Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.

PENGELOLAAN HUTAN DALAM MENGATASI ALIH


FUNGSI LAHAN HUTAN DI WILAYAH KABUPATEN
SUBANG

1
RAHAJENG KUSUMANINGTYAS, 2 IVAN CHOFYAN
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116

ABSTRACT

Arahan pembinaan hutan dan arahan pengawasan hutan disusun berdasarkan konsep partisipatif.
Arahan pembinaan hutan secara umum meliputi program rehabilitasi hutan, sosialisasi pembinaan
dan penghijauan kepada masyarakat, penegasan sanksi bagi perambah hutan, membentuk pola
enclave pada permukiman dalam kawasan hutan (khususnya hutan lindung), pemberdayaan
masyarakat Kabupaten Subang dalam kegiatan pengelolaan hutan. Sedangkan, pada arahan
pengawasan hutan dilakukan peningkatan alat dan sarana pengamanan hutan meliputi senjata
api, alat komunikasi, alat navigasi, alat pemadam kebakaran, alat penyelamatan, kendaraan
operasional, pos jaga dan pondok kerja. Penambahan alat dan sarana pengamanan hutan ini
dilakukan pada dua Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yaitu KPH Purwakarta dan KPH Bandung
Utara, dimana kawasan hutan di Kabupaten Subang termasuk kedalamnya

Keywords: Hutan, Alih Fungsi Lahan

Pendahuluan kawasan industri, kawasan permukiman,


Berdasarkan Rencana Tata Ruang perhotelan dan lain-lain. Alih fungsi lahan
Wilayah Kabupaten Subang menyatakan pada wilayah selatan di Kabupaten Subang
kawasan hutan di Kabupaten Subang terbagi terjadi sekitar tahun 1997-1998 yang
kedalam 2 jenis hutan yaitu hutan lindung dan disebabkan oleh masalah krisis ekonomi
hutan produksi. Pada dasarnya, hutan di sehingga pemerintah memberikan izin untuk
Kabupaten Subang memiliki berbagai potensi memanfaatkan lahan cadangan (lahan resapan
diantaranya yaitu hutan sebagai kawasan air) yang telah dipersiapkan oleh pihak
resapan air, hutan sebagai pemasok air bagi perhutani (Walhi, 2012). Padahal, dalam
masyarakat. Namun, faktanya luas kawasan jangka waktu panjang alih fungsi lahan akan
hutan ini terus menerus berkurang. Dalam menimbulkan masalah ekologi.
Time Series 5 tahun jumlah hutan berkurang Masalah yang timbul akibat maraknya
dari 31.072,36 hektar pada tahun 2005 alih fungsi lahan hutan pada wilayah
menjadi 20.202,70 pada tahun 2009 (Badan selatan Kabupaten Subang diantaranya
Pusat Statistik, 2010). Luas hutan bencana banjir di wilayah utara yang
berkurang sebanyak 10.869,66 hektar akibat dikarenakan alih fungsi lahan pada kawasan
alih fungsi lahan. Kawasan hutan di resapan air di wilayah selatan (Gerakan
Kabupaten Subang beralih fungsi menjadi Investigasi Antar Lembaga Kabupaten
berbagai fungsi seperti menjadi fungsi Subang, 2010). Selain itu, penebangan hutan

Page | 1
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2

yang merajalela menjadikan kondisi hutan wilayah setempat bahkan jika dikumpulkan
tersebut rusak dan hilangnya fungsi hutan areal hutan yang ada di daerah tropis ini,
sebagai pemasok air bagi dapat menjadi paru-paru dunia. Siklus yang
masyarakat.Belakangan ini kondisi air yang terjadi di hutan, dapat mempengaruhi iklim
terjadi di kabupaten Subang sangat suatu wilayah. Fungsi ini dapat disebut juga
memprihatinkan dan jauh dari manfaat yang sebagai fungsi klimatologis.
ditimbulkan oleh air itu sendiri, banyaknya Kedua, Hutan merupakan gudang
pencemaran dan penyalahgunaan berbagai penyimpan air dan tempat menyerapnya air
pihak menjadikan Kabupaten Subang hujan maupun embun yang pada khirnya akan
semakin jauh dari sumber air bersih (Rumich mengalirkannya ke sungai-sungai melalui
Noverryza, 2012). mata air-mata air yang berada di hutan.
Berdasarkan hal tersebut dalam Dengan adanya hutan, air hujan yang
penyusunan pengelolaan kehutanan di berlimpah dapat diserap dan diimpan di
Wilayah Kabupaten Subang ini diperlukan dalam tanah dan tidak terbuang percuma.
pengelolaan hutan yang dapat melindungi Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi
keberadaan hutan itu sendiri juga hidrologis.
memerhatikan kesejahteraan dari Ketiga, Hutan merupakan tempat
masyarakatnya. Dalam penyusunan studi memasaknya makanan bagi tanaman-
ini perlu diterapkan sebuah pendekatan tanaman, dimana di dalam hutan ini terjadi
ekologis, sosial dan kemasyarakatan yang daur unsur haranya (nutrien, makanan bagi
dapat menjadi acuan dalam penyusunannya. tanaman) dan melalui aliran permukaan
tanahnya, dapat mengalirkan makanannya ke
Studi Pustaka area sekitarnya.
Pengertian Hutan Keempat, Hutan memiliki jenis kekayaan
dari berbagai flora dan fauna sehingga fungsi
Menurut Undang-Undang Republik hutan yang penting lagi adalah sebagai area
Indonesia Nomor 41 tahun 1999, hutan yang memproduksi embrio- embrio flora
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa dan fauna yang bakal menembah
hamparan lahan berisi sumber daya hayati keanegaragaman hayati. Dengan salah satu
yang didominasi pepohonan dalam fungsi hutan ini, dapat mempertahankan
persekutuan alam lingkungannya, yang satu kondisi ketahanan ekosistem di satu wilayah.
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kelima, Hutan mampu memberikan
Berdasarkan fungsinya hutan dibagi menjadi sumbangan alam yang cukup besar bagi
tiga kelompok yaitu hutan lindung, hutan devisa negara, terutama di bidang industri,
produksi dan hutan konservasi. selain kayu hutan juga menghasilkan bahan-
bahan lain seperti damar, kopal, terpentein,
Fungsi Hutan kayu putih, rotan serta tanaman-tanaman obat.
Keberadaan hutan menjadi potensi Keenam, Hutan juga mampu
sumber daya alam yang menguntungkan bagi memberikan devisa bagi kegiatan turismenya,
devisa negara. Di samping itu hutan memiliki sebagai penambah estetika alam bagi bentang
aneka fungsi yang berdampak positif alam yang dimiliki. Fungsi ini disebut
terhadap kelangsungan kehidupan manusia. juga sebagai fungsi estetis.
Secara tidak langsung, fungsi hutan antara Ketujuh, Mencegah erosi dan tanah
lain: longsor. Akar-akar pohon berfungsi sebagai
Pertama, Melalui kumpulan pohon- pengikat butiran-butiran tanah. Dengan ada
pohonnya, hutan mampu memprduksi hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke
Oksigen (O2) yang diperlukan bagi permukaan tanah tetapi jatuh ke permukaan
kehidupan manusia dan dapat pula menjadi daun atau terserap masuk ke dalam tanah.
penyerap karbondioksida (CO2) sisa hasil
kegiatan manusia, atau menjadi paru-paru

Page | 2
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2

Alih Fungsi Lahan Hutan pemecahan masalah dan pengembangan


upaya-upaya perbaikan. Tingkatkeberhasilan
Alih fungsi lahan adalah perubahan
partisipasi para pihak, menurut Shindler dan
fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan
Neburka (1996) dalam Malamassam (2009)
dari fungsinya semula (seperti yang
antara lainditentukan oleh :
direncanakan) menjadi fungsi lain yang
Pertama, Cara pemilihan wakil para
menjadi dampak negatif (masalah) terhadap
pihak yang dilibatkan dalam proses
lingkungan dan potensi lahan itu
partisipatif Pengalaman membuktikan bahwa
sendiri(Lestari, 2009 dalam Sabrina Irsalina,
proses partisipatif yang lebih efektif akan
2010). Alih fungsi lahan juga terjadi di
dihasilkanjika anggota yang dipilih dan diutus
kawasan hutan dimana kegiata alih fungsi
untuk mewakili lembaga atau kelompoknya
lahan hutan ini banyak memberikan dampak
dalamproses diskusi adalah mereka yang
negatif bagi kehidupan manusia, diantaranya:
selain memahami permasalahan bersama
Efek Rumah Kaca (Green house effect),
dankeinginan para anggota, juga
Kepunahan Species dll.
berkomitmen untuk senantiasa
mengedepankankepentingan bersama.
Konsep Pengelolaan Hutan
Kedua, Bentuk interaksi antar anggota
Konsep Perspektif Bentang Alam (Landscape dalam kelompok
Perspective) Pertemuan yang bersifat terstruktur yang
Sebuah ekosistem lokal pada memungkinkan terjadinya interaksi di
hakekatnya tidaklah bersifat tertutup, antaraseluruh anggota kelompok terbukti
melainkanmerupakan sebuah bagian dari lebih produktif dari pada pertemuan yang
ekosistem yang lebih besar dan berada dalam hanyabersifat mengundang kontribusi
suatutatanan interaksi dengan sejumlah pendapat peserta atau hanya sekedar
ekosistem lain di dalam suatu kesatuan memberikan feedback
bentang alam.Dengan demikian adanya
Gambaran Umum Wilayah
tindakan manusia terhadap sebuah ekosistem
lokal potensialmenimbulkan akumulasi Kabupaten Subang terletak di bagian
dampak terhadap bentang alam dan pada Utara Provinsi Jawa Barat, dengan letak
akhirnya akanberpengaruh pada suatu geografis antara 107” 31’ - 107” 54’ Bujur
wilayah tertentu. Sehubungan dengan itulah Timur dan 6” 1’ - 6” 49’ Lintang Selatan.
maka pengelolaanhutan tidak boleh hanya Kabupaten Subang berbatasan dengan Laut
didasarkan pada perspektif ekosistem hutan Jawa disebelahUtara, Kabupaten Indramayu
semata, tetapi harusdidasarkan pada disebelahTimur, Kabupaten Sumedang
perspektif bentang alam (landscape disebelahTenggara, Kabupaten Bandung
perspective) Barat disebelahSelatan, serta Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Karawang
disebelah Barat
Konsep Pelibatan Partisipasi Seluruh Pihak
Kabupaten Subang memiliki berbagai
Terkait
kawasan hutan yang dikelompokkan
Keterlibatan para pihak (stakeholders) berdasarkan fungsinya yakni hutan lindung,
dalam pengelolaan hutan diperlukanuntuk hutan produksi dan hutan konservasi. Dalam
lebih menjamin tercapainya kepuasan pihak- pengelolaan dan deliniasinya ketiga fungsi
pihak yang berkepentingan padatingkat hutan ini memiliki perbedaan dimana untuk
tertentu, khususnya dalam perumusan hutan lindung dan hutan produksi dikelola
keseimbangan fungsi-fungsi ekologi,ekonomi, oleh Perum Perhutani Provinsi Jawa Barat dan
dan sosial dari ekosistem hutan. Dalam kaitan Dinas Kehutanan Kabupaten Subang.
dengan hal tersebut, para pihakdapat Sedangkan khusus untuk hutan konservasi
dilibatkan dalam penentuan tujuan-tujuan menjadi bagian dari Balai Besar Konservasi
yang ingin dicapai, analisis keadaan,serta

Page | 3
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2

Sumber Daya Alam Jawa Barat I. kecil daripada kawasan lindung dan kawasan
Berdasarkan pengelolaan Perum Perhutani budidaya
dan Dinas Kehutanan, kawasan hutan yang
terdapat di Kabupaten Subang termasuk Tabel 2 Pola Ruang di Kabupaten
kedalam 2 KPH yakni KPH Purwakarta dan Subang
KPH Bandung Utara. Lebih jelasnya, deliniasi No Jenis Pola Luas (Ha) Persentas
kawasan hutan ini dapat dilihat pada Tabel 1 Ruang e
dan Gambar 1. Kawasan Lindung 15.342,44 7,48 %
1 Hutan 148,76 0,07%
Lindung
Tabel 1 Kawasan Hutan Menurut 2 Cagar Alam 2.151,76 1,05%
Fungsinya di Kabupaten Subang Tahun 3 Taman 362,89 0,18%
2012 Wisata
Alam
No. Fungsi Kawasan Keterangan 4 Kawasan 5.380,22 2,62%
Hutan Pantai
1 Hutan Produksi KPH Purwakarta Berhutan
- Hutan Produksi KPH Bandung Bakau
Tetap Utara KPH 5 Waduk 346,66 0,17%
- Hutan Produksi Purwakarta KPH 6 Situ 27,78 0,01%
Terbatas Bandung Utara 7 Sempadan 1.306,78 0,64%
2 Hutan Lindung KPH Purwakarta pantai
KPH Bandung 8 Sempadan 5.617,59 2,74%
Utara sungai
3. Hutan Konservasi BBKSDA Jabar I Kawasan 189.834,50 92,52 %
- Cagar Alam BBKSDA Jabar I Budidaya
CA Tangkuban BBKSDA Jabar I
9 Hutan 4.031,24 1,96%
Parahu
Produksi
CA Burangrang
Terbatas
- Taman Wisata
10 Hutan 24.271,95 11,83%
Alam Tangkuban
Parahu Produksi
Tetap
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
11 Perkebunan 22.622,88 11,03%
Subang, 2012
12 Pertanian 82.252,00 40,09%
Lahan
Basah
13 Pertanian 17.621,24 8,59%
Lahan
Kering
14 Perikanan 2.472,88 1,21%
Budidaya
15 Kawasan 556,67 0,27%
Hankam
16 Permukima 17.557,73 8,56%
n
Perdesaaan
17 Permukima 5.714,38 2,79%
n Perkotaan
18 Zona 12.733,53 6,21%
Industri
Gambar 1 Peta Kawasan Hutan di Kabupaten Subang 205.176,9 100,00%
Kabupaten Subang 5
Sumber : RTRW Kabupaten Subang, 2010-2030
Berdasarkan kondisi geografis dan
potensi yang terdapat di Kabupaten Subang, Metodologi
pola ruang terbagi lagi kedalam bagian-bagian Metode Analisis

Page | 4
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2

Analisis Keruangan (Spatial Analysis) keruangan akan dilakukan dengan


menggunakan menu yang terdapat pada
Analisis keruangan merupakan metode
software.
analisis yang khas dalam geografi karena
Analisis keruangan pada penyusunan
merupakan studi tentang keragaman ruang
pengelolaan hutan ini menggunakan beberapa
muka bumi dengan menelaah masing-masing
kriteria yang dapat menentukan pemanfaatan
aspek-aspek keruangannya. Dalam analisis ini
hutan di Wilayah Kabupaten Subang. Pertama,
dilakukan proses overlay antara dua atau lebih
kriteria untuk mengetahui pemanfaatan hutan
layer peta tematik untuk mendapatkan output
dalam kondisi ideal yaitu mengacu kepada
baru sesuai dengan kriteria yang mendukung
Keppres 32 Tahun 1990, SK Mentan
penelitian ini.
No.683/Kpts/Um/8/1981 dan SK Mentan
No.837/Kpts/Um/11/1980. Kedua, kriteria
untuk mngetahui arah pemanfaatan lahan yang
akan dilakukan dalam pengelolaan hutan.
Kriteria ini mengacu pada Petunjuk Teknis
Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan
Berikut ini beberapa kriteria yang menjadi
Gambar 2 Proses Analisis Keruangan acuan :
Sumber : Hasil Pengembangan, 2013 Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor : 32 Tahun 1990 Tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung
Analisis ini akan menggunakan perangkat
software Arc-GIS dimana software ini dapat
mengolah peta tematik dalam bentuk vektor
dan raster. Dengan bantuan software, proses
overlay peta-peta tematik pada analisis
Tabel 3 Kriteria Skoring Penentuan Kawasan Hutan Lindung
Jenis Klasifikasi Skor
Kemiringan 0 - 8% Datar 20
Lahan > 8 – 15% Landai 40
> 15 - 25% Agak curam 60
> 25 – 40% Curam 80
> 40% Sangat curam 100
Jenis Alluvial, tanah Gley, Planosol, Tidak Peka 15
Tanah Hidromorf Kelabu, Laterik air tanah
Latosol Kurang Peka 30
Brown Forest Soil, Non Calcic Agak Peka
Brown, Mediteran 45
Andosol, Lateritik Grumusol, podsol, Peka
Podsolic 60
Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka 75
CurahHujan < 13,6 Sangat rendah 10
(mm/hari) 13,6 – 20,7 Rendah 20
20,7 – 27,7 Sedang 30
27,7 – 34,8 Tinggi 40
> 34,8 Sangat tinggi 50
Jenis Kawasan Hutan Lindung Kriteria :
Kawasan Memiliki bobot skor ≥ 175 ; Lindung mutlak
bila kemiringan lahan > 40 %
Lindung mutlak bila hutan pada ketinggian >
2000 m di penggunaan lahan.
Kawasan Non Hutan Lindung Kriteria :
Skor < 175 ; Kemiringan < 40 %
Bukan kawasan hutan pada ketinggian < 2000 m

Page | 5
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2

Jenis Klasifikasi Skor


di penggunaan lahan.
Sumber : - Keppres Nomor 32 Tahun 1990
- Modul Mata Kuliah Tata Guna Lahan, 2011
8/1981 Tentang Kriteria dan Tata Cara
Penetapan Hutan Produksi)
Kriteria Penentuan Kawasan Hutan
Produksi (SK Mentan No.683/ Kpts/Um/
Tabel 4 Kriteria Skoring Penentuan Kawasan Hutan Produksi
Jenis Klasifikasi Skor
Kemiringan 0 - 8% Datar 20
Lahan > 8 – 15% Landai 40
> 15 - 25% Agak curam 60
> 25 – 40% Curam 80
> 40% Sangat curam 100
Kepekaan Erosi Tak Ada (Alluvial, Tidak peka
Erosi (Jenis tanah 15
Tanah) Gley, Planosol, Hidromorf
Kelabu, Laterik air tanah)
Erosi Agak Peka (Latosol ) Kurang 30
Erosi Kurang Peka (Brown Agak Peka 45
Forest
Soil, Non Calcic Brown,
Mediteran)
Erosi Peka (Andosol, Peka
Lateritik 60
Grumusol, podsol, Podsolic)
Erosi Sangat Peka (Regosol, Sangat Peka
Litosol, Organosol, 75
Renzina)
CurahHujan < 13,6 Sangat rendah 10
(mm/hari) 13,6 – 20,7 Rendah 20
20,7 – 27,7 Sedang 30
27,7 – 34,8 Tinggi 40
> 34,8 Sangat tinggi 50
Jenis Kawasan Hutan Produksi Kriteria :
Kawasan Terbatas Memiliki bobot skor 125 – 174 di luar hutan suaka
alam, hutan wisata dan hutan konversi lainnya
Kawasan Hutan Produksi Kriteria :
Tetap Memiliki skor <125 di luar hutan suaka alam, hutan
wisata, hutan produksi terbatas dan
hutan konversi lainnya.
Sumber : - SK Mentan No.683/KPTS/Um/8/1981
Pengelolaan Hutan
Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Rencana

Tabel 5 Kriteria Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan


No Arahan Pemanfaatan Kriteria Umum
1 Kawasan untuk Konservasi Seluruh hutan konservasi dan usulan hutan konservasi
- Hutan lindung (HL) dengan penutupan hutan primer, hutan
Kawasan untuk sekunder dan hutan mangrove.
2 Perlindungan Hutan Alam - Hutan lindung dan produksi yang merupakan area
gambut dengan kedalaman 2 meter atau lebih, yang tidak
dibebani izin pemanfaatan kawasan hutan.
Kawasan untuk Rehabilitasi Kawasan hutan dalam wilayah DAS kritis dan areal pertambangan.
3
Kawasan Hutan yang dibebani izin pemanfaatan serta HutanProduksi
Kawasan untuk dengan penutupan Hutan Primer, Hutan SekunderHutan Tanaman,
4 Pengusahaan Skala Besar Semak belukar dan Lahan

Page | 6
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2

Garapan yangtidak berizin dengan luas lebih dari 7500 hektar.


Kawasan Hutan yang dibebani izin pemanfaatan berbasismasyarakat
Kawasan untuk serta Hutan Produksi atau Hutan
Pengusahaan Skala Kecil Lindungdengan penutupan Hutan Sekunder, Hutan
5 Tanaman,Semak belukar dan Lahan Garapan yang tidak berizin,dengan
luas kurang dari 7500 hektar dan berada
sekitar 0-10km dari area pemukiman
Hutan produksi yang dapat dikonversi dengan penutupan hutan selain
Kawasan untuk Non hutan primer dan sekunder, tidak bergambut lebih dari 2 meter, serta
6 Kehutanan tidak dibebani izin pemanfaatan hutan.
Sumber : Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (2011-2030)
Pembahasan
Metode Perbandingan Konsep Penggunaan Lahan dan
Metode ini dibutuhkan untuk mengetahui Pemanfaatan Hutan
sebaran terjadinya alih fungsi lahan di Wilayah Peraturan yang digunakan dalam
Kabupaten Subang berdasarkan deliniasi penentuan kawasan hutan ini yakni Keppres
kawasan hutan dalam kondisi ideal. Metode 32/1990 dan SK Mentan
perbandingan yang dimaksud pada penelitian No.683/Kpts/Um/8/1981. Berdasarkan konsep
ini adalah membandingkan peta dari sumber bentang alam serta peraturan yang digunakan,
yang berbeda. Perbandingan ini dilakukan komponen yang menjadi bagian dalam
dengan pada tiga jenis peta yakni pengelolaan hutan adalah sebagai berikut.
membandingkan peta berdasarkan hasil Tanah
analisis (Keppres 32/1990, SK Mentan Sekumpulan tanah yang terdapat dalam
No.683/Kpts/Um/8/1981), peta berdasarkan suatu area dan memiliki luas adalah sebuah
RTRW Kabupaten Subang dan peta lahan. Dalam kajian tentang lahan terdapat sisi
berdasarkan kondisi eksisting. Dari lain selain tanah yang dapat menjadi pengaruh
perbandingan ketiga peta ini akan disimpulkan dalam pengelolaan hutan.
peruntukan lahan yang paling sesuai dengan Berdasarkan kedua hal yakni jenis tanah
kondisi lahan di Wilayah Kabupaten Subang. dan kemiringan lahan, dapat dikatakan bahwa
Adapun metode perbandingan ini tanah dan lahan memiliki pengaruh yang besar
dipergunakan dalam menentukan kekurangan terhadap penentuan fungsi hutan dalam suatu
kebutuhan sarana dan prasarana pengamanan kawasan.
Kehutanan.
Analisis Alat dan Sarana Pengamanan Hutan Air
Sarana dan prasarana pengamanan hutan Air merupakan sumberdaya alam yang
meliputi keseluruhan alat dan sarana yang mampu memberikan penghidupan kepada
berhubunganlangsung ataupun tidak langsung seluruh makhluk hidup yang ada di bumi.
dengan pelaksanaan tugas, fungsi Dalam kajian pengelolaan hutan ini, air yang
danpembinaan polisi kehutanan. Kriteria yang dimaksudkan yakni berupa intensitas curah
digunakan dalam analisis ini yakni Peraturan hujan yang terjadi pada kawasan hutan di
Menteri Kehutanan RI No : P.5/Menhut- Kabupaten Subang. Kriteria curah hujan
II/2010 terbagi kedalam 5 klasifikasi yaitu sangat
rendah (<13,6 mm/hari), rendah (13,6-20,7
Tentang Standar Peralatan Polisi Kehutanan.
mm/hari), sedang (20,7-27,7 mm/hari), tinggi
Metode yang digunakan dalam perhitungan
(27,7-34,8 mm/hari) dan sangat tinggi (>34,8
kebutuhan ini yakni mtode kuantitatif dimana
mm/hari). Semakin tinggi curah hujan, maka
dilakukan pengurangan antara kriteria dengan
semakin besar pengaruhnya pada penentuan
ketersediaan alat dan sarana pada tahun
fungsi kawasan hutan.
eksisting,
Kedua komponen yang telah dijelaskan
merupakan komponen yang digunakan untuk
mengetahui kesesuaian fungsi hutan di

Page | 7
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2

Wilayah Kabupaten Subang. Dalam penentuan Hasil Analisis


penggunaan lahan dan pemanfaatan hutan, Analisis Penentuan Kawasan Hutan
terdapat komponen lain yang memiliki
pengaruhnya masing-masing, yaitu : Berdasarkan seluruh rangkaian analisis
penentuan kawasan hutan yang dilakukan,
Aktivitas maka didapatkan kawasan hutan secara
Aktivitas yang dimaksud disini yakni keseluruhan meliputi kawasan hutan lindung,
berbagai kegiatan yang dilakukan manusia hutan konservasi (cagar alam, taman wisata
yang kemudian dilimpahkan pada suatu fungsi alam dan pantai berhutan bakau) dan hutan
lahan. Komponen fungsi lahan ini dapat produksi (terbatas dan tetap). Hasil penentuan
diketahui dari 2 sumber yakni penggunaan hutan berdasarkan analisis ini dapat dilihat
lahan eksisting dan rencana pola ruang pada pada Gambar 3 Berdasarkan fungsinya,
kawasan hutan di wilayah Kabupaten Subang. berikut ini merupakan penjelasan masing-
Dari kedua sumber ini dapat diketahui masing kawasan hutan di Kabupaten Subang.
penggunaan yang tepat pada suatu kawasan
hutan.

Flora
Flora atau tumbuhan yang menjadi
komponen dalam penggunaan lahan dilihat
berdasarkan tutupan lahan yang terdapat pada
kawasan hutan Kabupate
Subang. Komponen tutupan lahan ini
mampu memberikan pengaruh terhadap
penentuan arahan pemanfaatan kawasan.

Lahan Gambar 3 Peta Analisis Kawasan Hutan


Komponen lahan ini merupakan kondisi
kualitas produktifitas lahan yang terdapat pada Kawasan Hutan Lindung
kawasan hutan di Kabupaten Subang. Kondisi Berdasarkan proses analisis overlay dan
lahan ini terbagi kedalam tiga kriteria, yaitu pembobotan didapatkan peruntukan kawasan
lahan potensial kritis, lahan agak kritis dan hutan lindung dengan luas kawasan
lahan kritis. Dari informasi ini dapat diketahui 15.881,65 Ha. Kawasan hutan lindung ini
kawasan mana saja yang memerlukan kegiatan tersebar pada bagian selatan (upstream)
rehabilitasi kawasan hutan. Kabupaten Subang. Kawasan hutan lindung ini
meliputi Kecamatan Tanjungsiang,
Konsep Pembinaan dan Pengawasan Hutan Kecamatan Cisalak, Kecamatan Ciater,
Konsep pembinaan dan pengawasan hutan Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan
dalam penelitian ini yakni pengelolaan hutan Serangpanjang, Kecamatan Dawuan dan
berbasis partisipasi. Partisipasi dalam hal ini Kecamatan Cipendeuy.
yaitu segala kegiatan pembinaan dan
pengawasan hutan harus melibatkan seluruh Kawasan Hutan Konservasi
masyarakat Kabupaten Subang baik
pemerintah maupun masyarakat. Konsep ini Pertama, Cagar Alam. Cagar alam
digunakan untuk meningkatkan keyakinan terdapat pada bagian selatan Kabupaten
dan fakta lapangan bahwa keberadaan hutan Subang dengan luas 2.215,74 Ha. Lokasi cagar
tidak menyebabkan turunnya kegiatan alam terdapat di Kecamatan Serangpanjang,
ekonomi masyarakat. Kecamatan Sagalaherang dan Kecamatan
Ciater dengan kondisi alam, baik biota maupun

Page | 8
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2

fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum Peruntukan lahan yang sesuai untuk
diganggu manusia,serta luas dan bentuk pengembangan kawasan hutan produksi
tertentu agar menunjang pengelolaan yang tetap di Kabupaten Subang adalah sebesar
efektif dengan daerah penyangga yang cukup 11.048,06 Ha. Persebaran kawasan hutan
luas. produksi tetap ini terdapat pada Kecamatan
Tanjungsiang, Kecamatan Cisalak,
Kedua, Taman Wisata Alam. Lokasi
Kecamatan Kasomalang, Kecamatan
taman wisata alam berdekatan dengan lokasi
Ciater, Kecamatan Sagalaherang,
cagar alam, terdapat pada bagian selatan
Kecamatan Serangpanjang, Kecamatan
Kabupaten Subang dengan luas 320,04 Ha
Cijambe, Kecamatan Cibogo, Kecamatan
Persebaran taman wisata alam terdapat di
Subang, Kecamatan Dawuan, Kecamatan
Kecamatan Sagalaherang dan sebagian kecil di
Kalijati dan Kecamatan Cipendeuy
Kecamatan Ciater dengan kondisi
bervegetasi tetap dengan tumbuhan dan
satwa yang beragam, memiliki arsitektur Identifikasi Alih Fungsi Lahan
bentang alam yang baik serta memiliki akses
yang baik untuk keperluan pariwisata/rekreasi. Alih fungsi yang terjadi pada cagar alam
didominasi dengan alih fungsi lahan menjadi
Ketiga, Pantai Berhutan Bakau. Hasil kawasan perkebunan dengan presentase 5,54 %
penentuan kawasan pantai berhutan bakau dari keseluruhan kawasan cagar alam.
dengan kriteria minimal 130 kali nilai rata-rata Sedangkan alih fungsi lahan pada taman wisata
perbedaan air pasang tertinggi dan terendah alam didominasi dengan fungsi lahan tanah
tahunan diukur dari garis air surut terendah ke berbatu dengan presentase sebesar 10,50
arah darat, didapat bahwa kawasan pantai % dari keseluruhan kawasan taman wisata
berhutan bakau yang harus ditetapkan adalah alam. Kedua bagian dari hutan konservasi ini
sepanjang ± 6 Km diukur dari air surut terendah. perlu menjadi perhatian dikarenakan cagar alam
Dari penentuan tersebut, ditemukan bahwa luas dan taman wisata alam merupakan kawasan
kawasan pantai berhutan bakau yang hutan dengan keunikan tersendiri. Langkah
ditetapkan di bagian utara Kabupaten Subang yang perlu dilakukan yakni mempertahankan
adalah seluas 10.744,94 Ha. keberadaaan kedua kawasan hutan ini dalam
Keempat, Kawasan Hutan Produksi. mempertahankan ciri khas pada cagar alam dan
Kawasan hutan produksi yang menjadi bagian taman wisata alam tersebut.
dalam kawasan budidaya di Kabupaten Subang Presentase alih fungsi lahan terbesar dalam
yakni hutan produksi terbatas dan hutan kelompok kawasan hutan konservasi terjadi
produksi tetap. Berdasarkan hasil analisis pada pantai berhutan bakau dengan presentase
overlay danpembobotan dari ketiga elemen fisik, sebesar 75,03%. Hal ini yang menyebabkan
maka ditemukan peruntukan kawasan hutan sering terjadinya banjir air rob di Kabupaten
produksi di Kabupaten Subang. Subang. Banjir air rob/pasang ini menjadi
masalah yang serius ketika jarak air pasang
Peruntukan lahan yang sesuai untuk mencapai kawasan non hutan seperti empang
pengembangan kawasan hutan produksi terbatas (41,57 %) dan pertanian (14,46 %). Berdasarkan
di Kabupaten Subang adalah sebesar 13.275,39 hal tersebut, perlu dilakukan deliniasi pantai
Ha. Persebaran kawasan hutan produksi berhutan bakau dan penanaman kembali pada
terbatas ini terdapat pada Kecamatan Ciater, kawasan pantai berhutan bakau untuk mencegah
Kecamatan Kasomalang, Kecamatan terjadinya banjir air rob dalam jangka waktu
Jalancagak, Kecamatana Sagalaherang, panjang. Deliniasi dan penanaman hutan bakau
Kecamatan Serangpanjang, Kecamatan diharapkan dapat mengurangi kegiatan alih
Cijambe, Kecamatan Subang, Kecamatan fungsi lahan pada kawasan pesisir Kabupaten
Dawuan, Kecamatan Kalijati dan Kecamatan Subang
Cipendeuy. Pada hutan lindung terjadi perubahan
fungsi lahan yang tinggi dengan prosentase

Page | 9
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2

diatas 50 %. Alih fungsi didominasi dengan maupun sisi positif. Arahan pemanfaatan hutan
berubahnya kawasan hutan lindung menjadi ini perlu memperhatikan hal tersebut.
kawasan perkebunan (36,29 %) dan sawah tadah Berdasarkan pada analisis terhadap kondisi
hujan (10,40 %). Pada dasarnya, salah fungsi penggunaan lahan eksisting dominasi
dari hutan lindung yakni menjadi kawasan perubahan hutan dengan fungsi produksi
resapan air serta menjaga persediaan air pada cenderung mengarah pada fungsi perkebunan
suatu wilayan. Terjadinya alih fungsi lahan di dan sawah. Kedua fungsi yang merupakan
Kabupaten Subang menyebabkan kurangnya potensi yang terdapat di Kabupaten Subang ini
persediaan air serta terjadinya banjir pada juga menjadi masukan bagi pengelolaan hutan
bagian hilir Kabupaten Subang. Oleh sebab itu, selanjutnya. Namun, bagi hutan produksi
perlu diberi penanganan pada kawasan lindung terbatas, kondisi geografi perlu menjadi
ini. perhatian kembali mengingat fungsi hutan
produksi terbatas cenderung ke arah fungsi
Pada hutan lindung perlu dilakukan upaya hutan lindung.
pengembalian kawasan lindung guna menjaga
kestabilan sumber daya alam yang tersedia di Penutup
Kabupaten Subang. Pada pantai berhutan bakau
juga dilakukan upaya penanaman kembali Rekomendasi
bakau/mangrove dalam mengatasi banjir air Rekomendasi pada pengelolaan hutan ini
rob yang sering terjadi di Kabupaten Subang. merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan
Dalam pengelolaannya perlu diperhatikan dalam menjalankan pengelolaan hutan ini dan
batasan-batasan sesuai dengan analisis diharapkan mampu melengkapi terlaksananya
kawasan hutan serta arahan pemanfaatan hutan pengelolaan hutan. Rekomendasi pada
berdasarkan pedoman pengelolaan hutan. pengelolaan hutan di Kabupaten Subang yakni
Informasi perubahan alih fungsi lahan meliputi implementasi, distribusi penduduk dan
berdasarkan penggunaan lahan eksisting dapat pengelola hutan.
dilihat pada Gambar 4
Daftar Pustaka
Al - Qur’an dan Terjemahannya, Departemen
Agama Republik Indonesia
Arief, Arifin. 1994. Hutan, Hakikat dan
Pengaruhnya terhadap Lingkungan.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Kodoatie, Robert J dan Roestam Syarief.
2010. Tata Ruang Air. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Malamassam, Daud. 2009. Modul
Gambar 4 Peta Identifikasi Alih Fungsi Pembelajaran, Mata Kuliah:
Lahan Berdasarakan Penggunaan Lahan Perencanaan Hutan. Universitas
Hassanudin. Makassar.
Selain kawasan lindung, terdapat juga Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang. 2012.
kawasan hutan yang termasuk kedalam kawasan Kecamatan Dalam Angka 2012. BPS.
budidaya yakni hutan produksi terbatas dan Subang.
hutan produksi tetap. Perlakuan pada kedua
fungsi hutan ini tentu berbeda dengan fungsi Andriyanto, Agustinus. 2010.Identifikasi
hutan yang berada pada kawasan lindung. Penyimpangan Kawasan Lindung Hutan
Perubahan fungsi pada hutan produksi dapat Antara RTRW dan Kondsi Hutan Saat Ini
menjadi alih fungsi lahan pada sisi negatif di Kabupaten Garut. Tesis. Program Studi

Page | 10
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.2

Magister Perencanaan Wilayah dan


Kota SAPPK, Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun
1990 tentang Penentuan Kawasan
Lindung
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 44 Tahun 2004 Tentang
Perencanaan Kehutanan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2004 Tentang
Perlindungan Hutan

Page | 11

Anda mungkin juga menyukai