal yang benar dan untuk memeriksa reaksi jaringan
langsung.
2. 1 minggu, reaksi jaringan dan kenyamanannya
3. Setiap 3-6 minggu, menentukan reaksi jaringan dan jumlah resorpsi ridge alveolar residual.
4. Segera, setiap kali ada masalah Reaksi seperti bisul, pegal.

Pemeliharaan dan Perbaikan RPD


1. Gigi tiruan sebagian yang dapat dilepas membutuhkan tingkat perawatan yang tinggi jauh
melebihi restorasi tetap.
2. Ketika prostesis ini kehilangan dukungan jaringan lunak dan mulai untuk bergerak lebih
bebas, ada potensi tremedou untuk kerusakan pada penyangga dan jaringan lunak.

relining and rebasing

3. Mengevaluasi ruang di bawah basis gigi tiruan Tempatkan campuran tipis alginat di area
dasar gigitiruan, tempat duduk gigi tiruan sebagian dalam mulut, dan pertahankan
posisinya hingga set alginat.
atau

4. menerapkan kekuatan tempat duduk pada aspek paling belakang dari basis gigitiruan dan
mengamati retainer tidak langsung anterior  Jika setidaknya 2 mm alginat hadir di
bawah dasar gigitiruan atau jika penahan tidak langsung mengangkat 2 mm atau lebih,
pasien bias dianggap sebagai kandidat untuk reline atau rebase.

Perekat Gigi
Indikasi
1. Meningkatkan retensi dan stabilitas gigi palsu (yang tidak dipertahankan atau tidak
stabil)
2. Untuk meningkatkan stabilitas gigi palsu untuk yang baru atau pasien berpengalaman.
3. Untuk pasien cacat:
- Pasien dengan xerostomia.
- Pasien geriatri
- Pasien dengan tonus otot yang buruk
4. Untuk memberikan rasa aman psikologis untuk pasien tertentu (seperti aktor, guru).
5. Untuk menstabilkan basis percobaan selama fabrikasi dan penyisipan gigitiruan
percobaan.

Kontraindikasi
1. Perekat gigitiruan tidak boleh digunakan untuk pasien dengan gigi palsu yang tidak pas
atau oleh pasien yang cenderung terlalu sering menggunakan perekat gigitiruan

71
2. Seharusnya tidak digunakan oleh pasien yang memiliki xerostomia yang diinduksi obat
karena perekat membutuhkan air liur yang cukup untuk memberikan retensi. Jangan
digunakan untuk pasien dengan gigi palsu yang aus
3. Seharusnya tidak digunakan sebagai pengganti reliner atau kondisioner jaringan.
4. Sebaiknya tidak digunakan untuk pasien dengan fisik ketidakmampuan untuk
membersihkan gigi palsu.
5. Sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan sementara atau gigitiruan langsung di
tempat infeksi (Penyakit) bisa diakibatkan oleh kebersihan yang tidak memadai atau
kepatuhan terhadap gigi palsu.

72
KOMPONEN GIGI TIRUAN CEKAT (GTC)
Oleh drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros
Editor : Nanik Hidayanti

Buku Referensi :
 Contemporary Fixed Prosthodontics, Rosenthiel, Fujimoto, Land, C.V Mosby Company
 Fundamentals of Fixed Prosthodontics, Herbert T. Shillingburg, Quintessence Publishing
Co

Note :
Gambar diatas yaitu kasus kehilangan satu gigi  jika tidak segera dibuatkan gigi tiruan  maka
ada beberapa hal yang akan terjadi  bisa dilihat yaitu pada panah nomor 1 (gigi antagonisnya
mengalami esktrusi, gigi tersebut akan mengisi ruangan yang ditinggalkan oleh gigi yang hilang
tersebut) , nomor 2 (gigi yang berada disebelah gigi yang hilang akan bergerak ke arah gigi yang
hilang) , nomor 3 (karena gigi-gigi tetangganya bergerak kea rah gigi yang sudah hilang maka
besar kemungkinan akan meninggalkan celah antara gigi tersebut dengan gigi disebelahnya,
celahnya nanti akan berpotensi diisi oleh sisa-sisa makanan yang tidak terbersihkan dengan baik
yang nantinya akan berpotensi menjadi karies/kalkulus didaerah tersebut.

Fixed Bridge / Fixed Partial Denture (Gigi Tiruan Cekat) :


 Restorasi yang tidak dapat dilepas oleh pasien maupun dokter gigi, melekat secara permanen
pada gigi asli atau akar gigi yang menjadi pendukung utama pada restorasi tersebut.

73
Bagian – Bagian GTC

1. Pontik : bagian yang menggantikan gigi asli yang hilang, mengisi ruang yang sebelumnya
diisi oleh mahkota asli
2. Retainer : berasal dari kata “retain” yaitu bertahan. Merupakan bagian yang menempel pada
gigi abutment/pegangan , merupakan penahan pontik supaya tidak lepas. Retainer akan
disemenkan/dilekatkan secara permanen pada gigi abutment yang sudah dipersiapkan
sebelumnya untuk tempat retainer tersebut.
3. Konektor : penghubung. Merupakan bagian yang menyatukan retainer dengan pontik.
4. Abutment : gigi atau akar gigi yang menahan atau mendukung GTC. Merupakan gigi asli
yang menjadi pegangan dari bangunan protesa GTC

Gigi Abutmen
 Abutment yang ideal :
1. Vitalitas gigi  karena gigi yang vital suplai nutrisi masih normal/berjalan dengan baik
sehingga gigi tersebut tetap sehat. Karena pekerjaan gigi abutment cukup berat yaitu
harus ikut menanggung beban yang diterima oleh pontik. Sehingga gigi abutment
tersebut harus cukup kuat, sedangkan kekuatannya dijamin oleh gigi yang masih vital
karena suplai nutrisinya masih terjamin.
2. Jaringan Periodontal  penting karena ada kaitannya dengan tekanan yang diterima
oleh gigi abutment, sedangkan tekanan yang diterima oleh gigi abutment berasal tidak
hanya dari gigi itu sendiri tapi berasal dari gigi pontiknya. Sehingga jaringan
periodontal tersebut akan menahan beban lebih dari biasanya. Sehingga jaringan
periodontalnya harus dijamin sehat untuk bisa menjadi abutment.
3. Posisi dan relasi gigi  penting terutama apabila merencakan dalam pembuatan GTC
dengan tipe fixed-fixed bridge. Sebisa mungkin posisi giginya sejajar, Antara
abutmentnya sejajar tidak malposisi, karena terkait dengan bagaimana resultan gaya
dari penyaluran tekanan kunyah. Jika ada gigi abutment yang posisinya miring maka
resultan gayanya menjadi tidak baik dan akan berbahaya untuk gigi abutment itu
sendiri.
4. Kesehatan gigi  ada kaitannya dengan nomor 1 dan 2
5. Morfologi gigi  terkait dengan bentuk gigi, apakah bentuk giginya besar, atau punya
permukaan yang luas, atau panjang akar yang cukup memadai. Sebaiknya gigi
abutment yang dipilih yaitu gigi yang besar, panjang akarnya yang panjang supaya kuat
menerima tekanan yang lebih besar dari biasanya.

74
Penentuan Gigi Abutment :
 Bisa menggunakan Hukum Ante : total membran periodontal gigi abutment harus sama atau
lebih daripada total membran periodontal gigi yang digantikan. Jadi dilihat seberapa luas
ligament periodonsium dari gigi yang akan dijadikan abutment.
 Untuk mengetahui berapa luasnya, bisa dilihat dari table dibawah ini.

Contoh :
Kehilangan gigi molar 1 rahang bawah  dilihat dari tabel luas ligament periodonsiumnya yaitu
431. Untuk gigi yang bisa dijadikan abutment yaitu gigi dengan luas ligament periodonsium yang
minimal sama atau lebih besar dari gigi yang hilang. Sehingga jika memilih satu gigi saja yaitu
gigi molar 2 sebagai abutment yang luas ligament periodonsiumnya 426 maka dianggap tidak
mumpuni, sehingga harus ditambahkan lagi gigi premolar 2. Jadi pada kasus kehilangan gigi molar
1 bawah, apabila ingin dibuatkan GTC maka minimal menggunakan abutment gigi premolar 2
dan gigi molar 2. Untuk pemilihan gigi yang dijadikan pegangan sebaiknya adalah gigi yang paling
dekat.

RETAINER
 Merupakan bangunan yang mempunyai peran untuk mempertahankan atau memegang pontik
dan bangunan ini akan disemenkan ke gigi yang digunakan sebagai abutment.
 Retainer yang ideal :
 Melindungi pulpa dan gigi
 Membutuhkan preparasi gigi abutment yang minimal
 Kuat  tahan terhadap kerusakan / perpindahan akibat kekuatan mastikasi
 Daerah margin bisa dibentuk dengan baik  mencegah iritasi jaringan lunak dan
terjadinya karies

75
 Mudah dibersihkan
 Tidak mengalami korosi atau memudar
 Tidak menyebabkan diskolorasi gigi abutment
 Estetis
 Mudah dibuat

 Retainer diklasifikasikan menjadi 3 tipe :


 Tipe intrakoronal / inlay
 Tipe ekstrakoronal
 Tipe radikular / dowel crown

a. Tipe intrakoronal / inlay


- Intrakoronal  intra = di dalam, koronal = mahkota
- Retainer yang diletakkan di dalam badan mahkota gigi abutment
- Retensi dan resistensi  permukaan retainer bagian luar dan preparasi dinding
internal

 Indikasi :
 Usia pasien (20 – 55)
 Daerah kehilangan gigi yang sempit (kehilangan 1 gigi)
 Mahkota gigi abutment tinggi dan lebar
 Gigi abutment kuat / non karies, tidak mengalami
 abrasi, posisi/lengkung normal
 Tonjol gigi abutment masih didukung dentin yang sehat
 Daya kunyah minimal

b. Tipe ekstrakoronal
- Ada 2 macam : partial crown/three quarter crown dan complete/full crown
- Retainer yang diletakkan di luar badan mahkota gigi abutment.
- Retensi dan resistensi  permukaaan retainer bagian dalam dan dinding preparasi
eksternal

76
Note :
Perbedaan antara full crown dan partial crown
- Bangunan full crown preparasinya lebih mudah jika dibandingkan partial crown,
karena pada bangunan full crown dipreparasi seluruh permukaan giginya dari distal,
mesial, bukal, lingual, palatal, oklusal semuanya dipreparasi. Sedangkan pada partial
crown yang dipreparasi yaitu bagian mesial, distal, oklusal, palatal, tapi pada
bangunan partial crown harus membuat grove disisi proksimal dan oklusal yang
berfungsi sebagai retensi untuk bangunan restorasi partial crown, karena grovenya
berada pada sisi proksimal dan oklusal sehingga saat membuat groove harus
diperhatikan keparalelannya, jika ada sisi yang tidak pararel maka bangunan
restorasinya tidak bisa diinsersikan ke dalam gigi.
- Pada full crown  bangunan restorasi akan menutupi seluruh permukaan gigi,
sedangkan pada partial crown tidak semua bagian tertutup oleh bangunan
restorasinya, masih ada bagian yang terekspos dengan dunia luar yaitu pada batas
antara restorasi dengan gigi (bagian oklusal dan proksimal). Tereksposnya bagian itu
apabila batas tersebut tidak rapat maka akan mudah terkontaminasi / ditempeli oleh
debris sehingga mudah terjadi karies pada margin tersebut. Sedangkan pada full
crown karena daerah marginnya berada pada bagian servikal sehingga tidak terlalu
terekspos dengan dunia luar.

Partial Crown
 Indikasi partial crown :
 Permukaan fasial dalam kondisi yang baik
 Menyisakan dentin dengan ketebalan yang cukup untuk retensi
 Mahkota gigi panjang, kuat dan lebar
 Tidak malposisi
 Kontraindikasi partial crown :
 Insisivus RA – RB
 Dimensi fasialingual tipis
 Molar RB  adaptasi retainer tdk baik, estetik tidak penting
 Menyisakan sedikit dentin sebagai retensi

77
Full Crown
 Complete / full crown : merupakan retainer yang ideal,
karena :
 Dapat digunakan disemua gigi
 Retensi maksimum  didapatkan dari semua sisi
dari gigi bangunan retainer
 Melindungi dari karies  karena retainernya full
menutupi area gigi maka melindungi dari karies.
 Adaptasi mudah

 Indikasi complete crown :


 Gigi anterior dengan karies atau restorasi di permukaan fasial dan interproksimal
 Gigi anterior yang membutuhkan perubahan panjang atau posisi estetik
 Gigi posterior dengan resiko karies tinggi
 Gigi posterior yang membutuhkan perubahan panjang atau posisi  perbaikan
kontur dan fungsi

c. Tipe radikular / dowel crown


 Retainer yang diletakkan di bagian dalam akar gigi. Biasanya untuk kasus pasca
perawatan saluran akar (PSA).
 Retensi dan resistensi  perluasan dowel ke dalam saluran akar gigi, yang telah
dilakukan perawatan endodontic (PSA).
 Kasus kehilangan banyak pada bagian mahkota karena karies atau kecelakaan,
sedangkan bagian yang tersisa tidak cukup untuk retensi

78
Note :
Gambar diatas adalah contoh kasus penggunaan retainer harus lebih dari satu bahkan lebih dari
dua, apabila :
1. Kurangnya dukungan tulang alveolar  gigi sudah terekspos bagian akarnya, sehingga
bagian akar gigi yang tertanam dalam tulang hanya sebagian saja.
2. Gigi abutment dengan akar pendek  sehingga harus menambah jumlah retainer .
3. Pengganti gigi caninus  membutuhkan retainer lebih banyak.
4. Kehilangan gigi anterior yang melewati median line
5. Perluasan pontik ke distal untuk perbaikan fungsi  retainernya harus lebih banyak.

KONEKTOR
 Klasifikasi konektor berdasarkan sifatnya :
 Konektor rigid / kaku  konektor yang menghubungkan antara pontik dan retainer
secara kaku, dibagian konektornya bersifat tidak ada gerakan sama sekali (rigid)
 Konektor non rigid / tidak kaku  masih ada sedikit gerakan pada konektornya

Rigid
Non Rigid

a. Konektor Rigid
 Keuntungan konektor rigid :
1. Higienis baik , dapat dibuat sesuai dengan keadaan biologis gigi asli.
2. Kuat dan dapat menahan tekanan pengunyahan dengan baik.

79
 Indikasi :Gigi penyangga yang kuat dan tegak sehingga kuat menahan tekanan
pengunyahan

b. Konektor Non Rigid :


 Terdiri atas 2 bagian, yaitu mortise (female component) yang menempel pada retainer
dan tenon (male component) yang menempel pada pontik

 Indikasi :
 Gigi penyangga yang kurang kuat
 Gigi penyangga yang mengalami tiping
 GTC dengan desain jembatan yang pendek

80
Retainer

Note :
Gambar diatas adalah contoh kasus dimana gigi abutment miring sehingga
dibutuhkan GTC dengan salah satu konektor yang bersifat rigid. Jadi bagian retainer paling
belakang diinserskan/dimasukkan terlebih dahulu baru bagian depannya.

 Keuntungan konektor non rigid :


 menjamin pergerakan individual gigi
Note :gigi mempunyai individual movement yang dijamin oleh jaringan
periodonsium sehingga gigi tidak tertanam kaku didalam soket tapi bisa
bergerak sedikit.
 mengurangi trauma gigi pegangan
 digunakan pada gigi yang tidak segaris di lengkung rahang
 Kelemahan konektor non rigid :
 Sulit dalam pembuatannya
 biaya mahal

PONTIK
 Pontik merupakan bagian dari GTC yang berfungsi untuk menggantikan gigi yang hilang.
 Pontik ideal :
 Mengembalikan fungsi gigi yang digantikannya
 Dapat dijamin kebersihannya
 Estetik dan nyaman
 Dapat diterima secara biologis oleh jaringan

81
Note : berdasarkan gambar diatas  seharusnya pontik memenuhi kriteria biologis, mekanis, dan
estetis. Namun terkadang tidak bisa mendapatkan semua kriteria dalam pontik yang ideal.
Sehingga pontik yang ideal yaitu berada pada irisan 3 lingkaran tersebut. Secara biologi harus
mudah dibersihkan, secara mekanis harus kaku sedangkan secara estetis harus terlihat seperti gigi
yang digantikan.

 Klasifikasi pontik :
 Berkontak dengan mukosa
 Ridge lap / saddle pontic
 Ridge lap / saddle pontic : bagian dasar/servikal menempel pada ridge, tidak
mudah dibersihkan, dapat menyebabkan inflamasi jaringan.
 Note : pontik jenis ini secara kasat mata memiliki estetis yang sangat baik,
karena pontik ini terlihat seolah-olah muncul dari dalam gusi. Namun
memiliki kelemahan yang sangat mendasar, yaitu karena bagian dasar pontik
menempel pada ridge sehingga sulit untuk dibersihkan, sehingga rawan
terjadi inflamasi pada jaringan. Sehingga tipe pontik jenis ini untuk saat ini
tidak direkomendasikan.

 Modified ridge lap


 Modified ridge lap : kombinasi desain pontik hygienic dan saddle, kombinasi
estetik dan kebersihan. Bagian fasial menempel pada ridge, sedangkan
bagian palatal/lingual menggantung.
 Note : pada kebanyakan kasus, jenis pontik ini paling banyak digunakan.
Karena kombinasi dari estetik dan kebersihan.

82
 Conical Pontic
 Conical pontic : disebut juga egg shaped, bullet shaped, heart shaped.
 Hanya satu bagian di tengah saja pada satu titik yang menyentuh ridge.

Dilihat dari proksimal Dilihat dari samping

 Ovate Pontic
 Ovate pontic : bagian dasar pontik masuk ke dalam ridge yang telah
dipersiapkan sebelumnya dengan pembedahan, seolah-olah pontik muncul
dari gingival, seperti gigi asli.
 Note : jenis pontik ini biasanya digunakan pada kasus dimana giginya pasca
cabut dan langsung dibuatkan GTC.

83
 Tidak berkontak dengan mukosa
 Sanitary / hygienic pontic
 sanitary / hygienic pontic : mudah dibersihkan, bagian dasar tidak
menempel pada ridge.

 Modified sanitary

 Modified sanitary : bagian dasar dibentuk seperti busur diantara


retainer, menurunkan tekanan pada pontik dan retainer, menghindarkan
terjadinya proliferasi pada jaringan karena pontik yang terlalu dekat
dengan ridge.
 Modified sanitary bagian dasar pontik menjauhi alveolar ridge.

84
Note :

Gambar diatas adalah resume pontik desain, seperti penampakannya seperti apa, lokasi yang
direkomendasikan seperti apa, keuntungan & kerugian, indikasi & kontaindikasi, serta material
yang digunakan seperti apa (untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari ppt ya )

JENIS GTC
 GTC dibagi menjadi 2 tipe :
1. Simple fixed bridge :
a. Fixed fixed bridge (stationary fixed bridge),
 Fixed-fixed bridge : bridge dengan kedua konektor bersifat rigid, dapat digunakan
untuk gigi anterior maupun posterior.

b. Semifixed / fixed movable bridge (limited stationary/broken stress bridge),


 Fixed movable bridge : bridge dengan satu konektor yang bersifat rigid, dan
konektor yang lain bersifat semi rigid
 Dapat digunakan untuk gigi anterior maupun posterior.

c. Cantilever Bridge (swing on/free end bridge)


 Cantilever bridge adalah GTC dengan 1 atau lebih gigi abutment pada salah satu
ujung sedangkan pada ujung lainnya tidak terdukung oleh abutment lain.
 Note :
Cantilever bridge yaitu jenis bridge dimana pontiknya menempel pada satu retainer
saja, sedangkan pada sisi yang lain tidak menempel pada gigi sebelahnya
(pontiknya satu sisi menempel pada retainer, satu sisi menggantung karena tidak
menempel pada gigi sebelahnya).
Penggunaan cantilever bridge sebisa mungkin dihindari karena memiliki
kelemahan apabila jika ada tekanan terlalu besar pontiknya bisa terdorong
sehingga penampakan secara estetis kurang baik.

85
2. Compound fixed bridge kombinasi 2 atau lebih tipe GTC dalam 1 restorasi
a. Compound bridge : Kombinasi 2 atau lebih dari macam - macam GTC

Fixed-fixed bridge

Note :
Gambar diatas adalah ada 2 macam GTC yang digunakan yaitu fixed-fixed bridge dan
cantilever bridge jadi keseluruhannya menjadi compound bridge.

b. Spring bridge
 Spring bridge : Bridge dengan pontik yang letaknya jauh dari retainer dan
dihubungkan dengan palatal bar,
 digunakan pada kasus diastema dan mengutamakan estetis.

86
Note :

Gambar diatas adalah kasus dimana kehilangan gigi I2, retainernya diletakkan
jauh dari gigi yang hilang yaitu pada gigi P1 dan P2 bisa terjadi karena alasan estetis,
misalnya pada gigi tersebut bentuknya terlalu bagus atau gigi sebelahnya tidak bisa
digunakan sebagai pegangan, oleh karena itu perlu digunakan pegangan pada gigi yang
lain dimana dihubungkan dengan palatal bar.

87
PRINSIP PREPARASI GIGI ABUTMEN
Dosen Pakar: drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros
Editor: Gea Zhafirah

 Preparasi : menyiapkan ruangan untuk meletakkan retainer


 Preparasi merupakan salah satu kunci dari indirect restoration
 Restorasi yang optimal memiliki 3 syarat :
a. Biologi  Kesehatan jaringan
b. Mekanik  Ketahanan restorasi
c. Estetik  Penampakan pasien

BIOLOGIC CONSIDERATION
Perlindungan terhadap :
a. Gigi tetangga
- Penggunaan matrix band
- Proteksi enamel proksimal (jika tidak ada matrix band) kontak area lebih lebar
daripada CEJ

88
b. Jaringan lunak
- Retraksi lidah, pipi menggunakan kaca mulut atau saliva ejector
- Retraksi gingiva menggunakan gingival cord

c. Pulpa
- Preparasi gigi  dentin terbuka  temperatur
ekstrim, mikroorganisme, iritasi kimiawi 
pulpitis irreversibel
- Preparasi harus memperhatikan ukuran kamar
pulpa
- Temperatur:
1) gesekkan instrumen putar membuat
permukaan gigi panas
2) Penggunaan air saat preparasi
3) Tekanan ringan
4) Intermitten
5) Menggunakan bur tajam agar tidak lama
- Iritasi kimiawi
1) Dentin terbuka  aplikasi material KG (luting agent, base, resin)  kerusakaan
pulpa
2) Pembentukan barrier : cavity varnish, denting bonding
- Aksi bakteri
1) Pembersihan karies dari gigi
2) Tidak melakukan kaping pulpa indirek sebelum dipasang restorasi
3) Penggunaan bahan antimicrobial  chlorhexidine gluconate
Note:
 Preparasi harus memerhatikan ukuran kamar pulpa (semakin tua, jaringan pulpa
semakin kecil)
 Preparasi yang tidak baik  _adaptasi tepi restorasi buruk  _kontrol plak sulit 
_perawatan lama

d. Perlindungan struktur gigi


- Semakin banyak gigi yang dipreparasi maka semakin kurang perlindungan pada
struktur gigi karena semakin dekat dengan pulpa.

89
- Apabila ada pada garis yang no. 1 (lihat gambar) jauh dari pulpa sehingga bisa
melindungi struktur gigi. Namun, akan tidak baik untuk restorasinya karena
restorasinya akan tipis di bagian fissure dan menyebabkan restorasi mudah pecah
- Sedangkan apabila batas preparasi ditaruh pada garis no.2 restorasi akan kuat karena
memiliki ketebalan. Tetapi jika dilihat dari perlingdungan struktur gigi akan menjadi
tidak optimal, karena batas preparasi terlalu dekat dengan pulpa.
- Yang paling ideal adalah batas preparasi yang mengikuti kontur gigi bagian oklusal
yaitu mengikuti bentuk tonjol dan lerengnya. Pada tonjol terdapat tanduk pulpa.

- Gigi abutment yang miring (lihat gambar) resikonya adalah kita harus melakukan
preparasi yang lebih banyak pada bagian mesialnya karena bangunan gigi tiruannya
bersifat kaku jadi hanya bisa masuk lewat dari satu arah saja. Sehingga tepi
preparasinya semakin dekat dengan pulpa dan mengganggu perlindungan pada
struktur gigi. Oleh karena itu, kemiringan gigi abutment harus sama dengan gigi

90
dengan gigi sebelahnya. Cara paling baik pada kasus gigi abutment yang miring adalah
dilakukan perawatan ortho terlebih dahulu.
- Gambar no. 1 adalah preparasi dengan akhiran chamfer, preparasi lebih sedikit
sehingga melindungi struktur gigi daripada shoulder. Gambar 2 preparasi dengan
akhiran shoulder, preprasi lebih banyak.
- Akhiran pada margin gingiva(supragingival) lebih menjamin perlindungan terhadap
struktur gigi dibandingkan dengan dibawah margin gingiva(subgingiva).

e. Penempatan margin
- Margin adalah batas tepi preparasi. Biasanya margin ini bisa dilihat di bagian servikal.
Yang disebut sebagai margin bisa dibilang sebagai dudukan bagi retorasi. Oleh karena
itu, bentuk margin menyesuaikan ketebalan restorasi yang digunakan dengan cara
menentukan terlebih dahulu bahan restorasinya baru setelah itu tentukan desainnya.

f. Margin/Finish line: apabila dilihat dari letaknya terdapat supragingival dan sub gingival
g. Supragingival margin  diletakkan diatas margin gingiva
- Preparasi lebih mudah
- Non trauma, karena tidak menyebakan kerusakan pada margin gingiva
- Dibuat pada enamel
- Kontrol plak mudah
- Mudah dicetak
- Evaluasi restorasi mudah
Note: point-point diatas bukan merupakan clinical reasoning.
h. Subgingival margin
- Lebih estetis
- Dibuat pada dentin atau sementum
- Digunakan pada kebutuhan retensi – resistensi servikal, crown lengthening

91
i. Desain margin
- Mudah dibuat atau dipreparasi
- Tidak menimbulkan trauma
- Mudah dicetak
- Menyediakan ruang yang cukup untuk ketebalan bahan restorasi
- Melindungi struktur gigi

Note: yang paling sering digunakan adalah chamfer dan shoulder.

MECHANICAL CONSIDERATION
a. Retention form
- Retensi : kualitas preparasi yang mencegah restorasi berpindah oleh suatu gaya yang
paralel dengan arah masuk restorasi
- Faktor yang berpengaruh :
1) Besar gaya pemindah
- Makanan lengket
- Besar permukaan restorasi

92
2) Geometri preparasi gigi
- Single path placement
Retensi semakin besar jika dimasukkan dari satu arah saja yaitu dengan cara
preparasi secara paralel/sejajar dan dengan penambahan groove

- Angle of convergence
Preparasi dibuat konvergen
kearah oklusal.

93
- Surface area
Retensi akan lebih baik pada
gigi yang lebih besar.

94
- Type of preparation

- Type of luting cement


Bahan sementasi mempengaruhi retensi, adhesive resin lebih baik
dibandingkan dengan GIC.

95
b. Resistance form
- Resistensi : kualitas preparasi yang dapat mencegah restorasi berotasi oleh suatu gaya
lateral.
- Faktor yang berpengaruh :
1) Besar gaya lateral
Ketika terdapat gaya dari samping maka ujung marginnya pada bagian sebaliknya
akan menjadi pusat rotasi. Oleh karena itu, pada permukaan gigi yang di preparasi
terdapat resistance area (RA) dan non-resistance area (NRA). RA adalah daerah yang
menyediakan resistensi sedangkan NRA adalah daerah yang permukaannya tidak
menjadi area yang menyediakan resistensi. Gayanya datang dari horizontal
(lingual&buccal). Dinding bagian lingual/ buccal yang akan menjadi RA.

2) Geometri preparasi
 Gambar C tidak terdapat RA, karena giginya pendek sehingga retensi dan
resistensinya tidak akan baik. Oleh karena itu, harus menaruh margin di sub
gingival.

96
3) Bahan sementasi

c. Preventing deformation / mencegah perubahan


- Kekuatan restorasi selama berfungsi
- Faktor yang berpengaruh :
1) Pemilihan bahan  metal ceramic alloy (bahan kuat karena ada komponen
logamnya)
2) Preparasi gigi yang adekuat  ketebalah preparasi 1,5 mm
3) Desain margin  tipe berpundak

C. ESTHETIC CONSIDERATION
 Pasien selalu menginginkan restorasi yang senatural mungkin  harapan pasien
 Selalu kaitkan dengan kondisi oral saat bicara, tersenyum, atau tertawa
 All ceramic restoration

97
 Metal ceramic restoration
 Partial coverage restoration

Note: pasien selalu ingin estetika yang lebih baik, pilihannya menggunakan bahan yang ada
porcelainnya karena dapat meniru warna asli gigi. Tinggal disesuaikan mau yang all porcelain atau
tidak.

98
KONSTRUKSI DAN VERTIKAL DIMENSI GIGI TIRUAN
LENGKAP PART I
Oleh: drg. Fahmi Yunisa, Sp. Pros
Editor : Rusydia safitr
Apa bedanya ?

Note :
- Ada tidaknya gigi
- Tampak depan, yang membedakan adalah pipi lebih tirus, tirus karena tidak ada gigi yang
menyangga pipi
- Bibir, bibir tampak tipis karena tidak tertahan gigi dan tidak terdorong gigi sehingga bibir
melipat ke dalam. Pada bagian yang mempunyai gigi, bibir tampak lebih tebal dalam arti
natural.
- Wajah tampak lebih pendek dibanding yang masih bergigi.
- Pada kasus edentulous total dibutuhkan gigi tiruan untuk mengembalikan penampakan
pasien, fungsi pengunyahan dan fungsi bicara.
- Penampakan rahang bila dilihat dilihat dari struktur tulang. Terlihat tulang maxilla pada basis
cranii dan tulang mandibula

KEHILANGAN SELURUH GIGI :


• Oklusi Gigi
• Vertikal Dimensi Oklusi (Vd)
• Relasi Sentris
Gigi tiruan lengkap harus memenuhi 3 hal tersebut

Note :
- Oklusi Gigi : adalah hubungan antara gigi RA dan RB
- Vertikal Dimensi Oklusi : adalah tinggi wajah. Antara satu titik di daerah maxilla dengan satu
titik di daerah mandibula
- Relasi Sentris : adalah hubungan antara rahang, antara maxilla dengan mandibula
- Relasi sentris antara maxila dan mandibula posisinya dipertahankan oleh gigi yang saling
berhubungan. Dengan adanya gigi posisi mandibula tidak bergeser. Bila gigi hilang ada

99
kemungkinan posisi mandibula bergeser lebih ke depan. Pada orang dengan edentulous total,
bila diliat profil wajah dari samping, mandibula seperti mengalami protrusif, ada juga
kemungkinan posisi mandibula lebih tertarik ke atas sehingga tinggi wajah pasien berubah
dan wajah pasien tampak lebih pendek

ANATOMI
1. Papilla incisive : menonjol, di area interdental
bagian palatal
2. Ruggae palatine
3. Ridge : lingir, daerah tidak bergiginya
4. Tuberositas maxilla : tonjolan di bagian paling
posterior rahang atas
5. Hamular notch : titik terendah setelah tuber maxilla
6. Fovea palatine : di tulang palatum, tertutup mukosa
7. Frenulum : frenulum labialis dan bukalis
8. Fornix : batas antara mukosa bergerak dan tidak
bergerak

1. Frenulum
2. Ridge
3. Fornix
4. Retromolar pad

100
BAGIAN GIGI TIRUAN

FITTING SURFACE

INCISAL / OCCLUSAL SURFACE

POLISHING SURFACE

PERIPHERAL SEAL

POST DAM

Note :
1. Fitting surface : bagian yang bersentuhan dengan mukosa. Tidak perlu dihaluskan, harus
benar-benar membentuk anatomi.
2. Polish surface : bagian yang berhadapan dengan rongga mulut, disebaliknya fitting
surface, bersentuhan dengan lidah. Bagian ini harus halus, karena akan berkontak dengan
makanan, bila permukaan kasar, sisa makanan mudah menempel. Selain itu lidah akan
merasa kasar.
3. Peripheral seal
4. Incisal/occlusal surface : permukaan incisal/oklusal gigi-gigi ansir

GIGI TIRUAN RA : post dam bertemu dengann pheripheral seal membentuk suatu kesatuan →
circulair seal.

GIGI TIRUAN RB : pheri-pherial seal dimulai dari ujung posterior base plate RB satu sisi ke sisi
lainnya → daerah lingual tidak dibuat pheri-pherial seal.

Note :
- Seal yg melingkari gigi tiruan RA adalah peripheral seal yang menyambung dengan post dam
dan saling berhubungan
- Peripheral seal RB hanya dibuat di bukal
- Seal berfungsi sebagia penutup untuk menutup celah yg terbentuk antara basis dengan
mukosa, agar udara tidak masuk ke bagian fitting

BASE PLATE / PLAT DASAR


Ada 2 macam base plate :
1. Base plate temporer, dipakai selama proses pembuatan gigi
tiruan, namun pada akhir prosesing gigi tiruan, base plate
akan diganti baru.
Note : membuat base plate dari malam dulu  menyusun
gigi di base plate malam  terakhir di proses akrilik
• Bahan : cold cured resin akrilik, vinyl / polystyrene,
malam merah.

101
• Keuntungan : tidak penggodokan ulang (menghindari distorsi)
• Kelemahan : fitting surface kurang akurat

2. Base plate permanen, dipakai mulai dari awal proses pembuatan sampai GTL jadi.
• Bahan : heat cured resin akrilik, visible light cured (VLC), emas, kobal kromium
• Keuntungan : fitting surface akurat
• Kelemahan : mengalami penggodokan ulang → distorsi → gigi tiruan gagal

Insersi base plate, yang perlu diperhatikan :


a. Retensi :
diperiksa dengan menggerakan pipi dan bibir, base plete lepas atau tidak.
b. Stabilisasi :
diperiksa saat mulut berfungsi, base plate tidak terlepas.
Note :
Tiap restorasi yang dibuat harus punya kemampuan retensi, artinya kemampuan menempel pada
jaringan di rongga mulut, termasuk tumpatan pada gigi berlubang. Misal retensi tumpatan
komposit, retensi didapat dari bonding. Gigi tiruan juga harus mempunyai kemampuan retensi.
GTSL : retensi dari cengkeram/klamer.
GTC : retensi bangunan retainer, bangunan diberi bahan sementasi, seperti lem.

BAGAMANA GTL BISA MENEMPEL ???


RETENSI : kemampuan bertahan GTL di dalam rongga mulut
- Retensi GTL : faktor fisik dan muskular
- Faktor fisik :
a. Perluasan maksimal basis
b. Kontak membran mukosa – basis yg luas
c. Kontak basis – dukungan yang rapat
Note :
‐ Mendapat retensi yaitu dengan memadukan teknik yg dipakai dalam pembuatan akurat dan
kondisi RM yg prima (ketersediaan anatomi yang cukup)
‐ Perluasan maksimal basis. Semakin luas basis, kemampuan retensi semakin baik, karena
semakin luas area yg melekat dengan mukosa. Tapi perluasan basis dipengaruhi oleh
ketersediaan alveolar ridgenya. Misal pasien dengan tulang sudah menyusut/pendek, seluas
luasnya basis, akan sulit mendapat retensi.
‐ Kontak antara fitting dengan mukosa harus benar-benar rapat, tidak menyisakan celah untuk
udara. Udara punya kemampuan melepaskan material.
‐ Kontak rapat juga tergantung keakuratan pencetakan. Cetakan harus persis sama dengan
rongga mulut, bisa didapat dengan penggunaan bahan yg akurat. Teknik yg akurat. Sehingga
mendapat cetakan model kerja yg akurat.
‐ Setelah dapat model kerja, membuat basis model malam. Basis diolah sedemikian rupa.
Diperoleh akrilik, bahan akrilik harus akurat, akrilik seminimal mungkin mengalami
srhingkage sehingga hasil bisa kontak rapat.
‐ Perlu diperhatikan, banyak hal yg juga mempengaruhi dalam proses pembuatan.
Mendapatkan akrilik yg bagus perlu memperhatikan rasio powder liquid atau suhu ketika
penggodokan.

102
KONTAK BASIS PLAT – MUKOSA
Note :

- Adhesi : adalah gaya tarik menarik atau


ikatan antara 2 molekul yg berbeda jenis, saliva
dengan mukosa dan saliva dengan basis gigi
tiruan.
- Perlekatan dalam rongga mulut
mengandalkan adesi dan kohesi.

Faktor muskular :

otot buccinator, orbikularis oris, otot instrinsik dan ekstrinsik lidah  teknik mencetak, desain
polish surface, bentuk lengkung gigi

DESAIN POLISH SURFACE DAN LENGKUNG GIGI MENYESUAIKAN OTOT

Note :
- Dalam mulut banyak otot, sehingga otot2 berpengaruh.
- Lidah dan otot pipi dapat memberi dorongan yang bisa membuat gigi tiruan terlepas, sehingga
gigi tiruan harus dibuat mengikuti kontur otot2 dan lidah.
103
- Ketika gigi bersinggungan dengan pipi, pipi berkonraksi. Misal membuka mulut ‘A’, mulut
bergerak dalam, gigi tiruan terlepas. Paling sering terjadi saat penyusunan gigi depan, karena
pada gigi depan jarak alveolar ridge dengan bibir sangat dekat sehingga semisal penyusun
giginya terlalu kedepan atau terlalu protrusif, ketika pasien buka mulut sedikit akan terdorong
oleh pipi, kemungkinan membuat gigi tiruan lepas.

ADAPTASI LIDAH DALAM MENDUKUNG RETENSI

Note :
- Kemampuan adaptasi pasien juga faktor yg sangat mendukung retensi, pasien harus diminta
beradaptasi atau membiasakan dengan gigi tiruan, salah satunya dengan menahan bagian
belakang gigi tiruan atas dengan lidah ketika hampir jatuh.
- Pada gambar ini, ketika pasien menggigit makanan dengan gigi depan akan timbul tekanan
gigi depan yg mengakibatkan bagian belakang posterior RA sedikit bergerak, ketika ini
terjadi otomatis lidah menahan bagian atas.

DESAIN POLISH SURFACE DAN LENGKUNG GIGI KURANG TEPAT

OPTIMALISASI ADHESI - KOHESI

 PENGAP PERIFER

104
 POSTDAM (posterior palatal seal/border)
- Bendungan di depan vibrating line yang menghubungkan antara kedua hamular notch
- Post dam di buat berbentuk bead / alur dengan lebar : 2 mm dan kedalaman 1-1,5 mm
- Mencegah udara masuk ke dalam palatum  vaccum area

LETAK POSTDAM

PROSEDUR PEMBUATAN
a. Tandai hamular notch kanan dan kiri dengan pensil tinta (indelible pencil)
b. Pasien diminta mengucapkan “AH”  Ah Line  tanda klinis fovea palatina
c. Hubungkan ah line dengan hamular notch
d. Masukkan cetakan kembali ke mulut

Note :
- Vibrating line adalah garis getar, akan terbentuk garis batas antara mukosa palatum molle
dan durum, bisa dilihat ketika pasien mengatakan “ah” dan melewati fovea palatina, postdam
dibuat sekitar itu.
- Cara paling tepat untuk menggambar vibrating line adalah pasien diminta mengucap ah
kemudian operator menggambar garis tersebut langsung di mulut pasien dengan indelible
pencil. Kemudian misal cetakan dibuat dari alginat, diletakkan kembali ke mulut pasien
sehingga bekas pensil bisa nempel di alginat, setelah itu baru diisi gips. Harapannya sisa
indelible pencil akan menempel pada gips.
- Vaccum area: area yg sama sekala tidak ada udara, sehingga retensi lebih kuat

PEMBUATAN POST DAM DI MODEL KERJA

- Daerah permukaan cetakan semakin luas basis gigi tiruan


Semakin besar retensi yang didapatkan
- Kecermatan cekatan fitting surface
Semakin tipis film saliva diantara gigi tiruan dan mukosa, semakin besar retensinya

105
MULTIFAKTOR RETENSI GTL

BITE RIM (TANGGUL GIGITAN)


- Fungsi dari bite rim adalah untuk :
a. Menentukan dimensi vertical
b. Mendapatkan dukungan otot-otot pipi dan bibir dari pasien

- UKURAN :
a. Dibentuk tapal kuda dengan tebal 10 -12 mm.
b. Bagian posterior lebar 6 mm, anterior lebar 4 mm

RECORD BLOCK

Note :
- Record block merupakan kesatuan antara bite rim dengan base plate
- Bite rim dibuat sebagai tempat untuk gigi geligi oleh karena itu, bite rim harus dibuat
dengan ukuran seperti ukuran giginya, posisi dan letak seperti posisi dan letak giginya.
- Bite rim anterior dan posterior berbeda, karena menyesuaikan ukuran gigi pada umumnya,
posterior pasti lebih lebar. Tinggi bite rim di anterior lebih panjang dari posterior.
- Letak bite rim menyesuaikan letak dari otot2 di pasien, misal bite rim diletakkan di depan
tapi profil pasien terdorong makin maju, perlu dikurangi.

PENENTUAN HUBUNGAN MAKSILA- MANDIBULA


- Penentuan kesejajaran record blok maksila
- Penentuan vertikal dimensi dan sentrik oklusi
- Penentuan relasi sentrik

106
Note :
- Untuk menentukan hubungan maxilla dan mandibulla dalam kedokteran gigi dikenal dengan
nama maxillomandibular relationship (MMR).
- Penentuan hubungan dilakukan langsung di pasien. Setelah memasang bite rim dilanjutkan
dengan tahapan MMR ke pasien, setelah itu pasang di artikulator
- Tahapan MMR dimulai dengan penentuan oklusal bite rim RA, lalu menentukan garis2
penting, setelah itu fiksasi, kemudian ditanam di artikulator

PENENTUAN KESEJAJARAN RECORD BLOK RA,


- Membuat garis camper :
a. Buat garis dari sudut mata ke meatus acusticus externus, lalu ukur 13 mm dari meatus
acusticus externus ke sudut mata, perpotongan garis ini merupakan rotation center
b. Buat tali dari titik rotation center ke ala nasi
c. Garis camper  garis yang berjalan dari ala nasi sampai rotation center/tragus.

Rotation Center Garis Camper


Note :
- Ala : sayap, nasi : hidung. Letak sayap pasti di samping. Ala nasi : disamping hidung.
- Garis camper tidak menghubungan antara tragus kanan dan tragus kiri, bukan juga rotation
center dengan spina nasalis anterior

KESEJAJARAN RECORD BLOCK RA


1. Bite rim anterior harus sejajar dengan garis pupil (garis yang menghubungkan kedua pupil)
2. Bite rim posterior sejajar dengan garis camper
3. Bite rim RA harus kelihatan kira-kira 2 mm dibawah garis bibir saat rest position.

Alat bantu ukur : Occlusal Guide Plane

107
Note :
‐ Setelah membuat garis camper dengan bantuan tali/benang, kemudian record blok
dimasukkan ke RA. Karena bite rim ada dalam mulut dan garis ada di luar mulut, kita tidak
tau apakah oklusal bite rimnya sejajar atau tidak dengan garis yg dibuat, sehingga butuh alat
bantu yaitu occlusal guide plane. Bentuknya lempeng seperti huruf W atau M terbalik, bagian
tengah akan masuk ke dalam mulut dan bagian samping di luar, bagian luar yg sejajar dengan
bagian dalam akan bisa merefleksikan bagaimana posisi di bagian dalam (bite rim atas harus
sejajar dengan occlusal guide plane).
‐ Bite rim harus kelihatan kira-kira 2 mm di bawah garis bibir berfungsinya untuk estetika.

PENGEPASAN RECORD BLOCK


1. Bidang oklusal bite rim rahang atas harus menempel seluruhnya dengan oklusal guide plane
2. Pandangan dari samping pasien, oklusal guide plane harus sejajar dengan garis camper.
3. Pandangan dari anterior, oklusal guide plane harus sejajar dengan garis inter pupil.

KESEJAJARAN RECORD BLOCK RA TAMPAK DEPAN

KESEJAJARAN RECORD BLOCK RA TAMPAK SAMPING


Note :
- Pada gambar tampak anterior dilihat dari depan apakah garis occlusal bite plane sejajar
dengan garis interpupil. Bila tidak sejajar, yg dibetulkan bite rimnya, misal miring, bite rim
di manipulasi bisa ditambah atau dikurangi bukan mengubah garis.

108
VERTIKAL DIMENSI
- Hubungan vertikal antar maksila – mandibula, merupakan besarnya jarak antara maksila dan
mandibula dari arah vertikal dalam kondisi tertentu
- Macam VD : VD OKLUSI , VD ISTIRAHAT (REST POSITION)
- Edentolous total  kehilangan dimensi vertikal oklusi
- VDO : Vertikal dimensi saat oklusi sentrik
- VDO : ditentukan oleh gigi asli ketika masih ada dan beroklusi
- VDRP : Vertikal dimensi saat posisi mandibula istirahat
- VDRP : ditentukan oleh otot-otot dan gaya gravitasi , otot penutup dan pembuka rahang dalam
keadaan kontraksi tonik minimal  Postural Jaw Position

- Selisih jarak VDRP – VDO : jarak antar oklusal (free way space)  jarak antara gigi atas dan
bawah ketika mandibula dalam kedudukan istirahat fisiologis
- Besar free way space : 2 – 4 mm
- Manfaat FWS : melindungi jaringan periodontal ( mencegah nyeri dan kerusakan alveolar/
resorpsi), mencegah bunyi gigi, Space For Speech

Referensi
 GELIGI TIRUAN LENGKAP, drg. Itjingningsih W.H, EGC
 PERAWATAN PROSTODONTIK BAGIANI PASIEN TAK BERGIGI
 EDISI III, R.M Basker, J.C Davenport, H.R Tomlin, EGC
 BUKU AJAR PROSTODONTI UNTUK PASIEN TAK BERGIGI MENURUT BOUCHER
EDISI 10, G.A Zarb, C.L Bolender, J.C Hickey, G.E Carlsson, EGC

109
110
KONSTRUKSI DAN VERTIKAL DIMENSI GIGI TIRUAN
LENGKAP PART II
Oleh: drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros
Editor: Widha Rachmada

VERTIKAL DIMENSI
 Merupakan tinggi wajah yang diukur dari titik tertentu yang ada di cranium dan satu titik di
mandibulla
 Tinggi wajah ada 2 yaitu tinggi wajah saat oklusi (Vertikal Dimensi Oklusi) dan tinggi wajah
ketika mandibulla dalam kondisi relaks atau relaksasi (Vertikal Dimensi Restposisi). Kedua
vertikal dimensi tersebut dimiliki oleh orang yang masih memiliki gigi, pada orang yang
kehilangan gigi maka ia akan kehilangan vertikal dimensi oklusi.
 Panjang VDR > VDO, selisih diantara keduanya disebut dengan Free Way Space
 Orang yang tidak punya gigi tetap mempunyai free way space tetapi jauh dari normal, normal
free way space 2-4 mm
 Manfaat free way space adalah untuk melindungi jaringan periodontal, saat mengunyah
makanan dengan adanya free way space maka ada jarak untuk menampung tekanan gigitan ke
gigi sehingga saat menggigit tekanan gigitan tidak langsung menghantam ke akar dan ligament
periodontal. Selain itu juga untuk mencegah bunyi gigi (horse shoe sound), sebagai space for
speech (co: untuk bersiul, pengucapan huruf-huruf tertentu

METODE PENENTUAN VERTIKAL DIMENSI


1. CATATAN PRA EKSTRAKSI
2. LEONARDO DA VINCI (facial measurement)
3. WILLIS (sering digunakan)
4. NISWONGER
5. FISIOLOGIS
6. FONASI

Monalisa dinilai memiliki gambaran wajah manusia yang paling sempurna secara tinggi wajah
yang mana dari Nation ke Subnation, Subnation ke Gnathion tingginya sama (cek lagi ya gais agak
ga kedengeran soalnya  maaf). Cara yang lain bisa menggunakan panjang telinga yangmana
panjang telinga sama dengan panjang dari 1/3 wajah. Telapak tangan jika diukur panjangnya sama
dengan dagu ke ubun-ubun (seperti gambar). Pengukuran tersebut jarang digunakan secara klinis.

111
 WILLIS (yang sering digunakan di klinis)
a. Pasien diminta untuk menggigit bite rim yang telah disiapkan pada rahang atas dan rahang
bawah.
b. Dimensi vertical diukur dengan cara mengukur jarak pupil dengan sudut mulut (PM) sama
dengan jarak dasar hidung dengan dasar dagu (HD).
c. Pada posisi istirahat, PM = HD.
d. bila belum sama maka bite rim RB yang dikurangi, dan bila sudah sama maka sudah
didapatkan vertikal dimensi rest posisi.
e. Selanjutnya menentukan Free Way Space

112
 Niswonger two dot technique

- Menggunakan 2 titik yang ditentukan sendiri, yang mana 1 titik di cranium dan 1 titik di
mandibulla kemudian posisi restposisi diukur panjangnya  masukan bite rim  diukur lagi
panjangnya (dilihat panjangnya sama atau tidak)  bila tidak sama maka tinggi bite rim
dikurangi

- Prosedur: Tentukan 2 titik di cranium dan di mandibulla, intrusikan pasien untuk mengucapkan
huruf M secara berulang-ulang untuk mendapat posisi rest posisi  diukur panjangnya 
didapat hasil panjang saat rest posisi  masukan record block atas dan bawah  diukur
kembali titik yang awal tadi  apabila sudah sama maka sudah tepat bite rimnya, tapi kalau
tidak sama maka manipulasi bite rimnya.

PENENTUAN FREE WAY SPACE


a. FWS merupakan ruang di antara VDRP (Vertikal Dimensi Rest Posisition) dan VDO
b. Rumus : VDO = VDRP –FWS
c. Besar FWS : 2-4 mm
d. Setelah VDRP didapatkan  pengurangan bite rim RB  FWS (2-4 mm)
e. Pengecekan FWS :
o pengucapan huruf (space for speech)
o kemampuan menelan

Prosedur Secara Klinis :


- Setelah bite rim RA dan RB sudah sesuai setelah pengukuran willis, dilanjutkan dengan
penentuan Free Way Space
- Free Way Space normalnya 2-4 mm (penentuan FWS dilakukan dengan cara coba2)
- (misal kita coba FWS 2mm) maka bite rim RB dikurangi lagi 2 mm
- Lalu apakah benar FWS yang dibutuhkan pasien 2mm ? maka dari itu perlu di cek dengan cara
pasien di instruksikan umtuk mengucapkan huruf S dan menelan. Apabila pengucapan S tidak
sempurna maka terdapat beberapa kemungkinan seperti FWS kurang, bite rim terlalu tebal
(dilihat dari aspek oklusal), basis plat yang terlalu tebal.

113
KEGAGALAN PENENTUAN VD
Ketika diakhir perawatan (gigi tiruan sudah jadi) bisa dilihat kegagalannya berupa:

 VD TERLALU TINGGI :
a. GTL tidak stabil  jarak oklusal dan ridge terlalu jauh
b. Tidak enak dipakai  otot lelah
c. Profil jelek (wajah terlihat panjang)  otot tegang, bibir tidak menutup
d. Horse shoe sound
e. Gangguan sendi rahang
f. Perlukaan jaringan, resorpsi tulang

 VD TERLALU RENDAH :
a. Inefisiensi pengunyahan  kekuatan gigit berkurang (ketika VD rendah, sudah saatnya
gigi berkontak tetapi gigi blm kontak
b. Wajah terlihat tua
c. Bibir terlihat tipis, gigi tidak terlihat
d. Pipi dan bibir tergigit  tonus otot kurang
e. Gangguan fonetik  pengucapan “s”
f. Sudut mulut turun dan melipat angular cheilitis
g. Rongga mulut sempit  lidah terdesak ke arah larynx/pharynx  mengganggu tuba
eustachii gangguan telinga
h. Costen syndrome  tuli ringan, pusing, tinitus, sakit sendi TMJ
i. gejala : lidah spt terbakar, mulut terasa kering, sakit kepala (temporalis), sakit tenggorokan

114
RELASI SENTRIS
 Relasi (hubungan) RB terhadap RA secara horizontal pada waktu condyleberada pada posisi
paling posterior dalam fossa glenoidea, tanpa mengurangi kebebasannya untuk bergerak ke
lateral
 Relasi Sentris  hubungan maksila-mandibular secarahorisontal
 Kontak maksimal gigi-gigi RA –RB dalam kondisi relasi sentris  oklusi sentris
 Pasien yang sudah kehilangan gigi maka akan kehilangan relasi sentrisnya (hubungan RA dan
RB), biasanya RB akan lebih protusif

POSISI RELASI SENTRIS

Penentuan relasi sentrik dapat dengan2 cara yaitu:


a. Dengan menengadahkan kepala pasien  prosesus condyloideus akan tertarik keposisi
paling posterior pada fossa glenoidea karena tarikan dari otot.
b. Pasien diinstruksikan menelan ludah berulang-ulang sampai ditemukan relasi sentrik yang
diinginkan menetap

Cara memundurkan mandibula ke relasi sentrik


a. Cara aktif  pasien aktif memundurkan mandibula mengikuti instruksi
b. Cara pasif pasien rileks, dokter gigi membimbing/mendorong dagu ke posisi mundur

Prosedur secara klinis (penjelasam drg fahmi):


- Pasien menggunakan record block
- Pasien diminta untuk menengadah
- Pasien diminta untuk mengunyah  untuk merelaksasi otot
- Pasien diminta untuk menelan ludah (kondilus terdorong ke posterior)
- Dicatat atau ditandai posisi relasi sentrisnya (pada bite rim  dengan cara fiksasi)
Fiksasi ada 2 cara yaitu double v grove dan dapat menggunakan klip
o Klip yang dipanaskan dan ditempelkan di record block  record block
dikeluarkan secara bersama2 dari rongga mulut

115
o Tahapan double v grove: buat segitiga pada bite rim RA di area P  tandai kaki
segitiga yang sudah digambar di RA di bite rim RB  bite rim dikeluarkan dr
rongga mulut  bagian segitiganya RA di keluarkan sehingga menyisakan
ruang kosong berbentuk segitiga  bagian bite rim RB yang sudah ditandai
tadi dikurangi sekitar 2mm dan pada bagian sisi sampingnya dan dikeluarkan
dari bite rim (lihat lagi video kuliah drg Fahmi)  olesi vaseline pada
permukaan oklusal bite rim RA  masukan record block ke mulut  ambil
malam merah lalu dibulatkan kira2 sebesar ruang segitiga yang terbentuk dan
dimasukann dalam ruang segitiga tsb  dan akan terbentuk kunci atau
terfiksasi  sehingga saat pengeluaran record block bisa satu persatu.
FIKSASI
 Merupakan kunci bite rim RA dan RB, sebelum ditanam pada artikulator
 Dilakukan setelah didapatkan relasi sentrik
 Dilakukan dengan 2 cara, menggunakan double V groove, atau menggunakan klip

Tahapan double V groove :


1. Gambar 2 buah segitiga pada bite rim RA di regio P1 dan M1
2. Tandai bite rim RB tepat di kaki segitiga
3. Potong bite rim RA tepat di gambar segitiga, lalu ulas vaseline
4. Kurangi bite rim RB sepanjang dasar segitiga tadi, dengan kedalaman 2 mm, dan diperlebar
ke mesial dan distal 2 mm
5. Masukkan record block RA ke dalam mulut
6. Letakkan malam lunak di bite rim RB tepat di cekungan tadi, lalu masukkan ke dalam
mulut
7. Minta pasien kembali ke relasi sentris  tunggu setting

PENENTUAN GARIS UTAMA LENGKUNG GIGI


 MIDLINE: untuk memposisikan mesial gigi I1 atas kanan dan kiri
Median line dari pasien diambil sebagai terusan dari tengah lekukan bibir atas (philtrum)

 GARIS KANINUS: untuk meletakan 1/3 distal gigi kaninus


Yaitu tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest posisi atau di bawah ala nasi saat
tersenyum

 GARIS KETAWA: untuk menentukan tinggi gigi yang akan digunakan/ batas
servikal dari gigi
Diambil saat psien tertawa, tepat dibawah lekukan bibir atas (saat tertawa gusi tidak terlihat)

116
STABILITAS GTL
GTL Stabil  hanya sedikit bergerak terhadap tulang dibawahnya selama berfungsi

PENYEBAB KETIDAKSTABILAN
 KETIDAKSEIMBANGAN OKLUSI

Susunan gigi yang disusun tidak harmonis, atau ada gigi yang premature kontak

 MAKANAN

Makanan yang dimakan terlalu lengket

117
 AKSI OTOT

Contohnya untuk gigi anterior pemasangannya terlalu ke anterior

GRAVITASI
Gtl rahang atas dibuat seringan mungkin. Bila alveolar ridge rahang bawah tipis/pendek, perlu
ditambahkan pemberat

KEGAGALAN GTL

 KONDISI FITTING SURFACE


Kondisi fitting surface ada yang tajam,
porus.

 RASA INGIN MUNTAH

Plat basis bagian posterior terlalu panjang

118
 GANGGUAN PENGUCAPAN

Posisi gigi yang dipasang kurang baik, plat bagian palatal terlalu tebal, gigi RB terlalu ke lingual
menyebabkan pergerakan lidah terganggu

119
PRINSIP DASAR DAN DESAIN GIGI TIRUAN SEBAGIAN
LEPASAN (GTSL)
Oleh : drg.Fahmi Yunisa, Sp.Pros
Editor : Affina Noor Rasyidya

Referensi buku untuk gts;


- Removeable Partial Prosthodontic by McCracken’s
- Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1
- Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 2

A. Prinsip Desain GTSL


1. Retensi : kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya-gaya pemindah yang cenderung
memindahkan protesa ke arah oklusal.
Ex : aktivitas otot-otot saat bicara, mastikasi, tertawa, menelan, batuk, bersin, makanan
lengmket, gravitasi untuk protesa RA.
 Pada GTSL yang berfungsi untuk retensi  lengan retentif ujung lengan ini
ditempatkan pada daerah gerong Pada saat gerakan pemindah bekerja, lengan
ini akan melawannya dan pada saat itu akan timbul gesekan dengan permukaan
gigi.
2. Dukugan (nb: penjelasan ada di Tahap III)
3. Estetis : Penampilan gigi tiruan yang baik kadang-kadang agak mengabaikan hygienis
dan retensi Pembuatan desain harus dipertimbangakan harus saling mendukung
 Gigi anterior  prosesus alveolaris cekung  estetis baik apabila diberi sayap
estetis baik tetapi akan membahayakan kesehatan ginggiva
 Pemberian cengkeram pada gigi anterior sebagai retensi estetis jelek 
dihilangkan retensi kurang  retensi dengan kaitan presisi
4. Kenyamanan : Kenyamanan kadang-kadang merupakan ukuran dari adaptasi pasien
bukan kualitas desain  Menurut pasien nyaman  retensi kecil  Desain yang baik
membantu mempertahankan jaringan yang tersisa dan membuat pasien merasa lebih
enak memerlukan retensi cukup  Bahan juga mempengaruhi kenyamanan pasien
yang berhubungan dengan adaptasi jaringan peridonsium
5. Oklusi : Gigi artifisial sebaiknya dipilih yang besarnya sesuai dengan gigi aslinya 
terutama pada kasus gigi tiruan dukungan gigi Kerugian gigi yang lebih kecil: 1.
Efisiensi mastikasi kurang 2. Partikel makanan menempel pada gigi asli Pada kasus
dukungan kombinasi pada ujung bebas gigi dapat lebih kecil arah mesial distal
Keuntungan: 1. Membatasi beban mastikasi 2. Mengurangi tekanan yang dihasilkan
oleh otot mastikasi
6. Biaya dan Masalah teknis : Biaya  pilihan bahan klinis dan laboratoris yg digunakan
utk pembuatan GTSLdesain Kesalahan teknis  dapat dihindari bila semua individu
yg terlibat dlm perawatan pasien menyadari kemungkinan kesalahan dan dpt
berkomunikasi scr baik.

B. Tahap Desain GTSL


1. Tahap I: Menentukan kelas dari masing masing daerah tak bergigi(Sadel)
Terdapat klasifikasi menurut Kennedy dan Applegate-Kennedy. Perbedaannya
klasifikasi Kennedy hanya ada 4 klas sedangkan Applegate 6 klas. Penulisannya antara
kedua klasifikasi tersebut beda (di kuliah ini tdk dibahas). Kennedy hanya memotret

120
hanya daerah kehilangan gigi nya saja, sedangkan Applegate menambahkan kondisi
gigi lainnya yang menjadi pegangan/ daerah pendukung.
Nb : di kuliah ini hanya dibahas mengenai klasifikasi Applegate.

Menurut Klasifikasi Applegate – (modifikasi) Kennedy daerah tak bergigi (DTG) dapat
dibagi atas enam kelas dengan masing-masing indikasi protesanya (IP) yaitu :

a. KELAS I DTG : Berupa sadel berujung bebas


(free end) pada kedua sisi.
IP : GTSL, desain dua sisi (bilateral) dan dengan
perluasan basis ke distal.
Nb :Perluasan basis ke distal bertujuan untuk
menyebarkan tekanan yang diterima mukosa.
Supaya mukosa tidak sakit.

b. KELAS II DTG : Berupa sadel berujung bebas


(free end) satu sisi.
IP : GTSL, desain dua sisi dan dengan perluasan
basis ke distal.
Nb :Perluasan basis ke distal bertujuan untuk
menyebarkan tekanan yang diterima mukosa.
Supaya mukosa tidak sakit.

c. KELAS III DTG : Berupa sadel tertutup


(paradental), kedua gigi tetangganya kuat tetapi
tidak mampu memberikan dukungan (support)
sepenuhnya.
IP : GTSL, desain dua sisi

d. DTG : Berupa sadel tertutup (paradental) dan


melewati garis tengah.
IP : Gigi Tiruan cekat atau GTSL desain dua sisi.

e. KELAS V DTG : Berupa sadel tertutup dan gigi


tetangga bagian depan tidak kuat menerima
dukungan. IP : GTSL desain dua sisi.

f. KELAS VI DTG : Berupa sadel tertutup dan


kedua gigi tetangganya kuat.
IP : Gigi Tiruan cekat atau GTSL desain satu sisi

121
2. Tahap II: Menentukan macam dukungan dari setiap sadel.
 Bentuk daerah tak bergigi / sadel :
 Daerah tertutup (paradental)
 Daerah berujung bebas (free end)

 Dukungan : Kemampuan jaringan untuk menerima dan menyalurkan beban


pengunyahan. Desain gigi tiruan harus dapat mendistribusikan beban
pengunyahan dan oklusal ke gigi yang masih ada dan berakhir pada prosesus
alveolaris. Sehingga stuktur ini tidak akan mengalami kerusakan.

 Faktor yang harus dipertimbangkan untuk memperoleh dukungan GTSL :


• Keadaan jaringan pedukung
• Panjang sadel, misl bonded sadel pendek, bisa pakai dukugan gigi saja.
Tapi kalau bonded sadel panjang pakai dukungan kombinasi.
• Jumlah sadel
• Keadaan prosesus alveolaris

 Jenis dukungan gigi tiruan:


 Gigi tiruan dukungan gigi. Seluruh dukungan dari gigi. Dengan syarat :
- Gigi kuat
- Jaringan pendukung gigi sehat
- Gigi tidak malposisi
- Gigi sehat tidak nekrosis

 Gigi tiruan dukungan mukosa. Semua didukung oleh mukosa dan prosesus
alveolaris dibawahnya

 Gigi tiruan dukungan kombinasi gigi dan mukosa, sebagian didukung oleh
gigi sebagian didukung oleh mukosa.

Dukungan utama yang sangta direkomendasikan adalah dukungan gigi.

Gbr 1.Dukungan gigi Gbr 2. Dukungan Mukosa Gbr 3.Kombinasi

3. Tahap III: Menentukan macam penahan.


Penahan(Retainer) adalah bagian GTSL yang berfungsi memberikan retensi sehingga
dapat melawan gaya-gaya pemindah yang cenderung memindahkan protesa ke arah
oklusal, contoh ketika mengunyah. Terdapat 2 penahan :

122
Penahan tidak langsung (Indirect Retainer)
bekerja dengan memberikan retensi pada
sisi berlawanan pada garis fulkrum dimana
gaya tsb bekerja, penahan ini bekerja pada
basis GTSL. Mencegah gtsl lepas arah
vertical secara tdk langsung.
Biasanya digunakan pada kasus free end.

Penahan langsung (Direct Retainer) berkontak langsung dengan gigi


penyangga. Bekerja secara langsung menahan agar gigi tiruan tidak lepas.
Ex : cengkram/klamer, kaitan presisi

Bagian cengkram yang ideal ada 3 :


Lengan retensi, ada di bagian bukal dimana ujung cengkram ada di daera undercut.
Besar retensi bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, contoh bila retensi diletakkan di
atas garis survey retensinya 0, tapi bila diletakkan di daerah undercut bisa 1-10
tergantung dari hal hal ini :
o Semakin dalam di daerah undercut, retensinya semakin besar.
o Kekakuan bahan / rigiditas / elastisitas, semakin kaku maka semakin tidak
mudah lepas. Dilihat dari modulus elastisitas(tingkat kekakuan), semakin
nilainya tinggi semakin kaku sehingga lebih retensi. 5
o Panjang cengkram. Ujung cengkram yang ada di daerah undercut panjangnya
seberapa. Semakin panjang cengkram maka semakin elastis, semakin pendek
cengkram maka semakin kaku. Jadi cara memperkuat retensi adalah dengan
memperpendek lengan cengkram. Cengkram logam hanya ada di kedalaman
undercut berada di kedalaman 0,25mm, namun jika cengkram kawat dapat
diletakkan di daerah servikal, karena lebih lentur.

Nb : ketika mendesain cengkram, kita tdk hanya memikirkan besar kekuatan


retensinya, karena semakin besar retensi maka gaya yg timbul pada gigi pegangan
tsb juga akan semakin besar, yang apabila tidak diperhitungkan dapat menekan
dan merusak ligamen periodontal pada gigi pengangan tsb.

- Bagian stabilisasi/ lengan pengimbang, ada di bagian palatal atau lingual


dan letaknya ada di atas garis survey. Garis survey : garis yang menandai
kontur terbesar gigi yang didapat melalui proses survey. Cara kerja lengan
pengimbang di bagian lingual. Tugas lengan pengimbang adalah untuk
menahan pergerakan gigi ketika lengan retentif bekerja.
- Bagian sandaran/rest, ada dibagian oklusal. Fungsi sandaran utama yaitu
untuk menyalurkan tekanan yang diterima anasir ke gigi penyangga.
Sedangkan sandaran yang lain berfungsi untuk menahan gigi tiruan supaya
tidak terdorong ke servikal. Sandaran oklusal tidak begitu saja diletakkan di

123
oklusal, tapi diletakkan di daerah dudukan sandaran (Rest Seat) dengan
pembuatan preparasi, supaya tidak terjadi traumatik oklusi dari gigi
antagonisnya. Besar sandaran menyesuaikan dengan bahan yang
digunakan.

Macam-Macam Cengkram :
1. Cengkram Kawat
 Cengkram kawat Oklusal(sirkumferensial)
o Cengkram tiga jari : Berbentuk seperti Akers Clasp, cengkeram ini dibentuk
dengan jalan menyoldir lengan-lengan kawat pada sandaran atau
menanamnya ke dalam basis.

o Cengkram dua jari : Berbentuk sama seperti Akers Clasp tetapi tanpa
sandaran

o Cengkram Jackson : cengkeram ini merupakan Penahan Langsung


Ortodontik.

o Cengkram setengah Jackson : disebut pula Cengkeram Satu Jari atau


Cengkeram C

o Cengkram panah (Arrow Crib) : berbentuk anak panah yang ditempatkan


pada interdental gigi  gigi anak-anak dimana retensi kurang. cengkeram
ini digunakan untuk protesa sementara selama masa pertumbuhan.

124
 Cengkram kawat Gingival
a) Cengkram Meacock  Spoon denture anak
b) Cengkram Panah anker
c) Cengkram Penahan Bola
d) Cengkram C

Keuntungan cengkram kawat :


- lentur (torsi pada gigi penyangga kecil)
- retensi dapat disesuaikan dengan kebutuhan
- Estetik baik
- Pembuatan mudah
- Indikasi pemakaian yang luas

Kerugian cengkram kawat :


- Mudah terjadi distorsi dan mudah patah
- Lengan kawat yg lentur kurang utk menahan gaya oklusal dan horizontal.

2. Cengkram tuang
 Cengkram Tuang Oklusal
o Cengkram akers
- Sandaran oklusal mencegah
pergerakan geligi tiruan kearah
gingiva.
- Bagian pengimbang
menahan pergerakan
horisontal.
- Lengan retentive mencegah
pergerakan vertikal ke arah
oklusal.
- Gigi Molar dan Premolar bila gigi tidak miring, estetik tidak penting
dan letak gerong retentif jauh dari daerah tak bergigi.

125
- cengkram kail ikan
Modifikasi Cengkeram Akers satu atau kedua lengannya diputar
membalik untuk menempati gerong retentif dekat daerah tak bergigi.

 Cengkram Mengarah ke Belakang


Gigi posterior dengan retensi sedikit,
dengan memanfaatkan gerong retentif
pada bagian distal dan mesiobukal,
seperti pada Molar atas. b. Konektor
minor cengkeram ini ditempatkan pada
permukaan mesiopalatal dengan
sandaran di bagian distal.

3. Cengkram Caninus
Sandaran diletakkan pada bagian mesioinsisal. Konektor minornya berjalan ke
bawah dari sisi mesiolingual, sedangkan lengannya dari singulum ke arah distal
lalu membelok ke bukal dan berakhir pada gerong mesiolabial

4. Cengkram akers ganda


Pada sisi rahang yang tidak kehilangan gigi, misalnya pada Kasus Kelas II
Kennedy tanpa modifikasi, serta berdesain bilateral. Cengkeram ini terdiri dari dua
buah cengkeram Akers yang bersatu; dengan demikian mempunyai dua lengan
bukal, dua lengan lingual dan dua sandaran oklusal.

5. Tahap IV: Menentukan Jenis mayor konektor.


Gigi Tiruan Resin Akrilik  Plat Protesa Gigi tiruan kerangka logam:
RA: Plat palata, Batang palatal Antero posterior/Ganda, Batang palatal tunggal,
Plat palatal bentuk U
RB : Plat lingual, Batang lingual tunggal, Batang lingual ganda, Batang labial

126
Bagian ini tidak dijelaskan di kuliah :

127
128
129
PROSEDUR PEMBUATAN DAN PEMASANGAN GTC – Part 1
Oleh : drg. Fahmi Yunisa, Sp. Pros
Editor : Novia Silla Wardani

MACAM-MACAM RESTORASI :
1. ALL CERAMIC
 KAREAKTERISTIK :
a. Tidak dilapisi logam (tidak ada logam) transmisi cahaya baik  mirip warna gigi asli
 sangat estetis
b. Tidak dilapisi logam  lebih konservatif di labial/bukal 1-1,5 mm
c. Tidak dilapisi logam kekuatan berkurang  mudah pecah
d. Pengurangan lebih banyak di proksimal-lingual / palatal
e. Kurang baik sebagai GTC posterior, karena sifatnya mudah pecah.

Catatan :
 All ceramic lebih konservatif dibandingkan dengan metal ceramic.
 Sekarang ini dengan berkembangnya bahan gigi tiruan maka all ceramic dibagian
posterior sudah memungkinkan atau bisa digunakan tetapi tergantung dari bahannya.

 INDIKASI :
 Kebutuhan estetik yang tinggi, tidak dapat direstorasi dengan restorasi yang lain.
 Gigi dengan karies di bagian proksimal atau facial
 Kontak area harus terdukung struktur gigi

 KONTRAINDIKASI :
 Dapat direstorasi dengan restorasi lain
 Adanya beban oklusi tinggi
 Tidak membutuhkan estetika
 Dimensi labio lingual tipis
 Gigi dengan pulpa lebar  remaja

130
Catatan (gambar di atas) :
 Ketebalan dibagian bukal/labial, lingual, mesial, distal, dan proksimal, semuanya sama
yaitu 1 mm (minimal) dengan margin yang shoulder.
 Bagian oklusal/insisal 1,5 mm , all porcelen ini harus dengan ketebalan minimal agar
tidak mudah pecah.

131
Catatan (gambar di atas) :
 Bur yangbanyak digunakan adalah Bur Tapered diamond dengan ujung datar atau
bulat.
 Bur Tapered and Football Shaped digunakan untuk mengurangi bagian lingual pada
gigi insisivus.

2. METAL CERAMIC
 KARAKTERISTIK :
a. Restorasi dengan substruktur / koping logam , yang dilapisi porcelain  kombinasi
kekuatan dan estetika
b. Pengurangan gigi harus adekuat  penutupan logam oleh porcelain
c. Margin restorasi anterior di subgingiva (bagian anterior)  estetika, potensi periodontal
disease
d. Akurasi penentuan warna sulit, dibandingkan dengan all ceramic.

Catatan :
 Bagian dalam restorasi metal ceramic adalah logam (yang bersentuhan dengan gigi)
dan dilapisi oleh porcelen.
 Pengurangan gigi untuk metal ceramic harus cukup, karena ada ketebalan metal (tipis)
dan ketebalan porcelen (tebal, karena porcelen transparan). Jika porcelen tidak tebal,
maka akan terlihat bayangan hitam dari logamnya.
 Preparasi harus shoulder

 INDIKASI :
 Gigi yang membutuhkan perbaikan estetik
 Gigi dengan kerusakan besar, karena karies, trauma, tumpatan yang sudah lama
 Gigi yang membutuhkan kekuatan

132
 Gigi dengan malposisi ringan
 KONTRAINDIKASI :
 Gigi dengan penyakit periodontal
 Gigi dengan karies aktif
 Pasien usia muda  kamar pulpa
 Gigi yg masih dapat direstorasi lain
 Ruang edentolous yang panjang

Catatan (gambar di atas) :


 Warna Cream : gigi, Orange : logam, Biru : porcelen.
 Bgian labial ketebalan porcelen minimal 1,2 mm dan ketebalan logam 0,3 mm.
 Bagian lingual ketebalan minimal 1 mm.
 Bagian oklusal/insisal ketebalan 1,5 mm.
 Bagian bukal preparasi shoulder dan lingual preparasi chamfer.
 Bagian lingual semuanya dilapisi logam, karena bagian itu tidak terlihat. Namun, pada
kenyataannya di Indonesia seluruh permukaan gigi di lapisi porcelen. Bukan seperti
digambar, sehingga itu membuat preparasi menjadi banyak.

 TAHAPAN PREPARASI :
1) Guiding Grooves adalah panduan dari preparasi, supaya hasil preparasi mempunyai
ketebalan yang sama besar.
a. Kedalaman bagian labial / bukal : 1,3 mm
b. Kedalaman bagian insisal : 1,8 mm
c. Kedalaman bagian oklusal : 1,3 mm

133
Catatan (gambar di atas) :
 Cara membuat Guiding Grooves
a. Dibagian labial/bukal buatlah 3 buah Guiding Grooves menggunakan bur
dengan kedalaman yang sama
b. Gerakkan bur ke sisi kanan dan sisi kiri untuk menghubungkan Grooves
c. Dibagian oklusal/insisal 3 buah Guiding Grooves, kemudian dihubungkan
bagian Grooves agar mendapatkan ketebalan yang sama.

2) Incisal / Occlusal Reduction


a. Pengurangan insisal 2 mm  ketebalan material porcelain  translusensi
b. Pengurangan posterior 1,5 mm  tidak perlu estetika

3) Labial / Buccal Reduction


a. Pengurangan 1,2 mm –1,5 mm
b. Pengurangan struktur gigi di antara groove  finishing line

134
 Aspek periodontal  margin supragingival lebih baik
 Margin supragingival  low lip line, gigi posterior
 Margin subgingival  perlu retraksi gingiva  gingival cord

4) Proximal – Lingual Reduction


a. Pengurangan struktur gigi 0,5 mm  chamfer

5) Finishing :
a. Bagian margin harus halus dan kontinyu
b. Retraksi gingiva kadang dibutuhkan
c. Semua sudut ditumpulkan

135
3. PARTIAL CROWN
 KARAKTERISTIK :
a. Preparasi seluruh sisi gigi, kecuali bagian labial/bukal  konservatif terhadap gigi
b. Proximal box dan groove  mencegah perpindahan buko lingual
c. Gigi anterior  ketebalan harus cukup
d. Retaner untuk bridge pendek
e. Tidak untuk gigi pasca PSA

 KEUNTUNGAN :
 Konservatif thd struktur gigi

136
 Mengurangi resiko kerusakan pulpa dan periodonsium
 Pemilihan desain margin mudah  supragingival
 Kontrol sementasi mudah

 KEKURANGAN :
 Retensi – resistensi < complete crown (Jika tidak ada retensi, partial crown mudah
bergeser/bergerak).
 Preparasi lebih rumit  ketelitian arah masuk

 HUBUNGAN OKLUSAL

137
138
139
140
PROSEDUR PEMBUATAN DAN PEMASANGAN GTC – Part2
Oleh: drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros
Editor: Fatma Nur Aini
PENCETAKAN MODEL KERJA

Note:
Preparasi adalah dilakukan untuk menyiapkan ruangan yang akan diisi oleh mahkota GTC.
Bangunan mahkota GTC akan dibuat oleh lab. Ketika preparasi drg harus memastika bahwa hasil
preparasi bisa dikerjakan oleh lab. Lab bisa mengerjakan bangunan GTC jika ada media
pengantarnya yang berupa cetakan. Perawatan ini merupakan perawatan indireck restorasi, oleh
karena ini cetakan model kerja GTC atau crown harus bisa menduplikasi kondisi rongga mulut.
Hal yang harus diperhatikan dalam proses pencetakan adalah bagaimana tekniknya dan bahan yang
digunakan untuk bisa menggambarkan detail kondisi rongga mulut. Dalam prakteknya tidak bisa
menduplikasi tepat ukuran dengan rongga mulut karena bahan cetak bisa mengalami shrinkage
(walaupun nilainya sedikit). Dengan kemajuan teknologi sekarang dikenal teknologi CAD/CAM
dimana dalam mencetak gigi dan rongga mulut dilakukan dengan scan, harapannya hasil cetakan
bisa mempresentasikan ketinggan dan dimensi rongga mulut yang sangat detail dan persis.
Tantangan :
 Kelembaban  saliva, perdarahan
 Margin subgingival  tissue displacement
 Kontrol saliva  cotton roll
 Kontrol saliva sulit  medikasi antisialagogik  efek samping mulut kering

Tissue displacement : mekanis, kimiawi, pembedahan


 Mekanis : cord
 Kimiawi : aluminum sulfate, epinephrine
 Pembedahan : kuretase, eksisi, electrosurgery
Note: Salah satu tantangan dalam pencetakan adalah kelembaban rongga mulut karena selalu ada
saliva. Kemudian ada sisa-sisa preparasi yang kadang meninggalkan perdarahan pada daerah
margingingiva, hal tersebut dapat menghambat pencetakan karena bisa menyebabkan dimensi
hasil cetakan tidak valid. Dalam mengontrol saliva digunakan cutton roll, tetapi jika sang sulit
dilakukan biasanya dengan medikasi (jarang dilakukan).
Tissue displacement artinya kita membuka jaringan lunak agar jaringan yang tertutup dapat telihat.
Tissue displacement yang dilakukan dalam pencetakan bertujuan untuk meretrak margingingiva
supaya batas preparasi yang tertutup (preparasi subgingiva) bisa tercetak. Jika akhiran preparasi
yang dibuat adalah supragingiva maka tidak diperlukan tissue displacement. Terdapat tiga teknik
dalam tissue displacement yaitu mekanis, kimiawi dan pembedahan. Teknik yang biasanya
digunakan adalah teknik mekanis menggunakan cord karena teknik ini mudah dilakukan. Teknik

141
kimia dengan pemberian bahan kimia dengan harapan ketika gingiva diberi bahan kimia bisa
terretrak dengan sendirinya.
CORD

Note: gambar diatas merukapan gambar gingivar cord yang sering digunakan pada tissue
displacement.

Note: gambar diatas merupakan tahapan tissue displacement dengan teknik mekanis.
PASTE

Note:
Gambar diatas adalah produk yang digunakan untuk tissue displacement dengan pasta, contoh
pasta produk dari 3M. Pasta diinjeksikan ke sekeliling margingingiva  ditunggu beberapa saat
 gingiva terretraksi.

142
Note:
Gambar disamping adalah
tampilan 2 dimensi tissue
displacement yang menampilkan
margingingiva teretraksi
menampilkan daerah preparasi
subgingiva. Tujuannya agar
bahan cetak bisa masuk ke
subgingiva dan area itu dapat
tercetak dengan baik.

Note: pesan drg. Fahmi tabel diatas dipelajari mandiri. Kedua teknik diatas mempunyai
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Menurut drg. Fahmi teknik mekanis lebih mudah
diterapkan karena benang cord dapat dikontrol ketika masuk ke margingingiva, tetapi cord juga
mempunyai kekurangan yaitu ukurannya kadang tidak sesuai dengan margingingiva sehingga sulit
masuk.

143
Note: gambar diatas merupakan step tissue displacement menggunakan pasta. Pengerjaan
dilapangan kadang tidak seperti digambar. Step kedua kadang susah dilakukan karena gingiva
sulit dimasukkan tip. Teknik yang digunakan tergantung kenyamanan dan kebiasaan dari
operator. Teknik opsional menggabungkan keduanya agar mendapatkan hasil yang lebih
maksimail.
BAHAN CETAK :
a. Hidrokoloid reversibel
b. Polisulfide
c. Polyeter
d. Silikon kondensasi
e. Silikon tambahan (polyvinyl siloxane)
Note: Klasifikasi bahan cetak bisa berbeda disetiap textbook karena sudut pandang yang berbeda,
ada yang berdasarkan sifatnya dll. Dalam pencetakan restorasi indirect, bahan cetak yang sering
digunakan adalah hidrokoloid reversibel dan elastomer. Bahan cetak elastomer terdiri dari
polisulfide, silikon kondensasi, dan silikon tambahan (polyvinyl siloxane). Bahan silikon yang
luas digunakan di Indonesia adalah bahan silikon dengan reaksi tambahan. Sedangkan untuk jenis
hydrokoloid yang luas digunakan di Indonesia adalah hydrokoloid irreversibel bukan yang
reversibel, contohnya alginat.

144
Rangkuman dari bahan cetak. Hydrocoloid irreversibel mencetak dengan alginat direkomdasikan
hanya untuk mencetak diagnostic cast (model studi) tidak digunakan untuk mencetak model kerja.
Tabel diatas diambil dari textbook Contemporary Fixed Prostodontics .
drg Fahmi : silakan tabel diatas dipelajari dan dihafalkan siapatau dijadikan soal 

Note: polysulfide, polyether, condensation silicone, dan addition silicone untuk studi
model “No” karena harganya mahal dan terkesan mubadzir jika hanya dipakai untuk men
cetak studi model. Model studi tidak perlu sangat detail (sampai lekuk dibukal tercetak).

145
undercut

Note: undecut adalah daerah dibawah kontur terbesar gigi


TAHAPAN PENCETAKAN :
1) Try in sendok cetak di dalam mulut
Harus dilakukan untuk menyesuaikan dengan ukuran rongga mulut pasien, tujuannya agar
seluruh bagian dapat tercetak dengan baik khususnya bagian posterior.
2) Isolasi gigi dan tissue displacement (cord)
Tujuannya untuk meretraksi daerah yang akan dicetak
3) Manipulasi bahan cetak  tergantung instruksi pabrik
4) Cord dilepaskan, area pencetakan dikeringkan dengan semprotan udara
5) Masukkan sendok cetak + bahan cetak ke dalam mulut, tunggu sampai mengeras
6) Lepaskan, lalu evaluasi hasil

Note: pencetakan dengan elastomer mempunyai berbagai macam teknik tergantung bahan
cetaknya. Sediaan bahan cetak elastomer bisa dibagi menjadi dua yaitu putty dan wash. Wash

146
material sediaanya pasta. Putty material sediaanya lebih kaku/keras dari wash material. Bahan ini
dapat dimanipulasi dengan dua cara yaitu putty-wash one stage dan two stage.
Teknik one stage : artinya material diaplikasikan ke rongga mulut dalam sekali tahap.
Pertama, manipulasi putty. Putty mempunyai dua sediaan yaitu base dan katalis, lakukan
pencampuran kedua bahan itu. Manipulasi/pencampuran dilakukan dengan tangan kosong
menghindari handscoon lateks (dapat menghambat polimerisasi), kedua sediaan dicampur sampai
warnanya homogen kemudian letakkan disendok cetak. Siapkan wash material (ada dua sediaan
base dan katalis), digambar pada halaman sebelumnya dicontohkan wash material menggunakan
packingan dalam kapsul, ada beberapa jenis packing sediaan seperti kapsul, tube, dll. Sediaan tube
dicampur dengan spatula diatas paperpad. Setelah wash material homogen, sebagian kecil bahan
diletakkan ke area yang mau dicetak dan sisanya diletakkan di putty material di sendok cetak.
Kemudian lakukan pencetakan ke dalam rongga mulut dalam sekali kerja.
Ketika mencampur bahan putty dan wash harus dicampurkan dalam waktu yang bersamaan agar
tidak ada yang lebih cepat setting, biasanya pengerjaan dengan bahan cetak ini dilakukan dengan
asisten.
Teknik Two stage : material cetak diaplikasikan ke rongga mulut dalam dua tahap. Manupulasi
putty kemudian masukkan ke dalam rongga mulut pasien dengan sendok cetak. Kemudian
keluarkan. Bagian gigi yang akan dibuat GTC/Mahkota putty yang tercetak ‘dikerok’ hal ini
bertujuan sebagai tempat wash (dibuat pelegaan). Selanjutnya manipulasi wash material dan
masukkan kedalam sendok cetak, bagian rongga mulut juga diaplikasikan wash. Lakukan kembali
pencetakan rongga mulut pasien.

MAHKOTA SEMENTARA (INTERIM)


Fungsi Mahkota Sementara:
a) Melindungi pulpa
b) Mencegah perubahan posisi gigi
c) Menjaga hubungan oklusi
d) Mempertahankan fungsi
e) Menjaga estetika
Note: setelah dilakukan pencetakan, maka cetakan akan dikerjakan oleh lab dan membutuhkan
waktu. Sehingga gigi yang sudah dipreparasi membutuhkan mahkota sementara untuk
melindunginya. Ketika gigi sudah dipreparasi maka kontak gigi tersebut dengan gigi sebelahnya
akan hilang karena adanya celah. Adanya celah dapat menyebabkan pergeseran gigi, sehingga
memerlukan mahkota semntara untuk menghindari pergeseran.

147
Note:
Gambar atas kiri adalah contoh gigi yang
dipreparasi kemudian dibuatkan mahkota
sementara tetapi tidak adekuat sehingga
bagian tepi terbuka dan ada bagian yang
tajam. Gambar kanan bawah adalah contoh
gigi yang sudah dipreparasi namun pasien
tidak dibuatkan mahkota sementara sehingga
cenderung terjadi pergerakan gigi.

Note: gambar disamping (kiri atas) merupakan


gambar mahkota sementara yang tidak ideal
sehingga ada bagian yang pecah. Gambar kanan
bawah mahkota sementara terlalu longgar sehingga
rawan terjadi goyang/pergerakan

Note: mahkota sementara harus mempunyai


ketebalan dibagian proksimal supaya kuat
tetapi juga harus menghindari tekanan
gingiva agar tidak terjadi inflamasi. Tidak
boleh terlalu tipis atau tebal.

148
TEKNIK PEMBUATAN INTERIM :
1. Direct custom : sudah jadi
2. Indirect custom : beli custom kemudian dibikin terlebih dahulu, menyerupai gigi sebelumnya
3. Preformed (polycarbonate, cellulose acetate, aluminum, tin silver )
MATERIAL MAHKOTA INTERIM :
a) Manipulasi mudah : working time cukup, setting time cepat
b) Biokompatibel : nontoksik, nonalergik, noneksotermik
c) Dimensi stabil
d) Mudah dibentuk dan dipoles
e) Cukup kuat
f) Mudah diterima pasien : tidak bau, tidak iritatif
Prosedur Kerja Indirect Custom :
a) Sebelum preparasi : cetak gigi pasien, lalu isi dengan stone  model kerja I
b) Setelah preparasi selesai : cetak gigi pasien, lalu isi dengan stone  model kerja II
c) cetak model kerja I dengan putty atau hidrokoloid irreversibel  cetakan interim
d) Ulaskan separating medium pada model kerja II
e) Aduk akrilik SC, lalu tuang pada cetakan interim
f) Masukkan cetakan interim ke dalam model kerja II
g) Tunggu setting  cek kontrol
h) Dilepas dari model kerja II
i) Finishing dan polishing
Note: Salah satu prosedurnya akan dilakukan diskills lab. Kekurangannya membutuhkan waktu
yang lama.
Keuntungan Indirect Custom Technique :
a) Tidak ada kontak antara monomer dan gigi atau gingiva  kerusakan jaringan, reaksi alergi
b) Mencegah paparan panas saat polimerisasi pada gisi  injury pulpa
c) Adaptasi tepi lebih baik
d) Pasien lebih nyaman
e) Kompatibel dengan bahan sementasi
f) Estetika cukup baik : translusen, warna stabil
Prosedur Kerja Direct Custom :
a) Sebelum preparasi : cetak gigi pasien, lalu isi dengan stone  model kerja I
b) Setelah preparasi selesai : cetak model kerja I dg putty atau hidrokoloid irreversibel 
cetakan interim
c) Ulaskan separating medium pada gigi pasien dan jaringan sekitarnya, lalu isolasi dan
keringkan
d) Aduk akrilik SC, lalu tuang pada cetakan interim
e) Masukkan cetakan interim ke dalam mulut pasien
f) Tunggu setting  cek kontrol
g) Dilepas dari mulut pasien
h) Finishing dan polishing
Note: Kekurangan prosedur kerja direct adalah rasa kurang nyaman pada mulut pasien karena
menggunakan resin akrilik langsung dimulut pasien. Kelebihannya waktu kerja lebih singkat.

149
Prosedur Kerja Preformed :
a) Ukur ruang mesiodistal dan ketinggian servikooklusal pada gigi
b) Cari preformed crown dengan ukuran yang sesuai
c) Try in preformed crown pada gigi
d) Ulaskan separating medium pada gigi dan jaringan sekitarnya
e) Aduk akrilik SC, lalu tuang pada preformed crown
f) Masukkan preformed crown pada gigi, bersihkan sisa2 akrilik
g) Saat rubbery stage, lepas preformed crown dari gigi
h) Tunggu sampai setting sempurna
i) Finishing dan polishing
Note: jika ketika tryin ukuran kepanjangan bisa dipotong oleh operator.
PROSEDUR KERJA INDIRECT CUSTOM BRIDGE :
a) Sebelum preparasi : cetak gigi pasien, lalu isi dengan stone
b) Buat pontik menggunakan anasir gigi atau malam merah, pasang di sadel area  model
kerja I
c) Setelah preparasi selesai : cetak gigi pasien, isi dengan stone  model kerja II
d) cetak model kerja I dg putty atau hidrokoloid irreversibel  cetakan interim
e) Ulaskan separating medium pada model kerja II
f) Aduk akrilik SC, lalu tuang pada cetakan interim
g) Masukkan sendok cetak ke dalam model kerja II
h) Tunggu setting  cek kontrol
i) Dilepas dari model kerja II
j) Finishing dan polishing
Note: hampir sama dengan teknik indirect
SEMENTASI MAHKOTA SEMENTARA :
 Zinc oxide eugenol (ZOE)  cukup baik
 Zinc phosphate, zinc polycarboxylate, GIC  tidak baik  terlalu kuat, sulit dilepas
Note: sementasi mahkota sementara tidak direkomendasikan dengan GIC, bahan sementasi ideal
tidak mengiritasi pulpa dan bisa melapisi dengan tipis.
SEMENTASI
 Pemilihan bahan sementasi tergantung pada bahan restorasi yang akan disementasi
 Bahan sementasi / luting agent :
a) Waktu kerja panjang, setting time pendek

150
b) Menempel pada gigi dan restorasi
c) Tidak mengiritasi pulpa
d) Mudah dibersihkan (ekses)
e) Dapat dibuat tipis
f) Viskositas rendah

Note: cara baca contoh: metal ceramic crown bisa menggunakan bahan sementasi apa saja
sedangkan restorasi ceramic veneer hanya bisa menggunakan bahan sementasi adhesive resin atau
composite resin.

151
Prosedur Kerja Sementasi :
a) Bersihkan area gigi yang akan disementasi dari sisa bahan sementasi mahkota sementara,
isolasi area kerja
b) Try in mahkota  cek arah masuk, ketepatan margin, stabilitas restorasi
c) Bersihkan restorasi dengan semprotan udara atau steam cleaner
d) Aduk bahan sementasi sesuai petunjuk pabrik konstan  oklusi
e) Bersihkan sisa-sisa bahan sementasi yang keluar, jika tertingga bisa menyebabkan inflamasi
guys 
f) Tunggu sampai setting  cek kontrol sementasi

Note: bahan sementasi tidak diletakkan di gigi pasien, tetapi setelah diaduk bahan sementasi
diletakkan direstorasi baru restorasi dimasukkan ke gigi.
Perawatan Post Insersi
Tujuan :
a. Kontrol oral higiene
b. Evaluasi habit pasien  plak kontrol  dental floss
c. Identifikasi penyakit  karies, periodontal disease
d. Corrective treatment  mencegah kerusakan permanen

Ada 3 macam, yaitu perawatan pasca sementasi, perawatan periodik, perawatan kedaruratan
Perawatan pasca sementasi :

152
a. Dilakukan 1 minggu – 10 hari pasca insersi
b. Cek oklusi  occlusal adjustment
c. Cek area margin  sulkus terbebas dr sisa sementasi
d. Cek habit pasien
Perawatan periodik :
a. Dilakukan tiap 6 bulan sekali
b. Cek jaringan lunak  deteksi dini oral cancer
c. Cek plak kontrol index dibandingkan dengan kunjungan sebelumnya
d. Cek diet history perubahan pola makan, merokok
e. Cek saliva
f. Cek penyakit : caries, periodontal disease, occlusal dysfunction
Perawatan kedaruratan :
a. Nyeri gigi vital : iritasi pulpa, pada gigi non vital : fraktur akar
b. Kehilangan abutmen  pelepasan sisa protesa dengan crown remover, atau pembelahan
mahkota
c. Fraktur konektor
d. Fraktur porcelain  reparasi dengan komposit menggunakan silane coupling agent

Note: crown remover adalah alat untuk melepas mahkota. Jika setelah gigi dicrown ada karies
makan crown bisa dilepas dengan crown remover. Cara lain jika tidak menggunakan crown
remover adalah dengan bur khusus.

153
154
GIGI TIRUAN SEBAGIAN UJUNG BEBAS
drg. Fahmi Yunisa Sp. Pros
Editor: Grandys Ayu W.

Fenomena Sadel Ujung Bebas


1. Adanya perbedaan kompresibilitas antara jaringan pendukung di bagian posterior sadel ujung
bebas dengan bagian dukungan di anterior
2. Tidak ada gigi / gigi sandaran di bagian posterior sadel ujung bebas

Masalah Sadel Ujung Bebas


1. Gigi tiruan ujung bebas tidak stabil resorpsi lingir alveolar yang lebih hebat.

Free end saddle tidak stabil, ketika ada gaya yang akan menarik ke oklusal maka sebagian dari
GTS akan bergerak.
Bounded saddle gigi tiruan akan stabil. Ketika ada gaya yang menarik kearah oklusal, maka
kedua cengkram akan menahan, sehingga keseluruhan GTS akan pada tempatnya.
2. Ungkitan terhadap gigi sandaran
3. Bergesernya gigi tiruan kearah posterior

Perbedaan
 Jenis dukungan
 Metode pencetakan
 Kebutuhan indirek retainer
 Tipe bahan basis
 Tipe penahan langsung

155
Alasan menggunakan metode pencetakan tersebut dikarenakan Free end membutuhkan keakuratan
bagian gigi dan mukosa sedangkan Bounded hanya membutuhkan keakuratan gigi.

156
Pada free end saddle terdapat ketidakstabilan pada bagian ujung basis posterior yang dapat dicegah
menggunakan indirect retainer.
a) GTS diibaratkan seperti pada gambar
b) Jika terdapat gaya oklusal dan GTS tidak terdapat direct retainer, maka GTS akan terangkat
sepenuhnya dan lepas.
c) Jika terdapat gaya oklusal dan GTS terdapat direct retainer, maka GTS tidak akan lepas dan
pada bagian lainnya akan mengalami penurunan.
d) Jika terdapat gaya oklusal dan GTS terdapat direct retainer dan indirect retainer, maka GTS
tidak akan lepas dan tidak terangkat.

Kesimpulan: pada GTS dengan free end saddle akan tidak terangkat atau lebih stabil jika terdapat
indirect retainer pada bagian anterior.

Garis fulcrum adalah garis khayal yang menghubungkan dua sandaran utama.

157
Pada kasus GTS sering kali mengalami ungkitan terutama pada kelas I, maka dari itu ungkitan
tersebut harus dihindari.

158
Note: ungkitan kelas I
 Jika terdapat pengunyahan/gaya tekan pada anasir gigi, sandaran nantinya seolah-olah menjadi
fulkrum dan ujung lengan cengkram menjadi resistance. Gaya tekan ini akan menggerakkan
resistance ke atas. Hal ini menyebabkan ujung cengkram yang berada pada bawah garis surface akan
mengangkat dan membahayakan gigi pegangannya.
 Jika pada free end saddle menggunakan cengkeram 3 jari, maka akan mendapat gaya kelas I. Untuk
meghindari kasus tersebut dapat dengan cara memindahkan sandaran ke bagian mesial agar titik
tumpu berubah posisi dan menjadi kelas II.

Kasus Ujung Bebas Perlu Memperhatikan


1. Adanya penahan tidak langsung
2. Desain cengkeram
3. Sandaran menjauhi daerah sadel
4. Pencetakan keseimbangan penerimaan beban kunyah antara gigi dan mukosa dapat
dicapai
5. Perlunya pelapisan beban

Usaha Mengurangi Ungkitan GTS Ujung Bebas


1. Perluasan basis yang maksimal diujung bebas
2. Pengurangan luas bidang oklusal gigi artifisial
3. Mengurangi jumlah gigi artifisial di posterior
4. Pemakaian indirek retainer
5. Sandaran oklusal sebagai indirek retainer diletakkan menjauhi garis fulkrum
6. Sandaran oklusal dibuat lebih lebar
7. Instruksi pasien mengunyah makanan lunak dan tidak mengunyah makanan lengket
Usaha Mengurangi Pergeseran Basis Ke Posterior
1. Retainer bilateral seimbang
2. Sandaran oklusal di bagian mesial gigi sandaran
3. Pemakaian indirek retainer bilateral seimbang

Membuat Gtsl Ujung Bebas Ra & Rb


1. Buat base plate permanen lengkap dengan klamer.
2. Buat bite rime malam merah pada base plate
3. Record block dipasang pada RA & RB pasien
4. Tentukan garis camper
5. Sejajarkan bite rime RA dengan garis camper
6. Bite rime RB mengikuti bite rime RA
7. Tentukan VD pasien
8. Pasien sentrik oklusi
9. Cetak RA & RB base plate & bite rime ikut tercetak
10. pasang di artikulator

159
Plat anterior setinggi cingulum

Free end saddle Bounded saddle


Pada gambar di atas, menggunakan dukungan kombinasi. Dukungan kombinasi adalah dukungan
yang menggunakan gigi dan mukosa. Dukungan gigi diperoleh dari sandaran yang terdapat pada
gigi. dukungan mukosa diperoleh dari basis yang meluas ke arah distal. Plat anterior setinggi
cingulum dari Caninus ke Caninus berfungsi sebagai indirect retainer.

Pada gambar disamping menggambarkan


cengkram. Cengkram yang digunakan
adalah basis yang dimasukkan ke bawah
anasir gigi. ini bertujuan untuk memperkuat
gigi tiruan.

160
SURVEY MODEL RAHANG
Oleh: drg. Fahmi Yunisa, Sp Pros
Editor: Fatma Nur Aini

PENDAHULUAN
Note:
Survey adalah salah satu prosedur yang dilakukan setelah pencetakan model kerja maupun setelah
pencetakan model studi dengan tujuan untuk menentukan daerah-daerah dalam model gigi baik
daerah gigi yang paling cembung maupun untuk mencari daerah undercutnya. Prosedur survey
diperlukan karena dalam sebuah gigi tiruan lepasan harus mudah untuk dipasang dan dilepaskan
dari rongga mulut. Selain itu gigi tiruan sebagian yang ideal juga harus bisa bertahan di tempatnya,
artinya harus retentif. Gigi tiruan lepasan adalah bangunan gigi tiruan yang dibuat diluar kemudian
dimasukkan kedalam mulut, jadi bentuknya harus sesuai dengan bentuk anatomi rongga mulut.
Anatomi gigi bentuknya cenderung membulat. Bayangkan ada dua bola berjejer dibagian
tengahnya akan dimasukkan sebuah kotak atau bola yang baru, tentu saja dalam proses pembuatan
bolanya harus memperhatikan bagian bola yang berjejer seperti adanya sisi yang terluar ada juga
sisi yang lebih dalam. Bagian yang lebih dalam itu yang disebut dengan undercut. Survey perlu
dilakukan karena ada pertimbangan :
1. Agar gigi tiruan mudah dipasang dan dikeluarkan
2. Agar dapat bertahan pada tempatnya
Retensi gigi tiruan ada pada bagian cengkram yang memeluk gigi letaknya dibagian undercut gigi.
Menentukan undercut pada gigi dengan metode survey. Alat yang digunakan dalam survey adalah
surveyor.

GTS IDEAL:
- Mudah dipasang dan dikeluarkan di dalam mulut
- Tetap bertahan di tempatnya bila terkena gaya yang cenderung melepaskan saat mastikasi
(makanan lengket)

Note:
Gambar A menunjukan ada sebuah
gigi dengan gigi tiruan dimana gigi
tiruan tidak bisa masuk dan pas
dalam rongga mulut karena gigi tidak
dilakukan survey, sehingga gigi
tiruan tidak bisa diinsersikan karena
ada bagian dari akrilik yang tertahan
dari kecembungan gigi yang paling
besar.

161
Gambar B merupakan gambar gigi tiruan yang bisa masuk ke dalam rongga mulut karena
halangan yang tercipta di undercut sudah dihilangkan dengan prosedur survey.

Tujuan Survey Model Rahang :


1. Menentukan arah insersi dan pelepasan protesa yang ideal
Arah insersi harus ditentukan, karena agar dokter gigi yang memasang gigi tiruan tidak coba-
coba dimasukkan dari banyak sisi.
2. Mengidentifikasi permukaan proksimal gigi yang harus dibuat paralel
3. Menentukn area gigi yang digunakan sebagai tempat retainer
Gigi yang digunakan sebagai tempat melekatnya cengkram adalah gigi yang memiliki
undercut. Peletakkan cengkram ada diundercut. Jadi gigi yang tidak berundercut sebaiknya
tidak digunakan untuk peletakkan cengkram.
4. Menentukan apakah gigi dan tulang disekitarnya akan mengganggu arah insersi
Jika gigi terlalu miring atau ada tulang menonjol/ekstotosis atau torus maka tonjolan dapat
menyulitkan arah masuk. Bangunan gigi tiruan ada anasir gigi dan plate, platenya ini yang
akan bersinggungan dengan gusi atau rahang sehingga jika ada tonjolan dapat mengganggu
arah masuknya.

SURVEYOR
 Alat yang dipakai untuk menentukan kesejajaran relatif antara 2 atau lebih permukaan gigi dan
atau bagian lain pada suatu model rahang

Keterangan gambar:
BD = Basis datar
TT = Tiang tegak
LD = Lengan datar
GT = Gelendong tegak
TA = Tongkat analisis
MB = Meja basis

Note:
Secara umum bangunan surveyor seperti gambar diatas, tetapi pabrik surveyor bermacam-macam
sehingga secara real ada surveyor yang bangunannya tidak seperti gambar diatas dengan fungsi
yang sama. Pada umunya alat surveyor terdiri dari:
1. Basis dasar : bangunan yang paling bawah
2. Meja basis : terletak diatas basis dasar
3. Tiang Tegak
4. Lengan Datar
5. Gelendong Tegak berada pada ujung lengan datar
6. Surveyor Tools berada pada ujung gelendok tegak
7. Tongkat analisis merupakan salah satu jenis surveyor tools
Jenis surveyor ada dua macam yaitu Ney Surveyor dan Jelenko Surveyor. Ney Surveyor
mempunyai lengan datar yang statis (lengannya tidak bergerak) dan meja basis yang dapat
bergerak sepanjang basis datar, sedangkan Jelenko Surveyor mempunyai lengan datar yang bisa
bergerak dan meja basis yang statis. Keduanya baik, tergantung kebiasaan operator dalam
mengaplikasikan surveyor.

162
MEJA BASIS / Surveying Table
Note: Meja basis berguna untuk meletakkan model yang
akan disurvey. Meja basis mempunyai 2 knop (pemutar).
Knop dibagian bawah jika diputar/dikendorkan membuat
bagian mejanya bisa bergerak rotasi. Knop dibagian atas
untuk memaju-mundurkan batas dari holder model, jika
knop dikendurkan holder bisa mundur.

Note: Gelendong tegak berada diujung lengan datar. Pada


gelendong tegak terdapat skrup pemutar yang berfungsi
untuk menahan gerakan dari gelendong tegak. Gelendong
tegak bisa naik dan turun. Jika dilepas tekanannya maka
gelendong tegak akan turun karena dibagian dalamnya
terdapat pegas. Pada ujung gelendong tegak ada tempat
untuk meletakkan surveyor tools dimana disitu juga
terdapat pemutar untuk memegang/mengencangkan tools.

Note:
Ada banyak tipe surveyor tools, namun yang paling umum digunakan adalah surveyor tools pada
gambar di atas. Setiap pabrikan mempunyai bentuk yang sedikit berbeda tetapi tetap mempunyai
fungsi yang sama.
a. Tongkat Analisis : berbentuk lurus untuk mencari bidang bimbing dan ada tidaknya undercut
b. Wax Trimmer/ pemangkas malam : fungsinya untuk memotong malam sehingga mempunyai
sisi yang didesain lebih tajam untuk memotong
c. Undercut Gauge/pengukur kedalaman undercut : berbentuk panjang dengan ujung seperti
payung
d. Carbon Marker : terbuat dari pensil karbon

163
Tongkat Analisis
Cara pemakaiannya adalah dengan menyentuhkan
tongkat analisis ke sisi terluar gigi. Bagian gigi
yang menyentuh tongkat analisis adalah bagian
terbesar/kontur terbesar gigi, artinya bagian yang
ada dibawah kontur terbesar gigi disebut undercut.

Karbon Marker
Karbon Marker digunakan untuk membuat jejak
pada kontur terbesar. Cara menggunakannya hampir
sama dengan tongkat analisis bedanya karbon
marker meninggalkan jejak yang disebut garis
survey. Garis survey menggambarkan kontur
terbesar gigi. Daerah yang berada dibawah garis
survey adalah undercut.

Pengukur Undercut
Cara pemakaiannya hampir sama dengan
penggunaan tongkat analisis hanya saja ketika
tongkat undercut gauce sudah menempel pada
kontur terbesar gigi perlu ditarik keatas agar bagian
pengukur bisa bersentuhan dengan dinding gigi.
Untuk menandai kedalaman undercut dan untuk
menyesuaikan dengan bahan cengkram yang
digunakan. Jika cengkram logam maka bisa
diletakkan pada kedalaman undercut 0,25 mm dan
tidak bisa diletakkan pada kedalaman lebih dari itu.

Pemangakas malam
Digunakan dengan cara memberikan malam biru
atau gips didaerah undercut yang tidak diharapkan.
Fungsi waxtrimmer untuk meratakan blokout
malam agar sejajar dengan bidang bimbing.

164
TAHAPAN SURVEY
1. Memposisikan model rahang
2. Penentuan path of insertion
3. Penggambaran garis survey
4. Pengukuran undercut
5. Perekaman model survey

1. MEMPOSISIKAN MODEL RAHANG

Posisi dasar model di surveyor adalah


horisontal, yaitu permukaan oklusal dari gigi
sejajar dengan basis datar

Note:
Bagian dengan posisi horizontal adalah
permukaan oklusal model rahang bukan
meja basisnya. Model rahang sejajar meja
basis dan lantai. Dalam tahapan selanjutnya
meja basis bisa dimiringkan baik ke anterior,
posterior, kanan, ataupun kiri dengan cara
mengendorkan knop.

165
2. PENENTUAN PATH OF INSERTION
Faktor pertimbangan dalam penentuan path of insertion:
a. Pemantapan bidang bimbing
b. Adanya undercut
c. Eleminasi gangguan jaringan keras dan lunak
d. Terciptanya estetika

Model rahang diletakkan pada meja basis, lalu operator mengarahkan posisi model rahang
dengan cara memiringkan meja ke arah tertentu

Note:
Dalam menentukan part of insersi ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan, sehingga
operator harus mengelaborasi dan mengolaborasikan beberapa faktor seperti bagaimana
pemantapan bidang bimbing, adanya undercut, eliminasi gangguan, dan estetika.

Setelah model rahang diletakkan pada meja basis dimiringkan ke arah tertentu tergantung pada
empat faktor pertimbangan yang sudah disebutkan diatas.

2a. Pemantapan bidang bimbing


 Bidang bimbing merupakan permukaan paralel gigi pegangan yang mengarahkan
pemasangan dan pelepasan GTS
 Bidang bimbing terletak pada permukaan proksimal gigi pegangan yang berkontak
langsung dengan basis GTS
 Bidang bimbing membantu dalam stabilisasi GTS terhadap gaya lateral

Note:
Bagian yang disebut bidang bimbing adalah bagian permukaan proksimal gigi-gigi yang
membatasi.
2b. Undercut
 Undercut harus didapatkan pada gigi pegangan,
dengan jalan menyentuhkan tongkat analisis pada
kontur bukal gigi pegangan
 Bila pada posisi horisontal tidak didapatkan
undercut, model harus dimiringkan
 Bila undercut tidak didapatkan juga dengan proses
diatas, maka undercut harus diciptakan, dengan
cara rekonturing permukaan gigi atau pembuatan
mahkota

Note: sebenarnya kita tidak perlu undercut disemua bagian gigi, undercut yang terpenting
adalah dibagian bucal, jika dibagian lain ada undercut kita harus melanjutkan dengan
blockout.

166
2c. Eliminasi Gangguan
 Gangguan dapat berupa torus maksilaris, torus mandibularis, penonjolan tulang,
eksostosis, undercut jaringan lunak, dan undercut gigi
 Mengatasi gangguan tersebut dengan cara mengubah posisi kemiringan model rahang
 Bila masih ada, diatasi dengan mengubah desain GTS
 Bila tidak bisa, maka harus dilakukan pembedahan
 Gangguan undercut gigi bisa diatasi dengan block out wax pada model rahang

Note: Gambar bawah merupakan contoh adanya gangguan berupa adanya celah dibagian
labial rahang. Jika arah masuknya vertikal seperti gambar kanan bawah akan menyebabkan
celah, celah itu bisa menjadi tempat akumulasi sisa makanan dan bisa menyebabkan
inflamasi kedepannya. Supaya hal itu tidak terjadi bisa dimodifikasi dengan merubah arah
masuknya, misal arah masuknya diubah menjadi dari arah depan sehingga celah yang
semula adalah hambatan bisa dimanfaatkan untuk retensi.

2d. Terciptanya estetika


 Dalam mencapai estetika yang optimal, komponen logam sedapat mungkin
disembunyikan
 Posisi cengkeram yang ideal adalah pada 1/3 bagian gingival dari mahkota

 Pada bonded saddle, jumlah path of insertion hanya 1 jalan, misal pada kelas III dan IV
Kennedy
 Pada free end saddle, jumlah path of insertion bisa lebih dari 1, misal pada kelas I dan
II Kennedy
 Penarikan kesimpulan path of insertion  hubungan antara tongkat analisis dan posisi
akhir model di meja surveyor

Note: dalam prosedur survey estetika dapat diciptakan dengan pertimbangan dalam
peletakan cengkram. Misalnya pada penggunaan cengkram logam, dibuat pendek agar tetap
estetik.

167
Gambar diatas adalah gambar tongkat analisis dan posisi akhir model di meja surveyor.
Misal posisi akhir model seperti pada gambar, yaitu posisi model miring ke depan, maka
dapat diambil kesimpulan arah masuk dari belakang.

3. PENGGAMBARAN GARIS SURVEY


 Garis survey menandai garis kontur terbesar dari gigi atau jaringan pada sebuah model
 Didapat dengan jalan menyentuh karbon penanda pada sekeliling permukaan gigi atau
bagian lain model
 Garis survey membagi gigi menjadi 2 bagian :
a) Di atas garis survey : suprabulge area / non undercut
b) Di bawah garis survey : infrabulge area / undercut

Note: Setelah menentukan bidang bimbing, tahap selanjutnya menggambar garis survey.
Gambar diatas adalah salah satu contoh survey yang dilakukan dengan mengelilingi gigi.
Caranya adalah dengan menyentuhkan karbon penanda pada sekeliling gigi. Setelah
mendapatkan garis survey kita akan mendapatkan 2 bagian area yaitu area di atas garis survey
atau yang disebut suprabulge area / non undercut dan area di bawah garis survey yang disebut
infrabulge area / undercut.

 Macam undercut :
a) Undercut yang diharapkan  dapat dimanfaatkan untuk meletakkan ujung cengkeram
Terdapat di sebelah bukal gigi pegangan. Cengkram diletakkan dibagian bukal.

b) Undercut yang tidak diharapkan  dapat mengganggu arah insersi dan pelepasan
Terdapat di sebelah lingual/palatal dan proksimal gigi
Dapat diatasi dengan melakukan block out

 dilakukan block out dengan wax / gips


Gambar disamping merupakan gambaran dari undercut yang
tidak diharapkan yang kemudian dilakukan blockout. Block

168
out dilakukan dibawah garis survey, karena daerah ini adalah daerah undercut. Bagian
yang ditutup malam adalah undercut yang tidak diharapkan.

Note: Daerah undercut tidak selamanya


menjadi undercut jika posisi model diubah
diatas meja survey. Gambar kiri menunjukan
posisi model sejajar lantai kemudia
digambar garis survey dan menghasilkan
garis survey horizontal. Gambar kanan
menunjukkan posisi model yang posisinya
diubah dengan dimiringkan, setelah
dimiringkan dan disurvey ulang maka garis
surveynya menjadi berbeda (menjadi seperti
V). Daerah yang semua undercut bisa
menjadi daerah nonundercut, dan daerah nonundercut bisa menjadi daerah undercut. Jadi survey
mempunyai arah yang relatif terhadap posisi model diatas meja basis.

4. PENGUKURAN UNDERCUT

Note: setelah menggambar garis survey dilakukan pengukuran undercut dengan undercut
gauce. Dimana bagian pengukur tertahan pada gigi disitulah bagian yang kita tandai dengan
pensil, maka ujung lengan cengkram bisa diletakkan dibagian tersebut.

5. PEREKAMAN MODEL SURVEY


Note: tahap terakhir dari survey adalah perekaman model survey hal ini perlu dilakukan karena
asumsinya tahapan umum surveyor dilakukan oleh dokter gigi kemudian tahapan lanjutannya
(seperti blockout) dilakukan oleh tekniker di lab. Supaya posisi model kerja tidak berubah maka
perlu dilakukan perekaman. Beberapa cara perekaman model survey yang efektif yaitu
tripoding, pemberian tanda garis, pemberian tanda goresan, dan pemasangan pin.

1) Tripoding ( tripodization )
Membuat tiga buah tanda dibuat pada
permukaan model kerja pada ketinggian
atau bidang horisontal yang sama.
Note: Tanda titik dibuat dengan karbon
marker. Caranya gelendong tegak diset
konstan kemudian gelendong tegak
digerakkan di model kerja sehingga
gelendong tegak akan menandai pada
titik-titik tertentu.
Tripoding dilakukan didalam model.

169
2) Pemberian Tanda Garis
Tanda garis pada tepi lateral (kanan dan kiri) serta dorsal model.

Note: menggunakan carbon marker dilakukan dibagian luar model.

3) Pemberian Tanda Goresan


Tanda goresan lebih menguntungkan dari tanda garis karena tanda goresan tidak akan hilang
pada model duplikasi.
Note: Menggunakan instrumen tajam (misal waxtrimmer) ditekan-tekan hingga membentuk
tanda goresan pada model.

4) Pemasangan pin
• Bagian tengah dasar model dilubangi  bagian yang tidak ada kerangkanya.
• Tongkat surveyer diganti dengan pin, pin dimasukkan dalam lubang dan di semen.

Note:
pemasangan pin merupakan
metode perekaman yang paling
aman. Caranya pin dipasang di
gelendong tegak. Posisikan tepat
diatas model yang akan disurvey
kemudian pin difiksasi
menggunakan gips, setelah
mengeras bagian gelendong tegak
dikendorkan dan kita
mendapatkan model kerja yang
ada pinnya. Berdasarkan posisi
pin inilah tekniker lab akan memasang model pada meja basis .
(PENJELASAN KULIAH CUMA SAMPAI SINI GUYS )

170
*Materi retensi secara detail akan disampaikan dikuliah panel

RETENSI CENGKERAM
 Kekuatan retensi adalah kemampuan GTSL untuk menahan gaya yang cenderung
melepaskannya selama berfungsi (Loney, 2011)
 RETENSI :
a. Faktor gigi : kedalaman undercut, letak ujung cengkeram
b. Faktor protesa : fleksibilitas cengkeram
Fleksibilitas cengkeram : panjang lengan, diameter , penampang, jenis material

171
172
LESI MUKOSA MULUT TERKAIT PEMAKAIAN TERKAIT
PEMAKAIAN GIGI TIRUAN LEPASAN
Oleh : drg. Dwi Suhartiningtyas
Editor : Hanan Sukma

Pendahuluan
 Tujuan penggunaan gigi tiruan adalah untuk mengembalikan fungsi stogmatognasi
 Kaidah kaidah dalam penggunaan gigi tiruan
 Edukasi pasien (peran dokter gigi sangat besar)
 Kepatuhan pasien
#note :
Dalam penggunaan gigi tiruan ini perlu diperhatikan kaidah kaidah dalam penggunaan gigi
tiruan sehingga tidak menimbulkan masalah baru di rongga mulut, Seorang dokter gigi memiliki
peran penting, tidak hanya memberikan gigi tiruan tetapi juga edukasi penggunaan gigi tiruan
dengan baik seperti cara pemakaian dan cara mebersihkannya.

Ada 4 lesi rongga mulut terkait penggunan gigi tiruan :


1. Denture stomatitis
2. Epulis Fissuratum
3. Angular Cheilitis
4. Ulkus Traumatikus

2) Denture Stomatitis
a. Definisi
Kondisi umum pada pengguna gigi tiruan lepasan berupa peradangan dan area kemerahan
pada membran mukosa yang tertutup plat protesa

b. Terminology
 Denture-Induced Stomatitis • Denture-Related Stomatitis
 Denture-related stomatitis • Denture-associated erythematous stomatitis
 Denture Sore Mouth • Candida-associated denture induced stomatitis
 Cronic Atropic Candidiasis • Inflammatory papillary hyperplasia

Kondisi ini ditandai dengan berbagai derajat eritema. kadang disertai perdarahan
(petechial), terlokalisir pada area bearing dari plat gigi tiruan lepasan.
#note: bearing adalah bagian plat gigi tiruan yang membrane mukosa atau daerah yang
tertutup plat.

c. Etiologi (multifactorial)
 Denture trauma
 Denture cleanliness
 Continual and night time denture wearing  penggunaan denture secara terus menerus
tidak pernah dilepas
 Candida infection
 Dietary factors

173
d. Etiopatogenesis

#note: denture tidak stabil  mempengaruhi laju aliran saliva  sehingga efek remova
candida menurun (adanya gigi tiruan lingkungan di rongga mulut terjadi perubahan) 
sehingga menjadi lingkungan yang idela untuk candida menjadi subur.

e. Tanda dan gejala


 Umumnya bersifat asymptomatis
 Jika bersifat symptomatis, berupa : halitosis, sedikit pendarahan dan pembengkakan di
area yang terlibat, sensasi terbakar, xerostomia, atau perubahan rasa(dysgeusia).
 Gejala-gejala ini terjadi dengan intensitas bervariasi 20% hingga 70% pada pasien
pengguna gigi tiruan.

f. Klasifikasi menurut newton, 1962


 Stage 1 : A localized simple inflammation or “ pinpoint hyperemia “
 menunjukkan lesi kemerahan, terlokalisir dan sedikit inflamasi
 Stage 2 : An erythematous or generalized simple type
 menunjukkan lesi kemerahan, terlokalisir dan sedikit inflamasi
 Stage 3 : A granuler type (inflammatory papillary hyperplasia)
 permukaan granular / inflamatory papillary hyperplasia, perpaduan antara
stage 1 dan 2, area kemerahan lebih luas dan alveolar ridge ikut terlibat

g. Treatment
a) Efficient plaque control
- Removal of denture at night
- The mouth must be kept as clean as possible
- Antiseptics Agents ( chlorhexidine )
b) Antifungal agents
- Topical/systemic agents
- The use of denture lining material containing antifungal

#note : Efficient plaque control  berupa anamnesis, seperti pasien ditanya gigi tiruan
mengenai pemakaian, lama penggunaan, dan cara pembersihan gigi tiruan.
Antifungal agents  pemberian anti jamur ada jenis yaitu topical dan sistemik, first choice
topical diberikan 2-4 minggu jika tdk berhasil lakukan anamnesis ulang . Kapan harus
menggunakan agent sistemik ? jika pasien compromised medis missal penderita DM yang tidak
terkontrol, sehingga pemberian antijamur yang sistemik kita berikan.

174
3) Epulis Fissuratum
a. Definisi
 Hiperplasia mukosa sebagai respon jaringan reaktif terhadap iritasi kronis dan trauma
yang disebabkan oleh flange (sayap) gigi tiruan atau protesa yang tidak pas ”
#note : Jika ada kata – kata epulis berarti terdapat benjolan di area gingiva

b. Terminology
- Denture Epulis,
- Denture-Induced Hyperplasi
- Denture-irritation hyperplasia

c. Etiopatogensis

#note : tekanan flange denture menyebbakan iritasi kronis sehingga menimbulkan respon
inflamsi jaringan ikat fibrosa yaitu jaringan yg ada dibawah epitel.

Karena berasal dari jaringan ikat  lesi halus, jika dibawah jaringan epitel  lesi
bergranula, kasar , seperti bunga kol.

d. Etiology
- Iritasi kronis akibat sayap gigi tiruan yang tidak baik (ill fitting denture)
- Penggunaan jangka panjang dari gigi tiruan yang tidak pas / rusak
e. Clinical presentation

- swelling jaringan lunak


- persisten
- tanpa rasa sakit
- sewarna mukosa
- tekstur permukaan halus
- RA --- di sisi labial alveolar ridge maksila
- RB --- di sisi lingual alveolar ridge mandibula

#note : bersifat persisten : menetap, meskipun gigi tiruan sudah diperbaiki tapi jika lesi tidak
diangkat akan tetap ada.

Diagnosis Differential Diagnosis


- Presentasi klinis - Soft tissue tumor
- Iritasi kronis dari ill- fitting denture - Lymphoma
- Metastatic tumor

175
f. Treatment
1. Eksisi Biopsi ---- HPA
2. Eliminasi / hilangkan faktor penyebabnya membuat gigi tiruan baru
3. Perbaikan gigi tiruan yang sudah longgar (relining/ rebasing)
Prognosis  baik (tidak rekuren)

4) Angular Cheilitis
a. Definisi
 Reaksi inflamatori pada sudut mulut, biasanya dimulai dari mucocutaneus junction dan
meluas ke kulit.
b. Terminology
- Perleche
- Angular stomatitis
c. Karakteristik lesi
- Area kemerahan / erosi / ulserasi atau krusta
- Difus
- Lipatan kulit di sudut mulut terbelah (fissuring)
- Pasien edentulous
- Pasien dengan gigi tiruan yang tidak pas (ill-fitting denture)
- Gejala subyektif berupa rasa sakit atau rasa seperti terbakar pada sudut mulut

d. Etiopatogenesis
 Iritasi Kronik
- Defesiensi nutrisi
- Infeksi

 Perubahan anatomi

• Infeksi --- oportunistik


- jamur (Candida albican) dan atau
- bakteri Staphylococcus aureus
• Perubahan Anatomi --- VD kurang
• Defisiensi nutrisi : asam folat, zat besi, anemia (kekurangan B12, As Folat dan Fe)
Hipervitaminosis A
• Iritasi kronik : kebiasaan menjilat dengan air ludah

#note : Tidak hanya terjadi pada orang deawasa, bisa pada semua usia. Karena vertical dimensi
yg pendek  memberikan gambaran lesi pada kedua sudut mulut
Tidak selalu bilateral tergantung faktor belakang. Biasanya terjadi pada anak anemia angular
cheilitis

176
e. Treatment
- Eliminasi faktor predisposisi (Koreksi vertikal dimensi yang pendek)
- Terapi anti jamur topikal / sistemik
- Kompres chlorhexidine gluconate

5) Ulkus Traumatikus
a. Definisi
 Lesi ulserasi biasanya merupakan lesi tunggal, dasar ulkus tertutup pseudomembrane
putih kekuningan dikelilingi haloeritema,bentuk irregular, lokasi dekat area trauma

b. Etiology
1. Trauma Mekanik (ill-fitting denture, tergigit, sikat gigi)
- Protesa over extended
- Bagian yang tajam antara dasar protesa yang berhadapan dengan mukosa
- Makanan yang terjebak antara dasar protesa yang berkontak dengan mukosa
- Ill-fitting denture
2. Trauma Kimia (mucosal burn)
3. Iatrogenik
4. Trauma Termal (heat Burn)

c. Etiopatogenesis

#note : kalo ada isitlah ulcus  jaringan epitelnya hilang atau terangkat

d. Treatment
- Eliminasi Faktor penyebab (menghilangkan penyebab trauma)--- Dentures must be
adequately polished & glazed
- Terapi simptomatik (analgetik topical)
- Antiseptics Agents ( chlorhexidine )
- Observasi

177
178
PORCELAIN FUSED TO METAL (PFM)
drg. Widyapramana D.A., MDSc.
Editor : Tsabita Angger Pangestuti

DENTAL PORCELAIN
 Merupakan tipe ceramic yang mengandung material inorganik elemen metallic atau semi
metallic dengan elemen non-metallic yang digunakan utk restorasi gigi dan telah dimodifikasi
untuk meningkatkan sifat-sifatnya.

Aplikasi di KG:
1) Gigi tiruan porcelain
2) Mahkota jaket
3) Inlay
4) Veneer
5) Porcelain fused to metal (PFM)
6) Material implant

Komposisi Dental Porcelain :


A. Feldspathic Porcelain
Dibentuk dari
1) Phase glassy  matriks feldspars yg mrpk campuran dari anhydrated alumino-silicate,
berbasis dasar silica : clays (hydrated alumino-silicate) dengan air, feldspar (anhydrated
alumino-silicate), quartz (silica)
Porselen ini lebih tampak translucent dan seperti kaca (glassy matrix)

2) Phase crystalline  material solid yang memiliki unsur atom, molekul dan ion yang
tersusun berdasarkan level microscopic.

B. Aluminous Porcelain
Memiliki kandungan material kristal alumina (Al2O3) 40-50%pd low-fusing glass matrix
1) High ceram  partikelnya lebih kuat dengan lebih tinggi modulus elastisitas dan koefisien
ekspansi thermal dibandingkan glassy matrix, adanya alumina membuat material menjadi
opaque (digunakan sebagai coping dibawah porselen reguler)

2) In-ceram alumina  merupakan salah satu aluminous porselen yg tergabung dlm glass
ceramic (all-porcelain use)

179
Klasifikasi Dental Porcelain
A. Menurut fusion temperature
1) high fusing (1300–14000C)
2) Medium fusing (1100-13000C)
3) Low fusing (850-11000C)
4) Ultra low fusing (<8500C)
1&2 untuk produksi dental teeth porcelain
3&4 untuk mahkota jaket dan bridge (GTC)

B. Menurut metode firing


1. Atmospheric firing
2. Vacuum firing (mengurangi % porositas)

C. Menurut aplikasi klinis


1. Core porcelain : digunakan sebagai bentuk lapisan basis mahkota jaket
2. Dentine atau body porcelain : lebih translucent, digunakan untuk bangunan bodi mahkota
jaket
3. Enamel porcelain : paling translucent, digunakan untuk bagian tepi incisal

180
kita dapat mendefinisikan keramik dengan sifat komposisi mereka rasio kaca-ke-kristal untuk
empat kategori komposisi dasar, dengan beberapa subkelompok:
1. Komposisi Kategori 1-sistem berbasis kaca (terutama silika)
2. Komposisi kategori 2-sistem berbasis kaca terutama silika + kristal pengisi (biasanya
Lucite, baru-baru ini, disilicate lithium)
3. Komposisi Kategori 3-sistem berbasis kristal dengan pengisi kaca (terutama alumina)
4. Komposisi kategori 4-polycrystalline padatan (alumina dan zirkonia) (tidak ada konten kaca
sama sekali hanya kristal)

karakter porselen gigi


1. sifat biologis: inert tidak memiliki interaksi dengan jaringan lunak sekitarnya (biokompatibel)
2. sifat interfacial: tidak mematuhi kimia untuk semen gigi
3. sifat kimia: tidak larut dalam cairan oral dan menahan asam melampirkan, asam hidrofluorik
dan Stannous fluorida dapat menyebabkan increae dalam kekasaran permukaan
4. sifat mekanik: rapuh, DTS rendah dan ketangguhan fraktur, keras, dapat menyebabkan
pemakaian gigi yang berlawanan

5. sifat termal: diffusivity termal rendah, Koefisien ekspansi termal mirip dengan enamel dan
dentin
6. sifat estetika: estetika yang sangat baik, dan pencocokan warna, sulit untuk diwarnai

181
7. kepraktisan: teknik manipulasi sensitif, membutuhkan operator terampil dan peralatan khusus,
penembakan penyusutan selalu, sehingga operator harus membangun restorasi untuk ukuran
yang lebih besar yang memungkinkan penyusutan

Restorasi ini terdiri dari: logam substucture (coping) mendukung veneer keramik mereka secara
kimiawi dan mekanis-terikat bersama.

Manfaat Dan Kelemahan Dari Restorasi Logam-Keramik


Keuntungan:
1. lebih kuat dari mahkota porselen
2. dapat digunakan untuk membangun jembatan panjang-span
3. baik estetika dan kurang bertanggung jawab untuk pewarnaan
4. ketahanan aus yang tinggi
5. ketahanan klinis jangka panjang (2.3-7,5 tahun)
6. sedikit persiapan diperlukan dibandingkan dengan semua-keramik restorasi

Kerugian:
1. logam yang cukup besar (0,3 mm) diperlukan untuk kekakuan yang tepat
2. tampilan logam bisa menghasilkan area marginal yang tipis

182
3. menggunakan porselen buram sangat penting untuk mengatasi warna logam
4. sifat khusus dari mengatasi logam diperlukan untuk hasil yang tepat

Persyaratan Logam Mengatasi


1. mempunyai temperatur leleh lebih tinggi dari temperatur pembakaran porselen. (untuk
menghindari kendur pada saat penembakan porselen)
2. mampu membentuk lapisan oksida yang menyediakan ikatan kimia untuk porselen (precence
indium atau timah dalam paduan mulia tinggi sangat penting untuk tujuan itu. misalnya
paduan emas)
3. memiliki koefisien ekspansi termal gigitan litle lebih tinggi dari porselen (untuk memberikan
ikatan mekanik yang lebih tinggi)
4. tidak memiliki efek penghijauan pada warna porselen
5. modulus elastis tinggi (E) untuk melawan membungkuk dan retak porselen di bawah kekuatan
masticatory

ikatan porselen untuk logam

183
-keberhasilan restorasi keramik logam adalah pengembangan ikatan tahan lama antara porselen
dan paduan

mekanisme porselen-logam lampirann- empat teori telah diusulkan untuk explin proses yang
mengarah ke porselen-untuk-logam ikatan:
1. Van der Waals kekuatan
2. retensi mekanis
3. ikatan kompresi
4. ikatan kimia langsung

184
Ikatan porselen untuk copings logam:
1. ikatan mekanik:
 -infiltrasi (aliran) dari keramik menyatu ke dalam ketidakteraturan permukaan logam
mengatasi
 -sandblasting dari permukaan logam menggunakan manik plastik selama waxing penting
untuk masalah ini
2. ikatan kimia:
 -ikatan ionik antara lapisan oksida logam dan porselen buram
 -logam degassing penting untuk pembentukan oksida, menghilangkan kontaminan
permukaan dan gemuk
 -lapisan oksida tipis (dalam kasus paduan mulia) memberikan ikatan yang lebih kuat
daripada yang tebal (dalam kasus logam paduan dasar)
3. koefisien ekspansi termal ketidakcocokan:
 sebagai akibat dari kontraksi logam yang lebih tinggi
 -The menyatu porselen akan tersedot (tertarik) lebih kuat ketidakteraturan surfce logam
 -sisa tekanan tekan akan dikembangkan dalam dan memperkuat porselen
4. penerapan agen ikatan khusus:
sistem logam tertentu (Elektro-membentuk) membutuhkan penerapan pasta ikatan tertentu
sebelum membangun-up porselen

Produksi Logam Copings


A. casting logam murni atau alloy logam
1. Titanium komersial-murni (CP TI)
2. alloy emas tinggi
3. emas paladium alloy
4. paladium perak alloy
5. alloy Palladium tinggi
6. nikel Kromium alloy

185
B. burnishing dan panas mengobati foil logam pada cetakan
1. Platinum foil
2. emas foil
3. sistem captek
C. elektro-deposisi logam pada duplikat cetakan
D. CAD-CAM pengolahan logam ingot

Kegagalan PFM
-kegagalan mekanik atau kimia
1. kegagalan logam:
-degassing lengkap
-kondisioner logam yang salah
-digunakan kembali paduan logam
2. porselen untuk patah tulang logam:
(situs yang paling umum untuk kegagalan jangka pendek terjadi. yang paling umum untuk logam
dasar)
a. (mode kegagalan perekat)
kontaminasi permukaan logam (kegagalan antarmuka oksida-logam)
kontaminasi pada permukaan oksida (kegagalan antarmuka oksida-porselen)
antarmuka logam porselen kegagalan: lapisan oksida tidak terbentuk

b. (mode kegagalan kohesif)


oksida-oksida kegagalan: lapisan oksida terlalu tebal, lapisan oksida tebal harus sandblasted
sebelum porcelainizing untuk meminimalkan ketebalan oksida

186
A. fraktur porselin: (situs yang paling umum untuk kegagalan jangka panjang terjadi. masalah
desain atau kelelahan)
1. desain atau prosedural kesalahan:
a. terlalu sedikit sebagian besar logam
b. sudut tajam dalam porselen
c. Desain marjin yang tidak tepat
d. desain kerangka kerja yang tidak memadai
2. maloklusi atau benturan tekanan

3. inkompatibilitas kontraksi termal:


a. tekanan built-in menghasilkan retak pada pori
b. kelelahan termal meratiskan retak

B. kegagalan porselen intra:


1. "Gray atau hitam " Shades dalam warna porselen:
a. porselen buram yang tidak mencukupi
b. penembakan buram yang tidak tepat

187
c. kontaminasi oven porselen

2. permukaan porselen retak:


a. laju pendinginan yang tidak tepat
b. Bersepeda termal
c. over-glazes atau under-fired porselen
d. pemilihan porselen yang tidak benar

3. kekasaran permukaan porselen:


a. finishing dan polishing agen yang tidak semestinya
b. pembubaran asam (topikal fluorides)

188
PENGARUH PEMAKAIAN GIGI TIRUAN TERHADAP
JARINGAN PERIODONTAL
Oleh : Prof. Dr. drg. Sudibyo, SU., Sp.Perio (K)
Editor : Salwa Salsabila

A. Gigi Palsu(Artifisial Teeth)

- Pengguna palsu di indonesia saat ini kira-kira = 20 juta gigi palsu.


- Gigi palsu adalah suatu benda asing di rongga mulut yang harus dibersihkan, tak boleh
ada gigi yang menyebabkan terselipnya sisa makanan.
- Gigi palsu umumnya terbuat dari bahan yang berpori- pori, ini semua memungkinkan
bakteri dan mikroflora menempel dan memungkinkan ada plak periodontal dan
mengganggu rongga mulut.

B. Gangguan Gigi Palsu Terhadap Jaringan Lunak Gigi


- Gigi palsu bisa ditempeli bakteri.
- Gigi palsu longgar, mudah terisi oleh sisa makanan dan plak, kestabilan gigi tidak stabil.
- Gigi palsu memberikan tekanan pada ginggiva dan tulang alveolar.
- Gigi palsu yang tidak pernah dibersihkan, sangat rentan terjadinya gangguan jaringan
lunak gigi.

C. Pembersihan Gigi Palsu


- Gigi palsu dilepas saat tidur, disimpan saat mau tidur.
- Gigi yang selalu basah, sangat rentan perkembangan bakteri. Diusahakan ada suasana
kering pada waktu tertentu.
- Gigi setiap saat dilepas dan dibersihkan dan dikeringakan.
- Gigi palsu seyogyanya harus diperiksa, diamati dan dibersihkan setiap saat.
- Gigi palsu dianjurkan tidak dianjurkan dipakai seahrian penuh.

D. Macam-macam Gigi Palsu


- GTSL (lepasan dan harus dibersihkan)
- GTL (lepasan dan harus dibersihkan)
- GTC (dilakukan sementasi) dan tidak dapat dilepas

E. Tujuan Pemasangan Gigi Palsu:


- Untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, fungsi bicara, kesehatan gingiva dan keperluan
estetik gigi.
- Untuk mencegah jaringan periodontal tetap sehat dan bebas dari kebersihanmulut jelek,
bebas dari gaya fungsional yang tak sesuai.

189
F. Gangguan
- Iritasi
- Akumulasi plak
- TMD, jika dalam kondisi kehilangan gigi  fungsi pengunyahan menjadi tidak baik 
diperlukan gigi palsu agar fungsi pengunyahan baik

G. Keberhasilan Pemasangan Gigi Palsu


- Tidak terjadi manifestasi pathologis baik infeksi atau trauma.
- TMJ stabil.
- Estetik baik (drg tidak hanya memperbaiki fungsi fonetik dan mastikasi tetapi juga
memperbaiki fungsi estetik)
- Terjadi adaptasi yang baik terhadap pemasangan gigi palsu, jika adaptasi buruk maka
pasien harus kontrol berkali kali karena gigi palsu adalah benda asing sehingga rongga
mulut harus beradaptasi/menerima

H. Alasan Penyakit Periodontal Dihilangkan sebelum Restorasi


- Mobilitas gigi dan rasa sakit yang mengganggu mastikasi dan fungsi, dilakukan
perawatan periodontal splinting
- Inflamasi mengganggu gigi abutment.
- Posisi gigi sering berubah pada pemasangan gigi palsu
- Restorasi gigi yang sering ada resesi / pengkerutan.
- Meletakkan marginal gingiva pada area yang sesuai

I. GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan)


- Bahan-bahan GTSL
1. Akrilik: dapat di relining dan rebasing, serta diperlukan retainer atau klamer sebagai
pengait
2. Valplast atau lucitone: diperlukan pengait, tetapi menyatu dengan prothesanya.
3. Frame Prothesa: rentan melukai jaringan sehingga retainer/klamer nya tidak boleh
kontak dengan servikal, sehingga retainer/klamernya menyatu dengan body prothesa

Note : Titik lemah GTS adalah terletak pada ujung-ujung retainer/ klamer yang
biasanya tidak stabil dan mudah melukai jaringan lunak mulut.
Verkaelung yang menempel gigi biasanya bermasalah terhadap timbulnya karies
servikal

- Komponen GTSL :
1. Basis
2. Klamer

190
3. Gigi pengganti

- Yang diperlukan pada GTSL :


1. Retensi  tekanan oklusal yang berperankualitas klamer, oklusal rest, kontur
landasan denture, oklusi, adhesi, dan surface tension
2. Perlawanan terhadap pengunyahan, gerakan rahang atas dan rahang bawah dalam
posisi mengunyah makanan memerlukan centrik oklusi .
3. Estetik bagi pasien. Pasien dengan pemasangan gigi palsu akan dapat terganggu
wajahnya apabila gigi palsu yang dipakai tidak memenuhi persyaratan. Hal ini
selanjutnya pemasangan klamer demi aesthetik akan dapat bisa mengganggu /
melukai jaringan periodontal

 Valplast Unilateral

 GTSL bilateral

Note : ujung GTSL dapat melukai jaringan lunak, dapat terjadi oklusi yang tidak
baik sehingga tidak nyaman

 GTSL frame prothesa

- Gaya GTSL
1. Gaya Vertikal :
a. Tekanan pengunyahan didistribusikan ke akar gigi dan membrana periodontal,
akan menyebabkan gangguan osteoklas tulang alveolar, nekrosis jaringan, dan
selanjutnya bisa menyebabkan gigi goyah dan akhirnya dicabut.
b. Tekanan pengunyahan dapat menyebabkan terjadinya dilatasi mikrosirkulasi
gingiva, inflamasi, dan muncul reaksi pertahanan tubuh dengan aktifnya
leukosit darah.
c. Kalau ada daya ungkit dan gerakan rotasi, hal ini akan menyebabkan terjadinya
gangguan pada jaringan periodontal (membrana periodontal tertarik setiap saat)
d. Kalau tekanan pengunyahan berlebihan, menyebabkan luka pada linggir tulang
alveolar atau sangat sering terjadi pada mukosa gingiva dan mukosa oral dan
terjadi stomatitis.

191
e. Tekanan yang berlebihan bisa mengakibatkan hipertropi, hipeplasia, terutama
pada daerah yang rentan, seperti papilla gingiva, tuberositas, tulang alveolar,
dll
f. Dengan adanya iritasi kronis karena prothesa, maka dari mikrosirkulasi, akan
keluar leukosit, dan masuk dalam jaringan periodontal, dan disertai tingkat
kebersihan mulut yang jelek, maka akan mengakibatkan munculnya
periodontal abses.
g. Keadaan ini dapat diperberat jika terdapat penyakit sistemik, seperti DM.
h. Pada partiel protesa atau protesa berbentuk sadel, sangat mungkin ujung bebas
dapat mengakibatkan luka karena adanya daya ungkit dari gerakan rotasi dan
gerekan vertikal nya.
i. Dapat terjadi stomatitis karena wing atau sayap protesa konturnya tidak sesuai
dengan anatomi jaringan nya.
j. Dapat terjadi hipertropi dan hiperplasi gingiva akibat tekanan vertikal adalah
dikarenakan adanya tekanan/iritasi yang kontinyu, mengakibatkan sel
mengalami iritasi, leukosit terlepas dan menuju daerah radang, sel selnya
meningkat dan meningkatkan vasodilatasi.
k. Tekanan vertikal juga berpengaruh pada sel basal, terutama pada pemakai
prothesa yang berlangsung lama  epitel dapat mengalamikeratinasi, dan
akhirnya muncul ulcer didaerah luka.

2. Gaya Lateral :
a. Gaya lateral diakibatkan karna adanya perubahan setiap mengunyah dari sendi
rahang (TMJ).
b. Pada fungsi pengunyahan, rahang akan selalu bergerak sesuai sentriknya dan
kembali ke sentrik oklusi.
c. Akibatnya ada tekanan pengunyahan yang berlebihan dan diterima oleh
jaringan pendukung gigi. Jaringan pendukung gigi bisa mengalami luka,
nekrosis, resorpsi tulang alveolar, osteoklas meningkat.
d. Gaya lateral dapat menyebabkan protesa mudah longgar dan tidak stabil.

192
J. GTC (Gigi Tiruan Cekat)
- Bagian GTC :
1. Retainer
2. Abutmen
3. Pontik (sanitary pontik, ridge lap, modified ridge lap, ovate pontik)

- Faktor iatrogenik adalah faktor yang dibuat/kesalahan-kesalahan yang terjadi oleh


karena operator.

1. Tepi restorasi (marginal restorasi)


a. Marginal restorasi adalah daerah ideal untuk penumpukan plak gigi, atau daerah
yang keberadaanya selalu ditempati mikroflora mulut.
b. Semua protesa (GTL/GTSL/GTC) mempunyai bagian tepi yang berkontak
dengan jaringan lunak gigi.
c. Pada GTC, tepi restorasi akan berkontak secara permanen selama GTC masih melekat
dan kontak jaringan lunak gigi.
d. Tepi restorasi juga dapat mengubah keseimbangan ekologis sulkus gingiva kearah
organisme anaerob/ aerob yang menjadi penyebab terjadinya penyakit periodontal.

2. Kontur dari restorasi


a. Jaket crown, terutama pada daerah pertemuan crown dan jaringan lunak rongga
mulut yang rentan mengalami inflamasi. ex : gigi yang fraktur
b. Crown lightening, ex : crown pada gigi yang pendek
c. Implant, ex : edentulous area, akar gigi yang diganti

- Keberhasilan GTC :
1. Perawatan setelah pemasangan GTC teratur, dan menghilangkan habit/parafungsi.
2. Ada tidaknya penyakit periodontal, akan memberikan: motivasi pasien, perluasan karies,
kontrol pencegahan terjadinya poket periodontal.

193
3. Macam kasus GTC yang dibuat: kasus endoperio; kasus ortho perio; kasus prosto perio;
dan kasus estetika.

- Implant, merupakan gigi palsu permanen yang ditanam dalam tulang alveolar dan berdiri
sendiri. Dalam rahang implan dapat berbentuk single implan, double implan atau multi
implan. Bagian implan ada 2, yaitu :
1. Body implan yang ditanam dalam tulang alveolar
2. Crown Implan dan abutmen

194
GIGI TIRUAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Oleh: drg Sulchan A., Sp.Ort
Editor : Muhammad Ghozwan Dzakiy

Gigi tiruan adalah suatu alat di bidang kedokteran gigi untuk mengembalikan atau
mengembalikan Sebagian atau seluruh gigi dengan fungsi mastikasi, fonasi, estetik, dan higiene
akibat kehilangan gigi. Gigi tiruan ini berfungsi untuk mastikasi (pengunyahan), fonetik
(berbicara), estetik (penampilan), hygiene (Kesehatan).

1. Mastikasi atau pengunyahan dalam agama islam ada beberapa ayat yakni :
a. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah
mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(QS. Al. Baqarah :57)

b. Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak
(pula) mereka itu orang-orang yang kekal. (Al Anbiya : 8)

c. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (Al Maidah :
88)

2. Fonetik atau untuk fungsi berbicara dalam islam ada beberapa ayat, yakni :
a. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar, (Al Ahzab :70)

b. (Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan
manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (Ar Rahman : 1-4)

c. Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan


dan Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan. (Al Anbiyaa : 110)

d. Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan
dusta. (An Naba : 35)

3. Estetik atau kecantikan. Dalam islam ada beberapa ayat yang menjelaskannya, yakni :
a. …Dia Mahaindah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu
(HR Tirmizi)

b. Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika
mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu
yang tersandar (Al Munaafiquun : 4)

4. Hygiene atau Kesehatan. Dalam islam ada beberapa ayat yang menjelaskannya, yakni :
a. …Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih (At Taubah :108)
b. …Kebersihan adalah sebagian dari iman…(HR Muslim )
c. “Diriwayatkan Abu Hurairah r.a. dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Jika aku tidak
menjadikan berat umatku, maka sungguh aku perintahkan bersiwak (menggosok gigi)
setiap hendak shalat”. (HR Bukhari)

195
Seseorang yang memiliki kondisi gigi dan mulut yang sehat dan bagus, akan mendorong rasa
percaya diri untuk tersenyum

Dari Abu Dzar ra, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu
(sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).

Bahan bahan yang digunakan dalam prostodontik untuk dijadikan gigi tiruan yakni :
a. Akrilik
b. Porselain
c. Logam-porselain
d. Emas

 Dan janganlah kamu menghambur hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya


pemboros itu adalah saudara2 syetan dan syetan itu adalah sangat inkar kepada Tuhannya
( Al-Isro’ (17): 26-27).

 Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Luqman : 18)
 (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang
kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang
sombong .“(Al Mu'min :76)

Tahukah kalian bahwa terdapat ayat dalam al quran yang menjelaskan pandangan islam terhadap
gigi palsu/tiruan :

 Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap
orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. … (HR. Al-Bukhariy dan Muslim)
 …dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (Al Israa‘ : 26)
 Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Al Baqarah :195)
 …"Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah
memberi manfaat kepadamu." (Al A'raaf :48)

 Pembuatan gigi tiruan hanyalah sebuah usaha yang memberikan perbaikan fungsi
mastikasi, fonetik, estetik, dan oral higiene, segala kebaikan dan kesembuhan datangnya
dari Allah semata “Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku” (As
Syu’araa: 80).

Kesimpulannya apa?
Jadi Pembuatan gigi tiruan diperbolehkan untuk memperbaiki kondisi yang semula buruk menjadi
lebih baik, dan selama hal tersebut bukan didasari atas niat sombong maupun pemborosan.

196
Ketika Ramdhan ini berubah dan tidak ada mainan sarung ☹

197
198
199
MEDIKOLEGAL
ETIKA DAN MEDIKOLEGAL DALAM PERAWATAN
PROSTODONSIA
drg. Iwan Dewanto MMR, PhD
Editor: Muthia Nisa Fadira

Dalam bidang legislasi kesehatan, terdapat beberapa kasus yang banyak dijumpai, beberapa contoh di
antaranya adalah:

• Apakah dapat dibenarkan pasien menggugat dokter gigi karena gigi palsu pasien tidak melekat
sempurna, atau membuat mudah tertelan?

• Apakah dapat dibenarkan pasien menuntut dokter gigi karena wajahnya menjadi jelek setelah selesai
dibuatkan gigi palsu?

• Apakah dapat dibenarkan dalam perundang-undangan yang membolehkan tindakan medis apa saja
yang diminta oleh pasien kepada dokternya, meskipun sebenarnya tidak ada indikasi?

Selain itu, dalam bidang prosthodonsi terdapat beberapa kasus terbanyak yaitu kasus pemasangan
jaket crown, bridge, frame gigi tiruan lepasan sebagian, implan, gigi tiruan lepasan sebagian yang tertelan,
alergi, dan kasus biaya yang berbanding terbalik dengan hasil prothesa. Dalam kasus implan, berawal dari
ucapan “Repetition is the mother of all skill” karena dokter gigi pada saat perawatan implan pertama
berhasil, berlanjut ke perawatan kedua. Namun apakah hal tersebut bisa dianggap sebagai expertise?
Apakah dokter gigi tersebut kompeten?

Untuk menghadapi kasus ini, Konsil Kedokteran Indonesia pada akhirnya membuat Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK). PNPK adalah pernyataan yang dibuat secara sistematis yang
didasarkan pada bukti ilmiah (scientific evidence), untuk membantu dokter, dokter gigi dan petugas
kesehatan lainnya tentang tata laksana penyakit atau kondisi klinis yang spesifik. Nama lain dari PNPK
adalah clinical guidelines, clinical practice guidelines, practice parameters. Setelah menerbitkan PNPK,
selanjutnya Konsil Kedokteran Indonesia menerbitkan Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Gigi (PPK).

200
Adanya batas kewenangan diperlukan sebagai bentuk legalitas kompetensi, karena itu diperlukan
panduan sebagai bagian dari standar pelayanan minimal yang akan diberikan. Namun karena kondisi
geografi dan penyebaran tenaga kesehatan yang belum merata, perlu di kedepankan
inspanningverbentennis (mengedepankan upaya untuk menyehatkan). Dokter gigi yang bekerja di daerah
terpencil harus dapat memberikan pelayanan dengan sarana dan prasarana terbatas pada kasus yang variatif
karena kewenangan, kompetensi melakukan suatu layanan tindakan dan keputusan untuk merujuk suatu
kasus perlu pertimbangan yang matang.

Kewenangan tambahan, menurut Perkonsil 48 th 2010 dan Perkonsil 6 tahun 2011 kewenangan
lain yang diberikan kepada dokter atau dokter gigi untuk melakukan praktik kedokteran tertentu secara
mandiri setelah mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan, dan merupakan tambahan terhadap kewenangan
yang telah dimiliki berdasarkan kompetensi yang diperoleh dari pendidikan formal.

Kewenangan Tambahan adalah kompetensi tambahan berupa sebagian dari kompetensi spesialis
tertentu yang diberikan kepada dokter gigi di daerah tertinggal, Perbatasan, dan tertinggal sesuai penetapan
menteri kesehatan yang didapat setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus serta lulus uji
kompetensi kewenangan tambahan. Sedangkan Kualifikasi Tambahan adalah penguatan kompetensi pada
kompetensi interdispiner tertentu yang didapat setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus serta
lulus uji kompetensi kualifikasi tambahan.

201
Ada beberapa cara memahami kasus kelalaian yang dikategorikan malpraktek, “di dalam bidang
kedokteran untuk kasus hukum tidak ada ‘praduga tak bersalah’ hal ini dikarenakan, apabila sudah
tercoreng akan berdampak pada persepsi komunitas tentang brand dokter atau dokter gigi”.

Malpraktek adalah yang mengandung unsur-unsur:

• Neglegent Medical care, dalam arti kealpaan besar.


• Standard of care / standard proffesison yang menjadi ukuran sebagai petunjuk menurut ilmu
pengetahuan dalam menjalankan profesi.
• Tidak ada accident, risk in treatment, error in judgement sebagai risiko medik.
• Adanya informed consent yang berkait dengan medical record,
• Medical liability baik yang bersifat strict liability, corporate liability

Namun dalam pemahaman awam, malpraktek disamakan dengan kegagalan medik (kejadian yang tidak
diinginkan atau adverse events), kondisi pasien masuk ke tempat praktek dalam keadaan “segar”, namun
pulang dalam keadaan cedera atau meninggal, pasien tidak puas atas layanan. Sehingga penilaian pada
masyarakat tertuju pada “hasil” bukan pada “upaya”, yang tidak tepat untuk dikatakan sebagai malpraktek.

Sedangkan malpraktek yang sering terjadi adalah kelalaian medik, penyebabnya bukan kesengajaan,
kondisi yang mana dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, melakukan yang seharusnya
tidak dilakukan oleh orang-orang yang sekualifikasi pada situasi dan kondisi yang identik.

Keadaan malpraktek berhubungan dengan error dan violation. Perbedaan antara dua hal tersebut yaitu
Errors berkaitan dengan masalah informasi, misalnya lupa, kurang perhatian, pengetahuan kurang,
sedangkan Violation berkaitan dengan masalah motivasi misalnya rendahnya moral, kurang supervisi, tidak
serius, tidak patuh, tidak disiplin.

Ada 4 hal yang perlu kita nilai pada kasus tuntutan malpraktek medis, yaitu apakah tergolong:
1. Perilaku Salah
2. Perbuatan melawan hukum (PMH)
3. Wanprestasi (ingkar janji)
4. Kelalaian (tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan
oleh orang-rang yang sekualifikasi pada situasi dan kondisi yang identik)

Macam-macam malpraktek:
1. Intentional
 Professional misconducts
2. Negligence
 Malfeasance, melakukan tindakan yang melanggar (unlawful atau improper), sejajar dengan
error of planning. Misalnya tindakan medis tanpa indikasi.
 Misfeasance, improper performance yang mengakibatkan cedera, sejajar dengan error of
execution. Misalnya tindakan medis tidak sesuai prosedur.
 Nonfeasance, gagal melakukan tindakan yang merupakan kewajiban.
3. Lack of skill
 Di bawah standar kompetensi, sering menjadi penyebab error atau kelalaian, sering dikaitkan
dengan kompetensi institusi (locality rule, limited resources), kadang dapat dibenarkan pada
situasi-kondisi lokal tertentu.
 Di luar kompetensi.
4. Misconduct
 Fraud atau misrepresentasi.
 Pelanggaran standar secara sengaja (deliberate violation)
 Pidana umum:
1. Keterangan palsu
2. Buka rahasia kedokteran tanpa hak
3. Aborsi ilegal
4. Euthanasia
5. Penyerangan seksual

202
Kegagalan medik dan kelalaian didapat sebagai akibat dari:
• Perjalanan penyakit alami.
• Misharapan (tidak ada kelalaian), risiko yang akseptabel dan telah diinformasikan dan disetujui,
tingkat probabilitas dan keparahan rendah, serta satu-satunya solusi.
• Culpa (kelalaian medik), foreseeable and avoidable atau preventable risks.
• Dolus (kesengajaan), diperparah dengan statement dari teman sejawat yang lain.

Ada 4 hal yang harus ada agar suatu prosedur bisa dianggap sebagai malpraktek yaitu 4D:
1. Duty (duty of care), yaitu kewajiban profesi dan kewajiban akibat kontrak dengan pasien. adanya
kewajiban karena:
• Akibat adanya hubungan dokter dan pasien.
• Tidak melawan hak pasien (consent).
• Reasonable competence, skill dan knowledge sesuai katalog pendidikan dibandingkan
dengan dokter rata-rata serta pada situasi dan keadaan tertentu.
• Reasonable care, sesuai norma atau standar profesi, dapat disimpulkan dari dokumen
tertulis atau dari saksi ahli:
1. Standar perilaku: universal.
2. Standar prosedur: tergantung sarana kesehatan setempat.
3. Standar pelayanan medis: tergantung sarana kesehatan setempat, tergantung situasi
– kondisi tertentu, tergantung sumber daya.
• Perbuatan atau kelalaian.
• Tidak mempermasalahkan “semampunya” dan “niat baik”.
• Yang penting sesuai prosedur dan reasonable communication.

2. Dereliction atau breach of duty, yaitu pelanggaran kewajiban.

3. Damages, menyebabkan cedera, mati atau kerugian.

4. Direct causalship, yaitu hubungan sebab-akibat, setidaknya proximate cause.

IMPLIKASI HUKUM

Macam-macam implikasi hukum yaitu:


1. Pidana
2. Perdata
3. Disiplin

Tuntutan pidana:
• Kelalaian : 359-361 KUHP
• Keterangan palsu : 267-268 KUHP
• Aborsi ilegal : 347-349 KUHP
• Penipuan : 382 BIS KUHP
• Perpajakan : 209, 372 KUHP
• Euthanasia : 344 KUHP
• Penyerangan seks : 284-294 KUHP

Contoh kasus:
Seorang dokter gigi lalai, membuat gigi anterior untuk perawatan jaket dengan pasak gigi lepas. Kerugian
yang didapat pasien yaitu:
1. Biaya :
a. Biaya perawatan hingga sembuh
b. Biaya terapi dan gigi palsu
c. Biaya non medis
2. Kehilangan kesempatan
a. Selama perawatan
b. Keterbatasan peluang sosio interaksi
3. Immateriel

203
Upaya cegah pelanggaran
 Reasonable competence, reasonable care, reasonable communication.
 Profesionalisme: etik, standar, pengawasan, koreksi.

Upaya cegah risiko


 Product liability prevention, quality assurance, risk management

Siapkan legal defence


 Medical evidence: rekam medik, informed consent

Alihkan risiko
 Asuransi profesi
 No fault compensation

Pengingat:
 Gunakan jawaban “tergantung” sebagai kata awal membuka penilaian suatu kasus.
 Medikolegal berarti meliputi etik, disiplin dan hukum
 Pelayanan kedokteran merupakan sistem yang kompleks dan tightly coupled, selalu mengandung
risiko, sehingga harus dilakukan dengan kehati-hatian yang tinggi.

204
PERAWATAN PROSTODONTIK PADA PASIEN ANAK
Oleh drg. Triniata Lydianna, MDSc., Sp.KGA
Editor: Eva Febrian Saputri
Referensi

A. GOAL/TUJUAN
Offer an opportunity to develop a better appreciation of the achievable and
available solutions for the young patient with a prosthodontic need.
 Memberikan kesempatan untuk mengembangkan apresiasi yang lebih baik dari solusi
yang dapat dicapai dan tersedia untuk pasien muda dengan kebutuhan prostodontik.

Prinsip perawatan prostodontik pada pasien anak sebenarnya tidaklah jauh berbeda
dengan perawatan prostodontik pada orang dewasa. Selain untuk mmengembalikan fungsi
gigi, tujuan perawatan prostodontik pada pasien usia muda adalah untuk membantu pasien
usia muda tersebut mendapatkan kondisi psikologis yang lebih baik.

B. ETIOLOGY OF TOOTH LOSS IN CHILDREN


 Traumatic injury
Contoh: kecelakaan, biasa melibatkan gigi anterior
 Caries
Dapat melibatkan gigi anterior maupun posterior
 Congenitally Agenese
Secara kongenital tidak ada benih gigi. Contoh: cleidocranial dysplasia,
ectodermal dysplasia. Paling sering tidak ada benih: gigi Premolar 2

C. CHILD --- ADOLESCENT


 Patient cooperation, however, is mandatory during and after treatment.
 Because adolescents are often affected psychologically by the unacceptable
appearance of diseased, damaged, or missing teeth, one should not allow
chronologic age to preclude performance or whatever treatment is necessary to
provide proper function and esthetics.
 Adolescent patient must be able to tolerate long appointments and remain still for
extended periods while teeth are being prepared and impression materials are
setting.
 Also they must be able to achieve and maintain good oral hygiene around both
the provisional and definitive restorations, as well as in the rest of the mouth.

205
 These conditions  highly desirable to perform the necessary treatment as
expeditiously as possible.
 It must be understood that an adolescent is more likely to sustain trauma to the oral
structures than is an adult and thus there is greater risk of damage to restorations
and prostheses than in adult patient.

Terjemahan
 Kerjasama pasien harus ada selama dan setelah perawatan.
 Pasien usia remaja sering dipengaruhi secara psikologis oleh penampilan yang tidak
dapat diterima karena suatu penyakit, kerusakan atau hilangnya gigi. Usia
kronologis ini tidak boleh menghalangi kinerja atau perawatan apapun yang
diperlukan untuk menyediakan fungsi dan estetik yang tepat.
 Pasien usia remaja harus dapat mentolerir janji temu dengan dokter gigi dalam
waktu yang lama dan tetap diam saat gigi dipersiapkan dan bahan cetak setting.
 Pasien usia remaja juga harus bisa mencapai dan mempertahankan kebersihan
mulut yang baik di sekitar restorasi provisional dan definitive, maupun di seluruh
rongga mulut.
 Kondisi-kondisi ini  sangat diinginkan untuk dilakukan perawatan yang
dibutuhkan secepat mungkin.
 Harus dipahami bahwa usia remaja lebih berkemungkinan untuk mendapatkan
trauma pada rongga mulut dibandingkan dengan usia dewasa, sehingga ada risiko
yang lebih besar untuk terjadi kerusakan pada restorasi dan prosthesis.

#Catatan
Pasien usia muda/anak harus dikotak-kotakkan lagi sesuai usia
 Child: kemungkinan besar masih ada gigi desidui
 Adolescent: semua gigi sudah permanen semua, sehingga diutamakan
untuk perawatan prostodontik. Harus diperhatikan segi psikisnya,
contoh: pasien kooperatif atau tidak kooperatif.
D. CONSIDERATION/PERTIMBANGAN
 Jumlah gigi yang hilang
 Kerjasama dari pasien (kooperatif/tidak)
Jika pasien tidak kooperatif, harus ditunda dulu sampai pasien kooperatif, karena
nanti akan menyebabkan kegagalan.

E. PERAWATAN
1. Jacket Crown

 Contoh gigi I1 mengalami


injury, sehingga fraktur. Harus
dilihat dulu kondisi pulpanya,
jika pulpa terlibat maka
lakukan PSA terlebih dahulu.

2. Fix Partial Dentures


 Fix partial dentures. Contoh pertama: gigi
I2 hilang, harus dilhat gigi caninus nya
apakah permanen atau belum, kalau belum
jangan dijadikan abutment.
206
Fix Partial Dentures
Contemporary treatment planning more frequently indicates that an interim
fixed or removable prosthesis be used until such time as growth is completed and
dental implants can be placed.
 Rencana perawatan kontemporer lebih sering mengindikasikan bahwa interim
fixed atau removable prosthesis dapat digunakan hingga waktu tertentu selama
pertumbuhan gigi pada pasien selesai, dan kemudian dental implants dapat
dipasangkan.
Resin-bonded retainers
The existing crown form, color, and axial alignment must be satisfactory.
When abutment crown contours or color require esthetic changes, then complete-
coverage retainers may produce a superior result.
 Bentuk, warna, dan axial alignment gigi harus memuaskan. Ketika kontur dan
warna mahkota abutment membutuhkan perubahan estetik, maka penggunaan
complete coverage retainers dapat memberikan hasil yang terbaik.

Complete crown retainer


When a resin-bonded retainer cannot be used of the tooth condition, crown
form, crown length, axial alignment, occlusal forces, or conditions requiring
maximal retention and resistance form, use of complete-coverage retainers is
indicated.
 Ketika resin-bonded retainer tidak bisa digunakan untuk kondisi gigi tertentu,
bentuk mahkota, panjang mahkota, axial alignment, gaya oklusal, atau kondisi yang
membutuhkan retensi maksimal dan bentuk resistensi, penggunaan complete-
coverage retainers diindikasikan.

3. Removable Partial Dentures


 Removable partial denture
Pasien usia muda masih dalam masa
pertumbuhan, sehingga kondisi gigi dan
rahangnya akan berubah dan
menyebabkan gigi tiruannya menjadi
tidak pas lagi. Contoh yang terlibat
207
adalah gigi anterior karena traumatic
injury. Konektor yang dipakai boleh apa
saja, namun harus diperhatikan usianya.
Implant Usage Before Growth Completion
 More predictable to restore larger edentulous areas with implants than to
place a single implant supported crown in a growing patient.
 Traumatic loss or congenital absence of a single anterior maxillary tooth 
the placement of dental implants in this area should not be attempted until
the accelerated phase of peripubertal growth is close to complete.
Terjemahan
 Lebih dapat diprediksikan untuk merestorasi daerah edentulous yang lebih
lebar dengan implant daripada dengan single implant supported crown pada
pasien yang masih dalam tahap pertumbuhan.
 Kehilangan gigi karena trauma atau karena kelainan kongenital pada gigi
single anterior rahang atas  penggunaan dental implants pada area ini
seharusnya diusahakan tidak dilakukan sampai fase akselerasi pertumbuhan
peripubertas hampir selesai.

Contoh gambar:

208
Protective Mouthguards

 Prevention of oral disease and injury


 Athletes who are engaged in contact sports
 Materials: poly (vinyl acetate-ethylene) copolymer thermoplastic,
polyurethane, and laminated thermoplastic
 The successful use of mouth guards by many young athletes has proven that
they can be worn with comfort and serve as effective safeguards against
injuries to the teeth

Terjemahan
 Pencegahan dari penyakit oral dan injury.
 Biasa digunakan oleh atlet muda.
 Material yang digunakan dapat bermacam-macam, seperti poly (vinyl
acetate-ethylene) copolymer thermoplastic, polyurethane, dan laminated
thermoplastic.
 Keberhasilan penggunaan mouthguards oleh banyak atlet muda
membuktikan bahwa mouthguards dan digunakan dengan nyaman dan
efektif sebagai pelindung dari cedera pada gigi.

209
Contoh gambar Mouthguards

210
RETENSI DAN STABILITASI GIGI TIRUAN LENGKAP
Dosen: drg. Gunawan sri sarjono
Editor: Gea Zhafirah

FAKTOR-FAKTOR YG BERPENGARUH PADA RETENSI DAN STABILISASI GTL


RETENSI : daya tahan terhadap lepasnya gigi tiruan dalam keadaan diam.
STABILISASI : daya tahan terhadap lepasnya gigi tiruan dalam keadaan bergerak / berfungsi
Note: Cara mengeceknya adalah membebaskan gigi tiruan tersebut dari semua aktivitas otot.

RETENSI
Dipengaruhi oleh :
1. Anatomi jar.keras & lunak cavum oris (alv.runcing, torus)
2. Design base plate (post dam, pheripherial seal, perluasan base plate)
3. Kondisi mukosa mulut (flaby, kompresibilitas )
4. Kondisi saliva
Note: faktor pertama terjadinya retensi adalah terjadinya vacum area

STABILISASI
Dipengaruhi oleh :
1. Penyusunan gigi (over jet & bite, curva von Spee, Monson & anti Monson, balancing side &
working side, sudut lereng horisontal dan lateral gigi posterior hrs sesuai TMJ)
2. Over extension base plate (batas fisiologis, pembebasan frenulum)
3. Kondisi lidah (ukuran, bentuk, aktivitas)
4. Vertikal dimensi (VDO & VDRP)  kalau vertical dimensinya terlalu pendek akan
menyebabkan tidak adanya kontak prematur pada semua bagian anasir tentu saja akan
membuat gigi tiruan mudah terlepas.

PSIKOLOGIS ENAK FISIOLOGIS ENAK

RETENSI STABILITAS

DUKUNGAN

KEBERHASILAN G.T.L

KEAWETAN

211
KEBERHASILAN GIGI TIRUAN LENGKAP
Keberhasilan GTL merupakan interaksi antara
 Retensi  kenyamanan psikologis
 Stabilisasi  kenyamanan fisiologis
 Dukungan  keawetan

Kriteria keberhasilan gigi tiruan :


1. Enak dipakai, nyaman dan menyenangkan
2. Dapat mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan dan estetis
3. Dapat memelihara keadaan jaringan mulut
Retensi : Ketahanan gigi tiruan untuk melawan upaya pengelepasannya dari mulut
Kestabilan / stabilisasi : Daya tahan GT untuk bertahan di tempatnya melawan gerakan-gerakan

Permukaan GTL terdiri dari :


1. Fitting/Tissue Surface : Permukaan Cetakan
2. Permukaan Gigi Tiruan : Konturnya ditentukan oleh cetakan, termasuk tepi GT meluas ke
permukaan poles Menempel jaringan mulut pendukungnya harus menempel dengan jaringan
rongga mulut. Jika terdapat rongga udara yang masukmaka retensi tidak akan didapat.
3. Polished surface : permukaan poles Dari tepi GT ke tepi oklusal, Termasuk permukaan
palatinal  Poles
4. Occlusal surface = permukaan oklusal Permukaan oklusal/insisal yang berkontak dengan gigi
geligi antagonis.

Faktor-faktor yang dapat dimanfaatkan sebagai bagian-bagian yang akan menunjang retensi dan
stabilisasi GTL.
1. Daya adhesi saliva terhadap fitting surface dan jaringan. Mempengaruhi pembasahan
GT/jar.
Daya kohesi molekul saliva mempertahankan keutuhan film saliva. Rangkaian kekuatan
antar molekular antara gigi tiruan dan mukosa yang membantu retensi.
Sehingga memungkinkan terbentuknya vakum area pada basis GT

212
2. Interfacial surface tension = tegangan permukaan antara dua permukaan
• Saliva diantara mukosa dan GT
• Udara dalam mulut
Tekanan saliva < tekanan udara  perbedaan Tekanan  retensi

3. Intimate tissue contact atau faktor kerapatan pada GT = dekatnya titik kontak antara fitting
surface dan jaringan pendukung  makin dekat  retensi
4. Tekanan atmosfer terhadap ruang hampa Peripheral seal & post dam harus menekan sedikit
masuk ke jaringan lunak. Insersi GT RA udara antara protesa dan mukosa ditekan ke luar
 tekanan permukaan dalam < atau hampa udara dibanding permukaan luar  retensi.
Note: Biasanya tekanan yang diluar lebih besar dengan yang didalam sehingga GT akan
menekan lebih kuat lagi.
 Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari
tekanan atmosfer. Posisi terbaik Peripherial Seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan
yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal dan lingual
gigitiruan bawah. Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari
palatum molle dekatfovea palatine.
5. Gravitasi
• RB memperkuat retensi
• RA mengurangi retensi  dibuat material yang ringan
Note: pada kasus-kasus tertentu ada yang disebut GTL dengan pemberat jadi dapat
diberikan logam untuk membantu retensi. Logamnya itu biasanya diapatkan dari
tumpatan amalgam.

6. Kontrol neuromuskuler

213
Gerakan otot mulut (pipi, bibir, lidah) digunakan untuk mengontrol retensi dan stabilisasi.
Faktor ini tergantung dari pasiennya tidak bisa ditentukan oleh dokter gigi, sejauh mana
pasien mampu beradaptasi dengan gigi tiruan yang telah dibuat.

Faktor-faktor mempengaruhi besar kecilnya retensi pada fitting surface :


1. Kondisi proc. alveolaris & palatum
2. Luas dan ketepatan perlekatan
3. Bentuk, penempatan peripheral seal dan posterior seal
4. Konsistensi saliva
5. Kompresibilitas jar pendukung
6. Berat protesa
7. Struktur dan bangunan tambahan

1. Proc. alveolaris dibentuk karena adanya gigi yang erupsi. Pada gigi hilang terjadi atropi.
Hilangnya gigi bertahap  bentuk proc. alveolaris tidak teratur, juga karena resorbsi dan atropi.
Note: biasanya pada gigi yang divabut secara tidak bersamaan seperti saat mencabut gigi yang
karies biasanya alveolar ridgenya tidak akan memiliki ketinggian yang sama.

Tipe- tipe proses resorbsi :


RA : ke atas dan ke dalam (sentripetal)  sempit
RB : anterior ke dalam vertikal/inferior/depan

Bentuk, ukuran proc. Alveolaris :


• Tinggi : tebal-tipis-conus
• Sedang : tebal-tipis-conus
• Rendah : tebal-tipis-conus
Retensi baik/kuat pada tinggi dan tebal
Bentuk proc. Alveolaris sejajar  retensi besar

Bentuk palatum :
• Parabola  terbaik
• Conus, tinggi, gaya gravitasi  gaya sliding
• Datar

2. Luas & ketepatan fitting surface


Prinsip :

 Mencakup area semaksimal mungkin, asal masih dalam batas-batas fungsi dan
kesehatan.
 Makin luas fitting surface retensi makin besar.
 Ada batas maks. Lebih besar dari batas maksimum menurunkan stabilitas.
 Retensi akan berkurang jika perluasan fitting surface menjadi > / kurang.

Perluasan fitting surface :


Batas RA : Peripheral seal ( tepi ) pada fornik.

214
Post-or seal antara vibrating line ant-or dan post- or & fossa pterygomaxillaris  circulair seal
 retensi
Batas RB : Peripheral seal ( tepi ) pada fornik.

Post-or pd retromolare pad (trigonum retromolare) Lingual pd linea milohyoidea/sulkus alveol-


lingualis.
Bebas tekanan karena gerakan resistant area / non resistant area

Ketepatan fitting surface tergantung :


Hasil cetakan & prosedur pencetakan

FAKTOR YANG BERPENGARUH :


 Alat (Sendok Cetak)  pencetakan yang bagus sendok cetaknya harus ditutupi sempurna
dengan bahan cetak.
 Bahan Cetak
 Metode / teknik mencetak
 Processing / pengisian

3. BENTUK, PENEMPATAN, UKURAN PERIPHERAL DAN POSTERIOR SEAL


Dibuat dengan prinsip :
1. Menjaga/mempertahankan ruang antara fitting surface dan jar sbg ruang hampa udara 
bendungan mencegah udara masuk
2. Perubahan bentuk mukosa, otot tidak menyebabkan terlepasnya fitting surface dr
pendukungnya.
3. Tidak mengganggu estetis (labial) dan tidak menyebabkan gagging.

Waktu berfungsi palatum molle bergerak:


Biasanya reflek muntah terjadi ketika GTL terlalu panjang pada bagian palatum molle
 Vibrating line
Vibrating line anterior  Cara menentukan : Blow Line  menghembuskan nafas melalui
mulut. Bagian pertama yang bergetar disebut blow line
Vibrating line post-or  Cara menentukan : Ah Line  saat pasien menybutkan kata
“AH”  untuk menempatkan post dam
 Bagian paling posterior GTL pada ah line  Buat post dam ± 2 mm  Tetap melekat saat
berfungsi
 Jika terlalu panjang  muntah
tanpa post dam  GTL lepas
 Pembuatan post dam melewati fossa pterygomaxillaris kiri dan kanan (berupa cekungan)
dengan patokan 2 mm di depan fovea palatina (berupa titik).
 Bentuk seal bulat sehingga jika bergerak masih ada perlekatan. Jika runcing, gerakan
sedikit  membuka, udara masuk.

4. KONSISTENSI SALIVA
Fungsi saliva perekat/cairan menghubungkan fitting surface dengan mukosa.
Konsistensi kental, sedang, encer.
Encer kekuatan perekatan < kerapatan baik

215
Kental mengandung mucin  kekuatan perekatan < Mencegah kerapatan (tidak baik)
kohesinya < Yang baik konsistensinya sedang.

Pasien dengan saliva kental :


• Gampang muntah
• Gagging/mau muntah
• Vomiting/mual

5. KOMPRESIBILITAS JARINGAN PENDUKUNG


Dapat ditekannya jaringan tanpa menimbulkan keadaan patologis, normal 2 mm.
Pengaruhnya bisa mendesak saliva dan udara ke samping sehingga terjadi daerah hampa udara
 lebih rapat/dekat.

Pada jar keras:


 Kompresibilitas kecil  mendapatkan ruang pakum kurang
 Kompresibilitas sedang  pakum baik
 Kompresibilitas terlalu besar  pakum baik, tapi jar kurang kuat

6. BERAT PROTESA
Yang baik sesuai dengan berat jaringan yang hilang.
RA : mengurangi retensi
RB : menambah retensi

7. STUKTUR/BANGUNAN TAMBAHAN
MAKSUDNYA AGAR :
 Protesa tidak goyah
 Mencegah terjepitnya arteri dan nervus
 Mencegah daerah tersebut sebagai tumpuan/aksis GTL
 Menambah ruang vakum, 216issal post dam, peripheral seal. RA dibuat pada torus
palatinus.
o Meskipun tidak ada torus  dibuat ruang sampai foramen incisivum agar nervus
yang keluar tidak tertekan.

Retensi pada polished surface :


Dengan membuat bentuk permukaan bukal, lingual/palatinal, labial, yang memungkinkan
otot-otot pipi, bibir, lidah bertendensi membantu menempatkan GTL pada perlekatannya.

Retensi pada occlusal surface :


Diperoleh dengan menyeimbangkan kontak oklusal gigi-gigi rahang atas terhadap rahang
bawah.

216
RETENSI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
Drg. Fahmi Yunisa
Editor : Masayu Nur Ainun Arief

SKEMA GTSL

Bagaimana makanan bisa melepaskan gigi tiruan?


- Aksi dari makanan : eg. Pasien makan mkanan yg lengket (permen karamel) sbgian dri
permen tersebut menempel pada gigi rahang bawah (gigi palsunya), dan sbgian lgi
menempel pada gigi rahang atas (gigi asli). Ketika pasien melakukan gerakan pengunyahan
(gerakan membuka-menutup), pd saat gerakan membuka dmna kedua tepi dri karamel
menempel pd kedua sisi yg berlawanan  ada kemungkinan aksi ini melepaskan gigi
tiruan.
- Gaya gravitasi : dapat melemaskaan gigi tiruan yg ada di rahang atas.
Maka dri itu drg. harus mendesain gigi tiruannya supaya ada komponen yg menhan gigi tiruan tsb,
agar gigi tiruan tidak lepas ke arah oklusal  dikenal dengan retainer (komponen gigi tiruan yg
menyediakan retensi)

Komponen gigi tiruan yg menyediakan retensi dikenal dengan istilah direct retainer. Retainer ini
langsung bekerja ketika ada gaya yg berusaha untuk melepaskan gigi tiruan. Direct retainer sendiri,
terbagi dalam kedua kelompok besar, yaitu :
Exstracoronal direct retainer dan intracoronal direct retianer.
Exstracoronal direct retainer adalah jenis retainer yg ditempatkan di luar mahkota/ dibagian
mahkota yg berada di paling luar. Exstracoronal direct retainer terbagi menjadi dua, yaitu :
cengkram (suprabulge, infrabulge), attectment.

217
Intracoronal direct retianer adalah jenis direct retainer yg diletakkan di dalam mahkota

Gigi tiruan pd foto diatas memiliki dua cengkram (kanan-kiri), yg membedakan adalah drimana
arah berjalan/ datangnya cengkram
- Cengkram sebelah kiri : berjalan dri sisi oklusal ke arah servical/ undercut (dikenal dengan
istilah cengkram oklusal)
- Cengkram sebelah kanan : berjalan dri arah gingival lalu bergerak ke arah oklusal sampai
sebelum garis survey (dikenal dengan istilah cengkram gingival infrabulge clasp)
Yang membedakan kedua cengkram ini adalah arah datangnya, sementara pengujung cengkram
sama2 berada pada daerah undercut

RETENSI CENGKERAM
Kekuatan retensi adalah kemampuan GTSL untuk menahan gaya yang cenderung
melepaskannya selama berfungsi (Loney, 2011)
RETENSI dipengaruhi oleh 2 faktor :
a. Faktor gigi : kedalaman undercut
b. Faktor protesa : fleksibilitas cengkeram
Menurut jepson, 2004 retensi cengkram dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :
a. Tipe
b. Fleksibel
c. Undercut

FLEKSIBILITAS CENGKERAM

Gigi tiruan sebagain lepasan  dibuat diluar rongga mulut  ketika nnti akan digunakan (GTSL
diletakkan diatas gigi lalu didorong ke arah gigi yg hilang) pda saat GTSL didorong ke arah gigi
yang hialang, maka cengkram harus bisa melewati kontur terbesar gigi (cengkram ini harus bersifat
fleksibel)
Retentive clasp : datang dri luar  menyentuh permukaan gigi (gigi mempunyai kecembungan)
cengkram hrus bersifat fleksibel  bisa melewati kontur tetbesar gigi  sampai menyentuh daerah
undercut. Cengkram hrus punya sifat fleksibilitas tapi tidak terlalu fleksibel. Bagian cengkram yg
hrus bersifat fleksibel hanya berada pada ujungnya saja, sdngkan pd bagian tengah dan pangkalnya
harus bersifat kaku (berfungsi untuk menahan agar GTSL tidak lepas.

218
Fleksibilitas yg dibutuhkan yaitu, dia mampu meregang pd saat melewati kontur terbesar gigi,
apabila dia terlalu fleksibel maka dia terlaau mudah untuk meregang (ketika ada gaya yg mampu
melepaskan GTSL tersebut maka dia mudah lepas)
Fleksibilitas cengkeram : didapat dari panjang lengan, diameter , penampang, jenis material

RUMUS DEFLEKSI
D = 4 F L3
E w t3

D = defleksi
F = gaya
L = panjang cengkeram
E = modulus elatisitas cengkeram
w = lebar cengkeram
t = tebal cengkeram

Agar gigi tiruan memiliki sifat flesibilitas  defleksi harus kecil  untuk mendapatkan nilai
defleksi yang kecil maka kita harus memperkecil nilai L, memperbesar nilai E, W dan t 
menghasilkan cengkram yang retentif.
Cengkram yang retentif selain didapat dari nilai defleksi yang kecil, juga didapat dari lengan yang
pendek, modulud elastis yang besar, dimensi/penampang yang besar
- Dimensi : eg. Ada 3 buah cengkram dengan nilai dimensi yang berbeda, yaitu 0,6 0,8 1,2
 dimensi 1,2 adalah yg paling retentif  maka akan menghasilkan nilai defleksi yang
kecil
- Jenis material : cengkram thermopalstic, cengkram kawat, cengkram logam. Ketiga
material ini memiliki modulus elastis yang berbeda-beda  logam memiliki modulus
elastis yang besar, sementara thermoplastic memiliki modulus elastis yang kecil.

219
Kedalaman undercut berfungsi untuk menahan gigi. Untuk menentukan gigi mana yang
berfungsi sebgai penahan serta memiliki undercut/ tidak, ditentukan dri prosedur survey 
menggunakan analayzing root  diganti dgn table marker  akan tergambar garis survey.
Ujung lengan cenkram diletakkan di daerah undercut  apabila kita melakukkan pengukuran
letak cengkram terhdap tepi gigi  ada 2 kedalam dimensi undercut (hirozintal, vertikal)
Horizontal (b) : diukur dri ujung lengan cengkram terhadap daerah kecembungan gigi scra
horizontal
Vertikal (a) : jarak antara ujung lengan cengkram terhadap garis survey scra vertikal

(a) (b)
Bagaimana kedalaman undercut berpengaruh terhadap kekuatan atau besarnya retensi ?
eg. Kita mempunyai 2 buah cengkram dengan desain yg sama, ketebalan yg sama tpi berbeda
letaknya.
- 2 buah cengkram diletakkan dengan kedalaman 0,02 inci dan 0,01 inci secara horizontal
 maka cengkram pd kedalam 0,02 inci akan menunjukkan kekuatan retensi yg lebih
besar (gambar (b) yang disebalh kiri)

- Sudut kecembungan dri gigi  ada 2 buah gigi (gambar (b) yg di sebalh kanan  memiliki
sudut kecembungan yg berbeda)  sudut tersebut dibentuk antara analyzing root dengan
kemiringan dri kontur gigi tersebut  gigi A memiliki sudut kecembungan yg lebih besar
 maka memiliki retensi yg lebih besar pula

- Gambar (b) : cengkram memiliki material yg sama (logam)  diletakkan ke kedalaman


undercut scra horizontal (0,02 inci)  tetapi memiliki sudut kecembungannya berbeda 
retensi yg lebih baik disediakan oleh gigi A karena memiliki sudut kecembungan yg lebih
besar. Lalu, cengkram diletakkan di kedalaman undercut scra horizontal dengan kedalaman
yang lebih besar  maka memiliki kekuatan retensi yg lebih besar pula

Kedalaman undercut sama seperti mekanika yg ditarik pda bidang miring


w : besarnya usaha
s : jarak (semakin panjang s nya maka usaha semakin besar)
h : ketinggian (smkin besar h semkin besar sudut, otomatis w nya juga semakin besar
(karena h mempengaruhi sudut)

220
KESIMPULAN
1. Restorasi GTSL harus menyediakan retensi (direct retainer)
2. Desain cengkeram harus memperhatikan fleksibilitas bahan
3. Gigi penahan harus menyediakan undercut yang adekuat
4. Perencanaan dalam desain cengkeram menentukan keberhasilan perawatan GTSL
Selain ke 4 ini, pemilihan bahan dan pemilihan gigi sebgai penahan (apakah gigi tersebut
menyediakan undercut atau tidak) juga harus diperhatikan.

(yg ketawa liat ini, fix selera humor kita sama. Humor level kentang wkwk. Canda zheyeng)

221
MATERI drg. Purwanto, SU

222
5/2/2020

ALOI

LOGAM Struktur logam


• Struktur kristal
• Substansi kimia yg opak, • Inti atom dikelilingi kabut electron
• mengkilap  bersifat sbg electron bebas.
• penghantar (konduktor) panas atau listrik
pemantul atau reflektor sinar yg baik. menyebabkan
unsur logam sbg :
konduktor listrik /panas.

• Kelompok : ditentukan
thermal gradient atau
1. Light metal  sifat high melting electric field dgn potential gradient.
2. Heavy metal sifat low melting

SIFAT LOGAM (kecuali merkuri) Sifat logam berkorelasi dengan :

• Padat/keras, kuat kecuali air raksa 1. Elektron bebas


• Berkilau in t ruang 2. Bentuk ruang kisi-kisi
• Mempunyai struktur kristal 3. Dimensi ruang kisi-kisi
• Atom tersusun padat, berhubungan dgn berat atom
Konduktor panas & listrik
• Elektropositip
• Warna keputihan/opak kecuali emas & tembaga

1
5/2/2020

ALOI / Paduan logam yg digunakan di bidang


Logam campur / logam paduan kedokteran gigi
• Suatu produk yg dibentuk oleh
• bahan restorasi, perawatan ortodontik, prostodontik,
penggabungan dua logam atau lebih bedah mulut dan endodontik.
yg sama-sama larut dalam keadaan cair.
• Semua logam mengalami korosi---> RX elektrokimia
mencapai kesetimbangan termodinamika

• Di dlm rongga mulut proses korosi terjadi krn reaksi


logam dgn saliva sbg cairan elektrolit rongga mulut.

• Stainless Steel Crown (SSC) • Efek toksik unsur Ni+2 yg terlepas krna proses korosi  Rx inflamasi in
gusi &
• tumpatan dibuat dr -> alloy nirkarat. paduan austenitik Stainless
Steel 18/8 dari kelompok AISI 304 mengandung Chrome 18% & Nikel jaringan periodontal.
8%,  sbg bahan restorasi gigi :
• 1. mengalami kerusakan luas krn karies,
• 2.fraktur mahkota, • laboratoris
• 3.hipoplasia email, • ditandai dgn munculnya sitokin pro inflamasi sbg parameter imunologis
• 4.setelah perawatan saraf. seperti IL-6, IL-8,

• TNFα & IL-1β mempunyai fungsi utama membantu


mengawali & memperkuat setiap respon inflamasi.

• Kesimpulannya pelepasan unsur Ni+2 pada proses korosi setelah


• Kehadiran sitokin proinflamasi dpt dideteksi 1 jam pemasangan SSC
setelah pemasangan SSC dgn pemeriksaan cairan celah • menyebabkan inflamasi gusi yang ditandai oleh perubahan parameter
gusi menggunakan teknik ELISA. imunologis.

• Besarnya efek toksik bergantung pada tingkat korosi


dan pelepasan ion-ion yg dipengaruhi oleh komposisi
logam, temperatur dan pH lingkungan, keausan metal
karena friksi dan abrasi, ada tidaknya solder, serta
regangan yg terjadi.

2
5/2/2020

Klasifikasi Dental Casting Alloy

(a) Berdasarkan  jumlah unsur penyusun


sistem binary, ternary, quartenary, dst

• Noblitas  noble & non noble Crown


• Nilai price : precious & non precious
• Warna : Yellow alloy & white/silver alloy
• Penggunaan : dental casting
wire/wrought alloy
solder alloy dst

(b). Berdasarkan dental function


(the Bureau of Standard): Tipe II (Sedang/medium)

• Kekerasan : 90 – 120 VHN


Tipe I alloy (Lunak/soft) • Elongasi mendekati tipe I
• Kekerasan : 50 – 90 VHN • Ductility baik
• Sedikit ductile • Dgn instrumen tangan tdk sebaik tipe I, ok mempunyai
kekerasan & yild strength> I
• Elongasi : 25 – 30%
• Dgn heat treatment tdk dpt dikeraskan
• Yield strength : 100 – 110 MPa-> rendah • Inlai Co – Cr
• Bagian tepi  burnishing • u/ gigi dgn mendpt tekanan moderat
• Instrumen tangan • misalnya u/ ¾ crown, abutment, pontic, full crown,
• For : tekanan rendah & kecil Inlai inlay tekanan sedang

Tipe III ( Keras / hard ) Tipe IV ( Sangat keras / extra hard )


• Kekerasan : 120 – 150 VHN
• Kekerasan 150 – 250 VHN
• Inlai mahkota penuh, jembatan pendek (Ni-Cr),
• Yield strength 300 -400 MPa
• post coran, coran, gts pendek
• Modulus elastisitas 75.000 – 105.000 MPa
• Heat treatment  meningkatkan kekuatan
• Heat treatment  elongasi & yield berubah
• mekanis
• Post coran, cores,jembatan bentang panjang, lengan klamer, inlai tekanan
• u/ gigi yg mendpt teanan oklusal tinggi besar, gts kerangka logam, denture bar,
• termasuk ¾ crown, full crown, cast backing, abutment,
pontic, denture base, fixed partial denture (kecil), inlay.

3
5/2/2020

(c) ANSI-ADA SYSTEM

• High nobel alloy : Au >40% ,


• - Metal ceramic alloy (hard & extra hard): coping, Noble metal minimal 60 %
veneer dental porcelain, crown (dinding tipis).
• Noble alloy : # Au
• - Removable partial denture alloy: RPD frame work noble metal minimal 25 %
,platnya ringan tetapi kuat. Alloi ini  sbg pengganti • Base metal alloy : tanpa Au
Type IV alloy. noble metal – 25%

Penggunaan di kg LOGAM NOBLE

• Gold-platinum ; Gold-copper-silver ; Silver-gold-copper: : full cast, • Resistensi tarnish & korosi


porcelain bonding • emas (Au), platina (Pt), paladium (Pd), iridium (Ir), ruthenium (Ru),
• Palladium-copper ; Silver-palladium: full cast, porcelain bonding nobium (Nb) dan osmium (Os).
• Ni-based ; C-based : full cast, porcelain bonding, • Iridium dan rutenium dapat digunakan sebagai grain finer pada gold
alloy.
partial denture, wrought
• Ti-based: full cast, porcelain bonding, partial
denture, implant

Emas Aloi logam

• Temperature liquidus & solidus tertentu


• . Au  resistensi korosi, malleability tinggi , • Densitas >>  casting mudah
melting point rendah • Aloi hardness > email __> gigi antagonis aus & gangguan TMJ
• Kandungan Au in aloi :
• Persentase, karat, fineness (f)
• Au murni  100%=24 karat=1000f

4
5/2/2020

NON NOBLE Dental ALLOY Aloi kobalt - kromium

Persyaratan: • Wire orthodontic,


• Biokompatibel • gts kerangka logam,
• Ductility : aloi mampu dibengkok, di bentuk # • Formula : Co (55-65%), Cr (30%),
patah Mo(4-5%), Ti (5%)
• Stiffness : aloi mempunyai resistensi thd • Ni : mengeraskan & meningkatkan ductility
elastic deformation • Mo : Mengeraskan & menguatkan
• # korosi & # tarnish • Cr : mengeraskan
Digunakan : • Si : meningkatkan keuletan
• ortodonsi, prostodonsi, bedah mulut, KGA

Aloi Nikel Kromium Sifat aloi Co-Cr & Ni-Cr


• Ni 70-80%, Cr 10-20%
• Keras, tahan korosi ok passivating effect
• Modulus elastisitas 250 GPa modulus elastisitas tinggi  lengan
klamer tipis • Aloi ditutupi kromik oksida
• Kekerasan tinggi – sukar dipolis mekanis- pemolesan elektrolitik • Modulus elatisitas tinggi, keuletan rendah
u/fitting surface-non fc mekanis

Titanium & aloi Ti Aloi mahkota & jembatan


• Bentuk murni  Commercial pure (cp – Ti)
• Implant materials : Ti(89%0, Al(6%), Vd(4%) • Ni-Cr 
• Wire Ti(45%), Ni(55%), Ni-Ti alloy • ketegaran >> Co-Cr
• pengkerutan 2%
• kontraksi #sebanding kompensasinya
• In bonded porcelain & restorasi ceramometallic

5
5/2/2020

STAINLESS STEELS (SS) Formula umum

Steel Alloys + 12 % Cr>>  alloy bersifat tahan • Stainless steel campuran besi + karbon & kromium, nikel, mangaan,
dll logam yg tdk mudah teroksidasi.
karat
(stainless – steels /baja) Fe(69%), Cr (18%), Ni (8%), Mo(5%), dan C (0,2%)
Cr  min 10.5 %, mak 30%
Cr (+) s/d 17 wt%  Passivitas (+)
Cr sangat reaktif thd oksigen  passivating film 
berperan sbg protective-coating lap. dibawahnya.

Baja tahan karat (Stainless steel) Baja tahan karat (Stainless steel)
• Aloi besi tahan korosi • Aloi besi tahan korosi
• Pisau scalpel, tang, kawat orthodonsi, plat gts & klamer • Pisau scalpel, tang, kawat orthodonsi, plat gts & klamer
• Fe(69%),Cr(18%), Ni(8%),Mo(5%), C(0%) • Fe(69%),Cr(18%), Ni(8%),Mo(5%), C(0%)

Stainless Steel Crown (SSC)


• Indikasi penggunaan SSC 
•  suatu mahkota baja nirkarat yg digunakan u/ restorasi atau tambalan
sementara gigi pos-terior sulung, mempunyai bentuk sesuai dgn gigi asli • gigi dgn karies luas, gigi yg mempunyai defek pada
& mudah dibentuk u diadaptasikan pd permukaan gigi yg telah email seperti hipoplasia email dan amelogenesis
dipreparasi.
imperfekta, gigi yg mengala-mi fraktur serta untuk gigi
penyangga pd pembuatan, space maintainer.
• Bahan yg digunakan tdr paduan logam :
18% Chromium, 8% Nikel (disebut alloy
18-8), dgn kandungan karbon 0,8-20%.

6
5/2/2020

• SSC berbeda dgn emas cor & mahkota SSC tdk menggunakan presisi
Sifat-sifat SSC (presition fit), dgn bantuan tang & penyesuaian klinis yg baik, SSC
diadaptasikan pd undercut alami.
• SSC mempunyai efek pegas  mengunci pd undercut setelah melewati
kontur terbesar gigi
1) Pemanasan tidak akan meningkatkan kekuatan
• SSC mempunyai efek pegas  mengunci pd undercut setelah melewati
2) Semakin besar gaya yg menimpa, semakin kontur terbesar gigi.
menambah kekerasan • Kekuatan tahanan
• SSC tidak tergantung terutama pada tahanan karena bentukan &
3) Kandungan Chrome yg tinggi akan me[-] korosi konturing
4) Penyolderan akan mengurangi ketahanan terhadap
korosi

• Media sementing merupakan pengaruh terbesar Jenis baja (Cr-Ni-C)


terhadap tahanan SSC.
• Setelah pemeriksaan, sempurnakan preparasi SSC,
karena terdapat hubungan yang erat antara kesalahan • Stainless steel dibagi ( AISI= American Iron & Steel Institute)
adaptasi mahkota dan gingivitis disekitar mahkota • 1. Ferrite
yang cacat. • 2.martensite
• Oleh karena itu SSC harus diadaptasikan dengan • 3.Austenite  SS 316 L
cermat.

Pengelompokan SS berdasarkan Ferritic Stainless Steel


Mikrostuktur SS
• Feritik SS  instrumen yg resisten thd tarnis
• Autentik SS Cr 15 – 25% (C, Si, Mo >> )
• Duplek (Feritik –Austwentik ) SS • Chromium steel  15-25%
• Martensitik SS • Elemen yg terkandung didlmnya:
• Precipitation Hardening SS • Karbon
• Silikon
• molybdenum

7
5/2/2020

Austenitic Steel Martensitic Steel


18% Cr (18-8 SS) dental appliances
C ( 0,08 – 0,2%), Ti, Mn, Si, : moderate resisten thd tarnis
Mo, Nb, Ta Fe (72%) Cr 12 – 18%
• Logam campuran paling banyak dlm KG.
manufactured instrument
orthodontic appliance
• Kandungan : nikel.
karbon : 0.08% - 0.20%
Besi : ~ 72% Baja dpt dikeraskan beberapa derajat dgn panas
• Komponen minor lainnya : titanium, mangaan, • Ketahanan thd tarnish moderate
silikon, molibdenum, niobium, & tantalum • Utk orthodontic appliance

SS Endodontic Instrument
Aloi kobalt - kromium
• Klasifikasi : - hands use
- motor-driven instrument • Wire orthodontic, gts kerangka logam, implan.
• Machining in to a pyramidal blank (square, triangular) • Formula : Co (55-65%), Cr (30%),
twisting to form a spiral cutting edge Mo(4-5%), Ti (5%)
• Root canal : jarang yg lurus
• Ni : mengeraskan & meningkatkan ductility
• Memp. Sifat bending & torsional yg cukup
• Mo : Mengeraskan & menguatkan
• Sifak mekanik file tgt:
- geometri, • Cr : mengeraskan, menambah ketahanan thd
- arah beban, • korosi  Cr membentuk lapisan pasif oksoda
- komposisi bahan. kromuim (Cr2O2) ber RX dgn O2
• Si : meningkatkan keuletan

KOBALT KROMIUM = CoCr KROMIUM NIKEL

• CoCr L605 ( Remanium Star, Jerman ) tdr : • SS 316 L


• Ferrum < 70 %
• Besi 3%
• Kromium 17,2 %
• Kobalt 5% • Nikel 10,1 %
• Kromium 20 % • Carbon 0,02 %
• Nikel 10 %
• Tungsten 15 %
• Mangan 1,5 %

8
5/2/2020

• Paduan logam Kobalt kromium molybdenum ---


• Dental protesis, implanKuat , tahan thd pemakian, mdh
dipoles • Fe : banyak digunakan
• Ni : kekerasan, t tinggi
• Huruf L : mempunyai resistensi ylb thd korosi stlh
• C : tahan t tinggi
proses welding dan kandungan C rendah
• Ni-Cr  in rongga mulut dpt alergi
• Kekurangan : putting/ crevice corrosion
• pelepasan ion Fe, Cr, Ni  alergi ,
• dermatitis, asma

Fungsi Bermacam Element


• Alloy  U/ me(+) kekerasan pd logam campur
pada Logam Campur berbahan dasar kobalt, karbon
• Komposisi logam campur :
• Kromium Berperan thd ketahanan korosi & tarnish. • di(+) karbon 0,2% tdk dpt digunakan di KG
• komposisinya > 30% sulit di casting ok sangat brittle o.k.i komposisi Cr
tdk boleh > 28%. karena, logam campur terlalu keras or brittle.
• di (+) < 0,2% akan me(-) yield & ultimate tensile
• Kobalt  meningkatkan elastic modulus, kekuatan, & kekerasan pd strength.
logam dibanding-
kan nikel.

KOROSI
• Lepasnya unsur logam dr paduan logam
Saliva terlalu banyak ion Cl  Cr tergeser & sukar terjadi akibat proses elektrokimia
repassivating  terjadi pitting corrosion • Kerusakan metal o/rx kimia or elektrokimia
• Irreversible

9
5/2/2020

• Korosi  integritas & fungsi permukaan hilang  Passvitas  lapisan Oksida bersifat self repairing
kelelahan ( fatique ) & Keausan (wear) deformasi or
fraktur logam Tahan thd korosi (efek pasivating Cr)
tergantung pd : kestabilan lap.oksida

-Korosi terjadi akibat terluka dgn baja karbon yg


embedded dlm SS
Untuk lingkungan berbeda dioptimalkan oleh alloying
dgn unsur : Ni, Mo, N, Cu
• Resisten thd tarnish & korosi (passivating effect)
tdk boleh membersihkan dgn hipokhlorid & khlorina

Korosi • ReDok
• Reaksi Reduksi-Oksidasi • Logam + elektrolit –Rx elektokimia  Oksidasi --
• Reaksi Oksidasi: M Mn+ + n.e Pelepasan elektron logam + --Reduksi –Pemakaian
• Reaksi Reduksi: 2H+ + 2 e H2 elektron o/ material –sifat katodik - O2 (-) + Ion
• O2 + 4H+ + 4e Logam in saliva >> saliva asam >>  lapisan pasif
• 2H2O aloi terlarut  mempercepat korosi
• O2 + 2H2O + 4e 4 M3+ + e M2+
• M+ + e M • Derajad keasaman

• Konsentrasi asam >>  Ion H dari asam reduksi 


korosi >>

Pengaruh pH saliva asam thd kekasaran


Sebab korosi
permukaan
1. kelembaban tinggi • pH saliva <<  Konsentrasi asam >>  ion H dariasam reduksi – ion
logam oksidasi –> korosi >>
2. Larutan asam or basa
3. Unsur in saliva
4. Udara lingkungan
5. Senyawa kimiawi

10
5/2/2020

Korosi pd restorasi/alat rehabilitasi korosi galvanik

1. Galvanic corrosion • Ok logam mempunyai komposisi kimia


2. Crevice corrosion # homogen  perbedaan potensial 
3. Pitting corrosion
4. Intergranular corrosion
5. Stress corrosion

Pitting Corrosion • Elemen minor


• mencegah pembentukan carbide
diantara karbon pd logam
• Korosi lokal bentuk pit.(lubang)permukaan ttn ; lain
lapisan pasif utuh  permulaan • stabilizing element.
irregulair=kekasaran permukaan • Stabilized stainless steel titanium,
• Disebabkan : Halogen  Cl, Br, Iodida • niobium,
• tantalum.

• Ketahanan dr bhn kimia bisa didpt bila :


Hrs dipolis, dijaga kebersihan
permukaan bersih,
halus,
- Elastisitas ditingkatkan dgn :
dipoles.
heat treatmen (400 – 500oC)
• Bentuk irregular 
setelah cold working
• memicu aksi elektrokimia pd permukaan alloy.

11
5/2/2020

Aloi untuk GTC


•1. All porcelain bridge
Kelebihannya gradasi warna sangat estetis & per-
mukaannya mengkilat.
• Porselen sulit dibedakan dgn gigi asli.
• Kekuatannya lb dp akrilik tetapi tidak sekuat logam.
• Kekurangan  bersifat rapuh & shg # diasah & #
diletakkan pd permukaan kunyah gigi belakang.

12
5/2/2020

• 2. All acrylic bridge


mahkota jaket sementara (menunggu mahkota jaket
• Bahan porselen ini tidak cocok digunakan pada pasien dengan
permanen).
kebiasaan buruk bruxism karena gesekan yang terus menerus dengan
gigi antagonisnya  porcelain cepat pecah. • Dikombinasikan dgn logam karena sifat bahan akrilik
tidak kuat menahan beban kunyah.
• Kelebihan : warnanya dapat disesuaikan dengan gigi
asli, namun mudah berubah warnanya. Harganya pun
murah tetapi tampilan menarik.

• 3. All metal bridge


• Kontraindikasi : tidak digunakan pada gigi yang Gigi tiruan permanen terbuat dari logam atau emas.
memiliki beban kunyah besar karena kekerasan akrilik • Keuntungan :
hanya 1/16 kekerasan dentin. a. mempunyai kekuatan yg sangat bagus & dapat
• Tidak cocok digunakan pada penderita dengan bertahan sampai bertahun-tahun.
bruxism. b. logam & emas tidak korosif, tidak berkarat.
Gigi tiruan dari bahan logam & emas tampilan warnanya
sangat berbeda dgn gigi asli.
Dindikasikan pd gigi posterior & kontraindikasinya adalah
gigi abutmen yg digunakan mempunyai ketebalan dentin yg
kecil.

• Gold Crowns • 4. Kombinasi (porselen dan metal)


Keuntungan: Porcelain fuse to metal adalah jenis hibrida antara
- metode simple struktur gigi yg di (-) lb minimal. mahkota logam & mahkota porselen.
- Lebih tahan lama pada saat tekanan berat seperti • Untuk gigi depan - gigi posterior.
menggigit dan mengunyah.
• Porcelen fuse to metal ini lebih kuat dp all porselen
Kerugian:
bridge. Meskipun porcelen fuse to metal dipilih untuk
- estetik kurang  warna gigi tidak seperti gigi asli.
penampilan yg sangat baik karena keestetikannya, ada
beberapa kelemahan utama yg terkait dgn logam
menyatu di dalamnya

13
5/2/2020

• 5. In Ceram (keramik bridge)


• Kelemahan : Terbuat dari porselen alumina .
• Ketidaknyamanan-gigi mungkin sensitif setelah • Memiliki estetika yg sangat baik.
prosedur. Jika gigi dimahkotai masih mengandung
• Cukup kuat u/ dpt disemen dgn semen gigi tradisional.
beberapa saraf, saraf yang akan sensitif terhadap panas SPINELL - untuk kasus anterior unit tunggal yg
dan dingin. memerlukan estetika unggul & tembus.
Beberapa kasus  permukaan mahkota menciptakan ALUMINA – u/ posterior unit tunggal & kasus anterior,
keausan gigi antagonisnya. Bagian porselen bisa dan sampai restorasi 3-unit jembatan.
terkelupas mati dan logam yang mendasari dapat Zirkonia - untuk posterior unit tunggal & kasus anterior,
terlihat sebagai garis gelap dan sampai restorasi 5-unit jembatan.

• Bridge (Jembatan)
• Gigi penyangga dikurangi ukurannya agar memung-
kinkan bahan u/digunakan memperbaiki ukuran &
• Tiga unit jembatan porselen fused to metal (PFM) bentuk gigi asli dgn kesesuaian yg benar & berkontak
Jembatan juga dikenal sebagai gigi tiruan cekat, adalah dgn gigi antagonisnya.
restorasi yg digunkan u/ menggantikan gigi yg hilang • Bahan yg digunakan u/ jembatan antara lain, emas,
dgn menggabungkannya secara permanen to gigi porselen fused to metal, atau pada keadaan tertentu
adjacent atau implant gigi. porselen saja.
• Jumlah & tipe pengurangan yg dilakukan pd gigi
• Tipe jembatan bervariasi, tgt proses pembuatan dan penyangga sedikit bervariasi pd tiap bahan yg
cara mereka dilekatkan ke adjacent teeth. Awalnya, digunakan.
jembatan dibuat menggunakan metode restorasi tidak • Pasien yg menggunakan gigi tiruan ini harus dapat
langsung. Tetapi, jembatan dapat dibuat secara membersihkan giginya dgn baik.
langsung didalam mulut menggunakan bahan tertentu
seperti komposit.

• Saat memperbaiki daerah gigi yg hilang dgn gigi


tiruan sebagian cekat yg menyelungkupi gigi yg
adjacent pd ruang kosong yg ada & menjembatani
ruangan dgn gigi tiruan, restorasi tsb dsbt jembatan.

Jembatan mempunyai beberapa pertimbangan
tambahan yg berhubungan dgn seleksi kasus, persiapan
pd gigi penyangga & bahan restorasinya.

14
5/2/2020

I. PERUBAHAN DIMENSI
RESIN AKRILIK
Sifat fisik  stabil in mulut :
1. Penyerapan air
I. PERUBAHAN DIMENSI 2. Kelarutan
II. PERLEKATAN MIKROORGANISME 3. Pelarut organik, asam, basa

Resin akrilik  gugus karboksil  polar


Penyerapan air & kelarutan
resin akrilik + H2O

Menyerap air Jembatan hidrogen

• Gigi tiruan :
Difusi
Dipakai In mulut  saliva  99,5 % air
Diantara mol.RA Merenggang
Direndam In air  mencegah pengkerutan
massa monomer sisa << massa sekitar
 me(-) monomer sisa

massa monomer sisa keluar dr resin

Perendaman in air – stabilitas dimensi Penyerapan air----retensi


• Retensi gigitiruan : menahan gigitiruan terhadap gaya pelepasan
• Penyerapan air  ekspansi resin akrilik 
• Gt atas retensi dipengaruhi :
stabilitas dimensi resin ak. 1. psikologis
2. Mekanis
• Penyepan air dipengaruhi oleh ; 3. Fisik adesi, kohesi, tekanan atmosphere
tegangan permukaan
1. Perendaman air
2. Koefisien difusi resin akrilik
3. Suhu
4. Ketebalan resin akrilik
5. Porusitas
6. Kehalusan permukaan

1
5/2/2020

SIFAT MEKANIK • Gigitiruan rahang atas

Kerja otot in rongga mulut Bending + tekanan tarik

Kekuatan mekanis Labial +palatinal incisivus


incisal noth
gaya tarik dan tekan
patah bagian tengah
perubahan bentuk resin akrilik

Fatique strength KEKUATAN


beban desakan • Dipengaruhi :
1. Komposisi resin akrilik
2. Teknik pemrosesan
3. Derajad polimerisasi
lenturan basis gigitiruan 4. Penyerapan air
5. Lingkungan
berulang-ulang

titik kumpulan desakan di midline

LELAH

PATAH

II. PERLEKATAN MIKROORGANISME


Porusitas eksternal
1. Kekasaran permukaan
2. Candida albicans
3. Mekanisme perlekatan candida albicans pd permukaan resin akrilik Kekasaran permukaan
4. Mekanisme penempelan plak pada basis resin akrilik Resin akrilik  topografi permukaan
5. Halitosis ytdk teratur

Iritasi mukosa
sisa makanan menempel
bakteri plak

Tidak nyaman

2
5/2/2020

Mekanisme perlekatan candida albicans Mekanisme penempelan plak


pd permukaan resin akrilik pd basis resin akrilik
Permukaan RA • Permukaan resin akrilk
• Saliva
• Plak-noda--kalkulus
saliva

Absorpsi protein saliva

Lap. Glikoprotein
pelikel saliva

Bakteri
Perlekatan mikroorganisme jamur

Gigitiruan resin akrilik


HALITOSIS
Pelikel
• Bau nafas or bau mulut
• Ok : faktor fisiologis or patologis dr mulut or Plak
sistemik
• Plak  bakteri memecah protein menjadi : Protein dipecah
VSC = Volatile Sulfur Compound halitosis
VSC

HALITOSIS

Dermatosis associated
mendegradasi bhn kimia
Sel langerhans
Rx alergi terhdp resin akrilik bersifat individual. berikatan protein
Rx akrilik mrp-kan alergen  contact dermatitis allergic
alergen
Contact dermatitis allergic memerlukan sensitisasi eq.
resin akrilik  penetrasi partikel ke kulit atau mukosa .
Apposed limfosit T
Lymphonodus regional
 endositosis oleh sel langerhans.
Proses ini menyebabkan proliferasi antigen spesifik
limfosit T & didistribusikan keselutuh tubuh, terutama
pd tempat yg terpapar. Terjadi stlh 5-25 hari
terpapar.

3
5/2/2020

=Contact dermatitis allergic yg berulang :


sel langerhans memproses bhn kimia, ada alergen ke
antigen spesifik limfosit T inisiasi rx inflamasi –
24-48 jam re-exposure perkembangan dermatitis.

Antigen ke limfosit T  alergi dpt tjd pd tempat yg


terpapar & pd tempat yg lain.

Resiko sensitasi alergi tgt pd :


kepekaan seseorang,
sifat senssiotasi partikel,
kuantitas & konsentrasi alergen

Penumpukan Plak
Pada Basis Gigitiruan Akrilik
• Basis GT lepasan resin akrilik berkontak langsung dgn
saliva  mengabsorbsi molekul saliva ttn  lapisan
organik tipis acquired pellicle mgd protein -
mengikat perlekatan mikroorganisme rongga mulut
mikroorganisme melekat pd permukaan GT & ber-
kembang biak- berkoloni dgn mikroorganisme lain 
plak GT penyebab masalah terkait jaringan mulut, rasa
tidak enak, stomatitis angularis, bau mulut, peruba-han
warna pd GT & peradangan jaringan mukosa di bawah
Candidiasis
gigitiruan  eritematosa

4
5/2/2020

• Permukaan plat resin akrilik heat cured paling << di-


lekati o/ sel Kandida albikanok << tingkat porosi- Kandida Albikan
tasnya dibandingkan dgn jenis-2 resin akrilik yg lain.
•  pd permukaan palatal pemakai gigitiruan.
• Pemeriksaan mikroskopis sel Kandida albikan ber-
gerombol pd bagian porusitas resin akrilik heat cured • Pasien dgn GT mengeluh kesakitan & bau ytdk enak
dan microwave cured.  invasi mikrobial pd GT-- jamur Kandida
Kandidiasis Eritematosa  Pengelupasan sel epitel
atrofi epitel gambaran khas dari eritematosa
• Sel Kandida albikan Pada permukaan pelat resin
akrilik cold cured & visible light cured sel Kandida
•.
albikan menyebar merata menutupi permukaan poru-
sitas permukaan plat. Daya lekat Kandida Albikan pd
gigitiruan >> Kandida jenis lainya, ok tegangan per-
mukaan Kandida albikan >> jenis Kandida yng lain.

• Faktor-2 predisposisi terjadinya Kandidiasis Eritema- Diabetes mellitus


tosa terbagi atas dua yaitu :. • kekurangan insulin relatif / absolut  metabolisme
karbohidrat, lemak & protein terganggu.
• Faktor sistemik  faktor predisposisi terbesar terjadi-
nya Kandidiasis Eritematosa yakni pasien dgn kondisi • penderita tdk sadar / tdk terdiagnosa tlh menderita
penyakit sistemik Diabetes Melitus serta HIV A, IDS DM muncul gejala-2 lb spesifik  disfungsi aliran
saliva krn kehilangan cairan tb dlm jumlah banyak
• Faktor lokal  aliran saliva ber (-)  mendukung pertumbuhan Kan-
dida albican in vitro & telah ditunjukkan pd permukaan
• 1. plat gigi tiruan akrilik sbg tempat berkembangnya GT penderita DM
• kandida albikan, • terdapat lebih banyak peningkatan jumlah koloni
• 2. kondisi ph rongga mulut, yeast bila dibandingkan dgn pengguna gigitiruan ytdk
• 3. trauma. menderita DM.

Kondisi pH rongga mulut Karbohidrat

• pH rongga mulut Rendah  mendukung adhesi dan • Di saliva menjadi sumber makanan tambahan bagi yeast
proliferasi yeast kandida kandida.
• Hasil metabolisme gula  menghasilkan asam 
• Pada pH 3 baik u/ adhesi yeast & u/ enzimatik &
proteinase yg bersama sama dgn enzim lipase mrp-kan • pH rendah  mendukung pertumbuhan Kandida albikan
faktor paling penting dr virulensi kandida ok efek didalam rongga mulut.
sitotosik & sitolitik.

Anda mungkin juga menyukai